Peningkatan kemampuan bertanya siswa sekolah dasar dalam pelajaran fisika melalui kegiatan membaca teks dan mengobservasi gejala fisika - USD Repository
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA
SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PELAJARAN FISIKA
MELALUI KEGIATAN MEMBACA TEKS DAN MENGOBSERVASI
GEJALA FISIKA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
CORNELIS ANDRENIKO
031424026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecil ini kepada: Keluarga besar Umak, Bapak (†), dan Nongah Pak Rikto Umak Wandro sekeluarga, Rikto & Lisa kekasihku Maria Veronika
“satu-satunya kekuatan mekanis yang lebih bertenaga ketimbang energi uap, listrik, dan atom adalah kemauan”
- Albert Einstein - “perjalanan 1000 kilometer pun dimulai dengan satu langkah”
- NN -
ABSTRAK
Cornelis Andreniko. 2011.PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA SISWA
SEKOLAH DASAR DALAM PELAJARAN FISIKA MELALUI KEGIATAN
MEMBACA TEKS DAN MENGOBSERVASI GEJALA FISIKA. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.Menurut pendekatannya, penelitan ini adalah penelitan eksperimen-studi kasus. Berdasarkan jenis data dan cara analisisnya, adalah penelitan kuantitatif-kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika sebelum pembelajaran fisika melalui kegiatan membaca teks dan mengobseravsi gejala fisika, mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan membaca teks, mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika, mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan membaca teks, mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Timbulharjo, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 2011 sampai 17 Maret 2011. Partisipan penelitian adalah siswa-siswi kelas IV.
Penelitian ini didesain mencakup empat tahap, yang terdiri dari pembuatan instrumen, observasi, mengajar dengan kegiatan membaca teks, dan mengajar dengan kegiatan mengobservasi gejala fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika sebelum pembelajaran fisika melalui kegiatan membaca teks dan mengobservasi gejala fisika masuk kualifikasi sangat kurang, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif; (2) kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika masuk kategori tinggi jika dilihat dari segi kuantitatif, namun jika dilihat dari segi kualitatif kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika masuk kategori rendah; (3) kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan membaca teks masuk kategori tinggi jika dilihat dari segi kuantitatif, namun jika dilihat dari segi kualitatif kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan membaca teks masuk kategori rendah; (4) dibandingkan kemampuan awal, peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan membaca teks secara kuantitatif sebesar 37 pertanyaan atau 925%. Secara kualitatif, terjadi peningkatan jumlah pertanyaan tingkat tinggi dari 0 (nol) menjadi sebanyak 5 pertanyaan; (5) dibandingkan kemampuan awal, peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika secara kuantitatif sebesar 46 pertanyaan atau 1150%. Secara kualitatif, terjadi peningkatan jumlah pertanyaan tingkat tinggi dari 0 (nol) menjadi sebanyak 8 pertanyaan.
ABSTRACT
Cornelis Andreniko. 2011. ENHANCING THE ABILITY OF ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS ASK LESSONS IN PHYSICAL ACTIVITY READING
THROUGH TEXT AND PHYSICAL SYMPTOMS OBSERVED. Thesis.
Physical Education Studies Program, Department of Education Mathematics
and Natural Sciences, Faculty of Teachers Training and Education. University
of Sanata Dharma. Yogyakarta.According to the approach, this research is experimental research of case studies. Based on the types of data and analytical way, is the quantitative-qualitative research. This study aims to determine the ability of students to ask in learn physics before physics learning through reading text and observed physical symptoms, know the ability of students to ask in learn physics by reading the text, knowing the ability of students to ask in learn physics through observing physical symptoms, find out how large increase in the ability students to ask in learn physics by reading the text, find out how much the increase in the ability students to ask in learn physics through observing physical symptoms.
This research was done at Timbulharjo Primary School, Maguwoharjo, Sleman,
rd th
Yogyakarta on March 3 , 2011 to March 17 , 2011. Study participants were students of class IV. This study was designed covers four stages, which consist of the manufacture of instruments, observation, teaching with the text reading, and teaching with the activities of observation physical symptoms. Results showed that (1) the ability of students to ask in learn physics before learning physics through text reading activities and observation physical symptoms to qualify is lacking, both in terms of qualitative and quantitative, (2) the ability of students to ask in learn physics through observation of physical symptoms activity categorized as high if viewed in terms of quantitative, but qualitative terms of the ability of students to ask in learn physics through observation of physical symptoms activity into a low category, (3) the ability of students to ask in learn physics by reading the text into the high category if viewed in terms of quantitative, but qualitative terms of the ability of students to ask in learn physics by reading the text into categories of low, (4) than the initial capability, increased ability of students to ask in learn physics through the text reading activity quantitatively by 37 questions or 925%. Qualitatively, an increase in the number of high-level questions from 0 (zero) to as much as 5 questions, (5) than the initial capability, increased ability to ask students to learn physics through activity observed in quantitative physical symptoms of 46 questions, or 1150%. Qualitatively, an increase in the number of high-level questions from 0 (zero) to as much as 8 questions.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PELAJARAN FISIKA MELALUI KEGIATAN MEMBACA TEKS DAN MENGOBSERVASI GEJALA FISIKA ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui skripsi ini penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran mengenai kemampuan bertanya siswa dalam pelajaran fisika, khususnya siswa Sekolah Dasar.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun yang tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Bapak Muh. Thoyib, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri Timbulharjo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri Timbulharjo.
3. Bapak Budi Rahmanto, A.Ma., selaku Guru Kelas IV SD Negeri Timbulharjo yang telah merelakan siswa dan kelasnya sebagai subyek penelitian skripsi ini.
4. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Timbulharjo, atas dukungan dan keterlibatannya menjadi subyek penelitian skripsi ini.
5. Sahabat penulis, Alphon Sianipar dan Yosef; atas kerelaannya meluangkan waktu dan tenaga menjadi kameraman dan observer serta teman diskusi penelitian skripsi ini.
6. FX. Setiawan, atas kerelaannya meluangkan waktu untuk menterjemahkan abstrak skripsi ini kedalam Bahasa Inggris.
7. Keluarga besar penulis di Ketapang, Kalimantan Barat yang selalu bertanya ‘kapan selesai?’. Pertanyaan ini selalu menjadi cambuk motivasi sekaligus tekanan bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Terimakasih juga atas dukungan keuangan kepada penulis dari awal kuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Maria Veronika beserta keluarga, khususnya Bapak Agustinus Ahui; atas perhatian dan dorongan sehingga penulis tetap bersemangat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Panitia Beasiswa Keuskupan Ketapang, atas bantuan dana beasiswa dan tempat berteduh kepada penulis selama menempuh pendidikan di Yogyakarta.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYAATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xviii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................
6 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
7 D. Manfaat Penelitian .........................................................................
7 BAB II. DASAR TEORI ... .............................................................................
9 A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .............................................
9 1. Pengertian Belajar ....................................................................
9 2. Pengertian Pembelajaran .........................................................
11 B. Pembelajaran Sains ........................................................................
14 1. Hakekat Pembelajaran Sains ....................................................
14 xiii
2. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains ..
15 C. Pertanyaan .....................................................................................
18 1. Pengertian “Pertanyaan” .........................................................
18 2. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom ...............
19 3. Teknik Bertanya ......................................................................
24 4. Pentingnya Pertanyaan Dalam Pembelajaran ..........................
26 D. Pembelajaran Sains Melalui Kegiatan Membaca Teks dan Mengobservasi Gejala Fisika........................... ..............
27 1. Pembelajaran Sains Melalui Kegiatan Membaca Teks ............
28
2. Pembelajaran Sains Melalui Kegiatan Mengobservasi Gejala Fisika ............................................................................
29 E. Gaya ..............................................................................................
30 1. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda ..................................
30 a. Pengaruh Gaya terhadap Benda Diam..................................
30 b. Pengaruh Gaya terhadap Benda Bergerak............................
31 2. Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk Benda .................................
32 3. Besar Gaya ..............................................................................
32 4. Gaya-Gaya yang Ada di Alam ................................................
32 a. Gaya Gravitasi Bumi ............................................................
32 b. Gaya Apung ........................................................................
33 c. Gaya Gesek .........................................................................
33 F. Energi Panas dan Energi Bunyi .....................................................
34 1. Sumber Energi Panas ...............................................................
34 2. Perpindahan Panas ...................................................................
35 3. Sumber Energi Bunyi ...............................................................
35 BAB III. METODOLOGI ...............................................................................
37 A. Jenis Penelitian ..............................................................................
37 B. Subyek Penelitian ..........................................................................
38 xiv
C. Definisi Operasional Penelitian ....................................................
38 D. Waktu Penelitian ...........................................................................
39 E. Variabel Penelitian ........................................................................
39 F. Rancangan Penelitian ....................................................................
40 1. Pembutan Instrumen ................................................................
40 2. Observasi .................................................................................
40 3. Mengajar Dengan Kegiatan Membaca Teks ...........................
41 4. Mengajar Dengan Kegiatan Mengobservasi Gejala Fisika .....
41 G. Jenis Data ......................................................................................
42 H. Metodologi Pengumpulan Data ....................................................
42 I. Instrumen Penelitian .....................................................................
43 J. Metode Analisis Data ....................................................................
43 1. Data Kualitatif .........................................................................
43 2. Data Kuantitatif .......................................................................
44 BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA .....................................................
45 A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian .................................................
45 B. Data ...............................................................................................
49 C. Analisis ..........................................................................................
54
1. Perbandingan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Siswa Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan .............................
54
2. Perbandingan Jumlah Jenis Pertanyaan Berdasarkan Tingkat Berpikir Anak yang Diajukan Siswa Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan ...........................................................
57 a. Pertanyaan Tingkat Rendah .................................................
58 b. Pertanyaan Tingkat Tinggi ..................................................
59
c. Perbandingan Persentase Jumlah Pertanyaan Tingkat Rendah dan Persentase Pertanyaan Tingkat Tinggi dalam Setiap Pertemuan ..................................................................
60 xv
3. Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan .............................
64 4. Pertanyaan Tertulis Pada Lembar Tanya Siswa ......................
66 a. Keterlibatan Siswa ...............................................................
67 b. Jumlah Pertanyaan ..............................................................
67 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
69 A. Kesimpulan ...................................................................................
69 B. Saran .............................................................................................
70 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
72 xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1. Hakekat Sains ............................................................................
15 Gambar II.2. Proses terjadinya getaran pada penggaris ..................................
36 Gambar III.1. Diagram Blok Rancangan Penelitian .......................................
41
DAFTAR GRAFIK Grafik IV.1. Grafik Peningkatan Jumlah Pertanyaan.......................................
55 Grafik IV.2. Grafik Peningkatan Jumlah Pertanyaan Tingkat Rendah ...........
59 Grafik IV.3. Grafik Peningkatan Jumlah Pertanyaan Tingkat Tinggi ............
60 Grafik IV.4. Grafik Penurunan Persentase Jumlah Pertanyaan Tingkat Rendah ..........................................................................
62 Grafik IV.5. Grafik Peningkatan Persentase Jumlah Pertanyaan Tingkat Tinggi ............................................................................
63 Grafik IV.6. Grafik Peningkatan Keterlibatan Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan Secara Langsung ......................................................
65
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan yang Disampaikan Siswa Secara Langsung Kepada Guru ....................................................
49 Tabel IV.2. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan yang Disampaikan Siswa Secara Langsung dalam Pembelajaran Fisika Melalui Kegiatan Membaca Teks .............................................................................
49 Tabel IV.3. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan yang Disampaikan Siswa Secara Langsung dalam Pembelajaran Fisika Melalui Kegiatan Mengobservasi Gejala Fisika ........................................
51 Tabel IV.4. Perbandingan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Siswa Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan ..............................................
54 Tabel IV.5. Perbandingan Jumlah Pertanyaan Berdasarkan Tingkat Berpikir Anak yang Diajukan Siswa Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan .....................................................................................
57 Tabel IV.6. Perbandingan Persentase Jumlah Pertanyaan Berdasarkan Tingkat Berpikir Anak yang Diajukan Siswa Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan ...............................................................
60 Tabel IV.7. Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan Secara Langsung dalam Setiap Pertemuan ...................................
64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP 1 – Membaca Teks Pelajaran Fisika Lampiran 2 : RPP 2 – Mengobservasi Gejala Fisika Lampiran 3 : Teks Pelajaran Fisika Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Lampiran 5 : Lembar Tanya Siswa Lampiran 6 : Pertanyaan Tertulis dalam Kegiatan Membaca Teks Fisika Lampiran 7 : Pertanyaan Tertulis dalam Kegiatan Mengobservasi Gejala Fisika Lampiran 8 : Daftar Hadir Lampiran 9 : Dokumentasi Foto Penelitian Lampiran 10 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 11 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
“Ilmu didapat melalui lidah bagi yang gemar bertanya dan melalui akal
bagi orang yang suka berpikir”. Kalimat bijak dari Abdullah bin Abbas r.a ini
sekiranya cukup untuk menggambarkan betapa pentingnya ‘bertanya’. Pepatah
kuno juga mengatakan, malu bertanya sesat di jalan.Dalam pendidikan/pembelajaran, ‘bertanya’ juga sangat penting. Bertanya
bisa digunakan sebagai indikator berpikir. Seperti yang dikemukakan Prof.
Retmono, pakar pendidikan yang sekaligus Ketua Dewan Pendidikan Jawa
Tengah dalam Suara Merdeka (2/5/2010), pendidikan itu bukan menghafal tapi
mempertanyakan. Dengan bertanya, otak akan bekerja untuk terus menerus
mengolah informasi. Tidak hanya menerima segala sesuatu yang sudah ada
sebagai satu-satunya kebenaran.Pembelajaran yang baik sendiri memiliki empat unsur terpenting, yaitu
siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan pelajaran, dan hubungan antar
guru dan siswa (Suparno, 2007: 2). Komunikasi guru dan siswa sangat penting
sehingga mereka dapat saling membantu. Dalam konteks pembelajaran
konstruktivis, guru fisika diharapkan lebih dekat dengan siswa dan menjalin relasi
yang dialogis dengan siswa. Dengan demikian siswa tidak takut dan lebih berani
untuk bertanya kepada guru. Dalam pembelajaran yang konstruktivistik (menurut
Brooks, dikutip Kartika Budi dalam Widya Dharma No. 1 Th. XI Oktober 2000:
45), diperlukan guru yang konstruktivistis, yang mana salah satu cirinya adalah
lebih banyak mengajukan pertanyaan terbuka dan menciptakan kondisi yang dapat
membangkitkan keingin tahu siswa. Proses pencarian pengetahuan pada dasarnya
berarti juga merumuskan pertanyaan yang baik.Keterampilan bertanya tidak ada begitu saja, ia perlu dilatih. Rohandi
(2001) mengemukakan bahwa anak perlu dilatih untuk bertanya, dengan semakin
mampu untuk mengajukan pertanyan yang baik (relevan) sehingga akan
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Hal ini kiranya perlu mendapatkan
perhatian jangan sampai keinginan anak untuk bertanya dan ingin mengetahui
sesuatu menjadi hilang (terbunuh) hanya akibat kurangnya perhatian guru dalam
aspek pertanyaan anak.Mengingat begitu pentingnya siswa terbiasa dalam mengajukan pertanyaan
(serta gagasan dan hipotesa), Kartika Budi (2001) dalam penelitiannya
menyarankan agar siswa diminta menuliskan pertanyaan (serta gagasan dan
hipotesa) pada secarik kertas dan diserahkan kepada guru, kemudian dibahas,
dikomentari, diberi catatan-catatan yang konstruktif jika siswa takut
menyampaikan pertanyaan (serta gagasan dan hipotesa) mereka secara lisan,
misalnya takut salah dan takut ditertawakan temannya. Dalam salah satu
kesimpulan penelitian yang sama, Kartika Budi menyimpulkan bahwa
membangun konsep melalui pertanyaan-pertanyaan bertahap mampu melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran fisika.Dalam penelitian Costa (2000), “An analysis of questioning texts
explaining natural phenomena” seperti yang dikutip Rohandi dalam Widya
Dharma No. 1 Th. XI Oktober 2001: 63, anak dapat mengajukan beragam
pertanyaan bilamana diberikan kesempatan. Van Zee dalam Rohandi (2001)
mengidentifikasikan bahwa kemunculan pertanyaan anak juga dapat diciptakan
dengan pertanyaan guru yang menyebabkan terjadinya proses pengembangan
pemahaman konsep.Menurut Isaac (dalam Rohandi, 2001) ada beberapa persoalan yang
mendorong anak melontarkan pertanyaan, diantaranya bila dalam diri
(pengetahuan) anak terdapat kesenjangan antara pengalaman yang pernah dialami
dengan pengalaman yang saat itu dialaminya.Menurut Rohandi (2001), pertanyaan (khususnya pertanyaan ‘mengapa?’)
memegang peranan penting dalam sains. Pengembangan pengetahuan sangat
bergantung pada pengajuan pertanyaan ‘mengapa’. Hal ini penting untuk memiliki
pengetahuan mengenai fakta yang menanti untuk dijelaskan disamping memahami
keadaan fakta itu sendiri. Dalam konteks pemahaman, seseorang seharusnya
berpikir bahwa ia akan mengetahui sesuatu secara komprihensif bila ia juga
sampai pada pemahaman mengapa hal tersebut terjadi demikian.Dunia anak memang identik dengan kegembiraan dan segala sesuatu selalu
hadir dalam persepsi baru. Anak-anak normal tentu saja akan selalu bertanya
tentang apa pun yang dihadapinya. Bahkan mereka yang cerdas, melihat hal-hal
kecil seperti kupu-kupu yang hinggap pada sekuntum bunga, atau menyaksikan
semut beriringan di pohon, akan menjadi tanda tanya besar, yang harus segera
terjawab.Pada dasarnya setiap anak (masa kecil) secara natural suka bicara dan
bergerak. Bahkan terkadang suka berceloteh dan bicara sendiri (dialog imaginer).
Namun apabila ditanya oleh orang lain, atau diminta untuk mengajukan
pertanyaan maka disini biasanya muncul kendala-kendala. Anak-anak kita
berubah jadi pemalu dan terdiam seribu bahasa. Hal seperti ini jangan dibiarkan
berlarut-larut dan harus dilakukan upaya untuk pembenahan agar anak kita berani
bertanya dan bicara di depan orang lain/umum.Tidak semua anak memiliki keberanian bertanya. Bahkan, banyak anak
memilih diam saja, walaupun rasa ingin tahu hadir di dalam pikirannya. Pada
umumnya, anak enggan bertanya disebabkan rasa takut ataupun asing berbicara
pada orang lain atau guru mereka. Kemungkinan penyebab lain karena si-anak
memang tidak mampu untuk mengungkapkan suatu pertanyaan, ataupun mungkin
takut terhadap orang dewasa yang sedang dihadapi.Dalam kultur masyarakat kita, bertanya sering dianggap sebagai aib
(memalukan), karena tidak tahu. Tidak terkecuali dalam pembelajaran di kelas,
semenjak kecil keinginan bertanya ini ditekan karena guru yang tidak mampu
menjawab pertanyaan siswa merasa otoritasnya diremehkan. Padahal tidak sama
sekali. Tekanan dari kawan-kawan yang menganggap bahwa yang bodohlah yang
bertanya tentu saja ada. Siswa sudah terlalu sering mendengar: “jangan bertanya
begitu bodoh!” atau “jangan bertanya terus menerus saja!”. Menurut Singer (1987:
85), hal ini dapat menimbulkan anggapan: jika ingin dianggap pintar, tidak boleh
mengajukan pertanyaan; pertanyaan yang mungkin terdengar ‘bodoh’ agar kesan
pintar itu tidak menjadi kabur.Suparno (2007: 2) memaparkan bahwa dari berbagai pemantauan
dilapangan, didapat kesan bahwa guru fisika sering dikatakan galak, tidak suka
senyum, dan menakutkan, sehingga relasi dengan siswa jauh. Dalam konteks
pembelajaran konstruktivis, guru fisika diharapkan lebih dekat dengan siswa,
banyak humor, dan menjalin relasi yang dialogis dengan siswa. Dengan demikian,
siswa tidak takut dan lebih berani untuk bertanya kepada guru.Penelitian terbaru mahasiswa S1 Pendidikan Fisika Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, Susanti (2010) dalam skripsi “Peningkatan Kemampuan
Bertanya Pada Pembelajaran IPA Pada Siswa Sekolah Dasar Dangan
Menggunakan Metode Tanya-Jawab Dengan Bantuan Media Film Persitiwa
Alam” melaporkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa malas untuk
bertanya adalah kesulitan untuk merangkai kalimat (membuat pertanyaan), malu,
dan takut salah. Susanti dalam penelitian yang sama juga mengidentifikasikan
bahwa siswa memiliki keinginan bertanya yang besar, namun pada beberapa siswa
keinginan bertanya tersebut lebih mudah mereka ungkapkan dalam bentuk
pertanyaan tertulis.Berdasar pada persoalan dan latar belakang seperti yang penulis uraikan di
atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Bertanya Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Fisika Melalui
Kegiatan Membaca Teks dan Mengobservasi Gejala Fisika”.Meningkatkan kemampuan bertanya siswa melalui kegiatan observasi
langsung pernah diteliti oleh mahasiswa S1 Pendidikan Fisika Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, Maria Kadarsih (2009) dengan skripsi “Meningkatkan
Kemampuan Bertanya Siswa Melalui Kegiatan Observasi Terhadap Keadaan
Alam Sekitar Untuk Memahami Konsep Tentang Cuaca: Penerapan Model
Pembelajaran Interaktif di SD”. Kadarsih menyimpulkan bahwa kegiatan
observasi yang dilakukan sebagai langkah awal pembelajaran interaktif dapat
menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa dan membantu meningkatkan
kemampuan bertanya siswa mengenai konsep-konsep tentang cuaca.B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dalam skripsi ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika sebelum
pembelajaran fisika melalui kegiatan membaca teks dan mengobseravsi gejala fisika?
2. Bagaimana kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan
membaca teks?
3. Bagaimana kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan
mengobservasi gejala fisika?
4. Seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika
melalui kegiatan membaca teks?
5. Seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika
melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika?C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitain ini adalah:
1. Mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika sebelum
pembelajaran fisika melalui kegiatan membaca teks dan mengobseravsi gejala fisika.
2. Mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan
membaca teks.
3. Mengetahui kemampuan bertanya siswa dalam belajar fisika melalui kegiatan
mengobservasi gejala fisika.
4. Mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam
belajar fisika melalui kegiatan membaca teks.
5. Mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam
belajar fisika melalui kegiatan mengobservasi gejala fisika.D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa
dalam pembelajaran fisika. Penulis mencoba dua kegiatan pembelajaran fisika,
yaitu dengan kegiatan membaca teks dan mengobservasi gejala fisika. Mengingat
begitu pentingnya bertanya dalam pembelajaran, skripsi ini bisa digunakan
sebagai perbandingan untuk penelitian sejenis ataupun sebagai sumber literatur
untuk penelitian tentang kemampuan bertanya dalam pembelajaran fisika dengan
kegiatan-kegiatan pembelajaran fisika lainnya.Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertaian Belajar
Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari kegiatan yang disebut belajar. Menurut Winkel (1987: 36), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Seseorang dikatakan telah belajar hanya bisa dilihat dari perilaku orang
tersebut yang disaksikan oleh orang lain karena apa yang sedang terjadi dalam
diri seorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Hasil belajar orang yang sedang belajar tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu kegiatan belajar? Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar (Winkel, 1987: 34).
Gagne, seperti dikutip Dahar (1989: 11) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Belajar menghasilkan perubahan. Istilah “pengalaman”
membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili
belajar. Pernyataan belajar menghasilkan perubahan tidak dapat dibalik,seolah-olah setiap perubahan pada manusia merupakan hasil dari suatu proses
belajar. Menurut Winkel (1987: 36-37), setidaknya ada empat perubahan yang
bukan akibat dari belajar, melainkan akibat dari hal lain. Kasus perubahan
yang dimaksud adalah (1) perubahan akibat kelelahan fisik, (2) perubahan
akibat menggunakan obat, (3) perubahan akibat penyakit parah atau trauma
fisik, dan (4) perubahan akibat pertumbuhan jasmani. Jadi, perubahan perilaku
yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indera, obat-obatan, dan kekuatan
mekanis tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman,
dan karena itu tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi.Mustaqim (2008: 33-34) mengutip pendapat para ahli tentang belajar:
1. Menurut Lyle E. Bourne, Jr. dan Bruce R. Ekstrand: Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.
2. Menurut Clifford T. Morgan: Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.
3. Menurut Guilford: Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan.
Mustaqim menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.
Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa:
1. Belajar merupakan sebuah aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan.
2. Untuk mencapai suatu perubahan dalam belajar diperlukan proses dan
rangsangan.3. Perubahan dari hasil belajar relatif tetap.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari
luar. Dengan belajar, maka kemampuan mental semakin meningkat atau
mengalami perubahan. Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, siswa harus
belajar. Bila siswa belajar maka akan terjadi perubahan mental pada diri
siswa.2. Pengertian Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas paling utama. Pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Secara
umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Surya (2004: 7) menguraikan pengertian pembelajaran sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses pembelajaran akan
terjadi apabila individu akan menghadapi situasi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh insting atau kebiasaan. Adanya kebutuhan akan mendorong
individu untuk mengkaji perilaku yang ada dalam dirinya, apakah yang ada
dapat memenuhi kebutuhan atau tidak. Apabila tidak, maka ia harus memperoleh perilaku yang baru dengan proses pembelajaran.Menurut Surya (2004: 14-16), proses pembelajaran secara keseluruhan akan merupakan suatu rangkaian aktivitas sebagai berikut:
1. Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin
dicapai. Dalam situasi ini individu merasakan bahwa ada kekurangan dalam dirinya sebagai suatu kebutuhan.
2. Kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan. Untuk suatu tindakan yang efektif diperlukan adanya kesiapan, baik fisik maupun mental dan sosial.
3. Pemahaman situasi, yaitu segala sesuatu yang ada di lingkungan individu
dan mempunyai hubungan dengan aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Dalam hal ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
4. Menafsirkan sesuatu, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai
aspek yang terdapat dalam situasi kemampuan menafsirkan ini sangat diperlukan untuk merancang berbagai alternatif aktivitas yang akandilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu dalam fase tindak balas.
5. Tindak balas (respon), dimana dalam fase ini individu melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang telah dirancangnya dalam fase ke-3 dan ke-4. Fase ini merupakan aktivitas pembelajaran yang sesungguhnya, yaitu proses bagaimana individu mengubah perilakunya.6. Akibat (hasil) pembelajaran, dimana dalam fase ini individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu berhasil (sukses) atau tidak. Berhasil berarti ia dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuannya, sedangkan gagal artinya ia tidak memenuhi kebutuhan dan tidak mencapai tujuan.
Menurut Kartika Budi (2001) pembelajaran sendiri mempunyai dua
fungsi. Kedua fungsi tersebut adalah: (1) fungsi umum yaitu fungsi yang
berkaitan dengan berlangsungnya proses pembelajaran; dan (2) fungsi khusus
yaitu fungsi yang menunjang terjadinya proses belajar secara optimal.
Pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa, bukan kegiatan
guru. Ukuran kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya gurumenerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa, dalam arti
seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif. Menurut
Brooks (dikutip Kartika Budi dalam Widya Dharma No. 1 Th. XI, April 2001:
46), peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakankemudahan, merancang kegiatan, dan membimbing siswa agar mereka terlibat
dalam proses belajar secara berkesinambungan.B. Pembelajaran Sains
1. Hakekat Pembelajaran Sains
Pemahaman para pendidik tentang hakikat sains sangat mempengaruhi
cara mereka mengajarkan sains dan pemilihan pokok bahasan yang
diajarkannya. James B. Conant, seorang ilmuwan berkebangsaan Amerika
Serikat yang mendefinisikan sains sebagai “serangkaian skema konsep-konsep
dan konseptual yang telah dikembangkan sebagai suatu hasil eksperimen dan
pengamatan yang mendorong dilakukannya eksperimen dan pengamatan lebih
lanjut” (Nandang, dalam http://nandang.blogdetik.com).Menurut Mariana dan Praginda (2009: 13), hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai
fenomenanya/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori
maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia.Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2002), sains diartikan sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.Dari pandangan beberapa ahli, Kartika Budi (2001) menyimpulkan
sains merupakan kesatuan dari proses, hasil, dan sikap. Kesatuan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut (Kartika Budi, dalam Widya Dharma No. 1
Th. XI, Oktober 2000: 46):Gambar II.1 Hakekat Sains Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.Pendidikan sains merupakan pemahaman tentang pentingnya mempelajari
alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan yang bermakna dan
bermartabat. Pendidikan sains di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.