Bentuk dan strategi dukungan sosial terhadap Psychological Well Being pada penderita kanker payudara.
i
THE SOCIAL SUPPORT STRATEGIES AND FORMS FOR PSYCHOLOGICAL WELL BEING OF BREAST CANCER
PATIENTS
Intan Ayu Anggun Purwitasari
ABSTRACT
The purpose of this research is to seek the form of social support and to see the strategies of social support which may influence psychological well being dimension of breast cancer patient. This research is so important to do because social support is as one factorsaffect psychological well being and should be noted that not all supports could be accepted by the patient as social support. This research, descriptive qualitative approach is used. Here, there are 5 advanced breast cancer patients are selected as the subjects as well as used for the criterion sampling method. One of the criteria is that they should have good psychological well being. The data was collected by conducting in-depth interview for each subject. The results of this research indicate that the sort ofaccepted social supports are emotional, instrumental, informative, achievement social support, and social community support. Whereas, the forms of social support could be in the form of courage, care, advice, information, encouragement to seek treatment, acceptance, effort of time and energy, greeting, and material assistance. Those supports could be given by mentoring way, briefing, sharing experiences, giving discretion, acceptance, accompany, motivate, and giving assistance.
Keywords : breast cancer, forms of social support, social support strategies, psychological well being.
(2)
ii
BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER
PAYUDARA
Intan Ayu Anggun Purwitasari
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bentuk dan strategi dukungan sosial yang dipersepsi mendukung dimensi psychological well being pada penderita kanker payudara. Penelitian ini penting dilakukan karena dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being dan tidak semua dukungan yang diberikan dapat diterima sebagai dukungan sosial oleh penerima dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang pasien kanker payudara stadium lanjut. Pemilihan subjek menggunakan teknik criterion sampling, dengan salah satu kriteria memiliki psychological well being yang baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dukungan sosial yang diterima adalah dukungan sosial emosional, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial informatif, dukungan sosial penghargaan, dan dukungan sosial jaringan sosial. Adapun bentuk dukungan sosial yang diterima adalah semangat, perhatian, nasihat, informasi, dorongan untuk berobat, menerima apa adanya, dukungan beraktivitas, ajakan beraktivitas, bantuan tenaga dan waktu, menanyakan kabar, serta adanya bantuan materi. Dukungan tersebut diberikan dengan cara pendampingan, pengarahan, berbagi pengalaman, pemberian kebebasan, penerimaan, menemani, memotivasi, dan pemberian bantuan.
Kata kunci : kanker payudara, bentuk dukungan sosial, strategi dukungan sosial,
(3)
(4)
i
BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER
PAYUDARA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Intan Ayu Anggun Purwitasari
NIM : 089114086
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTU
-
NYA”
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”
1 Petrus 5:7
“dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.”
Roma 5 : 4-5a
Segala usaha kerasku ini aku persembahakan kepada TUHAN YESUS sumber segala kehidupan, Papi dan Mami yang senantiasa mendukung dan mendoakan, Kakak dan adik-adikku yang aku sayangi
(8)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Oktober 2013 Penulis,
(9)
vi
BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER
PAYUDARA
Intan Ayu Anggun Purwitasari
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bentuk dan strategi dukungan sosial yang dipersepsi mendukung dimensi psychological well being pada penderita kanker payudara. Penelitian ini penting dilakukan karena dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being dan tidak semua dukungan yang diberikan dapat diterima sebagai dukungan sosial oleh penerima dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang pasien kanker payudara stadium lanjut. Pemilihan subjek menggunakan teknik criterion
sampling, dengan salah satu kriteria memiliki psychological well being yang baik.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dukungan sosial yang diterima adalah dukungan sosial emosional, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial informatif, dukungan sosial penghargaan, dan dukungan sosial jaringan sosial. Adapun bentuk dukungan sosial yang diterima adalah semangat, perhatian, nasihat, informasi, dorongan untuk berobat, menerima apa adanya, dukungan beraktivitas, ajakan beraktivitas, bantuan tenaga dan waktu, menanyakan kabar, serta adanya bantuan materi. Dukungan tersebut diberikan dengan cara pendampingan, pengarahan, berbagi pengalaman, pemberian kebebasan, penerimaan, menemani, memotivasi, dan pemberian bantuan.
Kata kunci : kanker payudara, bentuk dukungan sosial, strategi dukungan sosial,
(10)
vii
THE SOSCIAL SUPPORT STRATEGIES AND FORMS FOR PSYCHOLOGICAL WELL BEING OF BREAST CANCER
PATIENTS
Intan Ayu Anggun Purwitasari
ABSTRACT
The purpose of this research is to seek the form of social support and to see the strategies of social support which may influence psychological well being dimension of breast cancer patient. This research is so important to do because social support is as one factors affect psychological well being and should be noted that not all supports could be accepted by the patient as social support. This research, descriptive qualitative approach is used. Here, there are 5 advanced breast cancer patients are selected as the subjects as well as used for the criterion sampling method. One of the criteria is that they should have good psychological well being. The data was collected by conducting in-depth interview for each subject. The results of this research indicate that the sort of accepted social supports are emotional, instrumental, informative, achievement sosial support, and social community support. Whereas, the forms of social support could be in the form of courage, care, advice, information, encouragement to seek treatment, acceptance, effort of time and energy, greeting, and material assistance. Those supports could be given by mentoring way, briefing, sharing experiences, giving discretion, acceptance, accompany, motivate, and giving assistance.
Keywords : breast cancer, forms of social support, social support strategies, psychological well being.
(11)
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Intan Ayu Anggun Purwitasari
Nomor Mahasiswa : 089114086
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER
PAYUDARA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 29 Oktober 2013
Yang menyatakan,
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih, berkat, rahmat, dan anugrah yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Bentuk dan Strategi Dukungan Sosial Terhadap Psychological Well Being pada Penderita Kanker Payudara” dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Selain itu, penulisan skripsi ini juga berguna bagi penulis untuk berlatih melakukan sebuah penelitian dan menghasilkan sebuah karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan hambatan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. Namun, berkat dukungan, bimbingan, saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih, nafas kehidupan, anugerah kebijaksanaan, ketekunan, dan kesabaran yang tiada habisnya, terus mengalir dalam kehidupan penulis.
2. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
(13)
x
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi dan Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi. selaku Wakaprodi.
4. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Ibu Dr. Tjipto Susana, Psi. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, kesabaran, petunjuk, masukan, kritik yang diberikan selama proses penulisan skripsi.
6. Mas Gandung, Pak Gik, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini.
7. Direktur RS Bethesda atas perizinan yang diberikan untuk melakukan penelitian. Staff RS Bethesda atas bantuan dan partisipasinya dalam penelitian ini.
8. Ibu S, Ibu K, Ibu D, Ibu I, dan Ibu R, atas kesediaannya menjadi subjek dan atas pengalaman hidup yang sudah dibagikan.
9. Keluarga, Papi, Mami, terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terima kasih untuk dukungan doa, materi, finansial, fasilitas, kasih sayang, pengertian dan segala macam kebutuhan selama proses kuliah sampai proses penulisan skripsi. Terima kasih telah menjadi pendukung terhebat dan yang paling setia.
10. Mamas Agung, Lalak, Pampam atas keceriaan yang membahagiakan. 11. Bude Madi (Alm.) atas pengalaman tentang penyakit kanker. Bude itu
(14)
xi
12. Teman seperjuanganku Oshin, Tiwai, Ciput, Caecil, Vina, Dessi, Koh Be, atas dukungan, bantuan, dan canda tawa yang kalian hadirkan dalam hidupku.
13. Temen-teman Psikologi 2008 terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
14. Teman satu bimbingan Evrisya, Cintya, Iness, Nopai, Puji, menggalau bersama kalian itu mengesankan sekali. Suka duka skripsi kita lalui bersama. Terima kasih teman untuk semuanya.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang sudah turut membantu dan mendukung.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan laporan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak selama proses penelitian dan penulisan laporan ini. Sekali lagi, penulis mohon maaf dan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 29 Oktober 2013 Penulis,
(15)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……..………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v
ABSTRAK ………. vi
ABSTRACT ………... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... viii
KATA PENGANTAR ………... ix
DAFTAR ISI ……….. xii
DAFTAR TABEL ………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah …….………. 1
B. Rumusan Masalah ……… 9
C. Tujuan Penelitian ………. 9
D. Manfaat Penelitian ……… 9
1. Manfaat Teoretis ………... 9
(16)
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11
A. Dukungan Sosial ……….. 11
1. Pengertian Dukungan Sosial ………..…… 11
2. Jenis Dukungan Sosial ………... 12
3. Faktor Penentu Dukungan Sosial ………... 15
4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial ……… 17
B. Psychological Well Being ………. 18
1. Pengertian Psychological Well Being ……… 18
2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being ……….. 21
3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being ………. 24
4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well Being …….. 26
C. Penelitian-penelitian Tentang Dukungan Sosial dan Psychological Well Being ……… 27
BAB III. METODE PENELITIAN ..………... 29
A. Jenis Penelitian ………. 29
B. Fokus Penelitian ………... 30
C. Etika Penelitian ……… 31
D. Definisi Operasional ………. 31
E. Subjek Penelitian ……….. 33
F. Metode Pengumpulan Data ……….. 34
1. Skala Item Tunggal ……… 34
(17)
xiv
G. Prosedur Analisis Data ………. 45
1. Organisasi Data …..……… 45
2. Koding …..………..… 46
3. Analisis Tema …..………... 46
4. Interpretasi …..……… 47
H. Kredibilitas Penelitian ……….. 47
1. Member Checking ………..……… 48
2. Validitas Argumentatif ………..……… 48
3. Validitas Ekoligis ………..……… 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 49
A. Proses Penelitian ……….. 49
1. Persiapan Penelitian ………... 49
2. Pelaksanaan Penelitian ………... 52
3. Proses Analisis Data ……….. 54
4. Jadwal Pengambilan Data ……….. 55
B. Profil Subjek ………. 57
1. Subjek Pertama ……….. 57
2. Subjek Kedua ………. 57
3. Subjek Ketiga ………. 58
4. Subjek Keempat ………. 58
(18)
xv
C. Temuan Hasil Penelitian ……….. 59
1. Subjek Pertama ……….. 59
2. Subjek Kedua ………. 72
3. Subjek Ketiga ………. 87
4. Subjek Keempat ………. 100
5. Subjek Kelima ……… 113
D. Pembahasan ……….. 128
BAB V. PENUTUP ……… 145
A. Kesimpulan ………... 145
B. Keterbatasan Penelitian ……… 147
C. Saran ………. 147
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ………... 147
2. Bagi Pasien Kanker Payudara ……… 148
3. Bagi Keluarga Pasien Kanker Payudara ……… 148
4. Bagi Pihak Rumah Sakit atau Lembaga yang Bergerak di Bidang Kanker ……… 149
DAFTAR PUSTAKA ……… 150
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Survey Istilah Psychological Well Being ………... 37
Tabel 2. Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara ……… 39
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 1 ……….. 55
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 2 ……….. 55
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 3 ……….. 56
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 4 ……….. 56
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Tryout Skala The Ryff’s Scale of Psychological Well
Being ……… 154
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Statistik Tryout Skala The Ryff’s Scale of
Psychological Well Being ……… 159
Lampiran 3. Panduan Wawancara ……… 163 Lampiran 4. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1
(Ibu S) ……….. 166
Lampiran 5. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2
(Ibu K) ……….. 183
Lampiran 6. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3
(Ibu D) ……….. 195
Lampiran 7. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4
(Ibu I) ………... 212
Lampiran 8. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 5
(Ibu R) ……….. 231
Lampiran 9. Surat Perizinan dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ….. 247 Lampiran 10. Informed Consent ………. 248 Lampiran 11. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara …………...………. 250 Lampiran 12. Surat Keterangan Keabsahan Wawancara ………..……...… 251
(21)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti. Hal ini dikarenakan, kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Data World Health Organization (WHO) dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal dunia. Ironisnya, kasus ini mengalami perkembangan yang cepat pada negara miskin dan berkembang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Sebanyak dua pertiga dari penderita kanker di dunia tersebut berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Lubis, 2009). Menurut Prof. Tjandra Yoga, prevalensi penyakit tumor atau kanker di Indonesia sebesar 4,3% per 1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi dan menempatkan penyakit tersebut secara keseluruhan sebagai pembunuh nomor 6 dibandingkan dengan penyakit lainnya (Lubis, 2009).
Kanker bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja maupun dewasa. Salah satu kanker yang banyak menyerang kaum perempuan adalah kanker payudara. Penyakit ini terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun
(22)
2008, kanker payudara menempati peringkat pertama penyakit kanker pada pasien rawat inap di rumah sakit pada tahun 2004 – 2007. Pada tahun 2004 angka kejadian kanker payudara sebanyak 5.207 kasus, tahun 2005 sebanyak 7.850 kasus, tahun 2006 sebanyak 8.328 kasus, dan tahun 2007 sebanyak 8.277 kasus.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 16,85%. Selain itu, kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan di Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Kanker dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua golongan umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia 40 tahun. Sebesar 60-70% kasus kanker payudara yang terjadi di Indonesia terdeteksi pada stadium lanjut (stadium 3 dan stadium 4). Sedangkan kasus yang ditemukan pada stadium 1 sebesar kurang dari 10% (Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Hal ini dikarenakan gejala permulaan kanker payudara tidak dirasakan ataupun tidak disadari oleh penderitanya.
Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kondisi fisik, terutama penampilan perempuan. Payudara memiliki nilai yang tinggi bagi perempuan. Payudara merupakan tanda kewanitaan secara fisik, sebagai organ yang
(23)
memproduksi ASI, sebagai simbol peran seorang ibu, serta memiliki makna seksual yang penting.
Seseorang yang menderita kanker payudara harus mengikuti beberapa tahap pengobatan, yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi. Berbagai macam pengobatan tersebut memberikan dampak fisik pada penderitanya. Dampak tersebut adalah tubuh tidak lagi indah karena kehilangan salah satu anggota tubuhnya, rambut menjadi rontok, kulit menghitam, mual, susah menelan, dan terasa nyeri pada bekas luka operasi.
Manusia merupakan pribadi yang mempunyai sifat holistik, yaitu makhluk fisik yang sekaligus psikologis. Kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya (Lubis, 2009). Hal ini dapat dilihat pada penderita penyakit kronis, seperti kanker payudara. Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien divonis kanker payudara pada umumnya merasa shock, takut, tidak bisa menerima kenyataan, sampai pada depresi (Hawari dalam Uila, 2009).
Seseorang yang menderita kanker akan mengalami suatu keadaan mental yang tidak nyaman. Keadaan ini disebabkan oleh beban psikologis yang harus ditanggung. Seseorang yang terdiagnosis menderita kanker akan memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan seseorang yang terdiagnosis penyakit lainnya (Saphiro dalam Ozkan & Ogee, 2008). Reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker sangatlah beragam. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan dan kemampuan masing-masing individu dalam
(24)
menghadapi penyakitnya. Walaupun begitu, ada enam reaksi psikologis yang utama, yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status mental, gangguan seksual, serta penolakan terhadap kenyataan (Prokop dalam Lubis, 2009). Sedangkan menurut Taylor (dalam Lubis, 2009) ada 3 bentuk respon emosional yang biasanya muncul pada pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi.
Pasien yang mengalami kanker akan menunjukkan stress dan depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dari orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya (Lubis, 2009). Selain depresi, kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Seorang yang menderita kanker payudara akan terus mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami akan mengalami peningkatan ketika penderita membayangkan terjadinya perubahan dalam dirinya di masa depan akibat dari penyakit yang di derita, maupun akibat dari proses penanganan penyakit.
Kecemasan dan depresi merupakan gangguan psikologis yang sangat umum terjadi pada pasien kanker payudara. Miller dan Rober (dalam Uila, 2009) mengungkapkan bahwa seorang penderita kanker payudara juga akan mengalami kecemasan dan depresi. Hawari (dalam Uila, 2009) dalam bukunya mengungkapkan bahwa pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami kecemasan dan depresi yang akan
(25)
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Colegrave (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis.
Karyono, Dewi, dan Lela (2008) berpendapat bahwa penyakit kanker payudara juga berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup tersebut terdiri atas empat dimensi, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis, fungsional, dan sosial. Halim (dalam Karyono, 2008) mengungkapkan bahwa salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang dialami pasien kanker payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis, seperti kecemasan dan depresi mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara. Dalam keadaan yang seperti itu, penderita kanker payudara sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Oleh sebab itu, seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya perlu mendapatkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis. Selain membutuhkan perawatan yang cepat dan diagnosis secara akurat, pasien kanker juga sangat membutuhkan dukungan sosial dalam menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya psychological well being adalah faktor dukungan sosial. Seseorang yang sedang dihadapkan pada masalah atau kesulitan hidup dan ia mendapatkan
(26)
dukungan sosial dari lingkungannya, maka beban psikologis yang harus ditanggung menjadi lebih ringan. Secara teoretis, dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress (Baziad dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Dukungan sosial yang diterima menjadikan individu merasa nyaman dan tenang. Selain itu, dukungan sosial juga dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit.
Dukungan sosial memiliki peran yang besar bagi seseorang yang memiliki beban berat, seperti menderita penyakit kanker. Namun, dukungan sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan dikarenakan setiap individu memiliki pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut (Salsabila, 2009). Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Primadi dan Hadjam (2010), mereka meneliti mengenai kualitas hidup dan dukungan sosial pada Orang Dengan Epilepsi (ODE). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut. Hal ini dikarenakan subjek tidak merasakan dukungan sosial dari keluarga. Dalam penelitian ini, keluarga salah satu ODE memberikan dukungan berupa perlindungan, namum ODE tersebut menilai bahwa keluarganya bersifat terlalu melindungi. Kekhawatiran keluarga akan aktivitas membuat ODE menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitas.
Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial terhadap penderita kanker payudara hanya meneliti mengenai dampak dari dukungan sosial yang
(27)
yang diberikan kepada penderita kanker payudara. Ozkan dan Ogee (2008) mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki peran penting dalam mencegah masalah-masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi yang umumnya terjadi pada penderita kanker. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sari (2011) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker payudara bisa mengatasi tekanan psikologisnya, seperti sedih, putus asa, cemas, dan depresi. Dampak lain dari dukungan sosial pada pasien kanker payudara adalah bahwa dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi tidak mudah putus asa terhadap penyakitnya, bersemangat untuk pulih dari penyakit, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Tuhan (Sari & Prasetyadi, 2005).
Selain itu, penelitian yang ditemukan mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara hanya membahas bentuk dukungan sosial secara umum, dan belum ditemukan penelitian yang meneliti mengenai bentuk dan strategi dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati (2010) menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berupa pemenuhan kebutuhan dasar, spiritual, afektif, manajemen konflik keluarga, finansial dan berespon positif terhadap kondisi pasien.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya psychological well being penderita kanker payudara (Baziad
(28)
dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Selain itu, dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well being, salah satunya adalah penderita kanker payudara memiliki harapan hidup yang tinggi (Denewer, Farouk, Mostafa, & Elshamy, 2011; Sari & Prasetyadi, 2005). Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak selamanya mampu dimaknai sebagai dukungan bagi penderita kanker payudara (Salsabila, 2009; Primadi & Hadjam, 2010). Selain itu, penelitian mengenai bentuk konkret dukungan sosial yang diberikan kepada penderita kanker payudara belum ditemukan. Hal ini memberi peluang bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengungkap lebih detail mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dan strategi yang dipersepsi mendukung psychological well being berdasarkan pemaknaan penderita kanker payudara.
Beberapa hal tersebut itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial menurut penderita kanker payudara yang dipersepsi mendukung psychological well being. Dengan melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial, maka diharapkan akan memberikan jawaban mengenai bagaimana strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin memahami pemaknaan dukungan sosial berdasarkan pengalaman penerima dukungan sosial, dalam hal ini adalah penderita kanker payudara. Pendekatan kualitatif yang digunakan oleh
(29)
peneliti mampu memfasilitasi peneliti untuk melakukan penggalian data secara langsung dari penderita kanker payudara, sehingga peneliti bisa mendapatkan data mengenai strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being penderita kanker payudara, serta melihat jenis dukungan sosial yang paling mempengaruhi dalam meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung
psychological well being pada penderita kanker payudara?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah peneliti ingin melihat gambaran strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Menambah pengetahuan mengenai strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara, sehingga berguna bagi perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi kesehatan dan sosial.
(30)
2. Manfaat Praktis
a. Membantu tenaga medis maupun psikolog kesehatan dalam memilih pendekatan dan bantuan yang akan digunakan dalam menangani pasien kanker payudara, terkait dengan bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan dalam meningkatkan psychological well being.
b. Menambah pengetahuan bagi keluarga, sehingga keluarga mampu memberikan dukungan yang sesuai dan menambah pengetahuan mengenai strategi yang digunakan dalam meningkatkan psychological well being pada penderita kanker payudara.
(31)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DUKUNGAN SOSIAL
1. Pengertian Dukungan Sosial
Manusia sangat memerlukan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan, setiap manusia tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan fisik maupun psikologisnya. Kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain merupakan hal yang bermanfaat dan merupakan sesuatu yang sangat efektif ketika seseorang mengalami stress (Frazier, dalam Baron & Byrne, 2005). Maka dari itu, manusia membutuhkan dukungan sosial yang berasal dari orang-orang di sekitarnya.
Menurut Kamus Psikologi (2008), dukungan atau support adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, memberikan dorongan atau pengobatan, semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan.
Dukungan sosial merupakan informasi dan umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai, diperhatikan, dihargai dan dihormati, serta dilibatkan dalam jaringan komunikasi. Dukungan sosial secara efektif mampu mengurangi tekanan psikologis, termasuk depresi ataupun kecemasan (Kim, Sherman, & Taylor, 2008). Menurut Sarafino (1994), dukungan sosial adalah bantuan yang
(32)
diberikan oleh orang lain atau kelompok lain, yang membuat penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai. Sedangkan Gottlieb dalam Smet (1994), mengungkapkan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau yang didapat karena mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Dukungan sosial merupakan jaringan yang terdiri dari orang-orang yang menyediakan landasan bagi individu, menunjukkan perhatian dan kepedulian, mengkomunikasikan penerimaan, memberikan bantuan secara langsung, dan memberikan solusi mengenai suatu masalah (Wilson, Nathan, O’ learny, & Clark, 1996).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai bantuan dan informasi verbal ataupun non-verbal yang berasal dari orang lain maupun kelompok lain yang memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Dengan mendapatkan dukungan sosial, seseorang merasa bahwa dirinya dicintai, dihormati, diperhatikan, dihargai, dan merasa nyaman sehingga mampu mengurangi tekanan psikologis yang dialaminya.
2. Jenis Dukungan Sosial
Ada berbagai macam dukungan sosial yang bisa diberikan kepada orang lain (Cohen & McKay, 1984; Cutrona & Russell, 1990;
(33)
House, 1984; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Willa, 1984 dalam Sarafino, 1994), mengungkapkan ada 5 jenis dukungan sosial, yaitu : a. Dukungan emosional
Berupa perasaan empati, peduli, perhatian, memberikan hal positif, dan dorongan terhadap yang bersangkutan, memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan dicintai pada saat mengalami tekanan.
b. Dukungan penghargaan
Berupa penerimaan secara positif, menyetujui ide orang lain, membandingkan dengan orang lain secara positif. Bantuan ini bermanfaat untuk membangun perasaan individu, kemampuan, dan menjadi bernilai. Dukungan penghargaan secara khusus digunakan selama mengalami tekanan.
c. Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, seperti memberi pinjaman uang kepada orang lain atau membantu pekerjaan pada waktu yang bersangkutan sedang mengalami stress.
d. Dukungan informatif
Mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik mengenai sesuatu yang sudah dikerjakan oleh yang bersangkutan.
(34)
e. Dukungan jaringan sosial
Ketersediaan seseorang untuk menghabiskan waktu dengan orang lain, sehingga memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok orang-orang dalam berbagai minat dan aktivitas sosial.
Stroebe, (dalam Chamberlain, 2006), mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam 5 jenis, yaitu :
a. Dukungan emosional
Bantuan yang diberikan berupa sikap empati, kepedulian, dan keprihatinan. Melalui dukungan emosional, pemberi dukungan memberikan rasa nyaman, kepemilikan dan memberikan rasa cinta kepada penerima.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan yang diberikan berupa reaksi atau menerima secara posotif, seperti memberikan semangat, memahami perasaan dan lain sebagainya. Dengan memberikan dukungan penghargaan, seseorang akan merasa bahwa dirinya dihargai.
c. Bantuan langsung
Dukungan yang diberikan berupa bantuan secara langsung, seperti memberikan pinjaman uang, ataupun membantu pekerjaan. d. Dukungan informasi
Memberikan bantuana berupa informasi yang diperlukan. Bantuan tersebut berupa nasihat, saran, arahan, dan umpan balik.
(35)
e. Dukungan penilaian
Memberikan bantuan dengan membantu melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda.
Beberapa klasifikasi mengenai bentuk dukungan sosial tersebut memberikan gambaran mengenai bentuk dukungan sosial yang pada umumnya digunakan. Secara umum, bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut dapat digolongkan menjadi lima bentuk dukungan sosial yang biasa digunakan, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan sosial.
Kelima bentuk dukungan tersebut bermanfaat bagi masyarakat, terutama pemberi dukungan untuk menentukan dukungan seperti apa yang akan diberikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan penerima dukungan. Pemberian dukungan ini ditentukan oleh kebutuhan dari penerima, kondisi yang dialami oleh penerima, sehingga dukungan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi penerima dukungan.
3. Faktor Penentu Dukungan Sosial
Tidak setiap orang selalu mendapatkan dukungan sosial yang diharapakannya. Banyak faktor yang mempengaruhi apakah seseorang mendapatkan dukungan sosial atau tidak. Dukungan sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan dikarenakan setiap individu memiliki
(36)
pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut (Salsabila, 2009).
Selain itu, perbedaan budaya yang ada juga mempengaruhi dukungan sosial yang diterima. Masyarakat yang tinggal dalam budaya yang berbeda, juga memiliki cara meminta dukungan yang berbeda-beda. Orang-orang yang hidup di daerah yang memiliki individualitas yang tinggi cenderung meminta dukungan secara tidak langsung (Kim, Sherman, & Taylor, 2008).
Kesuksesan mendapatkan dukungan juga dipengaruhi oleh kepribadian orang yang mencari dukungan sosial (Cohen, Sherrod, & Clark, 1986, dalam Taylor 1999). Selain itu, keefektifan dukungan sosial juga dipengaruhi oleh jenis dukungan yang diberikan dan juga ditentukan oleh siapa dukungan sosial tersebut diberikan (Taylor, 1999).
Sarafino (1994) dalam bukunya mengungkapkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menerima dukungan sosial. Orang lain tidak mungkin memberikan dukungan apabila dia tidak mengetahui bahwa orang lain membutuhkan dukungan. Dalam hal ini, tidak semua orang mampu dengan mudah meminta bantuan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Selain itu, seseorang kemungkinan tidak menerima dukungan yang diminta dikarenakan
(37)
oleh pemberi dukungan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membantunya.
Selain itu, tipe dukungan sosial yang diterima dan dibutuhkan juga tergantung dari kondisi tekanan psikologis yang dialami individu. Contohnya adalah dukungan emosional dan informasi lebih dibutuhkan oleh individu yang mengalami sakit yang parah (Wortman & Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994).
4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial
Terdapat beberapa penelitian mengenai dukungan sosial terhadap penderita kanker payudara. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan dampak dari dukungan sosial terhadap penderita kanker payudara. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Prasetyadi (2005) pada pasien penderita kanker payudara stadium IIb berusia 48 tahun dan stadium IV berusia 50 tahun menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima oleh penderita kanker membuat penderita tidak mudah hilang harapan, memiliki keinginan untuk segera sembuh, lebih kuat, dan menjadi lebih rajin beribadah kepada Tuhan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) terhadap 2 orang penderita kanker payudara berusia 40-60 tahun menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima subjek memberikan dampak positif, sehingga subjek bisa mengatasi tekanan psikologisnya.
(38)
Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara hanya meneliti mengenai bentuk dukungan secara umum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati (2010) ditemukan 3 bentuk dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita kanker payudara, yaitu dukungan instrumental, psikologis, dan finansial. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) juga tidak menunjukkan bentuk dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian tersebut berupa bentuk dukungan sosial secara umum yang diberikan, yaitu dukungan penghargaan, instrumental, dan informasi.
Hasil dari penelitian tersebut tidak menunjukkan bentuk dukungan sosial secara konkret, melainkan hanya secara umum. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga tidak dijelaskan mengenai strategi yang digunakan dalam memberikan dukungan. Sedangkan tidak semua dukungan sosial yang diberikan mampu dimaknai sebagai dukungan. Jadi, perlu diadakan penelitian mengenai bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan berdasarkan pemaknaan penderita kanker payudara.
B. PSYCHOLOGICAL WELL BEING
1. Pengertian Psychological Well Being
Psychological well being merupakan penggambaran
kesejahteraan psikologis seseorang. Kesejahteraan psikologis seseorang dapat dilihat melalui kemampuan seseorang dalam
(39)
memenuhi kriteria fungsi psikologi positif (Ryff, 1989). Selain itu, Ryan dan Deci (2001) mengungkapkan konsep well being mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Terdapat dua prinsip yang digunakan untuk mendefinisikan kesejahteraan, yaitu hedonic dan eudaimonic.
Prinsip hedonic merupakan prinsip yang memiliki tujuan utama adalah mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan secara optimal. Berdasarkan prinsip ini, kebahagiaan seseorang terletak di dalam keberhasilan mengejar keinginan manusia dan mempercayai bahwa mengejar sensasi dan kesenangan adalah tujuan akhir dari sebuah kehidupan. Aktivitas hedonic yang dilakukan dengan mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit akan menimbulkan well being yang bersifat sementara dan berkembang menjadi sebuah kebiasaan, sehingga lama-kelamaan akan kehilangan esensi sebagai sesuatu yang bermakna.
Waterman, dalam Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa konsep well being dalam pandangan eudaimonic menekankan bagaimana cara manusia untuk hidup dengan dirinya yang sejati. Diri sejati ini terjadi ketika manusia melakukan aktivitas sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan dilakukan secara menyeluruh, serta benar-benar terlibat di dalamnya (Ryan & Deci, 2001). Pendekatan eudaimonic berfokus pada realisasi diri, ekspresi pribadi, dan sejauh mana seseorang mampu mengaktualisasikan potensi dirinya (Ryan &
(40)
Deci, dalam Rahayu, 2008). Aktivitas-aktivitas eudaimonic lebih dapat mempertahankan kondisi well being dalam waktu yang relatif lama dan konsisten.
Ryff dan Singer (1998) mengungkapkan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup dirasakan lebih besar ketika individu mengalami pengalaman membina hubungan dengan orang lain dan merasa menjadi bagian dalam kelompok tertentu, dapat menerima diri sendiri, dan memiliki makna dan tujuan hidup. Konsep psychological well being merujuk kepada perasaan seseorang mengenai aktivitasnya sehari-hari. Hal tersebut ditandai dengan adanya kebahagiaan, kepuasan hidup, dan tidak adanya gejala depresi (Ryff 1995). Kebahagiaan yang dialami seseorang merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia (Bradburn dalam Ryff, 1989).
Orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mereka membuat keputusan mereka sendiri dan mengatur perilaku mereka sendiri, dan mereka memilih atau membentuk lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka memilih tujuan yang membuat hidup mereka bermakna, dan mereka berjuang dan mengembangkan diri mereka sepenuh mungkin. (Ryff dalam Papalia, 2009).
(41)
2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being
Menurut Ryff dalam Papalia (2009), Psychological Well Being memiliki enam dimensi, yaitu :
a. Dimensi penerimaan diri
Penerimaan diri dengan nilai yang tinggi ditandai dengan memiliki nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek dalam diri termasuk yang baik maupun yang buruk, dan memiliki perasaan positif terhadap kehidupan yang sudah terjadi. Sedangkan dimensi penerimaan diri dengan nilai yang rendah ditandai dengan memiliki perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, memiliki perasaan dikecewakan oleh apa yang telah terjadi di masa lalu, merasa bersalah dengan beberapa kualitas diri, dan memiliki keinginan untuk menjadi berbeda dengan keadaan diri saat ini.
b. Dimensi hubungan positif dengan orang lain
Individu yang mampu menjalin hubungan positif dengan orang lain merupakan individu yang memiliki kehangatan, kepuasan, memiliki hubungan yang terpercaya dengan orang lain, peduli dengan kesejahteraan orang lain, empati, memiliki afeksi dan intimasi yang kuat, saling memberi dan menerima dalam hubungan antar manusia. Namun, individu yang memiliki nilai rendah untuk dimensi ini, ditandai dengan tidak adanya hubungan yang dekat dan dipercaya dengan orang lain. Selain itu, mereka
(42)
juga mengalami kesulitan untuk bisa merasa hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain, merasa terisolasi dan frustasi dalam hubungan interpersonal. Hal lain yang menunjukkan adanya penilaian yang rendah dalam dimensi ini adalah tidak adanya keinginan untuk membuat kompromi untuk mempertahankan ikatan yang penting dengan orang lain.
c. Dimensi otonomi
Seorang dapat dikatakan memiliki nilai tinggi dalam dimensi otonomi apabila dapat menentukan segalanya seorang diri dan mandiri, serta mampu mengambil keputusan tanpa tekanan dan campur tangan orang lain. Selain itu juga mampu mengatur perilaku dari dalam diri dan mampu mengevaluasi diri dengan standar. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam dimensi otonomi apabila orang tersebut sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, tergantung kepada orang lain untuk membuat keputusan yang penting.
d. Dimensi penguasaan lingkungan
Seorang dapat dikatakan memiliki penguasaan lingkungan yang baik apabila mampu untuk memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungannya, serta mampu membuat atau memilih konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai personal. Sedangkan dikatakan kurang baik apabila
(43)
mengalami kesulitan dalam mengelola tugas sehari-hari, hanya memiliki sedikit tujuan, tidak menyadari peluang yang ada di sekeliling, dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia luar.
e. Dimensi tujuan hidup
Seorang yang dikatakan memiliki nilai tinggi pada dimensi ini, apabila ia memiliki tujuan dalam hidup dan perasaan diarahkan, merasa memiliki makna pada kehidupan masa datang dan masa lampau, serta memiliki tujuan dan objektivitas untuk hidup. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam dimensi ini, merupakan seorang yang kurang peka dalam memaknai kehidupan, memiliki sedikit tujuan atau arah, tidak melihat adanya tujuan dalam kehidupan masa lalu, serta tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang memberikan makna pada kejadian kehidupan.
f. Dimensi pertumbuhan pribadi
Seorang yang memiliki pertumbuhan pribadi dengan nilai yang tinggi, ditandai dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berlanjut dalam dirinya, melihat diri sendiri bertumbuh dan berkembang, mau menerima pengalaman baru, sadar akan potensi dalam diri, serta dapat berubah menjadi pribadi yang efektif. Sedangkan seorang yang memiliki pertubuhan pribadi yang rendah akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak merasakan adanya peningkatan dalam dirinya, merasa bosan dan
(44)
tidak tertarik terhadap kehidupannya, serta tidak mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik.
3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being
a. Usia
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ryff, ditemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan dan dimensi otonomi serta dimensi penerimaan positif dengan orang lain, akan mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. Sedangkan dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Sedangkan untuk dimensi penerimaan diri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
b. Jenis kelamin
Dimensi yang mengalami perbedaan antara laki-laki dengan perempuan adalah dimensi hubungan positif dengan orang lain. Sejak kecil, stereotype gender telah tertanam dalam diri manusia, bahwa anak laki-laki digambarkan sebagai pribadi yang agresif dan mandiri, sedangkan perempuan sebagai pribadi yang pasif dan tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain.
(45)
c. Status sosial ekonomi
Pendidikan tinggi dan status pekerjaan akan meningkatkan dimensi penerimaan diri dan tujuan hidup. Seorang yang memiliki status tinggi maka akan memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri dan lebih memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas sosial lebih rendah.
d. Budaya
Sistem nilai individualisme-keloktivisme memberikan dampak terhadap psychological well being. Budaya barat menyebabkan perolehan skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur menyebabkan perolehan skor tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.
e. Dukungan sosial
Individu yang mendapat dukungan dari lingkungan sosial akan memiliki Psychological well being yang tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang didapat dari orang lain.
(46)
4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well being
Seseorang yang terdiagnosis penyakit kanker memiliki beban yang yang lebih berat dibandingkan dengan seseorang yang terdiagnosis penyakit lainnya (Saphiro dalam Ozkan & Ogee, 2008). Penyakit kanker payudara selain berkaitan dengan kondisi fisik pasien, juga berkaitan dengan kondisi psikologis pasien, dalam hal ini berkaitan dengan penurunan kualitas hidup penderitanya. Salah satu bentuk penurunan kualitas hidup penderita kanker payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis (Halim, 2003).
Hawari (dalam Uila, 2009) mengungkapkan bahwa pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami kecemasan dan depresi yang akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya. Penelitian yang dilakukan oleh Colegrave (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis.
Berdasarkan penelitian tersebut, jelas diketahui bahwa seseorang yang menderita penyakit parah, seperti kanker payudara akan mengalami penurunan kesejahteraan psikologis (Halim, dalam Karyono, 2008).
(47)
C. PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG DUKUNGAN SOSIAL
DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Salah satu faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya tingkat psychological well being seseorang adalah faktor dukungan sosial. Menurut Davis (dalam Rahayu, 2008), individu yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat psychological well being yang lebih tinggi, dibandingkan dengan individu yang tidak mendapatkan dukungan sosial.
Seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya membutuhkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis. Pasien kanker payudara juga membutuhkan dukungan sosial dalam menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).
Baziad (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan secara teoretis bahwa dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Dukungan sosial yang diterima menyebabkan individu merasa tenang dan nyaman, serta dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit.
Dukungan sosial memiliki peran penting dalam mencegah masalah-masalah psikologis pada penderita kanker payudara (Ozkan & Ogee, 2008). Dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker bisa mengatasi tekanan psikologis yang dialaminya (Sari, 2011). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Prasetyadi (2008) mengungkapkan bahwa
(48)
dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi tidak mudah putus asa, bersemangat untuk sembuh, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Tuhan.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well being. Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak selamanya mampu dimaknai sebagai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara (Salsabila, 2009; Primadi & Hadjam, 2010).
(49)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 2005). Menurut Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metodologi penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pemilihan metode penelitian menggunakan metode kualitatif ini dinilai tepat karena sesuai dengan tujuan peneliti, yaitu ingin mengetahui strategi pemberian dukungan sosial dan bentuk dukungan sosial dalam rangka meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara, yang dilihat berdasarkan pengalaman dan pemaknaan penderita kanker payudara terhadap dukungan sosial yang diterima. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif berusaha untuk mengeksplorasi, memahami, mendeskripsikan, maupun menginterpretasikan maksud dari suatu fenomena maupun pengalaman personal dan sosial yang dialami oleh subjek penelitian (Creswell, 2010).
(50)
Menurut Poerwandari (2005), di dalam perspektif teoretis ilmu-ilmu sosial, peneliti kualitatif biasanya berada di bawah payung paradigma interpretif atau fenomenologis. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah hendak mengungkapkan secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan sosialnya. Pendekatan ini berusaha untuk mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada persepsi atau pendapat personal seorang individu tentang objek atau peristiwa (Smith, 2009). Alasan-alasan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dimiliki peneliti, yaitu memahami kehidupan pribadi dan sosial subjek. Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan adalah berupa transkrip wawancara yang akan diolah menjadi bentuk deskripsi. Sehingga, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
B. FOKUS PENELITIAN
Pada penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan untuk memberikan dukungan kepada penderita kanker payudara. Kedua hal tersebut dilihat berdasarkan sudut pandang penerima dukungan, yaitu penderita kanker payudara. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan data mengenai bentuk dukungan sosial secara konkret dan strategi dukungan sosial yang benar-benar mampu meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara.
(51)
C. ETIKA PENELITIAN
1. Meminta ijin untuk mengadaptasi The Ryff’s Scale of Psychological Well Being, dengan cara mengirim email kepada penyusun.
2. Tidak menggugurkan item yang tidak valid pada skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being.
3. Meminta ijin kepada rumah sakit untuk meminta data pasien yang akan dijadikan subjek, dengan mengajukan surat permohonan ijin beserta proposal penelitian.
4. Pemberian informed consent kepada subjek penelitian sebelum penelitian berlangsung.
5. Penandantanganan surat persetujuan wawancara sebelum wawancara dilakukan.
6. Penandatanganan surat keabsahan wawancara setelah seluruh proses wawancara berlangsung.
7. Menjaga kerahasiaan data dengan tidak menerbitkan atau mempublikasikan dalam bentuk original. Dalam hal ini tidak mencantumkan tanda tangan dan identitas asli subjek pada lampiran. 8. Mencantumkan data penulis dari referensi yang digunakan dalam
penelitian ini.
D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam penelitian ini akan memberikan batasan dari variabel yang akan diukur menggunakan skala, yaitu psychological
(52)
well being. Adapun definisi operasional psychological well being dalam penelitian ini adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Psychological well being diukur berdasarakan 6 dimensi, yaitu : 1. Dimensi penerimaan diri
Dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal, memiliki nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima diri sendiri apa adanya.
2. Dimensi hubungan positif dengan orang lain
Memiliki hubungan yang hangat, intim, dan terpercaya dengan orang lain.
3. Dimensi otonomi
Dapat menentukan dan mengambil keputusan seorang diri tanpa tekanan dan campur tangan orang lain, bebas, mampu untuk menentukan nasib dan mengontrol perilaku sendiri.
4. Dimensi penguasaan lingkungan
Mampu memilih, menciptakan, dan mengelola lingkungan agar sesuai dengan kondisi psikologis dalam rangka mengembangkan diri.
(53)
5. Dimensi tujuan hidup
Memiliki tujuan dalam hidup dan memiliki makna pada kehidupan masa datang.
6. Dimensi pertumbuhan pribadi
Mampu dan memiliki keinginan untuk terus berkembang dan mengembangkan potensi, adanya perasaan menerima pengalaman baru, sadar akan potensi dalam diri, serta dapat berubah menjadi pribadi yang efektif.
Keenam dimensi tersebut akan digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kondisi psychological well being seseorang yang menderita kanker payudara, dengan menggunakan skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin baik kondisi psychological well beingnya.
E. SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini berjumlah lima orang. Jumlah subjek tersebut tidak terlalu banyak sehingga tidak menyulitkan peneliti dan diharapkan akan memberikan jumlah kasus yang mencukupi untuk kesamaan dan perbedaan antar partisipan (Smith, 2009).
Kelima subjek yang ditentukan menggunakan Criterion Sampling, yaitu memilih subjek berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
(54)
Kriteria tersebut adalah : 1. Wanita usia 35-65 tahun.
2. Dinyatakan kanker payudara stadium lanjut. 3. Memiliki Psychological Well Being yang baik.
Subjek dengan psychological well being yang baik ditentukan dengan cara menilai rentang kebahagiaan.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Skala Item Tunggal
Untuk melihat kondisi kesejahteraan psikologis subjek, pada awalnya, peneliti akan menggunakan skala yang merupakan hasil adaptasi dari skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being. Skala ini terdiri dari 42 item yang masing-masing item memiliki rentang 1 sampai 6. Keseluruhan item pada skala ini merepresentasikan 6 dimensi psychological well being, sehingga masing-masing dimensi terdiri dari 7 pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu favorable dan unfavorable.
Namun, hasil yang didapat setelah dilakukan uji coba pada skala ini adalah daru 42 item yang tersedia, terdapat 20 item yang gugur. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, maka peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan The Ryff’s Scale of Psychological Well Being untuk melihat kondisi kesejahteraan psikologis. Peneliti tidak
(55)
menggunakan The Ryff’s Scale of Psychological Well Being dikarenakan hanya sedikit item yang valid untuk digunakan, dan sebaran item yang valid tidak seimbang pada setiap indikatornya. Selain itu, karena skala tersebut merupakan skala yang diadaptasi dari skala luar negeri, ada kemungkinan isi dari skala tersebut tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Adapun distribusi item skala pengukuran psychological well being beserta hasil uji coba skala dapat dilihat pada lampiran. (lampiran 1)
Untuk tetap bisa melihat kondisi kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek, maka peneliti membuat skala yang isi dari skala tersebut sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Pengukuran tersebut menggunakan Skala Item Tunggal. Untuk memperkuat hasil skala item tunggal mengenai psychological well being ini, peneliti menambahkan beberapa pertanyaan mengenai kondisi psychological well being dalam proses wawancara.
Skala tersebut disusun dengan melakukan survey terlebih dahulu. Survey tersebut dilakukan terhadap 73 orang (27 laki-laki, 46 perempuan) dengan rentang usia 19-38 tahun. Survey tersebut dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat dan dengan menyebar kuesioner secara on line. Sebanyak 17 orang dilakukan survey secara langsung, dan sisanya, yaitu sebanyak 56 orang dilakukan survey secara on line.
(56)
Survey ini dilakukan untuk mencari padanan pengertian dari psychological well being yang digunakan masyarakat di Indonesia. Survey ini menggunakan 1 pertanyaan yang secara sederhana sudah mencakup seluruh dimensi Psychological Well Being. Pertanyaan tersebut adalah “Jika ada seseorang, yang dalam kondisi apapun, dia mampu menerima diri apa adanya, mampu berelasi dengan baik, mandiri, bisa menguasai lingkungannya, mampu mengembangkan diri, dan memiliki tujuan hidup, menurut Anda, apa yang orang tersebut sudah alami/rasakan?”. Pada awalnya, dalam pertanyaan tersebut tidak diberi pilihan jawaban, namun karena beberapa orang tidak memahami, maka pertanyaan tersebut dilengkapi dengan 4 pilihan jawaban. Adapun keempat pilihan jawab tersebut adalah “kesejahteraan”, “kebahagiaan”,“ketentraman”, dan “lain-lain”.
Berdasarkan hasil survey ini, terdapat banyak istilah yang digunakan oleh masyarakat dalam menggambarkan kondisi psikologis seseorang. Istilah-istilah yang muncul dalam survey ini adalah kesejahteraan, kebahagiaan, ketentraman, penerimaan diri, aktualisasi diri, menemukan jati diri, kedamaian, sukses dalam hidup, pemahaman diri, ketenangan, dan keharmonisan. Berdasarkan hasil survey, sebagian besar menjawab dengan istilah Kebahagiaan (28 jawaban). Sehingga, istilah “Kebahagiaan” akan dipakai dalam skala item tunggal ini untuk melihat kondisi psychological well being subjek. Adapun rincian hasil survey terdapat pada tabel 1.
(57)
Tabel 1
Hasil Survey Istilah Psychological Well Being
No. Istilah yang Ditemukan Jumlah
1. Kesejahteraan 15
2. Kebahagiaan 28
3. Ketentraman 21
4. Penerimaan diri 2
5. Aktualisasi diri 1
6. Menemukan jati diri 1
7. Kedamaian 1
8. Sukses dalam hidup 1
9. Pemahaman diri 1
10. Ketenangan 1
11. Keharmonisan 1
Jumlah jawaban 73
Istilah yang ditemukan ini, digunakan peneliti untuk menanyakan kepada subjek tentang kondisi psychological well being saat ini. Untuk mengetahui kondisi psychological well being yang dimiliki, subjek diminta untuk menilai dari 1-10 tingkat kebahagiaan yang dirasakan saat ini. Pertanyaan yang digunakan untuk
(58)
menggambarkan kondisi psycholocal well being yang dimiliki adalah “Silakan Anda menilai, dari 1 sampai 10, berapakah nilai kebahagiaan Anda saat ini?” Subjek dengan nilai kebahagiaan di atas 5 akan dijadikan subjek penelitian untuk selanjutnya akan dilakukan wawancara.
2. Wawancara
Metode kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan guna memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu-isu atau suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005).
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan pedoman umum. Dalam proses wawancara, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari, 2005).
(59)
Proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali data mengenai bentuk dukungan sosial dan strategi yang digunakan yang mampu meningkatkan psychological well being pada penderita kanker payudara. Proses wawancara ini terdiri dari 4 tema besar, yaitu riwayat penyakit, kondisi psikologis ketika divonis sampai berobat, kondisi psychological well being berdasarkan 6 dimensi, dan dukungan sosial yang diterima. Adapun panduan wawancara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara
Tema Besar Pertanyaan Tujuan Pertanyaan
Riwayat Penyakit Bisakah Anda menceritakan bagaimana awal mula Anda dinyatakan menderita kanker payudara?
Untuk mengetahui awal mula diketahui terkena kanker payudara.
Apakah ada tanda/gejala yang lain yang Anda rasakan?
Untuk mengetahui gejala yang dirasakan. Apakah di dalam keluarga
Anda ada riwayat sakit kanker payudara?
Sudah berapa lama Anda menderita sakit kanker
Untuk mengetahui sejarah penyakit kanker dalam keluarga.
Untuk mengetahui lamanya menderita
(60)
payudara? kanker.
Kondisi Psikologis Ketika pertama kali Anda divonis kanker payudara, apa yang Anda rasakan?
Untuk mengetahui perasaan yang dialamai ketika divonis kanker payudara.
Apakah Anda mengalami kesedihan mendalam ketika itu?
Untuk melihat
pengalaman kesedihan mendalam karena kanker payudara. Selama sakit tersebut,
tindakan pengobatan apa saja yang sudah Anda lakukan?
Jenis obat, jangka waktu
Apakah ada pengobatan lain selain pengobatan medis?
Bagaimana perasaan Anda ketika harus menjalani berbagai pengobatan tersebut?
Untuk mengetahui usaha yang dilakukan untuk pengobatan kanker. Untuk mengetahui pengalaman yang dialami selama menjalani pengobatan.
(61)
Being diri Anda saat ini?
Apakah ada perbedaan cara memandang diri sendiri?
penerimaan diri.
Tujuan hidup Anda apa saja? Apakah sejak dari dulu
seperti itu?
Apakah ada perubahan tujuan hidup semenjak Anda sakit?
Bagaimana hal itu (berubah/tidak) bisa terjadi?
Untuk melihat dimensi tujuan hidup.
Menurut Anda, apakah orang yang kanker payudara itu ada kemungkinan untuk
mengembangkan diri?
Mengapa?
Pengembangan diri yang
seperti apa?
Bagaimana dengan diri Anda sendiri?
Untuk melihat dimensi pengembangan diri.
(62)
Anda?
Bagaimana cara mengatur
kegiatan sehari-hari? Kalau ada kegiatan lain,
bagaimana cara Anda mengaturnya?
penguasaan lingkungan.
Bagaimana cara Anda dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keseharian, apakah Anda terbiasa
menentukan sendiri atau meminta bantuan? Kepada siapa?
Dalam hal keputusan apa saja?
Bagaimana dengan keputusan pengobatan?
Untuk melihat dimensi otonomi.
Bisa Anda ceritakan
hubungan Anda dengan orang lain semenjak Anda
didiagnosis kanker payudara? Suami?
Anak?
Untuk melihat dimensi hubungan positif dengan orang lain.
(63)
Masyarakat sekitar? Lingkungan sosial?
(kantor, komunitas, dll)
Dukungan Sosial yang Diterima
Apakah mereka memberikan dukungan untuk kesembuhan Anda?
Untuk melihat tindakan orang lain.
Siapa saja yang memberikan dukungan selama ini? Diantara orang-orang
tersebut, siapakah yang paling mendukung? Mengapa?
Untuk melihat pemberi dukungan yang paling berpengaruh.
Dukungan apa saja yang Anda terima dari mereka? Apa saja yang mereka
lakukan untuk mendukung Anda?
Untuk melihat bentuk dukungan sosial yang diterima.
Bagaimana cara mereka memberikan dukungan tersebut?
Apa saja yang mereka lakukan untuk mendukung
Untuk mengetahui cara orang lain dalam memberikan dukungan sosial.
(64)
Anda?
Bagaimana pengaruh dari dukungan orang-orang tersebut bagi hidup Anda?
Untuk melihat pengaruh dari dukungan sosial yang diterima. Apakah ada pengalaman
Anda tidak mendapatkan dukungan sosial?
Mengapa?
Untuk melihat pengalaman tidak mendapat dukungan.
Daftar pertanyaan wawancara tersebut disusun dengan tujuan sebagai panduan peneliti dalam menggali data. Pertanyaan wawancara dapat berubah sesuai dengan kondisi dan respon subjek dalam menjawab pertanyaan.
Proses wawancara ini dilakukan melalui berbagai tahap : 1) Menyusun panduan wawancara yang bersifat semi-terstruktur. 2) Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria dan bersedia untuk
berpartisipasi menjadi subjek penelitian.
3) Membangun rapport, menjelaskan tujuan penelitian, dan memastikan kembali kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian. Subjek mengisi informed consent.
4) Menyusun jadwal wawancara berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan subjek.
(65)
Data hasil wawancara akan direkam menggunakan digital recorder dan selanjutnya akan disalin dalam bentuk transkrip verbatim. Kemudian setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi data.
G. PROSEDUR ANALISIS DATA
Analisis data merupakan kegiatan mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan kesatuan uraian dasar. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam Moleong, 2009). Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005) peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin. Dalam menganalisis data hasil wawancara, perlu dilakukan beberapa langkah (Poerwandari, 2005) :
1. Organisasi Data
Data yang sudah diperoleh diorganisasikan secara rapi dan sistematis. Higlen dan Finley (dalam Poerwandari 2005) mengatakan bahwa organisasi data yang sistematis akan memungkinkan peneliti memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis
(66)
yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.
Pengorganisasian data hendaknya dilakukan sesegera mungkin setelah proses wawancara berakhir. Tahap ini diawali dengan memindahkan hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan bentuk transkrip verbatim wawancara dalam bentuk kolom-kolom.
2. Koding
Setelah melakukan organisasi data dengan cara membuat transkrip verbatim, langkah berikutnya adalah melakukan koding. Koding dilakukan dengan cara memberikan penomoran untuk setiap baris transkrip verbatim dan memberikan kode.
Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail, sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian, peneliti akan menemukan makna dari data yang dikumpulkan (Poerwandari, 2005).
3. Analisis Tema
Setelah melakukan proses koding, langkah berikutnya adalah menganalis tema yang muncul. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif. Setelah
(67)
mengidentifikasi tema, peneliti memanfaatkan lebih jauh tema-tema tersebut untuk membuat analisis yang lebih kompleks, yaitu membentuknya menjadi deskripsi umum (Creswell, 2010).
4. Interpretasi
Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan interpretasi. Interpretasi bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori (Creswell, 2010).
H. KREDIBILITAS PENELITIAN
Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif adalah deskripsi yang mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek (Poerwandari, 2005).
Kredibilitas atau validitas dalam penelitian kualitatif merupakan pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Kredibilitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell, 2010). Tahap-tahap
(68)
yang dilakukan peneliti dalam melakukan pengecekan terhadap kredibilitas penelitian adalah :
1. Member Checking
Member checking dilakukan untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Proses ini dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema ke hadapan subjek penelitian untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan tersebut sudah akurat.
2. Validitas Argumentatif
Validitas argumentatif dicapai apabila deskripsi penelitian dan kesimpulan dapat diikuti rasionalnya dengan baik serta dapat dibuktikan kembali dengan melihat kembali data mentah.
3. Validitas Ekologis
Validitas ekologis tercapai apabila penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah, apa adanya, dan dalam kehidupan sehari-hari subjek yang menjadi konteks penting dalam penelitian.
(69)
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROSES PENELITIAN
1. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa proses persiapan penelitian, yaitu :
a. Uji coba skala Psychological Well Being
Sebelum digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian, peneliti melakukan uji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 3 – 16 Maret 2013. Uji coba dilakukan kepada sekelompok wanita usia 35-65 tahun. Alat ukur yang disebarkan untuk diuji coba adalah sebanyak 65 eksemplar, namun 1 eksemplar tidak kembali, sehingga yang diujicobakan sebanyak 64 subjek.
Dari hasil uji coba tersebut, diperoleh hasil bahwa dari 42 item, hanya 19 item yang lolos seleksi. Item yang lolos seleksi dipilih berdasarkan hasil koefisien korelasi yang mendapatkan skor ≥ 0,3. Item yang gugur memiliki koefisien korelasi < 0,3. Sedikitnya jumlah item yang valid, maka skala ini tidak jadi digunakan untuk mengukur psychological well being. Alasan tidak jadi dipakainya skala ini adalah skala yang digunakan ini merupakan skala hasil adaptasi dari The Ryff’s Scale of
(70)
Psychological Well Being yang berasal dari luar negeri. Oleh sebab itu, ada kemungkinan isi dari skala ini tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia.
b. Penyusunan single item scale
Untuk menyusun skala item tunggal, peneliti melakukan survey ke 73 orang untuk menanyakan mengenai istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi psychological well being. Survey dilakukan pada tanggal 14-24 April 2013. Hasil survey menunjukkan bahwa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi psychological well being adalah istilah “kebahagiaan”. Istilah yang ditemukan akan digunakan untuk item pada skala item tunggal pengukuran psychological well being. Alasan penggunaan skala item tunggal ini adalah skala item tunggal merupakan metode pengukuran yang sederhana dan metode ini yang sesuai dengan tujuan dari penggunaan skala pengukuran, yaitu mengukur tingkat psychological well being yang isi dari skala tersebut sesuai dengan budaya di Indonesia. Akan tetapi, skala ini menjadi lemah karena hanya menggunakan 1 temuan istilah, yang berjumlah 28 suara, dari total 73 suara.
c. Melakukan perizinan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan subjek penelitian.
Untuk mendapatkan subjek penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin ke Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pengajuan
(1)
595. 596. 597. 598. 599. 601. 602. 603. 604. 605. 606. 607. 608. 609. 610. 611. 612. 613. 614.
Hahahaha. Nah kakak saya tadi yang bawa uang asuransi yang harusnya jatah saya, gak lama kena tipu, ada yang mau beli laptop, tapi gak dibayar, seharga uang yang harusnya buat operasi saya itu. Ajaib to. Saya percaya, suatu saat Tuhan pasti kasih pelajaran buat orang-rang seperti itu. Tinggal kapan waktunya, terserah Tuhan. Tapi sih saya gak ambil hati ya mbak. Malah stress dewe saya nanti. Suami saya juga udah gak usah dipikirin. Mengko mesti ana dalan. Jadi
dibandingkan yang tidak mendukung saya, yang
mendukung saya itu jauh lebih banyak.
Tidak memasukkan ke dalam hati karena menghindari stress (Dm.PD)
Suami memberi saran supaya tidak memikirkan (Ds.Inf.)
Lebih banyak yang mendukungan daripada yang tidak mendukung (PDs.)
Cara mengatasi : tidak memasukkan ke dalam hati karena menghindari stress dan percaya kepada kehendak Tuhan (Dm.PD)
Adanya dorongan dari suami untuk tidak memikirkannya (Ds.Inf.)
Lebih banyak orang yang memberi dukungan sosial (PDs.)
(2)
(3)
Lampiran 10.
INFORMED CONSENT
Pada kesempatan ini, saya Intan Ayu Anggun Purwitasari, mahasiswa psikologi yang akan menyelesaikan tugas akhir memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana bentuk dan strategi dukungan yang diterima selama menderita sakit kanker payudara. Beberapa informasi ini dibuat untuk membantu Anda memutuskan apakah Anda bersedia atau tidak.
Anda terpilih dalam penelitian ini karena anda telah didiagnosa menderita kanker payudara.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Peneliti akan meminta Anda menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan dukungan sosial yang Anda terima. Disini Anda mungkin perlu mengingat kembali pengalaman-pengalaman terdahulu sehingga Anda mungkin akan mengalami emosi atau perasaan yang tidak enak. Oleh karena itu, Anda berhak dalam suatu waktu nanti memutuskan untuk mundur dalam penelitian ini.
Hasil wawancara nanti akan direkam. Wawancara dapat dilakukan kapanpun saat Anda merasa nyaman untuk bercerita. Dalam prosesnya, wawancara dapat berlangsung antara 30 – 45 menit. Namun peneliti sangat fleksibel terhadap kesediaan waktu Anda.
Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin. Peneliti tidak akan membagikan hasil pengumpulan data kepada siapapun kecuali dosen pembimbing peneliti. Nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisal. Anda berhak untuk mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini sebelum berpartisipasi.
Keuntungan yang Anda peroleh dalam penelitian ini adalah Anda dapat merefleksikan kembali pengalaman Anda dalam mendapatkan dukungan sosial selama menderita kanker payudara. Partisipasi Anda juga akan memiliki peran
(4)
Anda secara sukarela membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Tanda tangan Anda menyatakan bahwa Anda telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini namun tidak mengikat keberadaan anda untuk tetap menjadi subjek penelitian hingga penelitian berakhir.
Peneliti
(5)
Lampiran 11.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN WAWANCARA
Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk diwawancara selama proses pengambilan data untuk keperluan skripsi mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di bawah ini :
Nama : Intan Ayu Anggun Purwitasari NIM : 089114086
dengan skripsi yang berjudul “Bentuk dan Strategi Dukungan Sosial Terhadap Peningkatan Psychological Well Being Penderita Kanker Payudara”
Saya bersedia untuk memberikan informasi dengan jujur sesuai dengan keadaan diri saya. Saya juga memberikan ijin kepada peneliti untuk merekam hasil pembicaraan selama proses wawancara berlangsung.
Surat pernyataan ini dibuat secara sadar tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya berharap hasil wawancara ini tidak disalahgunakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Yogyakarta, 2013
________________________ Subjek Penelitian
(6)
SURAT KETERANGAN
KEABSAHAN HASIL WAWANCARA
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Usia :
Menyatakan bahwa telah diwawancarai sebagai subjek penelitian oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bernama :
Nama : Intan Ayu Anggun Purwitasari NIM : 089114086
Dengan surat keterangan ini saya menyatakan bahwa data wawancara yang diperoleh peneliti adalah benar-benar jawaban yang saya berikan selama proses wawancara dalam …. pertemuan. Saya sebagai subjek penelitian menjamin keabsahan hasil wawancara ini.
Yogyakarta, 2013
___________________________ Subjek Penelitian