Pengaruh Shabu Terhadap Volume, Ph Dan Kadar Ion Kalsium Saliva pada Mantan Pecandu Shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tingkat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA)
satu dekade ini menunjukkan angka yang memprihatinkan. Pada tahun 2010
diperkirakan 230 juta orang di dunia telah mencoba NAPZA. Tercatat dua ratus orang
di dunia per tahunnya meninggal akibat komplikasi NAPZA dan diperkirakan akan
terus meningkat setiap tahunnya.

1-3

Hasil riset United Nations Office On Drug and

Crime (UNODC) pada tahun 2012 menunjukkan jenis NAPZA yang paling sering
disalahgunakan adalah jenis ganja dan shabu.


1

Obat terlarang jenis

shabu

belakangan ini menjadi pusat perhatian di dunia karena penyebarannya yang sangat
cepat yaitu meningkat 500% dari tahun 1992 sampai tahun 2002.

2

Kini terdapat

sekitar 33 juta orang pecandu shabu tersebar di dunia dan 75 persennya berada di
Asia.

4

Di Indonesia kasus penyalahgunaan shabu menempati urutan pertama yaitu


sekitar 40.612 kasus selama tiga tahun terakhir.5 Pada tahun 2012 Sumatera Utara
merupakan provinsi dengan tindak pidana narkoba tertinggi dengan jumlah kasus
penyalahgunaan shabu sebesar 5.636 kasus.5
Shabu atau yang dikenal juga dengan metamfetamin, metilamfetamin,
desoksifedrin, atau fenilisopropilmetilamin, merupakan zat psikotropika yang dapat
merangsang kerja sistem saraf pusat.6 Shabu memiliki sifat farmakologis yang serupa
dengan amfetamin, bertindak terutama seperti obat stimulan yang merangsang sistem
saraf pusat, tetapi shabu memiliki efek yang lebih kuat karena
lipofilik.

6

bersifat sangat

Shabu menyebabkan peningkatan pelepasan zat katekolamin seperti

noradrenalin, dopamin dan serotonin. Shabu cukup mudah untuk diproduksi,
memiliki efek stimulan yang lebih tinggi, dan relatif lebih murah dibandingkan
narkoba yang lain.


6,7,8

Faktor-faktor tersebut yang mendorong prevalensi

penyalahgunaan shabu semakin meningkat setiap tahunnya.

1,2,8

Prevalensi yang

Universitas Sumatera Utara

2

tinggi tersebut berbanding lurus dengan masalah yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan shabu.8
Penyalahgunaan shabu menimbulkan masalah yang cukup serius baik bagi
individu tersebut maupun bagi lingkungan sosial disekitarnya.2,3 Pemakaian dalam
jangka waktu


panjang dapat menyebabkan komplikasi medik yang menyerang

banyak organ tubuh khususnya sistem saraf pusat.2,7 Dalam penggunaan jangka
panjang shabu dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan bahkan
menyebabkan kerusakan berkelanjutan meski konsumsi shabu telah dihentikan.
Beberapa peneliti menunjukkan prevalensi beberapa penyakit lebih tinggi pada
kelompok pengguna shabu dibandingkan kelompok bukan pengguna shabu. Penyakit
tersebut diantaranya penyakit kardiovaskuler, kerusakan ginjal, paru-paru, dan kulit.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan terdapat manifestasi oral dari penggunaan
shabu.6,7,9,10
Penyalahgunaan shabu berdampak buruk terhadap kesehatan rongga mulut.7
Manifestasi oral tersebut diantaranya xerostomia, atrisi gigi akibat clenching dan
bruksism, perobahan warna gigi, penyakit periodontal serta karies.2,7,11-13 Data
tersebut relevan dengan temuan Shetty tahun 2010 pada pecandu shabu di Los
Angles, yang menunjukkan 80% mengalami xerostomia, 30,6% mengalami atrisi
akibat bruksism, 13% kelainan pada TMJ, 33,9% mengalami penyakit periodontal,
31% pasien mengalami karies, dan 52% mengalami kehilangan gigi akibat karies.7
Data tersebut didukung oleh laporan kasus Saini dkk pada tahun 2005 di Omaha 60%
pasien mengalami karies yang parah (skor DMFT = 30).


4

Keluhan rongga mulut

yang paling sering ditemukan pada pecandu shabu adalah keluhan mulut kering yang
disebabkan oleh penurunan volume saliva. 2,5,10
Salah satu penyebab meningkatnya resiko penyakit gigi dan mulut pada
pecandu shabu adalah produksi saliva yang menurun.

4,7,8

Saliva merupakan cairan

fisiologis rongga mulut yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan
rongga mulut. Saliva di dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Cairan ini terdiri dari 99% air dan sisanya terdiri zat organik
dan anorganik terlarut. Dalam jumlah yang normal komposisi saliva tersebut menjaga

Universitas Sumatera Utara


3

saliva dalam keadaan homeostatis. Proses sekresi saliva dikendalikan oleh sistem
saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. 14
Xerostomia merupakan manifestasi oral yang klasik dari penggunaan shabu.
Hal tersebut diduga kuat karena zat psikotropika ini bersifat simpatomimetik
sehingga dapat mengaktivasi reseptor α-adrenergik pembuluh darah pada kelenjar
saliva, mengakibatkan vasokontriksi saluran-saluran kelenjar saliva sehingga
produksi dan aliran saliva berkurang (hiposalivasi).

4,9,19,15

Selain itu shabu

mempengaruhi sekresi saliva melalui inhibisi reseptor α-2-adrenergik di nukleus
salivatori. Laporan kasus Saini dkk pada tahun 2005 di Omaha menunjukkan 60%
pasien

mantan pecandu shabu mengeluhkan mulutnya terasa kering dan rongga


mulut terasa tidak nyaman.4 Didukung oleh penelitian Brown dkk tahun 2012 di San
Fransisco menunjukkan 30% pecandu shabu merasa mulutnya kering, 24%
mengeluhkan kesulitan menelan makanan dan 35% memerlukan bantuan air untuk
proses penelanan.

11

Hasil laporan Ravenel dkk tahun 2012 di South Carolina

menunjukkan volume saliva stimulasi pada 36% pecandu shabu tergolong rendah
dengan konsistensi saliva lebih kental dibandingkan normal. 17,18
Penyalahgunaan shabu dalam jangka panjang akan membuat pecandu shabu
menjadi stress dan depresi yang mengakibatkan sekresi saliva menurun dan beresiko
menurunnya pH saliva.

11

pH normal saliva berkisar dari 6,7–7,3 sedangkan pada


pecandu shabu pada umumnya mengalami penurunan pH saliva khususnya pH saliva
tidak terstimulasi. 17 Hasil penelitian Ravenel dkk pada tahun 2012 di South Carolina
menunjukkan 57,1% pecandu shabu memiliki pH saliva di bawah normal.

17

Hal

tersebut diduga dipengaruhi oleh menurunnya komposisi dalam saliva termasuk
komponen buffer saliva. Pada keadaan normal nilai kapasitas buffer saliva adalah 10
–12.

17

Penelitian Ravenel tahun 2012 di South Carolina menunjukkan dari 13

pecandu shabu hanya 2 sampel yang memiliki kapasitas buffer yang normal, 10
sampel memiliki kapasitas buffer yang rendah yaitu 6 – 9 dan satu diantaranya
memiliki kapasitas buffer sangat rendah yaitu 0–5.


17

Hasil tersebut dikuatkan oleh

temuan Flanigan dkk. tahun 2009 di Iowa yang menemukan 71% sampel pecandu
shabu memiliki kapasitas buffer yang rendah. 16

Universitas Sumatera Utara

4

Selain berpengaruh terhadap pH saliva, volume sekresi saliva yang rendah
juga mempengaruhi komposisi saliva lainnya, termasuk kadar ion kalsium. Kalsium
memiliki peran penting dalam menjaga struktur gigi, remineralisasi dan aktivator
enzim. Dalam penelitian Multazam pada pecandu narkoba di Makasar tahun 2013
didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar kalsium dalam saliva
pada pecandu narkoba dengan non pecandu narkoba. Dimana kadar ion kalsium pada
pecandu shabu sebesar 0,906 mmol/L, pecandu ekstasi sebesar 0,920 mmol/L dan
ganja sebesar 1,00 mmol/L. Kadar ion kalsium pada pecandu shabu menunjukkan
angka paling rendah diduga karena efek shabu terhadap sistem saraf pusat sangat

kuat. 20
Manifestasi shabu pada rongga mulut tersebut dapat menurunkan kualitas
hidup seseorang, sehingga perlu dilakukan perawatan yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut. Penurunan volume dan pH saliva yang asam dinilai memiliki
peranan penting terhadap munculnya berbagai keluhan rongga mulut pada pecandu
shabu. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
pengukuran volume, pH, dan kadar ion kalsium saliva pada mantan pecandu shabu di
Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap volume saliva
yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun
2014?
2. Apakah terdapat pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap pH saliva yang
distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun
2014?
3. Apakah terdapat pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap kadar ion
kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi
PSPP Insyaf tahun 2014?


Universitas Sumatera Utara

5

4. Apakah terdapat hubungan antara volume dengan kadar ion kalsium saliva
yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun
2014?
5. Apakah terdapat hubungan antara volume dengan pH saliva yang
distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf

tahun

2014?
6. Apakah terdapat hubungan antara pH dengan kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf

tahun

2014?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap volume, pH dan
kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat
Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun 2014.

1.3.2

Tujuan khusus

1. Untuk mengukur volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu
shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf tahun 2014 berdasarkan frekuensi, durasi,
cara dan lama berhenti menyalahgunakan.
2. Untuk mengukur pH saliva yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di
Pusat Rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 berdasarkan frekuensi, durasi, cara dan
lama berhenti menyalahgunakan.
3. Untuk mengukur kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan
pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 frekuensi, durasi, cara
dan lama berhenti menyalahgunakan.
4. Untuk melihat hubungan antara volume, pH dan kadar ion kalsium pada
saliva mantan pecandu shabu yang distimulasi di Pusat Rehabilitasi Insyaf Medan
tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap volume, pH dan kadar
ion kalsium saliva yang distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi
PSPP Insyaf Medan tahun 2014.
2. Terdapat hubungan antara volume, pH dan kadar ion kalsium saliva yang
distimulasi pada mantan pecandu shabu di Pusat Rehabilitasi Insyaf Medan tahun
2014.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

biologi oral khususnya kajian tentang pengaruh penyalahgunaan shabu terhadap
kuantitas dan kualitas saliva.
2.

Sebagai data awal untuk melakukan penelitian berikutnya tentang efek

shabu terhadap penyakit rongga mulut.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-

pihak medis terutama dokter gigi tentang pengaruh shabu terhadap saliva, sehingga
dapat

memberikan

penyuluhan

kepada

masyarakat

yang

rentan

terhadap

penyalahgunaan shabu.
2.

Memberikan informasi kepada pecandu shabu mengenai efek samping

penggunaan shabu terhadap kesehatan rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara