KARYA TULIS ILMIAH DEFINISI DAN JENIS JE

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

DEFINISI DAN JENIS-JENIS KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM

HALAMAN JUDUL
Disusun oleh:
AKBAR AJI PAWITAN
DIMAS RAFI R.
EDWARD CORNELIUS B.M.
GURUH APRILIAWAN
JAMAL ALI U.T
RAVIK HAYYU K.

(131020001339)
(131020001201)
(131020001415)

(131020001112)
(131020001535)
(131020001396)

Mahasiswa Program Diploma I Keuangan
Spesialisasi Pajak
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“DEFINISI DAN JENIS-JENIS KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sriyanto selaku dosen
pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kami


menyadari

bahwa

tulisan

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami
harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Melalui karya tulis ini
kami berharap semoga banyak memberikan manfaat kepada semua
pihak khususnya penulis sendiri, terima kasih.


Tangerang, Juli 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Pengertian Kampanye Politik..............................................................................4
1.

Perbedaan Kampanye dan Propaganda...........................................................4

2.


Perbedaan Kampanye dan Iklan......................................................................5

B. Jenis-jenis Kampanye..........................................................................................6
1.

Kampanye Bersih............................................................................................6

2.

Kampanye Hitam...........................................................................................12

3.

Kampanye Negatif.........................................................................................16

4.

Kampanye Abu abu.......................................................................................17

5.


Kampanye Dialogis.......................................................................................19

BAB III PENUTUP......................................................................................................21
A. Simpulan...........................................................................................................21
B. Saran..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................24

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kampanye politik adalah satu hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam
proses pertarungan politik dalam suatu negara. Tidak bisa di sangkal lagi bahwa
melalui kampanye tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh
segmen pemilih untuk mendapatkan dukungan nantinya. Dalam politik setiap
kandidat berhak melakukan kampanye sesuai ketentuan peraturan perundangundangan tentunya. Dan kampanye dilakukan dengan prinsip pembelajaran bersama
dan tanggung jawab.
Kampanye tidak hanya di politik saja, ini terlihat dalam penjelasan Pfau dan
Parrot (1993) di buku Persuasive communication campaigns tentang kampanye, yakni
“A campaigns is conscious, sustained and incremental process designed to be

implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified
audience” suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang
dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak
sasaran yang ditetapkan. Kampanye bisa dikatakan sebagai tindakan komunikasi yang

1

2
terorganisir

yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna

mencapai tujuan tertentu.
Charles U. Larson (1992 : 10) membagi 3 jenis model kampanye, diantaranya
adalah:
1) Product-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada produk.
Umumnya terjadi pada dunia bisnis. Sudah tentu motivasinya adalah untuk
mencari keuntungan finansial.
2) Candidat-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada
kandidat, umumnya di motivasi oleh hasrat untuk memperoleh kekuasaan

politik, jenis ini sering juga disebut Political Campaign.
3) Ideologically campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan
yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Disebut juga
sebagai Sosial Change Campaign.
Model kampanye yang disebutkan pada nomor dua merupakan fokus kajian
dalam makalah ini. Dalam bagian pembahasan juga disertakan studi pustaka dan
beberapa hasil kajian diskusi serta pengamatan kami tentang regulasi kampanye
berserta analisisnya.

B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini:
1. Apa saja jenis kampanye yang terjadi dalam pemilihan umum 2014?

3

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis-jenis kampanye yang terjadi dalam pemilihan
umum 2014.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kampanye Politik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kampanye adalah
gerakan

(tindakan)

serentak

(untuk

melawan,

mengadakan

1)
aksi,

dsb); 2) kegiatan yg dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yg
bersaing memperebutkan kedudukan dl parlemen dsb untuk mendapat
dukungan massa pemilih dl suatu pemungutan suara.

Pengertian kampanye berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 1 angka 26,
Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih
dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu.

Adapun dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menurut UU No. 42 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Kampanye,
adalah kegiatan untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan
program Pasangan Calon.

4

Rogers

dan

Storey


(1987)

mendefinisikan

kampanye

sebagai

serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk
menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Beberapa ahli komunikasi mengakui
bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular
dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi
Jadi pada dasarnya kampanye merupakan hal lumrah yang sering ditemukan.
Bahkan dalam beberapa waktu sering kali ditemukan implementasi dari proses
kampanye yang tidak sejalan dengan regulasi yang telah disepakati bersama. Yang
nantinya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
1. Perbedaan Kampanye dan Propaganda
Pada dasarnya tak ada yang berbeda antara kampanye dan propaganda. Kalau
pun, kemudian keduanya tampak berbeda, itu karena pendekatan dan metoda yang

dipakainya. Kampanye kerap dinilai lebih bersifat persuasif karena disertai bujukan
dan iming-iming. Sementara propaganda, sekalipun dasarnya sangat persuasif, kerap
disertai tekanan berupa penonjolan dari dampak buruk yang bisa terjadi jika massa tak
bertindak seperti apa yang dipropagandakan.
Harold D. Lasswell berpendapat bahwa propaganda adalah penggunaan simbolsimbol untuk mempengaruhi perilaku atau manipulasi perasaan manusia.
Menurut Qualter, propaganda adalah suatu nupaya secara sengaja oleh
bebepara individu atau kelompok untuk membentuk, mengontrol, atau mengubah

4

5
sikap kelompok lain dengan menggunakan instrumen komunikasi demi mencapai
tujuan.
Perbedaan Propaganda dengan Kampanye :
1) Propaganda tidak ada waktu
2) Propaganda menginginkan perubahan cepat
3) Kampanye tidak dibatasi waktu
4) Kampanye memiliki pola-pola tertentu

2. Perbedaan Kampanye dan Iklan
Kampanye sama dengan program kerja, butuh proses yang melibatkan jangka
waktu yang panjang, kontinuitas dan konsistensi. Yang menjadi tujuan utama dari
kempanye adalah pencitraan.
Kampanye merupakan kegiatan peserta pemilu dengan tujuan untuk
meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program peserta pemilu (
Pasal 1 angka 26 UU Nomor 10 tahun 2008).
Kampanye ada sebuah istilah yang digunakan pada saat pemilu dan
menonjolkan kelebihan program peserta pemilu
Sedangkan iklan berguna untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan
produk-produk politik melalui media massa tertentu oleh kontestan tertentu. Bertujuan
untuk menyampaikan informasi, meningkatkan ketanggapan seseorang pada suatu
kandidat dan mempersuasi publik.

6
Iklan merupakan sarana atau media yang dipakai/digunakan kampanye untuk
mempublikasikan visi,misi dan program peserta pemilu.
Iklan mementingkan komersial. Biasanya dalam praktiknya iklan-iklan di
media itu membutuhkan biaya yang besar dan perusahaan pembuat iklan harus
mendapat laba dari jasa pembuatan iklan tersebut.
Iklan muncul sebagai media publikasi pada awalnya ditujukan untuk
mendukung kegiatan komersial produsen, biasanya berupa pengenalan produk,
informasidan menarik calon konsumen untuk membeli produknya.
Iklan mencakup seluruh produk yang dapat dipublikasikan tanpa terkecuali.

B. Jenis-jenis Kampanye
1. Kampanye Bersih
Kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, definisi tersebut dapat
mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi
dilapangan. Pada era reformasi inilah terlihat peranan rakyat yang begitu penting di
dalam mekanisme pemilihan anggota parlemen DPR serta presiden, berbeda dengan
era orde baru di mana intervensi pemerintah Soeharto begitu kuat dalam mekanisme
pemilu di Indonesia. Dalam masa reformasi ini pula perbaikan terhadap undang
undang pemilu lebih di perhatikan terutama perihal permasalahan yang terkait dengan
masalah kampanye yang akan kita bahas.

7
Kampanye pada perkembangannya mengalami semacam perubahan nilai dan
perubahan gaya dalam menyampaikan visi dan misi kepada khalayak, macam macam
model komunikasi era Soekarno berbeda pula dengan gaya komunikasi di era pemilu
2004 dan 2009 bahkan mungkin akan lebih berbeda pula untuk di tahun 2014 dimana
peranan media elektronik

menjadi begitu dominan di banding komunikasi yang

bersifat orasi. Atau bisa kita simpulkan bahwa bentuk komunikasi ini mengalami
perubahan.
Katakanlah angkatannya bung Karno untuk berkomunikasi atau bahkan
berkampanye, actor politik cenderung melakukan apa yang di sebut dengan retorika
politik, actor politik pada era itu tentu harus memiliki kemampuan orasi yang baik
sehingga dapat menarik massa yang banyak, tipe tipe orang yang mampu memberikan
sebuah orasi/retorika politik secara baik dapat di artikan juga sebagai solidarity
maker, tipe solidarity maker tentunya lebih bisa mempengaruhi massa dalam jumlah
yang besar, kemudian isu yang di angkat juga belum terlalu kompleks melainkan
hanya terbatas pada sebuah tatanan ideologis bangsa.
Lalu munculnya media massa, peran retorika menjadi sedikit mengalami
pergeseran karena dalam media massa isu isu kepemimpinan mulai di tampilkan dan
mempunyai pengarur terhadap pola pikir masyarakat. Dalam generasi komunikasi
media massa ini peran lembaga pers mulai mendapat perhatian khusus karena isu isu
yang di angkat tidak lagi hanya pada tataran ideologis melainkan turut memperhatikan
aspek lain seperti ekonomi serta kesenjangan sosial yang terus terjadi di dalam sebuah
Negara. Kemudian yang ketiga ialah media sosial, karena perkembangan dunia cyber

8
yang begitu pesat maka pengumpulan sebuah opini acapkali sering kita temui pada
dunia internet seperti di facebook twitter lalu blog blog yang juga bisa menjadi alat
komunikasi sekaligus alat kampanye terhadap sebuah Negara.
Pergeseran nilai komunikasi ini pula selalu mengikuti perkembangan zaman
tentunya dari komunikasi yang mengharuskan adanya actor lalu khalayak berubah
menjadi media massa yang memainkan peran yang lebih dominan. Dalam proses
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara maka diperlukan suatu contract social
untuk mewujudkan tatanan hidup yang terarah dan berpedoman. Begitupun pula
dengan proses kampanye politik, dalam pelaksanannya pun bukan berarti tanpa aturan
melainkan terdapat aturan kuat didalamnya. Termasuk pedoman dan juga sanksi bagi
yang melanggar.
Karena perkembangan media kampanye ini begitu berkembang maka
pelanggaran pun sering di lakukan pihak yang berkampanye, maka KPU sebagai
lembaga yang mengatur mekanisme pemilu membuat semacam aturan baru bagi para
peserta kampanye yang menggunakan media elektronik sebagai alat untuk
memobilisasi massa. Khususnya di Indonesia aturan mengenai pemilu secara
keseluruhan di atur oleh UU NO 8 Tahun 2012.
Pada awal 2013, Tim Perumus (Timus) Pansus Revisi UU Pemilu menggelar
rapat mengenai aturan kampanye pemilu 2014. Berikut adalah beberapa hasilnya:
1. Pasal 86 ayat (1) huruf h yang terkait dengan penggunaan fasilitas kampanye.
Fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan pendidikan dilarang untuk digunakan

9
sebagai tempat kampanye, kecuali individu yang diundang secara resmi oleh
pihak penanggungjawab kegiatan tanpa menggunakan atribut kampanye.
Misalnya orang datang melakukan ceramah akbar di masjid, mengisi seminar di
kampus dan yang sejenisnya tidak dilarang sepanjang tidak menggunakan
atribut kampanye, dan syaratnya hanya bersifat individu,
2. Yang diputuskan juga adalah tentang pemberitaan kampanye sebagaimana
dalam Pasal 94 ayat 2 tentang kampanye iklan yang “Mengganggu
Kenyamanan”. Pansus UU Pemilu menilai kalimat ini subyektif, dan tidak
memiliki tolak ukur yang jelas.Mestinya bahasa UU tidak boleh sumir dan
tolak ukurnya harus jelas. Karena itu, kosa kata “kenyamanan” oleh anggota
Timmus dihapus.
3. Persoalan yang juga tidak kalah alotnya adalah perdebatan mengenai Dana
Kampanye Pemilu. Hal ini diatur dalam bagian kesepuluh. Pasal 130 ayat (3)
yang mengatur tentang Dana kampanye Pemilu dapat berupa uang, barang,
dan/atau jasa.
4. Sementara itu Pasal 132 Ayat (1) tentang dana kampanye Pemilu yang berasal
dari sumbangan pihak lain perseorangan, tidak boleh melebihi Rp. 1 miliar
sementara untuk Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak
lain, kelompok, perusahaan, maksimal Rp. 5 miliar. Untuk DPD Sumbangan
Dana kampanye yang berasal dari perseorangan tidak boleh melebihi Rp. 250
juta. Dan sumbangan yang berasal dari kelompok atau perusaahan tidak boleh
melebihi Rp. 500 juta,

10
5. Pasal 140 yang mengatur peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang
berasal dari pihak asing, baik perusahaan asing maupun negara asing.
a. Batasan Waktu Kampanye
UU Pemilu Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 83 menyatakan, kampanye pemilu
legislatif dimulai tiga hari setelah partai ditetapkan secara resmi sebagai peserta
pemilu dan berakhir saat dimulainya masa tenang. Artinya, sepanjang 11 Januari
2013-5 April 2014, lebih kurang 15 bulan, masyarakat akan menghadapi terpaan
kampanye beragam kekuatan yang bertarung. Rentang masa kampanye Pemilu 2014
ini lebih lama dibandingkan Pemilu 2009 yang berjalan 9 bulan (5 Juli 2008-5 April
2009). Hal lain yang berbeda adalah waktu pelaksanaan metode kampanye.
Adapun metode kampanye menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Pemillihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pasal
15 diantaranya adalah:
a. Pertemuan Terbatas
b. Tatap muka dan dialog
c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
d. Penyiaran melalui radio dan atau televisi
e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
f. Pemasangan alat peraga di tempat umum
g. Rapat umum
h. Debat publik / debat terbuka antar calon
i. Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

11
Untuk Pemilu 2014, tak hanya metode rapat umum, iklan di media cetak dan
elektronik baru bisa digunakan 21 hari sebelum masa tenang. Dalam praktik
demokrasi elektoral di Indonesia, fase kampanye kerap menjadi satu titik krusial yang
memengaruhi kualitas penyelenggaraan pemilu, terutama hubungannya dengan
pendidikan politik warga masyarakat. Hal kunci yang sering menjadi persoalan dalam
fase kampanye adalah komitmen untuk menghormati dan menjalankan kesepakatan
aturan main.
b. Batasan Alat Peraga
Regulasi pemasangan baliho hanya diperuntukkan untuk parpol untuk satu unit
disetiap desa di Indonesia. Tercatat ada 81 ribu desa yang ada di seluruh wilayah
nusantara.Sedangkan bagi caleg, hanya diperkenan untuk membuat spanduk dalam
sebuah zona yang ditentukan oleh KPUD. Bila ada yang melanggar, maka aka nada
sanksi yang dijatuhkan, yakni berupa teguran dan sanksi administratif.
Sebagian kalangan menilai pembatasan bagi caleg untuk memasang alat peraga
seperti baliho, dan spanduk akan menyulitkan para caleg untuk memperkenalkan diri
ke publik. Namun tidak sedikit juga yang setuju dengan KPU karena pembatasan
tersebut justru menghemat biaya politik.
Selain itu untuk saat ini, berdasarkan keputusan dari KPU, kampanye pemilu
menggunakan media sosial termasuk dalam kampanye media massa. Karena itu,
penggunaan media sosial sebagai sarana kampanye belum diperbolehkan. Dikutip dari
Harian kompas, 09/10/2013 "(Media sosial) termasuk dalam media massa online.
Undang-Undang (Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif) dan PKPU

12
(Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Pemilu
Legislatitf) sudah mengatur, kampanye dalam bentuk rapat umum dan kampanye
melalui media masa cetak, online, dan elktronik. Hanya bisa dilakukan 21 hari
sebelum dimulainya masa tenang.
Pemberian sanksi bagi peserta pemilu yang sudah menggunakan media tersebut
tergantung pada penilaian dan rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Jika
Bawaslu merekomendasikan ada pelanggaran administrasi dalam penggunaan media
sosial untuk kampanye, maka KPU yang akan menindak.Namun atas beberapa
pandangan dan pengamatan penulis, beberapa parpol dan caleg sudah mulai mencuri
start melakukan kampanye melalui media sosial. Di halaman Twitter dan Facebook
ditemukan beberapa akun milik parpol dan caleg yang membubuhkan nama papol
pengusung, nomor urut ,dan daerah pemilihan (dapil) pencalonan
2. Kampanye Hitam
Seringkali belakangan ketika kita berinteraksi di media sosial, ada berbagai
teman yang berdebat atau mengkritik capres tertentu. Ada kalanya kritikan atau
perdebatan tersebut masih menyangkut ranah umum, berkaitan dengan visi dan misi
serta program yang dipaparkan oleh seorang capres. Namun, ada kalanya perdebatan
tersebut terkesan kurang bermutu karena sudah masuk ke ranah pribadi.
Secara umum yang disebut dengan kampanye hitam adalah menghina,
memfitnah, mengadu domba, menghasut, atau menyebarkan berita bohong yang
dilakukan oleh seorang calon/ sekelompok orang/ partai politik/ pendukung seorang
calon, terhadap lawan mereka. Ini berbeda dengan menyampaikan kritik terhadap visi

13
dan misi atau program calon tertentu; yang tidak tergolong kampanye hitam.
Kampanye hitam (Black campaign) adalah kampanye yang bersumber pada rumor,
gosip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda. Jenis ini
biasanya sulit untuk diverifikasi apalagi diperdebatkan.
Selain itu, menjatuhkan nama baik seorang politikus dengan tujuan
menjatuhkan nama baik parpol tempat si politikus yang berkarir, yang berefek kepada
politikus-politikus lain di parpol tersebut atau bahkan sekaligus menggagalkan calon
presiden yang didukung parpol tersebut.
Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :
1) Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus, dengan
cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan cerita yang
berhubungan

dengan

kasus

hukum

yang

sedang

berlangsung,

atau

menyebarkan cerita bohong atau fitnah lainnya.
2) Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan
menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar terjadi,
bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan,
namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau bisa juga
foto tersebut hasil rekayasa / manifulasi dengan bantuan teknologi komputer.
3) Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang bercerita
perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa lalu maupun
yang masih belum lama terjadi.

14
Kampanye

hitam

bukanlah

sebuah

pilihan

dalam

berpolitik.

Selain

mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama,
kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang jelek bagi masyarakat.
Upaya Menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye hitam
menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang melakukan
hal tersebut.
Sehingga dengan adanya kampanye hitam dapat mempengaruhi pencitraan
terhadap kandidat calon dari partai politik tertentu. Padahal politik pencintraan intinya
ingin membuat orang lain (pemilih) terpesona, kagum, memunculkan rasa ingin tau,
memunculkan kedekatan yang memang sengaja dibangun demi popularitas. Selama
ini apabila berbicara tentang pencitraan mau tidak mau selalu kita identikkan dengan
media, iklan televisi, radio.
Dalam demokrasi, pencitraan menjadi penting karena adanya representatif
suara yang disematkan ketika seseorang berlomba-lomba menjadi “wakil rakyat”.
Seseorang yang ingin menjadi wakil rakyat paling tidak harus dikenal massa pemilih
dan kepentingan untuk menampilkan sosok dirinya dengan harapan massa pemilih
akan memilih dirinya. Demi meraih suara konstituen dengan mengobral janji – janji,
berjualan perubahan, meyakinkan massa akan memperjuangkan aspirasi mereka
hingga pemberian dana pembangunan apabila kelak benar-benar terpilih.
Kita harus merujuk dahulu pada UU Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden. Dalam pasal 41 UU tersebut disebutkan
beberapa hal yang dilarang dalam kampanye. Dan, larangan yang berkaitan dengan

15
black campaign adalah, (1) menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon
dan/atau Pasangan Calon yang lain; serta (2) menghasut dan mengadu-domba
perseorangan atau masyarakat.
Lalu, apa ancaman terhadap mereka yang melakukan kampanye hitam? Dalam
UU Nomor 42 Tahun 2008 pasal 214 disebutkan, mereka yang dengan sengaja
melanggar larangan pelaksanaan Kampanye dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 bulan dan paling lama 24 bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00
dan paling banyak Rp24.000.000,00.
Kampanye hitam merupakan salah satu penyebab ketegangan yang ada pada
saat penyelenggaraan pemilu. Pelanggaran terhadapnya tentu merugikan masyarakat,
terutama kandidat atau calon peserta pemilu yang menjadi sasaran dari kampanye
hitam yang dipublikasikan oleh pihak tertentu. Padahal dalam berpolitik harus
berdasarkan etika, moral yang baik, tentunya dengan menghindari kampanye hitam
agar pemimpin yang terpilih benar-benar memiliki pencitraan kepribadian yang positif
sehingga berorientasi pada kepentingan rakyat. Dimana pencitraan politik telah
menjadi sesuatu hal yang penting dalam pesta demokrasi karena melalui aneka
kepentingan, ideologi, dan pesan politik dapat dikomunikasikan. Sehingga, butuh
penyikapan khusus dari penyelenggara pemilu dan juga pengawas pemilu, tidak
sekadar regulasi yang dibutuhkan tapi juga load kerja yang khusus untuk menjaga
agar kampanye yang dilakukan tetap berada para koridor prinsipil penyelenggaraan
kampanye. Disinilah peran penyelenggara dan pengawas pemilu dituntut untuk sigap
dan cermat dalam menghadapi masalah laten kepemiluan.

16
3. Kampanye Negatif
Kampanye Negatif di Pilpres 2014 ini sangat terasa. Kampanye negatif
cenderung menyerang calon pemimpin secara pribadi, walaupun demikian, kampanye
negatif ini juga bisa menyerang program kerja dari visi misi lawan politiknya. Dan
biasanya melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.
Dalam agama Islam, kampanye negatif ini sama dengan 'Ghibah' yang artinya
membicarakan kejelekan orang lain. Kampanye ini walaupun konotasinya jelek,
namun sering dipakai agar pemilih berhati hati dengan lawan politiknya dengan
kekurangan yang ada dipihak lawan politik. Kadang kampanye negatif ini didasari
dengan data dan fakta namun di opinikan dengan cara negatif.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, menjelaskan
perbedaan antara kampanye hitam dengan kampanye negatif (disadur dari Tribun
News).
Agung menuturkan saat ini masih sering terjadi salah persepsi pengertian
antara kampanye hitam dan kampanye negatif. Padahal keduanya memiliki pengertian
yang sangat berbeda.
Ia menjelaskan kampanye hitam biasanya hanya tuduhan tidak berdasarkan
fakta dan merupakan fitnah. Sementara kampanye negatif, adalah pengungkapan fakta
kekurangan mengenai suatu calon atau partai.
"Kampanye negatif biasanya berisi pengungkapan fakta yang disampaikan
secara jujur dan relevan menyangkut kekurangan suatu calon atau partai. Sedangkan

17
kampanye hitam berisi tuduhan dan cenderung merusak demokrasi. Kampanye hitam
biasanya tidak memiliki dasar dan fakta, fitnah dan tidak relevan diungkapkan terkait
parpol maupun tokoh," ujar Agung, Senin (7/4/2014 dari Tribun News).
4. Kampanye Abu abu
Kampanye abu abu adalah kampanye yang menjelekkan pihak lawan namun
data, fakta dan realitanya masih abu abu. Benar salahnya belum bisa dibuktikan.
Hanya dikesankan bahwa pihak lawan politik adalah salah. Contohnya :
1. Prabowo diduga menculik dan melanggar HAM di tahun 1998
2. Prabowo pindah kewarganegaraan Yordania
3. Jokowi diduga terlibat dalam korupsi bus transjakarta
4. Jokowi gagal memimpin jakarta
5. Tweet Triomacan tergolong kampanye abu abu, karena sebagian tweetnya
benar tetapi sebagian lainnya hanya tuduhan tanpa dasar.
Perhatikan bahwa dalam kampanye abu abu, antara kebenaran dan opini
cenderung kuat opininya. Maka untuk perkara ini, belum bisa dibuktikan benar dan
salahnya. Berbeda dengan kampanye negatif yang sudah sangat terlihat data dan
faktanya dilapangan.
a. Pengawasan Penyiaran Dalam Kampanye
Guna memperbaiki kualitas kampanye di media penyiaran, ada beberapa faktor
yang harus menjadi perhatian bersama. Pertama, faktor struktural, harus adanya
koordinasi yang lebih intensif, fungsional, dan komplementer antarpenyelenggara
pemilu; dalam hal ini KPU dan Bawaslu dengan Komisi Penyiaran Indonesia dan

18
Dewan Pers KPU telah menetapkan peraturan nomor 1 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kampanye Legislatif. (Gun Gun Heryanto dalam Harian Kompas)
Apa yang sudah disusun KPU ini tentu harus dikoordinasikan dengan KPI,
terutama menyangkut aturan kampanye di media penyiaran, karena setahu penulis
KPI juga sedang dalam proses akhir penyusunan peraturan program pemilu. Jangan
sampai aturan main yang disusun kedua lembaga ini berbenturan sehingga menjadi
pintu masuk bagi para kontestan untuk mencari celah memainkannya.Termasuk
penjelasan soal persepsi program siaran pemilu selain iklan, kewenangan
antarlembaga KPU dan KPI, sanksi atas pelanggaran oleh lembaga penyiaran dan
partai kontestan, serta sejumlah aturan teknis operasional KPI. MOU kelembagaan
jangan semata seremonial dan formalistik, atau lebih menunjukkan ego kelembagaan,
tetapi harus dalam koridor kebersamaan mengawal kualitas kampanye.
Kedua, faktor substansial, yakni menyangkut sejumlah aturan yang
memerlukan ketatnya sistem pengawasan di lapangan. Sebenarnya, dalam UU No. 08
Tahun 2012 ini ada beberapa hal yang sudah mulai diatur meskipun masih melahirkan
banyak problematika. Misalnya Pasal 96 mengatur soal larangan: menjual blocking
segment dan blocking time, menerima program sponsor dalam format atau segmen
apa pun yang dapat dikategorikan iklan kampanye pemilu, serta menjual spot iklan
yang tidak dimanfaatkan oleh peserta pemilu kepada peserta pemilu lainnya.
Pasal 97, batas maksimum pemasangan iklan kampanye pemilu di televisi
secara kumulatif sebanyak 10 spot berdurasi paling lama 30 detik untuk setiap stasiun

19
televisi setiap hari pada masa kampanye. Di radio, 10 spot berdurasi paling lama 60
detik.
Soal durasi ini, KPI tentu harus melengkapinya dengan aturan tentang waktu
siaran iklan kampanye pemilu ditambah dengan iklan komersial ataupun iklan layanan
masyarakat lain, maksimal 20 persen dari seluruh waktu siaran per hari selama masa
kampanye di lembaga penyiaran yang bersangkutan. Ini penting dilakukan agar tidak
menabrak UU penyiaran.
KPI juga perlu mengatur secara lebih operasional tentang beberapa hal, antara
lain berapa kali diperbolehkannya running text dan superimpose dalam sehari,
penyiaran jajak pendapat, dialog/talkshow, dan jenis siaran lain yang sangat mungkin
menjadi kampanye terselubung para kontestan pemilu.
5. Kampanye Dialogis
Kampanye dialogis adalah modus baru kampanye yang diperkenalkan pada
pemilu tahun 1997. Disebut kampanye dialogis karena ada dialog antara
jurukampanye dengan audiens, kendati sebagian besar atau seluruh hadirin adalah
kader, anggota, atau simpatisan parpol yang tengah berkampanye.
Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana (2001:81), dialog mengisyaratkan
kemampuan memahami bahasa mitra dialog, bukan saja bahasa sebagai medium
komunikasi, namun juga bahasa dengan makna yang lebih dalam lagi, yakni
keinginan, aspirasi, harapan, kepentingan, cita-cita, ketakutan, kekhawatiran yang
dirasakan mitra dialog.

20
Menurut Yasraf Amir Piliang (2003), bahwa prinsip dialogisme dalam suatu
kampanye dialogis adalah bagaimana para caleg memahami masyarakat dan
menempatkan mereka sebagai seorang sahabat yang memberi masukan kepada kita.
Di dalam prinsip dialogisme ini terkandung sikap saling memahami, saling berbicara,
saling percaya satu sama lain, dan yang pasti ada kehendak bersama yang
menginginkan pemecahan solusi dari sebuah permasalahan.
Dalam konteks pemilu, mitra dialog adalah rakyat, bukan pengurus atau kader
OPP tandingan. Kampanye dialogis bermakna bahwa pihak yang berkampanye
berusaha melibatkan diri secara intim dalam dunia sosial rakyat pemilih, memasuki
perspektif dan pengamalan batin mereka.
Dalam kampanye dialogis, rakyat diperlakukan sebagai mitra, setara dengan
mereka yang mengajak dialog (juru kampanye). OPP tidak memaksakan “kebenaran”
dan pendapatnya sendiri, dan tidak sekadar melakukan pengeloaan kesan (impression
management) lewat pemberian janji-janji muluk, penampilan, dan taktik-taktik
kampanye lainnya untuk meningkatkan citra diri (self image).

BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Kita dapat menarik poin-poin penting dari tulisan ini pada bab II sebagai
berikut:
1. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
2. Kampanye berbeda dengan propaganda dan iklan. Perbedaannya antara lain:
 Propaganda tidak ada waktu, kampanye tidak dibatasi waktu.
 Propaganda menginginkan perubahan cepat, kampanye memiliki pola-pola
tertentu.
 Iklan berguna untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan produk-produk

politik melalui media massa tertentu oleh kontestan tertentu.
 Iklan merupakan sarana atau media yang dipakai/digunakan kampanye untuk

mempublikasikan visi, misi dan program peserta pemilu.
 Iklan mementingkan komersial.

21

22
 Iklan muncul sebagai media publikasi pada awalnya ditujukan untuk

mendukung kegiatan komersial produsen.
 Iklan mencakup seluruh produk yang dapat dipublikasikan tanpa terkecuali.

3. Kampanye Pemilihan Umum 2014 ada beberapa jenisnya, yaitu:
a. Kampanye bersih;
b. Kampanye hitam;
c. Kampanye negatif;
d. Kampanye abu-abu; dan
e. Kampanye dialogis
4. Kampanye yang begitu banyak jenisnya itu harus ada pengendalinya agar tidak
merugikan masyarakat. KPU telah membuat peraturan tentang tata cara
kampanye dan bekerjasama dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) terhadap
kampanye caleg maupun capres-cawapres agar sesuai dengan peraturan.
Penagawasan media sangatlah diperlukan karena kampanye selalu melalui media,
baik itu cetak maupun elektronik.
B. Saran
Semua hal yang ada di dunia ini tidak sempurna, begitu pula dengan peraturan
perundang-undangan negara ini. Sudah diatur jelas tata cara kampanye yang baik
namun tetap saja ada kampanye hitam dan kampanye negatif yang merugikan
masyarakat. Sehingga proses penegakan hukum ini haruslah ditingkatkan lagi.
Media massa di Indonesia sangatlah banyak. Komisi Pemilihan Umum dan
Badan Pengawas Pemilu kesulitan memantau berita-berita yang beredar di
masyarakat terkait isu-isu kampanye, baik itu positif maupun negatif. Selayaknya
masyarak sendirilah yang memantau dan melaporkan kepada Bawaslu jika
ditemui pelanggaran dalam kampanye.

23

DAFTAR PUSTAKA
Heryanto, Gun Gun. 2013. “Regulasi Kampanye”. Dalam Kompas, 8 Juni 2013.
Jakarta.
Mulyana, Deddy, M.A, Ph.D. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Pawito, Ph. D. 2009. Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan.
Yogyakarta: Jalasutra.
Pfau, M., dan Parrott, R. (1993). Persuasive communication campaigns. Buku
Elektronik. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. (diunduh pada 4 Juli
2014)
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hantu-hantu Politik dan Matinya Sosial. Solo: Tiga
Serangkai.
Sunandar, Hendra. 2013. “Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014; Analisis
Terhadap Aturan Main Kampanye Pemilu di Media Massa”. Makalah Karya
Ilmiah. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah.
Firdaus, Fitra. http://sidomi.com/293779/pengertian-kampanye-hitam-adalah/ (diakses
pada 5 Juli 2014)
Lameanda, Lanny. http://lannylameanda.blogspot.com/2012/12/definisi-jenis-jenisdan-perbedaan.html (diakses pada 13 Juli 2014)
Mufida. http://www.satuislam.org/opini/pengaruh-kampanye-hitam-dan-pencitraanpolitik-dalam-pemilu-di-indonesia/ (diakses pada 5 Juli 2014)
Prabowo, Danang Setiaji. http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/08/inibeda-kampanye-hitam-dan-kampanye-negatif (diakses pada 12 Juli 2014)
Romli, Asm. http://romeltea.com/teknik-kampanye-pemilu/ (diakses pada 6 Juli 2014)
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden
------------, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Komisi Pemilihan Umum, Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012
Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014
-------------, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2014 Tentang
Pemillihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

24