PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung.
No. Daftar FPIPS : 2136/ UN. 40.2.7/ PL/2014
PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Disusun oleh: Selly Siska Irvegalina
NIM: 1003243
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung)
Oleh
Selly Siska Irvegalina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Selly Siska Irvegalina 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
HALAMAN PENGESAHAN SELLY SISKA IRVEGALINA
1003243
PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING I
Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001
PEMBIMBING II
Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP.19760105 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
(4)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU TANGGUNG JAWAB SOSIAL SISWA
Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung Oleh:
Selly Siska Irvegalina ABSTRAK
Perilaku tanggung jawab sosial merupakan perilaku yang harus ditanamkan pada diri siswa guna memperbaiki moral dan perilaku siswa itu sendiri. Namun, berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang telah peneliti lakukan di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung, terlihat dari proses kegiatan belajar mengajar ditemukan permasalahan pada diri siswa yaitu kurangnya perilaku tanggung jawab sosial siswa selama pembelajaran IPS berlangsung. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning). Adapun metode digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Metode penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan angket. Berdasarkan hasil penelitian melalui instrumen angket, maka dapat dilihat bahwa pada siklus I perilaku tanggung jawab sosial siswa hanya sebesar 65%. Kemudian setelah peneliti melakukan diskusi balikan, perencanaan dan tindakan yang semakin baik pada setiap siklusnya, maka pada pelaksanaan siklus II siswa mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 10% dari siklus I. Maka pada siklus II persentase perilaku tanggung jawab sosial siswa menjadi sebesar 75% dan mengalami peningkatan lagi pada tindakan siklus III menjadi 83%. Data hasil observasi tersebut dapat dilihat jelas pada kegiatan pembelajaran IPS menggunakan problem based learning, dimana siswa terlihat selalu melakukan peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa juga terlihat sudah mampu meningkatkan perilaku empati, kontrol diri, menumbuhkan perilaku rasa hormat, kebaikan hati, serta perilaku toleransi saat pembelajaran IPS berlangsung. Berdasarkan penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) mampu membantu siswa untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialnya. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi guru untuk selalu sabar membimbing dan memfasilitasi siswa pada saat kegiatan belajar mengajar agar siswa mampu memperbaiki perilakunya, karena tugas guru selain menyampaikan materi juga guru bertugas untuk mendidik serta membangun moral dan perilaku siswa.
(5)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kata kunci : Problem based learning, perilaku tanggung jawab sosial, Pembelajaran IPS
SOCIAL SCIENCES PROBLEM-BASEDLEARNING APPLICATION TO IMPROVE STUDENTS SOCIAL RESPONSIBILITY BEHAVIOR Class Action Research in the VII C Classroom Primary School 6 Pasundan,
Bandung By:
Selly Siska Irvegalina ABSTRACT
Social responsibility behavior is a behavior that should be instilled in the students to improve the morals and behavior of the students them selves. However, based on the pre-study observation that researchers have done in class VII C Primary School 6 Pasundan, seen from the process of teaching and learning activities,the problem found on students is the lack of social responsibility behavior of students during social sciences studies learning takes place. The main objective of this research is to improve students' social responsibility behavior through the application of problem-based social sciences learning. The method used was action research using Kemmis and Taggartdesign. This research method is divided into four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection techniques used by researchers are observation, interviews, documentation study and questionnaire. Based on the results of the study through a questionnaire instrument, it can be seen that in the first cycle, social responsibility behavior of students is only 65%. Then, after researchers conducted a better feedback discussion, planning and action at each cycle, the implementation of the second cycle make a considerable increase of 10% from the first cycle. In other words, the second cycle percentage of social responbility behavior of students at 75% and increased again in the third cycle to 83%. The data from these observations can be seen clearly in the social studies learning activities using problem-based learning, where students are seen always make improvements on each cycle. Students also seen had been able to improve the behavior empathy, self-control, respect, kindness, and tolerance behavior when social studies learning takes place. Based on the study of this class action, it can be concluded that the social sciences problems based learning can help students to
(6)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
improve their social responsibility behavior. In addition this study can also be used as a reference for teachers to always patiently guiding and facilitating the students during learning activities so students able to improve their behavior, because in addition to the task of teachers of delivering lessons is also to educate and build student morale and behavior.
Keywords: Problem-based learning, social responsibility behavior, Social Sciences Learning
(7)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN... i
PERNYATAAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GRAFIK... xiv
DAFTAR DIAGRAM... xv
DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... xvi 1 A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Struktur Organisasi……... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9
A. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS... 9
1. Pengertian Pembelajaran IPS... 9
2. Hakikat Pembelajaran IPS... 10
3. Tujuan Pembelajaran IPS... 11
B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12
1. Strategi Pembelajaran... 12
2. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah …... 13
(8)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah... 15
5. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah ……….... 17
6. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah... 18
C. Tinjauan Tentang Perilaku Tanggung Jawab Sosial... 23
1. Pengertian Perilaku... 23
2. Pengertian Tanggung Jawab Sosial... 23
3. Proses Pembentukan Perilaku... 25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku... 26
5. Teori Mengenai Perilaku... 29
D. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran IPS... 32
E. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah... 33
1. Teori Konstruktivistik... 33
2. Korelasi Perilaku Tanggung Jawab Sosial dengan Pembelajaran IPS... 35
3. Penelitian terdahulu... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 40
A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 40
B. Desain Penelitian... 40
C. Rencana dan Prosedur Penelitian... 43
D. Metode Penelitian... 44
E. Definisi Operasional... 45
F. Instrumen Penelitian... 56
G. Teknik Pengumpulan Data... 49
H. Teknik Analisis Data... 51
(9)
ix
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian... 56
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 56
2. Visi dan Misi SMP Pasundan 6 Bandung... 56
3. Profil Guru Mitra... 57
4. Profil Kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung... 58
B. Deskripsi Pembelajaran Sebelum Dilakukan Tindakan... 58
1. Observasi Awal Pembelajaran IPS... 58
2. Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran... 60
3. Rencana Tindakan... 61
C. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I... 62
1. Rencana Tindakan Siklus I... 62
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 63
3. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan Siklus I ... 74
4. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 97
5. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus I... 96
6. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan Siklus I... 97
D. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II... 99
1. Rencana Tindakan Siklus II... 99
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 100
3. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan Siklus II ... 106
4. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus II... 132
5. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan Siklus II... 133
E. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus III... 134
1. Rencana Tindakan Siklus III... 134
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus III... 135
3. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan Siklus III ... 140
(10)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Analisis dan Refleksi Pelaksanaan Siklus III... 165
F. Peningkatan Hasil Penelitian Tindakan Kelas... 167
1. Deskripsi Peningkatan Hasil Observasi Guru Siklus I, II, dan III 167 2. Deskripsi Peningkatan Hasil Observasi Siswa Siklus I, II, dan III... 181
3. Deskripsi Data Angket Peningkatan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Siswa Siklus I, II, dan III... 188
4. Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I,II, dan III.... 208
G. Analisis Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas... 210
1. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah... 210
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah... 213
3. Kendala yanag Dihadapi Guru Pada Kegiatan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah... 216
4. Upaya yang Guru Lakukan untuk Mengatasi Kendala yang Terjadi pada Kegiatan Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah... 217 5. Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah... 219
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 222
A. Kesimpulan... 222
B. Saran... 226
DAFTAR PUSTAKA... 228 LAMPIRAN...
(11)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPS merupakan suatu bidang kajian dimana IPS mempelajari masalah-masalah sosial, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan sikap dalam kehidupan bermasyarakat. Materi yang terkandung dalam pelajaran IPS mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Hamalik, 1992 : 40-41). Banyak bentuk-bentuk karakter yang harus sekolah terapkan kepada siswa, diantaranya adalah tanggung jawab sosial, kepedulian, kontrol diri, rasa ingin tahu, religius, sikap kritis siswa, gotong royong, jujur, adil, dan masih banyak lagi.
Dilatar belakangi oleh hasil pra-penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-C SMP 6 Pasundan Bandung, peneliti menemukan adanya masalah saat pembelajaran IPS berlangsung di dalam kelas. Sangat terlihat bahwa siswa sulit mengontrol diri, dimana saat pembelajaran IPS berlangsung masih banyak siswa yang belum siap untuk belajar. Mereka sulit mengontrol dorongan negatif dalam dirinya sendiri, sehingga timbulah sikap-sikap yang tidak mencerminkan tanggung jawab sosial. Dapat terlihat dengan jelas bahwa emosi anak sangat tidak terkontrol, seperti emosi siswa pada beberapa kondisi yang sangat meledak-ledak. Bahkan saat guru berbicara pun mereka berani melawan atau acuh tak acuh, keadaan kelas pun sangat gaduh karena banyak siswa laki-laki dan perempuan bertengkar tanpa adanya kontrol diri, satu sama lain saling menuduh dan membela diri. Meskipun pada jam pertama, kondisi kelas sering dimulai dengan kegaduhan karena hal tersebut. Hal ini menyebabkan siswa lain tidak fokus dalam pelajaranan dan kegiatan belajar mengajar tidak kondusif. Hal tersebut kurang sesuai dengan prinsip dalam belajar menurut Komalasari (2010: 3) yang menyatakan bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar salah satunya adalah kesiapan, dimana tingkat keberhasilan dalam belajar tergantung kesiapan siswa itu sendiri. Seharusnya kontrol diri dapat membantu anak mengendalikan perilaku mereka, sehingga mereka dapat bertindak benar berdasarkan pikiran dan hati nurani mereka sendiri. Di kelas VII-C peneliti melihat masih banyak siswa yang tidak saling menghargai
(12)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
satu sama lain, seperti bullying dan tidak bisa menahan emosi. Saling mengejek fisik atau warna kulit, emosi yang meledak-ledak dan tidak bisa menahan diri sudah menjadi hal yang lumrah. Dalam masalah ini sudah terlihat bahwa tanggung jawab sosial siswa sangat lemah.
Dengan demikian apabila hal ini terus terjadi, maka tidak akan mencapai tujuan pengajaran IPS yang maksimal. Tujuan IPS itu sendiri menurut Banks dalam Sapriya (2008: 2), yaitu mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa, dan dunia. Para siswa dalam kehidupan di masyarakat harus bisa berpartisipasi terhadap lingkungan sekitar, merekaharusmemilikitanggungjawabuntukdirisendiridan orang lain. Dalam hal ini jika guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, seharusnya para siswa bisa berpartisipasi terhadap kelompoknya masing-masing. Bukti para siswa berpartisipasi yaitu, para siswa harus bertanggung jawab dengan tugas yang telah guru berikan, menaati peraturan, dan berinteraksi dengan sesama ataupun lingkungan dengan baik. Adapun yang dimaksud tanggung jawab adalah rasa peduli terhadap hak dan kewajibannya, meskipun itu harus menguras waktu dan tenaga serta biaya (Hartinah, 2010: 98). Kaitan keterampilan sosial dengan tanggung jawab sosial itu sangat erat, menurut Lickona (2012: 72), tanggung jawab secara literal berarti kemampuan untuk merespon atau menjawab. Comb & Slaby (Gimpel dan Merrell, 1998) memberikan pengertian bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Maka dapat disimpulkan, bahwa tanggung jawab sosial adalah perilaku seseorang dalam merespon dan berinteraksi dalam konteks sosial dengan tujuan memberikan manfaat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Itu artinya berorientasi terhadap orang lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respons terhadap apa yang mereka inginkan.
Lickona (2013: 64) menjelaskan bahwa rasa tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja dengan segenap kemampuannya. Dengan hal ini sangat diharapkan para siswa agar mampu memiliki tanggung jawab dimanapun mereka berada. Menurut Lickona, karakter mengandung tiga bagian yang saling terhubung, yaitu pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Seringkali seseorang mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah buruk, namun tetap dilakukan.
(13)
3
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hal ini terjadi karena ia hanya memiliki pengetahuan mengenai perilaku baik yang harus dilakukan. Lickona menyebutkan bahwa individu tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang perilaku yang baik (knowing the good), tetapi juga perlu menumbuhkan perasaan tentang perilaku yang baik pada diri sendiri yang bersumber dari keinginan untuk berbuat baik (desiring the good) dan kecintaan untuk berbuat baik (loving the good). Begitu pula dengan tanggung jawab, rasa tanggung jawab menjadi dasar pengembangannya menjadi tindakan atau tingkah laku tanggung jawab sosial.
Perilaku tanggung jawab sosial yang belum dimiliki oleh siswa harus segera diatasi karena jika terjadi secara terus menerus akan merugikan siswa itu sendiri. Mereka tidak akan memperoleh pengetahuan yang maksimal karena sifat acuhnya tersebut. Melihat permasalahan di atas salah satu pembelajaran yang peneliti rasa tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas yaitu menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Asumsidasardibangun karena problem based learning adalah solusi untuk
menyelesaikanmasalah, sedangkan orang yang
mempunyaikomitmentinggiuntukmenyelesaikanmasalahadalah orang yang bertanggungjawab,makanilaikarakterintidalamproblem based learningyang lebih spesifik lagiadalahtanggungjawab sosial. Orang yang memilikijiwatanggungjawab sosial yang tinggiadalah orang yang mempunyaikepekaanmasalah yang tinggi, sehinggaiamempunyaipenggilanjiwauntukmenyelesaikannya. Komalasari (2010: 58) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah yaitu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Sementara itu, aktivitas yang terjadi di dalam kelas umunya masih menmpatkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat membuat siswa menjadi bertambah pengetahuannya. Kondisi ini masih mendominasi sekolah-sekolah di tanah air, masih banyak guru yang asik mengelola proses pembelajaran di kelasnya dengan pembelajaran satu arah antar guru dengan siswa, sehingga interaksi antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru tidak berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Smith dan Ragan (1993: 2) pembelajaran merupakan aktivitas penyampaian informasi dalam membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan-tujuan belajar, tujuan siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar
(14)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ini, guru dapat membimbing, membantu dan mengarahkan siswa agar memiliki pengetahuan dan pemahaman berupa pengalaman belajar, atau suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa melalui pembelajaran berbasis masalah.
Strategi pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Panen (2001: 85) mengatakan dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Keterlibatan siswa dalam strategi dengan PBL menurut Baron, meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan. Maka siswa selain dapat mengontrol diri sendiri dan bekerja sendiri, ia juga dapat berinteraksi dengan kelompok dengan baik untuk belajar dan menyelesaikan masalah.
Melihat permasalahan di atas peneliti ingin meningkatkan perilakutanggungjawab melalui pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang peneliti paparkan diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan perilaku tanggung jawab siswa di kelas VII-C SMP Pasundan 6 Bandung? “. Untuk memberikan arah dalam penelitian maka dari itu rumusan masalah lebih dispesifikkan lagi sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
3. Apakah kendala yang guru hadapi dalam pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
(15)
5
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Apakah upaya yang guru lakukan ntuk menyelesaikan kendala yang terjadi pada pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
5. Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkannya IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran IPS berbasis masalah mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa melalui penelitian tindakan kelas (PTK)
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui persiapan guru dalam mendesain pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan dalam menerapkan pembelajaran IPS berbasis masalah yang dilakukan guru untuk pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung
3. Untuk mengetahui refleksi yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab siswa sosial dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung.
4. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung.
5. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialsiswa di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung?
(16)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni : 1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa agar calon penerus bangsa dapat lebih peka terhadap hak dan kewajiban yang harus mereka lakukan, serta dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan membangun dunia yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru
Penerapkan pembelajaran IPS berbasis masalah dapat dijadikan suatu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran IPS serta dapat digunakan sebagai pertimbangan dan dapat menumbuhkan perilaku tanggung jawab sosial untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
b. Manfaat bagi siswa
Dengan penerapan pembelajaran IPS berbasis diharapkan siswa memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupannya.
c. Manfaatbagisekolah
Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran IPS. Terutama bagi sekolah yang tempat penelitian ini dilaksanakan dan bagi sekolah lain pada umumnya.
d. Manfaat bagi peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam pembelajaran IPS.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir. Skripsi ini terdiri atas lima bab, pada bab satu sebagai pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
(17)
7
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Penyusunan hasil penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang pada hakikatnya merupakan gambaran umum penelitian secara menyeluruh. Pendahuluan ini terbagi kedalam beberapa sub-bab, yaitu a) latar belakang penelitian; b) identifikasi masalah dan rumusan masalah; c) tujuan penelitian; d) manfaat penelitian, dan e) struktur organisasi.
Bab II berisi tentang landasan teoritis yang berhubungan dengan judul penelitian ini, yaitu “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Siswa (Penelitian Tindakan Kelas VII C di SMP Pasundan 6 Bandung)”. Bab ini terdiri atas paparan konsep-konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian serta menjadikannya sebagai kerangka berpikir
Bab III berisi tentang metodologi penelitian. Kajian dalam bab ini meliputi a) lokasi dan subjek penelitian; b) desain penelitian; c) metode penelitian; d) definisi operasional; e) instrumen penelitian; f) teknik pengumpulan data; g) prosedur pengumpulan data; h) teknik analisis data.
Bab IV merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini akan dipaparkan lebih mendalam mengenai masalah yang menjadi objek kajian peneliti.
Bab V berisi tentang kumpulan dan saran. Bab ini berisi paparan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.
Daftar pustaka berisi tentang identitas buku dan sumber tertulis lainnya yang dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Lampiran-lampiran merupakan kumpulan-kumpulan dokumen yang berkaitan dengan proses penelitian yang dilaksanakan peneliti dalam penyusunan skripsi.
(18)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(19)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat melakukan penelitian dengan tujuan memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian. Menurut Nasution (2003: 43), lokasi penelitian menunjukkan pada tempat atau lokasi sosial dimana penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya 3 unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah di SMP Pasundan 6 Bandung yang berlokasi di Jalan Sumatera No. 41 Bandung 40117. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2013/2014. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena di SMP Pasundan 6 Bandung peneliti menemukan adanya masalah yang dihadapi yaitu rendahnya perilaku tanggung jawab sosial siswa dalam kehidupannya di lingkungan sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam kelas ini adalah siswa kelas VII-C SMP Pasundan 6 Bandung. Jumlah siswa dalam kelas sebanyak 46 yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 28 siswa laki-laki. Karakteristik siswa sangat heterogen, dimana secara keseluruhan siswa memiliki kemampuan serta sifat dan seikap yang berbeda-beda. Alasan peneliti memilih kelas VII-C untuk dilakukan penelitian karena pada pra-penelitian peneliti melihat bahwa kelas ini memiliki siswa yang kurang dalam tanggung jawab sosial dalam pelajaran IPS. Hal ini membuat peneliti untuk mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Sangat diharapkan untuk selanjutnya siswa kelas VII-C dapat menumbuhkan tanggung jawab sosial dalam pembelajaran IPS dan mengaplikasikan nya dalam keluarga atau lingkungan masyarakat.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, kegiatan tindakan kelas yang hendak dilaksanakan mengacu pada model dan tahapan penelitian yang dikembangkan oleh Trianto (2011: 31), yaitu seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
(20)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Taggart
Sumber: Wiriatmadja, 2008
Berdasarkan desain penelitian tersebut di atas maka tahapan dalam penelitian ini yakni: 1. Perencanaan
Tahap pertama pada model ini adalah perencanaan, secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Pengamatan
Siklus 1
Siklus 2 Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
(21)
42
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nyata yang ada. Pada tahap ini menjelaskan mengenai rencana peneliti dalam menyusun RPP yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, kemudian model yang akan digunakan, materi sesuai KD yang akan disampaikan, pada tahap ini juga peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
2. Pelaksanaan
Tahap ke dua adalah, tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap perencanaan tindakan, mulai dari realisasi kegiatan dan semua kegiatan observasi yang dilakukan.
3. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang akan diamati menggunakan instrumen yang telah disusun untuk kegiatan penelitian. Dimana selain peneliti, observer juga membantu dalam mencatat ataau mengamati kegiatan yang dilakukan selama pengamatan.
4. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan. Refleksi dilakukan setelah peneliti melakukan kegiatan tindakan, kemudian peneliti melakukan diskusi bersama guru mitra atau observer lain untuk merancang kembali perencanaan selanjutnya yang akan dilakukan agar masalah yang terdapat di kelas tersebut dapat terpecahkan.
(22)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Tahap Perencanaan
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun perencanaan yang sistematis sehingga memudahkan peneliti dalam pelaksanaan tindakan. Tahapan perencanaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Membuat RPP sesuai dengan metode pembelajaran IPS berbasis masalah
b. Merancang model pendekatan pembelajaran IPS berbasis masalah mencakup kegiatan percobaan dan diskusi kelompok
c. Pembuatan lembar kerja siswa dan lembar observasi sesuai indikator yang akan dicapai d. Pembuatan instrumen-instrumen yang dibutuhkan seperti catatan lapangan, lembar
aktivitas guru dan siswa serta angket e. Pemilihan media/sumber belajar
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dalam tiga siklus. Kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Guru memotivasi siswa dengan membuat pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
c. Guru mengkondisikan siswa dalam kelompoknya dan membagikan LKS
d. Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuannya. Dalam hal ini guru membantu kelompok yang mengalami kesulitan
e. Guru mengkondisikan setiap kelkompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya f. Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan tanya jawab
g. Guru memberikan apresiasi atau reward kepada kelompok yang terbaik untuk memotivasi siswa agar siswa bisa lebih baik lagi
h. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
3. Tahap Observasi
Tahap observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan yang telak dilaksanakan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer
(23)
44
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengumpulkan data dari aktivitas yang dilakukan guru maupun siswa. Dalam hal ini peneliti memilih kelas VII C.
Adapun instrumen yang dipilih peneliti adalah format lembar observasi yang mencakup langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Perekaman data ini dilakukan dengan cara daftar checklist untuk setiap indikator yang muncul dalam tindakan kegiatan pembelajaran disertai dengan keterangan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang mengulas tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan situasi pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi setelah melakukan tindakan. Keberhasilan dari tiap tindakan dapat dilihat dari hasil belajar maupun aktivitas yang ditemukan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi apabila masih terdapat kekurangan pada tindakan sebelumnya, maka diperlukan rencana tindakan untuk perbaikan selanjutnya. Kegiatan ini terus diulang dalam bentuk siklus sampai permasalahan dianggap selesai.
D. Metode Penelitian
Penelitian mengenai Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Siswa ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi, 2007: 3). Arikunto (2007: 3) menyatakan Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Sementara menurut Elliot dalam Sanjaya (2009: 25) penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditumbulkan. Bila digabungkan pengertian dan definisi PTK yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh batasan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang
(24)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.
E. Definisi Istilah
1. Somantri (2001: 44) berpendapat bahwa Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah bisa diartikan sebagai: (1) Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) Pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial; (3) Pendidikan IPS yang menekankan pada reflective unquiry; (4) Pendidikan IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, 3, diatas.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) merupakan model pembelajaran yang merancang masalah-masalah yang dapat menuntut siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Bern dan Erickson dalam Komalasari (2010: 59) pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
3. Tanggung jawab sosial adalah teori etika bahwa suatu entitas, baik itu organisasi atau individu, memiliki kewajiban untuk bertindak untuk menguntungkan masyarakat luas. Tanggung jawab sosial memiliki konsep yang kompleks dan terus berkembang, pendidik dapat mendorong pengembangan konsep-konsep ini melalui program-program yang sesuai dengan kemampuan anak didik. Tanggung jawab merupakan salah satu pendidikan karakter yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang berada di lapangan. Untuk memperoleh kebenaran dalam pengumpulan data, maka dibutuhkan instrumen yang tepat agar permasalahan yang diteliti dapat diobati dengan baik. Instrumen yang digunakan adalah:
(25)
46
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Lembar Aktivitas Guru
Lembar aktivitas guru adalah lembar observasi yang fokus penelitiannya kepada guru. Lembar aktivitas guru ini ini berguna untuk mencatat semua aktivitas guru mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Selain itu lembar aktivitas guru juga berguna untuk meilai sejauh mana keesiapan guru dalam melaksanakan tindakan kelas pembelajaran IPS berbasis masalah di kelas VII C tersebut.
2. Observasi
Sanjaya (2009: 86) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi sebagai alat pemantau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan tiap siklus. Observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari panca indranya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subjek yang diteliti. Untuk memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan. Di antara alat bantu observasi tersebut misalnya termasuk buku catatan dan check list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan.
Kegiatan atau aktivitas yang akan diteliti dibagi ke dalam beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Nilai Indikator Perilaku Tanggung Jawab Sosial
Tanggung Jawab Sosial
Membangun empati yang baik
Mampu menjaga perasaan orang lain
Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain (teman kelas)
Membangun kontrol diri Tidak membully sesama/menjaga lisan
(26)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tidak berprilaku kasar Tidak melakukan kekerasan fisik
Menumbuhkan rasa hormat
Menghargai orang lain Sopan kepada guru, sahabat, orang tua, dll.
Menumbuhkan kebaikan hati
Membantu orang lain yang membutuhkan
Membiasakan diri berperilaku baik
Meningkatkan toleransi Mengormati hak semua orang
Berinteraksi baik dengan siapapun
Tidak membeda-bedakan orang lain
2. Wawancara
Sanjaya (2009: 96) mengemukakan wawancara merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara ini merupakan instrumen penelitiaan yang sering digunakan untuk mengumpulkan data dalam PTK. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan diantaranya pertama, wawancara dapat digunakan untuk mencek kebenaran data yang diperoleh dengan cara lain. Kedua, teknik ini memungkinkan data yang diperoleh lebih luas. Ketiga, dengan wawancara memungkinkan pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa yang diwawancarai. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa kelas VII C dan guru mitra mengenai pembelajaran yang selama ini dilakukan sebelum adanya penelitian dan proses penelitian tindakan kelas oleh peneliti.
3. Catatan Harian (field note)
Untuk menunjang pengambilan data-data lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan penelitian dapat menggunakan catatan harian untuk mencatat kemajuan, mencatat persoalan yang dihadapi dan solusinya. Catatan harian dalam Sanjaya (2009: 98) merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Catatan yang dibuat oleh
(27)
48
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peneliti adalah catatan yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan. Format catatan harian ini meliputi pengisian waktu, mendeskripsikan kegiatan yang terjadi selama penelitian berlangsung meliputi beberapa aspek saat pembelajaran di kelas seperti suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa lainnya.
4. Lembar Observasi Siswa dan Guru
Lembar observasi guru berfungsi untuk melihat sejauh mana guru siap dalam melaksanakan KBM di kelas. Selain itu, lembar observasi pelaksanaan penelitian yang fokus penelitiannya terhadap guru juga berfungsi untu melihat peningkatan-peningkatan guru setiap pelaksanaan penelitian. Tenaga pendidik sangat penting dalam proses KBM, keberhasilan ketercapaian siswa tergantung kepada tenaga pendidik tersebut. Maka peningkatan setiap pelaksanaan harus dinilai agar guru selalu melakukan perbaikan dalam setiap siklusnya.
Lembar observasi siswa berfungsi untuk melihat peningkatan siswa setiap siklusnya, sehingga guru dapat merencanakan setiap tindakannya agar siswa dapat meningkatkan tanggung jawab sosialnya maupun hasil belajarnya. Lembar observasi siswa juga berfungsi untuk melihat kesiapan siswa dalam belajar dan mengikuti tahap-tahap PBL yang direncanakan oleh guru. Peningkatan perilaku tanggung jawab sosial juga dapat dilihat dari setiap siklus yang dicatat atau dinilai dalam lembar observa siswa.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi
Observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain, termasuk kuesioner dan wawancara. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari panca indranya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau
(28)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
persepsi dari subjek yang diteliti. Untuk memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan. Di antara alat bantu observasi tersebut misalnya termasuk buku catatan dan check list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga penting yaitu kamera, film proyektor, dan sebagainya. Karena banyaknya alat bantu observasi, maka peneliti dianjurkan untuk dapat memilih yang tepat dan dapat memaksimalkan pengambilan data di lapangan.
Dalam penelitian pendidikan, teknik pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a. Observasi terbuka
Pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar.
b. Observasi tertutup
Pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan. Model observasi tertutup ini, pada umumnya untuk mengantisipasi agar reaksi responden dapat berlangsung secara wajar dan tidak dibuat-buat, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang diinginkan.
c. Observasi tidak langsung
Pada kondisi ini peneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden. Observasi tidak langsung ini semakin banyak dilakukan, sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi canggih, seperti penggunaan telepon, televisi jarak jauh, dan jasa satelit komunikasi yang dapat digunakan dalam dunia penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).Wawancara adalah salah satu metode untuk dapat mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan/face to face
(29)
50
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
relation(Bima Walgito, 1987).Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seorang murid secara lisan (Dewa Ktut Sukardi, 1983).Wawancara informatif adalah suatu alat untuk memperoleh fakta/data informasi dari murid secara lisan. Dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan (W.S.Winkel, 1995).
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.
4. Angket
Angket adalah pertanyaan atau dialog tertulis yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk dapat menilai peneliti selama proses pembelajaran dan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah. H. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Menganalisi data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan menggunakan analisis data kualitatif, pengolahaan data kualitatif diolah selama proses penelitian berlangsung yaitu dengan melakukan pengolahaan data deskriptif.
2. Analisis Data Kualitatif
Dalam desertasi Encep Supriatna (2011: 119), data yang telah terkumpul akan di analisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif-kualitatif. Teknik analisis ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah, yakni: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Penafsiran data, dan (4) Menarik kesimpulan. Langkah-langkah tersebut terangkum dalam satu kegiatan yang dapat diulakukan di lokasi maupun luar lokasi penelitian. Pola Kegiatan ini dapat digambarkan sebagaimana berikut:
(30)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Prosedur Kerja Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)
Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif koleksi data atau pengumpulan data dengan analisis data. Tanpa secara aktif melakukan perbandingan-perbandingan dalam proses pengumpulan data tak mungkin terjelajah dan terlacak secara induktif hingga ke tingkat memadai muatan-muatan yang tercakup dalam suatu konsep, kategori, atau teori, (Bungin, 2003: 69-70).
(Sanjaya, 2012: 106) mengatakan bahwa analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru. Menurut Nasution (1998: 129) bahwa dalam “dalam penelitian Kualitatif, analisis data harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis”
Menurut Sanjaya (2011: 106), analisis data dilakukan dalam tiga tahapan, diantaranya yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. b. Mendeskripsikan Data
Pendeskripsian data harus dilakukan agar data yang telah kita seleksi menjadi bermakna, pendeskripsian pun dapat dilakukan secara naratif, grafik, maupun tabel.
c. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif Pengumpulan
Data Penyajian Data
Menarik Kesimpulan/
Verifikasi Reduksi
(31)
52
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penjabaran dari catatan lapangan yang dilakukan sesaat setelah catatan lapangan dibuat, hal ini dimaksudkan agar penulis mampu menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
d. Membuat Kesimpulan Berdasarkan Deskripsi Data
Dalam proses penelitian, menganalisis dan mengintreprestasikan data merupakan proses penting, karena data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak mengolahnya. a. Validitas Data
Validitas data adalah semua data yang masuk divalidasi dengan teknik seperti yang digunakan dalam analisis kualitatif menurut Hopkins Glaser dan Strauss, (Wiriaatmadja 2005:168-170).
Salah satu langkah dalam melakukan penelitian adalah dengan mengumpulkan data yang akan dipakai sebagai bahan pengambilan kesimpulan untuk mendapatkan jawaban penelitian.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan tujuan dan karakteristik penelitian. Data yang telah dikumpulkan perlu dicek keabsahannya untuk dikenali validitasnya. Pengecekan data untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi merupakan metode sintesa data terhadap kebenarannya dengan menggunakan metode pengumpulan data yang lain atau berbagai paradigma triangulasi. Data yang dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan terhadap peneliti tentang keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam pengambilan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan. Dalamkegiatanvaliditas data padapenelitiantindakankelasinimenggunakantekniktriangulasi, member check, danexpert opinion.
a. Triangulasi
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Wiriaatmadja (2008: 168) mengatakan bahwa triangulasi adalah memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misalnya mitra penelitian lain yang hadir menyaksikan situasi yang sama.
(32)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Member Check
Pengujian kredibilitas data dengan member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara. Ini penting agar data-data yang didapat dapat teruji ke validan nya, serta untuk pencekan apabila ada data yang kurang didapatkan. Wiriaatmadja (2008: 168), member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber.
c. Audit Trail
Wiriaatmadja (2005: 168) mengemukakan bahwa audit trail adalah mengecek hasil penelitian beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan mengkonfirmasikan buku-buku temuan yang diperiksa dan dicek kesahihannya kepada sumber data pertama guru dan siswa.
d. Expert Opinion
Expert Opinion yaitu meminta pendapat dari pakar atau ahli. Pada penelitian tindakan kelas ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran dan nasehat dari dosen pembimbing. Ini bertujuan agar informasi yang didapat serta PTK yang dilakukan bisa lebih baik dengan mendapat masukan serta bimbingan dari pakar yang sudah berpengalaman.
3. Menganalisis Angket
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 1997: 140). Penilaian angket ini adalah dengan menggunakan penilaian skala sikap teori Likert. Rensis Likert (1903-1981) mengembangkan beberapa sikap, responden kemudian memilih satu dari kriteria penskoran sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah dari angka yang di pilih menunjukan sikap responden terhadap hal yang dimaksud. Setiap pernyataan di ikuti dengan serangkaian angka-angka, sebagai skala yang menunjukan persetujuan/penolakan. Kemudian
(33)
54
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
hasil data kualitatif diubah ke dalam skala kuantitatif, dengan menjumlahkan angka-angka yang di peroleh dari tiap penyataan, akan muncul nilai sikap kita dan intensitasnya.
Menurut Sudjana (2001: 19) untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:
P = F X 100% N Keterangan:
P = Frekuensi jawaban seluruh siswa F = Frekuensi jawaban
N = Banyak responden
Setelah dianalisis, kemudian dilakukan interpretasi untuk mempermudah mengambil kesimpulan dalam penyajian hasil penelitian, maka penulis menggunakan istilah yang dikemukakan oleh A. Suryadi (1987: 70) dan diklasifikasikan sebagai berikut:
0% = ditafsirkan tidak ada 1%-49% = ditafsrikan sebagian kecil 50% = ditafsirkan setengahnya 51%-75% = ditafsirkan sebagian besar 76%-99% = ditafsirkan hampir seluruhnya
(34)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan peneliatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada siklus I, siklus II, dan siklus III pada pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung mengenai “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Siswa”. Secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan umum bahwa pembelajaran IPS berbasis masalah dinilai mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi siswa, angket, serta hasil belajar siswa yang terus meningkat pada setiap siklusnya. Kemudian perilaku tanggung jawab sosial juga semakin meningkat dengan diterapkannya pembelajaran IPS berbasis masalah. Perilaku empati, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati serta perilaku toleransi pada diri siswa semakin meningkat pada setiap siklusnya dengan melihat hasil observasi melalui instrumen angket dan hasil belajar siswa.
2. Kesimpulan Khusus
a. Desain perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting sebelum dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung adalah menggunakan pembelajaran IPS berbasis masalah. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS berbasis masalah, maka guru harus mendesain perencanaan dengan menyiapkan materi dan LKS yang akan diterapkan strategi PBL. LKS yang digunakan dalam strategi PBL adalah LKS berbasis masalah yang memuat kasus-kasus yang mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa seperti kasus-kasus menarik yang berada di lingkungan sekitar. Perencanaan selanjutnya adalah menyusun RPP yang berkualitas, RPP yang berkualitas
(35)
223
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah RPP yang disusun secara tepat menggunakan strategi PBL, selain itu hal penting lainnya adalah membuat media yang tepat yang akan digunakan dalam Pembelajaran IPS berbasis masalah. Semua perencanaan yang direncanakan oleh guru harus disesuaikan dengan kondisi kelas serta kemampuan dan karakteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut harus sangat diperhatikan karena tidak semua karakter siswa mampu menerima pembelajaran yang dilaksanakan. Perencanaan yang guru susun ditujukan agar seluruh tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain itu perencanaan pembelajaran juga berguna agar guru mampu mengukur setiap peningkatan perilaku tanggung jawab sosial yang siswa alami. Perencanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah juga mampu untuk mengatur seluruh kegiatan pembelajaran agar terlaksana dengan lebih baik dan sistematis.
b. Pelaksanaan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa dalam pembelajaran IPS dilaksanakan dalam tiga siklus. Tindakan pada setiap siklus disesuaikan dengan KD (kompetensi dasar) yang akan dilaksanakan, dalam satu siklus terdapat satu KD dengan bahan ajar yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah. Pada pelaksanaan pembelajaran, semua kegiatan pembelajaran harus mengacu kepada RPP yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatan dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis masalah, terdapat tahap-tahap PBL yang harus dilaksanakan. Tahap satu adalah mengorganisasikan siswa kepada masalah, tahap dua mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap tiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, dan tahap empat mengembangkan dan mempresentasikan hasil tugas atau karyanya. Guru melaksanakan tindakan setiap siklus berdasarkan tahapan-tahapan PBL yang telah ditentukan, selain itu dalam kegiatan diskusi guru juga menyajikan lembar kerja siswa berbasis kasus dan perilaku tanggung jawab sosial siswa. lembar kasus yang disajikan akan dibahas oleh siswa secara berkelompok, kemudian sesuai dengan tahap-tahap PBL, kasus yang dibahas harus dipresentasikan oleh siswa di depan kelas. Setelah dipresentasikan guru membuka sesi tanya jawab untuk mengukur kemampuan siswa dalam membahas kasus
(36)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang telah disajikan. Setelah semua kegiatan selesai guru melaksanakan kegiatan akhir dengan menyimpulkan kegiatan pembelajaran serta melakukan evaluasi.
c. Pada setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru menghadapi beberapa kendala. Kondisi kelas atau sekolah yang kurang kondusif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudia siswa yang belum memahami prosedur pembelajaran IPS berbasis masalah juga dapat menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran, sehingga sebagian besar siswa belum tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya yaitu kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk memecahkan masalah yang ada dan terbatasnya waktu yang tersedia saat kegiatan pembelajaran membuat kegiatan pembelajaran kurang maksimal. Pada siklus pertama, kasus yang guru sajikan kurang menarik perhatian siswa sehingga siswa kurang tertarik membahas kasus yang disediakan. Karena pada kegiatan pembelajaran pada pelajaran lain sangat jarang dilaksanakan kegiatan presentasi maka kurangnya keberanian siswa untuk berargumen pada kegiatan presentasi juga menjadi kendala bagi guru dalam melaksanakan kegiatan presentasi. Kendala lainnya terdapat pada kurangnya fasilitas sekolah seperti media yang masih minim disekolah.
d. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS berbasis masalah, guru harus mencari solusi yang tepat. Solusi yang guru lakukan untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi yaitu dengan cara mengkondisikan siswa yang masih ribut pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan melakukan perjanjian bersama siswa, guru juga harus lebih tegas dalam menghadapi siswa yang sulit diatur. Dengan mengkondisikan kelas agar lebih kondusif, guru dapat menjelaskan prosedur pembelajaran IPS berbasis masalah dengan baik dan jelas. Guru harus meningkatkan kemampuannya menjadi motivator bagi siswa agar siswa termotivasi untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Guru harus lebih memaksimalkan waktu agar alokasi waktu yang telah ditentukan dapat tercapai. Guru harus berusaha mencari materi serta kasus-kasus yang mampu menarik perhatian siswa untuk belajar. Guru harus lebih mendorong siswa untuk mampu percaya pada kemampuan sendiri dan guru harus sekreatif mungkin membuat media untuk siswa. Dengan mengatasi kendala-kendala yang guru hadapi, maka tujuan kegiatan
(37)
225
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran akan lebih maksimal dilaksanakan oleh guru maupun siswanya itu sendiri. Guru harus lebih sigap dalam mengatasi setiap kendala yang dihadapi, karena kualitas guru akan mempengaruhi kualitas belajar dan hasil belajar siswa.
e. Setelah semua kegiatan terlaksanakan, maka yang diharapkan oleh setiap guru yaitu siswa mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada setiap siklusnya siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Hasil belajar siswa yaitu diambil dari nilai lembar kerja ssiswa serta nilai presentasi siswa. Pada siklus pertama setelah diakumulasikan, nilai tertinggi siswa hanya mencapai kriteria penilaian “kurang”. Maka dapat dinyatakan bahwa pada siklus pertama nilai siswa masih sangat kurang dari KBM yang ditentukan. Pada siklus kedua, siswa mengalami peningkatan dengan mencapai kriteria “cukup”. Pada siklus terakhir yaitu siklus tiga, kriteria peni;aian siswa mencapai kategori “Baik sekali”. Pada setiap siklusnya, dengan dorongan dari guru siswa mengalami perbaikan dan peningkatan yang cukup signifikan sehingga hasil belajar siswa secara teratur meningkat dengan baik. Pada siklus terakhir, hampir semua indikator dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan maksimal. Perilaku tanggung jawab sosial siswa juga terlihat semakin meningkat dengan diterapkannya strategi pembelajaran IPS berbasis masalah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan menggunakan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa, terdapat saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Berikut saran yang diberikan peneliti:
1. Bagi Guru
Guru harus memiliki kesadaran untuk menemukan permasalahan yang terdapat di dalam kelas, selain itu sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya melakukan perencanaan pembelajaran sematang mungkin agar dapat disesuaikan dengan kondisi kelas serta karakteristik siswa. Guru IPS dapat mengantisipasi kurangnya fasilitas disekolah dengan sekreatif mungkin membuat media pembelajaran untuk siswa.
(38)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain itu, guru IPS sebaiknya dapat memaksimalkan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah dengan mencari bahan ajar untuk membuat lembar kerja siswa berbasis masalah dengan kasus yang mampu menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa.
2. Bagi Siswa
a) Siswa harus lebih aktif dalam mencari wawasan serta informasi terutama berupa kasus-kasus menarik yang terdapat dilingkungan sekitar
b) Siswa harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran setertib dan sebaik mungkin
c) Siswa harus mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialnya demi kebaikan diri sendiri dan orang lain
d) Siswa harus mampu menghormati guru dan menaati peraturan yang tedapat disekolah
3. Bagi Sekolah
Sebaiknya sekolah harus meningkatkan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran agar pelaksananaan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik dan maksimal. Seperti dengan menyediakan media pembelajaran serta infocus, proyektor, dll.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya yang akan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalahuntuk meningkatkan perilaku atau sikap siswa, sebaiknya menambahkan teori yang lebih banyak untuk mengukur sikap siswa. Selain itu, gunakan sumber dan referensi yang sudah terpercaya.
(1)
54
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
hasil data kualitatif diubah ke dalam skala kuantitatif, dengan menjumlahkan angka-angka yang di peroleh dari tiap penyataan, akan muncul nilai sikap kita dan intensitasnya.
Menurut Sudjana (2001: 19) untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:
P = F X 100% N Keterangan:
P = Frekuensi jawaban seluruh siswa F = Frekuensi jawaban
N = Banyak responden
Setelah dianalisis, kemudian dilakukan interpretasi untuk mempermudah mengambil kesimpulan dalam penyajian hasil penelitian, maka penulis menggunakan istilah yang dikemukakan oleh A. Suryadi (1987: 70) dan diklasifikasikan sebagai berikut:
0% = ditafsirkan tidak ada 1%-49% = ditafsrikan sebagian kecil 50% = ditafsirkan setengahnya 51%-75% = ditafsirkan sebagian besar 76%-99% = ditafsirkan hampir seluruhnya
(2)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan peneliatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada siklus I, siklus II, dan siklus III pada pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung mengenai “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Siswa”. Secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan umum bahwa pembelajaran IPS berbasis masalah dinilai mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi siswa, angket, serta hasil belajar siswa yang terus meningkat pada setiap siklusnya. Kemudian perilaku tanggung jawab sosial juga semakin meningkat dengan diterapkannya pembelajaran IPS berbasis masalah. Perilaku empati, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati serta perilaku toleransi pada diri siswa semakin meningkat pada setiap siklusnya dengan melihat hasil observasi melalui instrumen angket dan hasil belajar siswa.
2. Kesimpulan Khusus
a. Desain perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting sebelum dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas VII C SMP Pasundan 6 Bandung adalah menggunakan pembelajaran IPS berbasis masalah. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS berbasis masalah, maka guru harus mendesain perencanaan dengan menyiapkan materi dan LKS yang akan diterapkan strategi PBL. LKS yang digunakan dalam strategi PBL adalah LKS berbasis masalah yang memuat kasus-kasus yang mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa seperti kasus-kasus menarik yang berada di lingkungan sekitar. Perencanaan selanjutnya adalah menyusun RPP yang berkualitas, RPP yang berkualitas
(3)
223
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah RPP yang disusun secara tepat menggunakan strategi PBL, selain itu hal penting lainnya adalah membuat media yang tepat yang akan digunakan dalam Pembelajaran IPS berbasis masalah. Semua perencanaan yang direncanakan oleh guru harus disesuaikan dengan kondisi kelas serta kemampuan dan karakteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut harus sangat diperhatikan karena tidak semua karakter siswa mampu menerima pembelajaran yang dilaksanakan. Perencanaan yang guru susun ditujukan agar seluruh tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain itu perencanaan pembelajaran juga berguna agar guru mampu mengukur setiap peningkatan perilaku tanggung jawab sosial yang siswa alami. Perencanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah juga mampu untuk mengatur seluruh kegiatan pembelajaran agar terlaksana dengan lebih baik dan sistematis.
b. Pelaksanaan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa dalam pembelajaran IPS dilaksanakan dalam tiga siklus. Tindakan pada setiap siklus disesuaikan dengan KD (kompetensi dasar) yang akan dilaksanakan, dalam satu siklus terdapat satu KD dengan bahan ajar yang disesuaikan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah. Pada pelaksanaan pembelajaran, semua kegiatan pembelajaran harus mengacu kepada RPP yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatan dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis masalah, terdapat tahap-tahap PBL yang harus dilaksanakan. Tahap satu adalah mengorganisasikan siswa kepada masalah, tahap dua mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap tiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, dan tahap empat mengembangkan dan mempresentasikan hasil tugas atau karyanya. Guru melaksanakan tindakan setiap siklus berdasarkan tahapan-tahapan PBL yang telah ditentukan, selain itu dalam kegiatan diskusi guru juga menyajikan lembar kerja siswa berbasis kasus dan perilaku tanggung jawab sosial siswa. lembar kasus yang disajikan akan dibahas oleh siswa secara berkelompok, kemudian sesuai dengan tahap-tahap PBL, kasus yang dibahas harus dipresentasikan oleh siswa di depan kelas. Setelah dipresentasikan guru membuka sesi tanya jawab untuk mengukur kemampuan siswa dalam membahas kasus
(4)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang telah disajikan. Setelah semua kegiatan selesai guru melaksanakan kegiatan akhir dengan menyimpulkan kegiatan pembelajaran serta melakukan evaluasi.
c. Pada setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru menghadapi beberapa kendala. Kondisi kelas atau sekolah yang kurang kondusif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudia siswa yang belum memahami prosedur pembelajaran IPS berbasis masalah juga dapat menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran, sehingga sebagian besar siswa belum tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya yaitu kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk memecahkan masalah yang ada dan terbatasnya waktu yang tersedia saat kegiatan pembelajaran membuat kegiatan pembelajaran kurang maksimal. Pada siklus pertama, kasus yang guru sajikan kurang menarik perhatian siswa sehingga siswa kurang tertarik membahas kasus yang disediakan. Karena pada kegiatan pembelajaran pada pelajaran lain sangat jarang dilaksanakan kegiatan presentasi maka kurangnya keberanian siswa untuk berargumen pada kegiatan presentasi juga menjadi kendala bagi guru dalam melaksanakan kegiatan presentasi. Kendala lainnya terdapat pada kurangnya fasilitas sekolah seperti media yang masih minim disekolah.
d. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS berbasis masalah, guru harus mencari solusi yang tepat. Solusi yang guru lakukan untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi yaitu dengan cara mengkondisikan siswa yang masih ribut pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan melakukan perjanjian bersama siswa, guru juga harus lebih tegas dalam menghadapi siswa yang sulit diatur. Dengan mengkondisikan kelas agar lebih kondusif, guru dapat menjelaskan prosedur pembelajaran IPS berbasis masalah dengan baik dan jelas. Guru harus meningkatkan kemampuannya menjadi motivator bagi siswa agar siswa termotivasi untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Guru harus lebih memaksimalkan waktu agar alokasi waktu yang telah ditentukan dapat tercapai. Guru harus berusaha mencari materi serta kasus-kasus yang mampu menarik perhatian siswa untuk belajar. Guru harus lebih mendorong siswa untuk mampu percaya pada kemampuan sendiri dan guru harus sekreatif mungkin membuat media untuk siswa. Dengan mengatasi kendala-kendala yang guru hadapi, maka tujuan kegiatan
(5)
225
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran akan lebih maksimal dilaksanakan oleh guru maupun siswanya itu sendiri. Guru harus lebih sigap dalam mengatasi setiap kendala yang dihadapi, karena kualitas guru akan mempengaruhi kualitas belajar dan hasil belajar siswa.
e. Setelah semua kegiatan terlaksanakan, maka yang diharapkan oleh setiap guru yaitu siswa mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada setiap siklusnya siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Hasil belajar siswa yaitu diambil dari nilai lembar kerja ssiswa serta nilai presentasi siswa. Pada siklus pertama setelah diakumulasikan, nilai tertinggi siswa hanya mencapai kriteria penilaian “kurang”. Maka dapat dinyatakan bahwa pada siklus pertama nilai siswa masih sangat kurang dari KBM yang ditentukan. Pada siklus kedua, siswa mengalami peningkatan dengan mencapai kriteria “cukup”. Pada siklus terakhir yaitu siklus tiga, kriteria peni;aian siswa mencapai kategori “Baik sekali”. Pada setiap siklusnya, dengan dorongan dari guru siswa mengalami perbaikan dan peningkatan yang cukup signifikan sehingga hasil belajar siswa secara teratur meningkat dengan baik. Pada siklus terakhir, hampir semua indikator dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan maksimal. Perilaku tanggung jawab sosial siswa juga terlihat semakin meningkat dengan diterapkannya strategi pembelajaran IPS berbasis masalah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan menggunakan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa, terdapat saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Berikut saran yang diberikan peneliti:
1. Bagi Guru
Guru harus memiliki kesadaran untuk menemukan permasalahan yang terdapat di dalam kelas, selain itu sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya melakukan perencanaan pembelajaran sematang mungkin agar dapat disesuaikan dengan kondisi kelas serta karakteristik siswa. Guru IPS dapat mengantisipasi kurangnya fasilitas disekolah dengan sekreatif mungkin membuat media pembelajaran untuk siswa.
(6)
Selly Siska Irvegalina, 2014
Penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain itu, guru IPS sebaiknya dapat memaksimalkan strategi pembelajaran IPS berbasis masalah dengan mencari bahan ajar untuk membuat lembar kerja siswa berbasis masalah dengan kasus yang mampu menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosial siswa.
2. Bagi Siswa
a) Siswa harus lebih aktif dalam mencari wawasan serta informasi terutama berupa kasus-kasus menarik yang terdapat dilingkungan sekitar
b) Siswa harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran setertib dan sebaik mungkin
c) Siswa harus mampu meningkatkan perilaku tanggung jawab sosialnya demi kebaikan diri sendiri dan orang lain
d) Siswa harus mampu menghormati guru dan menaati peraturan yang tedapat disekolah
3. Bagi Sekolah
Sebaiknya sekolah harus meningkatkan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran agar pelaksananaan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik dan maksimal. Seperti dengan menyediakan media pembelajaran serta infocus, proyektor, dll.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya yang akan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalahuntuk meningkatkan perilaku atau sikap siswa, sebaiknya menambahkan teori yang lebih banyak untuk mengukur sikap siswa. Selain itu, gunakan sumber dan referensi yang sudah terpercaya.