PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

(1)

PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN

DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Niken Luluk Cahyani NIM 3201408065

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 27 Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Moch. Arifien, M.Si Drs. Saptono Putro, M.Si NIP. 19550826 198303 1 003 NIP. 19620928 199003 1 002

Mengetahui Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP. 19620904 198901 1 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Jum’at Tanggal : 8 Maret 2013

Penguji Utama

Dra. Erni Suharini, M.Si NIP.196111061988032002

Anggota I Anggota II

Drs. Moch. Arifien, M.Si Drs. Saptono Putro, M.Si NIP. 19550826 198303 1 003 NIP. 19620928 199003 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 1 003


(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Niken Luluk Cahyani NIM. 3201408065


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. Fabiayyiaalaa irobbikumaatukaddibaan…Nikmat Allah yang mana lagi yang akan kau dustakan (Q.S Arrahman).

2. Jangan pernah berkata aku tidak bisa, namun selalu berkata aku bisa dalam menghadapi segala macam cobaan di hidup ini (Niken Luluk Cahyani)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi sedikitpun rasa syukur terhadap ALLAH SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Jagoan Kecilku, Muhammad Fathan Alfarezi sebagai penyemangatku. 2. Pemimpin Keluarga Kecilku, Masrochin yang selalu mendukungku.

3. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Warsono dan Ibu Istriani yang selalu membimbingku dan tak pernah melewatkan waktunya untuk mendo’akanku. 4. Adikku Izfa’ Habibi.


(6)

vi

rahmat, dan ridha_Nya akhirnya penulis dapat menyelasaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Di Kelurahan Rowosari Kecanatan Tembalang Kota Semarang”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojdo., Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, terimakasih atas ijin penelitian yang bapak berikan.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi atas segala bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi,

4. Drs. Moch. Arifien, M.Si., Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Saptono Putro, M.Si., Pembimbing II atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

7. Dr. Juhadi, M. Si., atas pengarahan yang diberikan sebagai dosen wali dari awal sampai akhir

8. Para Dosen dan karyawan Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi serta bantuan dan motivasinya.

9. Lurah dan seluruh keluarga besar Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang telah membantu dalam penelitian ini.

10. Keluarga besarku, atas segala limpahan doa dan kasih sayangnya

11. Keluarga besar Jurusan Geografi, Pend. Geografi 2008 Terima kasih untuk semua yang sangat indah.

12. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 8 Maret 2013


(8)

viii

Sanitasi Lingkungan Permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Skripsi, Jurusan Geografi, FIS UNNES. Pembimbing I. Drs. Moch. Arifien, M.Si. Pembimbing II. Drs. Saptono Putro, M. Si. 125 halaman.

Kata Kunci : Partisipasi, Kepala Keluarga, Perbaikan, Sanitasi

Kelurahan Rowosari merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Kelurahan Rowosari adalah buruknya sanitasi di lingkungan permukiman mereka, salah satu masalah sanitasi yang dihadapi oleh masyarakat adalah susahnya memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan MCK sehari – hari, akhirnya banyak masyarakat yang menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Karena buruknya sanitasi yang ada akhirnya pihak kelurahan mengadakan program perbaikan sanitasi lingkungn permukiman, untuk memperbaiki sanitasi yang ada di Kelurahan Rowosari. Tujuan penelitian ini: (1) mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari, (2) mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Rowosari yaitu 2666 KK. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap jenjang, populasi memiliki kesempatan menjadi responden dengan jumlah sampel 96 KK. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dokumentasi dan wawancara sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah angket yang berisi mengenai tingkat partisipasi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan angket tingkat kesadaran. Sedangkan tekhnik analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan deskriptif prosentase didapat tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari sebesar 69,00% dengan kriteria tinggi, Ada dua faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dengan F hitung 4,389 dan taraf signifikasi sebesar 0,015 < dari 0,05 yang artina perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di


(9)

ix

Kelurahan Rowosari dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala keluarga dan tingkat kesadaran kepala keluarga dalam mewujudkan sanitasi yang baik. Besarnya pengaruh tingkat pendidikan dan kesadaran kepala keluarga terhadap perbedaan tingkat partisipasi kepala keluarga di Kelurahan Rowosari sebesar 60,7% sedangkan sisanya 39,3% di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian saran untuk warga di Kelurahan Rowosari adalah kepala keluarga hendaknya lebih meningkatkan partisipasi dalam mewujudkan sanitasi yang baik dan perlu adanya sosialisasi, koordinasi serta mengupayakan kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman. Perlu adanya usaha peningkatan kesadaran kepala keluarga agar tingkat partisipasinya semakin tinggi. Kemudian memngutamakan menempuh pendidikan formal yang tinggi untuk masyarakat, serta perlu adanya pembinaan pendidikan kelingkungan di berbagai jenjang pendidikan untuk instansi pendidikan terkait. Sebab tingkat pendidikan dan kesadaran kepala keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar dalam partisipasi perbaikan santasi lingkungan permukiman.


(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

BAB II LANDASAN TEORI. A. Partisipasi ... 10

B. Kepala Keluarga ... 14

C. Sanitasi Lingkungan ... 16

D. Lingkungan Permukiman ... 29

E. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Partisipasi... 33


(11)

xi

G. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

B. Populasi ... 40

C. Sampel dan Teknik Sampling ... 40

D. Variabel ... 44

E. Metode Pengumpulan Data ... 46

F. Validitas dan Reliabilitas ... 47

G. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Tata Guna Lahan ... 57

3. Kondisi Ekonomi ... 59

4. Kondisi Sosial ... 61

5. Sarana Pemerintah... 63

6. Gambar Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman di Kelurahan Rowosari ... 64

B. Hasil Penelitian ... 71

1. Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 71

a. Sosialisasi dan Pembinaan ... 72

b. Pelaksanaan ... 74

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Partisipasi antar Kepala Keluarga ... 76

a. Tingkat Pendidikan ... 76

b. Tingkat Kesadaran ... 77


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN ... 102


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tipe Permukiman ... 30

3.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 42

3.2 Validitas Soal ... 48

3.3 Perhitungan Deskriptif Prosentase ... 52

4.1 Jumlah RT dan RW di Kelurahan Rowosari ... 57

4.2 Luas dan Penggunaan Lahan di Kelurahan Rowosari ... 59

4.3 Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Rowosari ... 60

4.4 Komposisi Penduduk Kelurahan Rowosari Berdasarkan Kelompok Umur . 61 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 62

4.6 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Rowosari ... 63

4.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Rowosari ... 64

4.8 Distribusi Variabel Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga ... 72

4.9 Distribusi Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga dalam Sosialisasi dan Pembinaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 74

4.10 Distribusi Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga dalam Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 75


(14)

xiv

4.14 Pengetahuan Tentang MCK ... 80

4.15 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah ... 81

4.16 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga ... 82

4.17 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Saluran Drainase ... 83

4.18 Uji Normalitas Variabel Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga ... 84

4.19 Uji Normalitas Variabel Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga... 84

4.20 Uji Normalitas Variabel Tingkat Kesadaran Kepala Keluarga ... 85

4.21 Analisis Regresi Linier Berganda ... 86

4.22 Hasil Analisis Uji F ... 88


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir ... 38

4.1 Peta Administrasi Kelurahan Rowosari ... 56

4.2 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Rowosari ... 58

4.3 Sosialisasi Program Perbaikan Sanitasi Pada Forum PKK se-Kelurahan Rowosari ... 65

4.4 Warga RW VIII Mencuci Baju di Sungai ... 67

4.5 Pembuatan Sumur Artesis di RW I ... 67

4.6 MCK Umum di RW VIII ... 68

4.7 Tempat Sampah di RW VI ... 69

4.8 Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga ... 70

4.9 Bak Kontrol Limbah di Rumah Warga RW VIII ... 70

4.10 Pembuatan Saluran Drinase Secara Gotong Royong ... 71


(16)

xvi

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 103

2. Instrument Penelitian ... 104

3. Lembar Angket Penelitian ... 105

4. Panduan Observasi ... 114

5. Skor Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 115

6. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 116

7. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 117

8. Table Skor Angket penelitian ... 118

9. Tabel Skor Tingkat Pengetahuan ... 123


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi sanitasi di Indonesia saat ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan perbaikan. Upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dengan memberdayakan masyarakat dalam bidang penyediaan air bersih dan sanitasi dasar. Proyek tersebut bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat di pedesaan, sebagai bagian dari program Lingkungan Sehat. Program Lingkungan Sehat ini juga terkait dengan komitmen global dalam mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) bidang lingkungan sehat. Target dari MDGs sendiri adalah mengurangi proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015.

Hasil penelitian menunjukan hanya 45% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi. Artinya, lebih dari 100 juta penduduk tidak memiliki akses tersebut. Sementara itu, dalam 30 tahun terakhir, pemerintah Indonesia hanya mengeluarkan dana sekitar 820 juta dolar AS untuk sanitasi. Angka tersebut setara dengan Rp 200,00 per orang setiap tahun. Suatu angka yang


(18)

jauh dari ideal yang diperlukan yaitu sebesar Rp 47.000,00 per orang setiap tahun (Winarsih 2008:1-2).

Sanitasi menjadi salah satu potret pemerintah dalam memberikan perhatian kepada warga miskin. Sanitasi yang terdiri dari sub sektor MCK, sampah rumah tangga (limbah padat dan limbah cair), drainase dan ketersediaan air bersih yang berkaitan langsung dengan derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat yang mampu secara ekonomi umumnya dapat mengakses sanitasi dengan baik, sehingga kondisi kesehatannya baik. Namun pada masyarakat miskin, umumnya kurang atau bahkan tidak mampu mengakses sanitasi. Akibatnya, derajat kesehatan yang buruk menjadi cerita sehari-hari masyarakat miskin. Sanitasi di Kota Semarang saat ini tampak bahwa perbaikan sanitasi juga sangat perlu dilakukan. Salah satunya di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang berada di bantaran Sungai Babon dengan luas wilayah 8,70 km² dan jumlah penduduk mencapai 11.294 jiwa (Data Monografi kelurahan Rowosari tahun 2012), dengan kepadatan penduduk mencapai 1.298 jiwa/ km². Tingginya kepadatan penduduk tidak sebanding dengan lahan yang tersedia untuk permukiman, yang mengakibatkan ketidakteraturan dalam penataan tempat tinggal dan penyediaan sarana dan prasarana permukiman.

Menurut Budiharjo dalam Juliany (2010:15), padatnya penduduk di kota akan mengakibatkan semakin kurang memadainya sarana dan prasarana permukiman. Begitu juga yang terjadi di Kelurahan Rowosari, kondisi tempat tinggal yang buruk, menurunnya kualitas infrastruktur jalan, buruknya drainase


(19)

3

akibat genangan air hujan, serta buruknya pengelolaan sektor sampah (limbah padat dan limbah cair). Kurangnya pengelolaan dan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang terbangun memperburuk kondisi yang sudah ada.

Problematika yang dihadapi kepala keluarga di Kelurahan Rowosari umumnya adalah masalah banyaknya timbunan sampah rumah tangga, masih ada masyarakat yang melakukan kebiasaan buang air besar di sungai dan menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga, karena tidak tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang layak, yang berpotensi sebagai penyebab penyebaran wabah penyakit. Dibuktikan dengan tingginya angka penderita penyakit diare, disentri dan infeksi penyakit usus lainnya sebesar 2.512 jiwa di Kecamatan Tembalang (Tim Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan ,2010) dan hampir 20% penderita adalah penduduk yang tinggal di bantaran Sungai Babon termasuk Kelurahan Rowosari, hal ini mengindikasikan buruknya sanitasi lingkungan yang ada.

Sanitasi lingkungan diartikan sebagai cara untuk menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara (Winarsih,2008:1). Sedangkan menurut Tim Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kota Semarang (2010), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup penyediaan air bersih, MCK, pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan sampahan, dan drainase.

Pemerintah Kota Semarang sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi ini melalui program–program perbaikan sanitasi lingkungan permukiman dengan


(20)

konsep pemberdayaan masyarakat, program ini melibatkan peran serta kepala keluarga dan perangkat desa lainnya yang dimulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Diharapkan dengan adanya partisipasi kepala keluarga dan perangkat desa tersebut timbul rasa memiliki terhadap hasil-hasil pembangunan sehingga keberlanjutan dari program dapat tercapai. Namun hal ini tak akan berhasil tanpa adanya partisipasi masyarakat itu sendiri.

Menurut Rohman Ainur (2009:49) tingkat partisipasi seseorang atau sekelompok dalam suatu program dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran jenis pekerjaan, agama, keadaan sosial budaya, penghasilan dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas kiranya menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang?


(21)

5

2. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang (faktor – faktornya meliputi tingkat pendidikan dan kesadaran kepala keluarga).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis, manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian antara lain:

1. Secara teoritis, a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.


(22)

b. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui bentuk partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

2. Secara praktis,

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penduduk setempat dan pemerintah Kota Semarang dalam membuat kebijakan terkait dengan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

E. Penegasan Istilah

Berkaitan dengan judul di atas, maka untuk menghindari agar permasalahan yang dimaksud tidak menyimpang dari tujuan semula dan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran serta untuk memudahkan pembaca dalam memahami serta mendapatkan gambaran dari objek penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut :

1. Partisipasi

Partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur terhadap program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil (Mardikanto,2003:6). Partisipasi disini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu partisipasi dalam tahap


(23)

7

sosialisasi, tahap pelaksanaan, serta partisipasi dalam tahap evaluasi dalam mendukung perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

2. Kepala keluarga

Kepala keluarga adalah seseorang yang memimpin suatu keluarga (dalam hal ini yang bertanggungjawab), biasanya bapak, namun tidak menutup kemungkinan anggota keluarga lain menjadi kepala keluarga (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010). Dalam penelitian ini yang dimaksud kepala keluarga adalah kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Rowosari.

3. Perbaikan

Perbaikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, memperluas atau menghentikan suatu kegiatan yang dilaksanakan agar mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yang tetapkan (Nurdin,2010:3).

4. Sanitasi

Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan (Winarsih 2008:1). Sanitasi disini adalah pengelolaan air bersih, pengelolaan MCK , pengelolaan sampah keluarga, dan drainase untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan masyarakat di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.


(24)

5. Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU Lingkungan Hidup No.23 tahun 1997). Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik atau lingkungan sekitar permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

6. Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan penghidupan (UU Perumahan dan Permukiman No.4 tahun 1992). Yang dimaksud permukiman dalam penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

7. Faktor –faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan tingkat partisipasi Tingkat pasrtisipasi seseorang dalam palaksanaan suatu program dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, usia, agama, jenis kelamin, penghasilah, dan lain


(25)

9

sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman yaitu:

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tinggi rendahnya pendidikan seseorang baik secara formal, nonformal maupun informal. tingkat pendidikan dalam penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terahir kepala kelarga (KK), pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003), pada penelitian ini tingkat pendidikan diukur berdasarkan ijazah pendidikan formal terahir kepala keluarga di Kelurahan Rowosari.

b. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah tingkat pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Halawa dalam Santoso 2010:11). Kesadaran dalam penelitian ini adalah kesadaran kepala keluarga dalam mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik di Kelurahan Rowosari.


(26)

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta atau istilah-istilah (Daryanto,2005:103). Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan responden berkaitan dengan fakta, istilah atau konsep tentang sanitasi lingkungan.


(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Pengertian partisipasi menurut para ahli dapat didefinisikan sebagai berikut, menurut Mardikanto (2003:6) partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur terhadap program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil. Sedangkan menurut Sutarto dalam Nugraheni (2011 : 17) adalah turut sertanya seseorang baik secara langsung maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan kepada proses pembuatan keputusan terutama mengenai persoalan-persoalan dimana ketrlibatan pribadi seorang yang bersangkutan melaksanakan akan tanggung jawab untuk melaksanakan hal tersebut. Alastratre White dalam Rohman Ainur (2009:45) menyatakan partisipasi sebagai keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam sosialisasi, pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan. Selanjutnya dikatakan Bryan dan White dalam Nugraheni (2011 : 17- 18) bahwa partisipasi dapat terbentuk :


(28)

b. Partisipasi harta dan uang

c. Partisipasi tenaga atau gotong-royong d. Partisipasi sosial

e. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

2. Tahap-Tahap Partisipasi

Tahap pertama partisipasi merupakan proses yang dilakukan pada penilaian masyarakat tentang pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menujuk kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama.

Tahap kedua partisipasi adalah keikutsertaan dalam proses pelaksanaan program. Tahap ini dalam pembngunan adalah implementasi dari program – program dan proyek-proyek yang telah disetujui atau diputuskan dalam tahap pengmbilan keputusan. Tahap pelaksanaan ini dapat berupa keikutsertaan secara fisik seperti pemberian tenaga maupun pemberia sumbangan uang dan bahan-bahan material untuk pembangunan.


(29)

13

Berdasarkan tahap-tahap partisipasi diatas maka dapat dirumuskan pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi adalah keikutsertaan seorang dalam pembangunan secara sadar baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan dalam menerima hasl-hasil pembangunan.

3. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi

Dusseldorp dalam Mardikanto (2003:23) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut:

a. Partisipasi spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri. b. Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi

oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.


(30)

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.

Berbicara masalah partisipasi, berarti akan selalu berkait dengan upaya-upaya keikut sertaan seluruh komponen masyarakat secara aktif dalam berbagai aktivitas yang telah direncanakan. Keikutsertaan secara aktif tersebut merupakan energi yang mendorong bergeraknya pembangunan atau kegiatan masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan atau untuk memecahkan suatu masalah.

Secara konseptual partisipasi masyarakat merupakan alat dan tujuan pembangunan masyarakat,dengan demikian berfungsi sebagai penggerak dan pengarah proses perubahan sosial. Pendapat lain tentang partisipasi masyarakat, dikemukakan oleh Cary dalam Nugraheni (2011 : 20) bahwa tekanan utama partisipasi warga masyarakat adalah pada kebersamaan atau saling memberikan sumbangan akan kepentingan dan masalah-masalah bersama, yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga


(31)

15

masyarakat itu sendiri. Partisipasi tidak lain adalah hasil dari konsensus soaial warga masyarakat akan arah perubahan sosial yang mereka harapkan.

Dengan demikian partisipasi masyarakat tidak lain merupakan peningkatan mutu dari gotong royong tradisional yang berdasarkan spontanitas, kesuka-relaan, kepada suatu usaha perencanaan yang memerlukan perumusan tujuan, penentuan langkah-langkah dan cara kerja untuk mencapai tujuan.

4. Upaya Menumbuhkan Partisipasi.

Usaha menggerakkan partisipasi merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan sebuah program. Partisipasi dapat dibangkitkan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menggunakan prinsip pertukaran dasar, yaitu pendekatan timbal balik manfaat yang diterima langsung oleh masyarakat.

b. Memberikan bimbingan dan kepercayaan pada masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan dengan memperhatikan kondisi sosial sehingga motivasi masyarakat semakin kuat untuk berpartisipasi.

c. Kegiatan atau program yang dilakukan harus bersifat dan berfungsi sebagai simultan yang mampu meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat.


(32)

d. Rancangan program kegiatan harus sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk melibatkan diri. e. Menyelaraskan program-program yang akan dilaksanakan dengan aspirasi

yang berkembang di masyarakat.

f. Melibatkan masyarakat dalam membuat suatu rencana dan keputusan (Kusnaedi dalam Fandayani, 2010 : 18).

B. Kepala Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Sedangkan menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Suparyanto, 2012 ).

Disebutkan dalam (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010) bahwa kepala dapat diartikan sebagai pemimpin, sedangkan pengertian kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga (biasanya bapak). Jadi, kepala keluarga adalah seseorang yang memimpin suatu keluarga


(33)

17

(dalam hal ini yang bertanggungjawab), biasanya bapak, namun tidak menutup kemungkinan anggota keluarga lain menjadi kepala keluarga.

Menurut Friedman dalam Nadirawati (2011:3), terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran kepala keluarga sangat penting bagi setiap aspek kesehatan anggota keluarga. Menurut Bosworth dalam Nadirawati (2011:3), dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya, atau lebih dikenal dukungan sosial.

Peran dari masyarakat dalam pelaksanaan perbaikan sanitasi sangat penting, dan dalam hal ini keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat diharapkan mampu untuk menyukseskan program tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan kepala keluarga yang dituntut mampu mengambil keputusan yang tepat untuk keluarganya, karena dukungan kepala keluarga dibutuhkan dalam partisipasi perbaikan sanitasi untuk mengurangi buruknya sanitasi yang ada di lingkungan permukiman Kelurahan Rowosari.

C. Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran dan penyediaan air bersih


(34)

(Notoadmojo dalam Mustar, 2012). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup air bersih, MCK sampah rumah tangga (limbah padat dan limbah cair), drainase.

Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan. 2. Meningkatkan Sanitasi Lingkungan

Lingkungan yang sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber berbagai jenis penyakit. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit tersebut, maka lingkungan harus selalu terjaga sanitasinya, khususnya di permukiman dan lingkungan sekitarnya.

Kualitas kesehatan lingkungan tidak bisa lepas dari terbukanya akses terhadap sanitasi. Lingkungan sehat akan tercipta jika persoalan air bersih, limbah rumah tangga , drainase , dan MCK tertangani dengan baik.


(35)

19

a. Penyediaan Air Bersih

Air dan sanitasi adalah hal utama di dalam proses pembangunan. Hal ini berkaitan dengan kesehatan, nutrisi, pendidikan, lingkungan, serta pengurangan kemiskinan. Ketidaktepatan dalam pengelolaan air dan akses terhadap air bersih dan sanitasi, mengakibatkan masalah kemiskinan tidak akan teratasi dan rakyat miskin semakin menderita.

1) Air Bersih dan Air Layak Minum

Mengkonsumsi air layak minum merupakan syarat mutlak bagi manusia agar dapat melanjutkan hidupnya. Air bersih dan air layak minum merupakan dua hal yang berbeda. Tidak semua air bersih layak untuk diminum. Tapi, air yang layak minum dipastikan merupakan air bersih. Air bersih secara fisik belum tentu sehat. Secara umum air dikatakan bersih jika air itu jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat dan organisme yang berbahaya. Namun syarat tersebut belum cukup menghindarkan kita dari penyakit karena air. Air bersih yang terutama akan digunakan sebagai air minum harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut:

a) Syarat fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak bau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman.


(36)

b) Syarat kimia, yaitu memiliki PH netral, kandungan mineral-mineralnya terbatas, dan tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya misalnya CO2, H2S, NH4, dan sebagainya.

c) Syarat bakteriologis, yaitu tidak mengandung bakteri penyebab penyakit (patogen) yang melampaui batas yang di ijinkan.

2) Sumber-sumber Air

Sumber dan asal air banyak sekali, diantaranya: air hujan dan embun, air permukaan tanah, dan air tanah.

3) Pengolahan Air

Untuk mendapatkan air sehat, perlu dilakukan serangkaian proses pengolahan (water treatment). Perusahaan Air Minum (PAM /PDAM) mempunyai mekanisme sendiri untuk pengolahan air sehingga siap dimasak, yaitu lewat sedimentasi dan filtrasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah air dengan cara mudah dan murah yaitu: merebus air, solar disinfection (Sodis), klorinasi, filter keramik. 4) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Air minum dalam kemasan merupakan air minum yang mengalami proses panjang dalam pengolahannya. Dari pengolahan tersebut diperoleh air sehat siap minum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.


(37)

21

Tidak semua AMDK layak dikonsumsi, karena kesalahan dalam proses penyimpanan dan distribusi. Berikut ini cara-cara memilih AMDK yang aman.

a) Telitilah penampilan fisik air minum dalam kemasan, masih bagus atau tidak.

b) Pastikan tidak ada semacam lendir di dalamnya, sebab ini merupakan indikasi tercemar atau tidaknya sebuah produk air dalam kemasan.

c) Periksa tanggal kadaluarsanya.

d) Pilihlah produk yang mencantumkan label ingredient. Dari label tersebut kita akan mengetahui kandungan-kandungan dalam air kemasan tersebut.

b. MCK (Mandi Cuci Kakus)

MCK merupakan salah satu fasilitas kebersihan yang digunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan buang air (Departemen Pekerjaan Umum, 2002), MCk terdiri dari :

1) Kamar Mandi

Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m² (1,0 m × 1,2 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Pintu, ukuran; lebar 0,6 – 0,8 m dan tinggi minimal


(38)

1,8 m. Bak mandi/bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi atap (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

2) Sarana Tempat Cuci

Luas lantai minimal 2,40 m² (1,20 m × 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan lebih dari 1 %. Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m × 0,8 m (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

3) Kakus/Jamban

a) Pengertian Jamban

Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga. Penyediaan sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting perannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dalam Alfin, 2011: 4).


(39)

23

b) Syarat –Syarat Jamban

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Depkes RI, 2004)

(1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih,

(2) Tidak berbau tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,

(3) Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitarnya,

(4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaanya, (5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, (6) Cukup penerangan,

(7) Lantai kedap air, (8) Ventilasi cukup baik,

(9) Tersedia air dan alat pembersih.

Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain (Chandra dalam Alfin, 2011:6) :

(1) Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.


(40)

(2) Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.

(3) Faktor iklim : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus.

(4) Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.

(5) Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur. (6) Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur

yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra dalam Alfin 2011:7).


(41)

25

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

(1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

(2) Melindungi dari gangguan bau dan penggunaan sarana yang aman,

(3) Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

(4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan,

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut:

(1) Rumah jamban dalam keadaan baik, (2) Tersedia alat pembersih,

(3) Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember,

(4) Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai.


(42)

c. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamarmandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Berdasarkan sifat fisiknya, limbah atau sampah dibedakan menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair.

1) Limbah padat atau limbah sampah

Limbah padat atau sampah padat pada umumnya merupakan limbah yang bentuknya padat sehingga lebih mudah untuk ditangani (dikumpulkan dan dibuang). Ada dua jenis pengelolaan sampah rumah tangga yaitu garbage dan rubbish. Garbage merupakan sisa pengolahan atau sisa makanan yang dapat membusuk. Rubbish merupakan sampah yang tidak dapat membusuk misalnya pecahan gelas, kaca, plastik, atau logam.

(a) Menangani Sampah

Sebenarnya menangani masalah sampah adalah hal yang mudah, jika terdapat pengelolaan yang benar dan kesadaran dari masyarakat. Jika terdapat pekarangan yang luas dan jarak antar rumah berjauhan, sampah dapat ditangani dengan cara dikumpulkan dalam keranjang sampah lalu dibuang ke dalam lubang yang dibuat di kebun atau pekarangan. Tetapi jika lahan tidak ada, pengolahan dapat di mulai dari penyimpanan sampah,


(43)

27

pengumpulan sampah, dan pembuangan sampah akhir (dikenal dengan 3P).

(b) Pembuatan Bak Sampah

Bak sampah merupakan tempat pembuangan sampah sementara yang harus ada setiap rumah. Bak sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik, kertas. Sampah dari kompleks perumahan biasanya diambil dengan gerobak sampah /truk sampah dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

2) Limbah atau sampah cair

Limbah atau sampah cair biasanya disebut dengan air limbah. Berdasarkan sifat fisik, zat pengotor dalam limbah dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Pengotor padat seperti sisa makanan, lumpur dan sebagainya; b) Pengotor cair seperti limbah cucian dan limbah rumah tangga; c) Pengotor gas seperti limbah buangan kimia.

Berdasarkan sifat kimianya, jenis pengotor dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Pengotor dari bahan-bahan organik atau bahan-bahan yang mudah terurai oleh pengurai seperti bakteri, jamur, dan sebagainya,


(44)

b) Pengotor dari bahan-bahan anorganik yaitu bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti bahan-bahan kimiawi baik sintetik maupun nonsintetik.

Cakupan penduduk Kelurahan Rowosari yang menggunakan sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat masih sangat rendah. Sebagian masyarakat masih membuang limbah disembarang tempat. Jika ada sarana pembuangan limbah, umumnya belum memenuhi syarat sanitasi. Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah penduduk yang mempunyai akses kepada sarana pembuangan limbah yang layak. Berikut ini beberapa sistem pengelolaan limbah sederhana yang dapat kita buat dirumah kita.

(1) Pengelolaan Air Limbah Kakus

Pembuangan kotoran manusia harus dibuat dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Kakus adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan, karena kotoran manusia mengandung banyak sekali bibit penyakit dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.Usahakan tiap rumah memiliki jamban sendiri, diusahakan selalu bersih dan tidak berbau. Jarak cukup jauh dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tanah. Membuang tinja jangan disembarang tempat, tidak boleh dibuang di parit/aliran air, ke kebun atau ke halaman belakang.


(45)

29

(2) Pengelolaan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci

Sumber utama limbah rumah tangga di Kelurahan Rowosari adalah dari limbah permukiman penduduk. Saluran air limbah dari rumah sebaliknya dialirkan ke suatu tempat agar tidak menimbulkan pencemaran di lingkungan permukiman. Pencemaran lingkungan tersebut menimbulkan kerugian berupa pengotoran terhadap air bersih, timbulnya bau yang tidak sedap, dan keadaan lingkungan yang tidak nyaman (Direktorat Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam Tim Pokja Air Minum dan Penehatan Lingkungan 2010).

Saluran air limbah di Kelurahan Rowosari sering kali terhambat karena tersumbat oleh sampah. Air kotoran yang tergenang menimbulkan bau yang kurang sedap, bahkan airnya berwarna hitam. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara membuat saluran-saluran yang baik, atau kalo tidak harus dibuang ke tanah supaya dapat mengering.

d. Drainase

Drainase permukiman mencakup tentang pengelolaan pengaliran air limpasan (Run off ) yang berasal dari air hujan yang berlebihan atau genangan air pada permukiman kedalam system pembuang/drainase alamiah seperti sungai, danau, dan laut.


(46)

Sistem drainase permukiman dapat diartikan sebagai suatu rangkaian instalasi baik berupa instalasi air bersih maupun instalasi air kotor. Dalam instalasi saluran air bersih mencakup instalasi dari sumur ke ground tank, instalasi dari PAM ke ground tank. Ground Tank adalah bak penampungan air dari PAM/sumur yang akan didistribusikan ke dalam rumah.

Sedangkan untuk instalasi air kotor dibagi menjadi dua kategori, yaitu instalasi air kotor yang berakhir ke saluran pembuangan (selokan) disebut Grey Water dan instalasi air kotor yang berakhir di septic tank disebut Black Water. Grey Water dari dalam rumah dialirkan ke selokan di lingkungan rumah dan berakhir di system pembuang/drainase air limbah. Black Water dari rumah harus disalurkan ke septic tank untuk diendapkan dan diurai oleh bakteri.

Saluran air limbah dibuat lebih miring agar kotoran cepat keluar dari saluran dan tidak menyebabkan penyumbatan pada saluran tersebut. Dalam saluran air kotor juga diperlukan bak kontrol. Bak kontrol merupakan sarana pengontrol pada saluran air kotor yang difungsikan untuk mengantisipasi apabila terdapat kotoran yang nantinya dapat menyumbat saluran. Letak bak kontrol biasanya berada di area depan bangunan rumah tinggal (Persada, 2012).


(47)

31

3. Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan

Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak dapat diobati secara cepat dan dapat menularkan penyakit pada penduduk yang lain, perilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau air kecil dimana saja, mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit.

Upaya menciptakan sanitasi lingkungan yang baik, 1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat, 2) Membersihkan lingkungan rumah secara rutin, 3) Membersihkan kamar mandi dan toilet,

4) Menguras, menutup dan menimbun (3M),

5) Tidak membiarkan adanya air yang tergenang di lingkungan permukiman, 6) Membersihkan saluran pembuangan air,

7) Menggunakan air yang bersih.

Dari pemaparan diatas yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup penyediaan air


(48)

bersih, MCK, pengolahan limbah rumah tangga, dan drainase di Kelurahan Rowosari, Tembalng Kota Semarang.

D. Lingkungan Permukiman 1. Pengertian lingkungan

Pengertian lingkungan menurut Undang-Undang R.I No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup: “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Menurut Encyclopedia America dalam Kasjono (2011:78) lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas/disekeliling organisme seluruh kehidupan atau fungsi dibentuk dari reaksi antra organisme dan sekelilingnya.

2. Pengertian Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU Perumahan dan Permukiman No.4 tahun 1992). Dalam buku “The Lexicon Webster Dictionary” pengertian permukiman dapat dirumuskan sebagai suatu


(49)

33

keadaanatau tempat dimana manusia dapat menetap/tinggal pada kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi yang menguntungkan. Menurut Winslow dan APHA dalam Kasjono (2011: 71), permukiman sehat dapat diartikan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat, bersantai dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.

3. Klasifikasi permukiman

Khusus mengenai permukiman manusia, ada sebuah teori yang disebut teori “ekistics” yang membahas segala aspek-aspek yang bertalian dengan ilmu permukiman manusia. Kata eksitics berasal dari kata Yunani purba “Oikos” yang berarti rumah. Teori ini telah memperkenalkan tipe permukiman sebagai berikut:

Table 2.1. Tipe Permukiman

No Tipe permukiman Bagian permukiman

Perkiraan penduduk

1.

Permukiman

sementara rumah dan lingkungan 3-100

2. Desa

perumahan dan


(50)

3. Kota madya kota dan lingkungannya 5000-200.000

4. Metropolis

metropolis dan

lingkungannya 200.000-10 juta

5. Megapolis

megapolis dan

lingkungannya 10 juta-500 juta Sumber: Penyehatan Permukiman (Kasjono, 2011: 72)

Berdasarkan sifatnya permukiman dapat di bedakan beberapa jenis yaitu: a. Permukiman / perkampungan tradisonal

b. Perkampunngan darurat

c. Perkampungan kumuh (slum area) d. Permukiman transmigrasi

e. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus f. Permukiman baru (real estate).

Di Amerika oleh Committee on the hygiene of housing yang dibentuk oleh Amerika Public Health Associasion dalam usahanya untuk mengukur kualitas perumahan telah menetapkan bahwa setiap kondisi-kondisi berikut ini merupakan suatu kriteria kekurangan yang dasar, dan bila empat atau lebih dijumpai bersama maka perumahan tersebut maka sudah bias digolongkan dalam kategori “extremeslum”, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber air minum yang tercemar


(51)

35

c. Kamar mandi digunakan bersama oleh beberapa keluarga dan berada di luar rumah.

d. Rumah dihuni oleh lebih 15 orang e. Pintu darurat setidaknya ada dua f. tidak ada lampu

g. tidak ada jendela kamar

h. kerusakan bangunan yang serius.

Kenyataan di atas memberi petunjuk bahwa teori ekistiks hanya memperhatikan 5 unsur pokok, yaitu: (1) Alam, (2) Manusia, (3) Masyarakat, (4) Rumah, (5) Sarana. Berdasarkan pengertian-pengertian lingkungan dan pengertian permukiman seperti tersebut di atas maka dapat dirumuskan pengertian “Lingkungan Permukiman” sebagai berikut: “Segala keadaan/kondisi yang terdapat di sekitar permukiman yang secara totalitas membentuk kesatuan yang utuh yang saling mengkait dengan permukiman tersebut, bahkan membentuk korelasi yang sangat erat satu sama lainnya.”

Adapun aspek-aspek lingkungan permukiman yang perlu mendapat perhatian antara lain:

1) fasilitas lingkungan: adalah kelengkapan yang berupa fasilitas: pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, rekreasi, dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka.


(52)

2) Prasarana lingkungan: adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah dan listrik.

E. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Partisipasi

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi kepala keluarga diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Munib, Achmad,dkk,2006:32).

Menurut Munib, Achmad,dkk (2006:33) pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol


(53)

37

(khususnya yang datang dari sekolah) sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka. Pendidikan dengan sistem terbuka disini dimaksudkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu dan berkualitas (UU No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional).

Pendidikan ditempuh melalui jalur pendidikan, jenjang pendidikan dan jenis pendidikan. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi.

Jenjang pendidikan formal yang merupakan pendidikan yang dilaksanakan melaui lembaga yang sah menurut Undang-Undang terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Sedangkan jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi mengganti, menambah, melengkapi pendidikan formal dalam rangka mendukung


(54)

pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan pendidikan informal dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan lingkungan belajar secara mandiri.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan awal sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah memiliki fungsi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia sebagai pribadi masyarakat dan warga Negara yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME serta berkemampuan dan berketrampilan dasar sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya dan bekal hidup dalam masyarakat.

Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Tujuan dari pendidikan menengah ini adalah membentuk pribadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur serta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang


(55)

39

memerlukan pembekalan untuk pendidikan tinggi atau bekal hidup di masyarakat.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dilaksanakan dengan sistem terbuka, dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. Pendidikan tinggi terus dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional serta kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (UU No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional).

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terahir kepala keluarga :

a. Tidak Sekolah b. SD/sederajat c. SMP/sederajat d. SMA/sederajat e. Perguruan Tinggi


(56)

Kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Pusat Pengembangan Bahasa, 2010) Menurut Cambridge International Dictionary of English (1995), kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan lain sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang (Halawa dalam Santoso 2010:11).

Kesadaran adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Halawa dalam Santoso 2010:11). Kesadaran dalam penelitian ini adalah kesadaran kepala keluarga dalam mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik di Kelurahan Rowosari.

3. Pengetahuan kepala keluarga tentang sanitasi

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga sebagai aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah dan lain sebagainya tanpa harus mengerti, menilai atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.


(57)

41

Dibandingkan dengan tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Karena itu, digunakan kata-kata operasional sebagai berikut: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, menyebutkan definisi, memilih dan menyatakan (Daryanto, 2005:103). Dengan demikian, hakekat pengetahuan adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakan. Tingkat pengetahuan ini meminta responden untuk dapat mengenal atau mengetahui konsep, fakta, serta istilah berkaitan dengan sanitasi.

F. Kerangka Berpikir

Partisipasi dalam penelitian ini diartikan sebagai penilaian terhadap keikutsertaan kepala keluarga di Kelurahan Rowosari dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman dengan cara mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.


(58)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Kepala Keluarga

Partisipasi Kepala Keluarga

Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi

Hasil

Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Fakor- faktor yang mempengaruhi partisipasi

1. Tingkat pendidikan, 2. Tingkat pengetahuan 3. Tingkat kesadaran


(59)

43

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007:96). Berdasarkan uraian dalam kerangka berpikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “ Ada dua faktor (tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran) yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman”.


(60)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2013.

B. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Rowosari yang berjumlah 2.666 kepala keluarga (Data monografi Kelurahan Rowosari, dokumen RW dan RT Maret 2012).

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2007:81). Sampel dalam penelitian ini adalah


(61)

45

sejumlah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Rowosari yang menjadi populasi dalam penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap jenjang, populasi memiliki kesempatan menjadi responden. Karena dalam penelitian ini populasinya bersifat heterogen, sehingga peneliti menggunakan sampel berstrata dengan stratanya adalah : (1) RW dan (2) RT dengan strata tertingginya adalah RW, dalam pengambilan sampelnya dengan cara random dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Persen kelonggaran yang di gunakan adalah 10% (Manguny, 2010).

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang dapat diambil sebagai berikut.


(1)

9 8

83 43 4 4 3 2 2 2 1 2 1 3 4 4 4 4 4 4 2 50 7

4 T 5 4 2 4 2 1 2 1 3 4 3 2 2 3 4 2 2 2 4 4 3 3 57

6

8 T

84 33 4 2 1 1 4 4 2 1 1 3 4 2 3 2 2 4 4 44 6

5 T 4 3 3 4 4 2 1 1 3 3 1 3 4 2 4 1 1 1 1 2 1 2 47

5

6 R

85 31 3 4 1 2 2 4 2 2 2 3 3 4 4 2 1 4 2 45 6

6 T 4 3 3 2 4 2 2 2 3 4 4 2 4 3 4 4 2 3 2 3 4 4 64

7

6 T

86 32 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 51 7

5 T 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 4 3 70

8 3 ST

87 29 2 2 1 2 1 3 4 4 1 4 4 2 1 4 4 1 4 44 6

5 T 4 3 2 4 3 4 4 1 4 4 4 3 2 3 4 2 1 2 2 4 3 3 62

7

4 T

88 44 3 4 2 4 1 2 3 3 3 4 4 4 2 2 4 2 4 51 7

5 T 1 4 4 4 2 3 3 3 4 1 4 3 1 4 4 3 1 2 4 3 4 4 65

7

7 T

89 65 3 3 1 4 3 3 3 1 1 2 2 4 4 4 4 4 1 47 6

9 T 2 4 4 3 3 3 1 1 2 1 4 3 3 2 4 2 1 2 4 2 3 3 55

6

5 T

90 77 4 2 4 4 4 2 1 4 2 4 2 4 4 3 3 2 1 50 7

4 T 1 4 3 4 2 1 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 2 1 2 3 4 3 63

7

5 T

91 34 3 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 1 4 53 7

8 T 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 4 1 1 2 3 4 3 62

7

4 T

92 38 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 1 51 7

5 T 5 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 1 4 4 1 4 1 1 2 4 2 4 56

6

7 T

93 35 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 1 4 4 2 3 4 4 51 7

5 T 5 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 1 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 66

7

9 T

94 40 2 4 2 3 3 3 3 3 1 4 2 2 2 2 4 2 4 46 6

8 T 3 4 4 4 3 3 3 1 4 4 3 4 2 3 1 3 2 3 2 4 4 2 63

7

5 T

95 40 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 2 3 4 2 57 8

4 ST 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 2 1 2 2 4 3 4 64

7

6 T

96 27 2 3 2 1 2 2 3 4 4 3 1 2 4 4 3 4 4 48 7

1 T 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 4 1 3 4 4 3 4 71

8 5 ST

rata - rata 6

9 T

7


(2)

Lampiran 9

SKOR HASIL PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA KELURAHAN ROWOSARI

Res Umur No Soal JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 11

2 55 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 10

3 53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13

4 44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 12

5 54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14

6 43 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10

7 28 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 10

8 47 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 9

9 38 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 11

10 54 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 10

11 43 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 8

12 41 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11

13 49 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 9

14 52 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12

15 55 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 11

16 56 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11

17 56 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

18 32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 12

19 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14

20 61 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11

21 39 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 7

22 31 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 9


(3)

1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 7

25 38 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 12

26 35 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

27 40 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 10

28 40 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12

29 27 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 8

30 42 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6

31 37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14

32 32 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13

33 27 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 11

34 28 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 10

35 50 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10

36 28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9

37 46 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10

38 49 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 9

39 29 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 9

40 45 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 6

41 31 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 10

42 38 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10

43 34 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 8

44 25 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 6

45 31 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10

46 35 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 11

47 40 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 10

48 33 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 8

49 38 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 7

50 38 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 12


(4)

52 46 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 8

53 45 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 7

54 46 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 8

55 40 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12

56 40 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 8

57 41 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 10

58 33 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11

59 56 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12

60 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12

61 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 12

62 46 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 8

63 55 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10

64 43 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14

65 33 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 8

66 31 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 7

67 32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9

68 29 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 10

69 44 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10

70 65 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 7

71 77 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11

72 34 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 10

73 46 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12

74 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12

75 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 12

76 41 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 8

77 33 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10

78 56 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14


(5)

0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 7

81 46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9

82 55 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 10

83 43 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10

84 33 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 7

85 31 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11

86 32 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 10

87 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 11

88 44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 10

89 65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13

90 77 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 12

91 34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14

92 38 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10

93 35 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 10

94 40 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 9

95 40 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 11


(6)

Lampiran 11

Daftar Responden

No Nama No Nama No. Nama

1. Warno 39. Sukandi 77. Sanaji

2. Subali 40. Aliyaskurun 78. Kambali

3. Marimo 41. Muhammad Sahid 79. Muhammad

4. Miftah 42. Muyasaroh 80. Sodikun

5. Daryanto 43. Hardi 81. Edi Hartono

6. Bambang 44. Kabul Pangistu 82. Muchidi

7. Asromah 45. Muhrodhi 83. Munawar

8. Sutarno 46. Triono 84. Hasip

9. Suseman 47. Nur Chamid 85. Chamdun

10. Wahyu 48. Nasruhin 86. Wahid

11. Solikin 49. Karsimin 87. Muhamad Ihsam

12. Hajar 50 Mochani 88. M. Lailatul Fajar

13. Khamim 51. Sunarto 89. Rajimin

14. Kamto 52. Munib 90. Sanipin

15. Muhamir 53. Mahfud Fauzi 91. Amin

16. Rahman 54. Ajib 92. Ismail

17. Sahrani 55. Ikrom 93. Sohri

18. Muslimah 56 Imam Suroso 94. Kasemin

19. Eko 57. Yanto 95. Man

20. Tri 58. Rohman 96. Kasan

21. Nanang 59. Nasikun

22. Jan 60. Muhamad Sarozi

23. Barokah 61. Rohmadi

24. Herman 62. Tini

25. Zen 63. Mashor

26. Bedu 64. Triyono

27. Muhali 65. Sulastri

28. Rudi 66. Rasmini

29. Anwar 67. Ngatemin

30. Sa’in 68. Sarpi

31. Sin 69. Paimin

32. Sutarti 70. Jamruri

33. Kian 71. Yadi

34. Makhrus 72. To

35. Warsono 73. Jaelani

36. Masrochin 74. Tolib

37. Kuat 75. Manan


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga Dalam Pemeliharaan Lingkungan Di Kelurahan Perumahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

2 39 122

Partisipasi Masyarakat Kampung Kota Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman (Kasus: Permukiman Kampung Kota Di Bandung)

2 32 376

Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Program Penataan Permukiman Kumuh (Studi Kasus Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung)

3 29 318

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH.

0 14 66

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI ROWOSARI 01 KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 3 85

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG - UDiNus Repository

0 0 2

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Usia Penyapihan ASI di Desa Rowosari Tembalang Kota Semarang - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 58

KAJIAN SANITASI LINGKUNGAN DAN RIWAYAT PENYAKIT PADA PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA SEMARANG

3 7 106

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Permukiman Kelurahan Putat Jaya Kota Surabaya

0 0 6

PENGARUH HIDROTERAPI ( MANDI AIR HANGAT) TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN HIPERTENSI USIA DEWASA DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 13