ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS FASILITAS DAN PELAYANAN DI WANA WISATA AIR PANAS CIBOLANG PENGALENGAN KABUPATEN BANDUNG.

(1)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten

Bandung Barat)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Lilis Nurhidayah

1003417

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 2 Suntenjaya Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten

Bandung Barat)

Oleh Lilis Nurhidayah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lilis Nurhidayah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN………...……….. i

ABSTRAK ………..………. ii

KATA PENGANTAR ……….… iv

UCAPAN TERIMAKASIH ………... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR GAMBAR ………...……….……. x

DAFTAR TABEL ………...…... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………...………..……... xii

BAB I PENDAHULUAN ………...…...………..…... 1

A. Latar Belakang Masalah ..………..…….. 1

B. Rumusan Masalah ………..…….. 5

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

E. Hipotesis Tindakan ………..…… 7

F. Definisi Operasional ………..….. 7

BAB II PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA ……….……….…... 9

A. Model Discovery Learning ………...…. 9

1. Pengertian Discovery Learning …..………..…. 9


(5)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Model

Discovery Learning ………...…….... 10

4. Aplikasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA ………..…. 11

B. Pembelajaran IPA ….………..……. 13

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ………...…. 13

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………….………….…... 14

3. Tujuan Pembelajaran IPA ... 15

4. Sifat-sifat Cahaya ... 16

C. Penguasaan Konsep ... 19

D. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 27

1. Perencanaan Tindakan ………...….... 27

2. Pelaksanaan Tindakan ... 27

a. Siklus I ... 28

1) Perencanaan ... 28

2) Pelaksanaan ... 28

3) Pengamatan ... 29

4) Refleksi ... 29

b. Siklus II ………. 29

1) Perencanaan ... 29

2) Pelaksanaan ... 29

3) Pengamatan ... 30


(6)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 30

1. Teknik Pengumpulan Data ... 30

a. Tes ... 30

b. Nontes ... 30

2. Instrumen Penelitian ... 31

a. Instrumen Pembelajaran ... 31

b. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

1) Lembar Observasi KBM ... 31

2) Lembar Soal ... 32

3) LKS Kelompok ... 32

4) Pedoman Wawancara ... 32

5) Dokumentasi ... 32

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……...….. . 35

A. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ... 35

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 35

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... .. 36

a. Perncanaan Pembelajaran ... 36

b. Pelaksanaan Pembelajaran ... 36

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 41

a. Perncanaan Pembelajaran ... 41

b. Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

C. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 45

a. Aktivitas KBM ... 46

b. Aktivitas Siswa dalam Kelompok ... 60

c. Hasil Pembelajaran ... 64

1) Nilai Tugas Kelompok ... 64


(7)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Refleksi ... 69

2. Hasil Penelitian Siklus II ………...……….. 71

a. Aktivitas KBM ... 72

b. Aktivitas Siswa dalam Kelompok ... 80

c. Hasil Pembelajaran ... 83

1) Nilai Tugas Kelompok ... 84

2) Hasil Belajar Individu ... 84

d. Refleksi ... 86

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

1. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Metode Discovery Learning ………... 88

2. Peningkatan Hasil Penguasaan Konsep Siswa ..……… 91

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 95

A. Simpulan ... 95

B. Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 100


(8)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Bagan 3.1 : Alur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 26


(9)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas ………... 34 Tabel 4.1 : Hasil Observasi KBM Siklus I ……… 46 Tabel 4.1 : Hasil Observasi KBM Siklus II ………..… 72


(10)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN

A. 1 RPP Siklus I ... 100 A. 2 RPP Siklus II ... 110

B. INSTRUMEN PENELITIAN

B. 1 Lembar Observasi KBM Siklus I ………...………..………. 124 B. 2 Lembar Observasi KBM Siklus II………...……..…. 128 B. 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok ………....…... 132 B. 4 LKS Kelompok Siklus I ………...……… . 134 B. 5 LKS Kelompok Siklus II ………...…………... 137 B. 6 Tes Siklus I……….………. 142 B. 7 Tes Siklus II ………... 144

C. HASIL PENELITIAN

C. 1 Hasil Observasi KBM Siklus I ………..………... 148 C. 2 Hasil Observasi KBM Siklus II ………...…………. 164 C. 3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus I ……... 176 C. 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus II ...……. 186


(11)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. 5 LKS Kelompok siklus I ………...………... 196

C. 6 LKS Kelompok siklus II ………..…... 202

C. 7 Hasil Tes Siswa Siklus I ……… 207

C. 8 Hasil Tes Siswa Siklus II ………..………...……. 210

D. ANALISIS HASIL PENELITIAN D. 1 Tabel Analisis Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus I………… 216

D. 2 Tabel Analisis Aktivitas Siswa dalam Kelompok Siklus II……….. 218

D. 3 Tabel Analisis Tugas Kelompok Siklus I ……….. 220

D. 4 Tabel Analisis Tugas Kelompok Siklus II ………. 221

D. 5 Tabel Analisis Tes Siswa Siklus I ………. 222

D. 6 Tabel Analisis Tes Siswa Siklus II ……… 223

E. Dokumentasi ……….. 224

F. Administrasi F. 1 SK Pengangkatan Pembimbing Penyususn Skripsi………...………. 226

F. 2 Surat Izin Penelitian dari Fakultas ………..……….. 227

F. 3 Surat Izin Penelitian dari Kampus ……… 228

F. 4 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Sekolah …………... 229


(12)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA Oleh

Lilis Nurhidayah 1003417

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hal ini ditandai dengan banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep dikarenakan proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru dimana pembelajaran hanya menekankan siswa untuk menghafal materi semata, sehingga tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman belajarnya. Penelitian ini mencoba menerapkan model discovery learning pada materi sifat-sifat cahaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan peningkatan penguasaan konsep siswa dengan menerapkan model discovery learning. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adaptasi model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 34 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga meningkatkat kemampuannya dalam penguasaan konsep. Hal ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya hasil belajar yang diperoleh siswa, terbukti dari persentase kelulusan siswa dan nilai rata-rata, pada siklus I sebesar 72% siswa mendapat nilai di atas KKM. Dan pada siklus II sebesar 88% mendapat nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Berdasarkan penelitian tersebut ada beberapa saran yang hendak disampaikan, antara lain guru harus lebih mengkaji tahap-tahap pembelajaran yang ada dalam model discovery learning, guru mencoba untuk menerapkan model discovery learning untuk materi lain, dan guru harus pandai dalam mengatur alokasi waktu pada saat pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning.

Kata kunci : Model Discovery Learning, Penguasaan Konsep, Sifat-sifat Cahaya.


(13)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACK

THE APPLICATION OF DISCOVERY LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENT MASTERY OF THE CONCEPTS ON NATURAL

SCIENCE LEARNING IN THE MATERIAL PROPERTIES OF LIGHT By

Lilis Nurhidayah 1003417

The research was backed by the lack of students' ability in mastering of the concept in Natural Science subjects, it is characterized by a lot of students who scored below the standard minimum scoreof students is 65 Low ability students in mastering the concept of due to the learning process that lasted still centered on the teacher where learning only emphasizes students for memorization matter merely, so it does not give occasion on the kids to construct knowledge itself through experience of learning. This research tried to apply discovery learning model to the matter the properties of light. The purpose of this research was to improve student mastery of concepts by applying discovery learning model in the fifth grade in SDN 2 Suntenjaya. This research method used was a Class Action Research daptation of modeled Kemmis and Mc Taggart. This research is conducted in two cycles of Clas Action Research. The subject of this research is the grade V SDN 2 Suntenjaya subdistrict of West Bandung Regency Lembang that add up to 34 people. Subjects are 34 students. This was indicated from the passing percentage on each cycle for which 72 % of passing percentage at first cycle and 88% of passing percentage at second cycle. Moreover, the activities of teachers and students continued to incrase at each meeting. It can be concluded from this study by using discovery learning model can improve student mastery of concept on science learning of light. Based on such research there are some suggestions that conveyed, among others, the teacher should examine the stages of the learning model of discovery learning, teachers are trying to implement a model of discovery learning for other materials, and teachers had to be resourceful in regulating the allocation of time on learning by applying a model of discovery learning.


(14)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu adalah salah satu mata pelajaran yang penting untuk diberikan kepada siswa di Sekolah Dasar (SD). Hakikat pembelajarannya IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Susanto (2012. hlm. 168-169) bahwa:

Pembelajaran IPA di dalamnya mencakup proses, produk dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Oleh karena itu proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap.

Berdasarkan pada pendapat diatas, maka proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap. Berkaitan dengan pembelajaran IPA, Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh


(15)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Maka pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan siswa secara penuh (active learning) dengan cara guru


(16)

3

dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2012. hlm. 170-171) bahwa : “pembelajaran IPA atau sains merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.” Dengan pembelajaran yang bermakna maka siswa akan mampu memahami mata pelajaran IPA secara keseluruhan tidak terbatas pada hafalan materi semata.

Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dilapangan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Suntenjaya khusunya di kelas V, proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Kegiatan pembelajan IPA masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan siswa hanya berperan sebagai penyimak. Pembelajaran IPA yang demikian tidak atau belum memberi kesempatan maksimal kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya, dimana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkanknya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses belajar mengajar, guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.

Permasalahan yang kemudian muncul di lapangan sehubungan hal tersebut adalah siswa merasa kurang antusias selama mengikuti pembelajaran yang belangsung, ketika guru menerangkan banyak diantaranya yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengobrol, bercanda bahkan ada yang keluar masuk ruangan. Pembelajaran dengan model yang masih konvensional membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami


(17)

4

materi yang disampaikan karena siswa tidak menemukan sendiri informasi yang diperlukan dari kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini berdampak pada kurangnya penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada materi sifat-sifat cahaya. Ini teramatai dari siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang dipelajari tidak ada siswa yang mau bertanya, sedangkan pada saat guru memberikan pertanyaan mengenai materi tersebut rata-rata mereka tidak bisa menjawab pertanyaan yang guru berikan. Apa lagi jika pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang bersifat menguji pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa secara umum nilai rata-rata kelas hanya mencapai 48% dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPA di sekolah tersebut yaitu 65. Dengan presentase rata-rata 48 % siswa di kelas V menguasai mata pelajaran IPA sedangkan 52% siswa kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA.

Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukan bahwa terdapat keterkaitan antara rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep dengan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Selama ini pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bermakana. Model, teknik dan sumber belajar yang digunakan selama kegiatan pembelajaran kurang cocok dengan mata pelajaran IPA yang tidak hanya menekankan pada penghafalan materi semata. Pembelajaran IPA seharusnya menekankan pada kegiatan-kegiatan yang membuat siswa dapat mengkosntruksi pengetahuanya sendiri, dimana guru hanya berperan sebagai pembimbing bagi siswa untuk membangun pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang telah ia simpan sebelumnya hingga mereka mampu memahami konsep dari matei yang dipelajari. Maka dari itu guru harus lebih selektif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan disampaikan. Sebagai guru yang baik dituntut untuk dapat menciptakan


(18)

5

pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Berpedoman pada fakta-fakta diatas, salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan penerapan model discovery learning sebagai upaya meningkatan kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Model discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, dan mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Carin (dalam Amien. 1987, hlm. 126).

Discovery adalah suatu proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggubakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Belajar merupakan proses mental di mana murid mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Dalam teknik ini guru bertugas sebagai pembimbing atau fasilitator yang menjembatani para murid dengan ilmu atau sebuah materi untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak diketahui oleh siswa. Model pembelajaran discovery dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung dan nyata kepada siswa untuk membuktikan sebuah konsep dengan cara membuktikan langsung dengan mencari data baik itu dengan wawancara, pembuktian dengan demonstrasi atau eksperimen atau dengan mencari literatur lain. Pembelajaran yang demikian akan membuat siswa lebih memahami konsep yang dipelajari karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Sebagaiamana yang dikemukanan oleh Bruner (dalam Dahar. 2006. Hlm. 79) bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang palik baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Selain itu materi Sifat-sifat cahaya memerlukan sebuah pembuktian untuk membuktikan sifat-sifat cahaya, jadi model


(19)

6

pembelajaran ini akan sangat efektif dan efisien untuk membelajarkan materi sifat-sifat cahaya.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran konsep dalam mata pelajaran IPA, dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA”. B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan model discovery learning untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya?”. Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya

melalui penerapan model discovery learning di SDN 2 Suntenjaya?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model discovery learning di SDN 2 Suntenjaya?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai penerapan model discovery learning untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model discovery learning di SDN 2 Suntenjaya.


(20)

7

2. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model discovery learning di SDN 2 Suntenjaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran IPA sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi sifat-sifat cahaya 2. Mendorong siswa lebih aktif, kreatif, dan berani mengungkapkan

pendapat

3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar konsep melainkan proses suatu kejadian

4. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran. b. Bagi guru

1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2. Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.

3. Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa


(21)

8

c. Bagi sekolah

1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.

2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.

E. HipotesisTindakan

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam masalah penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut : “terdapat peningkatan dalam penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model discovery learning di kelas V SDN 2 suntenjaya”.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut :

1. Model Discovery Learning

Model discovery learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang dilakukan meliputi tahapan kegiatan stimulasi, identifikasi maslah, pengumpulan data, pemrosesan data, verivikasi data dan generalisasi. Sehingga memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep dari materi yang sedang dipelajari. Pada penelitian ini, model discovery yang diterapkan adalah discovery terbimbing. Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses pembelajaran.

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsep sifat-sifat cahaya, baik secara teori maupun penerapannya. Kaitannya dengan pembelajaran IPA,


(22)

9

penguasaan konsep merupakan proses dimana seseorang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan pengetahuan awal yang telah dimililiki dengan pengalaman pembelajaran melalui interaksi dengan lingkungannya secara aktif seperti melakukan pengamatan terhadap fenomena alam yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari, membuktikan sebuah konsep dengan membuktikan langsung dengan mencari data melalui eksperimen maupun dengan diskusi. hingga akhirnya mereka mampu memahami konsep yang sedang dipelajarinya. Siswa dikatakan telah menguasai konsep dalam penelitian ini apabila siswa telah mampu mengidentifikasi konsep, memberikan contoh dari suatu konsep, menjelaskan sendiri suatu konsep, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan dari suatu konsep yang didapat melalui kegiatan pembuktian dan menerapkan konsep sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melihat sejauh mana peningkatan pembelajaran konsep yang telah dilaksanakan, dilakukan dengan pengamatan terhadap aktivitas peserta ketika kegiatan pembelajaran berlangsung dan penilaian hasil interpretasi siswa terhadap informasi yang telah mereka peroleh melalui tes tertulis. Hasil pengamatan nantinya akan dianalisi untuk melihat sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran konsep, dan hasilnya dinyatakan secara deskriptif kualitatif.


(23)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk (2010. hlm. 3), “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama.” Menurut Kemmis dan Mc Taggart, (dalam Kunandar. 2008. hlm. 42) bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktk itu dilaksanakan. Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas V SDN 2 Suntenjaya dan rekan sejawat peneliti. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.

Pada penelitian ini, model yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Hal ini dikarenakan model Kemmis dan Mc. Taggart berorientasi pada siklus spiral refleksi, dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan refleksi serta perencanaan kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan model yang sederhana dan mudah untuk dilakukan.


(24)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini sejalan dengan pengertian penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart ( dalam Kunandar. 200. hlm. 71), yang menjelaskan bahwa:


(25)

25

“Penelitian tindakan kelas adalah suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, melainkan merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus menurut model Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Observasi

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.


(26)

26

Langkah-langkah penelitian tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut. Observasi Awal

Rumusan Masalah

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Kemmis dan Taggart B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya, yang beralamatkan di Jalan Kampung Gandok Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang-Kabupaten Bandung Barat. Waktu yang diperlukan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini adalah 3 bulan terhitung dari April sampai Juni 2014.

Perencanaan

Observasi

Pelaksanaan

Kesimpulan Observasi

Refleksi I Pelaksanaan

Refleksi II


(27)

27

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya yang berada di Desa suntenjaya dengan siswa yang berjumlah 34 orang. Yang terdiri dari 21 orang siswa perempuan dan 13 orang siswa laki-laki.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari dua siklus dan akan dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai pada setiap siklusnya. Langkah-langkah yang peneliti laksanakan sebagai berikut 1. Perencanaan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan perencanan. Kegiatan yang dilakukan selama tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

a) Observasi

Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, sebelum melaksanakan tindakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti mendiagnosa bahwa siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya mengalami kesulitan dalam menguasai konsep khususnya pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini terlihat dari siswa yang pasif ketika pembelajaran berlangsung serta hasil belajar siswa sebagian besar tidak memenuhi KKM. Permasalahan ini disebabkan karena proses pemmbelajaran yang berlangsung tidak atau belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memperoleh konsep-konsep tersebut sehingga pembelajaran yang mereka lakukan kurang bermakna. b) Meminta izin penelitian kepada pihak sekolah

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan langsung oleh penulis sebagai peneliti sekaligus mempraktikan tindakan dalam pembelajaran di kelas. Pelaksanaan


(28)

28

dilakukan pada bulan Mei 2014 dengan menerapkan model discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

a. Siklus I:

1) Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :

a) Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

b) Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d) Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan eksperimen

e) Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan.

f) Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung

g) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran h) Melaksanakan diskusi dengan observer

2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar mengajar, diantaranya

a) Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning.


(29)

29

b) Melakukan penilaian yang objektif, berdasarkan hasil kemampuan peserta didik.

3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui :

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.

b) Aktivitas aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar c) Kinerja guru dalam mengajar

d) Respon siswa terhadap proses belajar mengajar

e) Kemampuan peserta didik saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.

4) Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada siklus selanjutnya, penelitian pada siklus pertama dianggap berhasil apabila :

a) Sebagian besar (75% dari peserta didik) mampu memenuhi aspek indikator kemampuan kerjasama

Lebih dari 75% peserta didik dapat menjawab soal evaluasi dengan benar.

b. Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Oleh karena itu, untuk pelaksaan tindakan siklus II, peneliti harus benar-benar merumuskan serta merencanakan langkah-langkah yang tepat dan efektif agar kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II, diantaranya:

1) Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning berdasarkan perencanaan hasil refleksi pada siklus pertama.


(30)

30

3) Pengamatan (Observation)

Dibantu oleh observer Peneliti melakuakn pengamatan terhadap aktivitas pembelajarandengan menerapkan model discovery learning.

4) Refleksi

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus maka peneliti membuat refleksi berupa kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ada dua hal yaitu tes dan nontest (observasi, wawancara dan dokumentasi).

a. Tes

Menurut Nana Sudjana (2012 : 35) menyatakan bahwa, tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Jadi teknik pengumpulan data dengan tes ini dimaksudkan untuk menilai hasil belajar yang berkaitan dengan ranah kognitif, karena setelah peserta didik selesai mengikuti suatu pembelajaran, maka peserta didik akan di berikan tes untuk mengetahui hasil yang menunjukan sejauh mana keberhasilan guru dalam menyampaikan materi.

b. Nontes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tidak hanya berupa tes yang berbentuk uraian ataupun tes objektif, tetapi dilakukan juga penilaian nontes yaitu sebagai berikut.

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.


(31)

31

(Kunandar. 2008. hlm. 143). Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi selektif. Yaitu observasi yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi tertentu yang dicapai siswa. Dalam peneltian ini kompetensi yang diamati meliputi kompetensi yang dicapai siswa dalam pembelajaran discovery learning, materi pembelajaran dan pembelajaran siswa dalam kelompok.

2) Dokumentasi

Teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen sehubungan penelitian harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan.

3) Wawancara

Menurut Denzin (dalam Wiraatmadja. 2008. hlm. 117), wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Pada penelitian ini, wawancara digunakan untuk melengkapi dara observasi. Wawancara yang dilakukan berisi pertanyaan yang diajukan kepada orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dipelukan.

2. Instrumen Penelitian a. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran lainnya.

b. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:


(32)

32

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa serta respon siswa selama kegiatan pembelajaran dengan penerapan model discovery learning berlangsung.

2) Lembar Soal

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes uraian untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap materi berdasarkan indikator yang telah ditentukan setelah diberikan tindakan.

3) LKS Kelompok

LKS kelompok yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama, bertukar informasi/pengetahuan serta bersosialisasi dengan teman-temannya. Tidak hanya itu saja, LKS kelompok dibuat karena pada dasarnya model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model discovery learning dalam pelaksanaannya juga dilakukan melalui kegiatan diskusi bersama kelompok.

4) Pedoman Wawancara

Dalam hal ini, peneliti mewawancarai langsung siswa kelas V SD Negeri 2 Suntenjaya, yang dilakukan setelah siklus berlangsung. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditapakan sehingga nantinya dapat dijadikan perbaikan untuk siklus berikutnya.

5) Dokumentasi

Instrumen ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji dan menafsirkan fokus permasalahan dalam penelitian

F. Analisis dan Interpretasi Data

Menurut Arikunto (2010. hlm. 131) “dalam pelaksanaanpenelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti. Data kualitatif yang dapat dianalisis secara deskriptif dan data kualitataif”. Berdasarkan dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini analisis data yang digunakan dalam


(33)

33

penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kantitatif. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses interaksi yang terjadi selama pembelajaran yaitu respon siswa terhadap penerapan model discovery learning dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Data untuk dianalisis berasal dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran. Data ini berasal dari hasil tes siswa dan tugas kelompok serta aktivitas siswa dalam kelompok. Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif yaitu sebagai berikut.

a. Pensekoran terhadap jawaban siswa

Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta didik adalah tes uraian bebas, sehingga tidak ada rumus baku yang dijadikan sebagai dasar untuk mencari skor peserta didik. Namun, peneliti menerapkan kriteria penskoran untuk menentukan skor siswa. Kriteria penskoran yaitu : Skor 2 untuk jawaban benar dan jelas

Skor 1untuk jawaban benar namun kurang jelas

b. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik melalui rumus yang diadaptasi dari Nana Sudjana (2013: 109).

Keterangan :

R = nilai rata-rata peserta didik ∑ X = jumlah seluruh nilai peserta didik ∑ N = jumlah peserta didik

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik.

Pada penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar secara individual didapat dari KKM untuk pembelajaran IPA ditetapkan sekolah yaitu siswa dinyatakan tuntas jika


(34)

34

telah mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 65 dan di bawah 65 dinyatakan belum tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar siswa menyeluruh. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :

(Agung Purwoko, dalam

https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf) Keterangan :

P = persentase peserta didik yang lulus ΣP = jumlah peserta didik yang lulus ΣN = jumlah seluruh peserta didik

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas

Kriteria Nilai

Baik Sekali 85-100

Baik 70-84

Cukup 60-69

Kurang 50-59

Kurang Sekali >50

(Sumber: Depdiknas, 2006) Pada data kualitatif, setelah data dianalisis dilanjutkan dengan proses pengolahan data yang selanjutnya dideskripsikan. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes individu siswa dan tugas kelompok, dianalisis kemudian data tersebut diolah dan dihitung persentase serta nilai rata-ratanya. Hasil tes siswa dituliskan dalam bentuk tabel, sehingga skor yang diperoleh siswa terlihat dengan jelas.

P =

P


(35)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah serta pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di kelas V SDN 2 Suntenjaya dengan menggunakan penerapan model discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model discovery learning di kelas V SDN 2 Suntenjaya berlangsung dengan cukup baik dan efektif walaupun terdapat beberapa kendala dalam proses pelaksanaannya. Pada pembelajaran disetiap siklus respon siswa dan aktivitas siswa dalam kelompok semakin meningkat. Siswa pun mulai mengerti makna dari materi yang disampaikan, terlihat dari penguasaan siswa terhadap setiap indikator yang meningkat dari setiap siklusnya. Siswa juga terlihat lebih aktif dan mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model penemuan, dimana siswa tidak sekedar menerima apa yang guru sampaikan kemudian menyalinnya melainkan siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik secara individu maupun dalam diskusi kelompok. Siswa juga terlihat berani untuk maju ke depan mengikuti intruksi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga sudah mulai terbiasa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mereka mengerti. Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran denagan menerapkan model discovery learning khususnya di SD ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, untuk siswa yang tidak terbiasa dengan belajar penemuan, langsung menerapkan


(36)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

discovery murni kurang efektif. Sebaiknaya dimulai dengan discovery terbimbing terlebih dahulu. Kedua, proses belajar-mengajar melalui discovery


(37)

96

learning juga memungkinkan melibatkan siswa dalam kegiatan bertukar pendapat melalui diskusi. Hal ini bertujun agar dapat memberikan kesempatan kepada kelompok diskusi untuk bertukar pikiran tentang permasalahan yang disajikan. Namun yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kelompok. Agar pembelajaran lebih efektif sebaiknaya siswa belajar dalam kelompok kecil karena dengan kelompok yang terlalu banyak angota memungkinkan tidak semua siswa dalam kelompok berpartisipasi dalam kegiatan diskusi.

2. Penerapan model discovery learning pada penelitian ini dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini salah satunya ditunjukan dengan meningkatnya nilai hasil belajar siswa maupun tugas kelompok pada setiap siklusnya.Penguasaan siswa pada setiap indikator dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Secara umum persentase ketuntasan siswa pada pada pra siklus yaitu 48 %. Pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 72 %. Selanjutnya pada siklus II, persentase siswa kembali meningkat dari 72 % menjadi 88 %. Ini berarti pada siklus II persentase ketuntasan belajar meningkat sebesar 16 %.Selain itu dengan model ini juga lebih membantu siswa dalam memahami konsep, ini dikarenakan siswa memperoleh sendiri konsep yang harus ia kuasai dengan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatan pembelajaran konsep pada siswa keas V SDN 2 Suntenjaya kecamatan Lembang, peneliti mengajukan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti lain, diantaranya sebagai berikut:


(38)

97

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model discovery learning dalam pembelajaran IPA dengan mengambil materi lainnya, sehingga akhirnya dapat disimpulkan bahwa model discovery learning ini dapat meningkatkan hasil belajra siswa pada pembelajaran konsep IPA. Kemudian dalam mencari sumber materi jangan terpatok pada satu sumber saja, hal ini bertujuan agar cakupan materi lebih luas dan menghindari adanaya keslahan pada materi yang akan diberikan. Apabila ingin menjadikan skripsi ini sebagai referensi, LKS yang digunakan pada siklus ke II pada materi cahaya dapat menembus benda bening harap tidak dipakai atau diperbaiki terlebih dahlu karena terdapat kesalahan.

2. Bagi Guru

Guru sekolah dasar direkomendasikan untuk menerapkan model discovery learning pada mata pelajaran atau pun materi yang lainnya, karena model pembelajaran ini dapat memberikan makna dari setiap pembelajaran yang dilakukan, selain itu juga dapat meningkatkan keaktifan siswa pada saat proses pembelajran berlangsung. Kemudian dalam mencari sumber materi jangan terpatok pada satu sumber saja, hal ini bertujuan agar cakupan materi lebih luas dan menghindari adanaya keslahan pada materi yang akan diberikan. Pada kegiatan percobaan, pemilihan media dan bahan harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi kegagalan pada percobaan yang akan dilakukan.

3. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan lebih intensif dalam meberikan bimbingan kepada guru, agar guru termotivasi untuk memberikan pengetahuan kepada siswanya secara optimal. Melakukan kegiatan pembelajaran mikro di sekolah dengan tujuan untuk melatih kinerja guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran, serta memperbaiki kekurangan guru dalam melakukan pembelajaran di kelas. Akhir dari pelaksanaan bimbingan diharapkan dapat membawa dampak terhadap kemajuan belajar siswanya.


(39)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

… (2014). Pembelajaran Konsep . [Online]. Tersedia

di:http://ms.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_konsep. [Diakses 29 Mei 2014] Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azmiyawati, Choiril., Hadi, Wigati., dan Kusumawati, Rohana. (2008). IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.

Dahar, Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Jakarta Departemen Pendidikan Nasional (2006). Permen no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kesuma, Dharma. (2011). Indicator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum. [Online]. Tersedia : https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf. [Diakses 2 Juli 2014].

Sukmawati, Desi. (2013). Penerapan Model Concept Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Skripsi, PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia.


(40)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edy. (2008). Ilmu pengetahuan alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.

Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Syah, Muhibin. (2013). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Ilahi, Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Yogyakarta : Diva Pers.

Widodo, A. DKK. (2010). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya


(1)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah serta pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di kelas V SDN 2 Suntenjaya dengan menggunakan penerapan model discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model discovery learning di kelas V SDN 2 Suntenjaya berlangsung dengan cukup baik dan efektif walaupun terdapat beberapa kendala dalam proses pelaksanaannya. Pada pembelajaran disetiap siklus respon siswa dan aktivitas siswa dalam kelompok semakin meningkat. Siswa pun mulai mengerti makna dari materi yang disampaikan, terlihat dari penguasaan siswa terhadap setiap indikator yang meningkat dari setiap siklusnya. Siswa juga terlihat lebih aktif dan mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model penemuan, dimana siswa tidak sekedar menerima apa yang guru sampaikan kemudian menyalinnya melainkan siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik secara individu maupun dalam diskusi kelompok. Siswa juga terlihat berani untuk maju ke depan mengikuti intruksi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga sudah mulai terbiasa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mereka mengerti. Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran denagan menerapkan model discovery learning khususnya di SD ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, untuk siswa yang tidak terbiasa dengan belajar penemuan, langsung menerapkan


(2)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

discovery murni kurang efektif. Sebaiknaya dimulai dengan discovery


(3)

96

learning juga memungkinkan melibatkan siswa dalam kegiatan bertukar

pendapat melalui diskusi. Hal ini bertujun agar dapat memberikan kesempatan kepada kelompok diskusi untuk bertukar pikiran tentang permasalahan yang disajikan. Namun yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kelompok. Agar pembelajaran lebih efektif sebaiknaya siswa belajar dalam kelompok kecil karena dengan kelompok yang terlalu banyak angota memungkinkan tidak semua siswa dalam kelompok berpartisipasi dalam kegiatan diskusi.

2. Penerapan model discovery learning pada penelitian ini dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini salah satunya ditunjukan dengan meningkatnya nilai hasil belajar siswa maupun tugas kelompok pada setiap siklusnya.Penguasaan siswa pada setiap indikator dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Secara umum persentase ketuntasan siswa pada pada pra siklus yaitu 48 %. Pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 72 %. Selanjutnya pada siklus II, persentase siswa kembali meningkat dari 72 % menjadi 88 %. Ini berarti pada siklus II persentase ketuntasan belajar meningkat sebesar 16 %.Selain itu dengan model ini juga lebih membantu siswa dalam memahami konsep, ini dikarenakan siswa memperoleh sendiri konsep yang harus ia kuasai dengan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model

discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk

meningkatan pembelajaran konsep pada siswa keas V SDN 2 Suntenjaya kecamatan Lembang, peneliti mengajukan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti lain, diantaranya sebagai berikut:


(4)

97

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model discovery

learning dalam pembelajaran IPA dengan mengambil materi lainnya, sehingga

akhirnya dapat disimpulkan bahwa model discovery learning ini dapat meningkatkan hasil belajra siswa pada pembelajaran konsep IPA. Kemudian dalam mencari sumber materi jangan terpatok pada satu sumber saja, hal ini bertujuan agar cakupan materi lebih luas dan menghindari adanaya keslahan pada materi yang akan diberikan. Apabila ingin menjadikan skripsi ini sebagai referensi, LKS yang digunakan pada siklus ke II pada materi cahaya dapat menembus benda bening harap tidak dipakai atau diperbaiki terlebih dahlu karena terdapat kesalahan.

2. Bagi Guru

Guru sekolah dasar direkomendasikan untuk menerapkan model discovery

learning pada mata pelajaran atau pun materi yang lainnya, karena model

pembelajaran ini dapat memberikan makna dari setiap pembelajaran yang dilakukan, selain itu juga dapat meningkatkan keaktifan siswa pada saat proses pembelajran berlangsung. Kemudian dalam mencari sumber materi jangan terpatok pada satu sumber saja, hal ini bertujuan agar cakupan materi lebih luas dan menghindari adanaya keslahan pada materi yang akan diberikan. Pada kegiatan percobaan, pemilihan media dan bahan harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi kegagalan pada percobaan yang akan dilakukan.

3. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan lebih intensif dalam meberikan bimbingan kepada guru, agar guru termotivasi untuk memberikan pengetahuan kepada siswanya secara optimal. Melakukan kegiatan pembelajaran mikro di sekolah dengan tujuan untuk melatih kinerja guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran, serta memperbaiki kekurangan guru dalam melakukan pembelajaran di kelas. Akhir dari pelaksanaan bimbingan diharapkan dapat membawa dampak terhadap kemajuan belajar siswanya.


(5)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

… (2014). Pembelajaran Konsep . [Online]. Tersedia

di:http://ms.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_konsep. [Diakses 29 Mei 2014] Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan

Arikunto, suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azmiyawati, Choiril., Hadi, Wigati., dan Kusumawati, Rohana. (2008). IPA

Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

PendidikanNasional.

Dahar, Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Jakarta Departemen Pendidikan Nasional (2006). Permen no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kesuma, Dharma. (2011). Indicator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum. [Online]. Tersedia : https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf. [Diakses 2 Juli 2014].

Sukmawati, Desi. (2013). Penerapan Model Concept Sentence Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Skripsi, PGSD, Universitas


(6)

Lilis Nurhidayah, 2014

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edy. (2008). Ilmu pengetahuan alam untuk SD dan

MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.

Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Syah, Muhibin. (2013). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Ilahi, Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational

Skill. Yogyakarta : Diva Pers.

Widodo, A. DKK. (2010). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya