SKRIPSI STUDI ASPEK REPRODUKSI SECARA MAKROANATOMI DAN MIKROANATOMI PADA TESTIS IKAN LUNDU (Mystus gulio) YANG DITANGKAP DI PERAIRAN UTARA GRESIK

  SKRIPSI STUDI ASPEK REPRODUKSI SECARA MAKROANATOMI DAN MIKROANATOMI PADA TESTIS IKAN LUNDU (Mystus gulio) YANG DITANGKAP DI PERAIRAN UTARA GRESIK Oleh : EKO AGUS ISNAWAN BLORA – JAWA TENGAH FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Eko Agus Isnawan N I M : 141111071 Tempat, tanggal lahir : Blora, 23 Agustus 1993 Alamat : Jalan Tentara Pelajar Lr.II Nmr.13 Desa Tempelan, Blora,

  Jawa Tengah, Telp./HP 08995718200 Judul Skripsi : Studi Aspek Reproduksi secara Makroanatomi dan

  Mikroanatomi pada Testis Ikan Lundu (Mytus gulio) yang Ditangkap di Perairan Utara Gresik Pembimbing : 1. Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.

  2. Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu). Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Surabaya, 15 Februari 2016 Yang membuat pernyataan, Eko Agus Isnawan NIM. 141111071 ii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STUDI ASPEK REPRODUKSI SECARA MAKROANATOMI DAN MIKROANATOMI PADA TESTIS IKAN LUNDU (Mystus gulio) YANG DITANGKAP DI PERAIRAN UTARA GRESIK

  Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh : EKO AGUS ISNAWAN

  NIM : 141111071 Menyetujui, Komisi

  Pembimbing Pembimbing Utama Pembimbing Serta Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19690621 199703 2 001 iii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STUDI ASPEK REPRODUKSI SECARA MAKROANATOMI DAN MIKROANATOMI PADA TESTIS IKAN LUNDU (Mystus gulio) YANG DITANGKAP DI PERAIRAN UTARA GRESIK

  Oleh :

EKO AGUS ISNAWAN

  NIM. 141111071 Telah diujikan pada Tanggal : 5 Januari 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Anggota : Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.

  Sapto Andriyono, S.Pi., M.T Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi. MP.

  Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Surabaya, 15 Februari 2016 Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan, Dr. Mirni Lamid, drh., M.P.

  NIP.19620116 199203 2 001 iv

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN EKO AGUS ISNAWAN. Studi Aspek Reproduksi secara Makroanatomi dan Mikroanatomi pada Testis Ikan Lundu (Mystus gulio) yang Ditangkap di Perairan Utara Gresik. Dosen Pembimbing Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP., dan Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.

  Ikan lundu (Mystus gulio) adalah salah satu sumberdaya perikanan di Perairan Gresik. Adanya penangkapan berlebih menyebabkan populasi ikan lundu menurun. Ikan lundu betina mendominasi perairan. Ikan lundu jantan mendominasi tangkapan nelayan pada saat musim pemijahan. Populasi ikan lundu jantan terancam berkurang pada saat musim pemijahan.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi yaitu indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad ikan lundu jantan yang ditangkap di Perairan Utara Gresik secara makroanatomi dan mikroanatomi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode pengambilan sampel ikan menggunakan sampling kuota, data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara deskriptif.

  Indeks kematangan gonad ikan lundu jantan dari Perairan Utara Gresik pada Bulan Oktober berkisar 0,68-1,23% yang menunjukan bahwa ikan lundu memijah lebih dari satu kali dalam setahun. Pengamatan tingkat kematangan gonad ikan lundu jantan secara makroanatomi sama dengan mikroanatomi. Gonad ikan lundu jantan di Perairan Ujung Pangkah dan Panceng mengalami perkembangan yang ditandai bahwa gonad berwarna, berisi cairan dan adanya perkembangan sel kelamin jantan. Ikan lundu jantan di Perairan Ujung Pangkah mengalami puncak pemijahan karena ditemukan ikan dengan TKG IV. v

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY EKO AGUS ISNAWAN. Reproductive Aspect Study of Catfish (Mystus gulio) Testes in Macroscopial and Microscopial Way Caught from Northen Waters Gresik. Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi, MP. and Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. as the Academic Advisor Catfish (Mystus gulio) is one of fishery resources in the waters of Gresik.

  The presence of over exploitation cause lundu fish populations decline. The females of lundu fish dominate the waters than males lundu. The males lundu are dominate catch of fisherman during spawning season. Population of males lundu threatened decrease in the spawning season.

  This study aims to determine reproductive aspect of gonad maturity index and gonad maturity level of males lundu fish caught from North Waters Gresik by Microscopial and Macroscopial. This research using descriptive and sampling quota methods, the observed data are presented in the form of table and picture have been descriptive analyzed.

  The gonad maturity index of males catfish from Gresik northen waters in October is 0.68%-1.23% which indicates that catfish spawn more than once a year. Gonad maturity level observation of males lundu fish in microscopial and macroscopial way is same. Gonad of males catfish from Gresik northen waters thrives which is marked that gonad color, filled with fluid and thriving sex cell of males. Males catfish from Ujung Pangkah Waters have final spawn because it is found catfish that has GML IV. vi

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan Skripsi tentang Studi Aspek Reproduksi secara Makroanatomi dan Mikroanatomi pada Testis Ikan Lundu (Mystus gulio) yang Ditangkap di Perairan Utara Gresik. Penyusunan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari bahawa Skripsi ini masih belum sempurna, tetapi penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa perikanan guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

  Surabaya, 12 Desember 2015 Penulis vii

UCAPAN TERIMA KASIH

  Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya 2015-2018.

  2. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh, DEA selaku selaku Mantan Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya 2009-2015.

  3. Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP., selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan Skripsi ini.

  4. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP., Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., dan Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik dalam penyempurnaan Skripsi ini.

  5. Bapak Agustono Ir. M.Kes., selaku koordinator Skripsi.

  6. Bapak Sapto Andriono, S.Pi. MT. selaku Dosen Wali

  7. Kedua orang tua tercinta Eko Sunarwoko dan Darmini serta adik-adikku Dwi Septina Mispa, Tri Novipa Misgi, Catur Aprilian Dihatupa yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan secara moril dan materi.

  8. Teman-teman seperti Dewi Wahyu Ningsih , Chaesar Ade Pradana, Moch Saad dan Julius Hermawan serta angkatan 2011 yang turut memberikan masukan dan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

  9. Semua pihak yang telah membantu sehingga Skripsi ini bisa terselesaikan.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA viii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN .................................................................................................... v SUMMARY ....................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

  I. PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

  1.3 Tujuan .................................................................................................... 4

  1.4 Manfaat .................................................................................................. 4

  II. TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Ikan Lundu (Mystus gulio) ..................................................................... 5

  2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lundu .......................................... 5

  2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Lundu ................................................ 6

  2.1.3 Biologi Ikan Lundu ....................................................................... 7

  2.2 Aspek Reproduksi Ikan Lundu Jantan ................................................... 9

  2.2.1 Aspek Reproduksi secara Makroanatomi ....................................... 9

  A. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan................... 9

  B. Indeks Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan.................... 10 ix

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2.2.1 Aspek Reproduksi secara Mikroanatomi ....................................... 11

  A. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan................... 11

  III. KERANGKA KONSEPTUAL

  3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................. 14

  IV. METODOLOGI

  4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 18

  4.2 Materi Penelitian .................................................................................... 18

  4.2.1 Bahan Penelitian ............................................................................ 18

  4.2.2 Peralatan Penelitian ....................................................................... 18

  4.3 Metode Penelitian ................................................................................... 19

  4.3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 19

  4.3.2 Prosedur Kerja................................................................................ 19

  A. Penentuan Titik Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel ...... 19

  B. Pengambilan Sampel Ikan Lundu Jantan .............................. 20

  C. Analisa Morfometri ............................................................... 21

  D. Pengamatan Gonad ............................................................... 22

  4.3.3 Parameter Penelitian....................................................................... 23

  4.3.4 Analisis Data .................................................................................. 23

  V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Hasil ....................................................................................................... 25

  5.1.1 Lokasi dan Titik Penangkapan Ikan Lundu (Mystus gulio) .......... 25

  5.1.2 Hasil Pengamatan secara Makroanatomi pada Testis Ikan Lundu. 26

  5.1.3 Hasil Pengamatan secara Mikroanatomi pada Testis Ikan Lundu . 29 5. 2 Pembahasan............................................................................................ 32

  VI. SIMPULAN DAN SARAN

  6.1 Simpulan ................................................................................................. 39

  6.2 Saran........................................................................................................ 39 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

  41 LAMPIRAN .......................................................................................................

  46 x

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL Tabel

  Halaman

  1. Klasifikasi TKG ikan lundu jantan secara makroanatomi ........................ 9

  2. Klasifikasi TKG ikan lundu jantan secara mikroanatomi ......................... 12

  3. Hasil pengamatan IKG ikan lundu jantan dari Perairan Ujung Pangkah dan Panceng ............................................................................................. 26

  4. Hasil Pengamatan secara makroanatomi pada testis ikan lundu yang didapat dari Perairan Ujung Pangkah dan Panceng ................................. 27

  5. Hasil Pengamatan secara mikroanatomi pada testis ikan lundu yang didapat dari Perairan Ujung Pangkah dan Panceng ................................. 29

  6. Perbandingan hasil pengamatan makroanatomi dan mikroanatomi testis ikan lundu dari Perairan Ujung Pangkah ............................................... 31

  7. Perbandingan hasil pengamatan makroanatomi dan mikroanatomi testis ikan lundu dari Perairan Panceng............................................................ 31 xi

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar

  Halaman

  1. Ikan lundu Mystus gulio .......................................................................... 5

  2. Gonad ikan Mystus jantan secara makroskopis........................................ 10

  3. Preparat histologi gonad ikan lundu jantan .............................................. 12

  4. Kerangka konseptual penelitian ............................................................... 17

  5. Jaring gill net ........................................................................................... 21

  6. Diagram alir penelitian ............................................................................ 24

  7. Variasi penampakan testis ikan lundu yang didapat dari Perairan Ujung Pangkah dan Panceng....................................................................

  28

  8. Variasi penampakan histologi testis ikan lundu yang didapat dari Perairan Ujung Pangkah dan Perairan Panceng .......................................

  30 xii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

  Halaman

  1. Perbedaan Ikan lundu jantan dan betina .................................................. 46

  2. Langkah-langkah pembuatan buffer formalin 4% ................................... 47

  3. Langkah-langkah pembuatan preparat mikroanatomi.............................. 48

  4. Peta Titik Koordinat Pengambilan Sampel Ikan Perairan Ujung Pangkah dan Panceng Gresik ................................................................... 50

  5. Faktor eksternal saat penangkapan ikan lundu di Perairan Laut Ujung Pangkah dan Panceng .............................................................................. 52

  6. Hasil pengukuran ikan lundu jantan secara morfometri yang didapat dari Perairan Ujung Pangkah dan Panceng ............................................. 54

  7. Jumlah ikan lundu yang didapat dan morfologi ikan lundu ..................... 55 xiii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.1 Latar Belakang

  Kontribusi perikanan tangkap di Kabupaten Gresik cukup besar di Provinsi Jawa Timur, dikarenakan hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah laut yang meliputi Kecamatan Ujung Pangkah, Panceng, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik, Kebomas. Penurunan produksi ikan terjadi di Kecamatan Ujung Pangkah dan Panceng yaitu 3.401,18 ton pada tahun 1999 menjadi 2.121,38 ton pada tahun 2003. Hal ini disebabkan oleh daya dukung lingkungan perairan Laut Gresik yang terlampaui (Prasita dkk., 2008). Istiana (2013) menambahkan bahwa adanya penangkapan berlebih di Perairan Ujung Pangkah mengganggu ekosistem biota laut dan menyebabkan penurunan populasi ikan.

  Salah satu sumberdaya perikanan di Perairan Ujung Pangkah adalah ikan lundu (Mystus gulio) yang tidak bersifat musiman dan tersedia sepanjang tahun.

  Ikan lundu dapat dijadikan sebagai komoditas alternatif untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan peningkatan ekonomi masyarakat nelayan (Siswanto, 2000).

  Toan et al. (2012) juga menambahkan bahwa ikan lundu adalah spesies ikan yang dagingnya lezat dengan produksi penangkapan tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat miskin.

  Jumlah nelayan dan kapal penangkap ikan yang semakin banyak akan mengakibatkan terjadinya penangkapan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan populasi ikan menurun, salah satunya adalah ikan lundu. Populasi ikan lundu di Perairan Ujung Pangkah berkurang dari bulan November 2000 sampai Januari

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2001 yaitu pada bulan November tertangkap 30 ekor, Desember 5 ekor, dan Januari 3 ekor (Hamzah, 2002). Hasil tangkapan ikan lundu di Indonesia menurun pada tahun 2001 sebesar 568.594 ton dan tahun 2002 sebesar 528.804 ton bersama ikan lainnya (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2011).

  Ikan lundu betina mempunyai pertumbuhan yang lebih lambat daripada ikan lundu jantan dan mempunyai daya bertahan hidup yang lebih kuat daripada ikan lundu jantan (Siswanto, 2000). Hal tersebut didukung oleh Wujdi dkk. (2013) yang menyatakan bahwa ikan yang mengalami pertumbuhan lebih lambat maka ikan mengalami penuaan yang lebih lama dan ikan tidak cepat mati. Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak difokuskan pada ikan lundu betina.

  Siswanto (2000) menyatakan bahwa ikan lundu betina lebih mendominasi Perairan Ujung Pangkah dengan persentase 45% ikan lundu jantan dan 55% ikan lundu betina yang ditangkap selama satu tahun. Hal tersebut berlawanan dengan hasil survey langsung pada September 2014 ditemukan bahwa ikan lundu yang tertangkap oleh nelayan di Perairan Ujung Pangkah dan Panceng kebanyakan jantan dengan persentase 67% ikan lundu jantan dan 33% ikan lundu betina. Hal ini dijawab oleh Eggert (1930) dalam Raj and Kottur (1961) yang menyatakan bahwa ikan lundu betina membawa telur yang telah dibuahi di kulit ventral dan bersembunyi di sarang. Populasi ikan lundu jantan terancam berkurang pada saat musim pemijahan maka dibutuhkan penelitian tentang aspek reproduksi ikan lundu jantan (Hossain et al., 2015).

  Penelitian tentang aspek reproduksi ikan lundu jantan digunakan sebagai upaya untuk membantu domestikasi dan konservasi (Andamari dkk., 2012).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3 Domestikasi adalah suatu cara pengadopsian hewan dalam suatu populasi yang terancam kelestariannya dari kehidupan liar ke lingkungan budidaya (Anggoro dkk., 2013). Konservasi adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya hewan untuk menjamin ketersediaannya dalam waktu sekarang dan masa datang (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

  Aspek reproduksi ikan meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan fekunditas (Effendie, 1997).

  Penelitian ini hanya membahas TKG dan IKG, karena ikan yang diteliti adalah ikan lundu jantan. TKG dan IKG berfungsi untuk mengukur aktifitas gonad. TKG merupakan tahapan-tahapan perkembangan gonad yang dikualitatifkan sedangkan

  IKG merupakan perubahan gonad yang dikuantitatifkan. TKG dan IKG diperlukan untuk mengetahui aspek biologi ikan seperti ukuran atau umur ikan, waktu pemijahan dan intensitas pemijahan selama satu tahun (Effendie, 1997). Sifaillah (2014) menambahkan bahwa diperlukan penelitian mengenai testis ikan untuk memperoleh pengetahuan dalam aspek reproduksi, karena testis merupakan organ terpenting dalam perkembangbiakan.

  Studi tentang perkembangan gonad ikan membutuhkan pengamatan makroanatomi dan mikroanatomi. Pengamatan makroanatomi merupakan pengamatan dengan mata telanjang. Pengamatan mikroanatomi merupakan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Hasil dari pengamatan makroanatomi dibandingkan dengan pengamatan mikroanatomi untuk memperoleh data yang akurat (Priyadharsani et al., 2013).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek reproduksi secara makroanatomi dan mikroanatomi pada testis ikan lundu yang ditangkap di Perairan Utara Gresik.

  1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimana aspek reproduksi yaitu indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad ikan lundu jantan yang ditangkap di Perairan Utara Gresik secara makroanatomi dan mikroanatomi.

  1.3 Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi yaitu indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad ikan lundu jantan yang ditangkap di Perairan Utara Gresik secara makroanatomi dan mikroanatomi.

  1.4 Manfaat

  Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai aspek reproduksi ikan lundu yang hidup di Perairan Utara Gresik. Informasi ini diharapkan sebagai data awal penelitian dalam upaya domestikasi dan konservasi ikan lundu.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lundu (Mystus gulio)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lundu

  Ikan lundu diklasifikasikan sebagai berikut (World Register of Marine Spesies , 2008).

  Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Siluriformes Famili : Bagridae Genus : Mystus Spesies : Mystus gulio (Hamilton, 1822), Macrones gulio (Hamilton,

  1822) Ikan Mystus gulio sering juga disebut ikan lundu. Ikan lundu memiliki bentuk tubuh dengan posisi mulut subterminal, linea lateralis lurus, sirip lemak berukuran relatif kecil dan lebih pendek dari sirip anal dan terdapat bintik-bintik kecil di atas kepala. Jari-jari sirip punggung ikan lundu bergerigi sedangkan sirip dada bergerigi tajam (Bhagawati dkk., 2012). Morfologi Ikan lundu disajikan pada Gambar 1.

  d e f a g b h c i

  Gambar 1. Ikan lundu (Mystus gulio)

  Keterangan: a = mata, b = sirip dada, c = maksila, d = sirip punggung, e = sirip lemak, f = sirip ekor, g = linea lateralis, h = sirip anal, i = sirip perut Sumber : All Catfish Species Inventory (2004)

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Ikan lundu memiliki tubuh memanjang dengan permukaan kepala kasar, tidak mempunyai sisik tetapi dilapisi oleh lendir yang tebal dan licin. Ikan lundu mempunyai empat pasang sungut yaitu satu pasang sungut pada maksila memanjang sampai belakang kepala, satu pasang sungut pada intermaksila agak pendek dan dua pasang sungut pada rahang bawah adalah yang terpendek. Warna tubuh ikan lundu bagian atas hijau kebiru-biruan, sedangkan bagian bawah tubuh berwarna keperak-perakan (Siswanto, 2000).

  Karakter morfometri ikan lundu yaitu panjang total tubuh 9,3-16,4 cm, panjang standar 11,2-11,8 cm, panjang kepala 3,2-3,6 cm, tinggi tubuh 2,4-2,7 cm dan lebar tubuh 2,2-2,3 cm. Ikan lundu mempunyai panjang sirip punggung 1,2-1,3 cm, panjang sirip dada 2,3-2,4 cm, panjang sirip perut 1,6-1,8 cm dan panjang sirip anal 2,0-2,1 cm. Ikan lundu juga mempunyai jumlah jari-jari sirip dorsal D.I.7-D.I.8, ventral V.I.6, pectoral P.I.8, caudal C.I.20 dan anal A.I.10-A.I.11 (Bhagawati dkk., 2013). Siswanto (2000) menambahkan ukuran tubuh ikan lundu jantan di perairan Ujung Pangkah yaitu 5,9-17 cm. Daniels et al.

  (2007) juga menambahkan bahwa ikan lundu mempunyai panjang tubuh ukuran maksimal mencapai 40 cm.

2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Lundu

  Ikan lundu sering ditemukan di perairan berlumpur air payau, sering beristirahat di antara batu atau puing-puing. Ikan lundu dewasa dan ikan lundu muda mempunyai wilayah teritorial. Distribusi ikan lundu meliputi air tawar, muara, rawa pasang surut, air payau dan laut serta ikan yang berada di perairan payau berukuran lebih besar daripada di perairan tawar (Daniels et al., 2007).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Weber and de Beaufort (1965) dalam Kamal (2000) juga menambahkan bahwa penyebaran ikan lundu meliputi daerah Jawa (Jakarta, Banten, Cirebon, Surabaya, Gresik, Pasuruan), Madura, Sumatra (Padang, Palembang), Banjarmasin, Pinang, Malaka, Burma, India dan Srilangka.

2.1.3 Biologi Ikan Lundu Ikan lundu tergolong omnivora atau ikan pemakan segala jenis makanan.

  Ikan lundu tergolong ikan demersal yang aktif mencari makan di siang hari. Ikan lundu tergolong euryhaline yaitu hidup dikisaran salinitas 3-30 ppt (Kamal, 2000).

  Ikan lundu merupakan ikan dengan tipe sexual dimorphism yaitu adanya perbedaan jenis kelamin antara jantan dan betina (Begum et al., 2008). Sanusi (2000) menambahkan bahwa ikan lundu tidak bersifat musimam dan ada sepanjang tahun. Ikan lundu jantan mengalami puncak keberadaan tertinggi di perairan pada bulan Oktober.

  Ikan lundu termasuk ovipar dan ikan yang memijah bagian demi bagian (partial spawner) di perairan payau atau mangrove. Pada TKG III, IV, V memiliki dua puncak penyebaran diameter telur. Pada puncaknya telur–telur akan dikeluarkan pertama kali saat memijah dan kemudian akan disusul dengan pemijahan berikutnya, yaitu telur-telur yang berada pada puncaknya pada waktu tertentu. Musim pemijahan ikan lundu berlangsung selama musim penghujan yaitu bulan Oktober sampai dengan Februari dan puncak pemijahan terjadi pada bulan November. Fekunditas ikan lundu termasuk kategori sedang yaitu sekitar 3.894 telur dengan diameter telur 0,15-0,95 mm dan telur bersifat adhesive (Sanusi, 2000).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Ikan lundu betina mengerami telurnya yaitu memiliki kebiasaan membawa telur dalam lipatan kulit ventral. Kulit ventral ikan lundu betina tebal, banyak lipatan, abdomen menonjol dan sel-sel mukosa tidak ada. Selama musim pemijahan, kulit ventral ikan lundu betina menjadi sangat bengkak seperti spons lembut. Begitu telur telah diekstrusi dan dibuahi, ikan lundu betina berbaring di atas telur dan menekan telur ke dalam jaringan lunak. Setiap telur menjadi melekat pada kulit ventral sampai menetas. Telur menetas menjadi larva ikan lundu yang berukuran 3 mm dan larva ikan lundu dijaga oleh ikan lundu betina di dalam sarang (Eggert, 1930 dalam Raj and Kottur, 1961).

  Testis adalah sepasang organ yang diperkuat oleh polip dari dinding perut punggung yang mempunyai fungsi sebagai penghasil spermatogonia dan hormon androgen (Hidayat, 2008). Testis pada saat embrio merupakan perkembangan dari sel germ bagian medula yang berbentuk seperti garis (Arfah dan Charman, 2000).

  Testis ikan lundu berbentuk lonjong dan berwarna putih kemerah-merahan atau putih susu (Sanusi,2000).

  Ikan lundu merupakan teleostei. Ikan teleostei mempunyai testis lobular (Fujaya, 2008). Testis ikan lundu muda biasanya terdapat sel spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Sanusi, 2000). Testis terdiri dari tubuli seminiferi, sel stroma, dan sel leydig. Epithel dari tubuli seminiferi adalah sel germ yang akan menjadi spermatozoa dan sel sertoli yang akan memberi makan spermatozoa. Sel stroma berfungsi sebagai pengikat di luar tubulus seminiferus. Sel leydig memproduksi hormone testosteron (Pergiwa, 2003 dalam Hidayat, 2008).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2 Aspek Reproduksi Ikan Lundu Jantan

2.2.1 Aspek Reproduksi secara Makroanataomi

A. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan

  Klasifikasi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan lundu jantan secara makroanatomi menurut Gupta and Banerjee (2013), Sanusi (2000) dan Omposungu et al., (2014) dapat dilihat pada Tabel 1. TKG I, II, III dan IV secara makroskopis dilihat pada Gambar 2.

  Tabel 1. Klasifikasi TKG ikan lundu jantan secara makroanatomi TKG

  Sanusi (2000) Omposungu et al., (2014) Testis seperti benang, pendek, Testis transparan, jernih, berukuran

  I jernih dan ujungnya terlihat di sangat kecil, berwarna keputihan.

  Immature rongga tubuh.

  Ukuran testis lebih besar Bentuk testis serabut agak tebal,

  II tampak bergerigi, warna putih warna putih susu, ukuran testis

  Maturing seperti susu, bentuk lebih jelas lebih besar dari TKG 1.

  dari tingkat 1. Permukaan testis bergerigi, Ukuran testis semakin membesar,

  III warna semakin putih, testis tampak lebih jelas, bentuk testis

  Mature semakin besar. kurang pejal, warna lebih putih.

  Lebih jelas dan lebih besar dari Bentuk testis semakin pejal, berada

  IV tingkat III. pada ukuran maksimum, warna Ripe testis lebih putih dari TKG III.

  V Testis transparan, lembek dan Testis berukuran kecil di bagian Spent bagian belakang kempis. belakang.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

A B C D

  Gambar 2. Gonad ikan Mystus jantan secara makroskopis

  Keterangan: A = TKG I, B = TKG II, C = TKG III, D = TKG IV Sumber : Omposungu et al. (2014)

  Ukuran pertama kali ikan lundu jantan matang gonad sebesar 11,3 cm. Ikan lundu jantan cenderung mengalami kematangan gonad pada ukuran yang lebih pendek dari pada ikan betina. Hal ini disebabkan oleh parameter pertumbuhan yang berbeda sehingga dalam suatu kelas umur dapat terjadi perbedaan saat pertama kali matang gonad (Sanusi, 2000). Sheima (2011) menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar seperti suhu dan arus sedangkan faktor dalam seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran, dan sifat fisiologis ikan yaitu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.

B. Indeks Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan

  Pemijahan terjadi sebelum ukuran gonad bertambah besar dalam proses reproduksi. Berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Perubahan yang terjadi dalam gonad tersebut secara kuantitatif dapat dinyatakan

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  dalam suatu indeks yang dinamakan indeks kematangan gonad (IKG) dimana menunjukan perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan yang dinyatakan dalam persen (Effendie, 1997).

  IKG meningkat sejalan perkembangan gonad dan menurun kembali setelah ikan memijah (Tampubulon dkk., 2002). Pertambahan TKG berbanding lurus dengan pertambahan IKG (Jabarsyah dkk., 2006). Sanusi (2000) menambahkan bahwa IKG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur perubahan testis dan Nilai IKG ikan lundu jantan yaitu antara 0,53-1,40%. IKG ikan lundu jantan lebih kecil dibanding IKG ikan lundu betina, semakin tinggi nilai IKG berarti gonad semakin matang.

2.2.2 Aspek Reproduksi secara Mikroanataomi

A. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lundu Jantan

  Spermatogenesis adalah perkembangan gamet jantan melalui dua tahap, yaitu spermatositogenesis dan spermiogenesis. Spermatasitogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid. Spermiogenesis adalah metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa (Billard, 1992 dalam Faizah, 2010).

  Klasifikasi TKG ikan lundu jantan secara mikroanatami menurut Sanusi (2000) yaitu sel yang terlihat di tubulus seminiferus pada perbesaran 100 kali dan Billard (1992) dalam Faizah (2010) yaitu proses yang terjadi di tahapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. TKG I, II, III, IV secara mikroskopis dilihat pada Gambar 3.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Tabel 2. Klasifikasi TKG ikan lundu jantan secara mikroanatomi TKG Sanusi (2000) Billard (1992) dalam Faizah (2010)

  I Ada Spermatogonia primer membelah secara mitosis spermatogonium menjadi spermatogonia sekunder (awal spermatositogenesis).

  II Ada spermatosit Spermatononia sekunder membentuk spermatosit primer, kemudian membelah secara miosis I menjadi spermatosit sekunder (spermatositogenesis).

  III Ada spermatid Spematosit sekunder membelah secara miosis II menjadi spermatid (akhir spermatositogenesis).

  IV Ada spermatozoa Spermatid berkembang menjadi spermatozoa melalui proses spermiogenesis.

  V Ada Sel kista luluh dan melepaskan spermatozoa, serta spermatogonium berisi spermatogonium primer (akhir dan spermatosit spermiogenesis).

  A B C D E

  Gambar 3. Preparat histologi gonad ikan lundu jantan

  Keterangan: A = TKG I, B = TKG II, C = TKG III, D = TKG IV, E = TKG V, SG = Spermatogonium, SP = Spermatosit, ST = Spermatid, SPZ = Spermatozoa Sumber : Sanusi (2000)

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Spermatogenesis ikan Mystus terdapat lima tahap. Tahap I, spermatogonium mempunyai inti, berbentuk bulat dan berukuran 10-12 μm.

  Tahap II, spermatosit primer berinti dan mempunyai sitoplasma serta berukuran 8-

  10 μm. Tahap III, spermatosit sekunder hampir tidak memperlihatkan sitoplasma, inti tebal dan berukuran 5-7

  μm. Tahap IV, spermatid berinti sangat kental dan berukuran 2,5-3 μm. Tahap V, spermatozoa berada di posisi tengah lumen tubulus, disekitarnya terdapat sel leydig dan berukuran 1,5-2

  μm (Chatterjee and Cakrabarti, 2014).

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

  Produksi perikanan tangkap Laut Gresik pada tahun 2007 mencapai 22.503,97 ton, namun tahun 2008 turun menjadi 14.079,33 ton. Penurunan produksi ini disebabkan adanya tangkapan berlebih dan tidak bertanggung jawab (Kompas, 2009). Hamzah (2002) menambahkan bahwa populasi ikan lundu di Perairan Ujung Pangkah berkurang yaitu pada bulan November 2000 tertangkap 30 ekor, Desember 2000 tertangkap 5 ekor, dan Januari 2001 tertangkap 3 ekor, karena kegiatan penangkapan secara intensif (Hamzah, 2002).

  Ikan lundu betina mempunyai pertumbuhan yang lebih lambat daripada ikan lundu jantan dan mempunyai daya bertahan hidup yang lebih kuat daripada ikan lundu jantan (Siswanto, 2000). Hal tersebut didukung oleh Wujdi dkk. (2013) yang menyatakan bahwa ikan yang mengalami pertumbuhan lebih lambat maka ikan mengalami penuaan yang lebih lama dan ikan tidak cepat mati. Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak difokuskan pada ikan lundu betina.

  Siswanto (2000) menyatakan bahwa ikan lundu betina lebih mendominasi Perairan Ujung Pangkah dengan persentase 45% ikan lundu jantan dan 55% ikan lundu betina yang ditangkap selama satu tahun. Hal tersebut berlawanan dengan hasil survey langsung pada September 2014 ditemukan bahwa ikan lundu yang tertangkap oleh nelayan di Perairan Ujung Pangkah dan Panceng kebanyakan jantan dengan persentase 67% ikan lundu jantan dan 33% ikan lundu betina.

  Peristiwa tersebut dijawab oleh Eggert (1930) dalam Raj and Kottur (1961) yang menyatakan bahwa ikan lundu betina membawa telur yang

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  telah dibuahi di kulit ventral dan bersembunyi di sarang. Populasi ikan lundu jantan terancam berkurang pada saat musim pemijahan, maka dibutuhkan penelitian tentang aspek reproduksi (Hossain et al., 2015) Penelitian tentang aspek reproduksi ikan lundu jantan digunakan sebagai upaya untuk membantu domestikasi dan konservasi (Andamari dkk., 2012).

  Aspek reproduksi ikan meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan fekunditas. TKG dan IKG berfungsi untuk mengukur aktifitas gonad dan diperlukan untuk mengetahui aspek biologi ikan seperti ukuran atau umur ikan, waktu pemijahan dan intensitas pemijahan selama satu tahun (Effendie, 1997). Penelitian ini hanya membahas TKG dan

  IKG, karena ikan yang diteliti adalah ikan lundu jantan.

  Adanya penurunan pada tingkat spesies ikan jantan genus Mystus membutuhkan upaya domestikasi, sehingga populasi ikan jantan akan bertambah (Hadisusanto dkk., 2011). Sanusi (2000) juga menambahkan bahwa ikan jantan dari genus Mystus yaitu ikan lundu (Mystus gulio) membutuhkan upaya konservasi sebagai informasi untuk mencegah penurunan polulasi ikan lundu jantan di Perairan Gresik.

  Penelitian mengenai aspek reproduksi ikan seperti tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad merupakan informasi yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya ikan (Sulistiono dkk., 2011). Sifaillah (2014) menambahkan bahwa testis merupakan organ terpenting untuk perkembangbiakan. Oleh karena itu penelitian mengenai

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 histologi testis ikan diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dalam aspek reproduksi.

  Studi tentang perkembangan gonad ikan membutuhkan pengamatan makroanatomi dan mikroanatomi. Pengamatan makroanatomi merupakan pengamatan dengan mata telanjang. Pengamatan mikroanatomi merupakan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Hasil dari pengamatan makroanatomi dibandingkan dengan pengamatan mikroanatomi untuk memperoleh data yang akurat (Priyadharsani et al., 2013). Data yang akurat disini adalah kesamaan tingkat kematangan gonad secara makroanatomi dan mikroanatomi.

  Silva et al. (2011) juga berpendapat bahwa tahap perkembangan testis ikan dapat digambarkan melalui pengamatan makroanatomi dan mikroanataomi.

  Pengamatan makroanatomi dilakukan berdasarkan bentuk dan warna. Pengamatan mikroanatomi melalui analisis preparat histologi.

  Berdasarkan uraian diatas dibutuhkan penelitian mengenai studi aspek reproduksi secara makroanatomi dan mikroanatomi pada testis ikan lundu (Mystus

  gulio ) yang ditangkap di Perairan Utara Gresik. Penelitian ini diharapkan dapat

  digunakan sebagai data awal dalam upaya pengembangan domestikasi dan konservasi ikan lundu jantan.

  Terancamnya Populasi Ikan Lundu (Mystus gulio) Jantan pada saat Musim Pemijahan Faktor Manusia

  (Over Eksploitasi) Faktor Lingkungan

  (Bencana Alam) Faktor Biologis

  (Kebiasaan Pemijahan) Studi Aspek Reproduksi

  Gonad Ovarium Testis

  Mikroanatomi Makroanatomi

  Tahap Perkembangan Gonad (Histologi) Nisbah

  Kelamin Tingkat Kematangan Gonad bentuk,warna Indeks

  Kematangan Gonad Fekunditas

  • Tahap I Awal Spermasitogenesis * Tahap II Spermasitogenesis * Tahap III Akhir Spermasitogenesais * Tahap IV Spermiogenesis * Tahap V Akhir Spermiogenesis * Tahap I Immature * Tahap II Maturing * Tahap III Mature * Tahap IV Ripe * Tahap V Spent

  Data awal dalam upaya pengembangan domestikasi dan konservasi Gambar 4. Kerangka konseptual penelitian

  Keterangan : = Diteliti = Tidak Diteliti ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IV METODOLOGI

  4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September (survey pendahuluan), Oktober (penangkapan ikan), November (pengamatan) 2014. Sampel ikan lundu jantan (Mystus gulio) diperoleh dari hasil tangkapan di Laut Utara Jawa (Kabupaten Gresik) yaitu Perairan Ujung Pangkah dan Panceng. Proses pembuatan preparat histologi akan dilakukan di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Pengamatan secara makroanatomi (bentuk dan warna) dan mikroanatomi (histologi) akan dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Bahan Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel ikan lundu jantan, es batu, air tawar, aquades dan buffer formalin 4%.

  4.2.2 Peralatan Penelitian

  Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapal, jaring gill net (panjang 200 m, lebar 3 m dan lebar mata jaring 2,25 cm), cool box, freezer, alat- alat bedah (gunting, pinset dan skapel), penggaris, timbangan analitik, timbangan digital, perahu, mikroskop, kantong plastik 5 kg, kertas label, kamera, global positioning sytem (GPS) HP, plastik, tisue, buku dan bulpoin.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.3 Metode Penelitian

  4.3.1 Rancangan Penelitian

Dokumen yang terkait

PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN MALUKU UTARA [Growth and reproduction of mackerel scads, Decapterus macarellus (Cuvier, 1833) in North Moluccas waters]

0 0 12

KARAKTERISASI REPRODUKSI DAN MORFOMETRIK IKAN BATAK DARI DUA LOKASI (SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT)

0 0 7

STUDI KOMPARASI KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN HARANGGAOL, DANAU TOBA, SUMATERA UTARA SKRIPSI

0 0 11

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 16

SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 1 74

SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) YANG BERPOTENSI SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 48

SKRIPSI STUDI ASPEK REPRODUKSI SECARA MAKROANATOMI DAN MIKROANATOMI PADA IKAN KURO (Eleutheronema tetradactylum) YANG DITANGKAP DI PERAIRAN LAUT GRESIK, JAWA TIMUR

0 0 17

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN RETENSI PROTEIN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 72

TEKNIK PEMBESARAN IKAN BAWAL (Colossomamacropomum) SECARA MONOKULTUR PADA KOLAM SEMI INTENSIF DI BALAI BENIH IKAN PURI - MOJOKERTO LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 62

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI JAMUR PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI PASAR MODERN SURABAYA SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 2 59