Pengaruh Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Pria Usia 18-28 Tahun Dengan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA USIA 18-28

TAHUN DENGANFAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

Herry Yanto Budiman, 2013;Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Pembimbing II :Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit degeneratif kronik progresif akibat gangguan metabolisme glukosa. Hiperglikemi pada penderita DM akan mengakibatkan stres oksidatif, sehingga kebutuhan akan antioksidan eksogen meningkat. Antioksidan yang terkandung dalam biji mahoni secara empiris telah digunakan sebagaiherbal untuk pengobatan DM.Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui manfaat konsumsi biji mahoni terhadap kadar glukosa darah pria usia 18-28 tahun dengan faktor risiko DM tipe-2.

Penelitian eksperimental dengan desain pre-test dan post-test terhadap kadar glukosa darah sewaktu 30 orang subjek penelitian, pria usia 18-28 tahun. Sampel darah diambil saat pra dan pasca 3 hari mengkonsumsi kapsul biji mahoni diukur dengan glukometer (mg/dL).Data dianalisis dengan uji-t berpasangan, α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan sebelum dan sesudah mengkonsumsi biji mahoni pada hari ke-3 pada kadar glukosa darah.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah.


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF MAHOGANY SEED (SWIETENIA MAHOGANY) TO DECREASE BLOOD GLUCOSE LEVELSOF 18-28 YEARS OLD MALE

WITH DIABETES MELLITUS TYPE 2 RISK FACTOR

Herry Yanto Budiman, 0910034 ;Advisor I: Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Advisor II: Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic degenerative and progresive disease causeby defect of glucose metabolism. Hyperglycemia in DM patients cause oxydative stress, those will be lead increasing body’s demands for exogen anti-oxydative agents. The anti-oxydative composition of mahogany seeds has been used empirically asanti DM herbal medicinetreatment.The aim of this research is to understand the effect of mahogany seedpowder as anti-oxydative agents to maintain blood glucose level of 18-28 years old male withDM type 2 risk factor. This experimental sudy with pre-test and post-test research design to random blood glucose level of 30 men aged 18-28 years old with risk factors of DM. Blood glucose levelof subjects were measuredwith glucometer (mg/dL), which collected before and after theyconsumethat contain mahogany seed powdercapsules for 3 days. Data were analyzed with paire t-Test, α=0,05.

The results show significantly decreaseof subjects blood glucoselevelon the third day, about 16 point with<0,05.

Mahogany seed can decrease blood glucose level of men with DM type-2 risk factor..


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang ... ....1

1.2. Identifikasi Masalah ... ..2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... .2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka pemikiran ... 2

1.6HipotesisPenelitian ... 3

1.7 Metodologi penelitian ... 3

1.8 Lokasi dan waktu penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pankreas ... ...4

2.1.1 Anatomi Pankreas ... .4

2.1.2 HistologiPankreas ... 5

2.1.3 FisiologiPankreas ... 7

2.2. Insulin ... 9

2.2.1 Pembentukan insulin ... 9

2.2.2 Pengaturan sekresi insulin ... 10

2.2.3Faktor-faktor yang memperngaruhi sekresi insulin ... 10

2.2.4Efek insulin terhadap tubuh ... 11

2.2.5 Aktivitas mirip insulin dalam darah ... 12


(4)

2.3. Diabetes Melitus ... 14

2.3.1 Definisi ... 14

2.3.2 Epidemiologi ... 14

2.3.3 Klasifikasi ... 15

2.3.4 Etiologi ... 16

2.3.4.1 Diabetes Melitus tipe 1 ...17

2.3.4.2 Diabetes Melitus tipe 2 ...17

2.3.5 Diagnosis... 18

2.3.5.1 Kriteria Diagnosis ... 18

2.3.6 Gejala Klinik... 19

2.3.7 Penatalaksanaan... 20

2.3.7.1 Tujuanpenatalaksanaan... 20

2.3.7.2 Langkah-langkahpenatalaksanaan DM... 20

2.3.7.3 Pilarutamapenatalaksanaan... 21

2.3.8 Komplikasi... 25

2.3.8.1 Komplikasi Diabetes MelitusAkut... 25

2.3.8.2 Komplikasi Diabetes MelitusKronis... 25

2.3.9 Pencegahan... 27

2.4. Biji Mahoni... ...28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Subjek penelitian ... 30

3.2. Alat dan bahan ... 30

3.4 Metodepenelitian ... 31

3.4.1 Variabel perlakuan dan variabel respon ... 31

3.4.2 Prosedurpenelitian ... 31

3.4.3 Metode analisis ... 32

3.4.3 Kriteria uji... 32

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Hasildanpembahasanpenelitian ... 33


(5)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 37

5.2. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pankreas ...5 Gambar 2.2 HistologiPankreas... 7 Gambar 2.4 Pohon Mahoni... 30


(7)

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Halaman Tabel 4.1 Pengukuran Kadar GulaDarahSebelumdanSesudah

Perlakuan ...36 Tabel 4.2 RerataPenurunan Kadar GulaDarahSebelumdanSesudah

PemberianSerbukBijiMahoni ... 37 Grafik 4.1 GrafikPengukuran Kadar GulaDarahSebelumdan


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) bukanlah suatu konsep tunggal, tetapi lebih merupakan suatu kelompok penyakit dengan gambaran umum hiperglikemiaakibat dari kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang kadang-kadang disertai peningkatan komplikasi penyakit vaskuler.(Vinay, 2009).

Diabetes melitus bukan merupakan salah satu penyakit menular dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Diabetes melitus pada kehamilan sering didapatkan pada perempuan pramenopause dan seringkali menjadi faktor risiko timbulnya DM tipe 2 pada perempuan pascamenopause. (Rita, 2004).

WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012).

Diabetes melitus (DM) secara umum dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO). Pendekatan terapi herbal dapat dilakukan, salah satunya yaitu biji mahoni yang diyakini dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian biji mahoni untuk digunakan sebagai vitamin dan obat-obatan pertama kali dilakukan oleh ahli biokimia, DR. Larry Brookes, pada tahun 1990-an. Biji mahoni ini mengandung flavonoid dan saponin. (Lalang, 2011).


(9)

1.2Identifikasi masalah

Apakah biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pria usia 18-28 tahunyang berisiko DM.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaatakademis, untuk menambah wawasan mengenai biji mahoni yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan hasil penelitian dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Manfaat praktis, masyarakat dapat menggunakan biji mahoni sebagai penurun glukosa darah pada penderita diabetes melitus.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini dan digunakan untuk menyusun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Perubahan gaya hidup merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan tingginya angka kasus diabetes dikarenakan pergeseran gaya hidup masyarakat di era globalisasi, khususnya yang bermukim di kawasan perkotaan karena mudahnya mendapatkan makanan yang siap saji. Salah satu aspek yang paling menonjol adalah tingginya konsumsi makanan gaya barat yaitu tinggi karbohidrat, protein dari hewani dan lemak yang kandungan seratnya rendah serta disertai dengan minuman ringan yang kadar glukosanya tinggi.Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin. (Rita, 2004).

Banyak anak lebih suka duduk di depan televisi dan komputer daripada menghabiskan waktu di luar rumah. Padatnya kesibukan kerja dan tingginya pemakaian kendaraan pribadi mengakibatkan orang dewasa kian minim gerak dan


(10)

malas berolahraga.Olahraga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar glukosa darah, dan mengurangi stres. (Farida, 2007).

1.5.2 Hipotesis

Biji mahoni berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosadarah bagi pria usia 18-28 tahun yang berisiko diabetes melitus.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian eksperimental melalui uji pra klinis dengan desain predan post test. Data dianalisis dengan uji t-berpasangan dengan α=0,05.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari - November 2013, yang berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan diluar Universitas Kristen Maranatha (Tasikmalaya).


(11)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah bagi pria usia 18-28 tahun dengan faktor risiko diabetes melitus tipe 2.

5.2 Saran

 Dilakukan penelitian lebih lanjut pada orang percobaan dengan puasa.

 Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek biji mahoniterhadap penurunan kadar glukosa darah dengan dosis yangberbeda.

 Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek biji mahoni terhadap penyakit yang lain.


(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herry Yanto Budiman

Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 09aseptember 1990 Alamat : JL. Gunung Saubeulah no 37 TSM Email : blackyherz@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

 1997, lulus TK Bina Bakti, Tasikmalaya  2003, lulus SD BPK Penabur, Tasikmalaya  2006, lulus SMPBPK Penabur, Tasikmalaya  2009, lulus SMABPK Penabur, Tasikmalaya

 2009,Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha Bandung.


(13)

PENGARUH BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH PADA PRIA USIA 18-28 TAHUN DENGAN FAKTOR RISIKO

DIABETES MELITUS TIPE 2

Herry Yanto Budiman; Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes; Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Abstrak

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit degeneratif kronik progresif akibat gangguan metabolisme glukosa. Hiperglikemi pada penderita DM akan mengakibatkan stres oksidatif, sehingga kebutuhan akan antioksidan eksogen meningkat. Antioksidan yang terkandung dalam biji mahoni secara empiris telah digunakan sebagaiherbal untuk pengobatan DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat konsumsi biji mahoni terhadap kadar glukosa darah pria usia 18-28 tahun dengan faktor risiko DM tipe-2. Penelitian eksperimental dengan desain pre-test dan post-test terhadap kadar glukosa darah sewaktu 30 orang subjek penelitian, pria usia 18-28 tahun. Sampel darah diambil saat pra dan pasca 3 hari mengkonsumsi kapsul biji mahoni diukur dengan glukometer (mg/dL).Data dianalisis dengan uji-t berpasangan, α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan sebelum dan sesudah mengkonsumsi biji mahoni pada hari ke-3 pada kadar glukosa darah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Kata kunci: diabetes melitus, glukosa darah, mahoni.

ABSTRACT

EFFECT OF MAHOGANY SEED (SWIETENIA MAHOGANY) TO DECREASE BLOOD GLUCOSE LEVELSOF 18-28 YEARS OLD MALE WITH DIABETES MELLITUS TYPE 2 RISK FACTOR

Herry Yanto Budiman; Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes ; Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic degenerative and progresive disease cause by defect of glucose metabolism. Hyperglycemia in DM patients cause oxydative stress, those will be lead increasing body’s demands for exogen anti-oxydative agents. The anti-oxydative composition of mahogany seeds has been used empirically asanti DM herbal medicine treatment. The aim of this research is to understand the effect of mahogany seed powder as anti-oxydative agents to maintain blood glucose level of 18-28 years old male with DM type 2 risk factor. This experimental sudy with pre-test and post-test research design to random blood glucose level of 30 men aged 18-28 years old with risk factors of DM. Blood glucose level of subjects were measured with glucometer (mg/dL), which collected before and after they consume that contain mahogany seed powder capsules for 3 days. Data were analyzed with paire t-Test, α=0,05. The results show significantly decrease of subjects blood glucose level on the third day, about 16 point with <0,05. Mahogany seed can decrease blood glucose level of men with DM type-2 risk factor.


(14)

Keywords: blood glucose, diabetes mellitus, mahogany.

Pendhuluan

Latar Belakang Diabetes melitus (DM) bukanlah suatu konsep tunggal, tetapi lebih merupakan suatu kelompok penyakit dengan gambaran umum hiperglikemia akibat dari kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang kadang-kadang disertai peningkatan komplikasi penyakit vaskuler (Vinay, 2009).

Diabetes melitus bukan merupakan salah satu penyakit menular dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Diabetes melitus pada kehamilan sering didapatkan pada perempuan pramenopause dan seringkali menjadi faktor risiko timbulnya DM tipe 2 pada perempuan pascamenopause. (Rita, 2004). WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012).

Diabetes melitus (DM) secara umum dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO). Pendekatan terapi herbal dapat dilakukan, salah satunya

yaitu biji mahoni yang diyakini dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian biji mahoni untuk digunakan sebagai vitamin dan obat- obatan pertama kali dilakukan oleh ahli biokimia, DR. Larry Brookes, pada tahun 1990-an. Biji mahoni ini mengandung flavonoid dan saponin (Lalang, 2011).

Alat dan Bahan

- Biji mahoni kering dari Solo dosis 1,005 gram/kapsul

- Kapsul kosong

- Accu-Check glukosa meter

- Strip Blood Glucosa Accu-Check Active - Blander

- Timbangan

Prosedur penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental, dengan desain pre-test dan post-test.

Variabel Perlakuan dan Variabel Respon 1. Variabel Perlakuan

Pemberian biji mahoni yang telah digiling halus menjadi serbuk dan dimasukkan ke dalam kapsul.


(15)

Kadar glukosa darah yang diukur dengan menggunakan Accu-check glukosa meter sebelum dan setelah mengkonsumsi serbuk biji mahoni.

Persiapan sebelum test dilakukan Satu hari sebelum penelitian dilakukan yaitu subjek penelitian harus cukup beristirahat, tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan dan tidak boleh mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat.

Prosedur test kadar glukosa darah: 1. Tes kadar glukosa darah.

2. Kapsul yang mengandung biji mahoni diminum 3x1 sesudah makan, selama 3 hari (9 kapsul).

3. 2 jam setelah mengkonsumsi kapsul ke-9, pemeriksaan:

Subjek dalam keadaan duduk, ujung jari subjek yang akan diperiksa terlebih dahulu akan diberikan kapas alkohol, strip diletakan pada slot Accu-check, lanset diletakkan pada ujung jari ke 3 setelah dibersihkan, ujung jari ditekan agar darah keluar, darah yang keluar disentuhkan pada sisi kurva strip hingga penuh, hasil kadar glukosa darah ditunggu 25 detik sampai muncul(M.Y. Oci, 2012).

Hasil dan Pembahasan

Data yang di analisis dengan uji t berpasangan adalah rerata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian serbuk biji mahoni yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 1.1 Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Kapsul Biji Mahoni

Kelompok Perlakuan (n = 30), rerata & Penurunan GD (mg/dl) t hit P , KGD Sebelum adalah 99.67 16.2 5.40 0.00 Sesudah 83.47

Tabel 1.1 Rerata PenurunanKadar Glukosa Darah Sebelum dan SesudahPemberian Kapsul Biji Mahoni

Keterangan : GD = Glukosa Darah KGD= Kadar Glukosa Darah Sebelum = Sebelum diberi perlakuan Sesudah = Sesudah diberi perlakuan Rerata kadar glukosa darah sebelum mengkonsumsi serbuk biji mahoni adalah sebesar 99.67 mg/dl dan rerata kadar glukosa darah sesudah mengkonsumsi serbuk biji mahoni adalah sebesar 83.47 mg/dl seperti Tabel 4.1. Hasil ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi serbuk biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah 16.2 mg/dl. Hasil uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0.00, hal ini menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p<0.05) pada kadar glukosa darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi serbuk biji mahoni. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Laurentia Mihardja, peneliti pada Center For Research and Development of Disease Control, NHRD pada hewan coba kelinci (Laurentia Mihardja, 2012). Penurunan kadar glukosa darah ini disebabkan karena dalam biji mahoni mengandung flavonoid dan saponin.Kandungan flavonoid san saponin berguna untuk mengontrol dan menurunkan kadar glukosa darah (Sidomuncul herbal, 2012; Laurentia Mihardja, 2012).


(16)

Dengan demikian, dengan adanya kedua zat tersebut dalam kulit biji mahoni, secara statistik terbukti menurunkan kadar glukosa darah Grafik 1.1 Grafik Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Simpulan

Biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah bagi pria usia 18-28 tahun dengan faktor risiko diabetes melitus tipe 2.

Daftar Pustaka

A. Luthfiadi. Khasiat Biji Mahoni. (Online). http://id.scribd.com/doc/60240080/ Khasiat-biji-mahoni. (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Position Statement, 2011. Diabetes Care 2006; 29: S43-8.

Anonymus. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (Online)

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pr

ess-release/414-

tahun-2030-prevalensi- diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta- orang.html (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2001. Metabolik endokrin. Dalam : Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. h. 580-86.

Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta; 2002.

Bloom & Fawcett. 2013. Buku Ajar Histologi Ed 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

C. Asep. Khasiat di Balik Pahitnya Mahoni. (Online).

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/1 6471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya.M ahoni. (Tanggal akses: 2 April 2013).

Farida. Tahun 2007. Diabetes, Kuncinya

Kendalikan Faktor Risiko.

http://vivioke.wordpress.com/category/artike l-kesehatan/page/3/. (Tanggal akses: 10 April 2013).

Finn Geneser. Atlas Berwarna Histologi. Penerbit Binapura Aksara Batam, 2007

G.C. Arthur, H.E. John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007. (Hal 1023).


(17)

Ganong W. F. 2003. Fungsi endokrin pankreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 20. Jakarta : EGC. h. 323, 331.

Granner D. K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam : Murray R. K., Mayes P. A., Rodwell V. W. eds. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : EGC. h. 581, 586, 593.

Harrison’s endocrinology 2nd ed.Penulis : J. Larry JamesonPenerbit : McGraw-HillTahun 2010.

I.J. Kurt, B. Eugene, M.B. Joseph, F.S. Anthony, K.L. Dennis. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta: EGC, 2000. (Hal 2196-2224).

K. Sri. Aplikasi Informatika Medis Untuk Penatalaksanaan Diabetes Melitus Secara

Terpadu (Pdf).

http://journal.uii.ac.id/index.php/snati/article /.../1003. (Tanggal akses: 22 Maret 2013).

K. Vinay, A.K. Abdul & N. Fausto. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2009. (Hal 1214-1228).

Keith L. Moore & Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, h. 114-116. 18. Lalang Ken Handita. Pendekatan terapi herbal Diabetes Mellitus.

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/1 6471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya. Mahoni. (Tanggal akses: 10 April 2013).

Laurentia Miharja. Tahun 2012. Manfaat dan

http://minumanbandrek.blogspot.com/2013/

10/manfaat-dan-kandungan-biji-mahoni.html. (Tanggal akses: 10 April 2013).

M.Y. Oci. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta Timur: Dunia Sehat, 2012.

Nolte M. S., and Karam J. H. 2001. Hormon pankreas dan obat anti diabetes. Dalam : Katzung B. G. ed. Farmakologi dasar dan klinik. h. 671,672,693,699. 22. O.A.

Bamaga, 2006.

el0el0isa.files.wordpress.com/2012/08/rohen -yokochi-atlas- de-anatomia.pdf. (Tanggal akses: 29 November 2013).

Pengendaliannya. Dalam : Medika No. 3 Tahun XXVI. Jakarta : PT. Grafiti Medika Pers. h. 189-190. 24. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni; 2011.

Ratna Mardiati. 2000. Buku kuliah faal endokrin. Jakarta : CV. Sagung Seto. h.41-46.

Report of WHO. Definition and diagnosis of

diabetes mellitusand intermediate

hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.

Rita. Tahun 2004 Prevalensi dan Gaya Hidup Diabetes Melitus Di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/publika si/buletin/BULETIN%20DBD.pdf. (Tanggal akses: 10 Maret 2013).

Rockwood K, Philips S, Tan MH, McDowell I. Prevalence of diabetes mellitus in elderly people in Canada. Age Aging 1998; 27:


(18)

573-7. 29. S.W. Aru, S. Bambang, A. Idrus, K.S. Marcellus, S. Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

Shirley Ivonne Moningkey. 2000. Epidemiologi diabetes mellitus dan Komplikasi diabetes mellitus.

Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta 2005.

Wild S, Sicree R, Roglic G, King H, Green A. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 200 and projections for 2030. Diabetes Care 2004; 27: 1047-53.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. A. Luthfiadi. Khasiat Biji Mahoni. (Online). http://id.scribd.com/doc/60240080/ Khasiat-biji-mahoni. (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

2. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Position Statement, 2011. Diabetes Care 2006; 29: S43-8.

3. Anonymus. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (Online) http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-

tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

4. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2001. Metabolik endokrin. Dalam : Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. h. 580-86.

5. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta; 2002.

6. Bloom & Fawcett. 2013. Buku Ajar Histologi Ed 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

7. C. Asep. Khasiat di Balik Pahitnya Mahoni. (Online).

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/16471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya.M ahoni. (Tanggal akses: 2 April 2013).

8. Farida. Tahun 2007. Diabetes, Kuncinya Kendalikan Faktor Risiko.

http://vivioke.wordpress.com/category/artikel-kesehatan/page/3/. (Tanggal akses: 10 April 2013).

9. Finn Geneser. Atlas Berwarna Histologi. Penerbit Binapura Aksara Batam, 2007 10.G.C. Arthur, H.E. John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,

2007. (Hal 1023).

11.Ganong W. F. 2003. Fungsi endokrin pankreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 20. Jakarta : EGC. h. 323, 331.


(20)

12.Granner D. K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam : Murray R. K., Mayes P. A., Rodwell V. W. eds. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : EGC. h. 581, 586, 593.

13. Harrison’s endocrinology 2nd ed.Penulis : J. Larry JamesonPenerbit : McGraw-HillTahun 2010.

14.I.J. Kurt, B. Eugene, M.B. Joseph, F.S. Anthony, K.L. Dennis. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta: EGC, 2000. (Hal 2196-2224). 15.K. Sri. Aplikasi Informatika Medis Untuk Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Secara Terpadu (Pdf). http://journal.uii.ac.id/index.php/snati/article/.../1003. (Tanggal akses: 22 Maret 2013).

16.K. Vinay, A.K. Abdul & N. Fausto. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2009. (Hal 1214-1228).

17.Keith L. Moore & Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, h. 114-116.

18.Lalang Ken Handita. Pendekatan terapi herbal Diabetes Mellitus.

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/16471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya. Mahoni.(Tanggal akses: 10 April 2013).

19.Laurentia Miharja. Tahun 2012. Manfaat dan kandungan biji Mahoni. http://minumanbandrek.blogspot.com/2013/10/manfaat-dan-kandungan-biji-mahoni.html. (Tanggal akses: 10 April 2013).

20.M.Y. Oci. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta Timur: Dunia Sehat, 2012.

21.Nolte M. S., and Karam J. H. 2001. Hormon pankreas dan obat anti diabetes. Dalam : Katzung B. G. ed. Farmakologi dasar dan klinik. h. 671,672,693,699. 22.O.A. Bamaga, 2006.

el0el0isa.files.wordpress.com/2012/08/rohen-yokochi-atlas-de-anatomia.pdf. (Tanggal akses: 29 November 2013).

23.Pengendaliannya. Dalam : Medika No. 3 Tahun XXVI. Jakarta : PT. Grafiti Medika Pers. h. 189-190.

24.Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni; 2011.


(21)

25.Ratna Mardiati. 2000. Buku kuliah faal endokrin. Jakarta : CV. Sagung Seto. h.41-46.

26.Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitusand intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.

27.Rita. Tahun 2004 Prevalensi dan Gaya Hidup Diabetes Melitus Di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20DBD.pdf. (Tanggal akses: 10 Maret 2013).

28.Rockwood K, Philips S, Tan MH, McDowell I. Prevalence of diabetes mellitus in elderly people in Canada. Age Aging 1998; 27: 573-7.

29.S.W. Aru, S. Bambang, A. Idrus, K.S. Marcellus, S. Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

30.Shirley Ivonne Moningkey. 2000. Epidemiologi diabetes mellitus dan Komplikasi diabetes mellitus.

31.Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta 2005. 32.Wild S, Sicree R, Roglic G, King H, Green A. Global prevalence of diabetes:

estimates for the year 200 and projections for 2030. Diabetes Care 2004; 27: 1047-53.


(1)

Dengan demikian, dengan adanya kedua zat tersebut dalam kulit biji mahoni, secara statistik terbukti menurunkan kadar glukosa darah Grafik 1.1 Grafik Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Simpulan

Biji mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah bagi pria usia 18-28 tahun dengan faktor risiko diabetes melitus tipe 2.

Daftar Pustaka

A. Luthfiadi. Khasiat Biji Mahoni. (Online). http://id.scribd.com/doc/60240080/ Khasiat-biji-mahoni. (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Position Statement, 2011. Diabetes Care 2006; 29: S43-8.

Anonymus. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (Online)

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pr ess-release/414- tahun-2030-prevalensi- diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta- orang.html (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2001. Metabolik endokrin. Dalam : Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. h. 580-86.

Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta; 2002.

Bloom & Fawcett. 2013. Buku Ajar Histologi Ed 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

C. Asep. Khasiat di Balik Pahitnya Mahoni. (Online).

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/1 6471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya.M ahoni. (Tanggal akses: 2 April 2013).

Farida. Tahun 2007. Diabetes, Kuncinya

Kendalikan Faktor Risiko.

http://vivioke.wordpress.com/category/artike l-kesehatan/page/3/. (Tanggal akses: 10 April 2013).

Finn Geneser. Atlas Berwarna Histologi. Penerbit Binapura Aksara Batam, 2007 G.C. Arthur, H.E. John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007. (Hal 1023).


(2)

Ganong W. F. 2003. Fungsi endokrin pankreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 20. Jakarta : EGC. h. 323, 331.

Granner D. K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam : Murray R. K., Mayes P. A., Rodwell V. W. eds. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : EGC. h. 581, 586, 593.

Harrison’s endocrinology 2nd ed.Penulis : J. Larry JamesonPenerbit : McGraw-HillTahun 2010.

I.J. Kurt, B. Eugene, M.B. Joseph, F.S. Anthony, K.L. Dennis. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta: EGC, 2000. (Hal 2196-2224). K. Sri. Aplikasi Informatika Medis Untuk Penatalaksanaan Diabetes Melitus Secara

Terpadu (Pdf).

http://journal.uii.ac.id/index.php/snati/article /.../1003. (Tanggal akses: 22 Maret 2013). K. Vinay, A.K. Abdul & N. Fausto. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2009. (Hal 1214-1228).

Keith L. Moore & Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, h. 114-116. 18. Lalang Ken Handita. Pendekatan terapi herbal Diabetes Mellitus. http://health.kompas.com/read/2011/03/17/1 6471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya. Mahoni. (Tanggal akses: 10 April 2013).

Laurentia Miharja. Tahun 2012. Manfaat dan

kandungan biji Mahoni.

http://minumanbandrek.blogspot.com/2013/

10/manfaat-dan-kandungan-biji-mahoni.html. (Tanggal akses: 10 April 2013).

M.Y. Oci. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta Timur: Dunia Sehat, 2012.

Nolte M. S., and Karam J. H. 2001. Hormon pankreas dan obat anti diabetes. Dalam : Katzung B. G. ed. Farmakologi dasar dan klinik. h. 671,672,693,699. 22. O.A.

Bamaga, 2006.

el0el0isa.files.wordpress.com/2012/08/rohen -yokochi-atlas- de-anatomia.pdf. (Tanggal akses: 29 November 2013).

Pengendaliannya. Dalam : Medika No. 3 Tahun XXVI. Jakarta : PT. Grafiti Medika Pers. h. 189-190. 24. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni; 2011.

Ratna Mardiati. 2000. Buku kuliah faal endokrin. Jakarta : CV. Sagung Seto. h.41-46.

Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitusand intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.

Rita. Tahun 2004 Prevalensi dan Gaya Hidup Diabetes Melitus Di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/publika si/buletin/BULETIN%20DBD.pdf. (Tanggal akses: 10 Maret 2013).

Rockwood K, Philips S, Tan MH, McDowell I. Prevalence of diabetes mellitus in elderly people in Canada. Age Aging 1998; 27:


(3)

573-7. 29. S.W. Aru, S. Bambang, A. Idrus, K.S. Marcellus, S. Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

Shirley Ivonne Moningkey. 2000. Epidemiologi diabetes mellitus dan Komplikasi diabetes mellitus.

Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta 2005.

Wild S, Sicree R, Roglic G, King H, Green A. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 200 and projections for 2030. Diabetes Care 2004; 27: 1047-53.


(4)

39 DAFTAR PUSTAKA

1. A. Luthfiadi. Khasiat Biji Mahoni. (Online). http://id.scribd.com/doc/60240080/ Khasiat-biji-mahoni. (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

2. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Position Statement, 2011. Diabetes Care 2006; 29: S43-8.

3. Anonymus. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (Online) http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-

tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html (Tanggal akses: 20 Maret 2013).

4. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2001. Metabolik endokrin. Dalam : Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. h. 580-86.

5. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta; 2002.

6. Bloom & Fawcett. 2013. Buku Ajar Histologi Ed 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

7. C. Asep. Khasiat di Balik Pahitnya Mahoni. (Online).

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/16471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya.M ahoni. (Tanggal akses: 2 April 2013).

8. Farida. Tahun 2007. Diabetes, Kuncinya Kendalikan Faktor Risiko.

http://vivioke.wordpress.com/category/artikel-kesehatan/page/3/. (Tanggal akses: 10 April 2013).

9. Finn Geneser. Atlas Berwarna Histologi. Penerbit Binapura Aksara Batam, 2007 10.G.C. Arthur, H.E. John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,

2007. (Hal 1023).

11.Ganong W. F. 2003. Fungsi endokrin pankreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 20. Jakarta : EGC. h. 323, 331.


(5)

40

12.Granner D. K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam : Murray R. K., Mayes P. A., Rodwell V. W. eds. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : EGC. h. 581, 586, 593.

13. Harrison’s endocrinology 2nd ed.Penulis : J. Larry JamesonPenerbit : McGraw-HillTahun 2010.

14.I.J. Kurt, B. Eugene, M.B. Joseph, F.S. Anthony, K.L. Dennis. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta: EGC, 2000. (Hal 2196-2224). 15.K. Sri. Aplikasi Informatika Medis Untuk Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Secara Terpadu (Pdf). http://journal.uii.ac.id/index.php/snati/article/.../1003. (Tanggal akses: 22 Maret 2013).

16.K. Vinay, A.K. Abdul & N. Fausto. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2009. (Hal 1214-1228).

17.Keith L. Moore & Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, h. 114-116.

18.Lalang Ken Handita. Pendekatan terapi herbal Diabetes Mellitus.

http://health.kompas.com/read/2011/03/17/16471662/Khasiat.di.Balik.Pahitnya. Mahoni.(Tanggal akses: 10 April 2013).

19.Laurentia Miharja. Tahun 2012. Manfaat dan kandungan biji Mahoni. http://minumanbandrek.blogspot.com/2013/10/manfaat-dan-kandungan-biji-mahoni.html. (Tanggal akses: 10 April 2013).

20.M.Y. Oci. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta Timur: Dunia Sehat, 2012.

21.Nolte M. S., and Karam J. H. 2001. Hormon pankreas dan obat anti diabetes. Dalam : Katzung B. G. ed. Farmakologi dasar dan klinik. h. 671,672,693,699. 22.O.A. Bamaga, 2006.

el0el0isa.files.wordpress.com/2012/08/rohen-yokochi-atlas-de-anatomia.pdf. (Tanggal akses: 29 November 2013).

23.Pengendaliannya. Dalam : Medika No. 3 Tahun XXVI. Jakarta : PT. Grafiti Medika Pers. h. 189-190.

24.Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni; 2011.


(6)

41

25.Ratna Mardiati. 2000. Buku kuliah faal endokrin. Jakarta : CV. Sagung Seto. h.41-46.

26.Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes mellitusand intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006.p.9-43.

27.Rita. Tahun 2004 Prevalensi dan Gaya Hidup Diabetes Melitus Di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20DBD.pdf. (Tanggal akses: 10 Maret 2013).

28.Rockwood K, Philips S, Tan MH, McDowell I. Prevalence of diabetes mellitus in elderly people in Canada. Age Aging 1998; 27: 573-7.

29.S.W. Aru, S. Bambang, A. Idrus, K.S. Marcellus, S. Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

30.Shirley Ivonne Moningkey. 2000. Epidemiologi diabetes mellitus dan Komplikasi diabetes mellitus.

31.Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta 2005. 32.Wild S, Sicree R, Roglic G, King H, Green A. Global prevalence of diabetes:

estimates for the year 200 and projections for 2030. Diabetes Care 2004; 27: 1047-53.