Hubungan dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di Panti Wredha.

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Putri Retno Kinanti 089114013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Putri Retno Kinanti 089114013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013


(3)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Putri Retno Kinanti

NIM : 089114013

Telah dipertahankan di depan panitia Penguji pada tanggal 10 Desember 2012 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Dra. L. Pratidarmanastiti, M.Si. ….………..

Penguji 2 : Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ..……….

Penguji 3 : Ratri Sunar Astuti, M.Si. .…….……….

Yogyakarta. Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,


(4)

(5)

iv

"Each morning when I open my eyes I say to myself: I, not events, have the power to make me happy or unhappy today. I can choose which it shall be. Yesterday is dead, tomorrow hasn't arrived yet. I have just one day, today, and

I'm going to be happy in it." (Groucho Marx)

Karya ini KupersembahKan untuK;

Kedua orang tuaKu tersayang, KaKaKKu dan istrinya, “someone special” yang telah memberiKan doa dan semangat selama ini. tidaK lupa untuK sahabat-sahabat terbaiKKu.

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. (Yesaya 55:8)


(6)

(7)

vi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA

DI PANTI WREDHA

Putri Retno Kinanti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Hipotesis yang diajukan, yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 50 wanita lanjut usia, usia 60-75, tinggal di panti wredha, dapat berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala dukungan sosial pramurukti dan skala successful aging. Setelah dilakukan tryout terpakai pada skala dukungan sosial pramurukti diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,902, sedangkan pada skala successful aging diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,866. Selain itu, telah dilakukan juga uji normalitas dan linearitas dengan hasil data tersebut linear dan normal. Data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Pearson Product Moment Correlation karena distribusi data normal. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,665 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial pramurukti, maka semakin tinggi

successful aging wanita lanjut usia di panti wredha.


(8)

vii

THE RELATION OF SOCIAL SUPPORT FROM NURSE AND SUCCESSFUL AGING ELDERLY WOMEN

IN NURSING HOME

Putri Retno Kinanti

ABSTRACT

This research tends to know whether a relationship exist between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. The hypothesis that proposed is, there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. Subjects in this research consist of 50 elderly women , age range 60—75 years old, who live in the nursing home, and seem to be able to communicate nicely. Data collection is using the spreading of social support from nurse scale and the successful aging scale. After tryout has been performed using the social support from nurse scale, reliability coefficient achieved for 0,902, while the successful aging scale obtained reliability coefficient for 0,866. Furthermore, normality test and linearity have been conducted with the result shows that the data outcome both linear and normal. Data of this research are analyzed with Pearson Product Moment Correlation technique because of data distribution that shows normal. Correlation Coefficient was obtained on the point 0,665 with probability 0,000 (p<0,01). The result of this research shows that there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. It can be concluded that the higher social support from nurse the higher successful aging elderly women in nursing home.


(9)

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah Bapa di Surga atas kasih

karunianya dan bimbingannya penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

Melalui penelitian ini, penulis diberikan kesempatan untuk belajar lebih lagi dan

mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah ditemui. Skripsi dengan

judul “Hubungan Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging wanita

lanjut usia di panti wredha” ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan meraih gelar

sarjana psikologi.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

orang-orang yang selama ini memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril

ataupun materi hingga terselesaikannya skripsi ini:

1. Dr. Christina Siwi, H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.

2. Dra. L. Pratidarmanastiti., M. Si., Selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar mendampingi, menuntun dan membimbing penulis hingga

penelitian ini dapat selesai. Terima kasih untuk kesediaannya meluangkan

waktunya mendiskusikan skripsi ini, masukan-masukan yang membangun

peneliti, informasi dan pengetahuannya mengenai topic penelitian ini,

kehangatan, kasih dan kebersamaan. Semangat yang selalu diberikan kepada


(11)

x

3. Semua dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, yang telah mendidik dan membantu penulis selama menjalankan

studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kedua Orang tua saya Herry Supeno dan Dwi Retno Pramesti yang telah

merawat saya, mendidik saya dan mengasihi saya. Terima kasih untuk kasih

sayang, doa dan pengorbanan yang kalian berikan sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Semoga pencapaian ini membuat kalian senang.

5. Kakak ku Yosia Nanda Widho Pramana dan Linda Wulandari untuk semangat

dan dukungannya.

6. Eyang-eyang putri di panti wredha yang berkenan menjadi subjek penelitian,

selain itu berkenan membagi pengalaman, cerita hidup dan doa untuk penulis.

7. Sahabatku Prawita Ady yang selalu menjadi tempat keluh kesah, semangat,

dukungan dan selalu menemani penulis di saat apapun. Terima kasih untuk

kebersamaannya.

8. Sahabat-sahabatku “mbokde” vita, tante Dewi, Nursih, Ayu, Sita, Bora terima

kasih untuk kebersamaan, semangat, dan dukungannya. Tidak lupa untuk

sahabatku Ni Ketut Mila Puspitasari, terima kasih banyak mbok sudah

menemani, dan membantu segalanya untuk melewati proses ini.

9. Semua teman-teman psikologi yang sudah membantu untuk terselesaikannya


(12)

xi

10.Khusnul Budiawan yang telah menemani penulis selama 6 tahun ini, menjadi

teman dalam keadaan apapun. Terima kasih untuk kebersamaan dan proses

yang luar biasa ini. Sukses untukmu juga.

11.Teman-teman kos wulandari, terima kasih untuk kebersamaan dan bantuan

yang diberikan selama 4,5 tahun ini.

12.Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini, Tuhan memberkati.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis

dengan terbuka menerima saran dan kritik sehingga dapat menyempurnakan

skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membacanya.

Yogyakarta, 12 Februari 2012

Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

1.Manfaat Teoretis ………. 7


(14)

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A.Lanjut Usia ... 8

1. Pengertian Lanjut Usia.. ... 8

2. Wanita Lanjut Usia……… 9

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia……… 10

4. Teori-teori Penuaan……… 12

5. Masalah-masalah yang dihadapi Lanjut Usia……… 14

B.Successful Aging………... 16

1. Proses Menua……… 16

2. Pengertian Successful Aging ... 17

3. Faktor yang mempengaruhi Successful Aging…………. 18

a) Seleksi ...………... 18

b) Optimisasi ...……… 19

c) Kompensasi …...……… 19

4. Kriteria Successful Aging ... 19

C.Dukungan Sosial Pramurukti ……….. ... 21

1. Pengertian Dukungan Sosial Pramurukti ... 21

2. Efek Dukungan Sosial pada Kehidupan lansia …….. ... 22

3. Komponen Dukungan Sosial ...…………. 23

a) Guidance...………...………... 23

b) Reliable Allience ...………...………… 23


(15)

xiv

d) Opportunity for Nurturance ... 24

e) Attachment .... 24

f) Social Integration .... 24

3. Jenis-jenis Dukungan Sosial ... 25

D.Panti Wredha ... 26

1. Definisi Panti Wredha ………. 26

2. Pramurukti …..………... 27

a) Definisi Pramurukti ………. 27

b) Tugas Pramurukti ……… 27

c) Faktor yang mempengaruhi komitmen Pramurukti ……… 28

E. Hubungan Dukungan Sosial Pramurtukti dengan Successful Aging Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha ... 28

F. Hipotesis ... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A.Jenis Penelitian………. 36

B.Identifikasi Variabel ... 36

C.Definisi Operasional... 36

1. Dukungan Sosial Pramurukti ... 36

2. Successful Aging ... 37

D.Subjek Penelitian ... 38


(16)

xv

1. Skala Successful Aging ... 39

2. Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 41

F. Prosedur Penelitian……… 43

G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

1. Validitas... 44

2. Seleksi Item Alat Ukur ... 44

a. Prosedur Seleksi Item ... 44

b. Hasil Seleksi Item ... 46

1) Skala Successful Aging ... 46

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 47

3. Reliabilitas ... 48

a. Prosedur Pengujian Reliabilitas ... 48

b. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 49

1) Skala Successful Aging ... 49

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti ... 49

H.Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Asumsi Analisis Data ... 49

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Linearitas ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52


(17)

xvi

B.Deskripsi Data Penelitian ... 52

C.Hasil Penelitian ... 54

1. Uji Asumsi ... 54

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Linearitas ... 55

2. Uji Hipotesis ... 55

D.Pembahasan ... 56

BAB V. PENUTUP ... 62

A.Kesimpulan ... 62

B.Saran ... 63

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 63

2. Bagi Panti Wredha... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Successful Aging

Sebelum Seleksi Item ... 41

Tabel 2. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial Pramurukti Sebelum Seleksi Item ... 42

Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Successful Aging Setelah Seleksi Item ... 46

Tabel 4. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Dukungan Sosial Pramurukti Setelah Seleksi Item ... 47

Tabel 5. Data Empiris dan Teoritis ... 53

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 54

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas... 55


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala ... 68

Lampiran 2. Reliabilitas Skala A dan B... 78

Lampiran 3. Uji Normalitas ... 83

Lampiran 4. Uji Linearitas ... 85

Lampiran 5. Uji Hipotesis ... 87


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap kehidupan manusia selalu melewati fase-fase perkembangan

yang diawali dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa akhir. Tahapan

perkembangan masa dewasa akhir ini disebut dengan usia lanjut, sedangkan

sebutan untuk individu yang berada di tahapan ini adalah lansia (Suardiman,

2011). Menurut UU No.13 pasal 1 ayat 2 Tahun 1998, lansia adalah seseorang

yang berusia 60 tahun ke atas (Suardiman, 2011). Beberapa ahli lain memiliki

pandangan sendiri mengenai batasan usia tersebut. Menurut Papalia, Olds,

Feldman (2009), batasan memasuki usia lanjut itu dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu young old (65-74 tahun), old-old (75-84 tahun), dan oldest old

(>85 tahun).

Berdasarkan usianya tersebut, lansia dibagi menjadi lansia yang

potensial dan tidak potensial. Lansia yang potensial adalah yang masih

mampu menghidupi dirinya sendiri, sedangkan lansia yang tidak potensial

adalah yang hanya bisa menggantungkan hidupnya pada orang lain (UU

No.13/1998 1:2, 1:3 dalam Suardiman,2011). Perbedaan ini akan

mempengaruhi mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan

lansia menyangkut kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan fisik lansia

berhubungan dengan kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan perawatan


(21)

rekreasi, dan religi. Kebutuhan–kebutuhan ini akan menjadi masalah ketika

lansia mengalami kesulitan untuk memenuhinya.

Salah satunya adalah masalah ekonomi yang terjadi terjadi karena

hilangnya pekerjaan, sehingga akan mempengaruhi pendapatan mereka

sehari-hari. Lansia yang tidak bekerja memiliki peluang merasa kesepian lebih besar

dibanding lansia yang bekerja. Masalah lain yang harus dihadapi adalah

masalah kesehatan, yaitu penurunan atau degenerasi beberapa fungsi tubuh

seperti menurunnya beberapa fungsi indra, motorik dan kognitif (Hurlock,

1980; Suardiman, 2011). Kesehatan yang semakin menurun dapat

menyebabkan lansia menjadi sulit untuk berinteraksi dengan bebas dan

memilih untuk menarik diri lingkungannya. Hal ini berarti perhatian dan kasih

sayang yang didapat akan semakin berkurang (Hurlock, 1990).

Berbagai masalah tersebut dialami oleh lansia laki-laki dan wanita

namun harapan hidup lansia laki-laki lebih rendah dibanding wanita sehingga

jumlah wanita lansia lebih banyak. Oleh karena itu, penelitian ini memilih

wanita lansia sebagai subjeknya. Harapan hidup wanita yang lebih panjang

namun mereka cenderung mengalami kesepian dan depresi (Papalia, 2009;

Lestari, Fakhrurrozi, 2008). Kesepian akan lebih dirasakan oleh lansia wanita

yang tidak bekerja karena mereka lebih banyak ditinggalkan di rumah sendiri

(Lestari, Fakhrurrozi, 2008).

Kebanyakan wanita lansia menggantungkan hidupnya pada orang lain

terutama keluarga, karena bagi mereka keluarga merupakan salah satu faktor


(22)

wanita lansia menjadi tinggal sendiri atau dengan anak-anaknya dan terjadinya

perubahan pada struktur pola keluarga dari nuclear family ke extended family

menyebabkan lansia semakin kesulitan dalam mengatasi masalahnya yang

berhubungan dengan tempat tinggal dan perawatan (Suardiman, 2011). Hal

inilah yang menjadi salah satu alasan untuk menempatkan lansia di panti

wredha.

Wawancara yang dilakukan dengan wanita lansia di panti wredha,

mereka menyatakan bahwa mereka berada di panti dengan harapan untuk

mendapatkan perawatan yang lebih baik, karena anggota keluarganya sibuk

dengan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan tempat tinggal di panti wredha

memberikan tuntutan baru untuk lansia yaitu menyesuaikan dengan kondisi

tersebut. Sebagian besar lansia mengalami stress karena kesulitan untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan tempat tinggal di panti wredha (Indriana,

Kristiana, Sonda, Intanirian, 2010).

Berbagai masalah yang muncul tersebut menjadi tantangan baru bagi

lansia wanita untuk menyesuaikan diri sehingga dapat mencapai Successful

aging. Penelitian yang dilakukan oleh Rowe dan Khan (1997) menyatakan

lansia yang successful aging mempunyai kemampuan fisik yang masih

berfungsi dengan baik atau tidak cacat, rentan atau bahkan jarang terkena

penyakit, kemampuan kognitif dan keterlibatan dalam lingkungan fisik (1997).

Harapan untuk tetap hidup sehat, mandiri dan aktif dalam kehidupan

sehari-hari menjadi keinginan setiap lansia dalam menjalani masa tuanya. Kualitas


(23)

berguna untuk orang-orang di sekitarnya serta keluarga (Suardiman, 2011;

Robichaud, Durrand, Bedard, Ouellet, 2006).

Successful aging dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti

pemberian aktivitas-aktivitas yang produktif maupun yang berguna untuk

menjaga kesehatan mereka. Tingkat depresi lansia menurun setelah diberikan

aktivitas senam bugar (Agustin, Aulia, 2008). Pemberian aktivitas-aktivitas

keterampilan untuk memproduksi suatu barang yang dapat menghasilkan uang

akan meningkatkan harga diri lansia (Tursilarini, Untung, 2003). Lansia yang

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan atau kondisi yang

memicu stress dikatakan mengalami successful aging (Indriana, dkk, 2010).

Faktor lain yang tidak kalah penting bagi lansia dalam mencapai successful

aging adalah pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial memiliki

hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan kesehatan mental dan

kematian (Cohen& Syme, 1985 dalam Bond, dkk, 1995).

Dukungan sosial berupa informasi dari orang lain yang menunjukkan

bahwa seseorang itu dicintai, diperhatikan, dihargai, dihormati, merasa

dilibatkan dan menjadi bagian dalam jaringan komunikasi lingkungan sosial

(Taylor, 1995). Macam-macam dukungan sosial, yaitu dukungan emosional,

dukungan penghargaan, instrumental, dan dukungan informatif. Sumber

dukungan sosial dapat diberikan oleh keluarga, teman, saudara atau orang-

orang yang memiliki kedekatan yang cukup baik dengan usia lanjut (Smett,


(24)

dewasa akhir. Hal ini diwujudkan dengan cara menjalin hubungan yang baik

kepada orangtua (Stuifbergen, Delden, Dykstra, 2008).

Keluarga dinilai sebagai bagian yang terdekat dari lansia dan menjadi

tempat untuk mendapatkan kenyamanan tinggal (Suardiman, 2011). Lansia

sebenarnya lebih menyukai untuk tinggal di rumah sendiri, karena dengan

begitu mereka dapat bebas dan mandiri dalam melakukan kegiatannya

sehari-hari (Schnall, Harber, Stefanucci, Proffit, 2008). Lansia juga akan sangat

mempertahankan hubungan pertemanannya karena dapat membantu lansia

untuk mengatasi kekhawatiran dan permasalahannya (Papalia, 2009).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa interaksi dengan teman-teman

sesama lansia dapat memberikan pengaruh positif pada mental lansia.

(Mullin&dugan, 1991 dalam Afida, dkk, 2002).

Keluarga dan teman-teman merupakan sumber dukungan sosial yang

penting bagi lansia namun kenyataan yang terjadi banyak lansia yang

ditempatkan di panti wredha. Harapan dengan meletakkan lansia di panti

wredha agar terurus. Alasan lain menempatkan lansia di panti wredha juga

dikarenakan pergeseran pola keluarga dan kesibukan yang dijalani oleh

keluarga lain (Afida, dkk, 2002). Hal ini mengakibatkan keterpisahan lansia

dari orang-orang terdekatnya. Keterpisahan ini menyebabkan lansia semakin

berkurang mendapatkan dukungan sosial. Hal lain yang juga dialami lansia

yang tinggal di panti wredha adalah mereka kehilangan teman-teman dekat

yang bisa membantu mereka untuk mengatasi kekhawatiran dan penyelesaian


(25)

Tidak mudah bagi lansia untuk menggantikan teman-teman lamanya

dengan teman-teman yang mereka baru kenal di panti wredha. Seringkali yang

terjadi mereka merasa kurang nyaman dengan teman-teman barunya di panti

wredha. Maka, pramuruktilah yang dapat diharapkan untuk memberikan

dukungan sosial pada wanita lansia di panti wredha. Pramurukti merupakan

sumber utama dukungan dan perawatan bagi lansia yang tinggal di panti

wredha terlebih bagi lansia yang menderita penyakit mental dan fisik (Bond,

dkk, 1995).

Di sisi lain, perawatan yang diberikan pramurukti dengan tekanan

mental dan emosi memiliki resiko kematian yang tinggi, sebaliknya lansia

yang hidup tanpa perawatan dari pramurukti justru memiliki resiko kematian

yang rendah (Schultz, Beach, 1999). Perawatan yang diberikan dengan positif

akan berpengaruh positif bagi lansia. Pramurukti menjadi salah satu lapangan

kerja, setiap individu memiliki komitmen kerja yang berbeda-beda satu sama

lain.

Dukungan sosial berpengaruh pada kesehatan mental dan kematian

(Cohen & Syme, 1985 dalam Bond, dkk, 1995). Lansia yang tercukupi

kebutuhan affiliasinya memiliki tingkat depresi yang rendah, Hal ini berarti

mengalami kesehatan mental seperti telah dijelaskan sebelumnya (Afida, dkk,

2003). Dengan demikian, peneliti menduga bahwa pramurukti yang

menjalankan tugas mereka dengan positif yaitu memberikan dukungan akan

membantu lansia untuk mencapai successful aging. Hal ini masih harus


(26)

dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti

wredha.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti dengan

successful aging wanita lansia di panti wredha?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara

dukungan sosial pramurukti terhadap Successful aging wanita lansia di panti

wredha.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan bagi

perkembangan psikogerontologi khususnya mengenai masa usia lanjut.

Terlebih untuk mengetahui bagaimana hubungan mengenai successful

aging dan dukungan sosial pramurukti wanita lansia di panti wredha.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi

dan meningkatkan kesadaran bagi pihak panti baik pengelola maupun

pramurukti mengenai hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh wanita lansia


(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Setiap mahluk hidup yang memiliki harapan hidup yang

panjang pasti akan melalui perkembangan masa dewasa akhir. Tahapan

perkembangan masa dewasa akhir ini disebut dengan istilah usia

lanjut. Sebutan untuk individu yang berada di tahapan ini adalah

lansiab atau lansia (Suardiman, 2011). Salah satu pendekatan yang

digunakan untuk memahami lansia adalah dengan menggunakan

pendekatan biologis dan kronologis (Suardiman, 2011). Pendekatan

biologis dapat diartikan sebagai usia fungsional yaitu melihat lansia

berdasarkan kemampuannya dalam mengikuti setiap aktivitas bersama

orang lain di lingkungan fisik dan sosialnya. Pendekatan kronologis

yang dimaksud yaitu usia kronologis yaitu usia yang sebenarnya dari

lansia. Kedua pendekatan ini berguna untuk memahami lansia

mengenai perbedaan perubahan yang terjadi. Terkadang lansia yang

memiliki usia kronologis yang sama namun secara fisik berbeda

(Papalia, dkk, 2009; Suardiman, 2011).

Batasan umur lansia dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu

kelompok lansia muda (65-74 tahun), tua (75-84 tahun) dan tertua


(28)

menyatakan bahwa lansia atau tua itu dimulai ketika seseorang

memasuki usia 60 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi

batasan umur lansia menjadi beberapa bagian yaitu : middle age (45-59

tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun) dan very old (<90

tahun) (Kushariyadi, 2010). Undang-Undang No.13 tahun 1998 pasal 1

ayat 2 menyatakan bahwa batasan umur lansia di Indonesia dimulai

dari usia 60 tahun (Suardiman, 2011).

Jadi, lansia adalah sebutan bagi individu yang berada di masa

perkembangan dewasa akhir dengan batasan usia 60 tahun ke atas.

2. Wanita Lanjut Usia

Harapan hidup yang dimiliki oleh wanita lansia lebih panjang

dibanding dengan lansia laki-laki. Faktor yang mempengaruhinya

adalah perbedaan gaya hidup antara wanita dan laki-laki lansia. Wanita

lansia lebih memperhatikan dirinya dengan melakukan perawatan

medis untuk menjaga kesehatan, menjaga penampilan agar tetap

menarik. Hal lain yang mendukung adalah dukungan sosial yang lebih

banyak diterima wanita lansia dibanding laki-laki (Papalia,dkk, 2009;

Hurlock, 1980). Penelitian terhadap wanita lansia, menyatakan bahwa

terpenuhinya kebutuhan affiliasi wanita lansia di panti wredha dapat

mengurangi tingkat depresi. Perbedaan rentang hidup wanita lansia

yang lebih panjang ini mengakibatkan mereka memiliki beberapa tugas


(29)

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Tugas perkembangan masa usia lanjut adalah penyesuaian

dengan segala perubahan yang terjadi. Menurut Erik Erikson,

mengungkapkan tahapan perkembangan lansia yaitu integrity vs

despair. Tahapan integrity yaitu ketika lansia dapat memaknai dan

merasa puas dengan masa yang sudah dilaluinya, sedangkan despair

adalah pandangan negatif yang dimiliki oleh lansia tentang masa

perkembangan sebelumnya sehingga memunculkan perasaan yang

negatif (Santrock, 2002). Desmita (2009), mengungkapkan integritas

adalah suatu keadaan dimana lansia telah mampu menyesuaikan diri

dengan keberhasilan dan kegagalan yang telah dilaluinya.

Terdapat pandangan lain mengenai tugas perkembangan lansia

yaitu (Hurlock dalam Suardiman, 2011) :

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

pendapatan keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia .

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuakan.

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial.

Robert Peck (Santrock, 2002), mengungkapkan pandangan lain


(30)

a. Diferensiasi vs Kesibukan dengan peran

Lansia diharapkan tetap dapat melakukan aktivitas yang

berbeda dengan peran kerja sebelumnya. Hal ini dimaksudkan

adalah untuk mengganti waktu yang telah habis karena digunakan

untuk bekerja. Jadi, lansia mengisi aktivitasnya dengan kegiatan

yang berarti dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

b. Kekuatiran pada tubuh vs kesibukan dengan tubuh

Tahap perkembangan ini berhubungan dengan penurunan

kesehatan pada lansia. Penurunan beberapa fungsi tubuh ini

menjadi ancaman bagi lansia yang sangat memperhatikan

kesehatan fisiknya. Berbanding terbalik dengan lansia yang tidak

terlalu mengkhawatirkan masalah penurunan tersebut namun

justru membangun relasi dengan orang lain.

c. Melampui ego vs kesibukan dengan ego

Tahapan perkembangan yang terkahir adalah menuntut

lansia untuk menyadari dan menerima tentang kematian. Hal ini

diiringi dengan perasaan nyaman, tenang, dan tentram karena dan

berpengaruh pada cara seseorang dalam berkomunikasi dengan

mereka telah memberikan sumbangan pada keluarga dan orang

lain.

Tugas perkembangan lansia menurut beberapa tokoh tersebut

sebenarnya adalah menuntut lansia untuk dapat menyesuaikan diri


(31)

Setiap lansia yang melakukan dan melaksanakan tugas-tugas

perkembangannya dengan baik akan menimbulkan rasa bahagia dan

kepuasan dalam hidup (Havighurst dalam Suardiman, 2011).

Kepuasan hidup menjadi penanda bahwa lansia mengalami

kesejahteraan psikologis atau successful aging.

4. Teori – teori Penuaan

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai penuaan

lansia, yaitu :

a. Teori proses penuaan secara biologis dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Teori Pemprogaman Genetika : Menurut Papalia, dkk (2009),

menyatakan bahwa tubuh mengalami penuaan sesuai dengan

jadwal pertumbuhan yang ada dalam gen. Teori pemrogaman

genetika ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Teori senescence

terprogram, endokrin, dan evolusi.

2) Teori Tingkat variabel yaitu menjelaskan bahwa proses

penuaan itu terjadi karena pengaruh dari lingkungan baik itu

internal maupun eksternal. Teori tingkat variabel ini disebut

juga dengan teori kesalahan. Teori ini dibagi lagi menjadi tiga

kelompok yaitu teori wear and tear, teori radikal bebas dan

teori autoimunitas.

b. Teori konvoi sosial (Social convoy theory) yaitu lansia berusaha


(32)

perkembangan mereka dan lebih menghindari lingkungan sosial

yang kurang mendukung. Lansia akan mempertahankan hubungan

yang sudah terjalin erat dan dekat seperti dengan anak-anak,

keluarga atau teman yang jelas sangat berpengaruh pada

kebahagiaan lansia.

c. Teori Rekonstruksi gangguan sosial adalah teori yang menjelaskan

bahwa penuaan terjadi karena fungsi psikologis yang kurang baik

karena dipengaruhi oleh pandangan-pandangan negatif mengenai

masa usia lanjut ini. Rekonstruksi sosial adalah salah satu cara

untuk mengubah pandangan-pandangan negatif mengenai dewasa

akhir yang berpengaruh pada proses penuaan. Seseorang yang

dapat merubah pandangan atau mengkonstruksi awal masyarakat

terhadap lansia berarti akan merasakan kepuasan hidup (Santrock,

2002).

d. Teori aktivitas menjelaskan mengenai implikasi dari keaaktifan

atau keterlibatan orang lansia terhadap proses penuaan. Teori ini

menyatakan bahwa lansia yang dapat terus aktif baik secara fisik,

mental dapat lebih meningkatkan kepuasan hidup (Papalia, dkk,

2009; Suardiman,2011; Santrock,2002). Teori aktivitas ini dapat

melatih penyesuaian diri lansia yang lebih baik dalam menghadapi

masa tuanya(Suardiman, 2011).

e. Teori kesinambungan (continuity) dikemukakan oleh Robert


(33)

kesinambungan antara masa lalu dan masa sekarang. Aktivitas juga

berperan penting pada teori ini. Kesinambungan antara masa lalu

dan masa sekarang dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh

seorang lansia sebelumnya. Seorang lansia yang sebelum

memasuki masa tuanya banyak memiliki kegiatan maka alangkah

lebih baik jika ia terus meneruskan kegiatan itu setelah memasuki

masa tuanya. Meskipun aktivitas yang dilakukan akan berbeda

(Papalia, dkk, 2009).

5. Masalah-masalah yang dihadapi Lanjut Usia

Peningkatan jumlah populasi lansia tidak lepas dengan

masalah-masalah penuaan akibat dari perubahan-perubahan yang

terjadi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia adalah sebagai

berikut:

a) Masalah Ekonomi

Salah satu perubahan yang dihadapi ketika seseorang

memasuki masa dewasa akhir adalah perubahan pendapatan atau

berkurangnya penghasilan. Khususnya bagi lansia yang

sebelumnya memiliki penghasilan yang tetap. Kegiatan-kegitaan

yang produktif akan semakin berkurang sehingga pendapatan

lansiapun semakin berkurang. Hal ini akan mempengaruhi lansia


(34)

yang menyebabkan kebanyakan lansia menggantungkan hidup

pada orang lain.

b) Masalah Sosial

Masalah sosial ini berhubungan dengan kontak sosial lansia

dengan keluarganya dan perubahan struktur keluarga inti ke

keluarga yang lebih luas. Perubahan struktur keluarga disebabkan

karena anak-anak yang semakin tumbuh dewasa dan membentuk

keluarga sendiri. Kesibukan anggota keluarga yang menyebabkan

menurunnya frekuensi bertemu atau perhatian yang diberikan

kepada lansia. Kondisi demikian dapat menimbulkan perasaan

kesepian, tersisih atau tidak diperhatikan pada lansia.

c) Masalah Kesehatan

Masalah gangguan kesehatan wajar dialami oleh lansia

dikarenakan terjadi penurunan fungsi tubuh dan penuaan sel-sel

tubuh. Penyakit yang biasanya timbul biasanya yang sifatnya

degeneratif. Penyakit yang biasanya diderita oleh lansia adalah

penurunan fungsi indra yaitu indra perasa, penglihatan, dan

penciuman. Penyakit yang muncul karena penuruna fungsi indra

perasa dapat menurunkan nafsu makan, penurunan fungsi indra

penglihatan menimbulkan penyakit katarak (Papalia, dkk, 2009).

Perubahan lain yang sering dihadapi oleh lansia adalah

menurunnya fungsi motorik. Penyakit yang seringkali diderita oleh


(35)

dan lain–lain. Kesehatan lansia juga dipengaruhi oleh gaya dan

pola hidup.

d) Masalah Psikologis

Secara umum beberapa masalah psikologis yang dihadapi

oleh lansia adalah perasaan kesepian, terasing dari lingkungan,

ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri,

post power syndrom, ketergantungan, dan lain–lain. Menurut

Hurlock (1990:406-407), masalah psikologis yang dihadapi adalah

mengenai pandangan masyarakat terhadap lansia kaitannya dengan

kebudayaan. Pandangan yang menyatakan bahwa lansia adalah

mahluk yang lemah dan tidak berdaya inilah yang membatasi

lansia untuk menjadi lebih produktif dan optimis menjalani masa

tuanya. Pandangan tersebut dapat mengakibatkan lansia menarik

diri dari lingkungannya. Laki-laki dan perempuan lansia

sama-sama dipengaruhi oleh pandangan tersebut.

B. Successful Aging

1. Proses Menua

Proses penuaan adalah suatu tahapan akhir dimana individu

mengalami perubahan penurunan beberapa fungsi tubuh dan mental

secara bertahap (Hurlock, 1980; Suardiman 2011). Proses penuaan ini

terbagi menjadi dua yaitu proses penuaan primer dan sekunder. Proses


(36)

perkembangan hingga masa akhir perkembangan dan tidak dapat

dihalangi oleh apapun. Proses penuaan sekunder adalah penuaan yang

diakibatkan karena penyakit yang diderita dan penggunaan obat-obat

yang berbahaya bagi tubuh. Pada proses penuaan sekunder ini biasanya

dapat dikontrol oleh orang lain selain yang bersangkutan (Papalia, dkk,

2009). Kemampuan dan sikap lansia berbeda satu sama lain dalam

menjalani permasalahan pada proses penuaan.

2. Pengertian Successful Aging

Pengertian successful aging terbagi dua yaitu successful aging

dengan kriteria objektif dan subjektif. Successful aging menurut

kriteria objektif adalah memiliki resiko rendah terkena penyakit atau

mengalami cacat tubuh, sehat secara mental dan fisik, terlibat aktif

dalam kegiatan lingkungan. Kriteria subyektif ini menjelaskan bahwa

successful aging adalah pencapaian lansia dalam masa hidupnya, yang

jelas akan berbeda satu sama lain (Rowe & Khan dalam Pruchno,

Genderson, Rose, Cartwright, 2010). Pandangan lain menyatakan

successful aging itu merupakan perasaan puas yang dimiliki seorang

lansia dalam menghadapi masa tuanya . Hal ini sesuai dengan tahapan

perkembangan lansia yang telah diungkapkan di atas. Lansia yang

dapat memaknai dan puas terhadap masa lalunya sehingga juga

memiliki pandangan positif terhadap masa depannya dapat dikatakan


(37)

pernyataan dari Rowe&Khan (1990) mengenai lansia yang berhasil

adalah yang sehat secara fisik dan mental. Lansia yang menderita suatu

penyakit berarti gagal dalam penuaannya.

Konsep kepuasan hidup oleh Dreyer (1989) yang mengacu kepada Neurgaten, Havighurst, dan Tobin (1968) memiliki lima ciri yaitu (Suardiman, 2011) :

1. Semangat, memiliki energi untuk berpartisipasi dalam berbagai wilayah kehidupan, suka mengerjakan sesuatu, antusias.

2. Resolusi dan keteguhan menerima tanggung jawab sebagai milik kehidupan pribadinya

3. Congruence, keselarasan antara keinginan dan tujuan yang dicapai, perasaan bahwa sesuatu telah diselesaikan seperti yang diinginkan.

4. Konsep diri positif, berpikir tentang dirinya sebagai seseorang yang berharga.

5. Suasana hati, menunjukkan kebahagiaan, optimis, dan senang dengan hidupnya.

Jadi, Successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia

dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir

perkembangannya dan kesuksesan dalam mencapai tujuan hidup

mereka.

3. Faktor yang mempengaruhi Successful Aging

Menurut Santrock (2002) terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi Successful aging, yaitu

a) Seleksi

Hal ini didasarkan pada penurunan fungsi kapasitas dan

fungsi tertentu, yang mengarah pada penurunan kemampuan di


(38)

b) Optimisasi

Optimisasi adalah munculnya kemungkinan untuk

mempertahankan kemampuan pada beberapa fungsi tubuh yang

mengalami penurunan dengan latihan dan teknologi yang tersedia.

c) Kompensasi

Kompensasi terjadi ketika tuntutan yang dihadapi lansia

sudah melampaui kapasitas lansia di perkembangannya.

4. Kriteria Successful Aging

Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria Successful

Aging dalam proses penuaan (Rowe & Kahn, 1997 dalam Papalia, dkk,

2009) :

1. Terhindar dari penyakit atau keterbatasan yang berkaitan dengan

penyakit.

2. Mempertahankan fungsi fisik dan kognitif dengan baik.

3. Mempertahankan keterlibatan sosial yang aktif dan aktivitas

produktif (aktivitas, dibayar,atau tidak dibayar, yang memiliki nilai

sosial).

Ahli lain memiliki pandangan mengenai kriteria successful

aging yang dibedakan menjadi dua yaitu (Vaillant dalam Cavanaugh,


(39)

a. Kriteria successful aging berdasarkan kesehatan lansia :

1) Berdasarkan penilaian dokter lansia tidak mengalami cacat fisik

rata-rata di usia 75 tahun.

2) Kesehatan fisik subjektif yang baik (tidak ada masalah dengan

kegiatan sehari-hari)

3) Kehidupan yang panjang tanpa kecacatan

b. Kriteria successful aging berdasarkan keterlibatan sosial dan

kegiatan yang produktif :

1) Sehat mental

2) Terdapat 8 hal yang digunakan untuk menilai kepuasan hidup

lansia yaitu pernikahan, pekerjaan yang memberikan

penghasilan, memiliki keturunan, persahabatan dan kontak

sosial, hobi, agama, kegiatan pelayanan masyarakat, dan

rekreasi / olah raga.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas maka, peneliti

menyimpulkan beberapa hal yang dapat menjadi indikator successful

aging lansia di masa tuanya yaitu :

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fungsi fisik )

2. Mempertahankan fungsi kognitif dengan baik.

3. Sehat Mental , menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati

yang positif

4. Memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan


(40)

Dari uraian penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir

perkembangannya. Kriteria successful aging lansia tidak hanya dilihat

dari kesehatan fisik dan mental saja, namun juga berdasarkan penilaian

atau pandangan lansia sendiri dalam pencapaian tujuan hidupnya.

Lansia yang berhasil dalam penuaannya juga tidak menarik diri dari

lingkungan sosialnya. Di balik semua kriteria di atas tetap perlu

menekankan pentingnya menerima dan menyesuaikan diri terhadap

perubahan-perubahan yang memang harus dilalui.

C. Dukungan Sosial Pramurukti

1. Pengertian Dukungan Sosial Pramurukti

Dukungan sosial didefinisikan sebagai bantuan berupa

informasi dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang itu

dicintai, diperhatikan, dihargai, dihormati, merasa dilibatkan dan

menjadi bagian dalam jaringan komunikasi lingkungan sosial (Taylor,

1995). Jaringan komunikasi ini berupa pengaturan-pengaturan hidup,

frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan

dalam jaringan sosial (Smett, 1994). Jaringan yang lebih luas dan

kontak sosial yang lebih besar dapat menurunkan resiko kematian

untuk pria dan wanita di semua usia (Bond, Cutler, Grams, 1995).


(41)

merupakan informasi atau nasehat baik verbal atau non verbal,

bantuan nyata atau tindakan yang diberikan melalui hubungan yang

erat dan memiliki ikatan emosional sehingga bermanfaat atau

mempengaruhi perilaku individu (Gottlieb, 1983 dalam Smett 1994).

Sumber dukungan sosial dapat muncul dari orang tua,

anak-anak, saudara sekandung, kerabat, pasangan hidup, rekan kerja dan

sahabat, atau kelompok masyarakat seperti gereja, perkumpulan lansia,

dan pramurukti (Taylor, 1995; Taylor, Peplau, Sears, 2009).

Sumber-sumber pemberi dukungan sosial ini dapat meminimalisir perasaan

keterputusasaan pada lansia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dukungan sosial

pramurukti menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi lansia

wanita di panti wredha. Mengacu pada definisi di atas, dukungan sosial

pramurukti adalah pemberian informasi verbal atau non verbal, nasehat

dan bantuan nyata oleh pramurukti kepada lansia agar merasa

disayangi, diperhatikan, dihargai, dihormati, dan mendorong lansia

untuk mau terlibat dan dilibatkan dalam jaringan sosial masyarakat.

2. Efek Dukungan Sosial pada Kehidupan Lansia

Terdapat hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan

kesehatan mental, dukungan sosial dengan kematian (Cohen & Syme,

1985 dalam Bond, dkk, 1995). Lansia wanita yang tercukupi


(42)

tingkat depresi yang rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar lansia

wanita masih menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan

menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman panti (Afida, dkk,

2003). Dukungan keluarga memiliki hubungan dengan keaktifan lansia

dalam mengikuti senam lansia. Sebagian besar lansia memiliki

keaktifan yang buruk dikarenakan tidak adanya dukungan keluarga

(Novarina, Muhlisin, Zulaicha, 2012).

3. Komponen Dukungan Sosial

Menurut Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987), terdapat 6

komponen dukungan sosial, yaitu :

a) Guidance

Guidance adalah bimbingan berupa saran atau informasi

biasanya diberikan dari guru, tokoh, mentor, atau orang yang lebih

tua. Komponen yang pertama ini biasanya digunakan untuk

pemecahan masalah.

b) Reliable Alliance

Adalah suatu jaminan bahwa orang lain dapat diandalkan

untuk memberikan bantuan yang nyata dan langsung bisa

dirasakan. Hal ini biasanya diperoleh melalui perkumpulan yang

terpercaya biasanya anggota keluarga. Bantuan yang diberikan

biasanya berupa pemberian hadiah, pinjaman finansial atau


(43)

c) Reassurance of Worth

Komponen yang ketiga reassurance of worth yang artinya

adalah jaminan nilai yaitu pengakuan akan kemampuan seseorang,

ketrampilan, dan penilaian oleh orang lain.

d) Opportunity for Nurturance

Yaitu kesempatan untuk merawat atau mengasuh orang

lain. Kesempatan merawat ini biasanya diberikan dari keturunan

atau pasangan hidup. Perawatan yang diberikan ini memunculkan

hubungan interpersonal antara individu yang lebih erat sehingga

dapat membantu meningkatkan kesehatan individu.

e) Attachment

Komponen yang kelima adalah kedekatan emosional yang

berasal dari rasa aman. Hal ini dapat diberikan oleh orang-orang

terdekat seperti pasangan hidup, teman dekat atau seseorang yang

memiliki hubungan keluarga. Attachment ini dapat berupa

kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati pada orang

yang bersangkutan.

f) Social Integration

Social integration terjalin melalui kedekatan satu individu

dengan individu lain dalam satu kelompok yang memiliki minat,

perhatian, dan kegiatan yang sama. Social intergration dapat

menimbulkan rasa kenyamanan, keamanan, kesengan dan rasa


(44)

4. Jenis-jenis Dukungan Sosial

Selain komponen dukungan sosial tersebut, dukungan sosial

dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Winnubst, dkk, 1988 dalam

Smett,1990):

a) Dukungan emosional: memberikan kepedulian, perhatian,

motivasi, empati, dan simpati pada orang yang bersangkutan.

b) Dukungan penghargaan: dukungan ini berupa ungkapan yang

positif pada orang yang bersangkutan, memberikan ungkapan

perbandingan yang positif sehingga membuat individu lebih

percaya diri untuk melangkah.

c) Dukungan Instrumental : berupa bantuan langsung yang sifatnya

konkret dan langsung bisa dirasakan. Sebagai contoh pemberian

hadiah, pinjaman finansial atau pemberian jasa (Laura,2009).

d) Dukungan informatif : Seorang memberikan dukungan dengan

memberikan nasehat atau memberi petunjuk untuk

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah(Smeet,

1990 ; Laura,2009).

Pertimbangan menyimpulkan antara komponen dan jenis-jenis

dukungan sosial ini menjadi indikator dukungan sosial pramurukti


(45)

Indikator dukungan sosial pramurukti yang diterima lansia adalah

sebagai berikut:

1. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian,

motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang

bersangkutan.

3. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh orang yang

bersangkutan.

4. Menerima informasi yang dibutuhkan lansia.

5. Menerima perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan

kesehatan lansia.

D. Panti Wredha

1. Definisi Panti Wredha

Panti wredha adalah tempat tinggal yang dirancang khusus

untuk lansia, yang didalamnya sudah dilengkapi semua fasilitas

lengkap yang dibutuhkan oleh lasia (Hurlock, 1980). Menurut

Santrock (2002), panti wredha merupakan lembaga perawatan yang

dikhususkan bagi untuk orang-orang dewasa lanjut. Di tempat tersebut

telah tersedia berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan oleh para


(46)

2. Pramurukti

a) Definisi Pramurukti

Pramurukti adalah seseorang yang memberikan perawatan

bagi lansia yang tinggal di panti wredha. Pramurukti harus

menjalin komunikasi langsung dengan lansia yang berada di panti

wredha. Pramurukti merupakan sumber utama dukungan dan

perawatan bagi lansia yang menderita penyakit mental dan fisik

(Bond, dkk, 1995).

b) Tugas Pramurukti

Relasi yang terjalin antara lansia dengan perawat dan

pengelola panti diartikan bahwa perawat atau pengelola pantilah

yang membuat keputusan. Keputusan yang dimaksud misalnya

untuk menentukan jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh

lansia, jam makan, jam tidur dan memberikan obat untuk lansia

yang mengalami sakit (Lidz&Arnold dalam Nordhus, 1991).

Hubungan yang terbentuk ini menunjukkan bahwa lansia memang

membutuhkan bantuan dan tergantung pada orang lain (Baltes

dalam Nordhus, 1991).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

pramurutki dari ketiga panti wredha menyatakan bahwa tugas

mereka disitu adalah membantu lansia apabila mengalami kesulitan


(47)

berbagai bentuk yang berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik

lansia di panti wredha.

c) Faktor yang mempengaruhi komitmen Pramurukti

Komitmen kerja pramurukti dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah memiliki niat untuk

pengabdian dan pelayanan sosial, memiliki sikap positif terhadap

pekerjaan dan memiliki niat ibadah sehingga finansial bukan

menjadi tujuan utama. Faktor eksternalnya adalah dukungan

keluarga dari sisi pramuruktinya (Puspitasari, Asyanti, 2011).

Komitmen yang dimiliki oleh pramurukti tersebut akan sangat

bermanfaat bagi lansia yang tinggal di panti wredha karena mereka

berarti akan menerima dukungan sosial yang positif dari

pramurukti. Hal ini semakin diperkuat dengan suatu penelitan yang

memperlihatkan adanya persepsi yang positif lansia terhadap

pramurukti di panti wredha (Sitindaon, 2009).

E. Hubungan Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging

Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha

Tahapan akhir dari perkembangan individu disebut dengan masa

usia lanjut. Seseorang yang berada di masa ini berusia mulai dari 60 tahun

ke atas dan mempunyai sebutan lansia (lansia). Masa dewasa ini ditandai

dengan adanya perubahan-perubahan fungsi tubuh dan mental secara


(48)

sering disebut dengan proses menua atau aging (Suardiman, 2011).

Perubahan yang sering dialami oleh lansia menyangkut dengan perubahan

berbagai fungsi indra, seperti penglihatan dan pendengaran, perubahan

biologis dan motorik. Kemampuan motorik seorang lansia akan semakin

menurun, meskipun tidak semua lansia mengalami penurunan yang sama.

Penurunan gerak motorik lansia ini akan mempengaruhi mobilitas mereka

dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Berbagai perubahan yang terjadi ini menimbulkan beberapa

masalah bagi lansia, seperti masalah ekonomi, kesehatan, psikologis, dan

sosial. Masalah ekonomi yang dialami lansia berhubungan dengan

hilangnya pekerjaan sehingga tidak adanya penghasilan lagi karena makin

berkurangnya kegiatan-kegiatan produktif lansia. Masalah kesehatan lansia

ini berhbungan dengan semakin menurun karena terjadinya penurunan

fungsi tubuh dan penuaan sel-sel. Penyakit lansia adalah penyakit

degeneratif seperti penurunan fungsi indra baik penglihatan, penciuman,

perasa, pendengaran, gangguan pencernaan, asam urat, jantung, dan

diabetes.

Masalah lain yang harus dihadapi adalah masalah sosial yang

berkaitan dengan hubungan lansia dengan orang lain, baik keluarga

maupun teman-teman. Perubahan sistem keluarga dari nuclear ke extended

family dan perubahan tempat tinggal menyebabkan lansia mengalami

kesepian, tersisih dan tidak diperhatikan. Masalah psikologis juga menjadi


(49)

pandangan masyarakat bahwa lansia itu tidak berdaya dan lemah. Hal ini

menyebabkan lansia menjadi tidak percaya diri untuk tetap

mengembangkan diri di masa tuanya, sehingga menyebabkan perasaan

kesepian dan menderita depresi (Papalia, 2009).

Berkaitan dengan segala permasalahan yang dihadapi lansia

tersebut, perubahan sistem keluarga inti ke struktur keluarga yang lebih

luas menghadapkan lansia pada permasalahan tempat tinggal. Perubahan

sistem keluarga ini memaksa lansia untuk tinggal di panti wredha sehingga

mereka harus tinggal berjauhan dengan keluarga dan teman-teman.

Sebagiaan besar lansia yang tinggal di panti wredha kesulitan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan di panti wredha. Hal ini berdampak

buruk bagi lansia karena dapat meningkatkan tingkat stress (Indriana, dkk,

2010). Stress ini berdampak pada kesehatan fisik dan mental bagi lansia.

Dibalik semua permasalahan ini lansia dituntut untuk dapat melakukan

tugas perkembangannya dengan baik yaitu menyesuaikan dengan segala

perubahan tersebut hingga dapat mencapai successful aging.

Successful aging menjadi harapan bagi lansia laki-laki dan

perempuan. Harapan hidup lansia laki-laki dan wanita lebih panjang lansia

wanita. Hal ini dikarenakan lansia wanita lebih memperhatikan dirinya

sendiri dengan menjaga kesehatan mereka. Lansia laki-laki memiliki

harapan hidup yang pendek karena dipengaruhi oleh gaya hidup mereka

seperti merokok, minum-minumman keras. Di balik harapan hidup yang


(50)

lansia laki-laki (Papalia, dkk, 2009). Hal ini berarti kebanyakan wanita

lansia tidak mengalami successful aging di masa tuanya.

Salah satu hal yang penting dalam mendukung lansia untuk

mencapai successful aging adalah dukungan sosial. Pemenuhan kebutuhan

affiliasi wanita lansia di panti wredha dapat mengurangi tingkat depresi

(Afida, dkk, 2003). Dukungan sosial bersumber dari siapa saja terlebih

orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan lansia. Dukungan

sosial yang bersumber dari keluarga menjadi faktor penting yang dapat

mendorong lansia mencapai successful aging, namun akan sulit didapatkan

dengan mereka tinggal di panti wredha. Lansia juga akan lebih

mempertahankan hubungan baik dengan teman-teman dekat mereka. Bagi

lansia, teman-teman juga menjadi tempat untuk mengurangi kecemasan

dan membantu mereka menyelesaikan masalah yang dihadapi (Papalia,

dkk, 2009). Perubahan tempat tinggal di panti wredha selain memisahkan

mereka dari keluarga juga dari teman-teman dekat mereka.

Panti wredha adalah tempat perawatan bagi lansia yang dilengkapi

dengan segala fasilitas untuk kebutuhan lansia (Hurlock, 1980). Lansia

yang tinggal di panti wredha memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Perbedaan latar belakang ini membuat lansia tidak mudah untuk

menyesuaikan diri dan justru dapat sering menimbulkan perselisihan antar

lansia. Hal ini akan dialami oleh lansia yang tinggal di panti belum dalam

kurun waktu yang lama. Sebagian besar lansia memiliki tingkat stress


(51)

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tempat

tinggal tersebut (Indriana, dkk, 2010). Oleh karena itu, pramurukti menjadi

salah satu sumber dukungan sosial yang penting bagi wanita lansia.

Pramurukti adalah seseorang yang ditugaskan untuk membantu lansia

yang tinggal di panti wredha.

Dukungan pramurukti tersebut diberikan melalui kedekatan

emosional (kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati),

memberikan ungkapan dan penilaian positif dapat dilakukan dengan

memberikan pujian karena lansia selalu mengikuti kegiatan yang

diselenggarakan panti. Dukungan pramurukti yang ketiga adalah

memberikan bantuan langsung yang langsung bisa dirasakan misalnya

menyucikan baju saat lansia sakit. Dukungan yang keempat dengan

memberikan informasi yang dibutuhkan dan dukungan yang kelima

memberika perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan

kesehatan lansia.

Dukungan sosial pramurukti diharapkan dapat mengurangi

munculnya perasaan negatif pada wanita lansia di panti wredha seperti

kesepian terasing, dan tidak berguna. Kriteria lansia yang mengalami

successful aging adalah sehat secara fisik, mempertahankan fungsi kognitif

dengan baik, sehat mental (menganggap dirinya positif, berharga, dan

suasana hati yang positif), memiliki kemauan untuk terlibat dalam

mengikuti kegiatan-kegiatan. Dukungan sosial pramurukti yang dapat


(52)

misalnya memberikan motivasi pada lansia untuk mengikuti

kegiatan di panti, memuji lansia yang selalu aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan. Dukungan tersebut dapat membuat lansia merasa berharga dan

diperhatikan.

Dapat disimpulkan bahwa dukungan pramurukti sangat penting

diberikan kepada lansia khususnya yang tinggal di panti wredha. Hal ini

dikarenakan dukungan keluarga dan kesempatan untuk berkomunikasi

dengan teman-temannya yang semakin berkurang. Oleh karena itu,

dukungan yang positif yang diberikan oleh pramurukti panti wredha dapat


(53)

SKEMA HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI DENGAN

SUCCESSFUL AGING WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA

Bentuk Dukungan Sosial Pramurukti : 1. Menerima kedekatan emosional seperti

kepedulian, perhatian, motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan. 3. Menerima bantuan yang langsung bisa

dirasakan oleh usia lanjut

4. Menerima informasi yang dibutuhkan usia lanjut.

Lansia&permasalahan-nya :

- Ekonomi

- Sosial

- Psikologi

- Kesehatan

SuccessfulAging :

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fisik ). 2. Mampu mempertahankan fungsi kognitif

3.Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga dan memiliki suasana hati yang positif

4. Memiliki kemauan terlibat dengan kegiatan sehari-hari baik dalam lingkungan sosial dan kegiatan yang produktif.


(54)

F. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis sementara yang

diperoleh adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan

sosial pramurukti dengan successful aging wanita lansia di panti wredha.

Semakin tinggi dukungan sosial pramurukti semakin tinggi tingkat

successful aging wanita lansia. Begitu sebaliknya, semakin rendah

dukungan sosial pramurukti, semakin rendah pula tingkat successful aging


(55)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui

dan melihat ada tidaknya hubungan atau kaitan antara satu variabel

terhadap variabel lain. Jadi, penelitian ini terbatas hanya untuk melihat ada

tidaknya hubungan pada variabel-variabel yang telah ditetapkan (Azwar,

2011).

B. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat, yaitu :

- Variabel Bebas : Dukungan Sosial Pramurukti

- Variabel Terikat : Successful Aging

C. Definisi Operasional

1. Dukungan Sosial Pramurukti

Dukungan sosial pramurukti adalah pemberian informasi verbal

atau non verbal, nasehat dan bantuan nyata oleh pramurukti kepada

lansia agar merasa disayangi, diperhatikan, dihargai, dihormati, dan


(56)

sosial masyarakat. Terdapat 5 indikator dukungan sosial

pramurukti yang diterima lansia, yaitu sebagai berikut :

1. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian,

motivasi, empati, dan simpati.

2. Menerima ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang

bersangkutan.

3. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh lansia

4. Menerima informasi yang dibutuhkan lansia.

5. Menerima perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan

kesehatan lansia.

Tingkat tinggi rendahnya dukungan sosial pramurukti pada

wanita lansia dapat dilihat dari hasil skor skala dukungan sosial

pramurukti. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi

dukungan sosial pramurukti yang diperoleh lansia. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah dukungan

sosial yang diterima.

2. Successful Aging

Successful aging adalah kesuksesan proses penuaan lansia

dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa akhir

perkembangan dan kepuasan dalam mencapai tujuan hidup. Kriteria


(57)

1. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fungsi fisik )

2. Mampu mempertahankan fungsi kognitif dengan baik.

3. Sehat Mental , menganggap dirinya positif, berharga, memiliki

suasana hati yang positif

4. Memiliki kemauan terlibat dengan kegiatan sehari-hari baik dalam

lingkungan sosial dan kegiatan yang produktif

Tingkat Successful aging wanita lansia dapat dilihat dari hasil

skor skala successful aging. Semakin tinggi skor yang dihasilkan maka

semakin tinggi tingkat successful aging. Sebaliknya semakin rendah

skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat successful

agingnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah wanita lansia yang tinggal di panti

wredha. Batasan usia untuk subjek adalah 60–75 tahun. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

random sampling yaitu sampel yang diambil hanya yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011).

Kriteria subjek yang telah ditetapkan untuk penelitian ini adalah :

1. Usia 60–75 tahun

2. Jenis kelamin perempuan

3. Tinggal di panti wredha didampingi oleh pramurukti.


(58)

Jumlah subjek yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 50

lansia wanita yang tinggal di panti wredha. Subjek 50 orang diambil dari

tiga panti wredha yang sesuai dengan karakteristik.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan

data melalui penyebaran skala dengan wawancara terstruktur. Peneliti

hanya memberikan skala sesuai dengan kriteria subjek yang telah

ditentukan. Peneliti membantu subjek untuk mengisi skala dengan

membacakan item-item dalam skala. Metode ini disebut dengan

wawancara terstruktur yang dilakukan dengan berpedoman pada alat ukur

yang telah dibuat sebelumnya. Alat ukur yang digunakan adalah skala

pengukuran Successful Aging dan skala pengukuran Dukungan Sosial

Pramurukti. Alat ukur ini mengacu pada skala sikap model likert yang

berguna untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang terhadap

suatu fenomena sosial ( Sugiyono, 2011).

1. Skala Successful Aging

Skala Successful aging dibuat sendiri oleh peneliti dengan

mengacu pada kriteria yang dijelaskan oleh rowe&khan dan Vaillant.

Skala Successful Aging ini terdiri dari 4 kriteria, sebagai berikut :

a. Sehat secara fisik ( mampu mempertahankan fungsi fisik )


(59)

c. Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati

yang positif.

d. Memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan

sehari-hari baik dalam lingkungan sosial dan kegiatan produktif

Skala ini model skala sikap Likert dengan dua pernyataan yaitu

setuju dan tidak setuju. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan dari

usia lansia yang tinggal di panti wredha. Item skala dibuat menjadi 2

macam yaitu favourable dan unfavourable. Item favourable adalah

item yang mendukung kriteria dari variabel successful aging,

sedangkan item unfavourable adalah item-item yang tidak mendukung

variabel successful aging. Skor item favourable untuk pernyataan

setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberikan skor 0. Item

unfavourable, pilihan jawaban setuju diberi skor 0 dan tidak setuju


(60)

Tabel 1. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Successful Aging Sebelum Seleksi Item

No Indikator Successful Aging

Komponen dan nomor item

Jumlah Bobot (%) Favorable Unfavorable

1 Sehat secara fisik 29, 21, 27, 1 15, 3, 24, 13 8 25 2 Mempertahankan

fungsi kognitif dengan baik

11, 14, 19, 31

8, 9, 17, 28

8 25

3 Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati yang positif

12, 20, 26, 30

2, 7, 16, 32

8 25

4 Memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan

4, 6, 22, 25 5, 10, 18, 23

8 25

Jumlah 16 16 32 100

2. Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Penyusunan skala dukungan sosial pramurukti dibuat oleh

peneliti sendiri dengan mengacu pada komponen dukungan sosial dan

jenis-jenis dukungan sosial pramurukti sehingga peneliti

menyimpulkan terdapat 5 indikator dukungan sosial pramurukti yang

diterima lansia:

a. Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian, perhatian,

motivasi, empati, dan simpati.

b. Menerima ungkapan dan penilaian positif dari orang lain.

c. Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh usia lanjut.

d. Menerima informasi yang dibutuhkan usia lanjut.

e. Menerima perawatan yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan


(61)

Skala Dukungan sosial pramurukti menggunakan skala sikap

model Likert dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.

Item-item dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Pemberian

skor pada item favourable adalah setuju diberikan skor 1 dan tidak

setuju diberikan skor 0. Pada item unfavourable pernyataan setuju

diberikan skor 0 dan tidak setuju diberikan skor 1.

Tabel 2. Blueprint Distribusi Sebaran Item Skala Dukungan Sosial Pramurukti Sebelum Seleksi Item

No Indikator Dukungan Sosial Pramurukti

Komponen dan nomor

item Jumlah

Bobot (%) Favorable Unfavorable

1 Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian,

perhatian, motivasi, empati, dan simpati

9. 16, 21, 30

10, 23, 25,

32 8 20

2 Memberikan ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan.

3, 14, 20,

28 1, 5, 22, 26 8 20

3 Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh lansia

2, 4, 35, 39

27, 29, 34,

37 8 20 4 Menerima informasi

atau saran yang dibutuhkan lansia

11, 15, 24,

40 6, 13, 17, 31 8 20 5 Menerima perawatan

yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesehatan lansia

18, 33, 36,

38 7, 8, 12, 19 8 20


(62)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

1. Membuat skala pengukuran Successful Aging dan Skala Dukungan

Sosial Pramurukti dengan metode rating yang diberikan kepada subjek

uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek

penelitian.

2. Menentukan subjek penelitian sesuai kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya

3. Memberikan skala penelitian untuk uji coba dan juga sebagai data

penelitian. Hal ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan

metode tryout terpakai.

4. Menganalisis item-item skala Successful Aging dan skala Dukungan

Sosial Pramurukti sehingga mendapat item yang sahih dan skala yang

reliabel.

5. Menganalisis data penelitian menggunakan Uji Pearson Product

Moment Correlation untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

Dukungan Sosial Pramurukti dengan Successful Aging wanita lansia di

panti wredha.


(63)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal penting dalam

pembuatan suatu alat ukur dikatakan baik atau buruk.

1. Validitas

Validitas berkaitan dengan ketepatan pemilihan indikator

dalam menjelaskan konsep hubungan yang sedang diuji (Prasetyo, dkk,

2005). Menurut Azwar (2010), validitas digunakan untuk melihat

ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Penelitian ini

mengunakan validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat

pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment yang dilakukan oleh “ahli” (Azwar, 2010; Prasetyo, dkk,

2005). Dalam penelitian ini “ahli” yang dimaksudkan adalah dosen

pembimbing skripsi. Validitas isi ini bertujuan untuk menekan

kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga dapat dilihat sejauh

mana indikator yang digunakan dapat mengukur konsep penelitian

yang sebenarnya (Sarwono, 2006).

2. Seleksi Item Alat Ukur a) Prosedur Seleksi Item

Seleksi item pada penelitian ini menggunakan data uji coba

yang sekaligus menjadi data penelitian. Penelitian semacam ini

disebut dengan tryout terpakai (Hadi, 2005). Pengujian item-item


(64)

berupa koefisien korelasi item total. Koefisien korelasi item total

(rix) diperoleh melalui program SPSS for windows versi 16.0

dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total.

Batasan nilai koefisien korelasi item total untuk pemilihan

item dengan korelasi positif adalah lebih besar atau sama dengan

0,30 (rix ≥ 0,30). Apabila item-item dengan indeks daya

diskriminasi sama dengan 0,30 jumlahnya terlalu banyak maka

dipilih item yang memiliki indeks daya diskriminasi di atas 0,30.

Sebaliknya, apabila jumlah item yang lolos tidak mencukupi

jumlahnya, batasannya dapat diturunkan menjadi 0,25 sehingga


(65)

b) Hasil Seleksi Item

1) Skala Successful Aging

Tabel 3. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Successful Aging setelah seleksi item

No Indikator Successful Aging

Komponen dan nomor

item Jml Bobot (%) Favorable Unfavorable

1 Sehat secara fisik 29, 1 15, 3, 24, 13 6 23 2 Mempertahankan

fungsi kognitif dengan baik

11, 14 8, 9, 17, 28 6 23

3 Sehat mental, menganggap dirinya positif, berharga, suasana hati yang positif

12, 20, 26 2, 7, 16, 32 7 27

4 Memiliki kemauan untuk terlibat dengan kegiatan-kegiatan

4, 6, 22,

25 5, 10, 18 7 27

Jumlah 11 15 26 100

Koefisien korelasi item-total (rix) dari 32 item dalam skala

successful aging berkisar dari 0,134 sampai dengan 0,598.

Langkah selanjutnya dilakukan seleksi item dengan standart rix 0,

25 sehingga tersisa 26 item, 6 item gugur. Item yang lolos seleksi


(66)

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Tabel 4. Distribusi Item-item Pernyataan Skala Dukungan Sosial Pramurukti Setelah Seleksi Item

No Indikator Dukungan Sosial Pramurukti

Komponen dan nomor

item Jml

Bobot (%) Favorable Unfavorable

1 Menerima kedekatan emosional seperti kepedulian,

perhatian, motivasi, empati, dan simpati

9. 16, 21,

30 10, 23, 32 7 25

2 Memberikan ungkapan dan penilaian positif terhadap orang yang bersangkutan.

3,14, 20,

28 22, 26 6 21

3 Menerima bantuan yang langsung bisa dirasakan oleh lansia

4 34, 37 3 11

4 Menerima informasi atau saran yang dibutuhkan lansia

11, 15, 24,

40 6, 13, 17, 31 8 29 5 Menerima perawatan

yang dibutuhkan agar dapat meningkatkan kesehatan lansia

18 8, 12, 19 4 14

Jumlah 14 14 28 100

Pada skala dukungan sosial pramurukti koefisien korelasi

item total (rix) 40 item berkisar antara -0,078 sampai dengan 0,661.

Selanjutnya, dilakukan seleksi item dengan standart rix 0,25, item

yang gugur sebanyak 12 sehingga hanya tersisa item 28 item. Item


(67)

3. Reliabilitas

a) Prosedur Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat ukur itu dapat

dipercaya dan tidak berubah – ubah dan hasil yang diperoleh relatif

sama setelah diujikan beberapa kali terhadap subjek yang sama

(Azwar, 2010). Suatu alat ukur dikatakan valid maka harus reliabel

dan suatu alat ukur yang tidak valid maka sudah pasti tidak

reliabel. Validitas suatu alat ukur bisa saja semakin tinggi namun

reliabilitasnya menurun. Hal ini bisa disebabkan karena indikator

yang ada memberikan informasi yang tidak mudah diamati dan

bersifat subjektif.

Tinggi rendah reliabilitas suatu alat ukur, secara empirik

ditunjukkan dengan nilai koefisien reliabilitas. Koefisien

realibilitas ini dapat dilihat dari korelasi kedua alat ukur yang

digunakan. Semakin tinggi nilai reliabilitasnya maka semakin

dapat dipercaya suatu alat ukur tersebut dan semakin indikator

yang digunakan semakin dapat menyampaikan informasi dari

tujuan penelitian. Nilai koefisien reliabilitasnya berkisar antara


(68)

b) Hasil Pengujian Reliabilitas 1) Skala Successful Aging

Skala successful aging memiliki koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach (rxx’) dari 32 item sebesar 0,854 setelah

dilakukan seleksi item hanya tersisa 26 item. Koefisien

reliabilitasnya menjadi 0,866.

2) Skala Dukungan Sosial Pramurukti

Pada skala dukungan sosial pramurukti koefisien

reliabilitas Alpha Croncbach (rxx’) dari 40 item sebesar 0,874.

Perhitungan koefisien reliabilitas setelah penyeleksian item

sebesar 0,902 dan tersisa 28 item.

H. Teknik Analisis Data

Data yang sudah diperoleh akan dianalisis menggunakan teknik

Pearson Product Moment Correlation. Akan tetapi, perlu dilakukan uji

asumsi analisis data terlebih dahulu.

1. Uji Asumsi Analisis Data

Uji asumsi dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya

gangguan atau penyimpangan terhadap variabel penelitian tersebut. Uji


(69)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat sebaran dari

data variabel bebas (Dukungan Sosial Pramurukti) dan variabel

terikatnya (Successful Aging) normal atau tidak. Penelitian ini

menggunakan uji normalitas One sample Kolmogorov Smirnov

Test (K-S). Apabila taraf signifikan lebih besar dari 0,05 (p≥ 0,05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Sebaliknya, jika

taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p≤ 0,05) maka data yang diperoleh tidak dapat membentuk kurva distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk melihat pola hubungan antara

variabel bebas (Dukungan Sosial Pramurukti) dengan variabel

terikatnya (Successful Aging) merupakan garis lurus (Linear) atau

tidak. Uji ini yang menentukan untuk pengujian hipotesisnya. Jika,

taraf signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (p ≤ 0,05), maka hubungan variabel pada penelitian tersebut mengikuti garis linear

sehingga diuji menggunakan statistic parametik. Sebaliknya,

apabila p lebih besar dari 0,05 (p ≥ 0,05)maka hubungan variabel pada penelitian itu tidak membentuk suatu garis linear sehingga


(70)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Pearson Product Moment Correlation. Teknik ini

digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih

(Sarwono, 2006). Penghitungan teknik tersebut dengan menggunakan

SPSS for windows versi 16. Koefisien korelasi antara 0,000 sampai

+1,000 ini berarti menunjukkan adanya korelasi positif. Koefisien

korelasi antara 0,000 sampai -0,000 untuk menunjukkan adanya

korelasi negatif. Pengujiannya menggunakan uji one-tailed karena

hipotesisnya sudah berarah. Taraf signifikansi yang digunakan adalah


(71)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengambilan data penelitian dimulai pda tanggal 25

Agustus–17 September 2012. Peneliti membagi skala penelitian kepada

subjek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti

membantu subjek satu per satu untuk mengisi skala penelitian. Subjek

pada penelitian ini sebanyak 50 orang yang diambil dari 3 panti wredha,

yaitu Panti Wredha Abiyoso, Panti Wredha Budi Luhur dan Panti Wredha

Hanna.

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

deskripsi data berupa mean teoritik dan mean empiris. Jika, nilai mean

empiris variabel dukungan sosial pramurukti lebih besar daripada mean

teoritiknya berarti rata-rata subjek memiliki tingkat dukungan sosial

pramurukti yang tinggi, demikian juga pada variabel successful aging.

Sebaliknya, apabila nilai mean teoritik lebih besar dibanding mean

empirisnya berarti rata-rata subjek memiliki tingkat dukungan sosial


(72)

Perhitungan mean teoritik diperoleh dengan perhitungan manual,

namun mean empiris diperoleh dengan bantuan spss for windows versi

16.0.

Tabel 5. Data Empiris dan Teoritik

Variabel Mean Empiris Mean Teoritik Dukungan Sosial Pramurukti 16,66 14

Successful Aging 15,92 13

Dari hasil di atas, terlihat bahwa mean empiris variabel dukungan

sosial pramurukti 16,66 lebih besar daripada mean teoritiknya yaitu 14.

Hal ini didukung dengan hasil uji one-sample T-test dengan menggunakan

SPSS windows 16.0, diperoleh signifikansi sebesar 0,008 (p<0,05). Hal ini

mengindikasi ada perbedaan yang signifikan pada variabel dukungan

sosial pramurukti. Maka, dapat disimpulkan tingkat dukungan sosial

pramurukti yang diperoleh subjek tergolong tinggi. Pada variabel

successful aging mean empiris sebesar 15,92 dan mean teoritik sebesar 13.

Hasil one-sample T-test diperoleh signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05). Hal

ini juga mengindikasi adanya perbedaan yang signifikan pada variabel

successful aging. Nilai tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih

besar daripada mean teoritik, berarti rata-rata subjek memiliki tingkat


(73)

C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas

dan uji linearitas terlebih dahulu. a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat data setiap variabel

membentuk kurva distribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2011).

Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan model lilliefors

(Kolmogorov-smirnov) dengan menggunakan program spss for

windows versi 16.0.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

Dukungan Sosial Pramurukti

Successful Aging

Kolmogorov-Smirnov (K-S)

1.010 .767

Asymp. Sig (2-tailed) .259 .599 Keterangan Normal Normal

Dari hasil perhitungan untuk variabel dukungan sosial

pramurukti diperoleh angka Kolmogorov-smirnov sebesar 1,010

dengan nilai p sebesar 0,259 (p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa

variabel dukungan sosial pramurukti memiliki sebaran data yang

normal. Pada variabel Successful aging diperoleh angka


(74)

b. Uji Linearitas

Berdasarkan perhitungan dari dara penelitian diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Dukungan

sosial pramurukti* Successful Aging

F Sig Between Groups (Combined) 5,473 0,000

Linearity 63,297 0,000 Deviation

from Linearity

2,581 0,011

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui hubungan uji

linearitas antara dukungan sosial pramurukti dengan successful

aging adalah 0,000 (p<0,05) berarti variabel dukungan sosial

pramurukti dengan successful aging merupakan hubungan yang

linear.

2. Uji Hipotesis

Melalui perhitungan data penelitian yang telah dilakukan,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis

SA DSP Successful Aging Pearson Correlation Sig (1–tailed) N 1,000 . 50.000 0,665** 0,000 50 Dukungan Sosial Pramurukti Pearson Correlation Sig (1–tailed) N 0,665** 0,000 50 1,000 . 50,000


(1)

LAMPIRAN 5

UJI HIPOTESIS


(2)

Correlations

SKOR_TOTALX SKOR_TOTALY SKOR_TOTALX Pearson Correlation 1.000 .665** Sig. (1-tailed) .000 N 50.000 50 SKOR_TOTALY Pearson Correlation .665** 1.000

Sig. (1-tailed) .000

N 50 50.000 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


(3)

LAMPIRAN 6


(4)

One-Sample Test

Test Value = 14 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper SKOR_TOTALX 2.754 49 .008 2.660 .72 4.60

One-Sample Test

Test Value = 13 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper SKOR_TOTALY 3.498 49 .001 2.920 1.24 4.60


(5)

vi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PRAMURUKTI

DENGAN

SUCCESSFUL AGING

WANITA LANJUT USIA

DI PANTI WREDHA

Putri Retno Kinanti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Hipotesis yang diajukan, yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 50 wanita lanjut usia, usia 60-75, tinggal di panti wredha, dapat berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala dukungan sosial pramurukti dan skala successful

aging. Setelah dilakukan tryout terpakai pada skala dukungan sosial pramurukti

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,902, sedangkan pada skala successful

aging diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,866. Selain itu, telah dilakukan

juga uji normalitas dan linearitas dengan hasil data tersebut linear dan normal. Data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Pearson Product Moment

Correlation karena distribusi data normal. Koefisien korelasi yang diperoleh

sebesar 0,665 dengan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial pramurukti dengan successful aging wanita lanjut usia di panti wredha. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial pramurukti, maka semakin tinggi

successful aging wanita lanjut usia di panti wredha.


(6)

vii

THE RELATION OF SOCIAL SUPPORT FROM NURSE

AND SUCCESSFUL AGING ELDERLY WOMEN

IN NURSING HOME

Putri Retno Kinanti

ABSTRACT

This research tends to know whether a relationship exist between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. The hypothesis that proposed is, there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. Subjects in this research consist of 50 elderly women , age range 60—75 years old, who live in the nursing home, and seem to be able to communicate nicely. Data collection is using the spreading of social support from nurse scale and the successful aging scale. After tryout has been performed using the social support from nurse scale, reliability coefficient achieved for 0,902, while the successful aging scale obtained reliability coefficient for 0,866. Furthermore, normality test and linearity have been conducted with the result shows that the data outcome both linear and normal. Data of this research are analyzed with Pearson Product Moment Correlation technique because of data distribution that shows normal. Correlation Coefficient was obtained on the point 0,665 with probability 0,000 (p<0,01). The result of this research shows that there are positive relationship between social support from nurse and successful aging elderly women in nursing home. It can be concluded that the higher social support from nurse the higher successful aging elderly women in nursing home.