BAB III
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CV. Alfa Transwisata Ponorogo yang beralamatkan di Jalan Raya Ponorogo-Madiun, Babadan, Kabupaten Ponorogo. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Meningkatkan minat dan kebutuhan masyarakat, khususnya di wilayah Ponorogo dan sekitarnya pada jasa layanan transportasi dan pariwisata. b. Adanya fakta bahwa keberadaan CV. Alfa Transwisata Ponorogo belum
banyak dikenal masyarakat.
c. Berkaitan dengan meningkatnya persaingan pada bisnis jasa transportasi dan pariwisata, maka CV. Alfa Transwisata Ponorogo perlu menerapkan strategi yang tepat, terutama berkaitan dengan strategi promosi dan kualitas pelayanan serta pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2017. Adapun rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan proposal/persiapan penelitian, observasi awal objek dan lokasi penelitian, serta pengumpulan data tentang kondisi objektif siswa dilakukan pada awal Maret hingga akhir April 2017.
b. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada akhir April hingga akhir Mei 2017.
c. Penyusunan laporan penelitian dimulai pada awal bulan Juni sampai dengan Juli 2017.
(2)
Secara lebih jelas, waktu penelitian ini dapat digambarkan ke dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan
Tahun 2017
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan penelitian
a. Pengajuan judul b. Penyusunan dan
pengajuan proposal 2. Penyusunan BAB I & II 3. a. Penyusunan BAB III
b. Penyusunan dan pengadaan angket c. Penyebaran angket d. Pengumpulan angket 4. a. Analisis data
b. Pengajuan BAB IV dan V
c. Menyusun laporan penelitian
B. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen CV. Alfa Transwisata Ponorogo. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pengaruh masing-masing variabel penelitian ke dalam suatu persamaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 8) “penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, dengan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Penelitian ini dilakukan pada populasi yang besar, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
(3)
desain penelitian ini merupakan penelitian survei. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yang digambarkan ke dalam suatu persamaan dengan desain sebagai berikut:
Gambar 3.1. Desain Penelitian Pengaruh Strategi Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada CV. Alfa Transwisata Ponorogo
Keterangan:
: pengaruh secara parsial : pengaruh secara simultan
Berkaitan dengan penelitian tentang pengaruh strategi promosi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Strategi promosi (X1), dengan indikator: (1) periklanan, (2) penjualan personal, (3) promosi penjualan, (4) publisitas dan hubungan masyarakat, (5) informasi dari mulut ke mulut, dan (5) pemasaran langsung (Lupiyoadi & Hamdani, 2013: 121-122).
(4)
b. Kualitas pelayanan (X2), dengan indikator (1) jaminan (assurance), (2) empati (empathy), (3) keandalan (reliability), (4) ketanggapan (responsiveness), dan (5) berwujud (tangible) (Kotler dan Keller, 2009: 56).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, dengan indikator-indikator: (1) kesesuaian harapan, (2) minat menggunakan kembali, dan (3) kesediaan merekomendasikan (Tjiptono, 2008: 101). C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen sebagai pengguna jasa transportasi dan pariwisata CV. Alfa Transwisata Ponorogo pada tahun 2017. Pada penelitian ini, konsumen CV. Alfa Transwisata Ponorogo dibatasi hanya pada bidang pariwisata (tour and travel). Berdasarkan data internal CV. Alfa Transwisata Ponorogo, diketahui bahwa jumlah konsumen bidang pariwisata (tour and travel) CV. Alfa Transwisata Ponorogo dari bulan Januari hingga Maret 2017 adalah sebanyak 625 orang untuk tujuan pariwisata. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Data Jumlah Konsumen Pariwisata CV. Alfa Transwisata Ponorogo Periode Januari-Maret 2017
No
(5)
1. Jumlah konsumen pariwisata pada bulan
Januari 2017 160
2. Jumlah konsumen pariwisata pada bulan
Februari 2017 190
3. Jumlah konsumen pariwisata pada bulan Maret 2017
275
Total 625
(Sumber: data internal CV. Alfa Transwisata Ponorogo, 2017)
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa populasi penelitian ini adalah 625 orang konsumen pariwisata pada CV. Alfa Transwisata Ponorogo.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2013: 132) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa sampel adalah bagian-bagian dari populasi, atau suatu prosedur dalam penelitian dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.
Bertolak dari pendapat tersebut, maka tidak semua anggota populasi target diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota yang mewakili populasi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam menentukan sampel penelitian digunakan metode yang sesuai dengan kondisi populasi penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada rumus Slovin (dalam Juliandi, Irfan, dan Manurung, 2014: 59) sebagai berikut:
n =
N 1+N(e)2
(6)
Keterangan:
n : ukuran sampel N : ukuran populasi
e : margin of error adalah persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (5%). Berdasarkan rumus di atas maka:
n =
625
1
+
625
(
0,05
)
2=
625
2,56
= 244Sampel yang diperoleh sebanyak 244 orang. Dengan demikian jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 244 orang konsumen CV. Alfa Transwisata Ponorogo untuk tujuan pariwisata.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau sampling pada penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental. Menurut Sugiyono (2013: 124) teknik sampling insidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”
Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada saat peneliti secara kebetulan bertemu langsung dengan konsumen pada CV. Alfa Transwisata Ponorogo yang sedang atau telah menggunakan jasa layanan transportasi
(7)
dan pariwisata pada CV. Alfa Transwisata Ponorogo. Adapun karakteristik responden yang cocok sebagai sumber data adalah konsumen CV. Alfa Transwisata Ponorogo periode bulan Januari-Maret 2017.
D. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam suatu penelitian. Pemilihan teknik pengumpulan data harus relevan dengan kebutuhan data penelitian. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk memperoleh data primer dari konsumen CV. Alfa Transwisata Ponorogo tentang persepsi konsumen terhadap strategi promosi, kualitas pelayanan, dan kepuasan konsumen adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 199). Menurut Arikunto (2013: 194) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang peribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang strategi promosi, kualitas pelayanan, dan kepuasan konsumen menggunakan Skala Likert yang diberi skor dari 1 sampai dengan 5 dengan klasifikasi jawaban sebagai berikut:
Pernyataan Positif (Favorable) Pernyataan Negatif (Unfavorable)
1. Sangat Setuju : 5 Sangat Setuju : 1
2. Setuju : 4 Setuju : 2
3. Netral : 3 Netral : 3
(8)
5. Sangat Tidak Setuju : 1 Sangat Tidak Setuju : 5 Instrumen tentang strategi promosi, kualitas pelayanan, dan kepuasan konsumen disusun atas dasar kisi-kisi dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kuesioner
Variabel
Penelitian Definisi Operasional Indikator Sumber
No. Item
(+) (-)
Strategi promosi
Strategi promosi adalah cara yang digunakan CV. Alfa Transwisata Ponorogo untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang jasa layanan yang ditawarkan kepada konsumen (Kotler dan Keller, 2009: 510)
1.Periklanan 2.Penjualan
personal 3.Promosi penjualan 4.Publisitas dan
hubungan masyarakat 5.Informasi dari
mulut ke mulut
6.Pemasaran langsung Lupiyoadi & Hamdani, (2013: 121-122) -2 -5 6 1 -3 4 -Kualitas pelayanan Suatu tingkat keunggulan yang dirasakan konsumen CV. Alfa Transwisata
Ponorogo yang
diharapkan dari perbandingan antara keinginan dan kinerja
yang dirasakan
konsumen setelah membeli jasa tersebut (Tjiptono dan Chandra, 2012: 30-32) 1. Jaminan (assurance) 2. Empati (empathy) 3. Keandalan (reliability) 4. Ketanggapan (responsive-ness) 5. Berwujud (tangible)
Kotler dan Keller (2009: 56) 1 2 -4 -3 -5 6 Kepuasan konsumen Tingkat perasaan konsumen selama atau setelah menggunakan jasa transportasi dan pariwisata pada CV. Alfa Transwisata dibandingkan
harapannya (Kotler dan Keller, 2009a: 138-139)
1. Kesesuaian harapan 2. Minat menggunakan kembali 3. Kesediaan merekomendasi-kan Tjiptono (2008: 101) 1 3 5 2 4 6
(9)
1. Uji Instrumen Penelitian
Salah satu hal penting dalam penelitian adalah cara memperoleh data yang akurat dan obyektif. Hal ini menjadi sangat penting sebab kesimpulan yang diambil hanya akan dapat dipercaya bila didasarkan pada data yang akurat. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui seberapa tinggi reliabilitas dan validitas alat ukur (instrumen) yang digunakan. Untuk melakukan uji instrumen, maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dari kuesioner yang digunakan.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2016: 52). Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan atas item-item pertanyaan pada kuesioner dengan menghitung koefisien korelasi dari tiap-tiap item pernyataan menggunakan analisis korelasi product moment. Menurut Arikunto (2013: 164), dalam penelitian ini uji validitas dilakukan atas item-item pertanyaan pada kuesioner yaitu dengan jalan menghitung koefisien korelasi dari tiap-tiap item pernyataan dengan skor total yang diperoleh dengan menggunakan analisis korelasi product moment dengan formulasi sebagai berikut:
rxy= n
∑
xy−(
∑
x)(
∑
y)
√
{
n∑
x2(
∑
x2)
}{
n∑
y2−(
∑
y2)
}(Arikunto, 2013: 168) Keterangan:
(10)
n = jumlah sampel
∑XY = jumlah produk X dan Y ∑X = jumlah nilai X
∑Y = jumlah nilai Y
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS release 22, yaitu dengan melihat nilai dari output SPSS. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Dalam hal ini n adalah jumlah sampel (Ghozali, 2016: 53). Jika rhitung (untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari rtabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan/pernyataan atau indikator tersebut dikatakan valid. Taraf signifikansi ( α ) yang
digunakan adalah 0,05 atau 5%. b. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2013: 221) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan uji statistik dimana rumus Cronbach’s Alpha adalah sebagai berikut (Arikunto, 2013: 239):
r11= k
k−1
[
1−[
∑
σ2b σ2t]
]
(11)
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan/pernyataan atau banyaknya soal
∑
σ
2b
: jumlah varians butirσ
2t
: varians totalMenurut Nunnaly (dalam Ghozali, 2016: 48) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70. Suatu alat ukur dikatakan baik, bila tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan apabila alat ukur tersebut digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Jadi, apabila hasil koefisien α >
0,70 maka daftar pernyataan itu reliabel sebaliknya jika koefisien α
¿ 0,70 maka daftar pernyataan itu tidak reliabel. 2. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2016: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data tentang strategi promosi (X1) dan kualitas pelayanan (X2) serta kepuasan konsumen (Y). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar deviasi, mean, maksimum dan minimum.
(12)
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian meliputi beberapa uji berikut ini:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2016: 154). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan untuk uji normalitas adalah one sample kolmogorov-smirnov yang diolah dengan program SPSS (Ghozali, 2016: 158-159). Apabila nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ditemukan adanya korelasi yang sangat kuat antar variabel bebas (Ghozali, 2016: 103). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sangat kuat di antara variabel bebas. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya
(13)
kolonieritas yang tinggi. Nilai yang umum dipakai adalah nilai tolerance >0,10 atau sama dengan VIF < 10 (Ghozali, 2016: 104).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (variance inflation factor) dari
output SPSS. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka pada masing-masing variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016: 134).
Model regresi yang baik adalah jika terjadi homoskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini, digunakan uji koefisien korelasi Spearman rho. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka dalam persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016: 107). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
(14)
Test). Menurut Ghozali (2016: 108) DW Test dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi.
Menurut Ghozali (2016: 108) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Pengujian Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tolak No decision
Tolak No decision Tidak ditolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
du < d < 4 - du
Sumber: Ghozali (2016: 108)
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2016: 94). Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares (OLS) atau pangkat kuadrat terkecil biasa. Mengacu pada pendapat Gujarati (dalam Ghozali, 2016: 94) asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan menggunakan model OLS yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1+ b2 X2 + e
Notasi dari model tersebut adalah:
(15)
a = bilangan konstanta X1 = strategi promosi
b1 = koefisien regresi variabel strategi promosi X2 = kualitas pelayanan
b2 = koefisien regresi variabel kualitas pelayanan e = error (kesalahan/pengganggu), asumsi e = 5%.
5. Uji Hipotesis
a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah antara 0 sampai dengan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016: 95).
Pada penelitian ini analisis koefisien determinasi (R2)
menggunakan nilai Adjusted R Square. Menurut Priyatno (2010: 83) nilai koefisien determinasi (R2) dapat diketahui dari output tabel Model
Summary pada program SPSS. Adjusted R Square adalah nilai R Square
yang telah disesuaikan, nilainya selalu lebih kecil dari R Square. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi. Adapun perbedaan nilai R Square
(16)
dan Adjusted R Square adalah pada faktor koreksi (derajat bebas).
R Square tidak memiliki faktor koreksi sehingga jika dalam model, variabel bebas terus ditambah, maka nilainya akan terus membesar. Sementara itu, penambahan variabel bebas belum tentu menaikkan angka
Adjuster R Square sebab ia mampu menjelaskan apakah proporsi keragaman variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel bebas atau tidak. Penambahan nilai variabel bebas tentu belum menjadi jaminan nilai Adjusted R Square meningkat sebab bisa saja terdapat variabel yang sebenarnya tidak mampu menjelaskan proporsi keragaman variabel dependen malah masuk dalam model sehingga secara implisit merusak model (Priyatno, 2010: 84).
b. Uji Parsial dengan Menggunakan Uji Statistik t
Uji statistik t dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh dua variabelo bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Riduwan dan Sunarto (2015: 126) tujuan uji t dua variabel bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua variabel tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan dua rata-rata sampel). Mengacu pada pendapat Riduwan dan Sunarto (2015: 116-117), langkah-langkah uji parsial (uji statistik t) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
Ho : b1, b2, = 0, berarti variabel X1 dan X2 secara parsial tidak mempengaruhi variabel terikat Y.
(17)
Ho : b1, b2, ≠ 0, berarti variabel X1 dan X2 secara parsial mempengaruhi variabel terikat Y.
2) Menentukan nilai kritis (t tabel) Dipilih level of significant : = 0,05 (5%) Derajat bebas pembagi (df2) = n – k
3) Menentukan nilai t
Nilai statistik t (thitung) dapat dicari dengan rumus:
t hitung = bi
SE (bi)
dimana :
bi = koefisien regresi
SE (bi) = standard error koefisien regresi 4) Kriteria pengujian :
Ho ditolak, bila p < signifikansi (α), dimana α = 0,05 Ho diterima, bila p > signifikansi (α), dimana α = 0,05 c. Uji Simultan dengan Menggunakan Uji Statistik F
Uji statistik F atau menurut Supranto (2011: 201) disebut dengan Analisis Varian (Anova) dipergunakan untuk membandingkan kelompok data. Pada intinya, uji statistik F merupakan uji statistik untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas sebagai varian secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah uji simultan (uji statistik F) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
(18)
Ho : b1, b2 = 0 berarti secara simultan tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Ha : b1≠ b2 ≠ 0 berarti secara simultan ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
2) Menentukan nilai Ftabel
Dipilih level of significant () = 0,05 (5%) df. pembilang (df1) = k = 2
df. penyebut (df2) = (k – 1) (n – k)
3) Menghitung nilai Fhitung
Hasil pengolahan dengan menggunakan komputer program SPSS. 4) Kriteria uji:
Ho ditolak, bila p < signifikansi (α), dimana α = 0,05 Ho diterima, bila p > signifikansi (α), dimana α = 0,05.
(1)
kolonieritas yang tinggi. Nilai yang umum dipakai adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10 (Ghozali, 2016: 104).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (variance inflation factor) dari output SPSS. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka pada masing-masing variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2016: 134).
Model regresi yang baik adalah jika terjadi homoskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini, digunakan uji koefisien korelasi Spearman rho. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka dalam persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016: 107). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
(2)
Test). Menurut Ghozali (2016: 108) DW Test dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi.
Menurut Ghozali (2016: 108) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Pengujian Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tolak No decision
Tolak No decision Tidak ditolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
du < d < 4 - du Sumber: Ghozali (2016: 108)
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2016: 94). Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares (OLS) atau pangkat kuadrat terkecil biasa. Mengacu pada pendapat Gujarati (dalam Ghozali, 2016: 94) asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan menggunakan model OLS yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1+ b2 X2 + e
Notasi dari model tersebut adalah:
(3)
a = bilangan konstanta X1 = strategi promosi
b1 = koefisien regresi variabel strategi promosi
X2 = kualitas pelayanan
b2 = koefisien regresi variabel kualitas pelayanan
e = error (kesalahan/pengganggu), asumsi e = 5%. 5. Uji Hipotesis
a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah antara 0 sampai dengan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016: 95).
Pada penelitian ini analisis koefisien determinasi (R2)
menggunakan nilai Adjusted R Square. Menurut Priyatno (2010: 83) nilai koefisien determinasi (R2) dapat diketahui dari output tabel Model
Summary pada program SPSS. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilainya selalu lebih kecil dari R Square. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi. Adapun perbedaan nilai R Square
(4)
dan Adjusted R Square adalah pada faktor koreksi (derajat bebas). R Square tidak memiliki faktor koreksi sehingga jika dalam model, variabel bebas terus ditambah, maka nilainya akan terus membesar. Sementara itu, penambahan variabel bebas belum tentu menaikkan angka Adjuster R Square sebab ia mampu menjelaskan apakah proporsi keragaman variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel bebas atau tidak. Penambahan nilai variabel bebas tentu belum menjadi jaminan nilai Adjusted R Square meningkat sebab bisa saja terdapat variabel yang sebenarnya tidak mampu menjelaskan proporsi keragaman variabel dependen malah masuk dalam model sehingga secara implisit merusak model (Priyatno, 2010: 84).
b. Uji Parsial dengan Menggunakan Uji Statistik t
Uji statistik t dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh dua variabelo bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Riduwan dan Sunarto (2015: 126) tujuan uji t dua variabel bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua variabel tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan dua rata-rata sampel). Mengacu pada pendapat Riduwan dan Sunarto (2015: 116-117), langkah-langkah uji parsial (uji statistik t) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
Ho : b1, b2, = 0, berarti variabel X1 dan X2 secara parsial tidak
(5)
Ho : b1, b2, ≠ 0, berarti variabel X1 dan X2 secara parsial
mempengaruhi variabel terikat Y. 2) Menentukan nilai kritis (t tabel)
Dipilih level of significant : = 0,05 (5%) Derajat bebas pembagi (df2) = n – k
3) Menentukan nilai t
Nilai statistik t (thitung) dapat dicari dengan rumus:
t hitung =
bi
SE (bi) dimana :
bi = koefisien regresi
SE (bi) = standard error koefisien regresi 4) Kriteria pengujian :
Ho ditolak, bila p < signifikansi (α), dimana α = 0,05 Ho diterima, bila p > signifikansi (α), dimana α = 0,05 c. Uji Simultan dengan Menggunakan Uji Statistik F
Uji statistik F atau menurut Supranto (2011: 201) disebut dengan Analisis Varian (Anova) dipergunakan untuk membandingkan kelompok data. Pada intinya, uji statistik F merupakan uji statistik untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas sebagai varian secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah uji simultan (uji statistik F) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
(6)
Ho : b1, b2 = 0 berarti secara simultan tidak ada pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Ha : b1≠ b2 ≠ 0 berarti secara simultan ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen. 2) Menentukan nilai Ftabel
Dipilih level of significant () = 0,05 (5%) df. pembilang (df1) = k = 2
df. penyebut (df2) = (k – 1) (n – k)
3) Menghitung nilai Fhitung
Hasil pengolahan dengan menggunakan komputer program SPSS. 4) Kriteria uji:
Ho ditolak, bila p < signifikansi (α), dimana α = 0,05 Ho diterima, bila p > signifikansi (α), dimana α = 0,05.