SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH : Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung.

(1)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA

BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Gina Nurtya Lestari 1001392

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA

BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)

Oleh:

GINA NURTYA LESTARI 1001392

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Gina Nurtya Lestari 2014

Universitas Pendidikan Indonesia 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya maupun sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

GINA NURTYA LESTARI 1001392

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA

BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

(Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing II

Dra. Hj. Dartim Nan Sati NIP 13051477600

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP 19630820 198803 1 001

Pembimbing I

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si. NIP 19620102 198608 2 001


(4)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

GINA NURTYA LESTARI (1001392). SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER

SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH. (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung).

Keluarga Broken Home adalah keluarga yang tidak mampu menjalankan fungsi dan perannya sebagai suatu keluarga yang baik dan harmonis. Dampak dari kondisi keluarga seperti itu akan membentuk dan menumbuh kembangkan karakter anak yang cenderung kurang baik. Kasus keluarga Broken Home ini sering ditemui disekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru. Maka dari itu untuk meminimalisir perilaku salahsuai dan mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa dari kalangan keluarga Broken Home harus diberikan pendidikan karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Karakter sikap hormat dan tanggung jawab merupakan dua aspek yang utama dalam perkembangan karakter anak. Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah; faktor apa saja yang dapat membentuk kedua karakter tersebut;bagaimana pengamalannya dalam interkasi sosial di sekolah; serta, Bagaimana upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini diantaranya: Koordinator guru BK, guru PKn, wali kelas, siswa Broken Home yang dipilih secara acak, serta orang tua siswa Broken Home.

Hasil penelitian menemukan bahwa: 1. Siswa Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab. 2. Faktor yang dapat membentuk dan mempengaruhi perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab adalah faktor lingkungan dan pendidikan. 3. Siswa Broken Home belum mampu mengamalkan kedua karakter utama tersebut dengan baik dan benar. Seperti halnya, mereka mampu mengamalkan karakter sikap hormat, akan tetapi belum mampu mengamalkan karakter sikap tanggung jawab,begitu pula sebaliknya. 4. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam hal membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah adalah dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan secara rutin. Selain itu, pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan pihak orangtua. Pihak sekolah dan orang tua harus secara bersama-sama dalam hal mendidik, membimbing, membina, memperhatikan, mengawasi, serta menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab.

Pada dasarnya perkembangan karakter siswa tergantung kepada pola asuh yang diterpakan oleh orang tua dirumah. Idealnya Bagaimana pun keadaan atau kondisi keluarga yang sedang dihadapi, orang tua harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sebagai seorang ayah dan ibu yang harus selalu memberikan contoh perilaku yang baik, pendidikan yang baik, arahan yang baik, serta segala aspek yang mampu membimbing setiap anak-anaknya untuk mengembangkan karakter dan


(5)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepribadian baik lainnya. Dengan pendidikan dan pemenuhan peran yang baik, maka tindak perilaku salahsuai maupun perilaku menyimpang pada anak bisa diminimalisir.

ABSTRACT

In the opinion of Willis (2009, page 66) from a broken home will be born children who experienced a personality crisis, so any custom behavior. They are susceptible to interference. The case of a broken home is often found in schools with poor adjustment, such as lazy learning, aggressive, ditching, and love against the teacher. Therefore to minimize misconduct and develop custom character comity and responsibility among students despite the family conflict (broken home) Students should be given particular character education comity character and responsibility. The study was based on four issues, namely: Are students who come from a broken home has character and attitude of responsibility in respect of social interaction in school; What factors can shape both the character; how its practice in social interactions at school; as well as, how the efforts of the school in fostering character Attitude of respect and responsibility of students who come from a broken home.

The approach used in this study is a qualitative approach to the case study method. Data collected through observation, interviews, library research and study documentation. Subjects in this documentation are: Coordinator of Guidance and Counselling teachers, civic education teachers, homeroom, students broken home who were randomly selected, As well as the parents of a broken home. The study found that: 1. Student broken home has character and responsibility comity. The first education given within the family With regard to the education of character, making every student to know and understand the importance of having and practicing an attitude of respect and character of such responsibilities. 2. Factors that can shape and influence the development of the character and attitude of respect is the responsibility of environmental factors and education. Be a family first and foremost in providing direction, guidance and education on which the child lives.3. Student broken home have not been able to practice the two main characters properly. As well, they were able to practice the comity character, but have not been able to practice Character responsible attitude, and vice versa. 4. Efforts are made of the school in terms of fostering an attitude of respect and character of the student's responsibility broken home in a social interaction In school is to conduct coaching and guidance on a regular basis. In addition, the school collaborates with the parents. The school and parents must come together in terms of educating, guiding, nurture, observe, supervise, as well as cultivate an attitude of respect character and responsibility.


(6)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. . Tinjauan Tentang Keluarga ... 12

1. Pengertian Keluarga ... 12

2. Ciri-ciri dan Bentuk Keluarga ... 14

3. Peran Keluarga ... 16

4. Pendidikan Dalam Keluarga ... 19

B. . Tinjauan Tentang Keluarga Broken Home ... 23

1. Pengertian Keluarga Broken Home ... 23

2. Ciri-ciri Keluarga Broken Home... 27

3. Faktor-faktor Penyebab Keluarga Broken Home... 29

C. . Tinjauan Tentang Karakter ... 32

1. Pengertian Karakter ... 32

2. Macam-macam Karakter ... 34

3. Bentuk Karakter ... 35

4. Fase Perkembangan Karakter Anak ... 38


(7)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. . Tinjauan Tentang Karakter Sikap Hormat

dan Tanggung Jawab ... 42

1. Pengertian Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab ... 42

2. Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab ... 45

3. Peran Sekolah dalam Mengembangkan Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab Anak ... 50

4. Sekolah dan Orang Tua sebagai Patner dalam Pendidikan Karakter ... 55

E. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial ... 57

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 57

2. Latar Belakang Interaksi Sosial ... 59

3. Bentuk Interaksi Sosial ... 59

4. Bentuk Interaksi Sosial di Sekolah ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 62

1. Lokasi penelitian ... 62

2. Subjek penelitian ... 62

B. Pendekatan Penelitian ... 63

C. Metode Penelitian ... 63

D. Definisi Operasional ... 64

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Observasi ... 66

2. Wawancara ... 67

3. Studi Pustaka ... 69

4. Studi dokumentasi ... 70

G. Tahap Penelitian ... 71


(8)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pelaksanaan penelitian ... 71

3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 72

a. Teknik Pengolahan Data ... 72

b. Teknik Analisis Data ... 75

1). Reduksi Data ... 76

2). Penyajian Data ... 76

3). Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 78

1. Profil SMP Pasundan 3 Bandung ... 78

2. Visi dan Misi SMP Pasundan 3 Bandung ... 78

3. Jumlah Siswa SMP Pasundan 3 Bandung ... 79

4. Sarana dan prasarana SMP Pasundan 3 Bandung ... 80

5. Data Guru dan Karyawan TU SMP Pasundan 3 Bandung ... 80

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 80

1. Observasi ... 81

a. Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 82

b. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 84

c. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah... 86

d. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home... 88

2. Wawancara ... 90 a. Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home


(9)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memiliki karakter sikap hormat dan tanggung

jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 91

b. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 98

c. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah... 103

d. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home... 108

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

1. Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 115

2. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 123

3. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 128

4. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home ... 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 138

A. Kesimpulan ... 138

1. Kesimpulan Umum ... 138

2. Kesimpulan Khusus ... 141


(10)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

1. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 57

DAFTAR TABEL 1. Jumlah Siswa ... 79

2. Sarana dan Prasarana ... 80

3. Daftar Guru dan Karyawan ... 80


(12)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti adalah SMP Pasundan 3 Bandung yang beralamat di jalan Bapa Husen Blk. No. 4, Kelurahan Cipaganti, Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel purposive sehingga jumlah subjek penelitian ditentukan oleh adanya pertimbangan informasi. Penentuan subjek penelitian/ Sample dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh. Dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

1) Koordinator Guru Bimbingan Konseling SMP Pasundan 3 Bandung 2) Guru Pendidikan Kewarganegaraan

3) Wali kelas siswa, yang secara tertulis siswa dikelas tersebut mendominasi kedalam siswa yang latar belakang keluarganya Broken Home

4) Siswa SMP Pasundan 3 Bandung yang berasal dari keluarga Broken Home yang dipilih sepuluh orang secara acak.

5) Orang tua dari siswa Broken Home.

Pemilihan subjek dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang sesungguhnya mengenai perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab anak yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan Nasution (2001, hlm. 32-33), “untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai tarap „redudency’ ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh


(13)

63

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.” Berdasarkan pandangan yang dikemukakan Nasution dapat disimpulkan bahwa penentuan responden sebagai subjek penelitian sangat dibutuhkan, agar mendapat informasi yang diharapkan. Subjek tersebut merupakan narasumber yang saling memiliki keterkaitan, sehingga informasi yang didapatkan pun tidak akan berbeda jauh dengan pertanyaan yang peneliti ajukan, kendatipun pertanyaan untuk setiap narasumbernya berbeda.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penjelasan Bogdan dan Taylor tentang penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahannya”. Berdasarkan penjelasan Kirk dan Miller tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penelitian kualitatif ini peneliti bisa mendapatkan data berdasarkan hasil temuan dilapangan dengan pengamatan yang dilakukan terhadap subjek penelitian tersebut. Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan tersebut bisa berupa perilaku, karakteristik, latar belakang, dan lain sebagainnya.

C. Metode Penelitian

Menurut Danial (2009, hlm. 63) bahwa “metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas


(14)

64

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat tertentu”. Penjelasan Danial tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode studi kasus, peneliti bisa menguak lebih dalam atau mengungkap lebih banyak tentang latar belakang, perilaku, maupun karakter setiap individu yang dijadikan sample atau narasumber. Metode ini pun akan melahirkan karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.

Lebih lanjut Danial (2009, hlm. 64) mengungkapkan bahwa:

Studi ini tidak mengambil generalisasi, sebab kesimpulan yang diambil adalah kekhasan temuan kajian individu „tertentu karakteristiknya‟ secara utuh menyeluruh yang menyangkut seluruh kehidupannya, mulai dari persepsi, gagasan, harapan, sikap, gaya hidup, dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan Pendapat yang dikemukakan Danial di atas dapat disimpulkan sesuai dengan metode penelitiannya,maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai prilaku sebagai akibat dari perkembangan karakteristik sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosialnya di sekolah. Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

D. Definisi Operasional

1. Keluarga merupakan lingkungan yang tedekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang tidak mampu memerankan fungsinya dengan baik akan memberikan pengaruh yang kurang.


(15)

65

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Broken Home atau dengan arti kata lain perpecahan dalam keluarga merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga yang terjadi karena kurangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang orangtua akibat kesibukan, serta pertengkaran yang menghasilkan perceraian. Aspek tersebut dapat membuat mental atau emosional diri seorang anak menjadi terganggu dan akhirnya melakukan penyimpangan.

3. Karakter sikap hormat merupakan karakater yang baik. Karena sikap hormat ini merupakan apresiasi dari diri sesorang terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Segala penghormatan mengharuskan peneliti untuk memperlakukan apa yang ada dalam hidup peneliti maupun semua orang sebagai manusia yang memiliki nilai secara alami, memiliki nilai tinggi, dan memiliki hak yang sama dengan peneliti sebagai individu

4. Karakter tanggung jawab merupakan suatu bentuk lanjutan dari rasa hormat. Jika peneliti menghormati orang lain, berarti peneliti menghargai mereka. Jika peneliti menghargai mereka, berarti peneliti merasakan sebuah ukuran dari rasa tanggung jawab peneliti untuk menghormati kesejahteraan hidup mereka. Tanggung jawab itu sendiri merupakan sikap saling membutuhkan, tidak mengabaikan orang lain yang sedang dalam keadaan sulit.

5. Interaksi sosial merupakan hubungan saling mempengaruhi antara sesama manusia dalam proses kehidupan. Proses interaksi ini berjalan disebabkan manusia merupakan makhluk sosial. Interaksi sosial akan terjadi jika terdapat dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi, baik secara langsung seperti melalui kegiatan berbincang-bincang dan berdiskusi, maupun secara tidak langsung dengan bantuan alat komunikasi. Interaksi sosial dapat juga terjadi hanya dengan sekadar bertemu atau bertatap muka tanpa ada proses berkomunikasi yang lama. Dengan bertemu biasanya akan terjadi perubahan pada perasaan kedua orang yang bertemu secara tidak langsung.


(16)

66

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrumen penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Moleong (2012, hlm. 168) mengemukakan bahwa “bagi penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”. Dari pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen atau alat penelitian disini tepat karena menjadi hal yang sangat penting dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksud sebagai „alat pengumpul data‟ seperti tes pada penelitian kuantitatif.

Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, yang mana selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2012, hlm. 157) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”. Pendapat Lofland tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil wawancara yang berupa data lisan ataupun kata-kata merupakan salah satu informasi yang peneliti peroleh yang kemudian peneliti olah kembali sehingga informasi tersebut menjadi suatu data yang bisa diolah sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian tersebut.

Sama halnya dengan penjelasan yang di kemukakan oleh Lofland, teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: observasi, wawancara, studi


(17)

67

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik tersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Moleong (2011, hlm. 184) bahwa:

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Hadi (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 203) mengemukakan bahwa:

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Pandangan Hadi yang berkenaan dengan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa observasi tersebut merupakan suatu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek atau narasumber, baik itu berupa perilaku, interaksi, komunikasi maupun hal-hal lainnya yang dianggap relevan dan dapat memberikan tambahan data terhadap hasil penelitian khususnya dalam hasil wawancara. Jadi bukan hanya sekedar perkataan yang didapatkan dari hasil wawancara saja yang dijadikan data, namun pengamatanpun bisa memberikan tambahan dari hasil penelitian tersebut.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2012, hlm. 186) bahwa:

wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu „pewawancara atau interviewer’ yang mengajukan pertanyaan dan „terwawancara atau interviewer‟ yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.


(18)

68

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penjelasan Moleong tentang pengertian wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan bagian dari interaksi yang berupa percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau narasumber, dimana peneliti mengajukan pertanyaan dan subjek peneliti sebagai informan menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga dengan interkasi yang dilakukan itu, mampu menghasilkan suatu data yang bisa diperoleh dan diolah oleh peneliti.

Menurut Arikunto (1997, hlm. 145) wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari responden”. Sedangkan Estenberg (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 317) menjelaskan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu”. Berdasarkan pandangan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu interaksi yang dituangkan dalam bentuk percakapan maupun dialog, yang tujuan utamanya adalah untuk bertukar informasi dan pengetahuan maupun ide melalui tanya jawab, yang pada akhirnya penanya atau peneliti bisa mengambil intisari maupun data dari hasil tanya jawab tersebut yang kemudian peneliti olah sebagai data penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula- mula penanya atau peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua indikator, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

Nasution (2002, hlm. 73) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara adalah “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat Peneliti ketahui melalui observasi”. Menurut tujuan yang dikemukakan oleh Nasution tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data yang lebih efektif setelah peneliti melakukan observasi, dengan observasi peneliti bisa mengamati yang kemudian


(19)

69

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan wawancara untuk melengkapi data tersebut agar lebih sempurna. Karena, dengan wawancara apa yang belum didapatkan dari hasil pengamatan, akan diperoleh selain itu data dapat didapatkan secara lisan dari subjek penelitian tersebut.

Di dalam wawancara tentunya peneliti harus memiliki suatu acuan atau pedoman wawancara yang mana didalamnya termuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan penanya atau peneliti mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian penanya atau peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan kontekstual saat wawancara berlangsung.

Pengumpulan data dengan cara berinteraksi atau berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang berkaitan dan menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, yaitu pihak-pihak yang dijadikan instrument pengambilan data yaitu narasumber yang berada di lembaga atau SMP Pasundan 3 Bandung; anak yang bersangkutan, wali kelas siswa, guru Bimbingan dan Konseling, guru PKn, serta orangtua dari anak/siswa tersebut.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka biasanya berupa suatu dokumen, buku, maupun suatu karya yang dibukukan. Dokumen itu sendiri ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sebagai studi pustaka tersebut dapat disimpulkan bahwa dokumen disini diarahkan pada dokumen dalam arti jika peneliti menemukan rekaman atau sejenis catatan, tentu saja perlu dimanfaatkan. Dokumen dalam bentuk catatan atau buku sudah lama digunakan dalam penelitian yang digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai


(20)

70

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Dokumen yang berbentuk catatan atau buku-buku bisa dikatakan sebagai studi pustaka. Studi pustaka (litertur) menurut Danial (2009, hlm. 80) “merupakan proses mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan di olah ahli sejarah, sastra dan bahasa”. Berdasarkan penjelasan Danial dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu, dengan menggunakan studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan para ahli di atas maka dapat diartikan bahwa Studi pustaka atau studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lain.

4. Studi Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode yang lain adalah metode dokumentasi atau studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau indikator yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agendan dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.


(21)

71

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong (2012, hlm. 217) mengemukakan bahwa “pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian”. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pencarian dan pengumpulan data melalui metode-metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, buku, media elektronik, media cetak dan sebagainya. Metode ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji secara mendalam data-data mengenai karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah.

G. Tahap Penelitian

Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal tahap-tahap penelitan. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian. Khususnya analisis data ciri khasnya sudah mulai sejak awal pengumpulan data.

1. Tahap Pra Lapangan

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan dimana seorang peneliti melihat atau mengadakan pemantauan secara langsung terhadap tempat atau lokasi yang akan di jadikan sebagai tempat penelitian, serta mengumpulkan data-data awal secukupnya untuk dijadikan acuan dalam penyusunan usulan penelitian. Menurut Moleong (2011, hlm. 127) ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini, diantaranya: “menyusun rencana penelitian,; memilih lapangan penelitian; mengurus perizinan; menilai lapangan; memilih informan; serta, menyiapkan perlengkapan penelitian”. Berdasarkan tahapan-tahapan menurut Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya untuk melakukan suatu penelitian dibutuhkan tahapan-tahapan yang harus dilalui demi terpenuhinya maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Hal tersebut dilakukan agar penelitian tersebut bisa berjalan dengan lancar.


(22)

72

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang sudah direncanakan dalam suatu proposal penelitian dan setelah melakukan pendahuluan penelitian yaitu mengumpulkan data-data dari subjek penelitian dan mencatat segala sesuatu yang menjadi fenomena melalui pengamatan langsung penelitian. Di uraikan pula oleh Moleong (2011, hlm. 137) uraian tentang tahap pelaksana penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: “memahami latar penelitian, dan persiapan diri; memasuki lapangan, dan; berperan serta sambil mengumpulkan data”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa tahapan ini merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti guna mendapatkan data-data sebagai penunjang mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan awal penelitian.

3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data

Menurut Moleong (2012, hlm. 326) “Pengolahan data merupakan suatu

langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti”. Berdasarkan penjelasan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa pengolahan data akan dilakukan melalui suatu proes yang menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian, menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data dan informasi secara mendetail. Data yang diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan, setelah itu melakukan prosedur pengolahan data analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang


(23)

73

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersedia dan berbagai sumber yaitu, wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kredibilitas atau memeriksa derajat kepercayaan, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Memperpanjang Masa Observasi

Menurut Moleong (2012, hlm. 327) “keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan masa observasi pada latar penelitian.” Berdasarkan pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang keikutsertaan peneliti di lapang akan mengurangi kemelencengan (bias) suatu data karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan peneliti akan mengetahui keadaan secara lebih mendalam dan dapat menguji ketidakbenaran data baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh sebab subjek penelitian.

2) Pengamatan Secara Seksama

Menurut Moleong (2012, hlm. 329) “pengamatan secara seksama berarti mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif”. Pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti untuk mencari suatu usaha membatasi pengaruh, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.

Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang


(24)

74

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

3) Triangulasi

Moleong (2012, hlm. 330) mengemukakan bahwa “tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.” Penjelasan Moleong tentang triangulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data yang dikumpulkan. Adapun untuk menguji keabsahan data, maka dalam pengolahan data penulis menggunakan metode tringulasi,yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Patton (dalam Moleong, 2012, hlm. 330) mengungkapkan bahwa: “Tringulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif”. Berdasarkan pendapat Patton tersebut dapat

disimpulkan bahwa triangulasi sumber lebih menekankan kepada membandingkan data yang didapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya.

b) Triangulasi Metode

Moleong (2012, hlm. 331) mengemukakan bahwa “triangulasi metode ini dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data”. Penjelasan Moleong berkenaan dengan triangulasi metode


(25)

75

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Dalam melakukan triangulasi metode ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.

c) Triangulasi Teori

Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2012, hlm. 331) bahwa “triangulasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori”. Berdasarkan penjelasan Lincoln dan Guba tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam triangulasi teori ini jika peneliti menganalisis kemudian menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaring. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya.

4) Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Moleong (2012, hlm. 332) mengemukakan bahwa “teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang bermaksud untuk memeriksa keabsahan data”. Berdasarkan penjelasan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti. Selain itu, dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan data.


(26)

76

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2012, hlm. 248) mengemukakan bahwa analisis data adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan Bogdan dan Biklen tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data tersebut merupakan suatu proses yang didalamnya memuat tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data. Dalam teknik analisis data diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Reduksi Data

Moleong (2012, hlm. 288) mengemukakan bahwa “sebelum mereduksi data pada mulanya diidentifikasi adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila

dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian”. Berdasarkan

penjelasan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara, penyebaran angket atau berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti.

Menurut Nasution (2001, hlm. 129) bahwa:

Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, reduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok penting diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan.

Pandangan Nasution di atas dapat disimpulkan bahwa setelah mendapatkan informasi berbentuk data maupun informasi, data tersebut


(27)

77

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian dirangkum kembali dan ditambah dengan sumber data lainnya, agar data yang diterima tersebut benar-benar sempurna dan sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut.

2) Melaksanakan Penyajian Data

Moleong (2012, hlm. 294) mengemukakan bahwa:

Hubungan-hubungan diantara kategori-kategori dari data kita sering menjadi rumit dan kompleks. Untuk mengatasi hal itu, peneliti menggunakan diagram berupa matriks dan diagram yang digunakan untuk melaksanakan penyajian data.

Penjelasan Moleong berkenaan dengan penyajian data di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian data yang telah diperoleh dan dituangkan kedalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian, Peneliti mendapat data yang banyak. Data yang didapat tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan, maka dari itu dalam penyajian data peneliti dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang di teliti.

3) Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi

Menurut Moleong (2012, hlm. 296) bahwa:

Pada akhir bagian ini, peneliti akan menemukan isu „generalisasi‟. Ada dua aspek „generalisasi‟ yaitu: „inferensi dan aplikasi‟. Yang mana dengan hal itu peneliti lebih baik menyimpulkan generalisasi inferensi dari pada mengaplikasikannya.

Dalam mengambil kesimpulan menurut penjelasan Moleong di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data lapangan, dengan merefleksikan kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, tringulasi,sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.


(28)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan baik berdasarkan hasil observasi maupun wawancara secara langsung kepada narasumber, maka dapat disimpulkan bahwasanya siswa dari kalangan keluarga Broken Home pada dasarnya memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab yang mana telah mereka dapatkan dalam pendidikan karakter di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Siswa dari kalangan keluarga Broken Home sebagian besar mengerti dan memahami pentingnya memiliki dan mengamalkan kedua karakter utama tersebut, meskipun pada kenyataan yang terjadi di tempat penelitian dari sepuluh siswa yang menjadi narasumber masih ada sebagian siswa yang belum memahami pentingnya mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah.

Dalam mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dua diantaranya adalah faktor lingkungan dan pendidikan. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga. Sebagai lingkungan pertama dan utama untuk anak dalam mendapatkan pendidikan, bimbingan, arahan, perhatian, sebagai tempat pertama berkomunikasi, berinteraksi, serta bersosialisasi. Untuk mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam lingkungan keluarga diperlukan pola asuh dari yang baik, orang tua yang mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik pula, sehingga tidak hanya mampu memberikan pendidikan serta arahan akan tetapi mampu membina, mendidik, serta mengawasi setiap tumbuh kembang anak-anaknya.

Apabila dalam lingkungan keluarga orang tua mampu mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab pada diri anak, terlepas apakah keluarga tersebut merupakan keluarga harmonis atau keluarga Broken Home maka


(29)

139

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimana pun anak berada akan mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tersebut dengan baik. Dalam interaksi sosial disekolah, anak pun akan bisa dengan mudah mengamalkan kedua karakter tersebut, sehingga pihak sekolah tidak perlu bersusah payah lagi dalam mendidik dan membina agar anak memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Sekolah akan lebih membimbing dan mengawasi segala bentuk tingkah laku siswa dalam mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosialnya di sekolah.

Tidak kalah pentingnya dengan faktor lingkungan, faktor yang berpengaruh dalam pembentukan serta pengembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home adalah faktor pendidikan. Pendidikan yang paling berpengaruh adalah pendidikan pertama yang diberikan orang tua dalam lingkungan keluarga pada saat anak masih dini. Idealnya pendidikan tersebut harus secara terus menerus diberikan sampai anak menginjak usia dewasa. Orang tua tidak hanya memberikan pendidikan pertama, namun harus mampu juga dalam membimbing, memperhatikan, serta mengawasi segala pertumbuhan dan perkembangan fase kehidupan anak-anaknya, agar anak tidak salah dalam bergaul serta bisa menyaring perilaku yang dapat menjerumuskan dirinya pada perilaku yang tidak baik.

Selain pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan formal yang diberkan pihak sekolah tidak kalah pentingnya. Sebagai lembaga formal sekolah bisa dijadikan Partner dalam mendidik, membimbing, mengawasi, serta menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Apalagi dengan kondisi keluarga Broken Home yang mengakibatkan anak kurang mendapatkan pengawasan serta bimbingan dari orang tua akibat kesibukan terhadap pekerjaan, karena keluarga yang tidak utuh, maupun akibat komunikasi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga.

Siswa dari kalangan keluarga Broken Home memang berbeda dengan siswa lain pada umumnya.dengan status keluarga Broken Home sudah barang tentu ada konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarganya. Akibat dari konflik yang terjadi akan berdampak buruk bagi perkembangan psikis maupun psikologis pada


(30)

140

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri anak. Akibatnya, karena kurang perhatian, bimbingan, serta pengawasan anak akan mudah terjerumus kedalam perilaku yang tidak baik. Hal tersebut membuat siswa yang berasal dari keluarga Broken Home cenderung selalu melakukan tindak kenakalan remaja atau menunjukan perilaku yang tidak baik. Maka dari itu sangat perlu adanya pengawasan dari pihak sekolah sebagai partner orang tua dalam hal mendidik dan mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab.

Menurut hasil penelitian pada dasarnya siswa dari kalangan keluarga Broken Home mengerti akan pentingnya mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah, akan tetapi untuk mengamalkan kedua karakter itu mereka belum mampu mengamalkan keduanya dengan baik. Sepertihalnya;Dari rumah mereka izin pergi ke sekolah akan tetapi mereka malah membolos dan bermain bersama teman-temannya;Selalu menyapa dan mengucap salam apabila bertemu dengan guru akan tetapi masih acuh dalam mengerjakan tugas; Mengikuti upacara bendera akan tetapi tidak menggunakan atribut sebagaimana mestinya;serta, diberi amanat oleh orang tua untuk membayar SPP akan tetapi tidak dibayarkan.

Hal tersebut menjadi renungan yang harus dipikirkan bersama, baik itu oleh orang tua maupun pihak sekolah. Pihak sekolah dengan segala upaya mengadakan bimbingan dan pembinaan yang dilakukan rutin setiap minggunya guna mampu memonitoring segala perkembangan para siswanya baik dalam hal perkembangan motivasi belajar dan pengembangan karakter. Pembinaan yang dimaksudkan tidak akan berjalan maksimal apabila otang tua tidak dilibatkan. Maka dari itu sebagai salah satu upaya dalam pengembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home, pihak sekolah harus menjalin kerjasama yang baik dengan pihak orang tua. Kejasama dalam hal mendidik, membina, membimbing, memperhatikan, serta mengawasi setiap tumbuh kembang anak-anaknya.

Apabila pihak sekolah dan orang tua mampu menjalankan komunikasi yang baik dan lancar, interaksi yang baik, serta pemenuhan fungsi dan peran masing-masing dengan baik pula. Apabila hal itu dipertahankan, bukan tidak mungkin


(31)

141

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meskipun siswa tersebut berasal dari kalangan keluarga Broken Home,tidak hanya untuk memiliki kedua karakter utama tersebut, siswa pun akan mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab baik dalam interaksi sosial di keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Tidak hanya itu,yang paling penting sekolah harus mampu memberi masukan kepada para orang tua siswa khususnya dari kalangan keluarga Broken Home, agar mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik sebagai orang tua, terlepas apakah kondisi keluarga mereka sedang berkonflik maupun tidak. Karena pada dasarnya, anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila orang tua mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik dan memberikan pola asuh yang baik pula.

2. Kesimpulan Khusus

Dari pembahasan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Pada dasarnya siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Pendidikan pertama yang diberikan di lingkungan keluarga berkenaan dengan pendidikan karakter, membuat setiap siswa mengerti dan memahami pentingnya mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah. Akan tetapi kondisi keluarga yang berkonflik membuat mereka terkadang melupakan pentingnya mengamalkan kedua karakter utama tersebut, karena pada kenyataanya dengan konflik yang terjadi membuat orang tua kurang memberikan bimbingan dan pengawasan dalam setiap tumbuh kembang anak-anaknya.

b. Faktor yang dapat membentuk dan mempengaruhi perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab adalah faktor lingkungan dan pendidikan. Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam pengembangan kedua karakter utama tersebut. Apabila orang tua mampu menciptakan kondisi keluarga yang baik dan harmonis, mampu memberikan pendidikan yang baik dan benar, serta mampu memainkan peran dan fungsinya dengan baik pula


(32)

142

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab anak pun akan cenderung baik. Selain faktor lingkungan, faktor yang tidak kalah penting adalah pendidikan. Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam memberikan arahan, bimbingan serta pendidikan yang menjadi dasar dalam kehidupan anak. Sedangkan sekolah merupakan lingkungan kedua yang berperan mencerdaskan kehidupan anak agar mampu memahami dan mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan. Anak akan cenderung berperilaku baik apabilaorang tua selalu menciptkan kondisi keluarga yang baik, mampu memberikan pendidikan yang baik dan benar, selalu memberikan bimbingan, serta pengawasan yang baik pula.

c. Pengamalan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah, para siswa belum mampu mengamalkan kedua karakter utama tersebut dengan baik dan benar. Seperti halnya, mereka mampu mengamalkan karakter sikap hormat, akan tetapi belum mampu mengamalkan karakter sikap tanggung jawab,begitu pula sebaliknya. Dalam mengamalkan sikap hormat pun perlu adanya arahan dan bimbingan, baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Agar siswa mampu mengamalkan kedua karakter tersebut dengan baik perlu adanya bimbingan dan pengawasan guna menumbuhkan kesadaran pada diri mereka dan pada akhirnya siswa mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tersebut dengan baik tanpa harus adanya suatu paksaan. d. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam hal membina karakter sikap

hormat dan tanggung jawab siswa Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah adalah dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan secara rutin. Selain selalu memberikan pendidikan karakter kepada siswa dalam setiap mata pelajaran, sekolah pun mengadakan kegiatan pembinaan setiap minggunya. Pembinaan yang bertujuan untuk memonitoring perkembangan para siswanya tersebut baik dalam hal motivasi belajar, kendala dalam proses belajar, perkembangan perilaku, serta tingkat kemajuan prestasi. Dengan pembinaan ini, pihak sekolah akan mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh para siswanya, sehingga bisa dicarikan solusi pemecahan


(33)

143

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalahnya. Akan tetapi, pembinaan tersebut tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya kerjasama dengan pihak orang tua. Maka dari itu, pihak sekolah dan orang tua harus secara bersama-sama dalam hal mendidik, membimbing, membina, memperhatikan, mengawasi, serta menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tersebut dalam interaksi sosial di keluarga dan sekolah. Apabila hal ini tetap dijaga dan dipertahankan, maka siswa tidak hanya akan memiliki kedua karakter utama tersebut, tetapi siswa pun akan mampu menjadi anak yang cerdas, berbudi pekerti luhur, serta menjadi warga negara yang mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan baik dan benar .

B. Saran

1. Orang Tua Siswa

Ditemukan bahwa masih ada orang tua yang belum mampu memposisikan dirinya dengan baik dengan lebih mempedulikan pekerjaan daripada tumbuh kembang karakter anak-anaknya, hal ini terlihat ketika orangtua sering mengacuhkan undangan dari pihak sekolah berkenaan dengan perkembangan karakter anak-anaknya. Seharusnya, orang tua mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik dengan cara memberikan pola asuh yang baik, pendidikan yang baik, perhatian yang cukup, curahan kasih sayang, bimbingan, serta pengawasan kepada anaknya. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar anak tidak merasa kekurangan perhatian maupun bimbingan dalam hidupnya,supaya anak bisa mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah dengan baik dan benar.

2. Pihak Sekolah

a. Ditemukan bahwa pihak sekolah belum mampu secara khusus memberikan pembinaan kepada siswa yang berasal dari keluarga Broken Home. Sebaiknya, siswa yang berasal dari keluarga Broken Home perlu diberikan bimbingan dan pembinaan yang lebih khusus karena pada


(34)

144

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasarnya psikologis siswa tersebut berbeda dengan siswa yang berasal dari kalangan keluarga yang harmonis.

b. Dalam pembinaan ditemukan bahwa penindakan yang dilakukan sekolah masih belum mampu memberikan efek jera kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran. Sebaiknya, dalam memberikan efek jera kepada siswa, tidak harus menggunakan perbuatan yang sifatnya keras atau mencaci maki, namun lebih baik dengan pendekatan yang dilakukan secara lembut dan berkesinambungan agar perubahan karakter dalam diri siswa tersebut, berubah karena kesadaran mereka sendiri.

c. Ditemukan bahwa siswa belum mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan baik. Sebaiknya, sekolah mengadakan kerjasama yang baik dengan orang tua dalam memonitoring tingkat kemampuan belajar serta menumbuh kembangkan pendidikan karakter agar siswa tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan saja namun tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter. Selain itu, sekolah dan orang tua bisa secara bersama-sama membimbing dan mengawasi tumbuh kembang kedua karakter dalam diri anaknya tersebut.

3. Siswa

Ditemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab karena pengaruh lingkungan maupun ajakan teman. Maka dari itu, sebaiknya siswa harus bisa memilih teman sepermainan yang memiliki karakter baik, yang bisa membuat siswa tetap mampu mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab, serta teman yang mampu memberi masukan dan mengajak terhadap segala bentuk perilaku yang baik. Jangan pernah sungkan untuk selalu meminta nasihat kepada orang tua maupun kepada pihak sekolah apabila ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.


(35)

145

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai calon tenaga pendidik penelitian yang berkenaan dengan perkembangan karakter tentu sangatlah penting untuk di kaji maka dari itu untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya meneliti tentang pembinaan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari kalangan keluarga Broken Home . Hingga pada akhirnya kelak, siswa yang berasal dari kalangan keluarga Broken Home mampu bersosialisasi dan berinteraksi sebagaimana siswa lain yang berasal dari keluarga yang harmonis.


(36)

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Tuhana (2011). Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media

Arikunto, Suharsimi (1997). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam ). Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.

Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKn dan Masyarakat

Multikultural. Bandung. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Dagun, M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta :RinekaCipta.

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Gerungan, WA. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, D. dan Singgih, Y. (1985). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya.

Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Lickona, Thomas. (2012). Educating for Character: how our school can teach

resfect and Responsibility (versi bahasa Indonesia). Jakarta: PT. Bumi Aksara Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter:solusi yang tepat untuk membangun


(37)

145

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, J.X. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

____________ (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

Muin,Fachtul.(2011).Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta : Arr-ruzz Media

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyono, B. (1984). Dimensi-dimensi pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press

Nasution. (2001). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. ________ (2002). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Rusyan, A.T. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan

Sarjana Mandiri

Santoso, Slamet. (2010). Teori-teori Psikologis Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Samani, dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter: konsep dan model. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saripudin, D dan Abdul Razaq Ahmad. (2008). Masyarakat dan Pendidikan: Perspektif Sosiologi. Pahang: Yayasan Istana Abdulaziz.

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soelaeman, M.I. (1994). Problem Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa

Soemantri, Nu’man. (1976). Metode Mengajar Civic. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Surbakti, E.B. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja.


(38)

146

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press Taufiq, Rahman. (2001). Sosiologi. Jakarta: Yudistira

Willis, Sofyan. (2009). Konseling Keluarga (family Counseling): Suatu Upaya Membantu Anggota Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi Di Dalam Sistem Keluarga. Bandung: Alfabeta CV.

(2010). Remaja dan Masalahnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Freesex, dan pemecahannya. Bandung: Alfabeta

Yusuf LN, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumber lain:

Asrfiyati. (2003). Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak (pdfversion). Jurnal Penelitian Pada FKM USU. Medan: Tidak diterbitkan. Retrieved July 30,2009 from http://anharifamily.files.wordpress.com/2007/ 09/fkm-asfriyati1.pdf.

BKKBN.(2012). Gambaran Kondisi Remaja Saat Ini ‘Survey Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI 2007)’. Diundah dari http://ntb.bkkbn.go.id, 22, thn.2012.

Kemdiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Soemantri. Agus. (2013). Penyebab Keluarga Broken Home. Diunduh dalam www.Agussoemantri. Blogspot.com


(1)

143

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalahnya. Akan tetapi, pembinaan tersebut tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya kerjasama dengan pihak orang tua. Maka dari itu, pihak sekolah dan orang tua harus secara bersama-sama dalam hal mendidik, membimbing, membina, memperhatikan, mengawasi, serta menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tersebut dalam interaksi sosial di keluarga dan sekolah. Apabila hal ini tetap dijaga dan dipertahankan, maka siswa tidak hanya akan memiliki kedua karakter utama tersebut, tetapi siswa pun akan mampu menjadi anak yang cerdas, berbudi pekerti luhur, serta menjadi warga negara yang mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan baik dan benar .

B. Saran

1. Orang Tua Siswa

Ditemukan bahwa masih ada orang tua yang belum mampu memposisikan dirinya dengan baik dengan lebih mempedulikan pekerjaan daripada tumbuh kembang karakter anak-anaknya, hal ini terlihat ketika orangtua sering mengacuhkan undangan dari pihak sekolah berkenaan dengan perkembangan karakter anak-anaknya. Seharusnya, orang tua mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik dengan cara memberikan pola asuh yang baik, pendidikan yang baik, perhatian yang cukup, curahan kasih sayang, bimbingan, serta pengawasan kepada anaknya. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar anak tidak merasa kekurangan perhatian maupun bimbingan dalam hidupnya,supaya anak bisa mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah dengan baik dan benar.

2. Pihak Sekolah

a. Ditemukan bahwa pihak sekolah belum mampu secara khusus memberikan pembinaan kepada siswa yang berasal dari keluarga Broken Home. Sebaiknya, siswa yang berasal dari keluarga Broken Home perlu diberikan bimbingan dan pembinaan yang lebih khusus karena pada


(2)

dasarnya psikologis siswa tersebut berbeda dengan siswa yang berasal dari kalangan keluarga yang harmonis.

b. Dalam pembinaan ditemukan bahwa penindakan yang dilakukan sekolah masih belum mampu memberikan efek jera kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran. Sebaiknya, dalam memberikan efek jera kepada siswa, tidak harus menggunakan perbuatan yang sifatnya keras atau mencaci maki, namun lebih baik dengan pendekatan yang dilakukan secara lembut dan berkesinambungan agar perubahan karakter dalam diri siswa tersebut, berubah karena kesadaran mereka sendiri.

c. Ditemukan bahwa siswa belum mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan baik. Sebaiknya, sekolah mengadakan kerjasama yang baik dengan orang tua dalam memonitoring tingkat kemampuan belajar serta menumbuh kembangkan pendidikan karakter agar siswa tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan saja namun tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter. Selain itu, sekolah dan orang tua bisa secara bersama-sama membimbing dan mengawasi tumbuh kembang kedua karakter dalam diri anaknya tersebut.

3. Siswa

Ditemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab karena pengaruh lingkungan maupun ajakan teman. Maka dari itu, sebaiknya siswa harus bisa memilih teman sepermainan yang memiliki karakter baik, yang bisa membuat siswa tetap mampu mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab, serta teman yang mampu memberi masukan dan mengajak terhadap segala bentuk perilaku yang baik. Jangan pernah sungkan untuk selalu meminta nasihat kepada orang tua maupun kepada pihak sekolah apabila ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.


(3)

145

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai calon tenaga pendidik penelitian yang berkenaan dengan perkembangan karakter tentu sangatlah penting untuk di kaji maka dari itu untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya meneliti tentang pembinaan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari kalangan keluarga Broken Home . Hingga pada akhirnya kelak, siswa yang berasal dari kalangan keluarga Broken Home mampu bersosialisasi dan berinteraksi sebagaimana siswa lain yang berasal dari keluarga yang harmonis.


(4)

Gina Nurtya Lestari, 2014

Arikunto, Suharsimi (1997). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam ). Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.

Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKn dan Masyarakat

Multikultural. Bandung. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Dagun, M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta :RinekaCipta.

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Gerungan, WA. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, D. dan Singgih, Y. (1985). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya.

Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Lickona, Thomas. (2012). Educating for Character: how our school can teach resfect and Responsibility (versi bahasa Indonesia). Jakarta: PT. Bumi Aksara Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter:solusi yang tepat untuk membangun


(5)

145

Gina Nurtya Lestari, 2014

SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, J.X. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

____________ (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

Muin,Fachtul.(2011).Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan praktik.Yogyakarta : Arr-ruzz Media

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyono, B. (1984). Dimensi-dimensi pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press

Nasution. (2001). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

________ (2002). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rusyan, A.T. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan Sarjana Mandiri

Santoso, Slamet. (2010). Teori-teori Psikologis Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Samani, dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter: konsep dan model. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saripudin, D dan Abdul Razaq Ahmad. (2008). Masyarakat dan Pendidikan: Perspektif Sosiologi. Pahang: Yayasan Istana Abdulaziz.

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soelaeman, M.I. (1994). Problem Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa

Soemantri, Nu’man. (1976). Metode Mengajar Civic. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, E.B. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Elex Media Computindo


(6)

Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press

Taufiq, Rahman. (2001). Sosiologi. Jakarta: Yudistira

Willis, Sofyan. (2009). Konseling Keluarga (family Counseling): Suatu Upaya Membantu Anggota Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi Di Dalam Sistem Keluarga. Bandung: Alfabeta CV.

(2010). Remaja dan Masalahnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Freesex, dan pemecahannya. Bandung: Alfabeta

Yusuf LN, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumber lain:

Asrfiyati. (2003). Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak (pdfversion). Jurnal Penelitian Pada FKM USU. Medan: Tidak diterbitkan. Retrieved July 30,2009 from http://anharifamily.files.wordpress.com/2007/ 09/fkm-asfriyati1.pdf.

BKKBN.(2012). Gambaran Kondisi Remaja Saat Ini ‘Survey Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI 2007)’. Diundah dari http://ntb.bkkbn.go.id, 22, thn.2012.

Kemdiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Soemantri. Agus. (2013). Penyebab Keluarga Broken Home. Diunduh dalam www.Agussoemantri. Blogspot.com