Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dengan diagnosis vertigo perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

(1)

1

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSIS VERTIGO PERIFER DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH

SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

Andreas Krisyonas Rendra

1*)

, Rizaldy Taslim Pinzon

2

1

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

2

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Penyakit vertigo dapat berlangsung beberapa detik, menit hingga beberapa jam, tergantung

dari penyebab, jenis serta lama durasi. Gejala yang muncul dapat menurunkan kenyamanan

dan produktivitas kerja pasien. Tingginya angka kunjungan pasien ke dokter terkait keluhan

vertigo akan memperbesar kemungkinan terjadinya

Drug Related Problems

(DRPs). Tujuan

dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik pasien, gambaran umum pengobatan

dan mengindentifikasi DRPs terkait penggunaan obat anti vertigo pada pengobatan pasien

dengan diagnosis vertigo perifer di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

pada periode Januari-Juni 2016. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental

deskriptif evaluatif dengan rancangan

case series

dan menggunakan data retrospektif..

Evaluasi penggunaan obat antivertigo dianalisis dengan metode SOAP (

subjective,

objective, assessment, plan

). Data 75 pasien dengan diagnosis vertigo perifer terdiri dari 28

laki-laki (37%) dan 47 perempuan (63%). Golongan obat anti vertigo yang paling banyak

diresepkan yaitu golongan histaminergik (97,33%) dan golongan antagonis kalsium

(53,33%).

Kejadian DRPs yang muncul yaitu

:

obat kurang efektif (12%), dosis kurang

(36%) serta interaksi dan efek samping (48%).


(2)

2

ABSTRACT

The vertigo disease able to lasts a few seconds, minutes to several hours, depending on the

cause, type and duration.The symptoms can reduce the patient's comfort and work

productivity . The high number of patient visiting to physicians associated with vertigo

complaints will increase the prevalence of Drug Related Problems (DRPs). The purpose of

this study was describing the characteristics of patient, general treatment and identifies DRPs

associated with anti vertigo drug in the treatment of patients with diagnosis of peripheral

vertigo in outpatient care Bethesda Hospital in Yogyakarta from January-June 2016. The

study was non-experimental design with evaluative descriptive case series and using

retrospective data. Drug use evaluation of anti vertigo was analyzed by SOAP (subjective,

objective, assessment, plan). Data from 75 patients with a diagnosis of peripheral vertigo

consisted of 28 men (37%) and 47 women (63%). Group of Anti-vertigo drug most widely

prescribed are histaminergic (97.33%) and calcium antagonists (53.33%). Prevalence of

DRPs in this study are ineffective drug (12%), dosage too low (36%) as well as interactions

and adverse drug reaction (48%).


(3)

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSIS VERTIGO PERIFER DI INSTALASI RAWAT

JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

Oleh:

Andreas Krisyonas Rendra

NIM : 138114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)


(4)

ii

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSIS VERTIGO PERIFER DI INSTALASI RAWAT

JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

Oleh:

Andreas Krisyonas Rendra

NIM : 138114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

What ever you do, work at it with all your heart,

as working for the Lord, not for human masters

-Colossians 3:23

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

di Surga, kedua orangtuaku, sahabat

sahabatku, dan Almamaterku

.


(10)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul

Evaluas

i

Drug Related Problems

(DRPs) pada Pasien dengan

Diagnosis Vertigo Perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta

dengan baik sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak

langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2.

Bapak Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes, SpS. selaku Dosen Pembimbing skripsi

atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

3.

Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.

4.

Ibu Putu Dyana Christasani, M. Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan

skripsi.

5.

Bapak dr. R. Gatot Titus Wratsongko, Sp. THT -KL., M.Kes. selaku

direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di RS Bethesda Yogyakarta

.

6.

Bapak dan Ibu tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan

pengertian serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.


(11)

(12)

x

ABSTRAK

Penyakit vertigo dapat berlangsung beberapa detik, menit hingga beberapa jam,

tergantung dari penyebab, jenis serta lama durasi. Gejala yang muncul dapat

menurunkan kenyamanan dan produktivitas kerja pasien. Tingginya angka

kunjungan pasien ke dokter terkait keluhan vertigo akan memperbesar

kemungkinan terjadinya

Drug Related Problems

(DRPs). Tujuan dari penelitian ini

adalah mendeskripsikan karakteristik pasien, gambaran umum pengobatan dan

mengindentifikasi DRPs terkait penggunaan obat anti vertigo pada pengobatan

pasien dengan diagnosis vertigo perifer di instalasi rawat jalan Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta pada periode Januari-Juni 2016. Penelitian ini merupakan

penelitian non-eksperimental deskriptif evaluatif dengan rancangan

case series

dan

menggunakan data retrospektif.. Evaluasi penggunaan obat antivertigo dianalisis

dengan metode SOAP (

subjective, objective, assessment, plan

). Data 75 pasien

dengan diagnosis vertigo perifer terdiri dari 28 laki-laki (37%) dan 47 perempuan

(63%). Golongan obat anti vertigo yang paling banyak diresepkan yaitu golongan

histaminergik (97,33%) dan golongan antagonis kalsium (53,33%).

Kejadian DRPs

yang muncul yaitu

:

obat kurang efektif (10,66%), dosis kurang (36%) serta

interaksi dan efek samping (48%).


(13)

xi

ABSTRACT

The vertigo disease able to lasts a few seconds, minutes to several hours, depending

on the cause, type and duration.The symptoms can reduce the patient's comfort and

work productivity . The high number of patient visiting to physicians associated

with vertigo complaints will increase the prevalence of Drug Related Problems

(DRPs). The purpose of this study was describing the characteristics of patient,

general treatment and identifies DRPs associated with anti vertigo drug in the

treatment of patients with diagnosis of peripheral vertigo in outpatient care

Bethesda Hospital in Yogyakarta from January-June 2016. The study was

non-experimental design with evaluative descriptive case series and using retrospective

data. Drug use evaluation of anti vertigo was analyzed by SOAP (subjective,

objective, assessment, plan). Data from 75 patients with a diagnosis of peripheral

vertigo consisted of 28 men (37%) and 47 women (63%). Group of Anti-vertigo

drug most widely prescribed are histaminergic (97.33%) and calcium antagonists

(53.33%). Prevalence of DRPs in this study are ineffective drug (10,66%), dosage

too low (36%) as well as interactions and adverse drug reaction (48%).


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

KESIMPULAN ... 11

SARAN ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 16


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik pasien pasien dengan diagnosis vertigo perifer berdasarkan

umur dan jenis kelamin ... 5

Tabel II. Gambaran penggunaan obat antivertigo pada pengobatan pasien dengan

diagnosis vertigo perifer ... 6

Tabel III.Kejadian DRPs yang terjadi

pada pengobatan pasien dengan diagnosis

vertigo perifer ...8


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengobatan pasien vertigo perifer...16

Lampiran 2.

assasment

dan

plan

(rekomendasi)...25

Lampiran 3. Persentase penggunaan obat bersamaan dengan anti vertigo... 34

Lampiran 4. Interaksi Obat...;... 35

Lampiran 5.

Ethical Clearance

... 38


(17)

1

PENDAHULUAN

Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani, yaitu “

vertere

” yang artinya berputar dan

igo

” yang berarti kondisi (Wahyudi, 2012). Menurut

Perdossi (2006) vertigo didefinisikan

sebagai adanya sensasi gerakan dari tubuh atau lingkungan sekitarnya yang disebabkan oleh

gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.

Berdasarkan jenisnya vertigo dibagi menjadi 2 yaitu: vertigo perifer dan vertigo

sentral. Menurut Grill

et al.

(2013) prevalensi vertigo di Jerman, 24% diantaranya

diasumsikan bahwa vertigo disebabkan karena kelainan vestibuler. Dalam penelitian

tersebut, menyatakan bahwa pasien yang mengalami vertigo vestibular, 75% diantaranya

mendapatkan gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral (Chaker and

Eklare

,

2012). Penelitian yang dilakukan terhadap 124 pasien di Rumah Sakit King Abdul

Aziz Riyadh, menunjukkan bahwa distribusi jenis vertigo, penyebab utama terjadinya

serangan vertigo yaitu: BPPV (39,5%) dan

meneire desease

(27,4%), yang lainnya adalah

disebabkan oleh

migraine associated vertigo

(8.1%) (Shami

et al

., 2011).

Berdasarkan penelitian di Brazil, diperoleh data tentang tingginya persentase angka

kunjungan pasien yang berkonsultasi terhadap gejala vertigo kepada dokter yang

menunjukkan sekitar 5% sampai 10% penderita mengunjungi dokter setiap tahunnya karena

gejala tersebut (Vaz

et al

., 2008). Penelitian di Indonesia yang dilakukan di RSUP Dr

Sardjito Yogyakarta, pasien vertigo yang datang ke poliklinik saraf selama tahun 2004,

sekitar 4,9% dari 13.355 kunjungan (Muzayyin

et al.

, 2005). Berdasarkan hasil observasi

awal yang dilakukan di poliklinik saraf Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, vertigo

merupakan salah satu dari “

the big five”

penyakit yang paling banyak prevalensinya.

Tingginya angka kejadian serta persentase kunjungan pasien untuk berkonsultasi terkait

adanya keluhan terhadap penyakit vertigo menimbulkan kekhawatiran terhadap kerasionalan

pengobatan sehingga perlu dilakukan evaluasi pengobatan dengan mengidentifikasi DRPs

untuk memastikan pasien mencapai tujuan terapi yaitu menyembuhkan dan meredakan

gejala yang dirasakan serta mencegah kekambuhan kembali.

Penatalaksanan vertigo bisa berbeda antar pasien, terapi yang diberikan tergantung

pada durasi munculnya gejala dan tingkat keparahan serta gejala apa saja yang muncul yang

menimbulkan ketidaknyamanan. Menurut Heike

et al.

(2010) di Eropa penggunaan obat anti

vertigo sebagai berikut: betahistin 26,6%, piracetam 11,5% dan gingko biloba 11,5%. Pada

penelitian tersebut diungkapkan bahwa penggunaan betahistin lebih banyak daripada obat

vertigo lainnya karena pasien dengan penggunaan betahistin dilaporkan lebih sedikit


(18)

2

mengalami efek samping daripada obat vertigo lainnya. Penelitian lain yang dilakukan

Sokolova

et al.

(2014) menyebutkan hal serupa, betahistin lebih banyak digunakan dalam

pengobatan berbagai jenis vertigo, termasuk vertigo yang disebabkan

Benign Paroximal

Posisional Vertigo

(BPPV), penyakit meniere, dan vertigo perifer lainnya

Drug related problems

(DRPs) merupakan suatu peristiwa atau keadaan dimana

terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan

(Bemt and Egberts, 2007; Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010). Di

Indonesia penelitian terkait DRPs, yang dilakukan oleh Yosriani (2014) di Rumah Sakit

Panti Rini, Yogyakarta terkait evaluasi DRPs pada pasien geriatri dengan penyakit hipertensi

disertai vertigo menunjukan bahwa penggunaan obat kardiovaskular dan anti vertigo terjadi

DRPs potensial meliputi 1 kasus dosis kurang, 2 kasus dosis berlebih dan 15 kasus terdapat

interaksi dan efek samping obat, jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

20 kasus. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriani and

Ramatillah (2014) menyatakan

bahwa 4 macam obat dari 10 macam obat yang diberikan berpotensi terjadi interaksi dan

memberikan efek yang merugikan bagi pasien.

Berdasarkan penelusuran pustaka, penelitian mengenai

Drug Related Problems

(DRPs) pada pasien dengan diagnosis vertigo perifer di instalasi rawat jalan RS Bethesda

belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur

kerasionalan penggunaan obat pada pengobatan pasien dengan diagnosis vertigo perifer

yang dievaluasi dengan mengidentifikasi DRPs, sehingga untuk kedepannya dapat

meningkatkan kualitas dan ketepatan peresepan obat anti vertigo pada pasien dengan

diagnosis vertigo perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif

dengan rancangan

case series

dan menggunakan data retrospektif yang mengevaluasi

Drug

Related Problems

(DRPs) pada penggunaan obat anti vertigo pada pasien dengan diagnosis

vertigo perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Januari-Juni 2016.

Subjek penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis vertigo perifer yang

menerima terapi farmakologi di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada

periode Januari-Juni 2016. Kriteria inklusi meliputi pasien rawat jalan dengan usia 18-65

tahun, baik laki-laki ataupun perempuan yang didiagnosis vertigo perifer oleh dokter

spesialis saraf serta menerima terapi obat anti vertigo di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta


(19)

3

pada periode Januari-Juni 2016. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan

catatan rekam medis yang tidak lengkap.

Pada penelitian ini dilakukan

sampling

yang menggunakan metode

non random

sampling

yaitu

consecutive sampling,

dimana pengambilan sampel didasarkan pada semua

subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus besar sample minimal

berdasarkan populasi diperoleh hasil 72 kasus, namun dalam penelitian ini digunakan 75

kasus.

Proses pengambilan data diperoleh dengan melihat

e-prescripsion

pada sistem data

rekam medis yang memuat tentang kejadian vertigo perifer di instalasi rawat jalan poliklinik

saraf Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Januari-Juni 2016.

Data diolah secara deskriptif dengan memberikan gambaran karakteristik pasien

serta profil penggunaan obat anti vertigo dan obat penyakit penyerta yang didapatkan pasien.

Pengolahan data secara evaluatif dilakukan dengan mengevaluasi DRPs pada penggunaan

obat anti vertigo pada pasien dengan diagnosis vertigo perifer. Penjelasan mengenai

pengolahan data secara deskriptif dan evaluatif dijelaskan sebagai berikut:

a.

Karakteristik pasien

Analisis deskriptif mengenai karakteristik pasien dilakukan dengan

mengelompokkan pasien-pasien dengan diagnosis vertigo perifer berdasarkan distribusi

umur dan jenis kelamin yang kemudian akan disajikan dalam bentuk persentase dan

tabel.

b.

Gambaran umum penggunaan penggunaan anti vertigo

Gambaran umum penggunaan obat anti vertigo pada pasien dengan diagnosis

vertigo perifer dianalisis menjadi jenis dan golongan obat anti vertigo yang kemudian

akan disajikan dalam bentuk persentase dan tabel.

c.

Evaluasi

Drug Related Problem

(DRPs)

1)

Terapi tanpa indikasi (

unnecessary drug therapy

),

2)

Indikasi tanpa obat (

need additional drug therapy

),

3)

Obat kurang efektif (

Ineffective drug

),

4)

Dosis kurang (

dosage too low

),

5)

Dosis berlebih (

dosage

too high

),


(20)

4

Hasil evaluasi

Drug Related Problem

(DRPs) selanjutnya akan dianalisis menggunakan

metode SOAP (

subjective, objective, assessment and plan

). Menurut Canaday and

Yarborough (2005)

Subjective

meliputi gejala pasien serta hal

hal yang dirasakan pada

pasien, informasi yang dapat diperoleh, antara lain: (riwayat penyakit,

usia, jenis

kelamin, anamnesis, diagnosa

, dan riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pengobatan).

Objective

meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, tanda vital, kondisi kesadaran pasien

dan penatalaksanaan obat yang diterima pasien.

Assessment

merupakan penilaian atau

evaluasi yang dilakukan terkait penatalaksanaan terapi yang diterima pasien, khususnya

evaluasi terapi anti vertigo.

Plan

merupakan rekomendasi atau saran yang diberikan

untuk mengatasi DRPs yang muncul berdasarkan acuan yang telah ditentukan. Acuan

yang digunakan untuk evaluasi terapi pasien dengan diagnosis vertigo perifer adalah

Clinical Practice Guideline Vertigo in Adult- 2

nd

Edition

(Abes

et al

., 2014),

Treatment

of Vertigo

(Swartz,

et al

., 2005) dan

MIMS treatment guidelines for vertigo

. Evaluasi

DRPs kategori interaksi dan efek samping obat menggunakan

Medscape

dan

MIMS

intreraction

.

Hasil atau data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk

form

SOAP dan

dilakukan analisis secara evaluatif terhadap DRPs penggunaan obat anti vertigo berdasar

pada acuan

guideline

yang digunakan. Hasil evaluasi kemudian dikelompokkan ke dalam 6

kategori DRPs dan dihitung persentase pada masing-masing kategori dengan rumus:

Data yang didapat selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya akan dibahas

dalam bentuk uraian secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai “Evalua

s

i

Drug Related Problems

(DRPs) pada Pasien dengan

Diagnosis Vertigo Perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

dilakukan dengan cara mengevaluasi kasus pasien yang terdiagnosis vertigo perifer

menggunakan rekam medik terdahulu. Selama periode penelitian Januari-Juni 2016

didapatkan 75 kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.


(21)

5

1.

Karakteristik Pasien

Berdasarkan tabel I dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki memiliki

rentang usia 51-60 tahun dan berjenis kelamin perempuan adalah karakeristik pasien yang

mengalami vertigo perifer dengan jumlah terbanyak yaitu: 16 pasien (21,33%).

Tabel I. Karakteristik pasien dengan diagnosis vertigo perifer berdasarkan umur dan jenis kelamin Karakteristik

Pasien usia (tahun)

Jenis Kelamin

Total n=75 %=100%

Laki-laki Perempuan

n=28 %=37 n=47 %=63

18-20 1 1,33 1 1,33 2 2,66

21-30 0 0 5 6,66 5 6,66

31-40 3 4 7 9,33 10 13,33

41-50 6 8 8 10,66 14 18,66

51-60 8 10,66 16 21,33 24 32

61-65 10 13,33 10 13,33 20 26,66

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit vertigo perifer

akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan terhadap 124 pasien di Rumah Sakit King Abdul Aziz Riyadh, dalam

penelitian tersebut diungkapkan bahwa distribusi penyakit vertigo berdasarkan usia yang

paling banyak pada rentang usia 41-50 tahun (38,7%) dan 51-60 tahun (19,3%) dalam

penelitian ini juga diungkapkan bahwa jenis kelamin wanita lebih berisiko terkena vertigo

dibandingkan laki-laki dengan persentase pada wanita (72,6%) serta pada laki-laki

sebesar (27,4%)

(Shami and Al Sanosi, 2011).

Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan risiko untuk mengalami vertigo,

hal ini karena saat seseorang menjadi lansia akan memiliki lebih banyak penyakit

komplikasi seperti: hipertensi dan stroke yang merupakan salah satu faktor risiko

munculnya penyakit vertigo. Menurut Taylor dan Wedro (2016) faktor risiko stroke

seperti: penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus dapat meningkatkan risiko

seseorang mengalami vertigo. Menurut Chaker and Eklare (2012) menyebutkan bahwa

penyakit cerebrovascular seperti iskemia, infrak dan hemoragik dapat meningkatkan

dikaitkan dengan penyebab vertigo.

Penelitian lain yang dilakukan Al-Asadi dan Al-Lami (2015) menyebutkan

bahwa

pengaruh meningkatnya usia terhadap risiko seseorang mengalami vertigo pada

usia lanjut disebabkan menurunnya fleksibilitas dan fungsi membran

otolithic

. Pada

penelitian ini juga diungkapkan bahwa alasan wanita lebih banyak mengalami vertigo

masih belum dipahami, namun diduga berkaitan dengan jenis vertigo

BPPV assosiated


(22)

6

migraine

yang banyak ditemukan pada wanita. Penyebab yang dicurigai yaitu

osteoporosis

yang lebih sering pada wanita setengah baya hingga lanjut usia yang

berhubungan dengan perubahan hormon, sehingga dikaitkan dengan meningkatnya risiko

BPPV.

2.

Gambaran Umum Penggunaan Obat Anti Vertigo

Penatalaksanan vertigo tergantung pada durasi munculnya gejala dan tingkat

keparahan serta gejala apa saja yang muncul yang menimbulkan ketidaknyamanan. Selain

itu, pengambilan serangkaian keputusan terkait pengobatan yang dipilih disesuaikan pada

kondisi individual pasien. Gambaran umum penggunaan obat anti vertigo sebagai berikut:

Tabel II. Gambaran umum penggunaan obat antivertigo pada pengobatan pasien dengan diagnosis vertigo perifer

Golongan Jenis Obat n (%)

Histaminergik Betahistin Mesylate 48 (64)

Betahistin Dihidrochloride 25 (33,33)

Antagonis Kalsium Flunarizin 40 (53,33)

Antihistamin Dimenhidrinat 13 (17,33)

Antidopaminergik Domperidone 7 (9,33)

Vasodilator Citikolin 4 (5,33)

Ginkgo Biloba 7 (9,33)

Suplemen

Vit B Complex 16 (21,33)

Yekaneuron 1 (1,33)

Furneuro 1 (1,33)

Neurobion 3 (4)

Benzodiazepine Alprazolam 15 (20)

Analgesik Methampirone + Diazepam 14 (18,66)

Antidrepesan Amitriptyline 2 (2,66)

Fluoxentine 1 (1,33)

Catatan: persentase dibuat berdasarkan jumlah total kasus terpilih yaitu 75 kasus

Berdasarkan tabel II diketahui bahwa penggunaan obat anti vertigo terbanyak

adalah golongan histaminergik yaitu penggunaan betahistin yang memiliki efek

vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan

sistem vestibuler untuk mengatasi pusing berputar (Wahyudi, 2012). Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Heike

et al.

(2010) bahwa di Eropa penggunaan obat

anti vertigo yang paling banyak digunakan adalah betahistin. Pada penelitian ini,

diketahui bahwa terapi vertigo perifer di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda

menggunakan dua jenis betahistin yaitu betahistin mesylate (64%) dan betahistin


(23)

7

dihydrochloride (33,33%) dengan frekuensi penggunaan 2-3x sehari.

Golongan antagonis kalsium (53,33%) menempati posisi kedua terbanyak yaitu

flunarizine yang bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam sistem vestibuler,

sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel (Wahyudi, 2012). Penghambat

kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizine biasanya diresepkan

dalam 2 dosis, yaitu: 5 mg 1x1 atau 5 mg 2x1.

Pengunaan golongan benzodiazepin (20%) yaitu penggunaan alprazolam yang

merupakan obat yang mekanismenya merelaksasi otot-otot saraf dan menimbulkan efek

sedasi agar dapat rileks dan beristirahat (Wahyudi, 2012). Frekuensi penggunaan obat

alprazolam, yaitu: 0,25 mg 1x1 atau 0,5 mg 1x1 yang biasanya digunakan saat malam

hari

Pengunaan antiemetik golongan antidopaminergik yaitu domperidon (9,33%)

dan antihistamin yaitu dimenhidrinat (17,33%) digunakan untuk mengurangi keluhan

mual yang muncul pada gejala vertigo (Yacovino and Luis, 2014). Frekuensi dan dosis

rekomendasi penggunaan dimenhidrinat yaitu 50 mg 3x1 (Perdossi, 2006) dan

domperidone 10 mg 3x1 (Panduan Praktik Klinis, 2014)

Penggunaan analgesik

fixed dose combination

antara metampiron (500 mg) dan

diazepam (2 mg) bertujuan untuk mengatasi nyeri tengkuk yang muncul pada pasien

vertigo ketika perubahan posisi kepala, yang dapat mengakibatkan pasien merasakan

pusing berputar atau

gliyer

. Kandungan methampiron bertujuan untuk mengatasi nyeri

tengkuk yang muncul, sedangkan kandungan diazepam berfungsi sebagai antidepresan

untuk mengatasi gangguan tidur yang muncul akibat timbulnya rasa nyeri (Block, 2007).

Penggunaan obat ini, tidak tercantum dalam panduan penatalaksanaan vertigo

namun

sering digunakan dalam terapi vertigo perifer. Frekuensi obat analgesik untuk terapi

vertigo diberikan 2x1.

Golongan antidepresan yang digunakan adalah golongan trisiklik dan SSRI yang

mekanismenya memberikan efek sedatif yang bermanfaat untuk perbaikan pada pola

tidur, menangani

motion sickness

dan menurunkan kecemasan yang terkadang muncul

sebagai gejala pada vertigo (Yacovino and Luis, 2014). Frekuensi penggunaannya, yaitu:

10 mg 1x1.

Penggunaan golongan vasodilator gingko biloba sebanyak (14,66%) bertujuan

untuk memberikan efek vasodilatasi sehingga mengurangi gejala pusing berputar pada

penderita vertigo (Yacovino and Luis, 2014). Frekuensi penggunaanya 1-2x sehari.


(24)

8

Suplemen seperti vitamin B complex (27,99%) bertujuan untuk melindungi dan

meregenerasi saraf hal untuk menunjang terapi vertigo itu sendiri (Fujii, 1996). Dosis dan

frekuensi pemberian sangat bervariasi tergantung pada kondisi pasien dengan frekuensi

maksimal 3x1.

3.

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)

Berdasarkan tabel III, dapat diketahui bahwa dari 75 kasus yang terpilih, diperoleh 3

kateori DRPs yaitu: obat kurang efektif (10,66%), dosis kurang (36%) serta interaksi dan

efek samping (48%).

Tabel III. Kejadian DRPs yang terjadipada pengobatan pasien dengan diagnosis vertigo perifer

No. Kategori Obat No. Kasus Jumlah n (%)

1 Terapi Tanpa Indikasi

(n=75) 0 0 (0)

2 Indikasi Tanpa Terapi

(n=75) 0 0 (0)

3 Obat kurang efektif

(n=75)

Flunarizine (Digunakan Malam)

5,9,21,25,49, 68 6

8 (10,66) Alprazolam

(Setengah Tablet) 21, 61 2

4 Dosis Kurang

(n=75)

Betahistin Mesyilate

3, 5, 7, 12, 16, 17, 26, 27, 28, 29, 32, 35, 37, 41, 52,

65, 66, 70, 71, 72, 73

21

27 (36) Betahistin

Dihydrochloride 21,33, 45, 64,67, 74 6

5 Dosis Berlebih

(n=75) 0 0 (0)

6

Interaksi dan efek samping

(n=75)

Minor

7, 8, 16, 17, 24b, 37, 40, 50, 51b, 53a, 53b,56, 57, 58, 70c,70d, 71a, 73, 75

19

36 (48) Moderate/Monitor

Closely

2, 4, 11, 14, 20, 24a, 38

17 6,10, 18, 44, 45, 47, 51,

70a, 70b, 71b

1)

Terapi tanpa indikasi (

unnecessary drug therapy

)

Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.

2)

Indikasi tanpa obat (

need additional drug therapy

)

Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.

3)

Obat kurang efektif (

Ineffective drug

)

Menurut Cipolle (2012) DRPs kategori obat kurang efektif, tidak hanya

mengevaluasi terkait pemilihan obat apakah sesuai dengan kondisi pasien atau tidak,

tetapi juga pemilihan bentuk sediaan dan potensi obat yang digunakan serta aturan


(25)

9

penggunaan obat sesuai yang dengan rekomendasi

guideline

. Dalam penelitian ini

ditemukan dua macam kejadian DRPs kategori obat kurang efektif yaitu waktu

pemberian obat yang tidak sesuai dengan rekomendasi

guideline

serta pemilihan

sediaan terkait potensi obat yang tidak tepat.

Berdasarkan hasil penelitian, waktu pemberian obat yang tidak sesuai dengan

rekomendasi

guideline

ditemukan pada penggunaan flunarizine, meskipun pada

pengobatan pasien telah mendapatkan dosis yang sesuai yaitu 5-10 mg/hari yang dalam

penelitian ini diberikan dalam 2 macam dosis yaitu 5 mg 1x1 dan 5 mg 2x1.

Berdasarkan

MIMS Treatment Guidelines

(2016) sebaiknya untuk pemberian

flunarizine 5 mg 1x1 diberikan saat menjelang tidur atau malam hari, sedangkan dalam

penelitian ini terdapat 6 kasus flunarizine dosis 5 mg 1x1 yang tidak diberikan pada

saat malam hari. Pertimbangan pemberian flunarizine diberikan malam hari dikaitkan

dengan adanya efek samping berupa sedasi.

Kejadian pemilihan sediaan terkait potensi obat yang tidak tepat, terjadi pada

alprazolam (2 pasien) yang diresepkan setengah tablet sehingga tidak tepat dalam

pemilihan potensi sediaan meskipun sediaan obat dengan potensi yang lebih kecil

tersedia. Penggunaan sediaan obat alprazolam dengan dosis terbagi perlu adanya

perhatian, hal ini terkait kemungkinan adanya dosis yang lebih besar dari seharusnya

yang mengakibatkan munculnya efek sedasi dengan durasi lebih panjang, menurunnya

tingkat kognitif atau memori seseorang selain itu juga dapat meningkatnya toleransi

khusunya pada penggunaan jangka panjang (Hoign,

et al

., 1990)

Penelitian yang dilakukan Mosena and Merwe (2009) menyatakan dengan

membagi tablet menjadi dua bagian dapat meningkatkan risiko munculnya kesalahan

intepretasi dosis sesuai dengan label intruksi pada resep. Penelitian tersebut

menyebutkan bahwa meskipun

Food and Drug Administration

(FDA)

memperbolehkan obat yang memiliki indeks terapi yang lebar dan waktu paruh yang

kecil dapat di resepkan dengan membagi tablet, namun perlu dipertimbangkan juga

pada kondisi pasien khusus misalnya geriatri atau pasien yang menurun fungsi

penglihatannya karena akan muncul masalah terkait kesulitan dalam membagi tablet,

sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi kepatuhan pasien. Untuk menanggulangi

masalah tersebut, maka peran tenaga kesehatan baik apoteker maupun dokter perlu

memastikan bahwa pasien dapat mengerti informasi yang disampaikan saaat

konseling.


(26)

10

4)

Dosis kurang (

dosage too low

)

Dalam penelitian ini ditemukan terdapat 2 macam obat yang pemberian

dosisnya tidak sesuai dengan rekomendasi yang total kejadiannya sebanyak 48 kasus

(36%) dengan rincian, yaitu: betahistin mesyilate (21 kasus) dan betahistin

dihydrochloride (6 kasus). Kedua obat tersebut mengalami DRPs kategori dosis kurang

pada beberapa kasus yang mana frekuensi obat diresepkan lebih sedikit dibandingkan

rekomendasi

guideline

yang digunakan.

Berdasarkan

MIMS Treatment Guidelines

(2016) dosis minimal betahistin

mesyilate yaitu 6 mg 3x1 dengan dosis rekomendasi 12 mg 3x1, namun dalam

penelitian ini ditemukan dari 48 pasien yang mendapatkan peresepan betahistin

mesyilate ada 23 pasien yang mendapatkan dosis kurang yaitu 6 mg 2x1. Berdasarkan

Panduan Praktik Klinis (2014) dosis minimal betahistin dihydrochloride yaitu: 8-24

mg 3x1, dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 25 pasien terdapat 6 pasien yang

mendapatkan dosis kurang yaitu 8 mg 2x1 (3 pasien) dan 8 mg 1x1 (1 pasien) serta 8

mg 3x (2 pasien).

Pada beberapa kasus yang mendapatkan dosis lebih rendah dari rekomendasi,

kemungkinan terkait dengan pertimbangan dokter dalam pelaksanaan terapi pada

pasien dengan diagnosis awal untuk memonitoring perkembangan penyakit. Pada

penelitian ini, peresepan dosis yang kurang pada kedua obat tersebut dibeberapa kasus

tidak dapat dijelaskan adakah pengaruhnya terhadap luaran klinis

yang diperoleh

pasien, sehingga hal ini merupakan keterbatasan penelitian.

5)

Dosis berlebih (

dosage

too high

)

Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.

6)

Interaksi dan efek samping obat

Jenis interaksi obat yang ditemukan pada penelitian ini adalah interaksi

potensial yang merupakan efek interaksi obat yang ditemukan tidak terjadi pada pasien

akan tetapi memiliki kemungkinan efek interaksi obat dapat terjadi sehingga perlu

dilakukan pemantauan

.

Interaksi obat dianalisis berdasarkan acuan

Medscape Drug Interaction

Checker

dan

MIMs Interaction

. Dalam penelitian ini ditemukan 2 macam interaksi,

yaitu:

minor

sebanyak (19 kejadian),

moderate

atau

monitor closely

atau

signifikan

(17

kejadian). Sehingga total kejadian DRPs kategori interaksi dan efek samping yang

ditemukan yaitu 36 kejadian (48 %).


(27)

11

Interaksi kategori

minor

umumnya tidak mengubah status klinis pasien

sehingga pasien tidak memerlukan perubahan terapi, tetapi tetap dilakukan

pemantauan. Sedangkan, Interaksi kategori

moderate

merupakan interaksi

potensial

yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan status klinis pasien sehingga

pemantauan ketat dan pertimbangan perubahan regimen terapi biasanya berupa

penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan (Albadr

et al

., 2014).

Kelebihan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang menggunakan

rancangan penelitian

case series

, yang mana evaluasi dilakukan satu per satu kasus, sehingga

hasilnya lebih spesifik dengan melihat penataklaksanaan terapi tiap pasien yang akan

disesuaikan dengan kondisi pasien. Kelemahan penelitian ini adalah menggunakan data

retrospektif sehingga data diperoleh dari penelusuran dokumen terdahulu yaitu rekam medis

pasien. Pendekatan retrospektif memiliki keterbatasan dalam hal kelengkapan data rekam

medis sehingga tidak dapat mengevaluasi DRPs kategori kepatuhan (

adherence

).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian “

Evalua

s

i

Drug Related Problems

(DRPs) pada Pasien

dengan Diagnosis Vertigo Perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta” dapat dis

impulkan:

1.

Karakteristik penderita vertigo perifer berdasarkan usia dan jenis kelamin yaitu penderita

vertigo perifer yang paling banyak dengan rentang usia 51-60 tahun dan berjenis kelamin

perempuan.

2.

Gambaran umum penggunaan obat anti vertigo yaitu terdapat 9 golongan yang

digunakan, antara lain: histaminergik (97,33%), antagonis kalsium (53,33%), suplemen

(27,99%), benzodiazepin (20%), analgesik (18,66%), antihistamin (13,33%), vasodilator

(14,66%), antidopaminergik (9,33%), antidepresan (3,99%).

3.

Evalua

s

i

Drug Related Problems

(DRPs) pada pasien dengan diagnosis vertigo perifer

di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ditemukan bahwa dari 75

kasus yang terpilih, di peroleh 3 kateori DRPs, yaitu: obat kurang efektif (10,66%), dosis

kurang (36%) serta interaksi dan efek samping (48%).

SARAN

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data prospektif sehingga

peneliti dapat mengamati kondisi pasien secara langsung untuk memperoleh data yang lebih


(28)

12

lengkap, serta dapat mengkaji DRPs kategori kepatuhan pasien (

adherence

). Selain itu,

terkait hasil evaluasi pengobatan yang dijalani pasien dapat langsung direkomendasikan dan

didiskusikan dengan tenaga medis untuk menilai

outcome

pasien secara langsung agar

pasien mendapatkan pengobatan yang efektif dan rasional.


(29)

13

DAFTAR PUSTAKA

Abes, G.T., Caro, R.M., Chiong, C.M., Carrillo, R.J., Yang, N.W., Chan, A.L., Quintos,

M.R., Lianes, E.G., Calaquian, C.E., Garcia, M.C., Plete, J.C., Lyn, J., Cruz, A.P.,

2014. Clinical Practice Guidelines Vertigo in Adults-2

nd

Edition.

Philippine

Journal of Otolaryngology-Head and Neck Surgery

, 2 (29), 1-16.

Al-Asadi, J. N., and Al-Lami, Q. A., 2015

.

Prevalence and Risk Factors of Benign

Paroxysmal Positional Vertigo among Patients with Dizziness in Basrah, Iraq.

British Journal of Medicine & Medical Research,

7 (9), 754-761.

Albadr, Y., Bohassan, A. K., Ming., L. C., dan Khan, T. M., 2014. An Exploratory Study

Investigating The Potential Drug-Drug Interaction In Internal Medicine

Departement Alahsa Saudi Arabia.

Journal of Pharmaceutical Health Services

Research

, 2.

Bemt, V.D. and Egberts, 2007. Drug-Related Problems: Definitions and Classification.

EJHP

, (13), 62-64.

Block, A. R., 2007. Using Medication to Manage Pain and Reduce Sleep Problems. Spine

Health (Online),

http://www.spine-health.com/treatment/pain-medication/using-medication-manage-pain-and-reduce-sleep-problems, diakses 27 Januari 2017

Canaday, B.R and Yarborough, P.C., 1994. Documenting Pharmaceutical Care: Creating a

Standard.

Ann Pharmacother

, 2 (8), 1292

1296.

Chaker, R.T. and Eklare, N., 2012. Vertigo in Cerebrovascular Disease.

Otolaryngology

Clinics: An International Journal,

4 (1), 46-53.

Cipolle, R.J., SYrand, L.M., Morley, P.C., Ramsey, R, Lamsasam, G.D., 2012.

Pharmaceutical Care Practice: The Clincian’s Guide

.

The McGraw-Hill

Companies inc, U.S.A, 172-178.

Fitriani, D.L. and Ramatillah, A.R., 2014. Related Drug Problem in The Treatment of

Vertigo Disease and Hypertension in PGI Cikini Hospital.

International Journal of

Pharmacy Teaching & Practices. Bosnia & Herzegovinia

, 5 (3), 1020-1552.

Fujii, A., Matsumoto, H., and Yamamoto, H., 1996. Effect of Vitamin B Complex on

Neurotransmission and Neurite Outgrowth. Gen. Pharmac., 27 (6), 995-1000.

Grill, E., Muller, M., Brantdt, M., 2013. Vertigo and Dizziness: Challenges For


(30)

14

Heike, B., Garrigues, H.P., Sidek., I.B., Kuessner., Sodag, E., 2010. Effect of Betahistine on

Patient

Reported Outcomes in Routine Practice in Patient with Vestibular Vertigo

and Appraisal of Tolerability: Experience in the OSVaLD Study.

International

Tinnitus Journal,

16 (1), 14-24.

Hoign., Lawson, D.H., and E. Weber., 1990. Risk factors for adverse drug

reactions-epidemiological approaches.

European Journal of Clininical Pharmacology

(39),

321-325

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 2014.

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer.

Jakarta,

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

269-274.

Israr, Y.A., 2008.

Vertigo

. Fakultas Kedokteran UNRI, RSU Arifin Achmad. Pekanbaru,

1-2.

Medscape,

2016.

Drug

Interaction

Checker

.

Medscape

(Online),

http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker, diakses 25 Mei 2016.

MIMS Treatment Guidelines, 2016.

treatment guidelines for vertigo,

MIMS

(Online)

http://drc.mims.com/Vertigo/Treatment, diakses 2 Juli 2016.

Mosena, M.S.and Merwe, E.V.D., 2009. The Appropriateness and Risks of Tablet Splitting,

SA Pharmaceutical Journal, 1(1), 36.

Muzayyin A., Cempaka, T.S., dan Sutarni, S., 2005.

Reability of dizziness handicap

inventory,

6

th

Biennal of ASEAN Indonesian Neurogical Assosiation (ASNA) and

6

th

Biennal Meeting of Indonesian Neurogical Assosiation (INA), Jakarta, 7.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2006, Vertigo,

Standar

Pelayanan Medik (SPM)

, PERDOSSI, 122.

Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010. Classification for Drug Related

Problems V 6.2.

Zuidlaren: Pharmaceutical Care Network Europe Foundation

, 6

(2), 1-9.

Shami, I. and Al Sanosi, A., 2011. Causes of Vertigo in Saudi Patients Seen at Tertiary

Teaching Hospital.

Journal of Taibah University Medical Sciences,

6 (1), 27-33.

Sokolova, L., Hoerr, R and Mishchenko, T., 2014. Treatment of Vertigo: A Randomized,

Double-Blind Trial Comparing Efficacy and safety of ginkgo biloba extract Egb

761 and Betahistine.

International Journal of Otolaryngology,

2014 (1), 4.

Swartz, R., Longwell, P., 2005. Treatment of Vertigo.

American Family physician

, 6 (71),

1115-1121.


(31)

15

Taylor, D. C. and Wedro¸ B., 2016.

The Risk Factors for Vertigo.

Medicinenet

(Online),

http://www.medicinenet.com/vertigo_overview/page3.html diakses 20 Januari

2017.

Vaz, D.P., Gazzola, J.M., Lança, S. M., Dorigueto, R.S., Kasse, C.A., 2008. Clinical and

Functional Aspects of Body Balance in Elderly Subjects with Benign Paroxysmal

Positional Vertigo.

Braz J Otorhinolaryngol

, 79 (2), 150

157.

Wahyudi, K.T., 2012. Vertigo.

Medical Departement Kalbe Farma

, 39 (10), 741.

Yacovino, Dario A., and Luis, L., 2014. Pharmacologic Treatment of Vestibular Disorders.

Vestibular Disorders Association

, Portland, 1-8.

Yosriani, K., 2014. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Geriatri dengan

Hipertensi Disertai Vertigo di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2012-Juni

2013,

Skripsi,

Program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 65.


(32)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengobatan pasien vertigo perifer periode Januari-Juni 2016

Keterangan :

Subjective (S) berupa tanggal kunjungan, inisial, usia, jenis kelamin, anamnesis, nomor RM (Rekam Medik, riwayat penyakit) dan gejala  Objective (O) berupa hasil pemeriksaan CT scan, tekanan darah dan peresepan

Assessment (A) berada di lampiran 2  Plan (P) berada di lampiran 2 No

. No.

RM Inisial Usia JK Diagnosis Tgl kunjungan

Riwayat

penyakit gejala TD Radiologi Obat Vertigo

1 2033

014 JS 54 L

vertigo + Hipertensi

27 Januari

2016 Hipertensi pusing

150 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (30) Vit B complex 1x1 (10)

Amlodipine 5mg 1x1 (10)

2 1108

835 JMS 63 P

vertigo+ pusing dizziness

20 Januari

2016 Hipertensi

pusing, kepala terasa berat 130 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 1x1 malam (10)

Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

Alpentin 300mg 1x100 mg malam (10)

3 1116

279 KCA 20 P

vertigo+dizzi ness 29 Agustus 2015 pusing saat malam, kesemutan dikepala bagian belakang 110 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Furneuro 1x1 (15)

4 3938

08 SD 44 P

Vertigo+cep halgia

19 Januari

2016

pusing dan sakit kepala kronis

120 /70

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 1x1 malam (10) GinkgoForce 2x1 (30)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20)

5 2033

696 AS 28 P Vertigo

15

Januari2016 pusing dan mual

100 /60

CT scan normal

Betahistin Mesylate 6mg 2X1 (20) Flunarizin 5mg 1x1 (10)

Domperidone 10mg 2x1 (20) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

6 1125

222 S 63 P

Vertigo+CH F

15 Januari 2016

pusing dan kepala berputar-putar

110 /70

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (10) Spironolacton 25mg 1x1 (15)


(33)

17

7 3744

77 DSN 50 P Vertigo

11 Februari

2016 RA

pusing atau gliyer, kaki terasa berat

dan punggung nyeri 120 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 2x1 (20)

Ginkgoforce 2x1 aps (60) Lansoprazole 30mg 1x1 (20) Kenacort 4mg 1x1 aps (10)

8 5167

96 HP 62 L

Vertigo + CVA

16 Februari

2016

mual saat malam, gliyer dan pusing

berputar

130 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 2x1 malam (20)

Domperidone 10mg 3x1 mual/gliyer (15)

Vit B complex 1x1 (30) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

9 6051

72 S 64 L Vertigo

16 Februari

2016

pusing berputar selama 3 minggu

130 /80

CT scan normal

Merisolon 12mg 3x1 (20) Frego 5mg 1x 1 (10)

10 6680

73 DW 59 L Vertigo

17 Februari

2016

pusing gliyer selam 2 minggu

post opname

130 /80

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 2x1 (20)

Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10) Analsik (500mg+2mg) 2x1 (20) Lancid cap 30mg 1x1 (10)

11 6334

07 YK 64 P Vertigo

17 Februari

2016 Hipertensi

pusing dan sakit kepala 130 /10 0 CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (30) Ginkgoforce 2x1 (60)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 (30)

12 9844

57 AP 64 P

Vertigo+Hip ertensi+Cervi cal radikulophat y 15/09/15 Hipertensi , dislipide mia

pusing dan sakit punggung 150 /10 0 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer(20) Domperidone 10mg 2x1 (20)

Alprazolam 0,25mg 1x1 malam Amlodipine 5mg 1x1 (30) Ibuprofen 400mg 2x1 p.c Lansoprazole 30mg 1x1

13 1973

203 LK 52 L

Vertigo +Hipertensi

23 Februari

2016 Hipertensi

pusing berputar selama 3 minggu

160 /90

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 2x1 (10) Ginkgoforce 2x1 (20) Amlodipine 5mg 1x1 (20)

14 1068

543 KMG 51 P Vertigo

02 Maret

2016 GI

telinga kanan berdengung pusing sesnsasi 130 /80 CT scan normal

Betaserc 24mg 2x1 (20) Flunarizin 5mg 2x1 malam (20) Domperidone 10mg 2x1 (10)


(34)

18

berputar dan mual Ginkgoforce 2x1 (20)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20)

15 1086

639 EG 21 P

Vertigo (Dizziness +Giddnes)

31 Mei 2016 pusing dan sakit

kepala

110 /70

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 1x1 malam (10)

Neurobion forte tab 250s 1x1 (30)

16 1112

723 SS 64 P Vertigo

08 Maret

2016 pusing

170 /10 0

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 (20) Pacetic 600mg 2x1 (20)

Methylprednisolone 4mg 2x1 p.c (20) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

17 1128

224

ADT

L 32 P Vertigo

10 Maret

2016

gliyer disertai mual, sakit kepala

sejak 1 tahun

100 /60

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 Dramamine 50mg 3x1 Vit B complex 3x1

18 2012

390 IJM 54 L

Post SNH+Vertig o 11 Maret 2016 gliyer, pusing berputar saat perubahan posisi kepala 130 /90 CT scan normal

Frego 5mg 2x1 (15) Merisolon 12mg 2-3x1 (15) Thrombo aspilet 80mg 1x1 (30) Valesco 80mg 1x1 (10)

19 1101

186 DS 50 L Dizziness

14 Maret

2016

gliyer, masih 40% terasa

110 /80

CT scan normal

Frego 5mg 2x1 (15) Merisolon 12mg 2x1 (15)

20 7621

83 H 63 L

postitional vertigo + hipertensi

14 Maret

2016 pusing

130 /90

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20) Vit B complex 3x1 (20)

21 6956

98 SB 59 P

Vertigo (Dizziness +Giddnes) 15 Maret 2016 Hipertensi , DM, GI

pusing kepala sebelah, kadang gliyer 140 /90 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x 0,5 (15) Frego 5mg 1x1 pagi (5)

Zypraz askes 0,25mg (0)(0)(0) (0,5) (5)

22 1966

427 SN 62 P

Vertigo (Dizziness +Giddnes)

16 Maret

2016 Hipertensi pusing dan gliyer

130 /80

CT scan normal

Betaserc askes 24mg 2x0,5 (8) Frego 5mg 2x1 (15)

Brainact 500mg 2x1 (15) 23

1108

987 M 53 L Post SH

21 Maret

2016

pusing, mual dan kadang buyer

150 /90

CT scan normal

Dramamine 50mg 2x1 (20) Valesco 80mg 1x1 (30)

24 6102

65 ES 38 L BPPV

22 Maret

2016

pusing gliyer dan kepala

cekot-cekot 130

/90

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20)

Meloxicam askes 15 mg 1x1 siang (10) Asam mefenamat 500mg 3x1 (20)


(35)

19

25 1130

281 R 29 P Vertigo

23 Maret

2016 pusing muter

100 /80

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 1x1 (10)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20) Vit B complex 3x1 (20)

26 2033

439 SS 50 L vertigo

23 Maret 2016

stroke, DM

mual, muntah, gliyer selama 1

minggu

140 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15)

Lansoprazole JKN30mg cap 2x1 (15)

27 3462

80 OK 22 P

Vertigo (Dizziness +Giddnes)

23 Maret

2016 GI

pusing sejak 3 hari, sering

mimisan 120/80

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20)

Meloxicam JKN15 mg 1x1 (10)

Lansoprazole JKN30mg 1x1 (10)

28 6164

29 EM 46 P

Vertigo+Hip ertensi

24 Maret

2016 Hipertensi

nyeri kepala, kesemutan, kebas di kepala 150 /10 0 CT scan normal

Merisolon 6mg 2x1 pagi dan siang (15) Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10) Cetalgin (500mg+2mg) 2x1 (10) Divask 10mg 1x1 (10)

29 5871

66 HE 57 P

Vertigo (Dizziness +Giddnes)

24 Maret

2016 pusing

110 /70

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (10) Yekaneuron tab 100s 2x1 (10)

30 1130

381 SRSD 28 P BPPV

24 Maret 2016 merasa pusing seminggu, gliyer 110 /60 CT scan normal

Betahistin 12mg 2x1 gliyer (15) Flunarizin 5mg 2x1 (15) 31

1532 39

WA

W 38 L

Vertigo postional

28 maret 2016

dislipide

mia pusing berputar

130 /90

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 2x1 (16) 32

7015

68 M 53 P Vertigo

29 Maret 2016

Stroke

hipertens pusing

120 /80

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Amlodipine 5mg 1x1 pagi (7)

33 2036

193 S 62 L

Vertigo (Dizziness +Giddnes)

29 Maret

2016

gliyer jika posisi kepala miring ke kiri dan nyeri

kepala kanan

140 /90

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 2x1 (15) Frego 5mg 2x1 (15)

Brainact 500mg 2x1 (15)

34 2007

474 N 57 L

Idem +Vertigo

30 Maret

2016 stroke

pusing berputar dan sakit pinggang perut bagian samping 120 /80 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (10) Domperidone 10mg 3x1 ac (10) Alprazolam 0,25mg 1x1 malam (5)

35 1920

057 SP 64 L Vertigo

30 Maret 2016 stroke, DM pusing dan kontrol post opname 130 /10 0 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20) Vit B complex 2x1 (20


(36)

20

36 1923

630 TU 58 L Vertigo

30 Maret

2016 GI pusing

130 /90

CT scan normal

Betahistin mesylat 6mg 3x1 gliyer (30) Vit B complex 3x1 (30)

37 2024

179 LY 45 L

Vertigo +

Post Stroke 02 April 2016

Stroke, hipertensi

kontrol setelah donor darah dan

tengkuk terasa kencang 140 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (10) Vit B complex 1x1 (30)

Zypraz 0,25mg 1x1 malam (5) Farmasal 100mg 1x1 (30)

38 1720

516 TD 41 P

Cephalgia +

Vertigo 04 April 2016

pusing dan mengeluh pusing dan tes sposmofilia positif 130 /80 CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 1x1 (10) Ginkgoforce 2x1 (60)

Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10) Vit B complex 1x1 (20)

39 6605

73 D 53 L Vertigo 05 April 2016 GI pusing dan mual

130 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 2x1 (16)

Domperidone 10mg 3x1 mual/gliyer(20) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

40 2001

785 KW 40 P

postitional

vertigo 05 April 2016

Hipertensi , DM

mual dan sebulan ini pusing

cekot-cekot

110 /70

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20)

41 6901

17 PS 63 L Vertigo 06 April 2016 hipertensi kepala gliyer

150 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Vit B complex 2x1 (15)

42 1128

701 AS 55 P

Vertigo

+LBP 07 April 2016 LBP

pusing berputar, boyok terasa sakit dan tangan sering kesemutan, terasa setelah opname 130 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) Domperidone 10mg 2x1 (20)

Meloxicam JKN15 mg 1x1 (10)

Amitriptyline 10mg cap rsb 1x1 malam (30)

Lansoprazole 30mg 1x1 (20)

43 1022

243 AS 64 L Vertigo 11 April 2016

stroke, hipertensi,

DM

gliyer dan pusing 110

/70

CT scan normal

Frego 5mg 2x1 (20) Vit B complex 2x1 (15)

44 5485

66 S 44 P Obst. Vertigo 12 April 2016 GI

sakit kepala selama 2 hari dan

agak gliyer

110 /70

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 2x1 (20)

Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10) Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (10)


(37)

21

45 2037

547 S 59 P Vertigo 15 April 2016

kontrol post opname dan ada riwayat masuk RS

karena vertigo 130

/90

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 2x1 (20) Dramamine 50mg 2x1 (20) Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10)

46 4400

21

BWH

K 58 P Vertigo 20 April 2016 pusing gliyer

100 /80

CT scan normal

Flunarizin 5mg 1x1 malam (20) Ginkgoforce 1x1 (20)

Merisolon 12mg 3x1 (30)

Allopurinol JKN100mg 1x1 (20)

Atrovastatin JKN20mg 1x0,5 malam ()

47 1108

493 S 60 P

Vertigo positional, Hipertensi

25 April 2016 Stroke kontrol post

opname

150 /90

CT scan normal

Betahistin JKN12mg 2x1 (20) Flunarizin 5mg 2x1 (20) Valesco 80mg 1x0,5 (10) Farmasal 100mg 1x0,5 (15)

48 4742

90 LWA 33 P

Vertigo +

Cephalgia 02 Mei 2016

selama 4 bulan pusing hilang-timbul, bahu terasa agak kemeng, telinga terasa agak mlanjer 120 /70 CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 pusing (10) Frego 5mg 1x1 malam (20)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (10) Neurobion forte tab 250s 1x1 (20)

49 2038

340 JE 40 P Vertigo 03 Mei 2016

sejak 3 hari pusing berputar, kepala terasa melayang dan tidak nyaman 90/ 60 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Frego 5mg 1x1 pagi (10)

Analsik (500mg+2mg) 2x1pagi dan siang(10)

50 1125

811 HW 38 P Vertigo 09 Mei 2016

10 hari yang lalu jatuh, wajah agak bengkak dan pusing 130 /90 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20) Vit B complex JKN3x1 (20)

51 1133

159 TL 48 P Obs Vertigo 11 Mei 2016

pusing berputar, kepala belakang seperti tertarik, mual dan pusing

130 /80

CT scan normal

Betaserc askes 24mg 3x0,5 (20) Frego 5mg 1x1 pagi (10) Dramamine 50mg 2x0,5 (5) Analsik (500mg+2mg) 2x1pagi dan siang (6)


(38)

22

52 1119

918 LL 53 P Vertigo 30 Juni 2016

stroke, hipertensi telinga masih berdengung yang kanan 130 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Fenitoin JKN 100mg 2x1 (15)

53 2028

178 SS 53 P

nggilyer+vert

igo 12 Mei 2016

riwayat pernah jatuh, gliyer dan tangan kiri terasa

panas

130 /80

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20) Vit B complex 3x1 (20)

Alpentin 300mg 1x100mg sore (20)

54 1119

189 I 39 P Vertigo

20 Januari

2016

mual, muntah dan pusing berputar sering kambuh 120 /80 CT scan normal

Betaserc askes 24mg 2x0,5 (20) Frego 5mg 1x1 pagi (10) Zypraz 0,25mg 1x1 malam (5)

55 1102

502 S 57 P Vertigo 16 Mei 2016

dislipide mia

vertigo sejak 3 hari, dan sudah minum obat antivertigo tapi tidak membaik 130 /80 CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (15) Analsik (500mg+2mg) 2x1 (15) Brainact 500mg 2x1 (15)

56 4718

34 DD 20 L BPPV 17 Mei 2016

kadang mual, kadang juga merasa pusing berputar-putar seperti mau jatuh,

dan terasa seperti pusing gliyer

130 /80

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (15) Frego 5mg 2x1 (5) Dramamine 50mg 2x1 (20)

57 1109

029 JAP 47 L Vertigo 18 Mei 2016

gliyer, pusing, tidur miring ke kiri terasa mau muntah, riwayat post opname 130 /80 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20) Farmasal 100mg 1x1 (10)

58 1134

110 IJ 62 P

BPPV+tensio

n headeach 23 Mei 2016 hipertensi

mual, muntah dan pusing berputar, gliyer 120 /70 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x2 (30) Frego 5mg 1x1 (10) Dramamine 50mg 3x0,5 (6)

59 1134

259 s 62 P BPPV 23 Mei 2016

kepala pusing berputar sejak 5

hari dan mata kabur

140 /90

CT scan normal

Betaserc askes 24mg 3x0,5 (15) Frego 5mg 1x1 (10)


(39)

23

60 1504

16 HD 44 L Vertigo 24 Mei 2016

kontrol post opname riwayat

ISPA, GEA, fibrosis hari ke V,

dan masih gliyer 130

/80

CT scan normal

Merisolon 12mg 2x1 (20) Frego 5mg 2x1 (20)

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

61 4966

03 IW 49 L

BPPV+Nista gmus+horiso

ntal

07 Juni 2016 Stroke masih sering

pusing

110 /80

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 2x2 (10) Zypraz askes 0,5mg 1x 0,5 (4) Aptor askes 100mg 1x1 (10)

62 1134

322 NW 38 L

Vertigo

psikogenik 26 Mei 2016

pusing gliyer, cemas anxietas, kiri tinitus sudah

3x scan normal 110

/70

CT scan normal

Betaserc askes 24mg 2x0,5 (15) Kalxentin askes 10mg 1x1 (15)

63 5333

07 SM 61 P

Cephalgia +

Vertigo 26 Mei 2016

stroke, DM postopname, kepala masih pusing, nafsu makan turun, tangan kanan kesemutan 130 /90 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Flunarizin 5mg 1x1 malam (10) Lipitor 20mg 1x1 malam (20) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

64 2038

877 T 44 P

Vertigo +

stroke 27 Mei 2016 stroke

pusing dan masih

kontrol 130

/90

CT scan normal

Betaserc askes 8mg 1x1 (15) Brainact 500mg 1x1 (15) Copidogrel 75mg 1x1 (15)

65 5701

54 SR 37 P Cephalgia 31 Mei 2016

kontrol post opnamea, papila edema mata 120 /90 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (10) Flunarizin 5mg 1x1 malam (10)

Pacetic 600mg 2x1 (10)

66 6901

17 PS 63 L Vertigo 29 Juni 2016

stroke,

hipertensi pusing

170 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Vit B complex 2x1 (15)

Alprazolam 0,25mg 1x1 malam (7) Amlodipine 5mg 1x1 pagi (7)

67 1135

156 S 61 L Vertigo 04 Juni 2016

OS riwayat vertigo dan kambuh 120 /90 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 2x1 (15) Frego 5mg 2x1 (15)

68 6225

78 M 54 P Vertigo 06 Juni 2016 stroke

sejak seminggu OS mengeluh pusing berputar, telinga berdengung 130 /90 CT scan normal

Betaserc askes 24mg 2x0,5 (10) Frego 5mg 1x1 (10)


(40)

24

69 0069 680( 6)7

S 62 L Vertigo

perifer 06 Juni 2016

hipertensi esensial

mual, muntah dan sering gliyer, posisi berubah 130 /80 CT scan normal

Betahistin 12mg 2x1 (20) Flunarizin 5mg 2x1 (20)

70 1135

210 AB 56 P Vertigo 07 Juni 2016

pusing berputar, sakit kepala sebelah 120 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20) Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing Amitriptyline 10mg cap rsb 1x1 malam (30)

Methylprednisolone 4mg 1x1 p.c (10) Lansoprazole 30mg 1x1 ac (10)

71 1076

776 AM 46 P

Vertigo (sebelumnya

positional vertigo)

07 Juni 2016 stroke kontrol dan masih

ngliyer

130 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20) Flunarizin 5mg 1x1 malam (10)

Yekalgin (500mg+2mg) 2x1 gliyer (20) Methylprednisolone 4mg 1x1 p.c (10)

Candesartan JKN8mg 1x1 (20)

Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

72 5434

78 I 59 P Vertigo 08 Juni 2016 DM

pusing berputar, kaki sakit, boyok sakit, riwayat DM

140 /90

CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (20)

Meloxicam JKN15 mg 1x1 pc (10)

Alpentin 300mg 1x100mg malam (10) Lansoprazole 30mg 1x1 (10)

73 2013

758 S 63 P

HT+DM2+v

ertigo 09 Juni 2016 Hipertensi

kontrol kedua kaki kesemutan 120 /80 CT scan normal

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer (15) Flunarizin 5mg 2x1 (15)

Vit B complex 1x1 (30)

Metformin JKN500mg 1x1 (30)

74 2038

598 SC 52 P Vertigo 13 Juni 2016

pusing berputar kadang kepala cenat-cenut 120 /80 CT scan normal

Betaserc askes 8mg 3x0,5 (20) Flunarizin 5mg 1x1 pagi (10)

Zypraz askes 0,5mg (0) (0) (0) (0,5)(15)

75 2020

639 EU 55 P Vertigo 15 Juni 2016

Stroke hipertensi

pusing berputar sejak 1 bulan

120

/80 CT scan

normal

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) Dramamine 50mg 3x1 (20) Lanamol askes 500mg 3x1 (20) Vit B complex 3x1 (20)


(41)

25

Lampiran 2 Assasment dan Plan (Rekomendasi)

Keterangan:

1.

Terapi tanpa indikasi (

unnecessary drug therapy), 2. Indikasi tanpa obat (need additional drug therapy), 3. Obat kurang efektif (Ineffective drug)

4. Dosis kurang (dosage too low) 5. Dosis berlebih (dosagetoo high),

6. Interaksi dan efek samping obat (adverse drug reaction) Koding:

0=Tidak ada kejadian DRPs 1= Ada kejadian DRPs

No. Obat Vertigo 1 2 3 4 5 6

Assasment

Plan (Rekomendasi)

1

Betahistin mesylate 6mg 3x1 (30) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan

Vit B complex 1x1 (10) 0 0 0 0 0 0

Amlodipine 5mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 0

2

Betahistin mesylate 6mg 3x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.terdapat interaksi antara alpentin dan

flunarizine yang bersifat moderate

1. monitoring efek aplentin, jika outcome yang diinginkan tidak muncul maka naikkan dosis alpentin

Flunarizin 5mg 1x1 malam (10) 0 0 0 0 0 1

Lansoprazole 30mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 0

Alpentin 300mg 1x100 mg malam (10) 0 0 0 0 0 1

3 Betahistin mesylate 6mg 2x1 (15) 0 0 1 0 0 0 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah 1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1

Furneuro 1x1 (15) 0 0 0 0 0 0

4

Merisolon 12mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1. Terdapat interaksi antara Gingkoforce dan dan

diazepam bersifat moderate

1.Monitor efek diazepam pada analsik jika outcome tidak muncul tambahkan regimen dosis atau tambahkan alprazolam

Frego 5mg 1x1 malam (10) 0 0 0 0 0 0

Ginkgoforce 2x1 (30) 0 0 0 0 0 1

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20) 0 0 0 0 0 1

5

Betahistin mesylate 6mg 2x1 (20) 0 0 1 0 0 0 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah

2.Penggunaan flunarizine seharusnya diberikan

saat malam hari

1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate

menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1

2.Beri keterangan diresep penggunaan

flunarizine 1x1 pada malam hari atau menjelang tidur

Flunarizin 5mg 1x1 (10) 0 1 0 0 0 0

Domperidone 10mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Lansoprazole 30mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 0

6

Betahistin mesylate 6mg 3x1 (10) 0 0 0 0 0 0 1.Terdapat interaksi antara spironolactone dan

bisoprolol yang bersifat mnitor closely

1.Monitor kadar serum potassium, karena spironolactone dapat meningkatkan kadar potasium

Spironolacton 25mg 1x1 (15) 0 0 0 0 0 1


(42)

26

7

Betahistin mesylate 6mg 2x1 (20) 0 0 1 0 0 0 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah

2.Terdapat interaksi antara lansoprazole dan kenacort yang bersifat minor

1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate

menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1 2. Karerna sifat interaksi minor tidak perlu

perubahan regimen terapi hanya

dimonitoring efek lansoprazole

Flunarizin 5mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Ginkgoforce 2x1 aps (60) 0 0 0 0 0 1

Lansoprazole 30mg 1x1 (20) 0 0 0 0 0 1

Kenacort 4mg 1x1 aps (10) 0 0 0 0 0 0

8

Betahistin mesylate 6mg 3x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Terdapat interaksi antara Vit B complex dan

lansoprazole yang bersifat minor

1.Karerna sifat interaksi minor tidak perlu perubahan regimen, lanjutkan tepapi jika ada outcome yang tidak tercapai evaluasi terapi

Flunarizin 5mg 2x1 malam (20) 0 0 0 0 0 0

Domperidone 10mg 3x1gliyer (15) 0 0 0 0 0 0

Vit B complex 1x1 (30) 0 0 0 0 0 1

Lansoprazole 30mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 1

9

Merisolon 12mg 3x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Penggunaan flunarizine seharusnya diberikan

saat malam hari

1.Beri keterangan diresep penggunaan

flunarizine 1x1 pada malam hari atau menjelang tidur

Frego 5mg 1x 1 (10) 0 1 0 0 0 0

10

Merisolon 12mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Terdapat interaksi antara zypraz dan diazepam

yang bersifat monitor closely

1.Monitor outcome kedua obat ini terkait efek sedasi. Jika, efek yang muncul berlebih evaluasi regimen dosis terapi karena kedua obat ini meningkatkan efek sedasi.

Frego 5mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Zypraz 0,25mg 1x1 malam (10) 0 0 0 0 0 1

Analsik (500mg+2mg) 2x1 (20) 0 0 0 0 0 1

Lancid cap 30mg 1x1 (10)

0 0 0 0 0 0 11

Merisolon 12mg 2x1 (30) 0 0 0 0 0 0 1. Terdapat interaksi antara Gingkoforce dan

dan diazepam bersifat moderate

1.Monitor efek diazepam pada analsik jika outcome tidak muncul tambahkan regimen dosis atau tambahkan alprazolam

Ginkgoforce 2x1 (60) 0 0 0 0 0 1

Analsik (500mg+2mg) 2x1 (30) 0 0 0 0 0 1

12

Betahistin mesylate 6mg 2x1 gliyer(20) 0 0 1 0 0 0 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah 1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate

menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1

Domperidone 10mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Alprazolam 0,25mg 1x1 malam 0 0 0 0 0 0

Amlodipine 5mg 1x1 (30) 0 0 0 0 0 0

Ibuprofen 400mg 2x1 p.c 0 0 0 0 0 0

Lansoprazole 30mg 1x1 0 0 0 0 0 0

13

Merisolon 12mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan

Frego 5mg 2x1 (10) 0 0 0 0 0 0

Ginkgoforce 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Amlodipine 5mg 1x1 (20) 0 0 0 0 0 0

14

Betaserc 24mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Terdapat interaksi antara Gingkoforce dan

diazepam bersifat moderate

1.Monitor efek diazepam pada analsik jika outcome tidak muncul tambahkan regimen dosis atau tambahkan alprazolam

Flunarizin 5mg 2x1 malam (20) 0 0 0 0 0 0


(43)

27

Ginkgoforce 2x1 (20) 0 0 0 0 0 1

Analsik (500mg+2mg) 2x1 pusing (20) 0 0 0 0 0 1

15

Betahistin mesylate 6mg 3x1 gliyer (20) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan

Flunarizin 5mg 1x1 malam (10) 0 0 0 0 0 0

Neurobion forte tab 250s 1x1 (30) 0 0 0 0 0 0

16

Betahistin mesylate 6mg 2x1 (20) 0 0 1 0 0 0 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah

2.Terdapat interksi antara methylprednisolone dan lansoprazole yang bersifat minor

1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1

2.Lanjutkan regimen terapi dan tetap

monitor outcome lansoprazole

Pacetic 600mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0

Methylprednisolone 4mg 2x1 p.c (20) 0 0 0 0 0 1

Lansoprazole 30mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 1

17

Betahistin mesylat 6mg 2x1 0 0 1 0 0 1 1.Dosis betahistin mesylate terlalu rendah

2.Terdapat interaksi antara betahistin meysilate

dan dramamine yang bersifat minor

1.Tambahkan dosis Betahistin mesyilate menjadi dosis minimal yaitu 6 mg 3x1 2.Monitor outcome dari Dramamine terkait

fungsiya sebagai antimual

Dramamine 50mg 3x1 0 0 0 0 0 1

Vit B complex 3x1 0 0 0 0 0 0

18

Frego 5mg 2x1 (15) 0 0 0 0 0 0 1.Terdapat interaksi antara Thrombo aspilet

dan Valesco bersifat monitor closely

1.Monitor kadar serum potassium, karena kedua obat tersebut dapat meningkatkan kadar potassium, serta pantau juga outcome valseco karena aspirin menurunkan efek valesco

Merisolon 12mg 2-3x1 (15) 0 0 0 0 0 0

Thrombo aspilet 80mg 1x1 (30) 0 0 0 0 0 1

Valesco 80mg 1x1 (10) 0 0 0 0 0 1

19 Frego 5mg 2x1 (15) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan

Merisolon 12mg 2x1 (15) 0 0 0 0 0 0

20

Betaserc askes 8mg 3x1 (20) 0 0 0 0 0 1 1.Terdapat interaksi antara betaserc dan

dramamine yang bersifat minor

1.Monitor outcome dari Dramamine terkait fungsiya sebagai antimual

Dramamine 50mg 3x1 (20) 0 0 0 0 0 1

Vit B complex 3x1 (20) 0 0 0 0 0 0

21

Betaserc askes 8mg 3x 0,5 (15)

0 0 1 0 0 0 1.Dosis betaserc dibawah dosis minimum

2.Penggunaan flunarizine seharusnya diberikan saat malam hari

1.Tambahkan dosis betaserc menjadi dosis

minimal 8mg 3x1

2.Beri keterangan diresep penggunaan

Frego 5mg 1x1 pagi (5) 0 1 0 0 0 0 3.Sedian setangah tablet zypraz tidak tepat flunarizine 1x1 pada malam hari atau

menjelang tidur

3.Ganti sediaan zypraz dengan potensi 0,25mg

Zypraz askes 0,25mg (0) (0) (0) (0,5) (5) 0 1 0 0 0 0

22

Betaserc askes 24mg 2x0,5 (8) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan

Frego 5mg 2x1 (15) 0 0 0 0 0 0

Brainact 500mg 2x1 (15) 0 0 0 0 0 0

23

Dramamine 50mg 2x1 (20) 0 0 0 0 0 0 1.Dosis, indikasi, penggunaan sudah tepat dan

tidak ada interaksi antara obat yang diberikan

1.Terapi dilanjutkan


(1)

35

Lampiran 4. Interaksi obat

Keterangan :

Interaksi obat menggunakan Medscape Drug Interaction Checker

(

http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker) dan MIMs interaction

No.

kasus Obat 1 Obat 2

Kategori interaksi

obat

Keterangan

1 -

2 flunarizine alpentin moderate Flunarizin menurunkan kadar Alpentin

3 -

4 ginkgoforce diazepam moderate GinkgoForce menurunkan efek diazepam

5 -

6 bisoprolol spironolactone Monitor Closely

bisoprolol dan spironolactone keduanya meningkatkan serum

potassium 7 ginkgoforce lansoprazole minor GinkgoForce mempercepat

metabolisme lansoprazole di hati 8 lansoprazol

e

cyanocobalamin

(b12) minor

lansoprazole menghabat absorbsi Vit B12

9 -

10 alprazolam diazepam Monitor Closely

alprazolam dandiazepam meningkatkan efek sedasi 11 ginkgoforce diazepam moderate GinkgoForce mengurangi efek

diazepam

12

13 -

14 ginkgoforce diazepam moderate GinkgoForce mengurangi efek diazepam

15 -

16 methylpredni

solone lansoprazole minor

methylprednisolone akan meningkatkan efek lansoprazoledengan mempengaruhi

enzim metabolise CYP3A4 . 17 betahistine

meysilate dramamine minor

Betahistine menurunkan efek antihistamin

18 valsartan aspirin Monitor Closely

valsartan dan aspirin keduannya meningkatkan serum potassium. Selain

itu, aspirin menurunkan efek valsartan dengan mekanisme secara

farmakodianamik

19 -

20 betaserc dramamine moderate Betahistine menurunkan efek antihistamin

21 -

22 -

23 -

24

asam

mefenamat meloxicam moderate

kedua obat berkompetisi untuk clearence di renal tubular. Selain itu

interaksi kedua obat ini dapat meningkatkan serum potassium dan

efek antikoagulan betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek

antihistamin

25 -


(2)

36

27 -

28 -

29 -

30 -

31 -

32 -

33 -

34 -

35 -

36 -

37 aspirin cyanocobalamin

(vit b 12) minor

aspirin menurunkan absorbsi vitamin b12

38 ginkgoforce alparazolam moderate GinkgoForce mengurangi efek alparazolam

39 -

40 betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek antihistamin

41 -

42 -

43 -

44 alprazolam diazepam Monitor Closely

alprazolam dan diazepam keduannya meningkatkan efek sedasi 45 dimenhydrin

ate

alprazolam Monitor Closely

dimenhydrinatedapat meningkatkan efek sedasi alprazolam

46 -

47 valsartan aspirin Monitor

Closely

valsartan dan aspirin keduannya meningkatkan serum potassium. Selain

itu, aspirin menurunkan efek valsartan dengan mekanisme secara

farmakodianamik

48 -

49 -

50 betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek antihistamin

51

dramamine diazepam Monitor Closely

dimenhydrinate meningkatkan efek sedasi diazepam

betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek antihistamin

52 -

53

gabapentin cyanocobalamin

(vit b 12) minor

gabapentin menurunkan absorbsi vitamin b12

betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek antihistamin

54 -

55 -

56 merisolon dramamine minor Betahistine menurunkan efek antihistamin 57 betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek

antihistamin 58 betaserc dramamine minor Betahistine menurunkan efek

antihistamin

59 -

60 -

61 -


(3)

37

63 -

64 -

65 -

66 -

67 -

68 -

69 -

70

diazepam methylprednisol one

Monitor Closely

Methylprednisolone menurunkan diazepam efek diazepam dengan mempengaruhi metabolisme enzime

CYP3A4 diazepam amitriptyline Monitor

Closely

diazepam dan amitriptyline keduanya menigkatkan efek sedation methylpredni

solone amitriptyline minor

methylprednisolone menurunkan efek amitriptyline dengan mempengaruhi

metabolisme enzime CYP3A4 methylpredni

solone lansoprazole minor

methylprednisolone menurunkan efek lansoprazole dengan mempengaruhi

metabolisme enzime CYP3A4

71

methylpredni

solone lansoprazole minor

methylprednisolone menurunkan efek lansoprazole dengan mempengaruhi

metabolisme enzime CYP3A4 methylpredni

solone diazepam

Monitor Closely

methylprednisolone menurunkan efek diazepam dengan mempengaruhi

metabolisme enzime CYP3A4

72 -

73 metformin cyanocobalamin

(vit b 12) minor

metformin dmenurunkan kadar cyanocobalamin (Vit B12) Catatan: kategoti interaksi moderate setara dengan monitor closely


(4)

38

Lampiran 5. Ethical Clearance


(5)

39


(6)

40

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “

Evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs) pada Pasien dengan Diagnosis Vertigo Perifer di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

” memiliki nama

lengkap Andreas Krisyonas Rendra. Penulis lahir di Ganjaran

pada tanggal 18 Juni 1995, merupakan putra kedua dari tiga

bersaudara dalam keluarga pasangan Yohanes Kustanto dan

Yuliana Mahtila Daliyem. Pendidikan formal yang ditempuh

penulis dimulai di TK Dharma wanita (1999-2001). Pendidikan

dilanjutkan ke SD Negeri 3 Gumukmas (2001-2007), setelah itu

dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Pringsewu (2007-2010), pendidikan menengah atas di SMA

Negeri 1 Pringsewu (2010-2013). Kemudian pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi

di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan

sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2013.

Semasa menempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitian. antara lain menjadi

anggota divisi P3K PPRtoS (2013-2014), anggota divisi P3K TITRASI (2014), anggota

divisi Pendaftaran INSADHA (2015). Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum pada

praktikum Botani Farmasi (2014-2015).


Dokumen yang terkait

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa Tahun 2011

4 87 60

Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara

4 33 166

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015

8 22 167

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

IDENTIFIKASI Drug Related Problems (DRPs) PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSI Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rsi Klaten Tahun 2010.

0 1 13

IDENTIFIKASI Drug Related Problems (DRPs) PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rsi Klaten Tahun 2010.

0 5 16

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dengan diagnosis vertigo perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

0 0 54