KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI (Pongamia pinnata (L.) Pierre) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA AKSESI.

(1)

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI (Pongamia pinnata (L.) Pierre) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA

AKSESI

Skripsi

Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Oleh:

Ferliana Febritasari 1208305008

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

BALI 2016


(2)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MALAPARI (Pongamia pinnata (L.) Pierre) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL MINYAK DI DUA

AKSESI

Oleh

Ferliana Febritasari 1208305008

Telah dipertahankan di depan Tim Pengujii dantelah dinyatakan lulus pada Senin,11 Januari 2016

Pembimbing I Pembimbing II

(Ni Luh Arpiwi,S.Si.,M.Sc. Ph.D) (Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si.) NIP: 197208131997022002 NIP: 196601271992032001

Mengesahkan Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si, M.Si NIP : 197307111998022002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Hasil Penelitian yang berjudul “Karakteristik Dan Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Di Dua Aksesi”, dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Untuk itu kepada semua pihak yang telah membantu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Yth. Ibu Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.Sc., Ph.D dan Ibu Dra. I Gusti Ayu Wahyuni, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan masukan, ide, serta bimbingan dan semangat selama penyelesaian skripsi ini.

2. Yth. Ibu Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si, Bapak Dr. Drs. Anak Agung Ketut Darmadi M.Si dan Bapak Drs. I Ketut Sundra, M.Si selaku penguji atas masukan, kritik, dan saran selama penyelesaian skripsi ini.

3. Yth. Bapak Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.St selaku dosen pembimbing akademik yang memberi dukungan serta saran untuk skripsi ini.

4. Yth. Ibu Dwi Ariani Yulishastuti, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan Biologi yang memberikan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana.

5. Ibu Suprihatin dan Bapak Agus Irwanto selaku orang tua serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dan semangat selama penyelesaian skripsi ini.

7. Saudara Andri Ferdiansyah yang telah banyak memberi semangat dan motivasi serta membantu menyelesaikan skripsi ini

8. Keluarga besar UKM Mapala “Wanaprastha Dharma” Universitas Udayana atas dukungan dan bantuannya selama ini


(4)

9. Saudara Nur Asni Puspitasari yang telah membantu dan menemani dalam pengambilan sampel.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna sehingga penulis tidak menutup kemungkinan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Jimbaran, Januari 2016


(5)

ABSTRAK

Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang sangat berpotensi untuk bahan baku biodiesel. Hal ini menjadi suatu alasan bahwa tanaman Malapari perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Malapari tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur, batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan sungai pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanaman Malapari dan hubungan kekerabatan antara dua aksesi yang tumbuh di aksesi Bali Utara (Pemaron, Uma Anyar, Kalisada, Pengulon, Sumber Kelampok) dan Jawa Timur (Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN. Baluran) berdasarkan karakter morfologi dan kandungan minyak. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli-November 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan pengamatan karakter morfologi serta analisis kandungan minyak dari biji. Hubungan kekerabatan dianalisis dengan program Minitab Vis 14. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan karakteristik morfologi Malapari di tunjukan pada karakter daun, bunga, dimensi buah dan biji yang bervariasi. Hasil analisis kekerabatan dibeberapa aksesi Malapari pada tingkat kemiripan diatas 80% dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar : kelompok I Malapari dari Desa Uma Anyar mempunyai tingkat kemiripan sebesar 59,51%, kelompok II Malapari dari Pengulon mempunyai tingkat kemiripan sebesar 80,16% dan kelompok III TN. Alas Purwo dan 32 individu Malapari lainnya yang berasal dari berbagai daerah mempunyai tingkat kemiripan sebesar 84,53%.


(6)

ABSTRACT

Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) is a vegetable oil plant which has the potential to biodiesel feedstock. This becomes a reason that Malapari plants need to be developed and cultivated. Malapari grow naturally in lowland forests on calcareous soils, rocks on the beach, along the edge of the mangroves and along stream and river tides. This study aims to determine the characteristics of the plant Malapari and kinship between the two accessions grown in accession North Bali (Pemaron, Uma Anyar, Kalisada, Pengulon, Sumber Kelampok) and East Java (National Park (TN) Alas Purwo, TN. Baluran) based morphological characters and oil content. The research was conducted in July-November 2015. The method used in this research was the observation and observation of morphological characters as well as the analysis of the oil content of seeds. Kinship analyzed by Minitab Vis 14. The results showed that differences in morphological characteristics Malapari show the character of the leaves, flowers, fruits and seeds dimension that varies. Kinship analysis results in several accession Malapari the similarity level above 80% can be classified into 3 major groups: group I Malapari of Uma Anyar village has a similarity level of 59.51%, group II Malapari of Pengulon has a similarity level of 80.16% and the group III TN. Alas Purwo Malapari and 32 other individuals from various regions having similarity level of 84.53%.


(7)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) ... 4

2.2 Penyebaran Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) 5 2.3 Analisis Kekerabatan Tanaman ... 6


(8)

2.4 Manfaat Malapari………...………. 7

2.5 Karakteristik Minyak Malapari………. 8

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 9

3.2 Metode Pengupulan data ... 10

3.2.1. Alat dan bahan penelitian... 10

3.2.2. Teknik pengambilan sampel ... 10

3.2.3. Cara kerja ... 10

3.3 Metode Pengolahan Data ... 11

3.3.1 Variabel penelitian ... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 14

4.1.1 Morfologi Tanaman Malapari ... 14

4.1.2 Kandungan Minyak Malapari ... 19

4.1.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari ... 21

4.2Pembahasan... 26

4.2.1 Morfologi Tanaman Malapari ... 26

4.2.2 Kandungan minyak Malapari ... 27

4.2.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Malapari ... 27

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.Parameter data kualitatif yang dilakukan skoring ... 11 2. Parameter data kuantitatif ... 13 3. Kandungan minyak Biji dari 35 individu yang diambil dari dua aksesi .. 20 4. Hasil skoring karakter morfologi dan kandungan minyak ... 21


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penyebaran Malapari di dunia ... 5

2. Peta lokasi pengambilan sampel ... 9

3. Morfologi Daun Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 15

4. Morfologi Bunga Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 15

5. Morfologi Buah Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 17

6. Morfologi Biji Malapari dari aksesi Bali Utara dan Jawa Timur ... 18


(11)

8. Dendrogram pengelompokan 35 individu tanaman Malapari berdasarkan karakter morfologi dan kandungan minyak ... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Habitat tanaman Malapari ... 36

2. Alat dan bahan penelitian ... 37


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang sangat berpotensi untuk bahan baku biodiesel. Spesies ini mempunyai sinonim dengan beberapa nama ilmiah antara lain (Millettia pinnata (L.) Panigrahi) seperti yang digunakan dalam karya ilmiah oleh Arpiwi et al. (2013a). Kelebihan Malapari sebagai bahan baku biodiesel adalah bijinya mempunyai rendemen minyak yang tinggi yaitu 27% - 39% dari berat kering, merupakan minyak non-pangan, produksi buah sampai 50 tahun, hasil panen tinggi dan mampu tumbuh di lahan kritis (Soerawidjaja, 2005). Hal ini menjadi suatu alasan bahwa tanaman Malapari perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Malapari tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur dan batu karang di pantai, tanah berpasir, tanah liat berpasir, tanah liat yang bergumpal – gumpal, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran sungai pasang surut. Malapari dikenal sangat toleran pada kondisi salinitas tinggi (Kumar et al., 2007).

Malapari sangat prospektif untuk dikembangkan karena dimanfaatkan secara luas antara lain sebagai tanaman yang berguna di berbagai industri tanin, perkayuan, bioenergi, obat-obatan dan pakan ternak. Spesies ini berperan sebagai pelindung abrasi dan untuk konservasi daerah pantai karena toleran terhadap salinitas dan penggenangan (Scott et al., 2008). Selain itu Malapari berperan sebagai penyubur lahan karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen dari udara bebas melalui simbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobia dalam bentuk nodul/bintil akar (Arpiwi et al., 2013b). Tanaman ini berperan dalam menyediakan dua sumber energi yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalor bakar kayu sebesar 19,2 MJ/kg dan bijinya mengandung minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27 - 39% dari berat kering (Soerawidjaja, 2005).

Minyak yang dihasilkannya dapat digunakan sebagai pelumas seperti yang telah dimanfaatkan dalam industri penyamakan kulit tradisional, pembuatan sabun, pernis dan cat. Dalam dekade terakhir minyak Malapari digunakan untuk membuat


(13)

biodiesel sehingga nilai ekonomi tanaman tersebut lebih meningkat. Komposisi asam lemak yang didominasi oleh asam oleat (±50%) menghasilkan biodiesel dengan karakteristik yang mirip dengan petroleum diesel (Arpiwi et al., 2013a).

Informasi tentang karakteristik morfologi sangat penting untuk menunjukan keragaman atau variasi spesies. Selanjutnya keragaman dalam satu spesies (keragaman intraspesifik) digunakan sebagai dasar seleksi guna menunjang program pemuliaan suatu spesies baik intra maupun inter populasi. Keragaman morfologi yang tinggi mengindikasikan keragaman genetik suatu spesies. Hubungan kekerabatan satu spesies juga merupakan petunjuk dalam program pemuliaan. Idealnya dalam program pemuliaan untuk perbaikan spesies hendaknya digunakan materi pemuliaan dengan keragaman yang tinggi dan hubungan kekerabatan yang luas. Salah satu cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan adalah dengan melihat kemiripan ciri morfologinya. Penggunaan karakter morfologi merupakan metode yang mudah dan cepat, bisa digunakan secara langsung pada populasi tanaman. Data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai deskripsi dan sebagai dasar pengembangan tanaman dalam program pemuliaan, misalnya populasi pemuliaan ataupun kebun benih. Deskripsi tanaman tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai syarat pendaftaran untuk menjadi varietas baru dan unggul ( Fatimah, 2013).

Hubungan kekerabatan antara dua individu atau populasi yang beragam dapat diukur berdasarkan kemiripan dari sejumlah karakter yang dimilikinya, dengan asumsi bahwa karakter-karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Karakter pada makhluk hidup dikendalikan oleh gen. Gen merupakan segmen DNA yang aktivitasnya dapat diamati melalui perubahan karakter morfologi (Kartikaningrum et al, 2003). Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat - sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Sifat yang diamati dapat berupa karakter morfologis (bentuk daun, bentuk buah, bentuk biji, warna kulit biji, dan lain sebagainya), karakter agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan, dan sebagainya) dan karakter fisiologis seperti senyawa alelopati, fenol, alkaloid dan sebagainya (Kurniawan, 2004)


(14)

Morfologi tanaman merupakan salah satu dasar pendekatan dalam identifikasi (Kurniawan, 2004). Identifikasi tanaman secara konvensional dilakukan berdasarkan morfologi tanaman yang secara kasat mata dapat terlihat dan dapat pula menggunakan bantuan alat optik (misalnya mikroskop) dan dapat dilakukan pembedaan antara satu populasi dengan populasi lainnya. Pendekatan ini digunakan untuk identifikasi maupun karakterisasi beberapa tanaman antara lain: Anggrek subtribe sarcanthinae (Kartaningrum et al, 2003), Durian (Durio zibethinus) (Sriyono, 2006), Padi (Oryza sativa) (Widiyanti, 2007) dan Kamboja Jepang (Adenium obesum) (Hastuti, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiamana karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi?

2. Bagaiamana hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) pada dua aksesi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi.

2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) pada dua aksesi tersebut.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi tentang karakteristik morfologi dan kandungan minyak serta hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) di sepanjang Pantai Bali Utara dan Jawa Timur. Aksesi – aksesi yang telah terkarakterisasi nantinya sangat berguna dalam pemuliaan spesies tersebut misalnya sebagai sumber materi genetik untuk perbanyakan secara vegetatif. Seleksi akan lebih efektif dengan tersedianya data hubungan kekerabatan intraspesifik.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)

Tanaman Malapari berupa pohon yang menggugurkan daunnya dengan percabangan tersebar. Tinggi pohon ini berkisar antara 15 – 25 m dengan diameter batang mencapai 80 cm. Batang berwarna abu-abu, tegak lurus samar-samar, cabang pada umumnya tidak memiliki rambut atau urat, dan memiliki goresan yang menyerupai bintil berdekatan dengan anak daun pada pangkal tangkai daun. Setiap ranting memiliki 5 – 9 helai daun. Daun tersusun dalam dua deret dengan 3 – 7 anak daun yang terletak secara bersilangan, mengkilat dan warnanya hijau tua. Unit dan letak daun majemuk bersilangan, berbentuk bulat telur, menjorong atau lonjong berukuran 5 – 22,5 cm × 2,5 – 15 cm, pangkalnya membulat sampai meruncing, dan ujung daun menumpul sampai meruncing. Bunga berupa tandan semu di ketiak daun dengan panjang 6 – 27 cm. Pada setiap buku terdapat sepasang bunga berbau menyengat, berwarna putih hingga merah muda, bagian dalam berwarna ungu dengan sedikit hijau di tengah dan terdapat urat kecoklatan di bagian luarnya. Tangkai bunga berukuran 7 - 15 mm. Mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik dengan panjang 11 – 18 mm. kelopak bunga berbentuk cangkir, panjangnya 4 - 5 mm. Polong berbentuk lonjong menyerong hingga menjorong, tipis berukuran 5 – 8 cm × 2 – 3,5 cm × 1 – 1,5 cm, halus, berkulit tebal hingga agak mengayu, berparuh, bertangkai pendek, berisi 1-3 biji, mesokarpium berserabut, biji bulat telur gepeng berukuran 1,5 – 2,5 cm × 1,2 – 2 cm × 0,8 cm (Heyne, 1987).

Beberapa nama daerah untuk tanaman Malapari antara lain Malapari (Simeuleu), Mabai (Bangka), Ki pahang Laut (Jawa Barat), Bangkongan, Kepik (Jawa), Kranji (Madura), Marauwen (Minahasa), Hate hira (Ternate), Butis, Sikam (Timor) dan Kuanji (Bali). Nama internasional tanaman ini adalah Pongam, Karanj, Karanja, Honge, Indian beech (Soerawidjaja, 2005).

Nama ilmiah Pongamia pinnata (L.) Pierre sinonim dengan beberapa nama, yaitu Millettia pinnata (L.) Panigrahi, Millettia novo-guineensis Kane & Hat,


(16)

Pongamia pinnata Merr, Deris indica (Lam) Bennett. Klasifikasi Malapari menurut (Kesari and Rangan, 2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Pongamia

Spesies : Pongamia pinnata (L.) Pierre)

2.2 Penyebaran Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)

Malapari adalah tanaman asli India dan Asia Tenggara dan telah berhasil disebarkan ke daerah – daerah tropis pada beberapa belahan dunia seperti Australia, Amerika, New Zeland dan Cina (Scott et al., 2008). Peta penyebaran Malapari di dunia dapat dilihat pada gambar 1.


(17)

Di Indonesia tanaman ini ditemukan tersebar luas dari Pulau Sumatera bagian timur (Taman Nasional Berbak, Teluk Berikat – Pulau Bangka), Pantai di sekitar Tanjung Lesung (Banten), Pantai Batu Karas (Ciamis), Ujung Blambangan (Taman Nasional Alas Purwo), Pantai Lovina (Bali Utara), Pantai Sembelia (Lombok Timur), dan Pantai Barat Pulau Seram (Maluku) (Djam’an, 2009).

Pohon Malapari termasuk cepat tumbuh dalam 4 – 5 tahun. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 25 m dan sudah mulai berbuah pada ketinggian tersebut (Heyne, 1987). Umumnya tumbuh di areal pesisir kawasan tropis karena sifatnya yang tahan terhadap salinitas, penggenangan dan udara yang terbuka. Pada persebaran alaminya tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 – 1.200 mdpl. Cocok tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan curah hujan tahunan antara 500 – 2.500 mm dengan kisaran suhu sedikit dibawah 0oC - 38oC (Sangwan et al., 2010) .

2.3 Analisis Kekerabatan Tanaman

Tanaman yang ada di alam ini sangat beranekaragam sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi. Teknik yang digunakan adalah klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok tanaman dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap tanaman dan menggolongkannya ke dalam kelompok - kelompok tertentu. Kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi tersebut kemudian melahirkan cabang ilmu hayati yang sekarang disebut taksonomi (Tjitrosoepomo, 2002).

Taksonomi tanaman selanjutnya tidak hanya melakukan klasifikasi dan pemberian nama saja, tetapi lebih mengarah pada pengelompokan yang menyatakan hubungan kekerabatan pada dunia tanaman. Hubungan kekerabatan pada tanaman dapat dinyatakan dengan metode fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi, fitokimia), sedangkan metode filogenetik lebih didasarkan pada nilai evolusi dari masing - masing karakter genetik. Kultivar dan lingkungan tumbuh merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dan persamaan sifat. Ekspresi


(18)

genetik suatu kultivar dapat terjadi secara optimal ketika tanaman berada pada lingkungan tumbuh yang sesuai (Nurchayati, 2010).

Sokal dan Sneath (1963) menyatakan bahwa semakin banyak persamaan karakter morfologi yang dimiliki maka semakin besar tingkat kemiripan berarti semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya semakin banyak perbedaan karakter yang dimiliki maka semakin kecil tingkat kemiripannya berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya.

2.4 Manfaat Tanaman Malapari

Malapari bermanfaat sebagai tanaman serbaguna di daerah tropis dan sub tropis. Malapari ditanam untuk pemecah angin pada perkebunan teh dan tanaman penghias jalan. Selain itu juga ditanam di pinggir sungai, kanal dan pantai untuk mencegah erosi (Dwivedi et al., 2011). Sistem perakaran yang dalam dan akar lateral yang menyebar sangat ideal untuk mengontrol erosi (Sangwan et al., 2010). Tanaman Malapari berperan dalam menyediakan dua sumber energi, yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalori bakar kayu sebesar 19,2 MJ/kg dan bijinya mengandung minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27 – 40% dari berat keringnya. Selain itu kayunya sebagai bahan pembuatan lemari, kereta roda, dan pulp kertas. Tanaman ini sudah terkenal di India sebagai sumber kayu bakar dan minyak non-pangan untuk bahan bakar lampu (Soerawidjaja, 2005). Malapari di india banyak digunakan sebagai obat - obatan tradisional oleh masyarakat khususnya para praktisi Ayur Weda. Seluruh bagian tanaman memiliki khasiat obat, misalnya daun digunakan untuk obat rematik, batuk, diare, gonorrhea dan dyspepsia. Bunganya berguna untuk mengobati penyakit diabetes. Akarnya digunakan untuk membersihkan gigi, gusi dan obat sariawan. Kulit batangnya digunakan untuk mengobati penyakit beri - beri, sakit mata, penyakit kulit seperti gatal – gatal dan luka. Buah dan bijinya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit wasir dan cacingan. Minyaknya dipakai sebagai obat gosok untuk mengobati rematik dan antiseptik. Kandungan fitokimia Malapari menunjukan beberapa aktivitas farmakologi, misalnya anti inflamasi, anti


(19)

diare, anti bisul, anti oksidan, anti hiperglikemia dan anti lipid peroksidatif (Chopade et al., 2009).

Bungkil yang dihasilkan setelah ekstraksi minyak dari biji berguna untuk pakan ternak dan pupuk. Apabila digunakan sebagai campuran pakan ternak, bungkil perlu di detoksifikasi terlebih dahulu untuk menghilangkan unsur – unsur anti nutrisi (Soren and Satry, 2009). Bungkil juga bisa diolah menjadi kompos setelah residu minyak dibersihkan. Pemberian kompos yang mengandung bungkil Malapari pada tanaman tomat meningkatkan hasil panen secara signifikan (Chaturvedi et al., 2009). Hal ini karena bungkil mengandung beberapa unsur penting untuk pertumbuhan tanaman seperti protein, kalsium, fospor dan bahan organik lainnya (Chandrasekaran et al., 1989).

2.5 Karakteristik minyak Malapari

Minyak Malapari mengandung asam amino kompleks yaitu glabrin, 4 furanoflavon karanjin, pongapin, kanjon, dan pongaglabron serta diketon pongamol. Senyawa - senyawa ini dapat diambil dari biji dan minyak via ekstraksi dengan alkohol. Minyak yang baru diekstraksi berwarna kekuning - kuningan hingga kecoklatan dan akan segera berwarna gelap setelah disimpan. Minyak ini biasanya berbau tidak sedap dan berasa pahit (Meher et al., 2004).

Menurut penelitian Arpiwi et al. (2013a) yang telah dilakukan di Australia komposisi utama asam lemak minyak Malapari terdiri dari asam oleat (51%), linoleat (19%), palmitat (11%) dan stearate (6%). Minyak nabati dengan kandungan asam oleat yang tinggi seperti pada minyak Malapari sangat ideal digunakan sebagai bahan baku biodiesel karena minyak tidak akan membeku pada suhu dingin serta tahan terhadap oksidasi (Pinzi et al., 2009).


(1)

Morfologi tanaman merupakan salah satu dasar pendekatan dalam identifikasi (Kurniawan, 2004). Identifikasi tanaman secara konvensional dilakukan berdasarkan morfologi tanaman yang secara kasat mata dapat terlihat dan dapat pula menggunakan bantuan alat optik (misalnya mikroskop) dan dapat dilakukan pembedaan antara satu populasi dengan populasi lainnya. Pendekatan ini digunakan untuk identifikasi maupun karakterisasi beberapa tanaman antara lain: Anggrek subtribe sarcanthinae (Kartaningrum et al, 2003), Durian (Durio zibethinus) (Sriyono, 2006), Padi (Oryza sativa) (Widiyanti, 2007) dan Kamboja Jepang (Adenium obesum) (Hastuti, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiamana karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi?

2. Bagaiamana hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) pada dua aksesi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) berdasarkan morfologi dan kandungan minyak di dua aksesi.

2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) pada dua aksesi tersebut.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi tentang karakteristik morfologi dan kandungan minyak serta hubungan kekerabatan Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre) di sepanjang Pantai Bali Utara dan Jawa Timur. Aksesi – aksesi yang telah terkarakterisasi nantinya sangat berguna dalam pemuliaan spesies tersebut misalnya sebagai sumber materi genetik untuk perbanyakan secara vegetatif. Seleksi akan lebih efektif dengan tersedianya data hubungan kekerabatan intraspesifik.


(2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)

Tanaman Malapari berupa pohon yang menggugurkan daunnya dengan percabangan tersebar. Tinggi pohon ini berkisar antara 15 – 25 m dengan diameter batang mencapai 80 cm. Batang berwarna abu-abu, tegak lurus samar-samar, cabang pada umumnya tidak memiliki rambut atau urat, dan memiliki goresan yang menyerupai bintil berdekatan dengan anak daun pada pangkal tangkai daun. Setiap ranting memiliki 5 – 9 helai daun. Daun tersusun dalam dua deret dengan 3 – 7 anak daun yang terletak secara bersilangan, mengkilat dan warnanya hijau tua. Unit dan letak daun majemuk bersilangan, berbentuk bulat telur, menjorong atau lonjong berukuran 5 – 22,5 cm × 2,5 – 15 cm, pangkalnya membulat sampai meruncing, dan ujung daun menumpul sampai meruncing. Bunga berupa tandan semu di ketiak daun dengan panjang 6 – 27 cm. Pada setiap buku terdapat sepasang bunga berbau menyengat, berwarna putih hingga merah muda, bagian dalam berwarna ungu dengan sedikit hijau di tengah dan terdapat urat kecoklatan di bagian luarnya. Tangkai bunga berukuran 7 - 15 mm. Mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik dengan panjang 11 – 18 mm. kelopak bunga berbentuk cangkir, panjangnya 4 - 5 mm. Polong berbentuk lonjong menyerong hingga menjorong, tipis berukuran 5 – 8 cm × 2 – 3,5 cm × 1 – 1,5 cm, halus, berkulit tebal hingga agak mengayu, berparuh, bertangkai pendek, berisi 1-3 biji, mesokarpium berserabut, biji bulat telur gepeng berukuran 1,5 – 2,5 cm × 1,2 – 2 cm × 0,8 cm (Heyne, 1987).

Beberapa nama daerah untuk tanaman Malapari antara lain Malapari (Simeuleu), Mabai (Bangka), Ki pahang Laut (Jawa Barat), Bangkongan, Kepik (Jawa), Kranji (Madura), Marauwen (Minahasa), Hate hira (Ternate), Butis, Sikam (Timor) dan Kuanji (Bali). Nama internasional tanaman ini adalah Pongam, Karanj, Karanja, Honge, Indian beech (Soerawidjaja, 2005).

Nama ilmiah Pongamia pinnata (L.) Pierre sinonim dengan beberapa nama, yaitu Millettia pinnata (L.) Panigrahi, Millettia novo-guineensis Kane & Hat,


(3)

Pongamia pinnata Merr, Deris indica (Lam) Bennett. Klasifikasi Malapari menurut (Kesari and Rangan, 2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Pongamia

Spesies : Pongamia pinnata (L.) Pierre)

2.2 Penyebaran Tanaman Malapari (Pongamia pinnata (L.) Pierre)

Malapari adalah tanaman asli India dan Asia Tenggara dan telah berhasil disebarkan ke daerah – daerah tropis pada beberapa belahan dunia seperti Australia, Amerika, New Zeland dan Cina (Scott et al., 2008). Peta penyebaran Malapari di dunia dapat dilihat pada gambar 1.


(4)

Di Indonesia tanaman ini ditemukan tersebar luas dari Pulau Sumatera bagian timur (Taman Nasional Berbak, Teluk Berikat – Pulau Bangka), Pantai di sekitar Tanjung Lesung (Banten), Pantai Batu Karas (Ciamis), Ujung Blambangan (Taman Nasional Alas Purwo), Pantai Lovina (Bali Utara), Pantai Sembelia (Lombok Timur), dan Pantai Barat Pulau Seram (Maluku) (Djam’an, 2009).

Pohon Malapari termasuk cepat tumbuh dalam 4 – 5 tahun. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 25 m dan sudah mulai berbuah pada ketinggian tersebut (Heyne, 1987). Umumnya tumbuh di areal pesisir kawasan tropis karena sifatnya yang tahan terhadap salinitas, penggenangan dan udara yang terbuka. Pada persebaran alaminya tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 – 1.200 mdpl. Cocok tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan curah hujan tahunan antara 500 – 2.500 mm dengan kisaran suhu sedikit dibawah 0oC - 38oC (Sangwan et al., 2010) .

2.3 Analisis Kekerabatan Tanaman

Tanaman yang ada di alam ini sangat beranekaragam sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi. Teknik yang digunakan adalah klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok tanaman dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap tanaman dan menggolongkannya ke dalam kelompok - kelompok tertentu. Kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi tersebut kemudian melahirkan cabang ilmu hayati yang sekarang disebut taksonomi (Tjitrosoepomo, 2002).

Taksonomi tanaman selanjutnya tidak hanya melakukan klasifikasi dan pemberian nama saja, tetapi lebih mengarah pada pengelompokan yang menyatakan hubungan kekerabatan pada dunia tanaman. Hubungan kekerabatan pada tanaman dapat dinyatakan dengan metode fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi, fitokimia), sedangkan metode filogenetik lebih didasarkan pada nilai evolusi dari masing - masing karakter genetik. Kultivar dan lingkungan tumbuh merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dan persamaan sifat. Ekspresi


(5)

genetik suatu kultivar dapat terjadi secara optimal ketika tanaman berada pada lingkungan tumbuh yang sesuai (Nurchayati, 2010).

Sokal dan Sneath (1963) menyatakan bahwa semakin banyak persamaan karakter morfologi yang dimiliki maka semakin besar tingkat kemiripan berarti semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya semakin banyak perbedaan karakter yang dimiliki maka semakin kecil tingkat kemiripannya berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya.

2.4 Manfaat Tanaman Malapari

Malapari bermanfaat sebagai tanaman serbaguna di daerah tropis dan sub tropis. Malapari ditanam untuk pemecah angin pada perkebunan teh dan tanaman penghias jalan. Selain itu juga ditanam di pinggir sungai, kanal dan pantai untuk mencegah erosi (Dwivedi et al., 2011). Sistem perakaran yang dalam dan akar lateral yang menyebar sangat ideal untuk mengontrol erosi (Sangwan et al., 2010). Tanaman Malapari berperan dalam menyediakan dua sumber energi, yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalori bakar kayu sebesar 19,2 MJ/kg dan bijinya mengandung minyak nabati dengan kandungan minyak sebesar 27 – 40% dari berat keringnya. Selain itu kayunya sebagai bahan pembuatan lemari, kereta roda, dan pulp kertas. Tanaman ini sudah terkenal di India sebagai sumber kayu bakar dan minyak non-pangan untuk bahan bakar lampu (Soerawidjaja, 2005). Malapari di india banyak digunakan sebagai obat - obatan tradisional oleh masyarakat khususnya para praktisi Ayur Weda. Seluruh bagian tanaman memiliki khasiat obat, misalnya daun digunakan untuk obat rematik, batuk, diare, gonorrhea dan dyspepsia. Bunganya berguna untuk mengobati penyakit diabetes. Akarnya digunakan untuk membersihkan gigi, gusi dan obat sariawan. Kulit batangnya digunakan untuk mengobati penyakit beri - beri, sakit mata, penyakit kulit seperti gatal – gatal dan luka. Buah dan bijinya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit wasir dan cacingan. Minyaknya dipakai sebagai obat gosok untuk mengobati rematik dan antiseptik. Kandungan fitokimia Malapari menunjukan beberapa aktivitas farmakologi, misalnya anti inflamasi, anti


(6)

diare, anti bisul, anti oksidan, anti hiperglikemia dan anti lipid peroksidatif (Chopade et al., 2009).

Bungkil yang dihasilkan setelah ekstraksi minyak dari biji berguna untuk pakan ternak dan pupuk. Apabila digunakan sebagai campuran pakan ternak, bungkil perlu di detoksifikasi terlebih dahulu untuk menghilangkan unsur – unsur anti nutrisi (Soren and Satry, 2009). Bungkil juga bisa diolah menjadi kompos setelah residu minyak dibersihkan. Pemberian kompos yang mengandung bungkil Malapari pada tanaman tomat meningkatkan hasil panen secara signifikan (Chaturvedi et al., 2009). Hal ini karena bungkil mengandung beberapa unsur penting untuk pertumbuhan tanaman seperti protein, kalsium, fospor dan bahan organik lainnya (Chandrasekaran et al., 1989).

2.5 Karakteristik minyak Malapari

Minyak Malapari mengandung asam amino kompleks yaitu glabrin, 4 furanoflavon karanjin, pongapin, kanjon, dan pongaglabron serta diketon pongamol. Senyawa - senyawa ini dapat diambil dari biji dan minyak via ekstraksi dengan alkohol. Minyak yang baru diekstraksi berwarna kekuning - kuningan hingga kecoklatan dan akan segera berwarna gelap setelah disimpan. Minyak ini biasanya berbau tidak sedap dan berasa pahit (Meher et al., 2004).

Menurut penelitian Arpiwi et al. (2013a) yang telah dilakukan di Australia komposisi utama asam lemak minyak Malapari terdiri dari asam oleat (51%), linoleat (19%), palmitat (11%) dan stearate (6%). Minyak nabati dengan kandungan asam oleat yang tinggi seperti pada minyak Malapari sangat ideal digunakan sebagai bahan baku biodiesel karena minyak tidak akan membeku pada suhu dingin serta tahan terhadap oksidasi (Pinzi et al., 2009).