Optimasi formula span 80 dan tween 80 dalam sediaan cold cream ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (ten.) Steenis.) dengan metode desain faktorial - USD Repository

  

HALAMAN SAMPUL

OPTIMASI FORMULA SPAN 80 DAN TWEEN 80 DALAM SEDIAAN

COLD CREAM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (ten.)

  

Steenis.) DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : Robertus Rudi Sasongko

  048114014

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

HALAMAN JUDUL

OPTIMASI FORMULA SPAN 80 DAN TWEEN 80 DALAM SEDIAAN

COLD CREAM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (ten.)

  

Steenis.) DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : Robertus Rudi Sasongko

  048114014

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Skripsi

OPTIMASI FORMULA SPAN 80 DAN TWEEN 80 DALAM SEDIAAN

  

COLD CREAM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (ten.)

Steenis.) DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

  Yang diajukan oleh: Robertus Rudi Sasongko

  NIM : 048114014 telah disetujui oleh Pembimbing Sri Hartati Yuliani., M.Si., Apt. tanggal

  

HALAMAN PENGESAHAN

  Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI FORMULA SPAN 80 DAN TWEEN 80 DALAM SEDIAAN

  

COLD CREAM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (ten.)

Steenis.) DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

  Oleh: Robertus Rudi Sasongko

  NIM : 048114014 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal :

  20 Oktober 2009 Mengetahui

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt.

  Pembimbing Utama Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.

  Panitia Penguji: 1. Sri Hartati Yuliani, M.Si, Apt.

  …………………………….

  2. Dewi Setyaningsih, M.Sc, Apt. …………………………….

  3. CM Ratna Rini Nastiti, M.Pharm, Apt.

  …………………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

”Terimakasih untuk tuntunan, bimbingan dan bantuan-Nya”

  Akan kupersembahkan karyaku ini untuk Tuhanku Untuk kedua orangtua dan adikku

  Serta semua yang telah memberi motivasi bagiku Terima kasih atas dukungan kalian

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas semua kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul OPTIMASI FORMULA SPAN 80 DAN TWEEN 80

  

DALAM SEDIAAN COLD CREAM EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (ten.) Steenis.) DENGAN METODE DESAIN

FAKTORIAL. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

  Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik bimbingan, dorongan, kritik maupun saran. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:.

  1. Bapak, Ibu dan adikku untuk semua buat doa, dukungan (moral dan material) dan cinta kasihnya.

  2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Sri Hartati Yuliani., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dewi Setyaningsih, M.Sc, Apt. dan C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm.,Apt., selaku dosen penguji, atas masukan, kritik, dan sarannya.

  5. Staf Laboratorium: Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Otok, Mas Sigit dan Mas Andri atas bantuan dan kerjasamanya.

  6. Teman-teman angkatan 2004, untuk semua kebersamaannya selama ini.

  Semua kenangan yang telah kita lewati terlalu indah untuk dilupakan.

  7. Teman-teman

  Dolan’erz : Ayu “Mami”, Yoyo, Coco, Lian, Rosa, Cicil,

  Boris, Yudi “Cawaz”, Adit, Ari, Probo, Chandy, Tintus, Risky “Blangko”, Edot, Felix dan Robert untuk semua kebersamaan dalam berbagi suka dan duka.

  8. Teman-teman Darmoyuwono Singing Community

  9. Teman-teman MPK dan Mudika YSN untuk semua semangat yang kita bangun bersama.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk semua dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Harapan penulis skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, November 2009 Penulis

  Robertus Rudi Sasongko

  

INTISARI

  Penelitian ini tentang optimasi Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) dengan menggunakan metode desain faktorial. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan faktor dominan dalam formula dan mendapatkan formula sediaan cold cream yang optimum.

  Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni dengan variabel eksperimental ganda (desain faktorial). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi Span 80 dan Tween 80. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah respon sifat fisis (viskositas dan daya sebar) dan respon stabilitas fisik (pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama 1 bulan). Faktor dominan di dalam formula ditentukan menggunakan desain faktorial. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor (Span 80, Tween 80, interaksi keduanya) terhadap respon (viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas) dianalisis menggunakan analisis statistik Yat

  e’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.

  Hasil analisis desain faktorial menunjukkan bahwa Span 80 dominan mempengaruhi Stabilitas fase dan pergeseran viskositas, sedangkan viskositas dan daya sebar sediaan dominan dipengaruhi oleh Tween 80. Berdasarkan

  

superimposed contour plot diperoleh area optimum formula cold cream yang

  diteliti yang memenuhi daya sebar 5

  • – 7 cm, viskositas sebesar 70-100 d.Pa.s, stabilitas fase lebih dari 97,5% dan pergeseran viskositas kurang dari 10%. Kata kunci : span 80, tween 80, ekstrak daun binahong, cold cream, desain faktorial.

  

ABSTRACT

  The study of optimation of span 80 and tween 80 in cold cream of binahong leave (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) extract using factorial design had been carried out. The aim of this study was to find the dominant factor in the formula and to get the optimum area of cold cream formula.

  The research was pure experimental design involving multiple variables (factorial design). The free variables in this research were the low and the high level of span 80 and tween 80. The dependent variables in this research were physical characteristics responses (viscosity and spreadibility) and physical stability responses (viscosity shift over a month-storage). The significance effect of each factor (span 80, tween 80, the interaction of both) on the responses (viscosity, spreadibility, and viscosity shift) was analyzed statistically using Yate’s treatment followed by ANNOVA with 95% confident interval.

  The result of factorial design analysis showed that the span 80 was dominant in determining the response of the phase stability and viscosity shift, while tween 80 predominantly affected the response viscosity and spreadibility. Based on the superimposed contour plot, optimum area of cold cream, which met the criteria of spreadibility (5-7 cm), viscosity (70-100 d.Pa.s), phase stability ( > 97,5%) and viscosity shift (<10%), was obtained. Key word : span 80, tween 80, binahong’s leave (Anredera cordifolia (ten.)

  Steenis) extract, cold cream, factorial design.

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  

  

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan berbagai bahan

  alam. Banyak tumbuh

  • – tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan obat tumbuh subur di Indonesia. Fenomena

  ‘back to nature’ di masyarakat semakin menambah keingintahuan masyarakat tentang khasiat suatu tanaman obat.

  Fenomena ini timbul karena mahalnya biaya pengobatan pada pengobatan modern.

  Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Moura-Letts dkk. (2006) menunjukkan bahwa secara in-vivo ekstrak etanol Anredera diffusa mengandung asam oleanolat dan memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka. Alok Jha (2006) menuliskan bahwa penggunaan ekstrak etanol Anredera diffusa dilaporkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka hingga 40% daripada keadaan normal.

  Asam oleanolat merupakan suatu triterpenoid saponin yang jarang ditemukan pada tumbuhan monokotil. Triterpenoid saponin ini banyak ditemukan pada tumbuhan dikotil, terutama pada famili Caryophyllaceae, Sapindaceae,

  

Polygalaceae , dan Sapotaceae (Evan, 2002). Berdasarkan Bihrmann’s Taxonomy

  (2008) tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) merupakan tanaman yang termasuk pada genus Basellaceae dan famili Caryophyllaceae.

  Asam oleanolat diketahui memiliki aktifitas antiinflamasi (Liu J, 1995). Aktivitas antiinflamasi ini dapat mengurangi rasa nyeri pada luka. Tanaman binahong dapat digunakan untuk menyembuhkan memar karena terpukul, kena api, rheumatik, pegal linu dan nyeri urat (Manoi, B.F., 2009).

  Masyarakat menggunakan tanaman binahong sebagai obat luka dengan cara menghaluskan daun binahong segar kemudian menempelkannya pada bagian kulit yang terluka. Cara penggunaan daun binahong sebagai obat luka tersebut dianggap kurang praktis. Dalam penelitian ini memilih bentuk sediaan krim sebagai alternatif pemanfaatan daun binahong untuk obat luka.

  Krim merupakan suatu bentuk emulsi. Menurut Gennaro (2000), dalam suatu bentuk sediaan emulsi efek terapeutik dan daya sebar akan lebih baik dibandingkan bentuk sediaan cair. Selain itu absorbsi dan penetrasi dari zat aktif akan lebih mudah untuk dikontrol. Karena droplet-droplet yang terbentuk akan tersebar merata pada seluruh bagiaan sediaan emulsi. Dalam penelitian ini bentuk krim yang dipilih adalah sediaan cold cream. Bentuk sediaan cold cream dipilih karena mampu untuk memberikan efek rasa dingin.

  Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (Anonim, 1995). Stabiltas suatu emulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah metode pembuatan emulsi, tipe surfaktan yang digunakan dan tipe minyak yang digunakan (Özer, Özgen dan Aydın, Burcu, 2006).

  Daun binahong mengandung senyawa yang memiliki aktifitas yang mendukung penyembuhan luka. Senyawa-senyawa itu antara lain flavonoid, terpenoid, fenol maupun asam oleanolat. Untuk mempertahankan stabilitas senyawa-senyawa tersebut maka dipilih krim dengan tipe A/M.

  Surfaktan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi. Penambahan surfakatan dapat mencegah terjadinya coalescence serta menurunkan tegangan permukaan antar fase (Anonim, 1995). Untuk setiap formula emulsi yang berbeda akan dibutuhkan komposisi komposisi surfaktan yang berbeda agar diperoleh emulsi yang stabil. Span 80 dan Tween 80 merupakan surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini. Tween 80 merupakan

  

emulsifying agent larut air yang digunakan dalam sediaan kosmetik, yang

  mempunyai HLB 15 sehingga mampu membentuk emulsi tipe M/A. Span 80 merupakan emulsifying agent nonionik dengan HLB 4,3 karena gugus lipofilnya lebih dominan. Pada saat emulsifying agent yang bersifat larut air dicampurkan dengan emulsifying agent yang bersifat larut lemak mampu membentuk dan mempertahankan emulsi dengan lebih efektif dibandingkan penggunaan

  emulsifying agent

  tunggal (Zats and Kushla, 1996). Dengan penelitian ini, diharapkan diperoleh komposisi dan area optimum antara Span 80 dan Tween 80 dalam formulasi cold cream, serta mengetahui efek yang ditimbulkan oleh Span 80 dan Tween 80 serta interaksi keduanya terhadap sifat fisis sediaan.

1. Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah yang dominan menentukan sifat fisik cold cream, faktor Span 80, faktor Tween 80, atau interaksi keduanya?

  2. Apakah diperoleh area optimum Span 80 dan Tween 80 yang diprediksi sebagai formula optimal sediaan cold cream dengan menggunakan metode desain faktorial?

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh yang diketahui penulis belum pernah dilakukan penelitian tentang optimasi formula Span 80 dan Tween 80 dalam sediaan cold cream ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (ten.) Steenis.) dengan metode desain faktorial.

  3. Manfaat penelitian

  Penelitian mengenai optimasi formula Span 80 dan Tween 80 dalam sediaan cold cream ekstrak daun binahong ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:

  a. manfaat teoritis ialah untuk melengkapi dan memperkaya teori yang telah ada mengenai interaksi antara Span 80 dan Tween 80 dalam pembuatan sediaan cold cream dan memberikan tambahan informasi tentang komposisi optimal Span 80 dan Tween 80 yang diprediksi sebagai formula optimal sediaan cold cream ekstrak daun binahong.

  b. manfaat praktis yang dapat diperoleh ialah dapat digunakan sebagai acuan yang mendukung pengembangan sediaan cold cream ekstrak daun binahong.

B. Tujuan

  1. Tujuan umum :

  Untuk mendapatkan data tentang penggunaan campuran Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisik sediaan cold cream.

  2. Tujuan khusus :

  a. Untuk mengetahui yang dominan menentukan sifat fisik sediaan cold

cream , faktor Span 80, faktor Tween 80, atau interaksi keduanya.

  b. Untuk mengetahui komposisi optimal Span 80 dan Tween 80 yang diprediksi sebagai formula optimal sediaan cold cream dengan menggunakan metode desain faktorial.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Binahong

  1. Klasifikasi tanaman binahong

  Berdasarkan

  Bihrmann’s Taxonomy (2008) klasifikasi tanaman binahong

  yaitu: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subclass : Caryophyllidae Bangsa : Caryophyllales Suku : Basellaceae Marga : Anredera Jenis : Anredera cordifolia

  2. Morfologi tanaman

  Berdasarkan Bihrmann’s Caudiciform (2008), tanaman binahong termasuk golongan famili Basellaceae yang digambarkan oleh Baill pada tahun 1888. Tanaman ini ditemukan di Amerika Selatan sekitar Ekuador. Tanaman ini membutuhkan drainasi tanah yang baik, beberapa air dan banyak cahaya matahari.

  Rhizoma akan tumbuh sampai 4cm dan tingginya mencapai 6m. Bunganya putih dan tanaman ini dapat dikembangbiakan baik dengan dipotong, dengan benih dan umbinya.

  Berdasarkan Swaziland's Alien Plants Database (2008), batangnya merambat, tipis dan sering kemerah-merahan. Daun subsessile atau dengan panjang tangkai daun 1-2 cm, umumnya terdapat akar umbi kecil pada ketiak daun. Halaian daun berukuran 2-11-(13) x 1.75-10-(11) cm, berbentuk oval dan lebar, agak berair sampai berair banyak mengikuti derajat pencahayaan, pangkal daun subcordate atau cordate; puncaknya tumpul. Racemes sederhana atau 2-4 cabang batang, panjangnya sampai 18 cm dan umumnya mengeluarkan ibu tangkai bunga, dengan sejumlah bunga-bunga putih kecil yang wangi. Tangkai bunga penjangnya 2-3 mm; daun pelindung panjangnya 1.5-1.8 mm, lanceolate-

  

subulate . Daun tangkai terendah panjangnya 0.5-1 mm, cupulate; Daun tangkai

  atas sampai 2-2.5 mm, suborbicular. Bunga panjangnya 2-3 mm, membujur elip sampai elips yang melebar. Tangkai sari berbentuk segitiga sempit, dan menyebar.

  Tangkai kepala putiknya satu, lebih pendek dari benang sari; bercabang 1/2-3/4 panjangnya; kepala putik clavate.

2. Kandungan zat aktif dan khasiat secara empiris

  Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) memiliki kandungan zat aktif antara lain adalah flavonoid kalkon, yaitu retrochalcone, 2,4-dihydroxy-6-

  

methoxy-5-formyl-3-methylchalcone (Calzada dkk., 2001). Menurut Moura-Letts

  dkk. (2006) secara in-vivo asam oleanolat memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka. Menurut Istiqomah (2007), daun binahong mengandung senyawa golongan fenol dan saponin, serta mempunyai aktifitas antibakteri. Tshikalange (2004) menyatakan bahwa pada daun binahaong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) ditemukan kandungan antibakteri dan sitotoksik yang diteliti dengan menggunakan metode agar dilusi. Secara empiris, daun binahong berkhasiat untuk penyembuhan memar, pegal linu, rematik serta meningkatkan daya tahan tubuh (Anonim, 2007).

3. Asam oleanolat

  Asam oleanolat merupakan senyawa triterpenoid yang diketahui memiliki sifat sebagai hepatoprotektif, antiinflamasi, dan antihiperlipidemik.

  

Gambar 1. Struktur asam oleanolat (Moura-Letts dkk, 2006)

  Asam oleanolat memiliki berat molekul 456,71. Kristal asam oleanolat

  o

  berwarna putih, memiliki titik leleh 308-310

  C, tidak larut air, larut dalam etanol, eter, aseton dan kloroform (Anonim, 2009).

B. Ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok. Cairan penyari yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Untuk ekstrak cair dengan penyari etanol, hasil akhir harus dibiarkan di tempat sejuk selama 1 bulan, kemudian disaring, sambil mencegah penguapan (Anonim, 1995).

C. Ekstraksi

  Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut air. Proses ekstraksi dipisahkan menjadi pembuatan serbuk, pembasahan, ekstraksi dan pemekatan. Secara umum ekstraksi tanaman obat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap (Anonim, 1986).

  Maserasi merupakan cara ekstraksi zat aktif menggunakan cairan pengekstraksi dengan penggojogan atau pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses ekstraksi. Metode ini mempunyai keuntungan yaitu reprodusibel (List dan Schimdt, 1989). Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan kemudian melarutkan zat aktif. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, larutan terpekat akan didesak keluar (Anonim, 1986).

D. Krim

  1. Karakteristik Krim

  Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Anonim,1995). Krim biasanya terdiri dari emulsi M/A atau emulsi A/M (Collett,1990). Menurut Ansel (1989), krim adalah cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan dalam pemakaian obat pada permukaan kulit (topikal). Allen (1999) menyatakan bahwa krim merupakan cairan kental atau padatan lunak, tidak tembus cahaya yang ditujukan untuk pemakaian luar.

  2. Cold Cream Cold cream

  merupakan emulsi untuk komestik pertama yang tercantum pada literatur. Prinsip emulsi ini adalah kombinasi antara lilin alami dan minyak sayur (beeswax tradisional dan minyak zaitun). Sesuai dengan perubahan zaman, minyak mineral menggantikan minyak sayur yang kurang stabil. Dengan penambahan borax ke dalam formula meningkatkan kestabilan emulsi akibat reaksinya dengan asam lemak dalam lilin alam yang menghasilkan sabun sodium palmitat yang merupakan emulgator in situ (Wilkinson, 1982).

E. Surfaktan

  Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugus hidrofil dan lipofil sekaligus dalam molekulnya. Zat ini akan berada di permukaan cairan atau antar muka dua cairan dengan cara teradsorbsi. Pada antar muka udara/air, rantai-rantai lipofilik diarahkan ke atas masuk dalam udara, pada antar muka minyak/air mereka bergabung dalam fase minyak, maka molekul-molekul surfaktan membentuk suatu jembatan antar fase polar dan fase non polar yang menyebabkan terjadinya transisi antara kedua fase tersebut lebih baik. Untuk membuat agar surfaktan terkonsentrasi pada antar muka, maka surfaktan harus seimbang, dengan pengertian gugus-gugus yang larut dalam air harus seimbang dengan gugus-gugus yang larut dalam minyak. Jika molekulnya terlalu besar dan bersifat hidrofilik, maka ia akan tetap berada pada fase air. Sebaliknya, jika molekulnya terlalu bersifat lipofilik, maka ia akan melarut sempurna dalam fase minyak dan sedikit muncul pada antar muka (Moechtar, 1989).

  Molekul-molekul surfaktan ditandai dengan adanya dua daerah afinitas larutan yang berbeda yang letaknya berhadapan di dalam molekul atau ion yang sama. Bilamana mereka berada dalam suatu medium cair pada konsentrasi rendah, surfaktan tersebut akan terpisah dan berukuran di bawah ukuran koloidal (Sub- koloidal). Jika konsentrasinya dinaikkan, terjadi agregasi pada jarak konsentrasi yang sempit. Agregat-agregat yang terjadi mengandung 50 atau lebih monomer yang disebut misel. Karena diameter tiap misel berukuran kurang dari 50Å, maka misel-misel tersebut ukurannya terletak dalam jarak ukuran koloidal. Konsentrasi misel terbentuk dinamakan konsentrasi misel kritik (KMK) (Moechtar, 1989).

  Menurut Aulton (1988), surfaktan dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Golongan Anionik, contohnya : sabun, alkil sulfat, tioleil sulfat, sulfosuksinat.

  2. Golongan Kationik, contohnya : alkoksialkilamin, benzalkonium klorida.

  3. Golongan Amfoterik, contohnya : N-alkil asam amino, lesitin.

  4. Golongan Nonionik, contohnya : ester-ester sorbitan, eter alkil/aril polioksietilen.

F. Evaluasi Sifat Fisis dan Stabilitas sediaan Cold Cream

1. Evaluasi Sifat Fisis

a. Viskositas

  Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas maka tahanannya semakin besar.

  Satuan viskositas adalah poise, merupakan shearing force yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1cm/detik antara dua bidang

  2

  cairan yang paralel dimana luas masing-masing adalah 1 cm dan dipisahkan oleh jarak 1 cm (Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1990).

  b. Daya Sebar

  Daya sebar (spreadibility) berkaitan dengan sudut kontak tetesan air atau sediaan semisolid pada substrat dan merupakan parameter dari lubricity, yang berkaitan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan faktor penting karena bertanggung jawab terhadap pemberian dosis yang tepat pada tempat aplikasi, kemudahan dalam aplikasi dan mempengaruhi penerimaan konsumen (Garg et al., 2002). Daya sebar dipengaruhi oleh konsistensi dari formula, kecepatan dan lama pengaplikasian, temperatur permukaan substrat, viskositas, kecepatan penguapan pelarut dan peningkatan viskositas akibat penguapan pelarut tersebut (Garg, et al., 2002).

  c. Tipe Emulsi

  Menurut Voigt (1984), untuk menentukan tipe emulsi terdapat sejumlah cara pengujian yang dapat digunakan, antara lain: 1). Metode Warna

  Beberapa tetes larutan bahan pewarna air (methylen blue) dicampurkan ke dalam contoh sediaan emulsi. Jika warna sediaan biru merata pada medium dispers, maka emulsi yang diuji bertipe m/a. Sampel dapat diuji dengan beberapa tetes larutan sudan III dalam minyak. Hasil warna oranye merata pada medium dispers hanya akan terjadi pada emulsi a/m.

  2). Metode pengenceran Metode ini berdasar atas adanya kenyataan bahwa fase luar emulsi dapat diencerkan. Jika ke dalam sampel ditambahkan air, dan setelah pengocokan atau pengadukan diperoleh kembali sediaan yang homogen, maka emulsi bertipe m/a. Jika sampel dicampur minyak, maka hal ini akan menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan diperoleh hasil yang sebaliknya.

  3). Pengukuran Daya Hantar Identitas tipe emulsi yang paling meyakinkan dapat dihasilkan melalui pengujian daya hantar. Jika dua kawat yang dihubungkan dengan baterai lampu senter dicelupkan ke dalam sampel emulsi, maka hanya emulsi m/a yang akan terjadi simpangan pada miliamperemeter. Hanya air sebagai fase luar yang dapat memberikan aliran listrik.

2. Stabilitas Sediaan

a. Analisis Ukuran Droplet

  Jika diameter rata-rata droplet bertambah dalam waktu tertentu, diasumsikan terjadi coalescence. Pemeriksaan secara mikroskopik atau menghitung diameter droplet secara elektronik seperti dengan coulter

  counter atau pengukuran laser difraksi suatu sediaan dalam waktu penyimpanan banyak digunakan (Aulton, 1988).

  b. Stabilitas fase emulsi

  Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan tingkat creaming yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 1988)

  c. Pergeseran viskositas

  Viskositas merupakan parameter reologi yang penting dalam sediaan semisolid. Peningkatan viskositas dapat meningkatkan waktu retensi sediaan pada kulit (Garg et al., 2002). Creaming pada sediaan semisolid akan mempengaruhi pergeseran viskositas sediaan (Sinko, 2006).

G. Bahan – Bahan

1. Span 80

  Span 80 adalah campuran ester sorbital dengan satu mol anhidrida asam oleat. Pemerian : cairan kental seperti minyak dengan bau khas, berwarna kuning muda sampai kecoklatan (Reynolds dan James, 1996). Span 80 larut pada minyak dan tidak larut pada air.

  

Gambar 2. Struktur Span 80 (www.chemblink.com)

2. Tween 80

  Tween 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.

  Pemerian : cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga coklat tua, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat (Anonim, 1995).

  H 2 O C H C 17 33 CH CH O 2 H 2 HOH C 2 (COCH ) C O CH CH 2 6 CH O O CH 2 HOH C (COCH ) CH 2 2 6 2 (CH OCH ) HOH C 2 2 6 2 Gambar 3. Struktur Tween 80

3. Lanolin

  Lanolin disebut juga sebagai adeps lanae atau lemak bulu domba adalah zat serupa dengan lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linné (Familia Bovidae) yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. Pemerian lanolin adalah massa seperti lemak, lengket, warna kuning, dan memiliki bau khas (Anonim,1995). Lanolin memiliki

  o titik leleh 36-42 C (Collet, 1990).

  4. Beeswax

  Komponen utama beeswax adalah myricyl palmitate, suatu ester dari alkohol rantai panjang. Selain itu beeswax juga mengandung sedikit ester dari kolesterol dan asam serotik bebas yang dapat digunakan untuk membentuk sabun.

  Beeswax

  bukan merupakan emulgator yang baik namun senyawa ini berguna sebagai stabilisator dari krim A/M karena beeswax dapat memfasilitasi pencampuran dengan air (Collet, 1990).

  5. Vitamin E

  Vitamin E adalah bentuk dari alfa tokoferol (C

  29 H

  50 O 2 ). Termasuk d-

  atau di-alfa tokoferol (C

29 H

  50 O 2 ), d- atau di-alfa tokoferol asetat (C

  31 H

  52 O 3 ), d-

  atau di-alfa tokoferol asam suksinat (C

  

33 H

  54 O 5 ). Mengandung tidak kurang dari

  96,0% dan tidak lebih dari 102,0% masing-masing C H O , C H O , atau

  29

  50

  2

  31

  52

  3 C

  33 H

  54 O 5 (Anonim, 1995). Alfa tokoferol merupakan bentuk vitamin E yang paling aktif pada manusia. Bentuk ini memiliki aktifitas sebagai antioksidan.

  Bentuk alfa tokoferol asetat merupakan alfa tokoferol yang dilindungi aktifitasnya sebagai antioksidan (Anonim, 2008a).

6. Borax

  • Boraks (borax) mengandung sejumlah Na

  2 B

  4 O 7 yang setara dengan

  tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0% Na

  2 B

  4 O 7 .10H

  2 O. Pemerian

  dari boraks berbentuk hablur transparan tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalcin. Pada kondisi udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk berwarna putih (Anonim, 1995).

H. Desain Faktorial

  Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel babas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan (Bolton, 1997).

  Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level, efek, dan respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi level rendah dan level tinggi (Bolton, 1997).

  Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dikuantitatifkan (Bolton,1990). Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut :

  Y = b + b

  X B .....................................................(1) Y = respon hasil yang diamati.

  1 X A + b

  2 X B + b

  12 X A

  X A , X B = level bagian A dan B, yang nilainya tertentu dari minimal sampai maksimal. b

  1 , b 2 , b 12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan.

  b = rata-rata dari semua percobaan Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat formula

  n

  (2 = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor), yaitu formula (1) A dan B masing-masing pada level rendah, formula (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, formula (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan formula (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi (Bolton, 1997). Desain keempat formula tersebut ditampilkan pada tabel I.

  

Tabel I. Desain formula metode desain faktorial

  Formula Faktor A Faktor B Interaksi

  • (1)
    • a
    • b -

  • ab + Keterangan:

  = level rendah - = level tinggi +

  Formula (1) = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah Formula a = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah Formula b = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi Formula ab = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah

  (Bolton, 1997) Untuk mengetahui besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat diperoleh dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut: a ab 1 b Efek faktor A = ............................................. (2)

  2 b ab 1 a

  Efek faktor B = ............................................. (3)

  2 ab 1 a b

  Efek interaksi = ............................................. (4)

  2 H. Landasan Teori Secara in-vivo senyawa asam oleanolat memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka (Moura-Letts dkk, 2006). Penggunaan senyawa asam oleanolat ini mampu mempercepat proses penyembuhan luka hingga 40% daripada keadaan normal (Jha, 2006).

  Asam oleanolat merupakan suatu triterpenoid saponin yang banyak ditemukan pada tumbuhan dikotil terutama pada famili Caryophyllaceae,

  

Sapindaceae , Polygalaceae, dan Sapotaceae (Evan,2002). Tanaman binahong

  (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) termasuk pada famili Caryophyllaceae dan secara empiris digunakan untuk mempercepat pemulihan luka. Selain asam oleanolat, daun binahong juga mengandung senyawa flavonoid, fenol, maupun saponin yang dapat membantu proses penyembuhan luka.

  Penggunaan tanaman binahong secara tradisional dianggap kurang praktis. Sehingga dalam penelitian ini memilih bentuk sediaan cold cream sebagai alternatif pemanfaatan daun binahong. Bentuk sediaan cold cream dipilih karena mampu memberikan efek dingin. Selain itu, menurut Gennaro (2000) krim merupakan suatu emulsi sehingga efek terapeutik dan daya sebar lebih baik daripada bentuk sediaan liquid yang lain.

  Pada penelitian ini, sediaan cold cream campuran Span 80-Tween 80 digunakan sebagai emulgator. Dalam penelitian ini Span 80 dicampur pada fase minyak dan Tween 80 dicampur pada fase air.

  Sifat fisik dan stabilitas fisik formula dapat dilihat dari formula yang mempunyai viskositas tertentu yang mempunyai konsistensi semi padat pada penyimpanan dan mempunyai daya sebar yang baik sehingga menjamin pemerataan dosis. Oleh karenanya perlu adanya penelitian untuk mengetahui komposisi optimum Span 80-Tween 80 sebagai emulgator, yang menghasilkan formula sediaan cold cream dengan sifat-sifat fisik yang dikehendaki.

I. Hipotesis

  Hipotesis yang hendank diuji dalam penelitian ini adalah diduga ditemukan faktor yang dominan antara Span 80, Tween 80 atau interaksi antara faktor Span 80-Tween 80 dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas sediaan, serta diduga ditemukan area optimum yang menghasilkan sifat fisis dan stabilitas sediaan yang dikehendaki.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat eksploratif dengan metode desain faktorial 2 faktor dan 2 level. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Teknologi Sediaan Semi Solid Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

  a. Variabel bebas

  Sebagai variabel bebas adalah komposisi Span 80 – Tween 80.

  b. Variabel tergantung

  Sebagai variabel tergantung adalah sifat fisis dan stabilitas fisik sediaan cold cream ekstrak daun binahong.

  c. Variabel pengacau terkendali

  Sebagai variabel pengacau terkendali adalah jenis alat yang digunakan dalam penelitian, range kecepatan putaran mikser, lama penyimpanan, wadah penyimpanan dan komposisi bahan lain di luar tween 80 dan span 80 dalam formula.

c. Variabel pengacau tak terkendali

  Sebagai variabel pengacau tak terkendali adalah temperatur dan kelembaban ruangan pada saat penyimpanan cold cream.

2. Definisi Operasional

  a. Sediaan cold cream adalah krim ekstrak daun binahong yang dibuat dari ekstrak daun binahong sesuai dengan formula yang telah ditentukan pada penelitian ini.

  b. Ekstrak daun binahong adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara mengekstraksi daun binahong secara maserasi menggunakan larutan penyari etanol 96 %.

  c. Surfaktan adalah suatu zat yang memiliki gugus hidrofil dan lipofil sekaligus dalam molekulnya.

  d. Faktor adalah setiap besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor yaitu Tween 80 dan Span 80.

  e. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah Tween 80 dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak 1 g sedangkan level tinggi sebanyak 3 g. Level rendah Span 80 dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak 3 g dan level tinggi sebanyak 7 g.

  f. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati.

  Dalam penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisis

  (ukuran partikel, viskositas dan daya sebar) dan stabilitas krim (stabilitas fase emulsi).

  g. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level rendah dan rata-rata respon pada level tinggi.

  h. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisis dan stabilitas krim. i. Superimposed contour plot adalah grafik area pertemuan yang memuat semua arsiran dalam contour plot yang diprediksi sebagai area optimal. j. Daya sebar optimal adalah diameter penyebaran krim dengan nilai

  5

  • – 7 cm pada pengukuran massa krim 1 g yang diberi beban 125 g selama 1 menit.

  k. Viskositas optimal adalah viskositas yang mendukung kemudahan krim diisikan ke dalam wadah, kemudahan dikeluarkan saat penggunaan, dan memilki pemerataan yang baik saat diaplikasikan. Nilai viskositas optimal yang diharapkan pada penelitian ini adalah 70-100 d.Pa.s.

  Stabilitas fase emulsi

  l. adalah persentase volume emulsi yang stabil dibandingkan dengan volume total emulsi dalam tabung berskala pada hari ke- 0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28 dan 30 setelah pembuatan emulsi.

  • – mula (cm)

  

C. Bahan atau Materi Penelitian

  

IC Regulated model ad 01), Viscotester Rion seri VT 04 (RION-JAPAN), Objek

  dan Power Supply

  1 ), waterbath, mixer (Cucina Philips ®

  Japan Under lic.), neraca analiitik (Precise 2000C

  ®

  Alat-alat gelas (Iwaki TE-32 Pirex

  

D. Alat atau Instrument Penelitian

  Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), Virgin Coconut Oil (VCO), Beeswax, Lanolin, Borax, Vitamin E, Span 80, Tween 80, Air, Parfum, Reagen methylen blue, Reagen sudan III

  rata-rata 48 jam setelah pembuatan terhadap viskositas rata-rata 48 jam setelah pembuatan. Nilai pergesaran viskositas optimal yang diharapkan pada penelitian ini kurang dari 10%.

  cold cream setelah penyimpanan selama 1 bulan dengan viskositas

  adalah prosentase selisih viskositas sediaan

  Pergeseran viskositas

  Nilai stabilitas fase emulsi optimal yang diharapkan pada penelitian ini adalah lebih dari 97,5%. l.

  mula

  emulsi

  h h o u

Keterangan : hu = tinggi emulsi stabil (cm)

ho = tinggi

  .......... 1 ...( .......... .......... %......... 100 x

  Stabilitas fase emulsi = )

  • – 2000D

  gelas, Mikroskop

E. Jalannya Penelitian

  1. Ekstraksi

  Daun segar binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) dihaluskan dan dimaserasi dengan etanol 96 % pada suhu kamar dengan bantuan shaker.

  Setelah itu, diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kental daun binahong.

  2. Penyiapan Formulasi

  Formula standar sediaan cold cream (Wilkinson, 1982) R/ Beeswax

  10 Mineral Oil

  20 Lanolin

  3 Borax

  0.7 Hydrogenated Vegetable Oil

  25 Antioxidant

  0.5 Sorbitan stearate

  5 Polysorbate 60

  2 Water

  33.8 Perfume, preservative qs Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula sebagai berikut.

  R/ Beeswax

  30 Parfum

  3

  7 Tween 80

Dokumen yang terkait

Optimasi komposisi emulgator span 60 dan tween 80 terhadap stabilitas fisik sediaan cold cream ekstrak etanol pelepah pisang Ambon Kuning (Musa paradisiaca .L).

0 3 94

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Optimasi formula span 80 dan tween 80 dalam sediaan cold cream ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (ten.) Steenis.) dengan metode desain faktorial.

0 0 104

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial

1 3 118

Optimasi komposisi polysorbate 80 dan gliserin emulsifying agent dalam lotion virgin coconut oil dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 106

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Optimasi formula span 80 dan tween 80 dalam cold cream obat luka ekstrak daun binahong [Anredera cordifolia [Ten.] Steenis.] dengan metode simplex lattice design - USD Repository

0 0 111

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L]O.K] basis carbopol ® 940 dengan aplikasi simplex lattice design - USD Repository

0 0 152

Optimasi formula granul effervescent ekstrak sambiloto [Andrographis paniculata Nees] dengan kombinasi asam sitrat dan sodium karbonat dengan menggunakan metode desain faktorial - USD Repository

0 1 104