DOCRPIJM 1509093274RPIJM Inhu BAB 3 Arahan Kebijakan

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB III – ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS BIDANG CIPTA
KARYA
3.1.

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang

3.1.1. Arah Pembangunan Bidang Cipta Karya
3.1.1.1.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Visi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah : “Terwujudnya
Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong”.
Misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :
i.


Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.

ii.

Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.

iii.

Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.

iv.

Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.


v.

Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

vi.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

vii.

Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Adapun dalam RPJMN 2015-2019 terdapat Sembilan agenda prioritas

(Nawa Cita) sebagai berikut :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
III - 1

RPIJM Bidang Cipta Karya

KABUPATEN INDRAGIRI HULU

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:
a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah
tangga berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9
juta rumah tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya

untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak
9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0
persen.
b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh
penduduk Indonesia melalui :


pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099
kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557
kawasan khusus, dan 28 regional;



Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740
unit;



Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota

metropolitan dan kota besar;
III - 2

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU



Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota
sedang dan kota kecil;



Fasilitasi business to business di 315 PDAM;



Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM;




Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM,
penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan
penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.

c. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen
pada tingkat kebutuhan dasar yaitu


untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik
dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di
430

kota/kab

(melayani

33,9


juta

jiwa),

penambahan

pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99
juta

jiwa),

serta

peningkatan

pengelolaan

lumpur

tinja


perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab;


untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan
pembangunan

TPA

sanitary

landfill

di

341

kota/kab,

penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R

terpusat di 112 kota/kab;


untuk

sarana

prasarana

drainase

permukiman

dalam

pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan
permukiman;


kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye

serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

d. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di
kawasan perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan
gedung dan fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan
kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan permukiman,
serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.

3.1.1.2.

Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
III - 3

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan
demikian

selayaknya


ketersediaan

layanan

infrastruktur,

khususnya

infrastruktur dasar (jalan dan air) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa
arahan dalam bidang Cipta Karya, sesuai dengan arahan Renstra Cipta
Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi
untuk

memenuhi

kebutuhan

dasar

masyarakat,

dengan

indikator

meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100% dan
sanitasi layak menjadi 100%; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel, dengan
indikator berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan
permukiman tidak layak menjadi 0%; dan pengembangan infrastruktur
perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian atau yang
biasa disebut target 100-0-100.
Dalam
masyarakat

rangka
yang

percepatan

tercantum

terhadap

dalam

pencapaian

Rencana

kesejahteraan

Pembangunan

Jangka

Menengah Nasional RPJMN 2014 – 2019 tentunya dibutuhkan investasi
yang

cukup

besar

khusunya

dalam

rangka

pelayanan

kebutuhan

infrastrukutur dasar bagi masyarakat. Kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat khusunya di bidang keciptakaryaan di fokuskan dalam rangka
pencapaian

kebijakan

program

pemenuhan

kebutuhan

air

minum,

penanganan kawasan kumuh serta penanganan sanitasi yang layak melalui
agenda 100-0-100.
Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengidentifikasi data kawasan
permukiman kumuh yaitu 37.407 Ha yang tersebar di 2.883 kawasan di 415
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dari 415 kabupaten/kota tersebut,
sebanyak 129 kabupaten/kota telah menetapkan kawasan permukiman
kumuh di wilayahnya dengan surat keputusan Walikota/Bupati sebagai syarat
mendapatkan program Pemerintah (APBN).
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1.

Arahan RTRW Nasional

III - 4

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f.

Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam
RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,

ii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani
beberapa provinsi, dan/atau

iii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i.

Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii.

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten, dan/atau

iii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:

III - 5

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
i.

Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas dengan negara tetangga,

ii.

Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii.

Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv.

Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
i.

Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan
industri sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau
kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
dan/atau laut lepas.

ii.

Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki

sektor

unggulan

yang

dapat

menggerakkan

pertumbuhan ekonomi nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
f)

berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan
nasional

dalam

rangka

mewujudkan

ketahanan

pangan

nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional,
atau

III - 6

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
h) ditetapkan

untuk

mempercepat

pertumbuhan

kawasan

tertinggal.
iii.

Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya
serta jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala
nasional.

iv.

Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya
alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga
atom dan nuklir
c. memiliki sumber daya alam strategis nasional
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa
e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,
atau
f.

v.

berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna
yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan,
d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang
setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f.

menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g. rawan bencana alam nasional

III - 7

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
h. sangat

menentukan

dalam

perubahan

rona

alam

dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, merupakan pada
Kabupaten Kampar terdapat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu PKW Bangkinang
dan tidak terdapat PKSN di Kabupaten Kampar. Untuk kawasan strategis nasional
berdasarkan RTRWN, di Kabupaten Kampar terdapat KSN Kawasan Hutan Lindung
Bukit Batabuh.

3.1.2.2.

Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan
dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang
mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, dan drainase

b.

Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Berdasarkan dokumen materi teknis RTRW Provinsi Riau, di Kabupaten
Indragiri Hulu terdapat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu :

Rengat –

Pematang Reba dengan fungsi utama, pada Kota Rengat sebagai : Pusat
Perdagangan & Jasa dan Pusat Agribisnis, dan Pematang Reba sebagai :
Pusat Perdagangan & Jasa, Kawasan Industri dan Pusat Pemerintahan
Kabupaten.

III - 8

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Selanjutnya pada penetapan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Riau
dalam RTRW Provinsi Riau, ternyata tidak ada KSP (lainnya) yang terletak
atau terkena dengan wilayah Kabupaten Indragiri Hulu.

3.1.2.3.

Arahan RTRW Kabupaten

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang
Wilayah

(RTRW) Kabupaten/Kota

ditetapkan

oleh

Peraturan

Daerah

Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari
sudut kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang
mencakup:
i.

Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta
Karya seperti pengembangan RTH.

ii.

Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta
Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan,
dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan
struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
III - 9

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

3.1.2.3.1. Kawasan Strategis Kabupaten
Penetapan

Kawasan

Strategis

Kabupaten

(KSK)

Indragiri

Hulu

dikelompokkan atas 4 sudut kepentingan, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi, (2)
sosial budaya, (3) fungsi dan daya dukung lingkungan.
A. Sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
1. KSK Kawasan Perkotaan Rengat – Pematang Reba. Dengan
penetapan PKW Rengat yang mencakup kawasan perkotaan Rengat
dan

kawasan

perkotaan

Pematang

Reba,

dengan

konsep

pengembangan terpadu dari 2 pusat kegiatan yang ada yaitu Rengat
dan Pematang Reba yang berjarak sekitar 15 km.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a) PKW Rengat merupakan pusat pertumbuhan utama wilayah
Kabupaten

Indragiri

Hulu,

dengan

fungsi

sebagai

pusat

perdagangan, jasa, dan budaya. Sebagai pusat perdagangan,
jangkauan atau skala pelayanan kedua pusat tersebut adalah
skala wilayah, yaitu antar kabupaten dan dalam kabupaten.
Sebagai

pusat

jasa,

tercakup

jasa

pemerintahan,

jasa

transportasi, jasa komersial, jasa sosial, dan jasa-jasa lainnya,
dengan

jangkauan

pelayanan

skala

wilayah.

Selain

itu,

khususnya pusat Rengat, merupakan pusat budaya yang telah
lama berlangsung seiring dengan perjalanan sejarah di wilayah ini
dan sekitarnya.
b) Karakter kawasan perkotaan terpadu dengan 2 pusat pelayanan
yang berbagi fungsi dan membentuk sumbu kawasan perkotaan.
Dengan jarak yang cukup signifikan antara kedua pusat tersebut,
maka akan terjadi perkembangan dengan pola koridor di antara
keduanya,

yang

sejak

dini

perlu

penataan

ruangnya

(perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang) pada tingkat rencana rinci atau detail.
Arah penanganan KSK ini adalah:
III - 10

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

a) Pengembangan

kegiatan

perkotaan

yang

mendorong

pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pilihan kegiatan adalah
pada kegiatan yang dapat mendorong bagi pertumbuhan ekonomi
selanjutnya. Bentuk kegiatan perkotaan dimaksud terutama
berhubungan dengan prasarana dan sarana perkotaan.
b) Penataan ruang koridor perkembangan pada sumbu kawasan
perkotaan antara kedua pusat Rengat dan Pematang Reba.
Penataan ruang pada koridor ini merupakan upaya antisipatif bagi
pengembangan

kegiatan

yang

sesuai

dan

sekaligus

pengendalian perkembangannya, sehingga efektif sebagai bagian
dari kawasan perkotaan PKW Rengat.
c) Pengembangan sarana budaya, termasuk cagar budaya, yang
menunjang fungsi sebagai pusat budaya dan sekaligus dapat
menciptakan manfaat ekonomi (sebagai objek wisata budaya).
Pengembangan sarana budaya tersebut dapat berupa bangunan
khusus, event atau atraksi budaya baik secara teratur (reguler)
maupun pada waktu-waktu khusus. Selain itu, cagar budaya yang
ada dapat juga dimanfaatkan sebagai objek atau daya tarik
wisata budaya.
2. KSK Koridor Selatan Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera. Koridor
selatan Jalintim Sumatera yang dimaksud adalah antara Pematang
Reba sampai ke Sungai Akar dan perbatasan dengan Kabupaten
Indragiri Hilir, dengan sumbunya adalah Jalintim tersebut.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a) Terdapat PKLp Pangkalan Kasai/Belilas, PPK Seberida, PPL
Kelesa, dan PPL Sungai Akar. Dengan penetapan PKLp
Pangkalan Kasai/Belilas, sebagai PKL yang dipromosikan, ada
kepentingan untuk menetapkannya sebagai kawasan strategis
kabupaten. Dalam hal ini dipakai prinsip bahwa PKLp Pangkalan
Kasai/Belilas tersebut menjadi bagian utama dari KSK ini.
b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Sektor unggulan
III - 11

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

dimaksud adalah perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
wilayah, yang didukung oleh sektor pertanian khususnya
perkebunan yang berhampiran dengan koridor tersebut.
c) Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus
dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam
kawasan.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a) Pengembangan

pusat-pusat

ekonomi

yang

mendorong

pertumbuhan ekonomi.
b) Pengembangan

dan

peningkatan

prasarana

dan

sarana

pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.
c) Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap
bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
layanan transportasi wilayah.
3. KSK Koridor Utara Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera. Koridor
utara Jalintim Sumatera yang dimaksud adalah antara Pematang
Reba sampai ke Lirik, dengan sumbunya adalah Jalintim tersebut.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a) Terdapat PPK Lirik dan PPL Japura.
b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Sektor unggulan
dimaksud adalah pertambangan migas, perdagangan dan jasa
dengan skala pelayanan wilayah, yang didukung oleh sektor
pertanian khususnya perkebunan yang berhampiran dengan
koridor tersebut.
c) Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus
dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam
kawasan.
Arahan pengembangan KSK ini adalah:
III - 12

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

a) Pengembangan

pusat-pusat

ekonomi

yang

mendorong

pertumbuhan ekonomi.
b) Pengembangan

dan

peningkatan

prasarana

dan

sarana

pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.
c) Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap
bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
layanan transportasi wilayah.
4. KSK Koridor Barat Jalan Kolektor Primer. Koridor barat Jalan Kolektor
Primer yang dimaksud adalah antara Simpang Japura sampai
Peranap, dengan sumbunya adalah Jalan Kolektor Primer tersebut.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a) Terdapat PKL Air Molek, PKLp Peranap, PKLp Simpang
Kelayang, PPK Kelawat-Sungai Lala, dan PPL Simpang Kota
Medan.
b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Sektor unggulan
dimaksud adalah perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
wilayah, yang didukung oleh sektor pertanian khususnya
perkebunan yang berhampiran dengan koridor tersebut.
c) Revitasliasi kawasan yang mencirikan awal perkembangan
wilayah di sepanjang tepian Sungai Indragiri secara ekonomi,
sosial, dan budaya. Bila perkembangan awal terletak di
sepanjang

tepian

Sungai

Indragiri,

maka

perkembangan

selanjutnya akan bersumbu pada Jalan Kolektor Primer, namun
tetap berkaitan dengan permukiman-permukiman penduduk dan
kegiatannya yang berada di tepian Sungai Indragiri.
Arahan pengembangan KSK ini adalah:
a) Pengembangan

pusat-pusat

ekonomi

yang

mendorong

pertumbuhan ekonomi.
b) Pengembangan

dan

peningkatan

prasarana

dan

sarana

pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.
III - 13

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

c) Pengembangan sarana budaya, termasuk cagar budaya, yang
menunjang fungsi sebagai pusat budaya dan sekaligus dapat
menciptakan manfaat ekonomi (sebagai objek wisata budaya).
Pengembangan sarana budaya tersebut dapat berupa bangunan
khusus, event atau atraksi budaya baik secara teratur (reguler)
maupun pada waktu-waktu khusus. Selain itu, cagar budaya yang
ada dapat juga dimanfaatkan sebagai objek atau daya tarik
wisata budaya.
B. Sudut Kepentingan Sosial Budaya.
KSK Kawasan Cagar Budaya Komplek Makam Raja-Raja Indragiri Desa
Kota Lama Kecamatan Rengat Barat. Kawasan Cagar Budaya Komplek
Makam Raja-Raja Indragiri ini terletak di Desa Kota Lama Kecamatan Rengat
Barat.
Karakter

pengembangan

KSK

ini

adalah

peninggalan

budaya

Melayu/Indragiri yang berupa situs cagar budaya.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a) Pelestarian cagar budaya Melayu/Indragiri.
b) Pemanfaatan sebagai objek wisata budaya dan penelitian ilmu
pengetahunan sejarah/budaya.
C. Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup.
KSK Kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan, Suaka Margasatwa
Kecamatan Rengat, dan Suaka Margasatwa Kecamatan Rengat Barat.
Kawasan Suaka Margasatwa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah yang
terletak dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, terutama
satwa.
b) Pentingnya

peningkatan

kualitas

sebagai

kawasan

suaka

margasatwa khususnya, dan kawasan lindung umumnya.

III - 14

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Arahan penanganan KSK ini adalah:
a) Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya, guna menjaga
kualitas kawasan sebagai kawasan suaka margasatwa.
b) Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian
kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.
c) Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai
dengan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa.

3.1.2.3.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang Bidang Terkait Cipta Karya
Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis,
sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek
dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan
dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai
kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional
dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan
struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam
membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan
keinginan

warga

kota,

serta

arah

dan

tujuan

pembangunan

dan

perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan
besaran RTH fungsional ini.
Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara
integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah
perkotaan

harus

keseimbangan

dilakukan

antara

secara

proporsional

pembangunan

dan

dan

berada

fungsi-fungsi

dalam

lingkungan.

Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan
dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.
RTH perkotaan ditetapkan dengan kriteria :


lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2



berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari
bentuk satu hamparan dan jalur



didominasi komunitas tumbuhan

III - 15

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

RTH perkotaan memenuhi persentase sebesar 30% dari luas wilayah
perkotaan Kabupaten
Kawasan RTH perkotaan di Kabupaten Indragiri Hulu direncanakan
dengan luas kurang lebih 29.923 hektar atau 30 % dari luas wilayah
perkotaan Kabupaten Indragiri Hulu, yang terdiri atas :


Perkotaan Rengat dan Pematang Reba;



Perkotaan Air Molek;



Perkotaan Pangkalan Kasai;



Perkotaan Peranap;



Perkotaan Simpang Kelayang.



Perkotaan Kuala Cenaku;



Perkotaan Lirik;



Perkotaan Kelawat-Sungai Lala;



Perkotaan Lubuk Batu Tinggal;



Perkotaan Petonggan;



Perkotaan Pematang-Selunak;



Perkotaan Seberida; dan



Perkotaan Aur Cina-Kuala Kilan.

Tabel 3.1. Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan di Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2011 - 2031
No
1

Perkotaan
Pematang

Luas
Perkotaan (ha)

RTH

26.962

Eksisting
(ha)
6.056

1.280

%
6,07

Rencana
(ha)
8.089

%
8,11

287

0,29

384

0,38

2

Rengat dan
Reba
Air Molek

3

Pangkalan Kasai

1.457

327

0,33

437

0,44

4

Peranap

4.580

1.029

1,03

1.374

1,38

5

Simpang Kelayang

3.910

878

0,88

1.173

1,18

6

Kuala Cenaku

24.700

5.548

5,56

7.410

7,43

7

Lirik

1.850

416

0,42

555

0,56

8

Kelawat-Sungai Lala

1.600

359

0,36

480

0,48

III - 16

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

9

Lubuk Batu Tinggal

4.200

943

0,95

1.260

1,26

10

Petonggan

3.800

853

0,86

1.140

1,14

11

Pematang-Selunak

6.000

1.348

1,35

1.800

1,80

12

Seberida

10.155

2.281

2,29

3.047

3,05

13

Aur Cina-Kuala Kilan

9.250

2.078

2,08

2.775

2,78

Jumlah

99.744

22.403

2,46

29.923

30,00

3.1.2.3.3. Arahan Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya
A. Pengembangan Prasarana Sarana Air Minum
Untuk memenuhi kebutuhan air minum perkotaan, khususnya untuk
ibukota kabupaten telah direncanakan pengembangan air minum dengan
rincian seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2. Rencana Pengembangan Air Minum sampai Tahun 2030
No

Jenis Pengembangan

Kecamatan

(1)
1
2
3
4
5

(2)
Perpipaan air minum
Perpipaan air baku
Instalasi air minum
Sumber air baku
Reservoir

(3)
Rengat, Pematang Reba
rengat
Rengat
Sungai Indragiri hulu
Rengat (1 unit)

B. Pengembangan Prasarana Air Limbah
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan air
limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan
bagi limbah dari kegiatan permukiman, perkantoran dan kegiatan ekonomi
dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Sistem pengelolaan
air limbah di Kabupaten Indragiri Hulu meliputi sistem pembuangan air limbah
setempat, terpusat dan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Sistem pengelolaan air limbah setempat dilakukan secara individual
melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasankawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kabupaten Indragiri Hulu
III - 17

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

yang tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan untuk sistem pengelolaan air
limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan
diolah serta dibuang secara terpusat yang berada di kawasan bandara, pusat
pemerintahan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa, dan kawasan
perumahan dan permukiman padat di Kabupaten Indragiri Hulu. Sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) akan dikondisikan
sesuai dengan kegiatan industri yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek
teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi
dengan zona penyangga, berlokasi di Rengat dan Pematang Reba.
C. Pengembangan Prasarana Persampahan
Prasarana

pengolahan

sampah

(Tempat

Pengolahan

Akhir/TPA

Sampah), yang diharapkan berada pada jarak yang memadai terhadap
kawasan

permukiman

perkotaan

yang ada,

sehingga

sangat

besar

kemungkinannya untuk terpadu atau bergabungnya TPA untuk beberapa
kawasan perkotaan secara bersama-sama. Pengembangan prasarana
pengolahan sampah tersebut direncanakan akan melayani PKW, PKL, PKLp,
PPK, dan PPL. TPA sampah yang ada dewasa ini adalah TPA di Pematang
Reba, yang melayani PKW Rengat (mencakup Rengat dan Pematang Reba).
Direncanakan akan dibangun segera adalah TPA di Belilas (melayani PKLp
Pangkalan Kasai/Belilas dan sekitarnya) dan TPA di Air Molek (melayani PKL
Air Molek dan sekitarnya). Selanjutnya TPA perlu direncanakan di Peranap
(melayani PKLp Peranap dan sekitarnya), di Simpang Kelayang (melayani
PKLp Simpang Kelayang dan sekitarnya), di Lirik atau Japura (melayani PPK
Lirik dan PPL Japura).
Sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan sistem reduce atau
pengurangan, reuse atau penggunaan ulang, dan recycle atau penampungan
dan pengembangan tempat pemrosesan akhir dilakukan dengan sistem
sanitary landfill atau pembuangan sampah akhir.
D. Pengembangan Prasarana Drainase

III - 18

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Dalam upaya menunjang kualitas lingkungan yang terdapat pada lokasi
perencanaan maka perlu direncanakan utilitas drainase demi menampung
limbah

buangan

rumah

tangga

maupun

fasilitas

lainnya.

Rencana

pengembangan prasarana drainase dilakukan dengan cara :
1. Normalisasi dan perkuatan tebing Sungai Batang Cenaku dan
Sungai Indragiri Hulu;
2. Pembangunan sistem drainase pada daerah saluran sekunder
adalah saluran-saluran pengumpul air limbah sebelum dialirkan
menuju ke Saluran Primer (Sungai);
3. Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada
lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase
sekunder
E. Pengembangan Prasarana Agropolitan
Berdasarkan

RTRW

Kabupaten

Indragiri

Hulu

2011-2031,

pusat

pengembangan Agropolitan berada pada Kawasan PKL Air Molek

III - 19

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

III - 20

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Dalam rangka mendorong pembangunan dari pinggiran ini, Kementerian
PUPR akan melakukan keterpaduan pembangunan pada 35 Wilayah
Pengembangan Strategis (35 WPS) yang tersebar 4 WPS di Pulau Papua, 2
WPS di Kepulauan Maluku, 4 WPS di Pulau Kalimantan, 5 WPS di Sulawesi,
dan 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara, maupun 6 WPS di Sumatera.

Gambar 3.1 Konsepsi Pembangunan Infrastruktur melalui Pendekatan
Wilayah

Pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Pulau Sumatera,
terdapat :
1. WPS

Pusat

Pertumbuhan

Terpadu

Merak-Bakauhuni-Bandar

Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api
2. WPS pusat

pertumbuhan terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-

Dumai-Pekanbaru
3. WPS pusat pertumbuhan terpadu Batam-Bintan
4. WPS Baru terpadu Sibolga-Padang-Bengkulu
5. WPS Sumber Daya Ekonomi Domestik Sabang-Banda Aceh-Langsa
6. WPS Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang)

III - 21

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Gambar 3.2. Konsep Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera
Provinsi Riau masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis Metro
Medan – Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru yang mana menjadi konsentrasi
pengembangan wilayah industri serta menjadi simpul karet dan kelapa sawit
yang dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional.
Sedangkan untuk Kabupaten Indragiri Hulu tidak termasuk dalam WPS.

III - 22

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Gambar 3.3. Konsep Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan –
Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru

3.1.4. Arahan RPJMD
3.1.4.1.

Visi

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah

Daerah

(RPJMD)

Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2016 – 2021 merupakan tahap ketiga
Pembangunan

Jangka

Panjang

Daerah

yang

berlandaskan

kepada

pelaksanaan, pencapaian dan keberlanjutan dari RPJMD Kabupaten Indragiri
Hulu Tahun 2011 – 2015 dengan Visi pembangunan “Indragiri Hulu Sejahtera
Tahun 2015”. Visi periode kedua ini diperkuat dengan menjadikan seluruh
masyarakat Indragiri Hulu lebih sejahtera, lahiriah dan bathiniah sehingga Visi
RPJMD Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2016 – 2021 adalah “Mewujudkan
Indragiri Hulu yang Lebih Sejahtera Tahun 2020”, dengan motto “ Tak Ada
Kata Menyerah”.
3.1.4.2.

Misi

III - 23

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Penyataan visi dengan kata kunci “sejahtera” tidak hanya pada aspek
lahiriah dengan indikator-indikator ekonomi, keterjangkauan/aksesibilitas
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi juga aspek
bathiniah berupa rasa aman, sentosa dan makmur, dalam beribadah maupun
berusaha. Dalam pembangunan Indragiri Hulu kedepan dilakukan dengan
tidak membeda-bedakan suku, agama, ras maupun profesi. Dalam rangka
pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan juga isu-isu
strategis maka ditempuh melalui 7 misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui
peningkatan sumberdaya aparatur dalam memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat.
2. Meningkatkan pengawasan dalam tata kelola keuangan daerah
yang transparan dan akuntabel.
3. Meningkatkan

pelayanan

pendidikan

dan

kesehatan

yang

berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
4. Meningkatkan pemerataan ketersediaan infrastruktur fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
5. Meningkatkan

pemberdayaan

ekonomi

masyarakat

yang

bertujuan untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi
kesenjangan sosial serta memperkuat daya saing daerah.
6. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
7. Meningkatkan keharmonisan bermasyarakat tanpa membedakan
suku, agama dan profesi.

3.1.4.3.

Arah Kebijakan Bidang Cipta Karya

Arah kebijakan pembangunan bidang pekerjaan umum Kabupaten
Indragiri Hulu periode 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan pembangunan infrastruktur dasar pemukiman

di

perdesaan dan perkotaan
b. Peningkatan ketersediaan air bersih
c. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan

III - 24

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

3.2.

Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1. Arahan Rencana Kawasan Permukiman
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan
permukiman

dan

infrastruktur

perkotaan

yang

sinergi

dengan

arah

pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi
penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP
memuat

arahan

kebijakan

dan

strategi

pembangunan

infrastruktur

permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana
tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan
permukiman

dan

infrastruktur

perkotaan,

sehingga

dapat

terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang
telah ada;
b. Sebagai

dokumen

induk

dari

semua

dokumen

perencanaanprogram sektoral bidang Cipta Karya di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana
pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang
tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait
dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

3.2.1.1.

Visi dan misi pengembangan permukiman dan infrastruktur
perkotaan

Berdasarkan dokumen SPPIP Kabupaten Indragiri Hulu yang disusun
tahun 2012, visi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
Kabupaten Indragiri Hulu yaitu:
“ TERWUJUDNYA KAWASAN PERMUKIMAN YANG LAYAK, AMAN,
DAMAI DAN BERKELANJUTAN”

III - 25

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Sedangkan

misi

dari

pengembangan

permukiman

infrastruktur

perkotaan Kabupaten Indragiri Hulu antara lain :
1. Pertama; Masalah Perumahan, terkait dengan penyediaan rumah
yang layak bagi masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu. Ada
beberapa isu terkait masalah perumahan ini antara lain; banyaknya
penduduk yang masih menempati rumah yang tidak layak,
rendahnya tingkat pemenuhan rumah yang layak bagi masyarakat
dan terbatasnya akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
terhadap sumber daya perumahan. Fakta berdasarkan sumber data
BPS dan data Kabupaten Dalam Angka (KDA) pada tahun 2010 ada
sebesar 3.159 KK masyarakat yang menempati rumah tidak layak
huni. Sementara jumlah penduduk terus bertambah, apabila
masalah ini tidak dapat diatasi segera maka tingkat kesenjangan
(backlog) perumahan di Kabupaten Indragiri Hulu akan terus
melebar seiring dengan terbatas dan makin naiknya nilai tanah. Oleh
karena itu dalam penyediaan perumahan permukiman perkotaan di
Kabupaten Indragiri Hulu perlu ada perhatian khusus bagi semua
golongan masyarakat, terutama sekali masalah penyediaan rumah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pembangunan
perumahan oleh pihak pemerintah dan swasta (developer) dan
penyediaan lahan perumahan bagi masyarakat umum melalui
program KASIBA dan LISIBA. Khususnya bagi kawasan perkotaan
yang kurang padat dan sedang berkembang program ini sangat
didukung karena masih memiliki banyak lahan untuk pengembangan
areal perumahan dan permukiman.
2. Kedua;

Masalah

Permukiman,

terkait

dengan

keberadaan

permukiman kumuh dan permukiman liar (illegal settlement).
Beberapa isu yang terkait dengan masalah ini adalah mulai
tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh disekitar pusat
permukiman kota dan dibelakang pasar seperti yang terdapat di
Kota Rengat dan Air Molek yang merupakan kawasan permukiman
padat yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu. Selain itu juga terdapat
permukiman kumuh padat disekitar bantaran sungai Indragiri, seperti
III - 26

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

di kawasan permukiman pasiran (Kambesko) Kota Rengat dan
permukiman illegal di belakang terminal Pematang Reba yang
didirikan oleh para pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal dan
saat ini mulai terlihat kumuh. Studi mengenai kawasan permukiman
kumuh di Kabupaten Indragiri Hulu belum pernah dilakukan
sehingga penentuan kawasan permukiman kumuh berdasarkan
hasil survey identifikasi yang dilakukan bersama dengan aparat
pemerintah setempat (pihak kelurahan dan kecamatan) dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria kawasan permukiman kumuh,
seperti; kondisi sarana-prasarana lingkungan, vitalitas ekonomi dan
non ekonomi kawasan, dll.
3. Ketiga;

Masalah

kelembagaan

Kelembagaan,

dalam

terkait

penguatan

dengan

pembiayaan

kerjasama
pembanguan

perumahan. Isu yang mendasari permasalahan ini adalah belum
pernah ada bentuk kerjasama dan kesepakatan antar dinas/instansi
terkait

di

pemerintahan

daerah

terhadap

pengembangan

permukiman dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman di
Kabupaten Indragiri Hulu. Selain itu peran serta masyarakat dan
pihak swasta dalam membantu permasalahan diatas juga kurang
diberdayakan. Padahal potensi kelembagaan di masyarakat cukup
besar, seperti keberadaan LPM, lembaga keagamaan, sosial dan
budaya

apabila

dioptimalkan

akan

sangat

berperan

dalam

mendorong masyarakat untuk mewujudkan kualitas lingkungan
permukiman yang baik dan layak. Permasalahan lain adalah
keterbatasan kemampuan pembiayaan perumahan pemerintah
daerah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu dan terbatas atau kurangnya
akses

masyarakat

dalam

mendapatkan

informasi

mengenai

pembiayaan perumahan dari lembaga pembiayaan yang ada.
4. Keempat; Masalah Infrastruktur Permukiman, merupakan upaya
untuk mewujudkan pelayanan infrastruktur permukiman yang layak,
berkualitas dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Permasalahan umum infrastruktur yang ada di Kabupaten Indragiri
III - 27

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Hulu adalah kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar
dilingkungan permukiman dan rendahnya tingkat pelayanan kepada
masyarakat. Beberapa isu pelayanan infrastruktur antara lain;
rendahnya tingkat pelayanan PDAM dan akses masyarakat
terhadap air minum layak di Kabupaten Indragiri Hulu, beberapa
wilayah merupakan kawasan rawan banjir, tingginya rumah tangga
yang belum memiliki sistem sanitasi yang layak, pengelolaan
sampah yang masih individual dan rendahnya kualitas jalan
lingkungan.

3.2.1.2.

Rencana

Pembangunan

dan

Pengembangan

Kawasan

Permukiman (kabupaten/kota)
Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang
tergambar dalam dokumen SPPIP Kabupaten Indragiri Hulu adalah upaya
perwujudan dari Visi dan Misi yang telah disusun. Berikut strategi dan
rencana program pembangunan yang akan dilaksanakan :
Tabel 3.3. Strategi dan Program Pembangunan Kawasan Permukiman
N
STRATEGI
O
1 Mengembangkan Kawasan Permukiman Baru
pada Kawasan Perkotaan Kurang Padat dan
Sedang Berkembang
2 Mengembangkan Lingkungan Permukiman Siap
Bangun Yang Lebih Tertata, Terencana dan
Terjangkau bagi Masyarakat.
3 Mendorong Pengembangan Permukiman bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
Kawasan Permukiman Perkotaan.
4 Mendorong Peningkatan Kualitas Hunian
Masyarakat Perkotaan Dengan Memperhatikan
Kualitas dan Daya Dukung Lingkungan
5 Menata Kawasan Permukiman Padat di
Bantaran Sungai.
6

7

PROGRAM PEMBANGUNAN
Program
Perumahan

Pengembangan

Program
Lingkungan
Sehat

Pengembangan
Permukiman

Program
Pengembangan
Perumahan MBR
Program Lingkungan Sehat
Perumahan

Program
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
di
Sempadan Sungai
Menata dan Meningkatan Kualitas Lingkungan Program
Pengendalian
Permukiman Kumuh dan Permukiman Padat Permukiman
Kumuh
Kota.
Perkotaan
Mengendalikan Pembangunan Perumahan
Program Pengendalian &
Yang Dilakukan Masyarakat Secara Swadaya
Pemanfaatan Ruang
Dalam Rangka Penataan Permukiman.

III - 28

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

N
STRATEGI
O
8 Menata Kembali Persil /Lahan Hunian di
Kawasan Permukiman Perkotaan Untuk
Kepentingan Pengembangan Sarana dan
Fasilitas Umum.
9 Melindungi dan Merestorasi Bangunan Tua
Permukiman Kota Lama yang Memiliki Nilai
Sejarah dari Upaya Pembongkaran dan Alih
Guna Lahan.
10 Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan
Mendorong Koordinasi Antar Sektor Dalam
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur
Perkotaan
11 Mengefektifkan
Sumber
Pembiayaan
Perumahan melalui Koordinasi Anggaran Yang
Lebih Terpadu Antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah untuk Pembangunan
Perumahan
12 Mengembangkan Sistem Pembiayaan Dengan
Mekanisme Kemitraan Antara Pemerintah dan
Swasta.
13 Mengembangkan Instrument Pembiayaan Non
Konvensional Berbasis Masyarakat.
14 Menyediakan dan Meningkatkan Pelayanan Air
Bersih (Air Minum)
15 Meningkatkan
Kesehatan
Lingkungan
Permukiman melalui Penyediaan Sistem
Pelayanan Air Limbah, Sistem Drainase Kota
dan Prasarana Persampahan.

PROGRAM PEMBANGUNAN
Program
Penataan,
Penguasaan,
Penggunaan
dan Pemanfaatan Tanah
Program Penataan Kawasan
Bersejarah

Program
Pemberdayaan
Komunitas Perumahan

Program
Pembangunan

Kerjasama

Program
Pengembangan
Kemitraan
Dalam
Pembangunan
Program
Pengembangan
Pembiayaan
Pembangunan
Berbasis Masyarakat
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Air
Minum
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Air
Limbah
Program
Pembangunan
Saluran Drainase / Goronggorong
Program Pengembangan dan
Pengelolaan Saluran Sungai
Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
Program
Pembangunan
Sarana
dan
Prasarana
Perhubungan

16 Meningkatkan Kualitas Struktur Kawasan
Melalui Pengembangan Infrastruktur Jaringan
Jalan Kawasan Permukiman.
17 Meningkatkan Kualitas Layanan Permukiman
Program Pengelolaan Ruang
melalui Penyediaan Ruang Publik dan Fasilitas
Terbuka Hijau (RTH)
Pelayanan Sosial

3.2.1.3.

Penetapan kawasan permukiman prioritas
III - 29

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Kawasan permukiman prioritas merupakan kawasan yang dijadikan obyek
dan sasaran prioritas penanganan berdasarkan penilaian terhadap urgenitas
dan tingkat kemendesakannya akan kebutuhan pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan. Sehingga perumusan kriteria dan indikator
kawasan permukiman prioritas dilakukan dengan memperhatikan kondisi
yang ada, yaitu melalui proses inventarisasi potensi dan permasalahan yang
dilakukan bersama-sama dengan pemangku kepentingan daerah yang sangat
memahami kondisi pemukiman yang ada diwilayahnya masing-masing dan
juga mempertimbangkan rencana dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah setempat yaitu pemerintah kabupaten Indragiri Hulu.
Berdasarkan hasil skoring dengan berbagai indikator penilaian dari
program SPPIP/RP2KP maka diperoleh kawasan prioritas sebagai berikut :
1. Kawasan perkotaan rengat
2. Kawasan perkotaan pasir penyu 1
3. Kawasan perkotaan pematang reba
4. Kawasan perkotaan pangkalan kasai
5. Kawasan perkotaan peranap
6. Kawasan perkotaan pasir penyu 2
3.2.2. Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung
3.2.2.1.

Ketentuan fungsi bangunan gedung

Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan
lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam RTRW Kabupaten Indragiri Hulu dan/atau RTBL.
Fungsi bangunan gedung meliputi:
a. Bangunan gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia tinggal;
b. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan ibadah;
c. Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan usaha;

III - 30

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

d. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya;
e. Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat
kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi; dan
f. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

3.2.2.2.

Persyaratan bangunan gedung

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Adapun
persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:
1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
2. Status kepemilikan bangunan gedung, dan IMB.
Sedangkan persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:
1. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas:
a. persyaratan peruntukan lokasi;
b. intensitas bangunan gedung;
c. arsitektur bangunan gedung;
d. pengendalian dampak lingkungan untuk bangunan gedung
tertentu;
e. rencana tata bangunan dan lingkungan.
2. persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas:
a. persyaratan keselamatan;
b. persyaratan kesehatan;
c. persyaratan kenyamanan;
d. persyaratan kemudahan.

3.2.2.3.

Penyelenggaraan bangunan gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas kegiatan pembangunan,
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

III - 31

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

1. Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui
proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi.
2. Kegiatan

pemanfaatan

pemeliharaan,

bangunan

perawatan,

gedung

pemeriksaan

meliputi

kegiatan

secara

berkala,

perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan pengawasan
pemanfaatan bangunan gedung.
3. Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan
dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta
kegiatan pengawasannya.
4. Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan
pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan
pembongkaran.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, penyelenggara bangunan
gedung wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis
untuk menjamin keandalan bangunan gedung tanpa menimbulkan dampak
penting

bagi

lingkungan.

Penyelenggaraan

bangunan

gedung

dapat

dilaksanakan oleh perorangan atau penyedia jasa di bidang penyelenggaraan
gedung.

3.2.2.4.

Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat
terdiri atas:
1. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan
gedung;
2. Pemberian masukan kepada pemerintah dan/atau pemerintah
daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar
teknis di bidang bangunan gedung;
3. Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang
berwenang terhadap penyusunan rtbl, rencana teknis bangunan

III - 32

RPIJM Bidang Cipta Karya
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

tertentu dan kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung yang
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;
4. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang
mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan
umum.
3.2.3. Arahan

Rencana

Induk

Sistem

Penyediaan

Air

Minum

Kabupaten/Kota (RISPAM)
3.2.3.1