HAPPY PRIMARIASARI R1111016

(1)

commit to user

HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN

PANULARAN LAWEYAN SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HAPPY PRIMARIASARI NIM. R1111016

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

commit to user

v MOTTO

Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dirugikan.

(Q.S. Al. Anfaal: 8:60)

A women wants to be loved with no condition; not because she is pretty, or kind, or elegant, or smart; but, she wants to be loved just the way she is.

(Henri Frederic Amiel)

Pemimpin yang terlahirkan hanyalah mitos, sebab kepemimpinan bagi pemimpin sejati bisa diajarkan dan dibentuk.

(Ir. Joko Widodo)

Apapun yang terjadi, terimalah sebagai bagian dari kenikmatan Allah yang telah diamanahkan kepada diri kita.

(Muksin Heriyanto, S.Ag., M.Ag)

Menjadi diri sendiri adalah jauh lebih baik, daripada baik karena menjadi orang lain.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

1. Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Almamater yang telah

mendewasakan saya.

2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor UNS yang telah menjadi teladan bagi saya selama menempuh pendidikan ini.

3. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.P.D.-K.R.-Finasim., selaku Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNS yang telah menjadi teladan bagi saya selama menempuh pendidikan ini.

4. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.O.G.(K)., selaku Ketua Program Studi Diploma IV (Prodi DIV) Bidan Pendidik FK UNS yang telah memberikan bimbingan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.

5. Erindra Budi C., S.Kep.Ns., M.Kes., selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah (KTI) Prodi DIV Bidan Pendidik FK UNS yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan KTI ini.

6. S. Bambang Widjokongko, dr., P.H.K., M.Pd.Ked. dan Ika Sumiyarsi, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing dalam penulisan KTI yang telah membantu dan membimbing penulisan KTI ini dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

7. Putu Suriyasa, dr., M.S., Sp.O.K. dan Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Penguji KTI yang telah menguji dan memberikan bimbingan dengan baik.

8. Slamet Widodo, S.Pd., M.Pd. dan Sri Diyati, S.Pd., Ayahhanda dan Ibunda tercinta yang telah memotivasi saya untuk terus belajar dan berusaha mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan saya.

9. Ratih Sulistyo Maherawati, S.S.T., Kakak tersayang yang telah banyak berbagi pengetahuan dalam penulisan KTI ini.

10.Ardy Yudhanto, S.E., Sahabat terkasih yang telah memberikan

kesempatan dan membantu saya untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari diri saya yang sebelumnya selama menempuh pendidikan ini. 11.Dwi Erni Ratnasari, Teman tercantik, terpandai, dan terbijaksana yang

sedang menempuh pendidikan dokter, terimakasih atas penghargaan teristimewa yang diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga Penulis mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta” pada waktunya.

Penulis memahami bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini, Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.P.D.-K.R.-Finasim., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.O.G.(K)., selaku Ketua Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4. Erindra Budi C., S.Kep.Ns., M.Kes., selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,

5. S. Bambang Widjokongko, dr., P.H.K., M.Pd.Ked., selaku Pembimbing I

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah,

6. Ika Sumiyarsi, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah,

7. Putu Suriyasa, dr., M.S., Sp.O.K, selaku Penguji I dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah,

8. Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Penguji II dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah,

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai sarana penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, dan membangun wawasan Penulis sehingga dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum wr. wb.,

Surakarta, Juli 2012


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 7

B. Kerangka Teori ... 25

C. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Definisi Operasional Variabel ... 30

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 31

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Panularan ... 38

B. Karakteristik Responden ... 40

C. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan ... 43

D. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan ... 45

E. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia ... 46

BAB V PEMBAHASAN A. Lingkungan rumah di Kelurahan Panularan ... 48

B. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan ... 52

C. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia ... 54

D. Keterbatasan Penelitian ... 55

BABA VI SIMPULAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Formulir Penilaian Lingkungan Rumah ... 31 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ... 40 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ... 41 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta ... 41 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Penghasilan Keluarga di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta . 42 Tabel 6 Hasil Penilaian Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian ... 25 Gambar 2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan

Laweyan Surakarta ... 44 Gambar 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Pneumonia di Kelurahan

Panularan Laweyan Surakarta ... 45 Gambar 4 Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia di


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Time Schedule Penelitian

Lampiran II Surat Permohonan Izin Penelitian ke Kementerian Kesehatan

Kota Surakarta

Lampiran III Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kementerian Kesehatan Kota Surakarta

Lampiran IV Surat Permohonan Izin Penelitian ke Kelurahan Panularan

Laweyan Surakarta

Lampiran V Lambar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I

Lampiran VI Lambar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II

Lampiran VII Pengantar Penelitian

Lampiran VIII Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran IX Lembar Karakteristik Responden

Lampiran X Lembar Observasi atau Wawancara Penilaian Lingkungan

Rumah

Lampiran XI Tabulasi Hasil Penilaian Lingkungan Rumah

Lampiran XII Tabulasi Data Hasil Penelitian

Lampiran XIII Uji Statistik Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Laweyan Surakarta Lampiran XIV Peta Wilayah Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Lampiran XV Dokumentasi Kegiatan Penelitian Lingkungan Rumah dengan

Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Panularan Surakarta


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN

PANULARAN LAWEYAN SURAKARTA1

Happy Primariasari2, S. Bambang Widjokongko dan Ika Sumiyarsi3 ABSTRAK

Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Kota Surakarta terdapat 86 persen dari total 56 Kejadian Pneumonia di Puskesmas Penumping tahun 2011 dan studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 menunjukkan 53,6 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita berasal dari Kelurahan Panularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.

Penelitian ini menggunakan desain suvei analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta. Teknik pengambilan sampel dengan cara Quota Sampling nonproporsional dengan sampel sebanyak tiga puluh responden. Pengujian data secara komputer menggunakan uji statistik Chi Square kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan gambar.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat belas rumah tidak sehat dengan 80,0 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta. Hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung sebesar 13,393 dan nilai probablilitas (p) sebesar 0,000 dan dengan df=2 dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991. Dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan rumah dan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.

Saran bagi warga Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta adalah memahami syarat-syarat terwujudnya rumah yang sehat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : Lingkungan rumah dan Pneumonia.

Kepustakaan : 24 buku (2002-2012), 10 internet (2006-2009), 3 jurnal

(2009-2010), dan 2 Laporan tidak dipublikasikan(2012).

Jumlah halaman : xiii, 61 halaman, tabel 6 buah, gambar 5 buah, dan lampiran 13 buah.

1Judul Karya Tulis Ilmiah

2 Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta


(13)

commit to user

xiii

THE CORRELATION OF HOME ENVIRONMENT WITH PNEUMONIA INCIDENCE AMONG CHILDREN TODDLERS IN PANULARAN

SUB-DISTRICT LAWEYAN SURAKARTA4

Happy Primariasari5, S. Bambang Widjokongko and Ika Sumiyarsi6

ABSTRACT

Based on the result from Surakarta Ministry of Public Health there are eighty six percent from total fifty six of Pneumonia Incidence in Penumping Community Health Center in year 2011 and Based on the preliminary study conducted on 15th May 2012, it is shown that there are 53,6 percent Pneumonia Incidence among children toddlers come from Panularan sub-district. This study aims at determining the correlation of home environment with Pneumonia Incident among children toddlers in Panularan Sub-district, Laweyan Surakarta.

This study uses an analytical survey method with Cross Sectional time approach. The population in this study is all children toddlers in Panularan sub-district, Laweyan Surakarta. The sampling technique used is Quota Sampling Nonproportional and with thirty respondents. Computerized data processing Computer is done using Chi Square statistical test, which the results, then, are presented in distribution tables and figures.

The result of the study shows there fourteen unhealthy houses with 80,0 percent Pneumonia incidence among children toddlers in Panularan Sub-district, Laweyan, Surakarta. The result of Chi Square statistical test shows that the X2 values obtained is 13,393, the probability value (p) is 0,000, df = 2, and with the significance level of 5% the X2tables is 5,991. Therefore, it can be concluded that there is a significant correlation between the home environment and Pneumonia Incident among children toddlers in Panularan Sub-district, Laweyan Surakarta.

The researcher’s suggestion for community of Panularan Sub-district,

Laweyan Surakarta to understand condition of healthy houses and applied in their life.

Key words : The home environment and Pneumonia.

References : 24 books (2002-2012), 10 web pages (2006-2009),

3 journals (2009-2010) and 2 report not publication (2012). Number of pages : xiii, 61 pages, 6 tables, 5 figures, 13 appendices.

4 The title of the research

5 A student of DIV Teach Midwife Program Medical Faculty of Sebelas Maret University 6 A lecturer of Medical Faculty of Sebelas Maret University


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun Kejadian Pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah lima tahun (balita), atau sekitar dua puluh persen dari seluruh kematian anak balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), malaria dan campak. Terdapat sekitar 155 juta Kejadian Pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya (metro tv news. November 2010). Sehingga, Kejadian Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Angka Kejadian Pneumonia di negara berkembang setiap tahun adalah sepuluh sampai dua puluh kejadian perseratus anak balita, sedangkan dilaporkan di negara maju seperti Amerika Serikat terdapat dua juta sampai tiga juta Kejadian Pneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata-rata sebanyak 45 ribu orang (Misnadiarly, 2008: 11).

Setiap menit terdapat satu anak balita yang meninggal akibat Kejadian Pneumonia di Asia Tenggara (metro tv news. November 2010). Kejadian Pneumonia dari tahun ke tahun selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian anak balita di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Kejadian Pneumonia merupakan penyebab kematian anak balita utama sejumlah 15,5 persen dari seluruh anak balita dan setiap tahun


(15)

commit to user

selalu ada pada daftar sepuluh penyakit terbesar di fasilitas kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010: Volume 3).

Gangguan yang mungkin terjadi apabila anak balita mengalami Kejadian Pneumonia bakteri berulang adalah kecacatan berupa kelainan produksi antibodi, kristik fibrosis, palatoskisis, bronkiektasi kongenital, diskinesia siliare, fistula trakeoesofagus, kelainan leukosit polimorfonuklear, neutropenia, bertambahnya aliran darah pulmonal, atau reflek mutah kurang (Behrman, 2000: 885).

Kejadian Pneumonia pada anak balita memiliki hubungan erat dengan Lingkungan Rumah, hal tersebut dikarenakan perumahan berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana sesuai standar rumah sehat (Mukono, 2000: 155). Salah satu fungsi pokok pembangunan rumah adalah perlindungan terhadap penularan penyakit (Machfoedz, 2004: 79). Keadaan rumah yang tidak sehat menyebabkan Pneumonia dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Chandra, 2006: 165).

Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat Kejadian Pneumonia antara lain melalui penemuan Kejadian Pneumonia anak balita sedini mungkin, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Hal ini terwujud dengan adanya keterpaduan lintas program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang didelegasikan di pelayanan kesehatan dasar melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), penyediaan peralatan dan obat-obatan di Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) {Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pati, November 2009}.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Fungsi bidan dalam mendukung upaya pemerintah yaitu dengan melakukan penilaian dan klasifikasi awal anak balita sakit melalui cara penilaian tanda bahaya umum sehingga dapat diklasifikasikan Pneumonia atau Bukan Pneumonia (Kementerian Kesehatan RI, 2008: 1). Dr. Darmawan B.S.,Sp.A(K), Ketua Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengemukakan bahwa salah satu srategi kunci dalam mengendalikan Kejadian Pneumonia adalah menciptakan lingkungan perumahan yang sehat (IDAI. November 2010).

Kejadian Pneumonia pada anak balita kini menjadi masalah yang serius di dunia. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi lebih dari dua juta kematian anak balita akibat Kejadian Pneumonia (Misnadiarly, 2008: 27). China dan India merupakan negara terbanyak yang terdapat Kejadian Pneumonia pada anak balita. Tahun 2009, terdapat Kejadian Pneumonia sebanyak 44 juta di India dan delapan belas juta di China. Dilaporkankan juga sekitar 433 juta anak-anak di Asia Tenggara, Asia Timur, negara-negara Pasifik, dan Afrika terpapar penyakit ini setiap tahun (Kementerian Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Maret 2009).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, di Indonesia angka kesakitan karena Kejadian Pneumonia pada bayi dan anak balita adalah 5,2 persen, sedangkan angka kematian pada bayi dan anak balita akibat Kejadian Pneumonia tersebut sejumlah 49,3 persen (RSUD Kabupaten Pati, November 2009), maka setiap tahun ada lima perseribu Kejadian Pneumonia pada anak balita. Artinya, Kejadian Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari seratus


(17)

commit to user

ribu anak balita setiap tahun, atau hampir tiga ratus anak balita setiap hari, atau satu anak balita setiap lima menit (Misnadiarly, 2008: 27). Cakupan penemuan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sejumlah 21,61 persen. Angka tersebut masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan target yang diinginkan yaitu sejumlah 86 persen (Kementerian Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Januari 2006). Jumlah Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kota Surakarta pada tahun 2010 sebanyak 131 kejadian dan tujuh puluh persen berasal dari Puskesmas Penumping. Tahun 2011 Puskesmas Penumping masih menjadi urutan pertama Kejadian Pneumonia yaitu sejumlah 86 persen dari 56 Kejadian Pneumonia pada anak balita yang terjadi di Kota Surakarta (Kementerian Kesehatan Kota Surakarta, Maret 2012).

Puskesmas Penumping memiliki empat wilayah kerja yaitu Kelurahan Bumi, Panularan, Penumping, dan Sri Wedari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 dengan cara melihat dokumen status medis, didapatkan Kejadian Pneumonia pada anak balita pada Bulan Januari 2011 sampai April 2012 sebanyak 57 Kajadian Pneumonia anak balita. Diketahui sejumlah 57 persen Kejadian Pneumonia pada anak balita berasal dari Kelurahan Panularan.

Berlandaskan data di atas, maka Penulis melakukan penelitian tentang hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yang merupakan wilayah kerja Puskesemas Penumping Surakarta.


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang

diteliti dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan Lingkungan Rumah

dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan

Laweyan Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan

Surakarta.

b. Mengetahui Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan

Panularan Laweyan Surakarta. D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan berupa pembuktian teori di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Ilmu Kesehatan Anak yaitu tentang pengaruh Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Pneumonia pada anak balita. Sehingga, diharapkan adanya suatu perubahan perilaku pediatri sosial melalui tindakan promosi (promotif) dan pencegahan (preventif) tanpa mengabaikan tindakan pengobatan (kuratif) dan perbaikan (rehabilitatif) dalam suatu upaya kesehatan.


(19)

commit to user 2. Secara Aplikatif

Secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberap pihak yang terkait yaitu sebagai berikut.

a. Orang tua

Dijadikan sebagai wawasan tentang Lingkungan Rumah sebagai salah satu faktor penting penyebab Kejadian Pneumonia pada anak balita, sehingga dapat memberikan kontribusi guna mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan memperhatikan Lingkungan Rumah tempat tinggalnya.

b. Kepala Puskesmas

Dijadikan sebagai sumber informasi tentang hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita, sehingga dapat meningkatkan upaya promotif dan preventif Kejadian Pneumonia dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dapat diwujudkan melalui penyuluhan tentang Kejadian Pneumonia dan rumah sehat kepada masyarakat; pemantauan Lingkungan Rumah masyarakat secara berkala; dan penyediaan sarana prasarana penunjang yang memadai di Puskesmas.

c. Bagi Masyarakat

Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat akan lebih mengerti tentang pentingnya menjaga Lingkungan Rumah, sehingga dapat berperan serta aktif dalam mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita sedini mungkin.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kejadian Pneumonia

a. Pengertian Pneumonia

1) Kata Pneumonia berarti infeksi pada paru yang kebanyakan timbul karena adanya infeksi saluran pernafasan bagian bawah akibat virus dan bakteri (Shelov, 2005: 538).

2) Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan bakteri serta sejumlah penyebab noninfeksi lainnya (Behrman, 2000: 883). 3) Ngastiyah (2005: 57) menuliskan Pneumonia ialah suatu radang

paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.

4) Pneumonia merupakan keradangan pada parenkim paru yang

sering terjadi pada bayi dan anak balita sebagai penyakit primer maupun akibat penyakit komplikasi (Hidayat; 2006: 80).

5) Hidayat (2008: 111) dalam tulisannya yang lain menyebutkan bahwa Pneumonia merupakan peradangan pada paremkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang ditandai dengan gejala nafas yang tinggi, gelisah, nafas cepat, muntah, dan batuk kering.


(21)

commit to user

6) Pneumonia adalah keradangan parenkim paru yang menyebabkan asinusnya terisi cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium (Alsagraff, 2009: 122).

b. Penyebab Pneumonia

Agen penyebab umum Pneumonia menurut Haws (2008: 22).

1) Virus (misalnya Herpes, Rubella, Sitomegalovirus, Adenovirus, Influenza, Parainfluenza dan Varicella).

Setengah dari Kejadian Pneumonia diperkirakan

disebabkan oleh virus. Apabila infeksi terjadi bersamaan dengan

virus influenza, gangguan bisa berat hingga menyebabkan

kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walaupun tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.

2) Bakteri (misalnya Streptokokus grup B, Escherichia Coli, Listeria, Mikroplasma Ureaplasma, Chamydia, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobakter, Staphylococcus Aureus, dan Treponema Pallidum).

Bakteri paling umum yang menyebabkan Pneumonia

adalah Streptococcus Pneumonia yang sudah ada di kerongkongan

manusia yang sehat. Ketika pertahanan tubuh menurun bakteri memperbanyak diri dan menyebabkan seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3) Jamur (misalnya Candida).

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur. Penyakit ini bisa menyebabkan gejala berulang setelah beberapa bulan terjadi gejala pertama, tetapi penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah dan menunda kekambuhan.

4) Penyebab lain (misalnya mekonium, cairan amnion, darah, susu formula, dan Sindrom Loeffler).

c. Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan MTBS tahun 2008, Kejadian Pneumonia diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada dengan tujuan membantu para petugas kesehatan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, yaitu:

1) Pneumonia Berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat: a) tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau

menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang, letergis, dan tidak sadar;

b) tarikan dinding dada ke dalam;

c) dan stridor (suara nafas bunyi grok-grok saat inspirasi).

2) Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat sebagai berikut.

a) anak usia kurang dari dua belas bulan apabila frekuensi nafas lima puluh kali permenit atau lebih,


(23)

commit to user

b) dan anak usia dua belas sampai dengan enam puluh bulan apabila frekuensi nafas empat puluh kali permenit atau lebih.

3) Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda Pneumonia

atau penyakit sangat berat.

Dalam pelaporannya diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia (Kementerian Kesehatan Kota Surakarta, 2011).

d. Tindakan penanganan(Kemenenterian Kesehatan RI, 2008: 02)

1) Pneumonia Berat atau sakit sangat berat adalah: a) diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai,

b) dan dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

2) Pneumonia adalah:

a) diberi antibiotik yang sesuai,

b) diberi pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman,

c) jika batuk lebih dari tiga minggu, dirujuk untuk pemeriksaan yang lebih lanjut,

d) dinasihati waktu untuk kembali segera, e) dan kunjungan ulang dua hari.

3) Batuk bukan Pneumonia adalah:

a) diberi pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman,

b) jika batuk lebih dari tiga minggu, dirujuk untuk pemeriksaan yang lebih lanjut,

c) dinasihati waktu kembali segera,


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

e. Faktor-faktor penyebab Kejadian Pneumonia pada anak balita

1) Lingkungan Rumah

Kejadian Pneumonia pada anak balita dapat disebabkan karena tinggal di rumah yang tidak sehat (Misnadiarly, 2008: 45).

Menurut World Health Organization (WHO) faktor penyebab

Kejadian Pneumonia pada anak balita di negara berkembang adalah faktor Lingkungan Rumah seperti komponen rumahnya tidak ada ataupun ada tetapi kotor dan rawan kecelakaan, dindingnya nonpermanen atau semi permanen, lantainya tanah, tidak ada jendela, tidak ada pintu tiap ruangnya, kurang pencahayaan, kurangnya fentilasi; sarana sanitasi kurang dikarenakan tidak ada sarana air bersih, sarana pembuangan air, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), sarana pembuangan sampah; perilaku penghuni yang tidak sehat yaitu tidak membuka jendela ruangan, kebersihan rumah kurang, membuang tinja sembarangan, membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak melakukan Menguras, Menutup, Mengubur (3M); dan tingkat kepadatan hunian, ada serangga pengganggu, terdapat kandang ternak yang jaraknya dekat dengan rumah. (Itiyani, April 2008).

Sinaga (2008: 1) dalam penelitiannya yang dilakukan di wilayah Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan tahun 2008 menyimpulkan bahwa Lingkungan Rumah memiliki hubungan yang signifikan dengan Kejadian Pneumonia. Hasil penelitian lain


(25)

commit to user

menyebutkan bahwa Lingkungan Rumah memiliki pengaruh terhadap Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan besar risiko 5,95 kali dan 7,52 kali lebih besar (Kamagi, Januari 2009).

2) Faktor ibu

Dikarenakan ibu menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan tingkat pendidikannya rendah (Misnadiarly, 2008: 45). Penelitian Misba (2009: 516) bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor risiko terhadap Kejadian Pneumonia pada anak balita. Behrman (2000: 1456) menuliskan mikroplasma merupakan

salah satu penyebab ISPA yang juga dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan bawah, termasuk Pneumonia sehingga ibu yang menderita ISPA menjadi salah satu faktor penyebab Kejadian Pneumonia pada anak balita.

3) Faktor anak balita

Dikarenakan status gizi anak balita rendah, status imunisasi dasar meliputi Basil Calmette Guerin (BCG), Difteria Pertusis Tetanus (DPT) ke-1, DPT ke-2, DPT ke-3, Hepatitis B ke-1, Hepatitis B 2, Hepatitis B 3, Polio 1, Polio 2, Polio ke-3, Polio ke-4, dan campak tidak lengkap, dan riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Misnadiarly, 2008: 46). Salah satu upaya pencegahan Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan memberi makanan bergizi setiap hari, sehingga status gizinya baik (Misnadiarly,2008:49). Menurut penelitian yang dilakukan Gozali


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(November 2010) menunjukkan bahwa Kejadian Pneumonia lebih banyak terjadi pada anak balita dengan status gizi buruk yaitu sejumlah 63, 67 persen.

Pencegahan Kejadian Pneumonia pada anak balita diperlukan perhatian lebih terhadap pemberian imunisasi dasar secara lengkap (Misnadiarly, 2008: 49). Harisa (2007) dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar sejumlah tujuh persen dan riwayat BBLR sejumlah tiga persen dengan Kejadian Pneumonia. Hasil penelitian lain menyimpulkan bahwa ada hubungan kelengkapan imunisasi dasar dan riwayat BBLR dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita (Rahmin, Januari 2012).

f. Bahaya yang terjadi akibat Kejadian Pneumonia

Infeksi paru-paru bisa terjadi jika satu atau lebih dari meknisme pertahanan tubuh terganggu oleh organisme. Pneumonia karena virus

dapat merusak bronkus sehingga merusak clearance mukosilia.

Apabila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema masuk kedalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan bronchial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro vicelaris (Nursalam, 2005: 114).


(27)

commit to user

Akibat lain kejadian pneumonia adalah kecacatan yang berupa kelainan produksi antibodi, kristik fibrosis, palatoskisis, bronkiektasi kongenital, diskinesia siliare, fistula trakeoesofagus, kelainan leukosit polimorfonuklear, neutropenia, bertambahnya aliran darah pulmonal, atau reflek muntah kurang (Behrman, 2000: 885).

2. Lingkungan Rumah

Mukono (2000: 155) rumah atau perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang menunjang, sehingga untuk menciptakan Lingkungan Rumah atau perumahan yang sehat diperlukan suatu penataan tanah, ruang, prasarana dan sarana yang memenuhi kesehatan.

Lingkungan Rumah adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan kebersihan (hygiene) dan sanitasi lingkungan. Lingkungan Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai macam penyakit. Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit saluran pernafasan diantaranya ISPA, tuberkulosis, dan Pneumonia (Entjang dalam Ernawati: 2006: 20).

a. Pengertian Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Zaman purba manusia bertempat tinggal di


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

goa-goa, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah sebagai tempat tinggalnya secara bertingkat dan diperlengakapi dengan peralatan yang serba modern (Notoatmodjo, 2003: 146).

Sejak zaman dahulu, manusia sudah mencoba mendesain rumahnya dengan ide mereka masing-masing, berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah dengan bahan yang berasal dari daerah setempat (local material) juga. Setelah manusia memasuki abad modern, meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan local material , tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan setempat (Notoatmodjo, 2003: 147).

Menurut Chandra (2006: 162) rumah yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, pusat kesehatan masyarakat, dan harus bebas banjir. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum (pabrik housing) pada dasarnya ditunjukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak, luas ruangan, dan fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (comfortable).


(29)

commit to user

b. Aspek kesehatan dari Lingkungan Rumah (Mukono, 2000: 156).

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis,

Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu dalam rumah yang optimal, pencahayaan yang optimal, ventilasi yang memenuhi persyaratan, dan tersedianya ruangan yang optimal untuk beraktivitas seluruh anggota keluarga.

Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah delapan belas sampai dua puluh derajat celcius. Suhu ruangan tersebut dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara, dan kelembaban udara ruangan. Pencahayaan harus cukup baik waktu pagi, siang ataupun malam hari. Pagi dan siang hari pencahayaan dari sinar matahari yang cukup ke seluruh ruangan, sedangkan pada malam hari pencahayaan ideal berasal dari penerangan listrik. Minimal pencahayaan untuk intensitas cahaya pada suatu ruangan pada jarak 85 sentimeter di atas lantai adalah lima foot-candle.

Ventilasi udara harus memenuhi peraturan bangunan nasional yaitu minimal seluas sepuluh persen dari luas lantai. Akibat dari kurangnya ventilasi udara adalah akan menyebabkan penularan penyakit seperti saluran pernafasan. Perlu diperhatikan juga kepadatan penghuni yaitu tidak kurang dari delapan meter persegi setiap orang.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) Memenuhi kebutuhan psikologis,

Kebutuhan psikologis berfungsi sebagai penjamin keleluasaan pribadi (privacy) bagi penghuni rumah. Lingkungan Rumah diatur agar memenuhi kesehatan dan keindahan sehingga penghuninya merasa nyaman tinggal di rumah.

3) Perlindungan terhadap penularan penyakit,

Upaya pencegahan penularan penyakit diperlukan saran dan prasarana penunjang di rumah seperti sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, menghindari adanya campur tangan (intervensi) dari serangga, hama, dan hewan termasuk ternak yang dapat menularkan penyakit.

4) Perlindungan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah.

Agar terhindar dari bahaya kecelakaan maka konstruksi rumah harus kuat dan memenuhi syarat rumah sehat.

c. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap Lingkungan Rumah (Notoatmodjo, 2003: 148).

1) Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial

Maksudnya adalah apabila membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan.


(31)

commit to user

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu dipertimbangkan.

3) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat

Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan modern. Perwujudan penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang dipergunakan disesuaikan dengan pemakainya.

Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi dan

mempertahankan segi-segi yang positif.

4) Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut

tata guna tanah

Kebijakan pemerintah diperlukan untuk mengatur, menata dan mengatasi masalah tentang tata guna tanah yang di daerah perkotaan sudah menjadi masalah yang besar. Sehinga, terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan misalnya kejadian sengketa tanah.

d. Faktor Lingkungan Rumah yang berpengaruh terhadap kesehatan

manusia (Mukono, 2000: 157).

1) Kualitas bangunan rumah meliputi kualitas bahan dan kontruksi bangunan rumah.

2) Pemanfaatan bangunan rumah yang secara teknis memenuhi syarat

kesehatan.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Kualitas komponen bangunan rumah seperti atap, dinding, jendela, pintu, lantai, dan pondasi.

5) Fasilitas kelengkapan bangunan rumah seperti sarana air bersih, sarana penbuangan air limbah, jamban, sarana pembuangan sampah, dan pencahayaan rumah.

6) Aturan membangun dan perawatan rumah harus memenuhi syarat rumah sehat sehingga menjamin kesehatan penghuninya.

e. Efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan (Mukono, 2000). Secara umum akibat pencemaran udara terhadap saluran pernafasan adalah sebagai berikut.

1) Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan

pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.

2) Peningkatan produktif lender akibat iritasi oleh bahan pencemar.

3) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran

pernafasan.

4) Kerusakan sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.

5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit.

6) Pelepasan silia dan lapisan sel selaput lendir.

7) Akibat dari semua hal tersebut di atas akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari


(33)

commit to user

saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya Pneumonia.

f. Hubungan Lingkungan Rumah tidak sehat dengan Kejadian

Pneumonia (Entjang dalam Ernawati, 2006: 30).

1) Kebersihan udara

Karena terlalu banyak penghuninya maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen, sehingga menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan menyebabkan terjadinya penyakit pernafasan seperti ISPA, tuberculosis, dan Pneumonia.

2) Memudahkan terjadinya penularan penyakit

Lingkungan Rumah tidak sehat penularan bibit penyakit seperti ISPA, tuberculosis, dan Pneumonia dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi.

3) Fasilitas dalam rumah untuk setiap orang akan berkurang

Apabila rumah terlalu sempit maka penggunaan fasilitas dalam rumah tidak maksimal. Misalnya, walaupun kualitas dalam rumah baik, tetapi karena jumlah pemakain banyak maka kualitasnya menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan terjadinya penularan penyakit pernafasan bahkan kulit.

4) Privacy dari setiap anggota keluarga akan terganggu

Lingkungan Rumah yang tidak sehat menyebabkan setiap anggota keluarga tidak merasa nyaman tinggal di rumah, terutama apabila terdapat anak muda sehingga dapat meningkatkan kenakalan


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

remaja bahkan menyebabkan kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Di samping itu, dapat menyebabkan perkembangan jiwa anak-anak tidak baik dan menimbulkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

g. Kriteria rumah sehat menurut Machfoedz (2004: 81).

Kriteria minimal rumah yang sehat adalah sebagai berikut. 1) Ventilasi yang cukup sehingga aliran udara yang segar terus

berlangsung.

Udara kotor dari dalam rumah banyak mengandung gas korbondioksida dan debu kotor, sehingga, udara di dalam rumah tidak boleh terlalu keras dan gerak udara (cross ventilation) selalu lancar karena dapat mengakibatkan gangguan pernafasan seperti influenza, TBC, dan Pneumonia. Luas jendela paling sedikit satu persepuluh dari luas lantai ruangan dan jendela harus bisa dibuka agar aliran udara lancar dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

2) Suhu dalam rumah dapat disesuaikan kebutuhan sehingga suhu badan dapat dipertahankan.

Cross ventilation mengurangi kelembaban dan suhu udara dalam ruangan. Suhu ruangan yang ideal adalah dua puluh sampai 25 derajat celcius dengan kelembaban empat puluh sampai lima puluh persen. Menyesuaikan suhu dalam rumah untuk membuat


(35)

commit to user

nyaman penghuninya dan kelembaban yang terjaga dapat terhindar dari penularan bibit penyakit.

3) Tersedia cahaya yang cukup.

Ruangan dalam rumah yang gelap menyebabkan ruang gerak tidak bebas dan mengganggu kesehatan penghuninya karena lembab dan dapat sebagai tempat hidup serangga seperti tikus, kecoa, nyamuk, lalat, dan lainya. Penerangan yang paling ideal pada pagi dan siang hari adalah dari sinar matahari, sedangkan pada malam hari adalah dari lampu listrik.

4) Tidak terdapat serangga yang dapat menyebabkan penyakit.

Serangga memerlukan pengawasan karena mendatangkan berbagai penyakit. Serangga menyebabkan infeksi apabila menggigit manusia seperti nyamuk. Jenis serangga lain adalah kecoa dan lalat yang sering ditemukan di sekitar rumah, melalui serangga tersebut berbagai bibit penyakit dibawa dan sangat berbahaya apabila serangga merayap di peralatan dapur dan hinggap di makanan.

5) Terdapat ruangan termasuk kamar tidur, kamar mandi, dapur dan sarana lain yang memadahi.

Rumah yang dilengkapi dengan ruangan- ruangan yang memadahi sesuai dengan kebutuhan adalah sangat penting untuk menjaga privacy penghuninya.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6) Terdapat sistem pembuangan limbah yang sehat.

Limbah adalah sesuatu yang merupakan sisa hasil kegiatan manusia yang dianggap tidak berguna dan harus dibuang. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sarang vektor penyakit. Sampah yang mengandung makanan yang disukai lalat dapat mengakibatkan perkembangbiakan lalat di dalam sampah yang siap menularkan bibit penyakit. Begitu juga apabila sampah yang kotor dapat sebagai sarang kecoa dan tikus yang juga dapat menyebarkan bibit penyakit. Sehingga, di rumah minimal tersedia Tempat Pembuangan sampah Sementara (TPS) yang kemudian dikelola dengan dibakar atau diambil oleh tukang sampah.

7) Halaman dan pekarangan rumah bersih dan teratur.

Kriteria halaman rumah yang sehat sebagai berikut. a) Bersih sehingga tidak menyebabkan debu berterbangan,

b) Ada tanaman dan pepohonan yang dapat menyejukkan udara dan melindungi rumah dari terik matahari,

c) Dianjurkan terdapat pagar rumah yang rapi,

d) dan apabila mungkin diberi kolam kecil dengan air yang memancar sehingga dapat memberi suasana dan perasaan yang sejuk.


(37)

commit to user

h. Syarat rumah sehat menurut Notoatmodjo (2003: 149).

1) Bahan bangunan

a) Lantai tidak berdebu sehingga tidak menjadi sarang penyakit.

b) Dinding dari bahan permanen berupa bata, batako dan

sejenisnya.

c) Atap terbuat dari genteng bukan dari seng, asbes, ataupun rumbia.

d) Lain-lain (tiang, kaso, dan reng) harus tepat teknik

penggunaannya.

2) Ventilasi untuk menjaga aliran udara di dalam rumah sehingga terbebas dari bakteri-bakteri termasuk yang menyebabkan Pneumonia.

a) Cahaya yang cukup dari jendela memiliki luas sekurang-kurangnya lima belas persen sampai dua puluh persen dari luas lantai di dalam ruangan rumah.

b) Luas bangunan rumah ideal yaitu 2,5 sampai tiga meter persegi untuk setiap anggota keluarga.

c) Rumah sehat memiliki penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, cerobong asap dapur, dan memjaga jarak kandang ternak dengan rumah.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

B. Kerangka Teori

Keterangan:

: area yang diteliti : area yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

Lingkungan Rumah

a. Komponen Rumah:

1) langit-langit tidak ada,

2) dinding nonpermanen,

3) lantai tanah,

4) jendela kamar tidur tidak ada, 5) pintu kamar tidur tidak ada,

6) ventilasi kurang dari sepuluh persen luas lantai,

7) lubang asap dapur tidak ada, dan

8) pencahayaan kurang.

d. Lain-lain:

1) kepadatan penghuni kurang dari delapan meter persegi setiap orang,

2) ada tikus, ada lalat lebih dari lima ekor, ada kecoa, dan ada nyamuk, dan

3) jarak kandang ternak sepuluh meter dari rumah.

b. Sarana Sanitasi:

1) sarana air bersih bukan milik sendiri, 2) jamban tidak ada,

3) SPAL tidak ada, dan

4) sarana pembuangan sampah tidak ada.

c. Perilaku penghuni:

1) tidak pernah membuka jendela,

2) tidak pernah membersihkan

rumah dan halaman,

3) membuang tinja tidak pada tempatnya,

4) membuang sampah tidak pada

tempatnya, dan

5) tidak pernah melakukan 3M.


(39)

commit to user

Berdasarkan kerangka teori di atas, Lingkungan Rumah yang tidak sehat meliputi komponen rumah dengan kriteria langit-langit tidak ada, dinding nonpermanen, lantai tanah, jendela kamar tidur tidak ada, pintu kamar tidur tidak ada, ventilasi kurang dari sepuluh persen luas lantai, lubang asap dapur tidak ada, dan pencahayaan kurang. Sarana sanitasi dengan kriteria sarana air bersih bukan milik sendiri, jamban tidak ada, SPAL tidak ada, dan sarana pembuangan sampah tidak ada.

Perilaku penghuni dengan kriteria tidak pernah membuka jendela, membersihkan rumah dan halaman, membuang sampah dan tinja tidak pada tempatnya, serta tidak melakukan 3M. Kriteria lain yang berupa kepadatan penghuni kurang dari delapan meter persegi setiap orang, ada tikus, ada lalat lebih dari lima ekor, ada kecoa, dan ada nyamuk, dan jarak kandang ternak dari rumah kurang dari sepuluh meter merupakan faktor risiko Kejadian Pneumonia pada anak balita.

Faktor risiko lain diantaranya dari faktor ibu dan anak balita. Faktor ibu meliputi penderita ISPA dan tingkat pendidikan rendah; sedangkan dari faktor anak balitanya adalah status gizinya buruk, status imunisasi dasarnya tidak lengkap, dan Riwayat BBLR.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori dapat dirumuskan hipotesis yaitu ada hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan panularan Laweyan Surakarta.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survei analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional yaitu menganalisis hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010: 37). Pengumpulan data variabel bebas yaitu kondisi kesehatan rumah dan variabel terikat yaitu pneumonia pada waktu yang bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta karena berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 15 Mei 2012, 57 persen Kejadian Pneumonia terjadi di Kelurahan Panularan, Laweyan, Surakarta yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari pengajuan judul pada bulan Februari sampai pengumpulan KTI pada bulan Juli 2012. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012. Waktu pelaksanaan penelitian pada lampiran I.


(41)

commit to user C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang ditentukan pada penelitian ini adalah seluruh anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yaitu sejumlah 594 anak balita dengan retriksi sejumlah 300 anak balita (Puskesmas Penumping, Mei 2012).

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak balita yang bertempat tinggal di Kulurahan Panularan Laweyan Surakarta yang dipilih secara Quota Sampling Nonproporsional yaitu teknik pengambilan sampel

dengan menetapkan jumlah anggota sampel secara quantum sampai

jumlahnya terpenuhi (Sulistyaningsih, 2012: 75). Pencuplikan Quota Sampling Nonproporsional yaitu dengan cara menentukan jumlah unit pencuplikan sesuai yang diinginkan dalam setiap kategori dengan tujuan mendapatkan jumlah subjek yang memadai untuk mewakili karakteristik tertentu di dalam sampel (Murti, 2010: 632).

3. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan ketentuan umum Rule of Thumb yaitu setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal tiga puluh subjek penelitian setelah peneliti melakukan restriksi terhadap populasi sumber sampel (Murti, 2010: 119). Berdasarkan ketentuan tersebut maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah tiga puluh anak balita.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

4. Kriteria Restriksi a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah subjek yang dapat dimasukkan ke dalam sampel penelitian (Murti: 2010: 36). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Ibu yang memenuhi kriteria:

a) Tidak menderita ISPA, diketahui dengan cara mengisi angket tentang karakteristik responden dan melihat status kesehatan di Puskesmas.

b) Pendidikannya minimal tamat SLTP, diketahui dengan cara mengisi angket tentang karakterisrik responden.

2) Anak balita yang memenuhi kiteria:

a) Status gizi baik ditandai dengan tidak Bawah Garis Merah (BMG), diketahui dengan cara melihat buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)-nya.

b) Status Imunisasi Dasarnya lengkap, diketahui dengan cara melihat buku KIA-nya.

c) Tidak ada riwayat BBLR, diketahui dengan cara melihat buku KIA-nya dan mengisi angket tentang karakteristik resonden. b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah subjek yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo: 2010: 30). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah ibu yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.


(43)

commit to user D. Definisi Operasional Variabel

1. Lingkungan Rumah

Lingkungan Rumah yaitu suatu keadaan hunian atau tempat tinggal anak balita meliputi komponen rumah, sarana sanitasi, perilaku penghuni, dan lain-lain berupa kepadatan penghuni, serangga, hama, dan hewan ternak.

Cara pengumpulan data dengan observasi Lingkungan Rumah dan wawancara langsung dengan orang tua anak balita. Skala data yang digunakan adalah skala data nominal dengan kriteria:

a. Lingkungan Rumah sehat dengan hasil penilaian lebih dari atau sama dengan 1.032

b. Lingkungan Rumah tidak sehat dengan hasil penilaian kurang dari 1.032

2. Kejadian Pneumonia pada anak balita

Kejadian Pneumonia pada anak balita yaitu suatu peradangan paremkim paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan penyebab yang lainya apabila terjadi pada seseorang berusia dua belas sampai dengan enam puluh bulan.

Cara pengumpulan data dengan melihat dokumen status Kejadian Pneumonia di Puskesmas Penumping Surakarta Bulan Januari tahun 2011 sampai Juni 2012. Skala pengukuran datanya adalah nominal dengan kategori:


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a. Pneumonia:

1) Ada tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letergis atau tidak sadar;

2) Ada tarikan dinding dada ke dalam; 3) Stridor (bunyi grok-grok saat inspirasi).

4) Terdapat nafas cepat pada usia anak dua belas sampai enam puluh bulan sebanyak empat puluh kali atau lebih permenit.

b. Bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda Pneumonia atau penyakit sangat berat.

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipergunakan untuk proses pengumpulan data Lingkungan Rumah yaitu kuesioner dan formulir penilaian. Formulir penilaian berpedoman pada Petunjuk Teknis Rumah Sehat Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Tahun 2003. Kisi-kisi formulir penilaian Lingkungan Rumah sebagai berikut.

Tabel 1. Kisi-Kisi Formulir Penilaian Lingkungan Rumah

No Konstruksi Aspek yang Dinilai No. Item yang dinilai ∑ item

1. Komponen a. Langit-langit 1 8

b. Dinding 1

rumah c. Lantai 1

d. Jendela kamar dan ruang keluarga

e. Pintu 1

f. Ventilasi 1

g. Lubang asap dapur 1


(45)

commit to user

No Konstruksi Aspek yang Dinilai No. Item yang dinilai ∑ item

2. Sarana a. Sarana air bersih 1 4

b. Jamban 1

sanitasi c. SPAL 1

d. Sarana pembuangan sampah 1

3. Perilaku a. Membuka jendela kamar tidur 1 5

dan ruang keluarga

penghuni b. Membersihkan rumah dan halaman 1

c. Cara membuang tinja anggota 1

keluarga

d. Membuang sampah 1

e. Menguras, menutup, dan mengubur 1

4. Lain-lain a. Kepadatan penghuni 1 6

b. Tikus 1

c. Lalat 1

d. Kecoa 1

e. Nyamuk 1

f. Kandang ternak 1

total 23 Penilaian Kejadian Pneumonia pada anak balita dipergunakan alat Status Kejadian Pneumonia di Puskesmas Penumping Surakarta Bulan Januari 2011 sampai Juni 2012.

2. Metode Pengumpulan Data

Langkah awal rencana peneliti adalah mengurus surat perizinan melakukan penelitian yang akan dilakukan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta dengan cara menyerahkan Surat Perizinan Penelitian dari Program Studi Diplama IV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret Surakarta kepada Kepala Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta. Selanjutnya, Peneliti mengumpulkan data dengan datang ke rumah anak balita untuk membagikan lembar kuesioner yang diisi oleh orang tua balita dengan sebelumnya Peneliti memberikan pengarahan singkat cara pengisiannya.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Langkah berikutnya pengisian hasil yang telah diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara dengan orang tua balita pada formulir penilaian Lingkungan Rumah anak balita yang telah disediakan peneliti. Pengumpulan data dilakukan oleh Peneliti dibantu oleh kader Posyandu di wilayah Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yang telah memperoleh penjelasan teknis pelaksanaan pengumpulan data yang akan dilakukan oleh Peneliti.

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui pengisian lembar karakteristik, observasi dan wawancara langsung pada responden, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengolahan data. Data diolah secara manual dan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pengolahan data (Sulistyaningsih, 2010: 150) a. Editing

Peneliti memeriksa kelengkapan dan kesesuaian data yang diperoleh dari responden. Diawali dengan menerima hasil skor pengisian obsevasi rumah sehat sesuai keterangan dari responden, kemudian Peneliti melakukan penilaian rumah sehat sesuai dengan hasil skor yang telah ditentukan. Selanjutnya, Peneliti memeriksa kelengkapan dan kesesuaian dalam pengisian data tanpa mengubah keterangan yang diperoleh dari responden. Jika terdapat data yang diperoleh dari keterangan responden kurang maka dihilangkan atau diberi skor 0 pada lembar penilaian.


(47)

commit to user b. Coding

Tahap ini dilakukan setelah proses editing selesai dengan memberikan penilaian pada keterangan responden guna memudahkan pengolahan data. Penilaian untuk Lingkungan Rumah dengan ketentuan kode 1 untuk kondisi kesehatan rumah sehat dan kode 0 untuk kondisi kesehatan rumah yang tidak sehat. Penilaian Kejadian Pneumonia pada anak balita dengan memberi kode 2 untuk Pneumonia dan kode 1 untuk Bukan Pneumonia.

c. Entry

Memasukkan data yang telah di-coding dalam komputer untuk diolah dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). 2. Analisis data

a. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010: 182). 2) Analisis Bivariate

Setelah dilakukan analisis univariate dilanjutkan dengan analisis bivariate yang dilakukan terhadap variabel bebas dan terikat dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010: 182). Pengujian


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dengan skala data nominal dan variabel terikat dengan skala data nominal maka menggunakan uji statistik Chi Square (Dahlan, 2009).

Bila Chi Square hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, dan apabila lebih besar atau sama dengan harga tabel maka Ho ditolak. Dapat juga dilihat dari nilai asymp.sig pada perhitungan dengan SPSS jika p lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antar variabel, sedangkan jika p lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan antar variabel (Riwidikdo. 2008: 109).

b. Analisis dari data-data pada penelitian ini sebagai berikut.

1) Lingkungan Rumah

Data yang diperlukan Peneliti telah terkumpul, dilanjutkan dengan pengelompokkan sesuai data dan jenis masing-masing. Kemudian, dimasukkan dalam tabel dan dikategorikan skala datanya dengan dijumlahkan. Kategori Lingkungan Rumah baik diperoleh dengan menjumlahkan skor pada pertanyaan yang telah disusun.

Skor yang diperoleh dibandingkan dengan yang tertinggi, selanjutnya dimasukkan ke kategori yang berupa data nominal yaitu:


(49)

commit to user

a) Lingkungan Rumah sehat apabila hasil penilaian lebih dari sama dengan 1.032,

b) Lingkungan Rumah tidak sehat apabila hasil penilaian kurang dari 1.032.

Data yang didapatkan kemudian dimasukkan tabel dengan kriteria kode 1 untuk Lingkungan Rumah sehat dan 0 untuk Lingkungan Rumah tidak sehat. Hasil tersebut dibuat persentase dengan rumus:

P =

Keterangan: P: Persentase

x: Lingkungan Rumah baik atau buruk n: Jumlah populasi sampel

2) Kejadian Pneumonia

Mengklasifikasikan Kejadian Pneumonia dengan kategori

Pneumonia dan Bukan Pneumonia sesuai dengan dokumentasi status Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Penumping.

3) Analisis hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Sugiyono (2007: 107) pengujian terhadap hubungan antara Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita mengunakan uji Chi Square:

Keterangan: �²= Chi Square

= Freukuensi yang diobservasi = Frekuensi yang diharapkan

Riwidikdo (2008: 109) Karena menghitung uji statistik dengan SPSS, maka juga disajikan kriteria pembacaan hasil uji statistik dengan SPSS dengan melihat nilai asymp.sig sebagai berikut. a) Jika p lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antar

variabel,

b) Sedangkan jika p lebih kecil dari 0,05 berarti ada hubungan antar variabel.


(51)

commit to user

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Panularan merupakan wilayah pemukiman di tengah kota Surakarta. Secara historis merupakan wilayah Haryo Panular, keluarga ningrat yang tinggal di kelurahan ini. Kelurahan Panularan berada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang dipimpin oleh Tri Broto W. P., S.H dan merupakan wilayah kerja Puskesmas Penumping Laweyan Surakarta. Pada pelaksanaan kepemerintahan Kelurahan Panularan, beliau dibantu oleh seorang Sekretaris Kelurahan; empat orang Kepala Seksi meliputi tata pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, pembangunan dan lingkungan hidup, budaya dan agama; dan empat orang staf kelurahan.

Kondisi geografis Kelurahan Panularan berada pada dataran rendah yang sebagian wilayah berada di tepi Sungai Jenes dengan luas wilayah 5,441 hektar (ha) dengan pemanfaatan sebagai besar sebagai pemukiman penduduk yaitu sejumlah 2,541 ha (46,7 persen) dan selebihnya dimanfaatkan sebagai bangunan sekolah 2,00 ha, lapangan olah raga 0,5 ha, rusunawa 0,07 ha, pasar 0,06 ha, pertokoan 0,04, perkantoran 0,03 ha, dan tempat ibadah 0,2 ha. Orbitasi dari wilayah Kelurahan Panularan ke Kecamatan Laweyan cukup dekat kurang lebih enam ratus meter, jarak ke Pemerintah Kota Surakarta sekitar lima kilometer, dan akses ke Puskesmas Penumping sangat memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan karena terletak di


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kelurahan Penumping berbatasan langsung di sebelah utara Kelurahan Panularan (Profil Kelurahan Panularan, Juni 2012).

Jumlah total penduduk Kelurahan Panularan adalah 9.913 terbagi menurut kelompok kelamin adalah 4.901 laki-laki dan 5.012 perempuan, sedangkan menurut kelompok usia dalam kelompok piramida muda yaitu sejumlah 61,9 persen dalam kelompok 0 sampai 24 tahun dengan jumlah balita sejumlah 24,3 persen. Penduduk Kelurahan Panularan sejumlah 66,7 persen sudah menyelesaikan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun dan mayoritas penduduknya beragama islam yaitu sejumlah 83,1 persen, dan mata pencaharian penduduknya sejumlah 49,7 persen adalah sebagai buruh industri dan bangunan (Data Monografi Dinamis Kelurahan Panularan, Juni 2012).

Berdasarkan Profil Kelurahan Panularan (Juni, 2012) Kelurahan Panularan terdiri dari 48 Rukun Tetangga (RT) yang terbagi dalam delapan Rukun Warga (RT) dengan 2.826 Kepala Keluarga (KK). Prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi yaitu 688 rumah dengan Perusahaan Air Minum (PAM), 492 rumah dengan sumur gali, dan 216 rumah dengan sumur pompa, 688 rumah memiliki saluran sanitasi limbah, dan lima lokasi Mandi Cuci Kakus (MCK).

Batas wilayah Kelurahan Panularan sebelah utara adalah Kelurahan Penumping dan Sri Wedari, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bumi dan Kelurahan Cemani yang dipisahkan oleh Kali Jenes, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tipes, serta di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Jayegan (Profil Kelurahan Panularan, Juni 2012).


(53)

commit to user B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga yang diuraikan sebagai berikut.

1. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan melalui daftar tabel sebagai berikut.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Panularan Surakarta

No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. 20 – 24 4 13,30

2. 25 – 29 6 20

3. 30 – 34 16 53,40

4. 35 – 39 3 10

5. ≥ 40 1 3,30

Σ 30 100

Sumber: Data Primer, Juli 2012

Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak adalah berusia tiga puluh sampai dengan 34 tahun yaitu sejumlah enam belas orang (53,4) persen). Sedangkan responden yang berusia lebih dari sama dengan empat puluh tahun paling sedikit jumlahnya yaitu sejumlah satu orang (3,30) persen.

2. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dijelaskan melalui daftar tabel sebagai berikut.


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Panularan Surakarta

No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Tamat SLTP 15 50

2. Tamat SLTA 14 46,70

3. Tamat PT 1 3,30

Σ 30 100

Sumber: Data Primer, Juli 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dominan yaitu sejumlah lima belas orang (lima puluh persen) adalah berpendidikan SLTP. Sedangkan, yang paling tidak dominan yaitu sejumlah satu orang (3,30 persen) responden berpendidikan terakhir PT.

3. Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dijelaskan melalui daftar tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Panularan Surakarta

No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. IRT 15 50

2. Karyawan 8 26,70

3. PNS 1 3,30

4. Swasta 4 13,30

5. Lain-lain 2 6,70

Σ 30 100


(55)

commit to user

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan paling banyak merupakan yang bekerja sebagai IRT yaitu sejumlah lima belas orang (lima puluh persen). Sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS paling sedikit jumlahnya yaitu sejumlah satu orang (3,30 persen).

4. Penghasilan keluarga

Karekteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga dijelaskan melalui daftar tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Kelurahan Panularan Surakarta

No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. 850.000 – 1.000.000 11 36,70

2. 1.100.000 – 1.500.000 14 46,70

3. > 1.500.000 5 16,60

Σ 30 100

Sumber : Data Primer, Juli 2012

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga paling banyak adalah yang berpenghasilan Rp. 1.100.000,00 sampai Rp. 1.500.000,00 yaitu sejumlah empat belas keluarga (46,70 persen). Sedangkan responden yang berpenghasilan lebih dari Rp. 1.500.000,00 paling sedikit jumlahnya, yaitu sejumlah lima keluarga (16,60 persen).


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta dapat diketahui dengan cara melakukan observasi Lingkungan Rumah tiga puluh anak balita tersebut secara langsung dan wawancara dengan tiga puluh responden dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak balita. Berikut ini disajikan tabel tentang Lingkungan Rumah yang telah memenuhi kriteria minimal rumah sehat.

Tabel 6. Hasil Penilaian Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

No Komponen yang Dinilai F Persentase (%)

1. Komponen rumah

a. Langit-langit ada, bersih, tidak rawan kecela-

kaan dan tingginya tidak kurang dari 2,75m 15 30,0

b. Dinding pemanen atau papan kedap air 29 96,7

c. Lantai diplester atau ubin atau keramik

seluruhnya 27 90,0

d. Jendela kamar tidur dan ruang keluarga ada 30 100,0

e. Pintu ada setiap ruangan atau kamar 17 56,7

f. Ventilasi ada, luas lebih dari 10% luas lantai 29 96,7 g. Lubang asap dapur ada, asap dapat keluar

dengan sempurna 23 76,7

h. Pencahayaan terang, tidak silau, dapat untuk

membaca 19 63,3

2. Sarana sanitasi

a. Sarana air bersih yang meliputi susia gali, SPT, atau PAM ada, milik sendiri, dan

memenuhi syarat 26 86,7

b. Jamban atau sarana pembuangan kotoran ada

dan memenuhi syarat 30 100,0

c. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah) ada, jarak dengan sumber air lebih dari sama

dengan 10 m atau dialirkan ke riol kota 30 100,0

d. Sarana pembuangan sampah atau tempat


(57)

commit to user

No Komponen yang Dinilai F Persentase (%)

3. Perilaku penghuni

a. Membuka jendela kamar tidur dan ruang

keluarga setiap hari 27 90,0

b. Membersihkan rumah dan halaman setiap hari 27 90,0

c. membuang tinja atau kotoran manusia semua

anggota keluarga setiap hari ke jamban 30 100,0

d. Membuang sampah setiap hari ke tempat

sampah 27 81,7

e. Menguras, menutup, dan mengubur lebih dari

satu kali dalam seminggu 20 66,7

4. Lain-lain

a. Kepadatan penghuni lebih dari 8m² per orang 12 40,0

b. Tikus tidak ada 0 0,0

c. Lalat kurang dari sama dengan 5 ekor 22 73,3

d. Kecoa tidak ada 0 0,0

e. Nyamuk tidak ada 0 0,0

f. Kandang ternak terpisah dari rumah, jarak lebih

dari 10 m atau tidak punya ternak 23 76,6

Sumber: Data Primer, Juli 2012

Data penilaian lingkungan rumah yang diperoleh, kemudian masing-masing dilakukan penilaian dengan kategori Rumah sehat dan Rumah tidak sehat yang dideskripsikan sebagai berikut.

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Berdasarkan Gambar 2 di atas, dapat diketahui dalam penelitian Lingkungan Rumah yang dilakukan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat sejumlah enam belas rumah sehat (53,30 persen) dan empat belas rumah tidak sehat (46,7 persen).

D. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta diketahui dengan cara melihat dokumen status medis di Puskesmas Penumping. Jumlah skor data yang diperoleh digunakan untuk menentukan kriteria Kejadian Pneumonia pada anak balita yang dikategorikan menjadi Pneumonia dan Bukan Pneumonia yang dideskripsikan sebagai berikut.

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Sumber: Data Primer, Juli 2012

Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat diketahui Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat sejumlah lima belas Pneumonia (lima puluh persen) dan lima belas Bukan Pneumonia (lima puluh persen).


(59)

commit to user

E. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan surakarta dapat dideskripsikan melalui gambar diagram yang disajikan sebagai berikut.

Gambar 4. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Sumber: Data Primer, Juli 2012

Berdasarkan gambar 4 di atas, dapat diketahui sejumlah dua belas Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) tinggal di rumah yang tidak sehat. Sedangakan hanya sejumlah dua Bukan Pneumonia pada anak balita (13,30 persen) yang tinggal di rumah yang tidak sehat.


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan dengan df=2 dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991, sehingga X2 hitung > X2 tabel dan p < 0,05. Maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara Lingkungan Rumah dan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.


(61)

commit to user

48 BAB V PEMBAHASAN

A. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Berdasarkan tabel 6 halaman 43 dan hasil penilaian Lingkungan Rumah terdiri dari empat komponen yaitu: Pertama adalah komponen rumah, meliputi langit-langit; dinding; lantai; jendela kamar tidur dan ruang keluarga; pintu; ventilasi; lubang asap dapur; dan pencahayaan. Komponen pertama yang masih kurang adalah langit-langit yaitu sejumlah lima belas rumah (lima puluah persen). Sedangkan yang sudah banyak memenuhi kriteria minimal rumah sehat adalah komponen dinding dan ventilasi yaitu masing masing sejumlah 29 rumah (96,70 persen).

Kedua adalah sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih; jamban atau sarana pembuangan kotoran; SPAL dan sarana pembuangan sampah atau tempat sampah. Sarana yang tersedia dan di sediakan oleh tata kota surakarta sudah baik, tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah tentang kepemilikan sarana air bersih yang merupakan milik sendiri baru sejumlah 26 rumah (86,70 persen). Sedangkan sarana sanitasi yang lainnya sudah memenuhi syarat minimal rumah sehat.

Ketiga adalah perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur dan ruang keluarga; membersihkan rumah dan halaman; membuang tinja atau kotoran manusia semua anggota keluarga; membuang sampah; dan menguras, menutup dan mengubur. Perilaku penghuni yang perlu dibenahi adalah kebiasaan masyarakat untuk melakukan menguras, menutup, dan


(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

mengubur yaitu sejumlah dua puluh rumah (66,70 persen). Sedangkan kebiasaan masyarakat membuang tinja atau kotoran manusia semua anggota keluarga sudah baik.

Komponen terakhir adalah lain-lain, meliputi kepadatan penghuni; tikus; lalat; kecoa; nyamuk; dan kandang ternak. Pemasalahan yang sangat menonjol adalah keberadaan tikus, kecoa, dan nyamuk yang masing-masing sejumlah tiga puluh rumah.

Berdasarkan Gambar 2 di halaman 44 dapat diketahui bahwa dapat diketahui dalam penelitian Lingkungan Rumah yang dilakukan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat enam belas rumah sehat (53,30 persen) dan empat belas rumah tidak sehat (46,70 persen). Lingkungan Rumah yang tidak sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu terdiri dari tingkat pendidikan, penghasilan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dapat mempengaruhi status sosial masyarakat.

Berdasarkan tabel 3 halaman 41, diketahui bahwa ibu yang mempunyai pendidikan terakhir SLTP memiliki jumlah yang paling banyak yaitu lima belas orang (lima puluh persen) dan paling sedikit memiliki pendidikan terakhir PT yaitu satu orang (3,30 persen). Kejadian Pneumonia Berat dan Pneumonia yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan sejumlah sembilan anak balita (60,00 persen) dengan ibu yang berpendidikan terakhir SLTP.

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, dalam hal ini adalah memahami kriteria rumah sehat. Semakin


(1)

commit to user

perumahan umum (pabrik housing) pada dasarnya ditunjukan untuk

menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak, dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (comfortable).

Berdasarkan tabel 5 halaman 41, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak adalah berusia tiga puluh sampai dengan 34 tahun yaitu sejumlah 53,4 persen. Sehingga, diharapkan dengan usia yang sudah dewasa ibu dapat menjaga Lingkungan Rumah karena sangat penting untuk mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita, sehingga harus bisa menciptakan Lingkungan Rumah yang sehat dengan cara memahami aspek-aspek yang dapat mempengaruhi Lingkungan Rumah. Lingkungan Rumah yang baik tidak hanya dilihat dari fisik yang baik, terdapat fasilitas sanitasi yang lengkap dan terjaga kebersihannya, melainkan juga harus sesuai dengan kepadatan penghuninya. Perilaku penghuni juga

mempengaruhi Lingkungan Rumah tersebut. Perilaku yang dapat

menyebabkan kesehatan rumah menjadi buruk adalah seperti kebiasaan tidak selalu membuka jendela, tidak menambah pencahayaan, tidak menjaga kebersihan rumah, dan tidak ada upaya pencegahan terhadap faktor pengganggu.

B. Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Kejadian Pneumonia di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta berdasarkan gambar 3 halaman 45, dapat diketahui Kejadian Pneumonia di


(2)

commit to user

Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat sejumlah lima belas Pneumonia (lima puluh persen) dan lima belas Bukan Pneumonia (lima puluh persen).

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh berbagai etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Oleh karena itu, tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius (Ngastiyah, 2005: 57).

Kejadian Pneumonia pada anak balita dapat disebabkan karena tinggal di rumah yang tidak sehat (Misnadiarly, 2008: 45). Lingkungan Rumah yang tidak sehat dapat menyebabkan timbulnya Kejadian Pneumonia diantaranya adalah apabila ventilasi rumah tidak baik, banyak terdapat asap dan debu dalam rumah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan yang akan mengakibatkan peningkatan produksi lendir, lalu menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. Akibatnya sel pembunuh bakteri di saluran napas rusak, silia dan lapisan sel selaput lendir lepas. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas, sehingga benda asing termasuk bakteri atau mikro organisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan (Mukono, 2000: 156). Menurut Chandra (2000: 165), apabila tempat tinggal yang terlalu padat dan kumuh akan memudahkan penularan penyakit saluran pernafasan kepada orang lain.


(3)

commit to user

C. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak

balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2 hitung sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan dengan df=2 dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991, sehingga X2 hitung > X2

tabel dan p < 0,05. Maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka Lingkungan Rumah mempunyai pengaruh terhadap kesehatan anak balita, yaitu dapat menyebabkan Kejadian Pneumonia pada anak balita. Sejumlah dua belas Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) tinggal di rumah yang tidak sehat. Sedangakan hanya sejumlah dua Bukan Pneumonia pada anak balita (13,30 persen) yang tinggal di rumah yang tidak sehat. Maka Kejadian Pneumonia tersebut disebabkan karena tinggal di rumah yang tidak sehat. Lingkungan Rumah yang tidak sehat merupakan tempat yang baik untuk

berkembangnya berbagai macam mikroorganisme pathogen, diantaranya

adalah penyebab Kejadian Pneumonia.

Pencegahan terhadap Kejadian Pneumonia tersebut selain dengan menerapkan hygiene dan sanitasi rumah. Hygiene dan sanitasi rumah adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan anak balita tersebut (Misnadiarly, 2008: 49).


(4)

commit to user

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah biodata tentang nama dan alamat anak balita dan responden terjadi penulisan yang kurang tepat sehingga mempengaruhi proses pencarian alamat anak balita saat dilakukan penelitian.


(5)

commit to user

56 BAB Vl

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Lingkungan Rumah di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta terdapat empat belas rumah tidak sehat (46,70 persen) dan enam belas rumah sehat (53,30 persen).

2. Dua belas Kejadian Pneumonia pada anak balita (delapan puluh persen) di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta tinggal di rumah tidak sehat.

3. Ada hubungan yang signifikan Lingkungan Rumah dengan Kejadian

Pneumonia pada anak balita di Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta, yaitu ditunjukkan dengan hasil uji statistik Chi Square, didapatkan nilai X2

hitung sejumlah 13,939 dan nilai probablilitas (p) sejumlah 0,000 dan dengan df=2 dan taraf signifikansi 5% didapatkan X2 tabel 5,991, sehingga X2 hitung > X2 tabel dan p < 0,05.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan Penulis adalah sebagai berikut.

1. Bagi warga Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Memahami syarat-syarat terwujudnya Lingkungan Rumah yang sehat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan


(6)

commit to user

pembenahan komponen rumah yaitu pembenahan langit-langit, sarana sanitasi yang masih kurang terpenuhi yaitu memiliki sarana air besih sendiri, menciptakan perilaku penghuni yang sehat yang kurang baik yaitu melakukan 3M, dan membebaskan rumah dari sarang tikus, nyamuk, dan kecoa dengan cara menjaga Lingkungan Rumah tersebut.

2. Bagi Kepala di Puskesmas Penumping Laweyan Surakarta

Menyusun rencana dan mendelegasikan wewenang kepada Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Penumping untuk mewujudkan Program rumah sehat salah satunya dengan cara melakukan pemantauan dan pembinaan secara berkala tentang rumah sehat di kelurahan yang menjadi binaannya termasuk Kelurahan Panularan Laweyan sehingga dapat mencegah Kejadian Pneumonia pada anak balita.

3. Bagi Kepala Kelurahan Panularan Laweyan Surakarta

Bekerjasama dengan Puskesmas Penumping dibantu dengan warga untuk menyukseskan Program Rumah Sehat di Kelurahan Panularan salah satunya dengan melakukan kegiatan lomba rumah sehat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Melakukan penelitian tentang Kejadian Pneumonia pada anak balita di suatu wilayah tidak hanya dikaitkan dengan satu faktor Lingkungan Rumah tetapi juga dengan pendidikan dan pekerjaan ibu, serta penghasilan keluarga dengan sebelumnya melengkapi biodata anak balita dengan yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian, sehingga mempermudah proses penelitian yang akan dilakukan.