Kontribusi Dukungan Sosial Komunitas Terhadap Psychological Well-Being pada Survivor Kanker Payudara Dewasa Madya di Komunitas Bandung Cancer Society.

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dukungan sosial terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society. Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif. Pemilihan sampel menggunakan metode accidental sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang.

Psychological well-being diukur menggunakan kuesioner yang merupakan hasil modifikasi peneliti dari The Ryff Scales of Psychological Well-Being dan dukungan sosial diukur menggunakan kuesioner dukungan sosial yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori dukungan sosial dari Uchino (2004). Uji validitas menggunakan expert judgement dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach yang diperoleh hasil untuk alat ukur dukungan sosial sebesar 0,891 dan alat ukur psychological well-being sebesar 0,912. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan teknik multiple regression. Hasil yang diperoleh adalah emotional support, tangible support, informational support, dan companionship support tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap psychological well-being. Namun dari keempat jenis tersebut, tangible support dan companionship support memiliki persentase kontribusi yang lebih besar.

Bagi pengurus komunitas Bandung Cancer Society disarankan untuk menyelenggarakan kegiatan yang dapat memfasilitasi pemberian jenis-jenis dukungan sosial dari pengurus maupun sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society. Pengurus juga disarankan untuk membenahi Rumah Singgah agar dapat menampung lebih banyak survivor kanker untuk memudahkan akses dalam proses pengobatan.


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the contribution of the four basic function of social support to the psychological well-being on middle adult breast cancer survivors in Bandung Cancer Society. This research is an explanative research. The sample selection was done by usng accidental sampling technique. The participants were 30 peoples.

Psychological well-being are measured by a modified version of The Ryff Scales of Psychological Well-Being and the functions of social support are measured by using a social support questionnaire that is constructed based on the social support theory by Uchino (2004). Based on expert judgement validity test and Alpha Cronbach reliability test were obtained at 0,891 for social support questionnaire and psychological well-being at 0,912. The value of contribution were measured with multiple regression technique. The results has proven that emotional support, tangible support, informational support, and companionship support did not contribute significantly to psychological well-being. But, among the four functions of social support, tangible support and companionship support have a bigger contribution than other functions.

The caretaker of Bandung Cancer Society are recommended to organize activities with the aim of facilitating the provision of social supports from the caretaker and member of Bandung Cancer Society. Also, the caretaker re recommended to reorganize “Rumah Singgah” in order to accommodate more cancer survivors to facilitate access in the treatment processes.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 10

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5Kerangka Pemikiran ... 11

1.6Asumsi Penelitian ... 19


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Sosial ... 21

2.1.1 Definisi Dukungan Sosial ... 21

2.1.2 Jenis Dukungan Sosial ... 21

2.1.3 Faktor yang Menentukan Penerimaan dan Manfaat Dukungan Sosial ... 23

2.1.4 Pengaruh Dukungan Sosial ... 24

2.2 Psychological Well-Being ... 26

2.2.1 Definisi Psychological Well-Being ... 26

2.2.2 Dimensi-Dimensi Psychological Well-Being ... 26

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being ... 31

2.3 Dewasa Madya ... 36

2.3.1 Pengertian Dewasa Madya ... 36

2.3.2 Perkembangan Fisik dan Kognitif ... 36

2.3.3 Perkembangan Sosioemosional ... 38

2.4 Kanker ... 40

2.4.1 Pengertian Kanker ... 40

2.4.2 Kanker Payudara ... 40

2.4.3 Dampak Psikologis Kanker ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 43

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 43


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.3.1 Variabel Penelitian ... 44

3.3.2 Definisi Konseptual ... 44

3.3.3 Definisi Operasional ... 45

3.3.3.1 Dukungan Sosial ... 45

3.3.3.2 Psychological Well-Being ... 46

3.4 Alat Ukur ... 47

3.4.1 Alat Ukur Dukungan Sosial ... 47

3.4.2 Alat Ukur Psychological Well-Being ... 49

3.4.3 Data Penunjang ... 51

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 51

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 51

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 52

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampling ... 53

3.5.1 Populasi Sasaran ... 53

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 53

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.6 Teknik Analisis Data ... 53

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.7 Hipotesis Statistik ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 57

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Marital ... 57

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Stadium Kanker Payudara ... 58


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

4.3 Pembahasan ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

5.2.1 Saran Teoretis ... 67

5.2.2 Saran Praktis ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Dukungan Sosial... 47

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Dukungan Sosial ... 48

Tabel 3.3 Pengkategorian Jenis-Jenis Dukungan Sosial ... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Psychological Well-Being ... 49

Tabel 3.5 Sistem Penilaian Psychological Well-Being ... 51

Tabel 3.6 Pengkategorian Psychological Well-Being ... 51

Tabel 4.1 Gambaran Status Marital ... 57

Tabel 4.2 Gambaran Stadium Kanker Payudara ... 58

Tabel 4.3 Hasil Kontribusi Jenis Dukungan Sosial terhadap PWB ... 58

Tabel 4.4 Hasil Kontribusi Keempat Jenis Dukungan Sosial terhadap PWB ... 59 Tabel L.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Dukungan Sosial ... L-1 Tabel L.2 Kisi-Kisi Alat Ukur Psychological Well-Being ... L-4 Tabel L.3 Data Demografis ... L-27 Tabel L.4 Data Penunjang ... L-28 Tabel L.5 Data Dukungan Sosial ... L-29 Tabel L.6 Data Psychological Well-Being ... L-31 Tabel L.7 Tabulasi Silang Emotional Support dan Psychological Well-Being ... L-40 Tabel L.8 Tabulasi Silang Tangible Support dan Psychological Well-Being ... L-40 Tabel L.9 Tabulasi Silang Informational Support dan Psychological Well-Being ... L-40 Tabel L.10 Tabulasi Silang Companionship Support & Psychological Well-Being . L-41 Tabel L.11 Tabulasi Silang Status Marital dan Psychological Well-Being ... L-41 Tabel L.12 Tabulasi Silang Stadium Kanker dan Psychological Well-Being ... L-41 Tabel L.13 Tabulasi Silang Trait Extraversion dan Psychological Well-Being ... L-42


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Tabel L.14 Tabulasi Silang Trait Agreeableness dan Psychological Well-Being ... L-42 Tabel L.15 Tabulasi Silang Trait Conscientiousness dan PWB ... L-42 Tabel L.16 Tabulasi Silang Trait Neuroticism dan Psychological Well-Being ... L-43 Tabel L.17 Tabulasi Silang Trait Openness to Experience dan PWB ... L-43


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR DIAGRAM

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 19 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 43


(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Informed Consent Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Reliabilitas Lampiran 5 Data Mentah Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik

Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Linear Ganda Lampiran 8 Hasil Tabulasi Silang


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah keadaan yang lengkap baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial serta bebas dari adanya penyakit atau kelemahan. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, kesehatan menjadi syarat utama agar individu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya dan dapat menjalani kehidupan yang produktif.

Pada kenyataannya, ada individu yang memiliki masalah pada kesehatannya, sehingga dapat menghambat produktivitasnya sehari-hari. Penyakit yang diderita pun beragam, baik penyakit akut maupun kronis, salah satu penyakit yang kronis adalah kanker. Menurut WHO, kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat menyebabkan kematian dan saat ini penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Berdasarkan wawancara Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012, diketahui bahwa penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi adalah kanker payudara, yaitu sebesar 43,3 %, dan


(12)

2

Universitas Kristen Maranatha

persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9 %. Sekalipun kanker payudara dapat menyerang kaum laki-laki, namun sebagian besar diderita oleh kaum wanita (Kemenkes RI, 2015). Kanker payudara dapat menyerang wanita di segala jenjang usia (Savitri, 2015). Namun, usia 40-an ke atas menjadi periode genting bagi wanita, kini usia survivor berada pada rentang 35-50 tahun (Savitri, 2015). Dalam Psikologi, rentang usia tersebut berada pada masa dewasa madya. Artinya, banyak survivor kanker payudara yang masih dalam usia produktif (Savitri, 2015). The National Coalition for Cancer Survivorship (NCCS) menyatakan definisi survivor sebagai individu yang didiagnosa kanker, dari saat diagnosa awal hingga individu tersebut meninggal. Definisi mengenai survivor kanker ini yang akan dipakai dalam penelitian ini. Survivor kanker payudara tetap harus menjalani kontrol rutin untuk mengontrol kondisi tubuh agar sel-sel kanker tidak semakin menyebar atau aktif kembali.

Secara umum, ada tiga bentuk respon emosional yang bisa muncul ketika seseorang menerima diagnosa kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi (Taylor, 1988 dalam Lubis, 2009). Kecemasan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganannya (Lubis, 2009). Menurut American Psychological Association (2003), survivor kanker payudara dapat berhadapan dengan masalah baru, misalnya hubungan pribadi mereka mungkin menjadi kacau, merasa lelah sepanjang waktu, sangat khawatir tentang gejala, pengobatan dan kematian. Selain itu, mereka mungkin menghadapi diskriminasi dari atasan atau perusahaan asuransi, faktor-faktor seperti ini dapat berkontribusi terhadap stres kronis, kecemasan dan depresi. Beberapa survivor kanker secara psikologis dilumpuhkan oleh ketakutan mereka karena ancaman penyakit kanker akan kambuh kembali atau kian memburuk (Mages & Mendelsohn, 1979 dalam Sarafino, 2011).


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha

Menurut American Psychological Association (2003), merasa kewalahan adalah respon normal untuk diagnosa kanker payudara, tetapi emosi negatif dapat menyebabkan wanita berhenti melakukan hal-hal yang baik bagi mereka dan mulai melakukan hal-hal yang buruk. Diagnosa kanker payudara juga dapat menyebabkan masalah yang lebih parah, misalnya untuk beberapa wanita, bisa saja mengarah ke depresi, yang dapat membuat lebih sulit bagi mereka untuk beradaptasi. Apabila survivor kanker payudara mengalami depresi, mereka tidak bisa menerima keadaan dirinya sebagai orang yang sakit, sehingga akan terus merasa bahwa mereka adalah orang yang paling tidak beruntung (Lubis, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) ditemukan bahwa survivor kanker memperlihatkan adanya perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya (Lubis, 2009). Mereka juga memiliki pandangan bahwa dengan mengalami kanker, aktivitas yang dapat dilakukannya menjadi sangat terbatas (Lubis, 2009). Banyak survivor kanker mengalami masalah psikososial yang berawal dari perubahan hubungan dengan anggota keluarga dan teman-teman. Pada beberapa kasus, survivor kanker mulai menarik diri dari kontak sosial karena mereka merasa malu dengan kondisi mereka (Mages & Mendelsohn, 1979, dalam Sarafino, 2011). Survivor kanker membutuhkan dukungan sosial untuk menolong mereka dalam menghadapi berbagai ketakutannya (Bloom dan Corey, 1986 dalam Utami 1998). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi tekanan psikologis yang diakibatkan oleh penyakit (Taylor, 1995 dalam Utami 1998). Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan, anak-anak atau anggota keluarga yang lain, teman, profesional, komunitas, atau dari kelompok dukungan sosial (Tayor, 1986 dalam Utami, 1998).

Saat ini ada beberapa komunitas di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial untuk membantu orang-orang yang terkena penyakit kanker atau dapat juga disebut support group,


(14)

4

Universitas Kristen Maranatha

salah satunya komunitas Bandung Cancer Society (BCS). Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Ketua Pengurus Komunitas Bandung Cancer Society (BCS), komunitas ini didirikan sejak tahun 2007 oleh tiga orang yang menjadi survivor kanker. Sampai saat ini, anggota komunitas BCS semakin bertambah dan terdapat sekitar 200 orang anggota yang bergabung dalam komunitas ini. Dalam komunitas ini, terdiri dari survivor kanker dengan jenis kanker yang berbeda-beda. Sekitar 80 % anggota komunitas ini merupakan survivor kanker payudara. Mereka rata-rata berusia 40 hingga 60 tahun, atau berada dalam masa dewasa madya.

Menurut Ketua Pengurus BCS, tujuan didirikannya komunitas BCS adalah menjadi pusat untuk berkumpul, berbagi pengalaman dan informasi yang berkaitan dengan kanker, dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap survivor kanker khususnya di Bandung dan sekitarnya melalui bantuan moril. Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas BCS, diantaranya mengunjungi survivor kanker yang sedang atau akan menjalani pengobatan, mengadakan pertemuan rutin setiap dua bulan sekali, mengadakan seminar mengenai kanker dengan mendatangkan pembicara yang berprofesi sebagai dokter, dan rekreasi bersama. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan agar survivor kanker mampu menerima penyakitnya serta dapat memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh dari penyakit kanker, tidak merasa rendah diri karena menderita kanker, dan tidak merasa sendiri karena teman-teman di komunitas BCS memiliki pengalaman yang hampir sama mengenai penyakit kanker, sehingga survivor kanker saling mendukung satu sama lain. Kegiatan seminar yang dilakukan setiap dua bulan sekali bermanfaat bagi survivor kanker untuk menambah wawasan dan informasi mengenai penyakit kanker. Selain itu, kegiatan seperti latihan menari dan bermain angklung merupakan media bagi survivor kanker untuk mengisi waktu luang dan mengembangkan keterampilan baru agar tetap produktif.


(15)

5

Universitas Kristen Maranatha

Kegiatan-kegiatan yang diadakan komunitas BCS bertujuan agar survivor kanker dapat menyesuaikan diri dengan penyakitnya, sehingga tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Gambaran penyakit kanker payudara, terutama mengenai kondisi psikologis dan penyesuaian diri survivor kanker payudara dengan penyakitnya mengindikasikan upaya ekstra yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang produktif. Kondisi psikologis tersebut akan mempengaruhi bagaimana survivor kanker payudara memandang dan mengevaluasi dirinya sendiri, berinteraksi dengan orang lain, melakukan aktivitas sehari-hari, dan mengembangkan potensi dalam diri. Apabila survivor kanker payudara memiliki cara pandang dan evaluasi yang positif terhadap seluruh keadaan yang mereka jalani, mereka akan mampu menjalani hidup dengan lebih baik walaupun mengidap penyakit kanker payudara. Hasil evaluasi mengenai diri yang positif serta pengalaman hidup yang telah mereka alami secara keseluruhan akan membentuk kesejahteraan psikologis survivor kanker payudara dewasa madya atau yang disebut dengan psychological well-being. Psychological Well-Being merupakan penilaian individu berdasarkan evaluasinya terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya bahwa ia mampu melakukan penerimaan diri (self-acceptance), mampu menjalin relasi positif dengan orang lain (positive relationships with others), mampu bersikap mandiri (autonomy), mampu menguasai lingkungannya (environmental mastery), memiliki tujuan hidup (purpose in life), dan juga mampu melakukan pengembangan diri (personal growth) serta secara sukses mengatasi segala tantangan dan kesulitan yang ada dalam hidup mereka (Ryff dan Singer, 2003).

Survivor kanker payudara yang memiliki psychological well-being yang tinggi akan memandang pengalaman hidup mereka sebagai sesuatu yang positif, lebih puas terhadap hidup mereka, cenderung memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, serta mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang positif. Hal ini juga dapat meningkatkan


(16)

6

Universitas Kristen Maranatha

produktivitas survivor kanker payudara. Sebaliknya, survivor kanker payudara yang kurang memiliki psychological well-being akan memandang pengalaman hidup mereka secara negatif dan cenderung akan mengembangkan kebiasaan buruk yang akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka. Kesehatan survivor kanker payudara akan menurun dan akhirnya menjadi tidak produktif.

Psychological well-being yang tinggi akan membantu survivor kanker payudara untuk menangani kondisi fisiknya agar lebih stabil. Psychological well-being juga diperlukan survivor kanker payudara agar memiliki kondisi psikologis yang sejahtera dan mampu menerima keadaan diri, menjalin relasi dengan orang-orang sekitar, mampu mandiri, serta mengembangkan potensi diri untuk menjadi lebih baik, sehingga survivor kanker payudara dapat tetap produktif. Dampak psychological well-being terhadap kesehatan dan produktivitas survivor kanker payudara menunjukkan pentingnya psychological well-being. Survivor kanker dapat meningkatkan psychological well-being dengan memperhatikan faktor-faktor yang membentuk psychological well-being. Menurut Ryff dan Singer (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well-being adalah dukungan sosial.

Berdasarkan penelitian, salah satu dukungan sosial yang potensial bagi survivor kanker, yaitu seseorang yang memiliki kondisi yang sama (Meyerowitz, 1980 dalam Utami, 1998). Dalam komunitas Bandung Cancer Society, anggota-anggotanya merupakan survivor kanker yang memiliki pengalaman yang hampir sama ketika menghadapi vonis kanker payudara. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gochett (2015), terlihat bahwa dukungan sosial secara positif mempengaruhi psychological well-being pada survivor kanker payudara. Penelitian lain yang dilakukan pada wanita dewasa di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh secara positif pada psychological well-being (Moe, 2012).


(17)

7

Universitas Kristen Maranatha

Dukungan sosial merupakan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain ataupun kelompok (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011). Terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu emotional/esteem support, tangible/instrumental support, informational support, dan companionship support. Jenis-jenis dukungan sosial ini dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan well-being individu (Sarafino, 2011). Dalam hal ini, survivor kanker payudara dapat menerima dukungan sosial yang berasal dari pengurus dan sesama anggota komunitas BCS.

Berdasarkan hasil survei awal mengenai dukungan sosial yang dilakukan melalui wawancara kepada tujuh orang survivor kanker payudara di komunitas BCS, sebanyak lima orang (71,4%) survivor kanker payudara menghayati bahwa mereka sering mendapatkan perhatian dari sesama anggota komunitas BCS dengan cara mendengarkan keluhan yang dirasakan survivor kanker serta memberikan semangat saat merasa tertekan dan berada dalam kondisi stres karena penyakit kanker yang diderita (emotional support). Dari lima orang tersebut, sebanyak 57,1% mampu menerima kekurangan dan kelebihan dalam dirinya, sedangkan 14,3% lainnya masih sulit menerima kekurangan dirinya (self-acceptance). Sebanyak 57,1% memiliki hubungan yang terbuka dengan orang-orang disekitarnya, seperti keluarga, teman, maupun sesama anggota komunitas BCS, sedangkan 14,3% merasa masih sulit untuk terbuka dengan orang-orang disekitarnya (positive relations with others). Sebanyak dua orang (28,6%) survivor kanker payudara menghayati bahwa mereka jarang mendapatkan perhatian dan jarang diberikan semangat oleh sesama anggota komunitas BCS (emotional support). Dari dua orang tersebut (28,6%), mereka kurang percaya diri (self-acceptance) dan mampu membangun hubungan yang saling percaya (positive relations with others).

Terdapat tujuh orang (100%) survivor kanker payudara di komunitas BCS menghayati bahwa mereka tidak mendapatkan bantuan yang bersifat langsung dari sesama


(18)

8

Universitas Kristen Maranatha

anggota komunitas BCS, baik berupa fasilitas maupun bantuan jasa untuk mengerjakan sesuatu saat mereka membutuhkannya, seperti menemani survivor kanker berobat ketika keluarga sedang berhalangan (tangible/instrumental support). Dari tujuh orang tersebut, sebanyak 57,1% mampu membuat keputusan sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain mengenai pendapat yang mereka utarakan, sedangkan 42,9% lainnya merasa khawatir dengan pendapat orang lain terhadap dirinya dan mudah mengubah keputusannya apabila tidak selaras dengan pendapat orang lain (autonomy). Sebanyak 71,4% tidak merasa kesulitan dalam mengatasi masalah sehari-hari yang berkaitan dengan tugas rumah tangga dan pekerjaan, sedangkan 28,6% mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena mudah lelah dan sering merasakan nyeri pada bagian tubuh tertentu (environmental mastery).

Terdapat lima orang (71,4%) survivor kanker payudara di komunitas BCS menghayati bahwa mereka sering mendapatkan informasi dan arahan dari sesama anggota komunitas BCS melalui seminar dan saling memberikan informasi secara personal (sharing) mengenai pengobatan yang paling tepat untuk dilakukan bagi mereka yang terkena penyakit kanker (informational support). Sebanyak 42,9% mampu menemukan makna dari pengalaman mereka sebagai survivor kanker payudara bahwa Tuhan memberikan “kesempatan kedua” kepada mereka, sehingga membuat mereka memiliki tujuan hidup untuk membantu sesama survivor kanker agar tetap memiliki keinginan untuk hidup dan berjuang melawan penyakitnya, sedangkan 28,6% lainnya merasa tidak memiliki tujuan hidup dan menjalani hidupnya dengan apa adanya (purpose in life). Sebanyak 42,9% memiliki keingintahuan terhadap informasi terbaru mengenai penyakit kanker dan memiliki keinginan untuk terus mengembangkan keterampilan baru, sedangkan 28,6% lainnya kurang memiliki minat untuk mempelajari keterampilan baru (personal growth).


(19)

9

Universitas Kristen Maranatha

Sebanyak dua orang (28,6%) survivor kanker payudara menghayati bahwa mereka jarang mendapatkan informasi dari sesama anggota komunitas BCS (informational support). Dari dua orang tersebut, sebanyak 14,3% berusaha merealisasikan rencana-rencana yang sudah dibuat, sedangkan 14,3% lainnya menjalani hidup dengan apa adanya (purpose in life). Sebanyak 14,3% memiliki keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, sedangkan 14,3% lainnya kurang memiliki minat untuk mempelajari keterampilan baru (personal growth).

Terdapat dua orang (28,6%) survivor kanker payudara di komunitas BCS menghayati bahwa sesama anggota komunitas BCS bersedia meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dan membuatnya merasa menjadi bagian dari komunitas tersebut (companionship support). Sebanyak 28,6% memiliki hubungan yang saling percaya dengan teman-temannya (positive relations with others). Sebanyak 14,3% mampu mengutarakan pendapatnya walaupun berbeda dengan orang lain, sedangkan 14,3% lainnya lebih memilih untuk menyimpan sendiri pendapatnya (autonomy). Dari 7 orang survivor kanker payudara, sebanyak lima orang (71,4%) menghayati bahwa sesama anggota komunitas BCS jarang meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengannya (companionship support). Sebanyak 57,1% memiliki banyak teman yang mau mendengarkan keluh kesahnya, sedangkan 14,3% lainnya terkadang merasa kesepian karena memiliki teman dekat yang sedikit (positive relations with others).Sebanyak 42,9% mampu membuat keputusan sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh keputusan orang lain, sedangkan 28,6% lainnya selalu membutuhkan masukan dari keluarga atau teman untuk membuat keputusan (autonomy).

Hasil survei awal menunjukkan bahwa masing-masing survivor kanker payudara menghayati jenis dukungan sosial yang berbeda-beda. Setiap jenis dukungan sosial tersebut juga dapat memberikan kontribusi pada psychological well-being dalam derajat yang berbeda-beda pula. Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kontribusi


(20)

10

Universitas Kristen Maranatha

dukungan sosial terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian ini, ingin diketahui seberapa besar kontribusi jenis-jenis dukungan sosial terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai emotional/esteem support, tangible/instrumental support, informational support, dan companionship support, serta gambaran mengenai psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai seberapa besar kontribusi emotional/esteem support, tangible/instrumental support, informational support, dan companionship support terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan bagi Ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi kesehatan dan Psikologi Positif yang berkaitan dengan pengetahuan


(21)

11

Universitas Kristen Maranatha

mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

2. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang memiliki minat melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pengurus dan sesama anggota komunitas BCS mengenai bagaimana kontribusi dukungan sosial yang dihayati survivor kanker payudara terhadap psychological well-being pada survivor kanker di komunitas BCS agar pengurus dan sesama anggota komunitas BCS dapat memberikan dukungan sosial yang sesuai untuk survivor kanker payudara, sehingga dapat meningkatkan psychological well-being.

2. Memberikan informasi kepada survivor kanker payudara dalam komunitas BCS mengenai dukungan sosial dan psychological well-being agar dapat meningkatkan psychological well-being dengan memperhatikan dukungan sosial yang diberikan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society (selanjutnya akan disebut survivor kanker payudara) berada pada kelompok usia dewasa madya. Masa dewasa madya adalah masa yang dimulai ketika seseorang memasuki usia 40-45 tahun hingga 60-65 tahun (Santrock, 2012). Masa dewasa madya mencakup “keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab relasi di tengah-tengah perubahan fisik dan psikologis yang berlangsung

seiring dengan proses penuaan” (Lachman, 2004 dalam Santrock, 2012). Dewasa madya


(22)

12

Universitas Kristen Maranatha

secara seimbang (Baltes, Lindenberger, & Staudinger, 2006 dalam Santrock, 2012). Tanggung jawab sebagai seorang dewasa madya akan semakin bertambah. Dewasa madya memiliki peran penting untuk mengurus kehidupan orang yang lebih tua dan lebih muda (Birditt & Wardjiman, 2012; Fingermann & Birditt, 2011 dalam Santrock, 2012). Dewasa madya juga mungkin mulai bertanggung jawab secara finansial untuk orang tua. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa saat dewasa madya merupakan masa-masa yang produktif.

Sebagai survivor kanker payudara tidak mudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi tanggung jawabnya karena mengalami penurunan dalam kesehatannya sebagai akibat dari penyakit kanker. Survivor kanker payudara juga memperlihatkan adanya perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya (Hadjam, 2000 dalam Lubis, 2009). Mereka juga memiliki pandangan bahwa dengan mengalami kanker, aktivitas yang dapat dilakukannya menjadi sangat terbatas (Lubis, 2009). Pada beberapa kasus, survivor kanker mulai menarik diri dari kontak sosial karena mereka merasa malu dengan kondisi mereka (Mages & Mendelsohn, 1979, dalam Sarafino, 2011). Hal-hal tersebut memberikan dampak pada kesejahteraan psikologis survivor kanker payudara, atau menurut Ryff (2003) biasa disebut sebagai psychological well-being. Dampak dari psychological well-being akan membantu survivor kanker payudara untuk menangani kondisi fisiknya agar lebih stabil. Psychological well-being juga diperlukan survivor kanker payudara agar memiliki kondisi psikologis yang sejahtera dan mampu menerima keadaan diri, menjalin relasi dengan orang-orang sekitar, mampu mandiri, serta mengembangkan potensi diri untuk menjadi lebih baik, sehingga survivor kanker payudara dapat tetap produktif.

Psychological Well-Being merupakan penilaian individu berdasarkan evaluasinya terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya bahwa ia mampu melakukan penerimaan diri (self-acceptance), mampu menjalin relasi positif dengan orang lain (positive relationships


(23)

13

Universitas Kristen Maranatha

with others), mampu bersikap mandiri (autonomy), mampu menguasai lingkungannya (environmental mastery), memiliki tujuan hidup (purpose in life), dan juga mampu melakukan pengembangan diri (personal growth) serta secara sukses mengatasi segala tantangan dan kesulitan yang ada dalam hidup mereka (Ryff dan Singer, 2003).

Psychological well-being survivor kanker dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis, faktor kepribadian, dan faktor dukungan sosial. Faktor sosiodemografis terdiri dari usia, jenis kelamin, status marital, dan status sosioekonomi. Ryff dan Keyes (1995) mengemukakan bahwa perbedaan usia mempengaruhi perbedaan dalam dimensi-dimensi psychological well-being. Dimensi environmental mastery dan autonomy mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Sebaliknya, dimensi purpose in life dan personal growth memperlihatkan penurunan seiring bertambahnya usia, terutama terjadi pada usia dewasa madya hingga dewasa akhir, misalnya semakin bertambahnya usia survivor kanker payudara, mereka semakin jarang membuat rencana-rencana dalam hidup dan juga semakin berkurang keinginan mereka dalam mempelajari keterampilan baru atau mencoba pengalaman baru. Sedangkan untuk dimensi self-acceptance, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan selama usia dewasa muda hingga dewasa akhir (Ryff dan Keyes, 1995).

Perbedaan psychological well-being pada jenis kelamin yang berbeda disebabkan oleh adanya sumber-sumber yang berbeda dari psychological well-being yang dimiliki oleh pria dan wanita. Wanita memiliki hubungan yang lebih dekat dengan keadaan-keadaan di sistem sosialnya, sedangkan pria lebih dipengaruhi oleh lingkungan profesional mereka (Whitbourne dan Powers, 1994 dalam Wells, 2010). Wanita, karenanya, lebih terintegrasi secara sosial dan memiliki skor lebih tinggi dalam dimensi positive relations with others dibandingkan pria (Pinquart dan Sorensen, 2000 dalam Wells, 2010). Di samping itu, walaupun partisipasi wanita sudah meningkat di bidang pekerjaan akhir-akhir ini, mereka tetap dibebankan terhadap sebagian besar tanggung jawab keluarga, dan tugas-tugas rumah yang lebih banyak


(24)

14

Universitas Kristen Maranatha

dari suami, serta perawatan anak. Keadaan dimana wanita harus bekerja sambil mengurus anak-anaknya dapat mempengaruhi psychological well-being mereka (Rohlfs Borell dan Fonseca, 2000; Artazcoz, Borell dan Benach, 2001 dalam Wells, 2010).

Dalam hal status marital, ditemukan bahwa menjadi bagian dari suatu keluarga dan memiliki relasi yang baik dengan pasangan dapat meningkatkan psychological well-being. Misalnya, survivor kanker payudara yang menikah memiliki psychological well-being yang relatif lebih tinggi dibandingkan survivor kanker payudara yang tidak menikah. Perubahan pada status marital juga dapat mempengaruhi psychological well-being. Perubahan tersebut seperti pernikahan ataupun perceraian (Segraves, 1985 dalam Wells, 2010). Pasangan menikah yang kemudian bercerai memiliki psychological well-being yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pasangan yang pernikahannya bertahan (Jurnal Marital Disruption and Psychological Well-Being; A Panel Study, Doherty, dkk., 1989 dalam Wells, 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi psychological well-being adalah faktor kepribadian. Extrovert lebih memersepsi pengalamannya secara positif dibandingkan dengan introvert. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, extrovert lebih peka terhadap reward, dan mereka belajar untuk menjadi bahagia secara lebih cepat, tetapi tidak menjadi sedih dengan cepat. Kedua, para extrovert memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menciptakan situasi yang dapat membuat mereka bahagia. Extrovert cenderung memilih lingkungan yang nantinya dapat mereka nikmati (Diener Sandvik, Pavot et al.,1992). Para extrovert lebih mudah untuk merasakan emosi yang positif, dan lebih terlihat dalam situasi yang meningkatkan emosi positif mereka. Hal-hal ini membuat psychological well-being para extrovert relatif lebih baik daripada para introvert. Schmute dan Ryff (1997) juga menemukan bahwa dimensi dari Big Five Personality (neuroticism, extraversion, conscientiousness, openness to experience, dan agreeableness) memiliki hubungan dengan psychological well-being. Contohnya, openness to experiences (sejalan dengan extraversion) muncul sebagai prediktor yang kuat dalam dimensi


(25)

15

Universitas Kristen Maranatha

personal growth, sedangkan agreeableness dalam dimensi positive relations with others. Autonomy, diprediksi dipengaruhi oleh bermacam-macam trait, tetapi yang paling kuat adalah neuroticism, sedangkan purpose in life diprediksi oleh conscientiousness. (Wells, 2010)

Dalam penelitian ini, faktor yang akan ditelaah lebih lanjut adalah dukungan sosial karena Bandung Cancer Society merupakan support group bagi orang-orang yang mengalami kanker. Dalam komunitas Bandung Cancer Society ini, para survivor kanker payudara sama-sama memiliki pengalaman yang hampir sama-sama ketika menghadapi vonis kanker payudara. Dukungan sosial adalah rasa nyaman, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain ataupun kelompok (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011). Terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu emotional/esteem support, tangible/instrumental support, informational support, dan companionhip support. Dalam penelitian ini, dukungan sosial yang diteliti adalah dukungan sosial komunitas yang bersumber dari pengurus dan sesama anggota komunitas di Bandung Cancer Society.

Emotional atau esteem support merupakan empati, perhatian, pandangan positif, dan perhatian yang diberikan terhadap survivor kanker payudara. Tangible ataupun instrumental support merupakan bantuan yang diberikan secara langsung kepada survivor kanker payudara, seperti fasilitas, penunjang kesehatan, dan jasa. Informational support terdiri atas pemberian nasehat, pengarahan, saran, atau feedback mengenai bagaimana survivor kanker payudara melakukan sesuatu serta informasi mengenai penyakit kanker payudara. Companionship support merupakan kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan survivor kanker payudara, dengan begitu menyebabkan survivor kanker payudara merasa bahwa ia merupakan bagian dari komunitas.

Survivor kanker payudara yang menghayati akan adanya empati, perhatian, pandangan positif, dan perhatian dari pengurus dan sesama anggota komunitas BCS (emotional support) akan berperan dalam pembentukan psychological well-being mereka. Survivor kanker


(26)

16

Universitas Kristen Maranatha

payudara akan merasa dicintai dan diterima oleh lingkungan sekitarnya. Perasaan dicintai dan diterima ini akan menimbulkan penilaian dan perasaan positif terhadap diri survivor kanker payudara, sehingga survivor kanker dapat memiliki sikap yang positif, mengenali dan menerima berbagai aspek dari dirinya, termasuk aspek yang baik maupun buruk, dan dapat melihat masa lalunya dengan perasaan yang positif (self-acceptance). Emotional support juga memberikan rasa nyaman dan perasaan saling memiliki dengan lingkungan sekitar, sehingga survivor kanker payudara dapat memiliki hubungan yang hangat, memuaskan dan diwarnai rasa percaya dengan orang lain, yang memberikan perhatian terhadap well-being orang lain dan memiliki kapasitas untuk merasakan empati, intimacy, dan memahami konsep memberi dan menerima dalam hubungan manusia (positive relations with others).

Dorongan dan pandangan positif yang diberikan kepada survivor kanker payudara akan menimbulkan kepercayaan diri terhadap dirinya, sehingga survivor kanker payudara mampu bersikap mandiri, mampu melawan tekanan sosial dan bertindak dengan melakukan penilaian tingkah laku dari penilaian internal mereka. (autonomy). Survivor kanker payudara yang mendapatkan emotional support juga akan memiliki penguasaan terhadap lingkungan sekitarnya, dapat mempergunakan kesempatan yang muncul secara efektif dan dapat memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai personalnya (environmental mastery). Mereka juga akan memiliki tujuan hidup dan arah; mereka merasa bahwa baik masa lalu dan masa kini dari hidup mereka memiliki makna, mereka memegang keyakinan yang memberikan hidup mereka tujuan dan memiliki alasan untuk hidup (purpose in life). Selain itu, survivor kanker payudara akan memiliki keinginan untuk berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, merasa bahwa mereka memenuhi potensi mereka, mereka dapat melihat peningkatan dalam diri dan tingkah laku mereka seiring waktu, dan berubah ke arah yang meningkatkan pengetahuan mengenai diri (personal growth).


(27)

17

Universitas Kristen Maranatha

Survivor kanker payudara yang menghayati akan adanya bantuan yang diberikan secara langsung berupa fasillitas, penunjang kesehatan, atau jasa untuk melakukan sesuatu dari pengurus dan sesama anggota komunitas BCS (tangible/instrumental support) akan berperan dalam pembentukan psychological well-being mereka. survivor kanker payudara yang menghayati bahwa mereka mendapatkan tangible support lebih dapat beradaptasi dengan penurunan fungsi fisiknya dan hal ini dapat mempengaruhi bagaimana survivor kanker payudara melihat kondisi dirinya di masa lalu dan saat ini secara positif (self-acceptance). Survivor kanker payudara juga cenderung dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemberi bantuan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan survivor kanker payudara dengan orang sekitarnya (positive relations with others). Tersedianya bantuan berupa fasilitas juga dapat mendorong survivor kanker payudara untuk menjadi lebih mandiri (autonomy) dan mengendalikan lingkungan secara lebih baik (environmental mastery). Selain itu, juga dapat berperan untuk memfasilitasi survivor kanker payudara dalam mencapai tujuan dalam hidup (purpose in life). Tersedianya bantuan berupa fasilitas dapat mendorong survivor kanker payudara untuk mengembangkan keterampilan yang telah dimiliki maupun mempelajari keterampilan yang baru (personal growth).

Penghayatan survivor kanker payudara akan adanya nasehat, pengarahan, saran, atau feedback, atau informasi mengenai penyakit kanker payudara (informational support) juga dapat berperan dalam pembentukan psychological well-being mereka. Informasi ataupun masukan mengenai diri survivor kanker payudara dan mengenai penyakit kanker payudara serta pengobatannya dari pengurus dan sesama anggota komunitas BCS akan membantu survivor kanker payudara untuk mengenali dirinya dan berbagai aspek dalam dirinya dengan lebih baik (self-acceptance). Nasehat, pengarahan, ataupun saran dapat membantu survivor kanker payudara untuk mempelajari bagaimana cara untuk menjalin relasi yang baik dengan lingkungan sekitar. Survivor kanker payudara juga cenderung mengembangkan relasi yang


(28)

18

Universitas Kristen Maranatha

baik dengan individu yang memberikan saran ataupun informasi yang berdampak positif bagi mereka (positive relations with others). Selain itu, informasi dan arahan yang tepat dapat membantu survivor kanker payudara untuk secara mandiri memecahkan permasalahan yang mereka alami sehari-hari (autonomy) dan memiliki penguasaan terhadap lingkungan sekitarnya (environmental mastery). Adanya informational support dari lingkungan dapat membuat survivor kanker payudara untuk melakukan support yang serupa pada orang sekitarnya, selain itu juga dapat membantu survivor kanker payudara menemukan cara untuk mencapai tujuan hidup mereka (purpose in life). Survivor kanker payudara yang menghayati adanya informational support akan cenderung termotivasi untuk memperluas pengetahuan yang dimilikinya mengenai penyakit kanker payudara (personal growth).

Survivor kanker payudara yang menghayati adanya kesediaan pengurus dan sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society untuk menghabiskan waktu dengan survivor kanker payudara akan merasa bahwa mereka adalah bagian dari komunitas (companionship support) dan akan berperan dalam pembentukan psychological well-being mereka. Adanya penerimaan diri dan rasa memiliki dengan komunitas akan memudahkan survivor kanker payudara untuk menerima dirinya, baik aspek positif maupun negatif dalam dirinya (self-acceptance). Semakin sering survivor kanker payudara menghabiskan waktu dengan orang lain, maka akan semakin hangat juga hubungan yang terjalin, sehingga survivor kanker payudara dapat mengembangkan rasa percaya dan empati pada anggota komunitas BCS (positive relations with others). Dengan adanya kesediaan pengurus ataupun anggota komunitas untuk menghabiskan waktu dengan survivor kanker payudara, mereka dapat belajar mengenai cara untuk memecahkan permasalahan sehari-hari (autonomy) dan juga dapat mempelajari cara untuk mengontrol lingkungan yang terbaik bagi diri mereka sendiri (environmental mastery). Kebersamaan yang dimiliki survivor kanker payudara dari komunitas dapat membantu mereka untuk menemukan tujuan hidupnya dan cara-cara yang


(29)

19

Universitas Kristen Maranatha

dilakukan untuk mencapai tujuan hidupnya (purpose in life). Selain itu, survivor kanker payudara dapat lebih termotivasi untuk melakukan aktivitas yang produktif dan mempelajari keterampilan yang baru (personal growth).

Berikut adalah bagan dari penjelasan di atas:

1.6 Asumsi

1. Psychological well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya ditentukan berdasarkan dimensi self-acceptance, positive relations with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Dukungan Sosial dari Pengurus dan Sesama Anggota Komunitas BCS Survivor Kanker Wanita Payudara Madya di Komunitas BCS Penghayatan Survivor Kanker terhadap Dukungan Sosial Jenis dukungan sosial:

Emotional/esteem support Tangible/instrumental

support

Informational support Companionship support

Psychological Well-Being

Dimensi:

Self-acceptance Positive relations

with others Autonomy Environmental

mastery Purpose in life Personal growth

1. Faktor sosiodemografis a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Status marital 2. Trait kepribadian


(30)

20

Universitas Kristen Maranatha

2. Dukungan sosial yang diberikan oleh pengurus dan sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society berupa emotional/esteem support, tangible/instrumental support, informational support, serta companionhip support, dan masing-masing jenis dukungan tersebut dihayati secara berbeda-beda oleh survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society.

3. Dukungan sosial yang diberikan oleh pengurus dan sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society dapat mempengaruhi psychological well-being survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society.

4. Masing-masing jenis dukungan sosial yang diterima survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society memberikan kontribusi terhadap psychological well-being mereka dalam derajat yang berbeda.

1.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat kontribusi dari emotional/esteem support terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society. 2. Terdapat kontribusi dari tangible/instrumental support terhadap psychological

well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society.

3. Terdapat kontribusi dari informational support terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara dewasa madya di komunitas Bandung Cancer Society. 4. Terdapat kontribusi dari companionship support terhadap psychological well-being


(31)

67 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Keempat jenis dukungan sosial memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap psychological well-being pada survivor kanker payudara di komunitas Bandung Cancer Society.

Tangible support dan companionship support merupakan jenis dukungan sosial yang memberikan kontribusi paling besar terhadap psychological well-being.

 Dari hasil pengolahan data penunjang, diketahui bahwa status marital dan tingkat keparahan kanker payudara tidak menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan psychological well-being.

Trait kepribadian extraversion, conscientiousness, dan openness to experience menunjukkan kecenderungan keterkaitan dengan psychological well-being. Selain itu, trait neuroticism menunjukkan kecenderungan keterkaitan secara negatif dengan psychological well-being.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

 Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti dengan metode dan variabel yang serupa, disarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah subjek penelitian yang lebih besar.


(32)

68

Universitas Kristen Maranatha

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi trait kepribadian atau faktor lain terhadap psychological well-being.

5.2.2 Saran Praktis

Untuk pengurus komunitas Bandung Cancer Society, disarankan untuk membenahi Rumah Singgah dan bekerja sama dengan pihak lain yang dapat memberikan bantuan agar fasilitas yang ada di Rumah Singgah semakin memadai dan dapat menampung lebih banyak survivor kanker untuk memudahkan akses survivor kanker payudara dalam proses pengobatan.

Pengurus komunitas Bandung Cancer Society disarankan untuk lebih sering menyelenggarakan kegiatan bersama yang melibatkan lebih banyak anggota dengan tujuan untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas komunikasi, baik antar sesama anggota maupun antara anggota dengan pengurus. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa gathering serta sharing, seperti kegiatan untuk saling berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan satu sama lain, maupun kegiatan untuk berbagi ilmu serta keterampilan.

Untuk survivor kanker payudara yang merupakan anggota komunitas Bandung Cancer Society, disarankan untuk lebih sering terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas BCS dan lebih sering untuk bersosialisasi dengan sesama anggota untuk meningkatkan kualitas hubungan antar sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society.


(33)

KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL KOMUNITAS

TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA SURVIVOR KANKER PAYUDARA DEWASA MADYA

DI KOMUNITAS BANDUNG CANCER SOCIETY

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

DISHA NOVIANTI GRESIA NRP: 1230148

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(34)

vii PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas Usulan Penelitian ini dengan judul “Kontribusi Dukungan Sosial dari Komunitas terhadap Psychological Well-Being pada Survivor Kanker Payudara Dewasa Madya di Komunitas Bandung Cancer Society”.

Dalam menyusun Penelitian Skripsi ini, peneliti menemukan beberapa kendala dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa Penelitian Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka atas kritik dan saran untuk penelitian ini.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan penelitian ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha sekaligus dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberikan masukan, serta dukungan selama penyusunan penelitian ini.

2. Maria Yuni Megarini, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberikan masukan, serta dukungan selama penyusunan penelitian ini.

3. Agoes Santosa, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing saat mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan pengetahuan mengenai metode dan pengujian statistika dalam penelitian ini.


(35)

viii

4. Seluruh pengajar yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada peneliti selama masa kuliah, serta seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama penelitian ini. 5. Yanti Setiawadi selaku ketua komunitas BCS dan Ita yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk membantu peneliti mencari dan menghubungi para angggota BCS yang sesuai dengan karakteristik dan bersedia sebagai subjek penelitian.

6. Pengurus dan anggota komunitas Bandung Cancer Society yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi informasi dan pengalaman kepada peneliti, serta membantu peneliti saat survei awal dan saat mengisi kuesioner.

7. Kedua orang tua dan adik peneliti yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi terbesar bagi peneliti untuk menyelesaikan tugas Usulan Penelitian ini.

8. Rheina dan Raissa Hadiman yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengajarkan peneliti dalam menggunakan aplikasi SPSS.

9. Seizhar, Amalia, Rosi, Aprilia, Andini, Fadila, Dien, Nariezsa, dan Ayu, yang selalu memberikan semangat serta motivasi dalam mengerjakan penelitian ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mungkin namanya tidak disebutkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang Bapak, Ibu serta rekan-rekan sekalian berikan. Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga penelitan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Mei 2017


(36)

69 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Sianiwati S. dkk. (2016). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kaplan, Robert M. & Dennis P. Saccuzzo. (2009). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues, 7th edition. USA: Wadsworth.

Lubis, Namora Lumongga & Hasnida. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan: USU Press.

Ryff, C. D. & Keyes, C.L. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality & Social Psychology, 69(4), 719-727.

Ryff, C. D. & Singer, B. (2003). Ironies of the human condition: Well-being and health on the way to mortality. In L.G. Aspinwal and U. M. Staudinger (Eds.), A psychology of human strengths: Fundamental questions and future directions for a positive psychology. (pp. 271-287). Washington DC, US: American Psychological Association.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development 14th edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). Health Psychology – Biopsychosocial Interactions 7th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Savitri, Astrid dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, & Rahim. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Utami, Muhana Sofiati & Nida Ul Hasanat. (1998). Dukungan Sosial pada Penderita Kanker. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, No.1, 44-54.


(37)

70 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

American Psychological Association. (2003). Breast Cancer: How Your Mind Can Help Your Body. Diakses dari www.apa.org pada tanggal 30 Maret 2017.

Aprodita, Nindya P. (2014). Kontribusi Jenis-Jenis Dukungan Sosial terhadap Dimensi-Dimensi Psychological Well-Being pada Lansia yang Tinggal di Panti “X” Kota Sukabumi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Globocan. (2012). Estimated Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence Worldwide in 2012. Diakses dari globocan.iarc.fr pada tanggal 5 Agustus 2016.

Gochett, Celestine G. (2015). Psychological Well-Being Among Breast Cancer Survivors:Factors That Influence Transition From Primary Treatment To Early Survivorship. uknowledge.uky.edu. (diakses 30 Oktober 2016).

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Moe, Krista. (2012). Factors Influencing Women’s Psychological Well-Being Within a Positive Functioning Framework. uknowledge.uky.edu. (diakses 30 Oktober 2016).

World Health Organization. (2014). Cancer Country Profile – Indonesia. Diunduh dari www.who.int>country-profiles>idn_en


(1)

68

Universitas Kristen Maranatha

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi trait kepribadian atau faktor lain terhadap psychological well-being.

5.2.2 Saran Praktis

Untuk pengurus komunitas Bandung Cancer Society, disarankan untuk membenahi Rumah Singgah dan bekerja sama dengan pihak lain yang dapat memberikan bantuan agar fasilitas yang ada di Rumah Singgah semakin memadai dan dapat menampung lebih banyak survivor kanker untuk memudahkan akses survivor kanker payudara dalam proses pengobatan.

Pengurus komunitas Bandung Cancer Society disarankan untuk lebih sering menyelenggarakan kegiatan bersama yang melibatkan lebih banyak anggota dengan tujuan untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas komunikasi, baik antar sesama anggota maupun antara anggota dengan pengurus. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa gathering serta sharing, seperti kegiatan untuk saling berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan satu sama lain, maupun kegiatan untuk berbagi ilmu serta keterampilan.

Untuk survivor kanker payudara yang merupakan anggota komunitas Bandung Cancer Society, disarankan untuk lebih sering terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas BCS dan lebih sering untuk bersosialisasi dengan sesama anggota untuk meningkatkan kualitas hubungan antar sesama anggota komunitas Bandung Cancer Society.


(2)

KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL KOMUNITAS

TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA SURVIVOR KANKER PAYUDARA DEWASA MADYA

DI KOMUNITAS BANDUNG CANCER SOCIETY

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

DISHA NOVIANTI GRESIA NRP: 1230148

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(3)

vii PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas Usulan Penelitian ini dengan judul “Kontribusi Dukungan Sosial dari Komunitas terhadap Psychological Well-Being pada Survivor Kanker Payudara Dewasa Madya di Komunitas Bandung Cancer Society”.

Dalam menyusun Penelitian Skripsi ini, peneliti menemukan beberapa kendala dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa Penelitian Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka atas kritik dan saran untuk penelitian ini.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan penelitian ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha sekaligus dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberikan masukan, serta dukungan selama penyusunan penelitian ini.

2. Maria Yuni Megarini, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberikan masukan, serta dukungan selama penyusunan penelitian ini.

3. Agoes Santosa, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing saat mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan pengetahuan mengenai metode dan pengujian statistika dalam penelitian ini.


(4)

viii

4. Seluruh pengajar yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada peneliti selama masa kuliah, serta seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama penelitian ini. 5. Yanti Setiawadi selaku ketua komunitas BCS dan Ita yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk membantu peneliti mencari dan menghubungi para angggota BCS yang sesuai dengan karakteristik dan bersedia sebagai subjek penelitian.

6. Pengurus dan anggota komunitas Bandung Cancer Society yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi informasi dan pengalaman kepada peneliti, serta membantu peneliti saat survei awal dan saat mengisi kuesioner.

7. Kedua orang tua dan adik peneliti yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi terbesar bagi peneliti untuk menyelesaikan tugas Usulan Penelitian ini.

8. Rheina dan Raissa Hadiman yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengajarkan peneliti dalam menggunakan aplikasi SPSS.

9. Seizhar, Amalia, Rosi, Aprilia, Andini, Fadila, Dien, Nariezsa, dan Ayu, yang selalu memberikan semangat serta motivasi dalam mengerjakan penelitian ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mungkin namanya tidak disebutkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang Bapak, Ibu serta rekan-rekan sekalian berikan. Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga penelitan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Mei 2017


(5)

69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Sianiwati S. dkk. (2016). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kaplan, Robert M. & Dennis P. Saccuzzo. (2009). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues, 7th edition. USA: Wadsworth.

Lubis, Namora Lumongga & Hasnida. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan: USU Press.

Ryff, C. D. & Keyes, C.L. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality & Social Psychology, 69(4), 719-727.

Ryff, C. D. & Singer, B. (2003). Ironies of the human condition: Well-being and health on the way to mortality. In L.G. Aspinwal and U. M. Staudinger (Eds.), A psychology of human strengths: Fundamental questions and future directions for a positive psychology. (pp. 271-287). Washington DC, US: American Psychological Association.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development 14th edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). Health Psychology – Biopsychosocial Interactions 7th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Savitri, Astrid dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, & Rahim. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Utami, Muhana Sofiati & Nida Ul Hasanat. (1998). Dukungan Sosial pada Penderita Kanker. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, No.1, 44-54.


(6)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

American Psychological Association. (2003). Breast Cancer: How Your Mind Can Help Your Body. Diakses dari www.apa.org pada tanggal 30 Maret 2017.

Aprodita, Nindya P. (2014). Kontribusi Jenis-Jenis Dukungan Sosial terhadap Dimensi-Dimensi Psychological Well-Being pada Lansia yang Tinggal di Panti “X” Kota Sukabumi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Globocan. (2012). Estimated Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence Worldwide in 2012. Diakses dari globocan.iarc.fr pada tanggal 5 Agustus 2016.

Gochett, Celestine G. (2015). Psychological Well-Being Among Breast Cancer Survivors:Factors That Influence Transition From Primary Treatment To Early Survivorship. uknowledge.uky.edu. (diakses 30 Oktober 2016).

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Moe, Krista. (2012). Factors Influencing Women’s Psychological Well-Being Within a Positive Functioning Framework. uknowledge.uky.edu. (diakses 30 Oktober 2016).

World Health Organization. (2014). Cancer Country Profile – Indonesia. Diunduh dari www.who.int>country-profiles>idn_en