PERBANYAKAN Corynebacterium sp. DAN CARA APLIKASINYA DI LABORATORIUM BALAI PROTEKSI TANAMAN PERTANIAN (BPTP) BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

commit to user

i

PERBANYAKAN Corynebacterium sp. DAN CARA APLIKASINYA

DI LABORATORIUM BALAI PROTEKSI TANAMAN PERTANIAN (BPTP) BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan

Disusun Oleh:

ANGGA SURYA WIJAYA H 3308008

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul :

PERBANYAKAN Corynebacterium sp. DAN CARA APLIKASINYA

DI LABORATORIUM BALAI PROTEKSI TANAMAN PERTANIAN (BPTP) BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Angga Surya Wijaya

H 3308008

Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : 25 Mei 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Penguji Ketua

Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP NIP. 195011171976111001

Anggota

Ir. Wartoyo SP, MS NIP 195209151979031003

Surakarta, Juli 2011

Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian

Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 195602251986011001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia–Nya penulis mampu menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Dalam menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini ternyata tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi DIII dan Ketua Program Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP selaku Dosen Pembimbing dan penguji I.

5. Bapak Ir. Wartoyo SP, MS selaku Penguji II.

6. Bapak Ir. Paryoto, MP. selaku Penanggung Jawab Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

7. Bapak Ahmadi selaku Pembimbing Magang dan Seluruh Karyawan di

Laboratorium BPTP Bantul.

8. Bapak, Ibu dan Kakak yang saya sayangi terima kasih atas doanya, kasih sayang dan segala dukungannya.

9. Kekasih hati Fatma Krisdiantin yang mendukung dan memberi semangat.

10. Teman-teman SMK N 1 Pandak Bantul Yogyakarta yang tealah membantu dalam pelaksanaan praktek lapangan.

11. Teman seperjuanganan pada saat magang Suryanto dan Syarifuddin Ibnu A. terima kasih atas kerjasamanya.

12. Teman-teman DIII angkatan 2008 FP UNS semua, khususnya untuk teman-teman satu kelas.

13. Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kesempurnaan. Harapan penulis semoga laporan tugas akhir ini dapat bemanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Surakarta, Mei 2011


(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Bakteri Corynebacterium sp. ... 4

B. Penyakit Sasaran ... 5

1. Penyakit Hawar Daun Bakteri ... 5

2. Penyakit Bacterial Red Stripe ... 7

3. Penyakit Blast ... 7

4. Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercosprora spp) ... 8

5. Penyakit Layu Pada Tanaman Sayuran ... 8

6. Penyakit Akar Gada Pada Kubis ... 9

7. Penyakit Layu Pada Pisang (Ralstonia solanacearum) ... 10

C. Cara Perbanyakan ... 11

D. Cara Aplikasi ... 14

III. TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 15

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ... 15

1. Tempat Pelaksanaan Magang ... 15


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

B. Cara Pelaksanaan ... 15

1. Wawancara ... 15

2. Observasi ... 15

3. Praktek Langsung ... 15

4. Studi Pustaka ... 15

C. Sumber Data ... 16

1. Sumber Data Primer ... 16

2. Sumber Data Sekunder... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

A. Kondisi Umum Instansi ... 17

1. Identitas Instansi ... 17

2. Visi dan Misi ... 17

3. Tugas dan Fungsi BPTP ... 17

B. Pembahasan ... 19

1. Pembuatan Media Ekstrak Kentang Gula (EKG) ... 19

2. Proses Fermentasi ... 20

3. Cara Aplikasi... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

A. Kesimpulan ... 24

B. Saran... 24 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Butiran Kalii Permanganas (KMnO4) ... 27

2. Menimbang Kentang Untuk EKG (Ekstrak Gula Kentang). ... 27

3. Memasukkan Gula Ke Dalam Air Rebusan Kentang ... 28

4. Isolat Bakteri Corynebacterium sp. ... 28

5. Inokulasi Isolat Corynebacterium sp. Ke Media Cair EKG Di Dalam Laminar Air Flow (LAF) ... 29

6. Merangkai Rangkaian Fermentasi Bakteri Corynebacterium sp. ... 29

7. Bakteri Corynebacterium sp. Yang Baru Panen ... 30

8. Bakteri Corynebacterium sp. Siap Pakai ... 30

9. Bakteri Corynebacterium Dalam Kemasan ... 31

10. Aplikasi Di Lapangan ... 31

11. Perendaman Benih Padi Dengan Corynebacterium sp. ... 32

12. Melihat Spora Bakteri Corynebacterium sp. Dengan Mikroskop ... 32

13. Spora Bakteri Corynebacterium sp. Dilihat Dari Mikroskop Dengan Pembesaran 40x10 ... 33


(9)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam usaha pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu usaha pengolahan OPT yang menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem yang

kompatibel. Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi atau

mempertahankan populasi organisme pengganggu dibawah tingkat yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi dengan tujuan memantapkan produksi pada taraf tinggi untuk mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani. Dalam sistem PHT tersebut, pestisida kimia sintetis merupakan alternatif terakhir, yaitu apabila cara-cara lain tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai dewasa ini penggunaan pestisida kimiawi sintetis masih merupakan pilihan utama petani dan penggunaannya pun masih belum seperti yang diharapkan. Keadaan

tersebut menyebabkan terjadinya perubahan ekologi yang tidak

menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan sebaliknya menguntungkan bagi OPTnya. Hal lain yang timbul kemudian adalah resurjensi, resistensi dan keracunan pada pengguna pestisida, binatang piaraan, satwa liar, organisme bukan sasaran lainnya dan lingkungan.

Keadaan yang tidak menguntungkan bagi manusia dan lingkungan tersebut di atas membuat masyarakat mulai memikirkan kembali cara-cara untuk mengembalikan keadaan tersebut ke arah keadaan yang lebih aman bagi manusia dan lingkungan atau menciptakan kembali lingkungan yang sehat. Dewasa ini terdapat usaha untuk mencari pestisida baru yang tidak memberikan dampak negatif atau setidak-tidaknya pestisida yang sifat negatifnya relatif kecil. Salah satu peluangnya adalah pemanfaatan bahan-bahan alami, khususnya yang berasal dari tumbuhan. Untuk itu perlu digali


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kembali dan dikembangkan potensi manfaat tumbuhan untuk pengendalian OPT yang lebih akrab dengan lingkungan yang telah tersedia di alam.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan pestisida nabati, pestisida biologi dan agens hayati merupakan terobosan baru yang perlu dikembangkan dan ditindak lanjuti. Hal tersebut penting karena dewasa ini sangat dirasakan adanya perubahan ekosistem tumbuhan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhannya dan menguntungkan bagi organisme pengganggu tanaman. Cara pengendalian tersebut di atas merupakan suatu usaha pengendalian yang sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan dipandang lebih aman dan akrab dengan lingkungan.

Pemanfaatan agens hayati dalam menekan perkembangan penyakit terus dikembangkan dan dimasyarakatkan ke petani. Agens hayati yang digunakan untuk mengendalikan penyakit disebut agens antagonis. Agens antagonis yang banyak dikembangkan untuk mengendalikan penyakit antara lain dari jenis jamur dan bakteri. Jamur agens antagonis yang sudah banyak diuji, baik pada tingkat laboratorium maupun tingkat lapang dan telah dimasyarakatkan ke petani saat ini adalah jamur Trichoderma sp. dan

Gliocladium sp. dan bakteri agens antagonis yang mulai dimasyarakatkan ke

petani adalah bakteri Corynebacterium sp. dan Pseudomonas fluorescens. Agens antagonis tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengendalian penyakit tanaman yang ramah lingkungan, baik pada penyakit tanaman pangan maupun hortikultura.

Bakteri Corynebacterium sp. yang merupakan salah satu agens hayati bersifat antagonis (agens antagonis) yang dapat mengendalikan beberapa jenis OPT utamanya terhadap penyakit kresek pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae, dan OPT lain yang dapat dikendalikan oleh agens antagonis Corynebacterium sp. adalah penyakit bercak daun, penyakit bengkak akar pada kubis, dan penyakit bakteri layu pisang.


(11)

commit to user

Balai Besar Peramalan OPT mempunyai agens antagonis untuk pengendalikan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) yaitu bakteri

Corynebacterium sp. Bakteri Corynebacterium sp. diperoleh secara alami

yang diisolasi dari daun padi yang sehat diantara daun padi yang terinfeksi penyakit HDB. Bakteri Corynebacterium sp. telah melalui uji efektifitas baik secara laboratorium maupun lapang.

Untuk memenuhi kebutuhan agen hayati dalam jumlah yang banyak dan memenuhi syarat kualitas yang baik tanpa terkontaminasi, maka perlu perbanyakan agen hayati secara massal dengan teknik perbanyakan yang telah diterapkan melalui prosedur yang benar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara

teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.

b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis.

c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan

agribisnis.

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang

pertanian khususnya pada pengendalian hama atau pengendalian OPT secara organik yang dilakukan di laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP), Wijirejo, Pandak, Bantul.

b. Melihat dan memahami secara langsung pembuatan pestisida hayati khususnya pada agen hayati bakteri Corynebacterium sp.


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri Corynebacterium sp.

Menurut Agrios (1997) bakteri Corynebacterium sp. dapat

diklasifikasikan sebagai berikut ; Kingdom : Procaryotae(Bacteria) Divisio : Firmicutes

Class : Thallobacteria

Ordo : Actinomycetales

Family : Streptomytaceae

Genus : Clavibacter

Species : Clavibacter (Corynebacterium sp.) (Anonim, 2011)

Bakteri Corynebacterium sp. merupakan bakteri antagonis yang secara morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat

susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat digunakan untuk

mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman pangan maupun hortikultura (Retnowati et al., 2007).

Cara kerja dari bakteri antagonis Corynebacterium sp. adalah bersaing hidup dengan Bacterial leaf blight/Leaf streak/Blast. Semakin banyak bakteri

Corynebacterium sp. yang hidup dengan angka titer/ kepadatan populasi

1000.000 per ml, akan mengalahkan perkembangbiakan Bacterial leaf blight /

Leaf streak/Blast dan Bacterial leaf blight/Leaf streak/Blast terhambat

perkembangan hidupnya, sehingga tanaman padi selamat dari infeksi bakteri tersebut, penyebaran penyakit dapat ditekan (Mujahidin, 2010).


(13)

commit to user

Bakteri antagonis adalah jasad renik (mikro organisme) yang mengintervensi kegiatan patogen (penyebab penyakit) pada tumbuhan. Pada dasarnya terdapat 3 mekanisme antagonis yaitu:

1. Hiperparasitisme : terjadi apabila organisme antagonis memparasit organisme parasit (patogen tumbuhan).

2. Kompetisi ruang dan hara : terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang hidup dan hara, seperti karbohidrat, nitrogen, ZPT dan vitamin.

3. Antibiosis : terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh senyawa metabolik yang diproduksi oleh organisme lain (Zainal, 2011). B. Penyakit Sasaran

1. Penyakit Hawar Daun Bakteri

Bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri dapat menginfeksi tanaman padi dari mulai pembibitan sampai panen. Ada dua macam gejala penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) yaitu gejala yang terjadi pada tanaman muda berumur kurang dari 30 hari setelah tanam disebut kresek, sedangkan gejala yang timbul pada tanaman mencapai stadia anakan sampai pemasakan disebut hawar

(blight). Kresek merupakan gejala yang paling merusak dari penyakit

HDB, sementara gejala yang paling umum dijumpai adalah gejala hawar (Kadir et al., 2011)

Gejala penyakit HDB pada tanaman di persemaian, biasanya dicirikan oleh warna menguning pada tepi daun yang tidak mudah diamati. Gejala yang ditemukan pada fase pertumbuhan anakan sampai fase pemasakan adalah gejala hawar (water soaked) sampai berupa garis kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada ujung daun kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan pinggir daun berombak. Selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna susu atau berupa tetes embun pada daun muda di pagi hari. Pada stadia perkembangan gejala penyakit lebih lanjut, luka berubah warna mejadi kuning memutih.


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Selanjutnya pada daun yang terinfeksi parah, warna daun cenderung menjadi abu-abu disertai dengan muncul jamur saprofit

(Kadir et al., 2011).

Menurut Thurston (1978) dalam Mew et al. (1989), suatu penyakit

digolongkan berbahaya jika dapat berkembang dengan cepat,

mengakibatkan kehilangan hasil yang serius, dan sulit dikendalikan. Hawar Daun Bakteri (HDB) termasuk lima besar penyakit yang berbahaya baik di daerah tropik maupun subtropik. Hawar Daun Bakteri (HDB) berbahaya tidak hanya karena potensi epidemiknya, tetapi juga karena patogennya dapat ditularkan melalui biji dan dapat bertahan hidup dalam biji selama semusim, bahkan di India sampai 11 bulan (Singh et al. 1983 dalam Mew et al. 1989). Kaku (1988) dan Xie et al. (1999a) menggolongkan HDB sebagai penyakit penting tanaman padi di daerah tropik dan subtropik Asia. Di Indonesia, HDB juga merupakan salah satu penyakit terpenting tanaman padi, terutama pada tanaman padi sawah (Kadir et al., 2011).

Menurut Singh (1998), sistematika dari bakteri Xanthomonas

campestris pv oryzae adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Divisio : Gracilicutes

Class : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Xanthomonas

Species : Xanthomonas campestris pv oryzae (Banjarnahor, 2010).

Xanthomonas campestris pv oryzae (Xanthomonas oryzae

(Ishiyama) Dowson : Xanthomonas kresek Schure ; Bacterium oryzae

(Ishiyama) Elliot) adalah penyebab penyakit hawar daun bakteri (Bacterial

leaf blight) pada tanaman padi. Patogen ini berukuran 0,5 – 0,8 x 1,3 – 2,2

µm yang pada medium NA koloninya tampak berbentuk bundar berwarna kuning kecoklatan (Banjarnahor, 2010).


(15)

commit to user 2. Penyakit Bacterial Red Stripe

Gejala penyakit ini muncul terutama pada bagian daun dan kadang-kadang pada bagian atas pelepah daun pada fase pembungaan. Gejala awal dapat diamati pada tingkat anakan maksimum pada bagian bawah rumpun. Pada fase pembungaan, gejala penyakit ini terjadi pada daun bendera, daun kedua, dan daun ketiga dari atas (Rusmanto, 1990).

Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (1989), gejala awal ditandai oleh timbulnya bercak yang berbentuk bulat atau bulat telur berwarna merah kekuningan atau merah coklat kekuningan. Setelah mencapai diameter 3 - 5 mm bercak tersebut berkembang memanjang ke arah ujung daun dan kadang-kadang ke arah pangkal daun hingga berbentuk garis yang warna serta lebarnya sama dengan gejala awal. Daun tampak bergaris merah dan mengering. Masa pembungaan menjadi tidak serempak sehingga proses pematangan bulir tidak serempak, Pada umumnya serangan berat dapat diamati pada saat satu minggu sampai sepuluh hari setelah masa pembungaan (Rusmanto, 1990).

Kaku (2007) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium sp. Gejala awal penyakit berkembang berbentuk bercak

sebesar jarum dan pinggirnya memanjang dari bercak mengarah keatas. Pengamatan secara histologi menunjukkan bahwa bercak bentuk jarum ditemukan setelah 3 hari inokulasi, bakteri masuk melalui stomata berkembang biak pada ruang intercellulair jaringan parenchim substomata. Gejala bercak berwarna orange muncul setelah 8 hari inokulasi, massa bakteri ditemukan pada jaringan transversal dan longitudinal

(Kadir et al., 2011). 3. Penyakit Blast

Penyakit Blast disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae. Pada tanaman yang terserang terjadi busuk daun yang dimulai dengan adanya bercak berentuk belah ketupat, kemudian bercak meluas menuruti urat tulang daun. Kadang-kadang beberapa bercak bergabung menjadi satu, tanaman tampak seperti terbakar. Terjadi pembusukan gelang buku pada


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tanaman padi yang telah keluar malai. Buku yang terserang berwarna coklat, mengkerut, mudah patah. Malai padi tidak terisi penuh bahkan hampa. Terjadi busuk leher (neck rot), pangkal batang tanaman secara keseluruhan mengkerut, berwarna coklat kehitaman, mudah rebah. Malai padi pada tingkat serangan ini hampa. Pengendalian diarahkan pada tehnis penanaman yang lebih baik, menghindari pemakaian pupuk Nitrogen yang berlebihan, tanam varietas yang tahan, dan membakar sisa tanaman yang terserang (Anonim, 2011).

4. Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercospora spp)

Penyakit Cercospora spp atau yang dikenal penyakit bercak coklat sempit pada tanaman padi. Gejala yang mudah dikenali dari penyakit bercak coklat sempit ini adalah pada daun dan pelepah terdapat bercak pendek sempit seperti garis-garis berwarna coklat. Pada varietas yang tahan bercak berukuran 0,1-1 cm X 0,1 cm berwarna coklat gelap. Pada varietas yang rentan bercak akan tumbuh lebih besar dan berwarna coklat terang. Sumbu panjang dari tiap bercak paralel dengan tulang daun (Anonim, 2011).

5. Penyakit Layu Pada Tanaman Sayuran

Gejala pada tomat. Daun termuda adalah yang pertama akan terpengaruh dan memiliki penampilan lembek, biasanya di waktu paling hangat hari. Layu tanaman keseluruhan mungkin mengikuti cepat jika lingkungan kondisi yang menguntungkan bagi patogen. Dalam kondisi yang kurang menguntungkan, penyakit kurang berkembang pesat, pengerdilan mungkin terjadi dan sejumlah besar akar adventif adalah dihasilkan pada batang. Jaringan vaskular batang menunjukkan perubahan warna coklat dan, jika batang dipotong melintang, tetes cairan kekuningan bakteri atau putih mungkin terlihat (Anonim, 2011).


(17)

commit to user

Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum penyakit layu pada kentang menurut E.F. Smith dalam Buchman dan Gibbions (1974), Yabuuch et al. (1995) adalah :

Kingdom : Prokariotik

Divisio : Gracilicutes

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Pseudomonadaceae

Genus : Ralstonia

Spesies : Ralstonia solanacearum (Anaf, 2009).

6. Penyakit Akar Gada Pada Kubis

Tingkat produksi tanaman kubis-kubisan sering kali dipengaruhi oleh

serangan patogen Plasmodiophora brassicae yang menyebabkan bengkak

pada akar. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Keadaan ini mengakibatkan tanaman layu, kerdil, kering dan akhirnya mati (Karling, 1968), jika tanah sudah terinfestasi oleh P. brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman famili Brassicaceae karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah (Cicu, 2006).

Gejala infeksi yang tampak di atas permukaan tanah adalah daun-daun tanaman layu jika hari panas dan kering, kemudian pulih kembali pada malam hari, serta kelihatan normal dan segar pada pagi hari. Jika penyakit berkembang terus, daun-daun menjadi kuning, tanaman kerdil, dan mungkin mati atau hidup merana (Karling 1968). Pembengkakan akar merupakan ciri khas penyakit akar gada. Bentuk dan letaknya bergantung pada spesies inang dan tingkat infeksi. Akar yang membengkak akan makin besar dan biasanya hancur sebelum akhir musim tanam karena serangan bakteri dan cendawan lain (Agrios 1997), apabila infeksi terjadi pada akhir musim tanam, ukuran gada biasanya kecil dan tanaman dapat bertahan hidup (Cicu, 2006).


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

7. Penyakit Layu Pada Pisang (Ralstonia solanacearum)

Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum penyakit layu pada pisang menurut E.F. Smith dalam Buchman dan Gibbions (1974), Yabuuch et al. (1995) adalah :

Kingdom : Prokariotik

Divisio : Gracilicutes

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Pseudomonadaceae

Genus : Ralstonia

Spesies : Ralstonia solanacearum (Anaf, 2009).

Ralstonia solanacearum adalah bakteri aerobik, berbentuk batang,

berukuran (0,5 – 1,0 x 1,5 – 2,5) µm, gram negatif, bergerak dengan satu flagel yang terletak diujung sel. Umumnya isolat yang virulen memiliki flagella sedangkan isolat non virulen flagelnya panjang (Goto, 1992). Bakteri ini diketahui mempunyai banyak ras yang berbeda virulensinya. Ras 1 menyerang terung-terungan dan tanaman lain, seperti tomat, tembakau, dan kacang tanah. Ras 2 menyerang pisang dan Heliconia. Ras 3 khususnya menyerang tanaman kentang (Semangun, 1996). Bakteri ini mampu menghidrolisa gelatin dan twin 80, mampu mereduksi nitrat, dapat menghasilkan asam sukrosa, arginin, dehidrolase negatif, jumlah guanin, dan sitosin dalam DNA 66-69%. Mengandung poly B-hidroksibutirat. Beberapa strain dapat menghasilkan gas dan nitrat (Anaf, 2009).

Gejala awal adalah tanaman mulai layu. Kemudian menjalar ke daun bagian bawah. Gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daum menguning sampai coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas atau ujung stolon (Anaf, 2009).


(19)

commit to user C. Cara Perbanyakan

Bahan dan alat yang digunakan untuk perbanyakan bakteri

Corynebacterium sp. yaitu isolat dan media EKG yang telah disiapkan. Kalii

permanganas (KMnO4)sebagai fermentor, aerator, glass wall, selang kecil dan botol plastik (Retnowati et al., 2007).

Cara pembiakan/ memperbanyak bakteri corine (Corynebacterium sp.) tentunya kita harus membuat ekstrak kentang sebagai media utama pembiakan tersebut. Ini adalah cara pembuatan ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri corine (Corynebacterium sp.) :

Alat dan Bahan yang digunakan dalam perbanyakan bakteri

Corynebacterium sp.adalah :

1. Air bersih 20 liter

2. Kentang 6 KG

3. Gula pasir 0,5 KG

4. Kompor

5. Panci besar 6. Pisau Cara Pembuatan:

1. Kupas kentang 2. Cuci sampai bersih

3. Potong-potong sampai ukuran kira-kira 1 cm3 4. Rebus sampai kentang benar-benar lunak 5. Ambil kentang yang berada dalam panci

6. Biarkan dingin, setelah dingin campurkan dan larutkan gula pasir 0,5 kg kedalam ekstrak kentang tadi.

7. Ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri corine (bakteri

Corynebacterium sp.) telah jadi namun sebaiknya saring dahulu

sebelum digunakan (Anonim, 2011).

Setelah media dingin masukkan stater/ isolate/ biang bakteri


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dengan isolat Corynebacterium sp.adalah 5 liter EKG dengan 1 tabung reaksi

(test tube) isolate Corynebacterium sp. (Retnowati et al., 2007).

Cara pembiakan bakteri corine ( Corynebacterium sp.) : Alat dan Bahan :

• 3 Buah toples yang ada tutupnya • 2 meter selang akuarium

• Galon air mineral • Air bersih secukupnya • Ekstrak kentang

• Glasswoll PK (obat kulit) • Air pump (untuk akuarium)

• Isolat bakteri corine (Corynebacterium sp.)

Gambar 1. Skema Rangkaian Perbanyakan Bakteri Corynebacterium sp.

Cara Pembuatan :

1. Pasang alat-alat secara berurutan dan hubungkan dengan selang mulai dari Air pump, toples, galon air mineral dan toples. Cara pemasangan selang yang benar adalah selang harus menempel rapat di toples maupun galon. Jangan sampai ada lubang udara. Selang masuk udarah arus menyentuh dasar toples sedangkan selang buangan udara hanya sedikit saja masuk kedalam toples. Selang jangan sampai terhimpit dan rapat ataupun tersumbat. Agar sambungan selang dengan toples rapat gunakan lem baker yang diteteskan pada sambungan tersebut.


(21)

commit to user

2. Isi toples pertama dengan larutan Kalii Permanganas (PK) kira-kira 3/4 tinggi toples (1 ujung sendok teh PK larutkan dalam satu liter air)

3. Isi toples kedua dengan glasswoll

4. Isi galon air mineral dengasn ekstrak kentang dan isolat bakteri corine

(Corynebacterium sp.)

5. Isi toples terakhir dengan air bersih

6. Tutup rapat toples-toples tersebut hingga tidak tembus udara jika perlu rapatkan dengan lakbanataupun isolasi.

7. Hubungkan air pump dengan stop kontak

8. Biarkan beberapa saat sampai ujung selang pada toples yang berisi air bersih keluar gelembungnya. Jika ujung selang tersebut belum bergelembung udara berarti masih adasambungan yang bocor.

9. Perbaiki lagi sambungan (Instalasi) sampai benar-benar rapat (Kunci utama keberhasilan pembuatan bakteri corine (Corynebacterium sp.) ini ada pada cara instalasi.

10. Jika sudah benar sambungan biarkan proses pembiakan terjadi selama 20 hari (Anonim, 2011).

Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada madia (padat atau cair), kemudian di simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik. Media inkubasi digolongkan menjadi 2 jenis :

1. Pada lemari biasa atau suhu kamar

2. Pada incubator yang suhunya dapat di tentukan (Renata, 2009). Perbanyakan bakteri agens antagonis Corynebacterium sp. dengan rangkaian/proses tersebut diinkubasi selama 14 hari telah memenuhi standart mutu 108 Cfu untuk siap digunakan (Retnowati et al., 2007).


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

D. Cara Aplikasi

Cara aplikasi Corynebacterium sp. sebagai berikut :

1. Siapkan larutan semprot dengan mencampurkan 5 ml larutan

Corynebacterium yang sudah jadi kedalam 1 liter air.

2. Siapkan larutan perekat dengan mencampurkan 1 ml kedalam 100 ml air bersih, kemudian campurkan kedalam larutan 1 liter diatas

3. Saring dan masukkan larutan kedalam tangki semprot, kemudian

tambahkan 15-16 liter air.

4. Semprotkan pada persemaian dan tertanaman umur 14, 28 dan 42 hst. 5. Lebih baik apabila dilakukan perendaman benih yang siap semai selama

15 menit

6. Konsentrasi 5ml/liter, dengan dosis 2,5 liter formulasi bakteri

Corynebacterium sp. per ha dengan volume semprot antara 500-600 liter,

kepadatan populasi bakteri minimal 106 Cfu/cc

7. Waktu aplikasi pada sore hari, mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi siang hari untuk mencegah pengaruh sinar matahari (Anonim, 2011).

Cara aplikasi Corynebacterium sp. pada benih yaitu dengan melakukan perendaman benih/ bonggol sebelum tanam selama ± 15 menit. Penyemprotan pada tanaman khusus pada penyakit padi (kresek/HDB) dilakukan penyemprotan pada umur 14,28 dan 42 hst. Aplikasi Corynebacterium sp. dapat dicampur dengan perekat yang membuat sendiri (kaji/aci) atau perekat yang telah tersedia di kios-kios. Dosis yang digunakan untuk pengendalian penyakit yaitu 5cc/ 1 liter air dengan larutan semprot sebanyak 500-600 liter/ Ha. Aplikasi dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 wib, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri


(23)

commit to user

III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan magang dilaksanakan di Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP), Wijirejo, Pandak, Bantul.

2. Waktu Pelaksanaan Magang

Magang ini dilaksanakan pada 17 Februari 2011 sampai dengan 17 Maret 2011.

B. Cara Pelaksanaan

Adapun Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu :

1. Wawancara

Melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung yang berhubungan dengan kegiatan yang dipelajari kepada pembimbing lapangan atau pihak yang terkait.

2. Observasi

Pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dengan pengamatan secara langsung di tempat kegiatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh untuk digunakan sebagai pelengkap atau lampiran dalam penyusunan laporan

3. Praktek Langsung

Melakukan praktek secara langsung di lapangan perbanyakan bakteri

Corynebacterium sp. dan cara aplikasinya, mulai dari persiapan bahan,

pembuatan media, perbanyakan dan aplikasinya. Selain itu juga mengikuti kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP), Wijirejo, Pandak, Bantul sehingga mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan dalam perusahaan.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4. Studi Pustaka

Mencari referensi sebagai data pelengkap dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah mengenai perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. dan cara aplikasinya. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, download internet, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh ada 2 yaitu sebagai berikut : 1. Sumber Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara atau inteview dengan pemilik atau karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut dan melakukan observasi lapangan.

2. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan mencari referensi di luar data primer seperti buku literatur, internet, brosur dan lainnya guna melengkapi atau membandingkan dengan data primer.


(25)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Instansi 1. Identitas Instansi

a. Nama instansi : Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian

b. Pemilik : Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta,

khususnya dibawah dinas Pertanian Provinsi DIY.

c. Alamat :

1) Kantor pusat : Jln. Pertanian No. 385 Wonocatur Yogyakarta 55198.

Telepon : (0274) 582839

2) Laboratorim :Tromol Pos 4 Kauman, Wijirejo, Pandak,Bantul, Yogyakarta.

Telepon : (0274) 367029

2. Visi dan Misi a. Visi

Menjadi akselerator mewujudkan pertanian tangguh, mandiri, komersial, dan berdaya saing berbasis potensi sumberdaya dan budaya lokal serta berkelanjutan

b. Misi

1) Meningkatkan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian;

2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani;

3) Mendorong peningkatan produksi, kualitas, dan nilai tambah produk pertanian melalui peningkatan ketersediaan dan optimasi pemanfaatan sarana/prasarana pertanian daerah, teknologi yang spesifik dan ramah lingkungan.

3. Tugas dan Fungsi Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP)

Secara garis besar BPTP Yogyakarta berfungsi sebagai tempat proyek pengamatan dan peramalan hama dan penyakit tanaman pangan, yang mempunyai wilayah kerjanya berada di empat kabupaten yaitu; Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman dan satu Kotamadya Yogyakarta.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang berfungsi sebagaimana telah disebutkan diatas mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengamatan dan peramalan Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT) pangan.

b. Mengumpulkan dan menganalisis data pengamatan yang dilakukan oleh petugas Pengamatan Hama dan Penyakit (PHP) yang meliputi: 1) Pengamatan populasi OPT dengan Light Trap (lampu Peangkap),

jaring serangga dan pengamatan langsung pada tanaman sampel. 2) Pengamatan intensitas serangga hama dan patogen pada petak

sampel.

3) Melakukan pengamatan khusus untuk mencari serangan khusus hama dan penyakit serta mengevaluasi terhadap keadaan hama dan penyakit pada umumnya.

4) Mengevaluasi kehilangan hasil tanaman untuk menduga hasil yang hilang akibat serangan ham dan penyakit.

5) Mengikuti pertemuan dan latihan yang dilaksanakan oleh BPTP.

6) Menganalisis hasil pengamatan dan membuatan laporan

peningkatan bahaya serta menyebar luaskan hasil pengamatn. c. Mendiagnosis timbulnya penyakit.

d. Menentuksn ambang ekonomi OPT secar lokal spesifik.

e. Menyalenggarakan pertemuan PHP dan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) secara berkala.

f. Merencanakan pengamatan dan pengambilan contoh OPT.

g. Mengembangkan teknik pengendalian hama dan penyakit.

h. Menyelenggarakan percobaan-percobaan untuk pengendalian OPT.

i. Menetapkan/menyelenggarakan kajian tentang OPT yang sedang

menjadi masalah di wilayah kerja laboratorium.

j. Melakukan diagnosis, identifikasi jenis-jenis OPT, dan strategi penanggulangan dan pengelolaannya.


(27)

commit to user

k. Menampung dan menganalisis semua data dari PHP serta membuat laporan sekaligus mempresentasikannya.

l. Melaksanakan pengawasan peredaran, penyimpangan dan

pengguanaan pestisida serta mengurangi dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.

m. Memantau terjadinya resistensi hama terhadap manusia dan

lingkungan

n. Rekapitulasi kasus-kasus yang berhubungan dengan pestisida. B. Pembahasan

Bakteri Corynebacterium sp. merupakan bakteri antagonis yang secara morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat

susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat digunakan untuk

mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman pangan maupun hortikultura.

Seperti sudah diketahui, Corynebacterium sp. dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Penyakit tanaman pangan antara lain; Hawar Daun Bakteri (HDB)/ kresek,

Bacterial Red Stripe (BRS), Blast dan Cercospora oryzae, sedangkan tanaman

hortikultura yaitu penyakit layu pada sayuran (cabai dan tomat), penyakit akar gada pada kubis, penyakit layu pada pisang.

Dalam perbanyakan Corynebacterium sp. tidak terlalu sulit. karena menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan dan tersedia dimana-mana. Setiap individu dapat memperbanyak Corynebacterium sp. ini

dengan mempelajari tehnik perbanyakan Corynebacterium sp. Untuk

memperbanyak Corynebacterium sp. ada beberapa tahap, yaitu pembuatan media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula) dan proses fermentasi. Setelah perbanyakan Corynebacterium sp. selesai, bakteri Corynebacterium sp. siap digunakan dengan tepat.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1. Pembuatan media Ekstrak Kentang Gula (EKG)

Dalam pembuatan media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula), diperlukan bahan dan alat-alat. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat media cair EKG antara lain kentang, gula pasir, dan air. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk membuat media cair yaitu panci, kompor, saringan dan pisau.

Untuk pembuatan media cair EKG 1 liter, dibutuhkan 300 gram kentang dan 15 gram gula pasir. Kentang yang digunakan bermutu baik dan harus sehat, tidak ada cacat fisik. Mula-mula kentang ditimbang sesuai kebutuhan seperti lampiran 2, lalu dikupas sampai kulit bersih, kemudian dicuci dan dipotong dadu. Siapkan panci yang berisi 1 liter air. Masukan kentang ke dalam panci yang berisi air. Setelah mendidih, masukkan gula pasir dan diaduk-aduk seperti lampiran 3. Masak sampai kentang menjadi empuk.

Setelah kentang menjadi empuk, saring air rebusan kentang. Ambil airnya saja, kentang dibuang. Kemudian dinginkan ekstrak kentang plus gula tersebut. Media cair EKG siap digunakan setelah dingin.

2. Proses Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Anonim, 2011).

Perbanyakan Corynebacterium sp. menggunakan proses fermentasi sederhana. Dengan menggunakan rangkaian aerator, kalii permanganas (KMnO4), glass wall, media cair EKG (Ekstrak Gula Kentang) yang sudah diberi starter bakteri Corynebacterium sp. dan yang terakhir air. Kalii permanganas (KMnO4) yang digunakan berbentuk butiran berwarna ungu seperti lampiran 1. Butiran KMnO4 dilarutkan air dengan perbandingan 1 gram/liter air. Rangkaian fermentasi tersebut dihubungakan dengan menggunakan selang untuk mentransfer udara ke setiap bagian, rangkaian


(29)

commit to user

seperti gambar 1. Aerator berfungsi sebagai pemompa udara ke rangkaian fermentasi, yaitu ke cairan KMnO4. Cairan KMnO4 sebagai fermentor. Setelah udara keluar dari cairan KMnO4, masuk ke dalam botol/jerigen yang berisi glass wall. Glass wall berfungsi sebagai penyaring udara apabila ada cairan KMnO4 yang ikut kelur dari botol KMnO4. Udara hasil fermentasi KMnO4 dan penyaringan dari glass wall kemudian masuk ke dalam botol yang berisi media EKG (Ekstrak Kentang Gula) yang sudah di inokulasi dengan bakteri Corynebacterium sp. Di rangkaian terakhir ada botol yang berisi air sebagai kontrol.

Sebelum botol yang berisi media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula) di pasang dalam rangkaian fermentasi, media cair EKG diinokulasi dengan stater bakteri Corynebacterium sp seperti lampiran 4. Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1994). Inokulasi stater/isolat bakteri

Corynebaacterium sp. ke dalam EKG dilakukan di ruangan steril, yaitu di

dalam LAF (Laminar Air Flow). Dalam 2 liter EKG diberi 1 tabung reaksi

(test tube) stater/isolat bakteri Corynebacterium sp. Cara menginokulasi

bakteri Corynebacterium sp. ke dalam EKG adalah dengan memberikan air steril ke dalam tabung reaksi yang berisi bakteri Corynebacterium sp., kemudian di gojog berlahan sampai bakteri dalam tabung reaksi larut dalam air steril. Setelah itu air steril yang berisi larutan bakteri

Corynebacterium sp. masukan ke dalam botol yang berisi EKG (Ekstrak

Kentang Gula), seperti lampiran 5 pada lampiran. EKG yang sudah diinokulasi bakteri Corynebacterium sp. siap di rangkai dalam rangkaian fermentasi.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. dengan rangkaian/proses seperti diatas tersebut diinkubasi selama 14 hari telah memenuhi standard mutu untuk siap digunakan. Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada madia (padat atau cair), kemudian di simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik

(Anonim, 2011).

Bakteri Corynebacterium sp. yang diinkubasi setelah 14 hari siap dipanen. Bakteri yang baru dipanen dari proses fermentasi didiamkan beberapa saat agar tidak mengalami prose fermentasi lagi, seperti lampiran 7. Bakteri Corynebacterium sp. yang sudah tidak mengalami fermentasi ditandai dengan tidak adanya lagi buih (busa udara) diatas cairan bakteri

Corynebacterium sp. seperti lampiran 8 pada lampiran dan bakteri

Corynebacterium sp. siap digunakan. Bakteri Corynebacterium sp. yang

sudah jadi dikemas seperti lampiran 8. Agens hayati bakteri

Corynebacterium sp. yang sudah dibuat hanay bertahan sampai 2 tahun,

setelah 2 tahun efektivitasnya akan menurun. 3. Cara aplikasi

Untuk cara penggunaan bakteri Corynebacterium sp. ada 2 aplikasi yaitu, aplikasi untuk benih dan aplikasi penyemprotan pada tanaman. Untuk aplikasi pada benih/bonggol, benih/bonggol diperlakukan perendaman sebelum ditanam selama ± 15 menit dengan konsentrasi 5cc/liter air seperti lampiran 11, sedangkan aplikasi penyemprotan pada tanaman menggunakan alat sprayer atau tangki semprot seperti lampiran 10. Sebelum sprayer digunakan, bersihkan dari sisa-sisa pestisida. Dosis

Corynebacterium sp. yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yaitu

5cc/ 1 liter air dengan larutan semprot sebanyak 500 - 600 liter/ Ha. Penyemprotan pada tanaman, khusus pada penyakit padi (kresek/HDB) dilakukan penyemprotan pada umur 14, 28 dan 42 HST (Hari Setelah Tanam). Aplikasi bakteri Corynebacterium sp. dapat dicampur dengan


(31)

commit to user

perekat, baik perekat yang membuat sendiri (kanji/aci) atau perekat yang dijual bebas di pasaran. Waktu aplikasi dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri Corynebacterium sp.karena pengaruh sinar matahari. Efektifitas bakteri Corynebacterium sp. 80 %.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perbanyakan agens hayati Corynebacterium sp. di Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perbanyakan agens hayati bakteri Corynebacterium sp. mudah dibuat, karena menggunakan teknik yang sederhana.

2. Lebih murah dari pada Pestisida kimia sintetis.

3. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. lebih ramah lingkungan. 4. Aplikasi di lapangan mudah dan efektivitas 80 %.

5. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. tidak tahan lama disimpan setelah dibuat.

6. Tingkat kematian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih rendah dibandingkan pestisida kimia sintetis.

B. Saran

Dalam perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. supaya

dikembangkan untuk agens hayati bakteri Corynebacterium sp. agar tahan lama dan efektivitasnya tinggi.


(1)

commit to user

k. Menampung dan menganalisis semua data dari PHP serta membuat laporan sekaligus mempresentasikannya.

l. Melaksanakan pengawasan peredaran, penyimpangan dan

pengguanaan pestisida serta mengurangi dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.

m. Memantau terjadinya resistensi hama terhadap manusia dan

lingkungan

n. Rekapitulasi kasus-kasus yang berhubungan dengan pestisida. B. Pembahasan

Bakteri Corynebacterium sp. merupakan bakteri antagonis yang secara morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat

susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat digunakan untuk

mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman pangan maupun hortikultura.

Seperti sudah diketahui, Corynebacterium sp. dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Penyakit tanaman pangan antara lain; Hawar Daun Bakteri (HDB)/ kresek, Bacterial Red Stripe (BRS), Blast dan Cercospora oryzae, sedangkan tanaman hortikultura yaitu penyakit layu pada sayuran (cabai dan tomat), penyakit akar gada pada kubis, penyakit layu pada pisang.

Dalam perbanyakan Corynebacterium sp. tidak terlalu sulit. karena menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan dan tersedia dimana-mana. Setiap individu dapat memperbanyak Corynebacterium sp. ini

dengan mempelajari tehnik perbanyakan Corynebacterium sp. Untuk

memperbanyak Corynebacterium sp. ada beberapa tahap, yaitu pembuatan media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula) dan proses fermentasi. Setelah perbanyakan Corynebacterium sp. selesai, bakteri Corynebacterium sp. siap digunakan dengan tepat.


(2)

1. Pembuatan media Ekstrak Kentang Gula (EKG)

Dalam pembuatan media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula), diperlukan bahan dan alat-alat. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat media cair EKG antara lain kentang, gula pasir, dan air. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk membuat media cair yaitu panci, kompor, saringan dan pisau.

Untuk pembuatan media cair EKG 1 liter, dibutuhkan 300 gram kentang dan 15 gram gula pasir. Kentang yang digunakan bermutu baik dan harus sehat, tidak ada cacat fisik. Mula-mula kentang ditimbang sesuai kebutuhan seperti lampiran 2, lalu dikupas sampai kulit bersih, kemudian dicuci dan dipotong dadu. Siapkan panci yang berisi 1 liter air. Masukan kentang ke dalam panci yang berisi air. Setelah mendidih, masukkan gula pasir dan diaduk-aduk seperti lampiran 3. Masak sampai kentang menjadi empuk.

Setelah kentang menjadi empuk, saring air rebusan kentang. Ambil airnya saja, kentang dibuang. Kemudian dinginkan ekstrak kentang plus gula tersebut. Media cair EKG siap digunakan setelah dingin.

2. Proses Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan

anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu

bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Anonim, 2011).

Perbanyakan Corynebacterium sp. menggunakan proses fermentasi sederhana. Dengan menggunakan rangkaian aerator, kalii permanganas (KMnO4), glass wall, media cair EKG (Ekstrak Gula Kentang) yang sudah

diberi starter bakteri Corynebacterium sp. dan yang terakhir air. Kalii

permanganas (KMnO4) yang digunakan berbentuk butiran berwarna ungu

seperti lampiran 1. Butiran KMnO4 dilarutkan air dengan perbandingan 1


(3)

commit to user

seperti gambar 1. Aerator berfungsi sebagai pemompa udara ke rangkaian fermentasi, yaitu ke cairan KMnO4. Cairan KMnO4 sebagai fermentor.

Setelah udara keluar dari cairan KMnO4, masuk ke dalam botol/jerigen

yang berisi glass wall. Glass wall berfungsi sebagai penyaring udara apabila ada cairan KMnO4 yang ikut kelur dari botol KMnO4. Udara hasil

fermentasi KMnO4 dan penyaringan dari glass wall kemudian masuk ke

dalam botol yang berisi media EKG (Ekstrak Kentang Gula) yang sudah di inokulasi dengan bakteri Corynebacterium sp. Di rangkaian terakhir ada botol yang berisi air sebagai kontrol.

Sebelum botol yang berisi media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula) di pasang dalam rangkaian fermentasi, media cair EKG diinokulasi dengan stater bakteri Corynebacterium sp seperti lampiran 4. Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1994). Inokulasi stater/isolat bakteri Corynebaacterium sp. ke dalam EKG dilakukan di ruangan steril, yaitu di dalam LAF (Laminar Air Flow). Dalam 2 liter EKG diberi 1 tabung reaksi (test tube) stater/isolat bakteri Corynebacterium sp. Cara menginokulasi bakteri Corynebacterium sp. ke dalam EKG adalah dengan memberikan air steril ke dalam tabung reaksi yang berisi bakteri Corynebacterium sp., kemudian di gojog berlahan sampai bakteri dalam tabung reaksi larut dalam air steril. Setelah itu air steril yang berisi larutan bakteri Corynebacterium sp. masukan ke dalam botol yang berisi EKG (Ekstrak Kentang Gula), seperti lampiran 5 pada lampiran. EKG yang sudah diinokulasi bakteri Corynebacterium sp. siap di rangkai dalam rangkaian fermentasi.


(4)

Perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. dengan rangkaian/proses seperti diatas tersebut diinkubasi selama 14 hari telah memenuhi standard mutu untuk siap digunakan. Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada madia (padat atau cair), kemudian di simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik

(Anonim, 2011).

Bakteri Corynebacterium sp. yang diinkubasi setelah 14 hari siap dipanen. Bakteri yang baru dipanen dari proses fermentasi didiamkan beberapa saat agar tidak mengalami prose fermentasi lagi, seperti lampiran 7. Bakteri Corynebacterium sp. yang sudah tidak mengalami fermentasi ditandai dengan tidak adanya lagi buih (busa udara) diatas cairan bakteri Corynebacterium sp. seperti lampiran 8 pada lampiran dan bakteri Corynebacterium sp. siap digunakan. Bakteri Corynebacterium sp. yang sudah jadi dikemas seperti lampiran 8. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. yang sudah dibuat hanay bertahan sampai 2 tahun, setelah 2 tahun efektivitasnya akan menurun.

3. Cara aplikasi

Untuk cara penggunaan bakteri Corynebacterium sp. ada 2 aplikasi yaitu, aplikasi untuk benih dan aplikasi penyemprotan pada tanaman. Untuk aplikasi pada benih/bonggol, benih/bonggol diperlakukan perendaman sebelum ditanam selama ± 15 menit dengan konsentrasi 5cc/liter air seperti lampiran 11, sedangkan aplikasi penyemprotan pada tanaman menggunakan alat sprayer atau tangki semprot seperti lampiran 10. Sebelum sprayer digunakan, bersihkan dari sisa-sisa pestisida. Dosis Corynebacterium sp. yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yaitu 5cc/ 1 liter air dengan larutan semprot sebanyak 500 - 600 liter/ Ha. Penyemprotan pada tanaman, khusus pada penyakit padi (kresek/HDB) dilakukan penyemprotan pada umur 14, 28 dan 42 HST (Hari Setelah


(5)

commit to user

perekat, baik perekat yang membuat sendiri (kanji/aci) atau perekat yang dijual bebas di pasaran. Waktu aplikasi dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri Corynebacterium sp.karena pengaruh sinar matahari. Efektifitas bakteri Corynebacterium sp. 80 %.


(6)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perbanyakan agens hayati Corynebacterium sp. di Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perbanyakan agens hayati bakteri Corynebacterium sp. mudah dibuat, karena menggunakan teknik yang sederhana.

2. Lebih murah dari pada Pestisida kimia sintetis.

3. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. lebih ramah lingkungan. 4. Aplikasi di lapangan mudah dan efektivitas 80 %.

5. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. tidak tahan lama disimpan setelah dibuat.

6. Tingkat kematian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih rendah dibandingkan pestisida kimia sintetis.

B. Saran

Dalam perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. supaya

dikembangkan untuk agens hayati bakteri Corynebacterium sp. agar tahan lama dan efektivitasnya tinggi.