GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH

4.1

GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH

4.1.1

Letak Geografis
Kota Langsa merupakan daerah dari pemekaran Kabupaten Aceh Timur. Terletak lebih kurang

400 Km dari Kota Banda Aceh. Kota Langsa sebelumnya berstatus Kota
Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 1991 tentang pembentukan Kota Administratif.
Langsa kemudian ditetapkan statusnya menjadi kota
dengan Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2001.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 3
Tahun

2001


memiliki

Kota Langsa

luas

262,41

Km2.

Dengan

letak

geografis
04o24’35.68’’–

04o33’47.03’’


Lintang Utara

97o53’14.59’’–

98o04’42.16’’

Bujur Timur.

Yang berbatasan sebelah utara dengan Aceh Timur dan Selat Malaka,

Gambar 4.1 Citra Kota Langsa

sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Tamiang, sebelah selatan dengan
Kabupaten Aceh Timur dan dan Kabupaten Aceh Tamiang dan sebelah
barat dengan Kabupaten Aceh Timur.
4.1.2

Gambaran Administrasi Wilayah

Tahun 2002 wilayah Kota Langsa terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan

Langsa Barat, dan Kecamatan Langsa Kota, yang terdiri dari 3 Kelurahan dan 48 Desa. Pada Tahun 2007
berdasrkan Keputusan Walikota Langsa nomor 5 terjadi pemekaran menjadi 5 (lima) kecamatan dengan
bertambahnya 2 kecamatan baru yaitu Langsa Baro dan Langsa Lama yang mencakupi 51 desa. Dua
kecamatan yang baru tersebut merupakan pemekaran dari kecamatan Langsa Timur dan Langsa Barat.
Kemudian sesuai dengan Qanun Nomor 4 Tahun 2010, terjadi pemekaran desa menjadi 66 desa.

Kecamatan Langsa Timur terdiri dari 16 desa, Kecamatan Langsa Lama terdiri dari dari 15 desa.
Sedangkan kecamatan Langsa Barat terdiri dari 13 desa dan 12 desa berada di Kecamatan Langsa Baro serta
10 desa berada di Kecamatan Langsa Kota.
Gambar 4.2 Grafik Luasan Per Kecamatan Dalam Wilayah Kota Langsa

Sumber : BPS Kota Langsa

Tabel 4.1 Data Jumlah Desa Per Kecamatan Dalam Wilayah Kota Langsa Tahun 2014

No Provinsi Kab/Kota
ACEH

1


Kecamatan

LANGSA

LANGSA TIMUR

1173

10

Kode Desa

Desa/Gampong

007

Buket Medang Ara

2


009

Matang Setui

3

010

Buket Pulo

4

011

Matang Panyang

5

012


Simpang Wie

6

013

Buket Rata

7

014

Buket Meutuah

8

015

Alue Merbau


9

016

Matang Cengai

10

017

Senebok Antara

11

018

Alur Pineung

12


019

Sukarejo

13

020

Cinta Raja

14

021

Sungai Lueng

15

022


Alur Pineung Timu

16

023

Kapa

001

Pondok Kemuning

002

Seulalah

1100

ACEH


1
2

1100

LGS

LANGSA LAMA

1173

11

3

003

Pondok Pabrik

4


004

Sidodadi

5

005

Sidorejo

6

006

Gp. Baro

7

007

Meurandeh

8

008

Asam Peutek

9

009

Baroh Langsa Lama

10

010

Seulalah Baru

11

011

Suka Jadi Kebun Ireng

12

012

Meurandeh Tengah

13

013

Meurandeh Dayah

14

014

Meurandeh Aceh

15

015

Bate Puteh

ACEH

1

LGS

LANGSA BARAT

1173

20

008

Lhok Banie

2

009

PB. Teugoh

3

010

PB. Beuramoe

4

011

Simpang Lhee

5

012

Seuriget

6

019

Matang Seulimeng

7

020

Sungai Pauh

8

021

Kuala Langsa

9

022

Telaga Tujoh

10

023

Serambi Indah

11

024

Sungai Pauh Pusaka

12
13

025
026

Sungai Pauh Tanjung
Sungai Pauh Firdaus

001

Timbang Langsa

2

002

Alue Dua

3

003

Birem Puntong

4

004

PB. Seuleumak

5

005

Pondok Kelapa

6

006

Karang Anyer

7

007

PB. Tunong

8

008

Gedubang Jawa

9

009

Gedubang Aceh

10

010

Alue Dua Bakaran Batee

11

011

Lengkong

12

012

Suka Jadi Makmur

001

Gampong Teungoh

2

002

Pekan Langsa

3

004

Gampong Jawa

4

005

PB. Blang paseh

1100

ACEH

1

1100

ACEH

1

1100

LGS

LANGSA BARO

1173

21

LGS

LANGSA KOTA

1173

30

5

006

Gampong Blang

6

007

Alue Berawe

7

009

Gampong Daulat

8

010

Gampong Meutia

9

011

Blang Senibong

10

013

Tualang Teungoh

Sumber : Bappeda Kota Langsa

4.1.3.

Peta Administrasi Wilayah
Gambar 4.3 Peta Administrasi Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa Lampiran 4.1( Skala 1 : 25.000 )

4.2

DEMOGRAFI

4.2.1

Kependudukan

Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2013 Kota
Langsa adalah sebanyak sebanyak 157.011 jiwa, terdiri atas 77.966 jiwa laki-laki, dan 79.045 jiwa perempuan
serta Sex Ratio sebesar 98,63 persen. Data pada Tabel di bawah juga dapat menggambarkan bahwa secara
rata-rata kepadatan jumlah penduduk di wilayah Kota Langsa masih belum cukup merata atau sebanding
dengan luas wilayah dari tiap kecamatan. Terdapat sejumlah kecamatan dengan wilayah yang relatif luas,
namun belum diimbangi dengan kuantitas atau jumlah penduduk yang ada di kecamatan tersebut.

Tabel 4.2. Data Jumlah Penduduk Tahun 2013

No

Kecamatan

Tahun 2013

Luas Wilayah
Laki-Laki

Perempuan

Total

1

Langsa Timur

78,23

7.165

7.256

14.421

2

Langsa Lama

45,05

13.808

14.316

28.124

3

Langsa Barat

48,78

16.248

16.120

32.368

4

Langsa Baro

61,68

21.953

22.142

44.095

5

Langsa Kota

6,09

18.792

19.211

38.003

77.966

79.045

157.011

Total

Sumber : BPS Kota Langsa

4.2.2

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi jumlah penduduk perempuan tetap mendominasi meskipun dengan besaran yangh sedikit
mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 jumlahnya tercatat mencapai 50,35 persen, tahun 2011
jumlahnya tercatat mencapai 50,32 persen, hingga pada akhir tahun 2013 tercatat besaran jumlah penduduk
perempuan sebanyak 79.045 jiwa (50,47 persen), sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 77.966 jiwa
(49,52 persen). Data terkait hal tersebut dapat dilihat pada tampilan Grafik 4.2
Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber : BPS Kota Langsa

4.2.3

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera

Jumlah Kepala Keluarga di Kota Langsa berjumlah 35.027 KK (Kepala Keluarga), dengan rincian
tingkat kesejahteraan sebagai berikut :



Keluarga Miskin (berdasarkan penerima BLSM) : 8.018 KK atau (22,89 %)



Keluarga Pra Sejahtera I : 7.149 KK atau (23,20 %)



Keluarga Sejahtera I : 9.159 KK atau (26,14 %)



Keluarga Sejatera II : 10.894 KK atau (31,10 %)



Keluarga Sejahtera III : 7.305 KK atau (20,85 %)



Keluarga Sejahtera III Plus : 901 KK atau (2,57 %)

Berdasarkan prosentase penduduk miskin yang ada di Kota Langsa, konsentrasi terbesar berada di wilayah
Kecamatan Langsa Barat sebesar 1.890 KK, Langsa Baro sebesar 1.873 KK, kemudian Langsa Lama sebesar
1.656 KK , Langsa Kota sebesar 1.402 KK dan disusul Langsa Timur sebesar 1.197 KK . Jumlah kepala
keluarga per kecamatan menurut tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 4.3. Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Langsa Tahun 2013

No

Kecamatan

1

Langsa Timur

2

Pra
Sejahtera

Sejahtera III
plus

Sejahtera I

Sejahtera II

Sejahtera III

914

746

791

675

8

Langsa Lama

859

1.529

3.420

1.295

50

3

Langsa Barat

2.595

1.555

1.550

949

111

4

Langsa Baro

1.000

2.355

3.026

2.625

585

5

Langsa Kota

1.781

2.974

2.107

1.761

147

7.149

9.159

10.894

7.305

901

Total

Sumber : BPS Kota Langsa

4.2.4

Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Kota Langsa dari Tahun 2012 ke Tahun 2013 sebesar 1,48%.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kecamatan Langsa Timur (0,99%), Langsa Lama (1,18%), Langsa Barat
(1,54%), Langsa Baro (1,52%) dan Langsa Kota (1,79%), hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan
perumahan (rumah tumbuh baru) dan perkembangan kota mengarah pada wilayah-wilayah kecamatan tersebut.
Laju pertumbuhan penduduk per Kecamatan di Kota Langsa dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Langsa Tahun 2013

No

Jumlah Penduduk

Kecamatan
2011

2012

2013

Laju Pertumbuhan
(%)

1

Langsa Timur

14.128

14.279

14.421

0.99

2

Langsa Lama

27.487

27.795

28.124

1.18

3

Langsa Barat

31.275

31.877

32.368

1.54

4

Langsa Baro

42.773

43.435

44.095

1.52

5

Langsa Kota

36.692

37.336

38.003

1.79

152.355

154.722

157.011

1,48

Total

Sumber : BPS Kota Langsa

4.2.5

Persebaran Penduduk

Jumlah rumah tangga yang ada di Kota Langsa Tahun 2013 tercatat sebanyak 35.027 Rumah Tangga,
dengan rata-rata penghuni empat jiwa per rumah tangga. Wilayah yang relatif luas namun tidak diimbangi
dengan jumlah penduduk yang memadai mengakibatkan tidak optimalnya pemanfaatan potensi sumberdaya
ekonomi lokal. Sebaliknya di Kecamatan Langsa Kota dengan luas wilayah yang relatif kecil, terdapat jumlah
penduduk yang relatif cukup padat, yang mencapai 6.240 jiwa/km 2. Namun demikian, data pada tahun 2013
menggambarkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepadatan penduduk Kota Langsa adalah 598 jiwa/km 2,.
Distribusi penduduk Kota Langsa di masing-masing Kecamatan paling besar di Kecamatan Langsa Baro, 28,08
persen penduduk Kota Langsa berdomisili di kecamatan ini yaitu 44.095 jiwa. Sedangkan kecamatan yang
paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Langsa Timur, hanya sebesar 9,18 persen dari totalpenduduk
Kota Langsa atau sebanyak 14.421 jiwa. Kepadatan penduduk di Kota Langsa tahun 2013 mencapai 598
orang/km2. Kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Langsa Kota yang rata-rata per kilometer wilayahnya
dihuni oleh sekitar 6.280 jiwa. Daerah yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Langsa Timur, hanya
dihuni oleh sekitar 184 jiwa per kilometer wilayahnya.
Tabel 4.5. Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Langsa Tahun 2013
No

Kecamatan

Luas
Wilayah

Rumah
Tangga

Rata-Rata
Jiwa

Jumlah
Penduduk Jiwa

Kepadatan
Penduduk

1

Langsa Timur

78,23

2.893

5

14.421

184

2

Langsa Lama

45,05

7.022

4

28.124

624

3

Langsa Barat

48,78

6.817

5

32.368

664

4

Langsa Baro

61,68

9.923

4

44.095

715

5

Langsa Kota

6,09

8.372

5

38.003

6.240

35.027

4

157.011

655

Total

Sumber : BPS Kota Langsa

A.

Penduduk Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan struktur usia penduduk, tantangan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih relatif
tingginya angka ketergantungan (dependency ratio) antara penduduk usia produktif dengan usia belum dan tidak
produktif. Selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 belum terlihat adanya perubahan yang signifikan dalam hal
rasio angka ketergantungan ini. Jika kondisi tersebut dibiarkan terus berlanjut ke depan, dikhawatirkan
pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi lokal cenderung tidak optimal, mengingat sebagian sumber daya
tersebut dialokasikan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk belum produktif (balita/anak-anak) dan
penduduk non produktif (lanjut usia).
Komposisi penduduk Kota Langsa pada tahun 2013 untuk kelompok usia 0-14 tahun sebesar 31,64
persen. Kelompok usia 15-64 tahun 65,39 persen dan kelompok usia 65 tahun ke atas 2,96 persen.

Rasio beban tanggungan (dependency ratio) sebesar 52,92 yang berarti sebanyak ± 53 penduduk usia
non produktif

(usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) di Kota Langsa ditanggung oleh 100 penduduk usia

produktif (usia 15-64 tahun).
Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Berdasarkan kelompok Usia Kota Langsa Tahun 2013

No

Kelompok Umur
(Thn)

Laki-Laki

Tahun 2013
Perempuan

Total

1

0-4

8.441

7.973

16.414

2

05 - 9

8.581

7.921

16.502

3

10 -14

8.457

8.314

16.771

4

15 - 19

7.918

8.341

16.259

5

20 - 24

7.236

8.372

15.608

6

25 - 29

6.877

7.216

14.093

7

30 - 34

5.984

6.173

12.157

8

35 - 39

5.763

6.008

11.771

9

40 - 44

5.090

5.282

10.372

10

45 - 49

4.438

4.265

8.703

11

50 - 54

3.524

3.111

6.635

12

55 - 59

2.394

2.076

4.470

13

60 - 64

1.282

1.328

2.610

14

65 - 69

945

1.052

1.997

15

70 - 74

561

766

1.327

16

75+

475

847

1.322

77.966

79.045

157.011

Total

Sumber : BPS Kota Langsa

4.3

TOPOGRAFI

4.3.1

Peta Ketinggian Dan Kontur Wilayah
Gambar 4.5 Peta Ketinggian Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa Lampiran 4.2 (Skala 1 : 25.000)
Gambar 4.6 Peta Kontur Wilayah Kota Langsa

Gambar 4.7 Peta Lereng dan Kemiringan Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa Lampiran 4.4 (Skala 1 : 25.000)

4.3.2

Kondisi Dan Kontur Wilayah Kota Langsa

Secara umum Kota Langsa terletak pada ketinggian 0 - 25 Meter diatas permukaan laut (above sea

level). Namun sebagian besar wilayah Kota Langsa di sebelah barat daya merupakan daratan aluviasi pantai,
dengan elevasi yang berkisar pada ketinggian sekitar 8 mdpl. Bagian selatan merupakan pegunungan lipatan
bergelombang sedang, dengan elevasi yang berkisar pada ketinggian sekitar 75 m di atas permukaan laut,
sedang bagian timur terdapat endapan rawa-rawa juga dengan jumlah sebaran yang cukup luas. Selain itu,
wilayah Kota Langsa juga memiliki dataran rendah dan bergelombang serta sungai-sungai.

4.4

GAMBARAN GEOHIDROLOGI

4.4.1

Peta DAS Wilayah Kota Langsa
Gambar 4.8 Peta DAS Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa Lampiran 4.4 (Skala 1 : 25.000)

4.4.2

Penggunaan Air Tanah Dalam Wilayah Kota Langsa
Air Tanah yang mengalir di kota Langsa dan sekitarnya berasal dari daerah penggunungan lipatan

disebelah barat daya dan selatan sebagai hasil peresapan air hujan dan air permukaan. Hasil dari penelitian dan
pengeboran dengan kedalaman setelah 70 m dari permukaan tanah telah mencapai lapisan akifer bertekanan
positif, pengeboran sampai pada kedalaman 190 m ditemukan beberapa lapisan akifer yang lebih besar/produktif
dan menghasilkan air tanah bermutu baik. Debit air yang dilakukan dengan sistem pompa berkisar anatara 18
s/d 800 lt/detik. Selanjutnya kedudukan muka air tanah bertekanan positif mulai dari sekitar 2,5 meter pada akifer
terdangkal, dan menaik terus hingga sekitar 12 meter pada akifer terdalam. Ketebalan akifer tersebut berkisar
antara 2 s/d 8 meter dan yang terdalam 18 meter dari permukaan tanah yang terdiri dari lapisan pasir halus
sampai kasar dan kerikil.
Air Tanah merupakan alternatif lain dan merupakan pilihan masyarakat secara umum dalam wilayah
kota langsa untuk memenuhi kebuutuhan air sehari-sehari, Penggunaan air tanah yang dieksplorasi di Desa
Lengkong Kecamatan Langsa Baro.

4.4.3

Wilayah DAS Kota Langsa
Krueng Langsa merupakan sungai yang berada di Kota Langsa dimana posisinya berada di tengah-

tengah Kota Langsa. Krueng Langsa terbentang dari Desa Pondok Kemuning, Desa Suka Rakyat, Desa
Geudubang, Desa Seulalah, Desa pondok Pabrik, Sidodadi, Sidorejo, Desa Meurandeh, Baroh Langsa Lama
dan bermuara di Desa Alue Beurawe. Posisi sungai yang berada di tengah kota dan disamping pemukiman
penduduk sangat berbahaya dan berpotensi sebagai sumber bencana berupa bencana banjir musiman. Sungai
Krueng Langsa memiliki luas DAS ±126 km2 dengan curah hujan 2300 mm/tahun & termasuk daerah dengan
curah hujan yang relatif tinggi. Alur sungai pada bagian Hulu Krueng Langsa memiliki karakteristik menyusuri
perbukitan yang sempit, pada bagian tengah terjadi penyempitan sungai dengan membentuk alur yang ekstrim.
Pada bagian hilir ke arah muara di kiri kanan sungai terdapat area tambak, sungai yang besar berkelok-kelok
dan banyak terdapat alur-alur sungai mati serta mengecilnya sungai muara di bagian hilir.

4.5

GAMBARAN GEOLOGI
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Direktorat Tata Guna Tanah – Dirjen Geologi, Kota Langsa

terletak pada suatu dataran alluvial pantai dengan besaran elevasi berkisar 8 m diatas permukan laut. Di bagian
barat daya dan selatan kota Langsa dibatasi oleh suatu pegunungan lipatan bergelombang sedang dengan
elevasi sekitar 75 m, sedangkan di bagian timur kota merupakan endapan-rawa dengan sebaran cukup luas.
4.5.1

Peta Geologi Wilayah Kota Langsa
Gambar 4.9 Peta Geologi Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa (Lampiran 4.5 (Skala 1 : 25.000)

Batuan yang membentuk daerah ini terdiri dari alluvium pantai, endapan lempungan, pasir kwarsa,
kerikil, pasir lempungan, sisa-sisa kayu, dan sedikit sissipan batu-batuan muda membentuk perlapisan yang
saling berselang seling.
Susunan bebatuan tersebut dapat disamakan dengan formasi awal Pliosen. Pada bagian bawah
susunan bebatuan ini merupakan suatu endapan batuan yang dapat disamakan dengan formasi Keutapang,
yang terdiri dari batu pasir berbutir halus, serpihan mika, sisa tumbuh-tumbuhan dan sisipan batu baru muda,
dan pada bagian atas bebatuan ini lebih bersifat pasiran. Singkapan kedua formasi ini banyak terdapat disebelah
barat daya dan selatan kota Langsa.
4.5.2

Peta Jenis Tanah Dalam Wilayah Kota Langsa
Gambar 4.10 Peta Jenis Tanah Wilayah Kota Langsa

Sumber : Bappeda Kota Langsa Lampiran 4.6 (Skala 1 : 25.000)

4.6

GAMBARAN KLIMATOLOGI

4.6.1

Kondisi Klimatologi Wilayah Kota Langsa

Kota Langsa yang beriklim tropis memiliki musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada
umumnya, yaitu : musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei
sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan
April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan (pancaroba) pada
bulan-bulan tertentu.

Secara umum daerah Kota langsa beriklim panas dengan suhu udara pada tahun 2013 berkisar antara
28° C sampai dengan 32ºC. Sedangkan kelembaban udaranya berada pada kisaran kelembaban sedang-tinggi
yaitu antara 82 hingga 93 persen. Curah hujan di kota Langsa sangat bervariasi menurut bulan. Rata-rata curah
hujan selama tahun 2013 dalam Kota Langsa masing-masing sebesar 138 mm, tiap tahunnya dengan kisaran
1.850 – 4.013 mm, dimana suhu udara berkisar antara 28°C— 32°C serta kelembaban nisbi Kota Langsa ratarata 75%.
4.6.2

Kondisi Cuaca Bulanan Dalam Wilayah Kota Langsa
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Dalam Kota Langsa Tahun 2013

Sumber : BPS Kota Langsa

4.7

PROFIL KESEJAHTERAAN SOSIAL

4.7.1

Pendidikan

Saat ini keberhasilan suatu bangsa di ajang internasional akan lebih ditentukan oleh keunggulan
kompetitif yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
bertitik tolak pada upaya pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi instrumen yang sangat penting. Melalui
pendidikan diharapkan akan terbentuk SDM berkualitas dan berdaya guna bagi pembangunan.

Hakikat pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian, baik di luar
maupun dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, dewasa ini masyarakat sudah
menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan. Investasi pemerintah di bidang pendidikan sangat berguna
sebagai salah satu cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan
memerangi kemiskinan. Pendidikan masyarakat yang semakin baik merupakan modal dalam memperebutkan
kesempatan kerja sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka. Untuk mengetahui
perkembangan pembangunan pendidikan di Kota Langsa akan dijelaskan mengenai kondisi pendidikan
penduduk melalui pendekatan indikator turunan dari IPM. Hal itu dapat dilihat dari besarnya angka melek huruf
(Literacy Rate) penduduk usia 15 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School) penduduk usia
15 tahun ke atas. Selain itu kita juga melihat sarana pendidikan yang disediakan pemerintah di setiap tingkat
pendidikan.
A.

Tingkat Pendidikan Masyarakat

Komposisi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan memberikan gambaran tentang kualitas
sumber daya manusia. Untu mengukur keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, BPS telah membuat
beberapa Indikator yang secara garis besar di bagi ke dalam tiga kelompok yaitu :
1. Indikator Input, memuat beberapa keterangan dasar dan penunjang yang diperlukan dalam perencanaan
program pendidikan. Ukuran yang relevan digunakan antara lain jumlah penduduk menurut kelompok usia
sekolah, jumlah sarana pendidikan, dan rasio murid sekolah.
2. Indikator Proses, menunjukkan proses pendidikan atau bagaimana program pendidikan yang
diimplementasikan masyarakat dapat berjalan, ukuran yang dipakai adalah angka partisipasi sekolah.
3. Indikator Output/hasil, menunjukkan hasil-hasil yang dicapai oleh masyarakat setelah melalui proses
pendidikan. Ukuran yang dipakai adalah angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pendidikan tertinggi
yang ditamatkan.
Tabel 4.8 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dalam Wilayah Kota Langsa Tahun 2013
No.

Tingkat Pendidikan

Sekolah

Guru

Murid

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1.

SD/MI/Sederajat

71

1.464

19.657

2.

SLTP/MTs/Sederajat

26

936

10.967

3.

SLTP/MTs/Sederajat

25

1.103

10.430

Sumber : BPS Kota Langsa

Dari tabel 4.6 diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah murid di setiap sekolah pada jenjang pendidikan
SD/MI sebanyak 277 murid. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs sebanyak 422 murid, dan jenjang
pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 417 murid. Jumlah murid untuk satu orang guru merupakan indikator

beban tanggungan guru pada

jenjang pendidikan SD/MI sebesar 13 murid. Sedangkan

pada jenjang

pendidikan SMP/MTs sebesar 12 murid, dan pada jenjang pendidikan SMA/Sederajat sebesar 9 murid.
Data rasio antara jumlah murid terhadap sekolah dan jumlah murid terhadap guru di Kota Langsa tahun
2013 memberikan informasi bahwa beban satu sekolah maupun beban seorang guru pada setiap jenjang
pendidikan relatif memadai. Informasi lain yang dapat dijadikan dasar untuk melihat keberhasilan pendidikan di
Kota Langsa adalah indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok usia sekolah. APS digunakan
untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang bersekolah. Meningkatnya APS berarti
menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan yang terkait upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan.
APS dibagi menjadi kelompok-kelompok usia pendidikan, sesuai dengan jenjang pendidikannya yaitu
kelompok usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, dan 19-24 tahun. Jika APS bernilai 100 persen berarti tidak
ada penduduk yang tidak bersekolah. Harapannya pada kelompok usia wajib sekolah yaitu pendidikan dasar
sembilan tahun (7-12 dan 13-15 tahun) APS bisa mencapai 100 persen.
Gambar 4.11 Grafik Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Sekolah Kota Langsa Tahun 2013

Sumber : BPS Kota Langsa

APS Kota Langsa tahun 2013 pada kelompok usia 7-12 tahun mencapai 98,88 persen. Artinya masih
ada 1,12 persen penduduk usia 7- 12 tahun yang berstatus tidak bersekolah yaitu belum bersekolah atau tidak
bersekolah lagi (putus sekolah). Sedangkan untuk kelompok usia 13-15 tahun APS sebesar 96,11 persen, yang
berarti penduduk di kelompok usia ini yang bersatatus tidak bersekolah sebanyak 3,89 persen.
B.

Angka Melek Huruf

Pada tingkat makro ukuran yang sangat mendasar dari pendidikan adalah kemampuan membaca dan
menulis penduduk. Minimal penduduk harus mempunyai kemampuan membaca dan menulis agar dapat
menerima informasi secara tertulis, dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan, dan dapat
menikmati hasil-hasil pembangunan secara wajar. Dengan kata lain, kemampuan baca tulis merupakan
keterampilan minimum yang dibutuhkan penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera.

Dalam penghitungan IPM, kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis dilihat dari angka melek huruf
(Literacy Rate) penduduk umur 15 tahun ke atas.
Gambar 4.12 Grafik Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kota Langsa Tahun 2013

Sumber : BPS Kota Langsa,

Angka melek huruf penduduk Kota Langsa umur 15 tahun ke atas mencapai 99,36 persen pada tahun
2013. Angka 99,36 persen ini menunjukkan bahwa sebesar 0,64 persen penduduk umur 15 tahun ke atas belum
atau tidak dapat membaca dan menulis, diperkirakan terdapat pada penduduk kelompok umur tua.
C.

Rata-rata Lama Sekolah

Ukuran lain dari pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (Mean Years School). Secara umum
indikator ini menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk dewasa (15 tahun ke atas).
Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah penduduk, berarti semakin baik tingkat pendidikan tersebut.
Gambar 4.13 Grafik Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kota Langsa, 2009-2013

Sumber : BPS Kota Langsa

Dalam Gambar 4.5 berikut didapatkan informasi perkembangan rata-rata lama sekolah penduduk usia
15 tahun ke atas di Kota Langsa mengalami kenaikan sepanjang tahun 2009 sampai tahun 2013. Di tahun 2011
angka rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas di Kota Langsa mencapai 10,51 tahun, di tahun
2012 meningkat menjadi 10,59 tahun. Hingga tahun 2013 rata-rata lama sekolah adalah 10,60 tahun. Angka ini
menunjukkan mayoritas penduduk dewasa di kota ini pernah duduk di bangku sekolah formal antara 10 sampai
11 tahun.
4.7.2

Kesehatan

Kondisi kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa.
Hal ini dikarenakan aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia sebagai
pelaku pembangunan. Kondisi kesehatan penduduk dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi derajat kesehatan dan
dari sisi status kesehatan. Derajat kesehatan penduduk dapat diukur melalui angka kematian bayi atau Infant
Mortality Rate (IMR) dan angka harapan hidup saat lahir (Life Expectancy at Birth).
Angka harapan hidup saat lahir (Life Expectancy at Birth) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan
dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Dari angka harapan hidup saat lahir tersebut tercermin
tingkat kesejahteraan masyarakat dan khususnya kualitas kesehatan penduduk di suatu wilayah. Angka harapan
hidup saat lahir penduduk di Kota Langsa mengalami peningkatan. Secara perlahan peluang hidup penduduk di
Kota Langsa menunjukkan perbaikan, tahun 2013 angka harapan hidup mencapai 71,23 tahun, sedikit lebih baik
dibanding tahun 2012 yaitu 70,93 tahun. Hal ini berarti penduduk yang lahir di Kota Langsa tahun 2013 memiliki
harapan hidup mencapai usia 71,23 tahun Angka harapan hidup ini relatif lebih baik, karena rata-rata angka
harapan hidup penduduk Provinsi Aceh sebesar 69,40 tahun.
A.

Angka Kesakitan (Morbidity Rate)

Angka kesakitan adalah angka yang menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dalam rentang waktu sebulan sebelum pencacahan. Angka ini
didapat dari survei sosial ekonomi nasional (susenas) yang dilakukan empat kali dalam setahun. Tabel 4.7
menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama bulan referensi dan
merasa terganggu aktivitasnya terus mengalami penurunan, tahun 2011 sebanyak 30,25 persen tahun 2012
turun menjadi 23,79 persen dan menurun lagi pada tahun 2013 menjadi 30,68 persen.
Tabel 4.9 Angka kesakitan dan Rata-rata Lama Sakit Penduduk Kota Langsa Tahun, 2011-2013
No.

Indikator Kesehatan

2011

2012

2013

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1.

Angka Kesakitan

30,25

23,79

30,68

2.

Rata-rata Lama Sakit(Hari)

4,66

4,06

4,92

Sumber : BPS Kota Langsa

B.

Jenis Pengobatan yang Dilakukan

Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada umumnya akan melakukan upaya pengobatan, baik
dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Mengobati sendiri dilakukan dengan mengkonsumsi obat
tradisional, obat modern dan lainnya seperti vitamin, penambah daya tubuh, dan lain sebagainya. Selama
periode 2011 sampai dengan 2013 terjadi fluktuasi persentase penduduk yang berobat sendiri dari 49,00 persen
tahun 2011, naik menjadi 60,23 persen tahun 2012 dan turun menjadi 54,63 persen ditahun 2013.
Tempat berobat yang dipergunakan masyarakat juga mengalami perubahan, terutama berobat di
Puskesmas/Pustu mengalami kenaikan dari 40,68 persen ditahun 2011, menjadi 48,87 persen ditahun 2012 dan
meningkat lagi ditahun 2013 menjadi 49,16 persen. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.10 Persentase Penduduk yang Berobat Menurut Jenis Tempat Berobat & Cara Pengobatan yang Digunakan, 2011-2013
No.

Tempat Berobat (%)

2011

2012

2013

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1.

Rumah Sakit

11,82

12,74

10,61

2.

Balai Pengobatan/Klinik
Bersalin/Praktek Dokter

16,97

11,61

12,69

3.

Puseksmas/Pustu

40,68

48,87

49,16

4.

Petugas Kesehatan

27,38

25,00

25,12

5.

Pengobatan Tradisional

2,60

1,17

2,10

6.

Lainnya

0,54

0,61

0,32

Sumber : BPS Kota Langsa

C.

Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Data mengenai penolong proses persalinan juga dapat dijadikan suatu indikator kesehatan, terutama
untuk kesehatan ibu dan anak. Penanganan proses persalinan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh dokter
dan bidan lebih berkualitas dan lebih higienis, bila dibandingkan dengan pertolongan dukun, karena lebih aman
dan terjamin. Dapat dilihat dari Tabel 4.9 di bawah ini,
Tabel 4.11 Persentase Persalinan Menurut Penolong Kelahiran di Kota Langsa, 2011-2013
No.

Tempat Berobat (%)

2011

2012

2013

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1.

Dokter

14,19

16,00

17,43

2.

Bidan

80,71

84,00

80,87

3.

Tenaga Medis Lainnya

0,67

0,00

0,00

4.

Dukun

3,13

0,00

1,70

5.

Famili/Lainnya

1,30

0,00

0,00

Sumber : BPS Kota Langsa

penolong persalinan oleh dokter dari 14,19 persen pada tahun 2011 naik menjadi 16,00 persen pada tahun 2012
dan pada tahun 2013 sebanyak 17,43 persen. Sementara penolong persalinan oleh bidan terjadi peningkatan
dari 70,71 persen ditahun 2011 menjadi 84,00 persen tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 80,87
persen kelahiran dibantu oleh bidan. Selain dokter dan bidan, pada tahun 2013 di Kota Langsa sebesar 1,7
persen penolong kelahiran adalah dukun.
4.7.3

Ekonomi

A.

PDRB

Gambar 4.14 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Kota
Langsa Tahun 2013

Sumber : BPS Kota Langsa

Struktur
perekonomian suatu daerah
merupakan gambaran
tentang komposisi
perekonomian daerah yang
terdiri atas
Sembilan sector ekonomi.
Struktur ekonomi sekaligus
menunjukkan tinggi
rendahnya kontribusi atau
peran seluruh sector
ekonomi terhadap
pembentukan PDRB pada
daerah tertentu.
Sektor yang memegang peranan paling besar dalam pembentukkan PDRB di Kota Langsa pada tahun
2013 adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restorannya itu sebesar 27,97 persen dari total PDRB Kota
Langsa. Selanjutnya adalah sektor jasa-jasa
yang berperan sebesar 15,39 persen.
Sektor dengan peranan terbesar ketiga
adalah sektor industri pengolahanya itu
sebesar 12,94 persen pada tahun 2013.
Gambar 4.15
Peranan Sektoral
PDRB Kota Langsa
Tahun 2013

Sumber :
BPS Kota Langsa

Nilai PDRB Kota Langsa pada tahun 2013 jika dihitung Atas Dasar Harga Berlaku mencapai 2,37 triliun rupiah,
sementara berdasarkan harga konstan 1,02 triliun rupiah. Total nilai tambah atas produk barang dan jasa inilah
yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan akhir berupa konsumsi (oleh rumah tangga,
lembaga swasta nirlaba dan pemerintah), investasi (pembetukan modal tetap bruto dan perubahan stok barang),
dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor).

Gambar 4.16
Grafik Laju
Pertumbuhan
Ekonomi Kota
Langsa, 2010-2013
(Persen)

Sumber : BPS Kota
Langsa

Berdasarkan besaran PDRB selanjutnya dapat dihitung pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yaitu
dengan cara membandingkan nilai-nilai tersebut dari waktu ke waktu. Guna menghindari pengaruh dari faktor
harga (inflasi) terhadap pertumbuhan ekonomi, maka nilai PDRB yang diperbandingkan dengan nilai PDRB yang
dihitung atas dasar harga konstan sehingga dengan demikian angka pertumbuhan. secara riil yang
mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa atau yang mencermirkan pertumbuhan akhir dari seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan pada periode tersebut, baik secara total maupun per komponen permintaan
akhir pengguna barang dan jasa.

Gambar 4.17
Laju Pertumbuhan
Ekonomi Kota
Langsa, 2010-2013
(Persen)

Sumber : BPS Kota
Langsa

B.

Pertumbuhan Ekonomi

Sepanjang kurun waktu 2010 hingga 2013 secara umum perekonomian Kota Langsa menunjukkan
pertumbuhan yang positif dengan level berbeda-beda. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 4,91
persen dengan laju pertumbuhan terbesar berasal dari pengeluaran konsumsi pemerintah.
Perkembangan perekonomian di tahun 2011 cenderuh lebih lambat sekitar 4,30 persen. Pada tahun 2012
pertumbuhan ekonomi di Kota Langsa tumbuh sekitar 4,57 persen dengan laju pertumbuhan tertinggi berasal
dari pembentukan modal tetap bruto. Hal ini merupakan sesuatu yang baik karena pertumbuhan modal
mengalami peningkatan dan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mencapai 4,79 persen.

Tabel 4.10.
PDRB Kota
Langsa Atas
Dasar Harga
Berlaku Menurut
Lapangan Usaha
(Juta Rupiah)

Sumber :
BPS Kota Langsa

Tabel 4.11
PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Sumber : BPS Kota Langsa