Perancangan dan UJi Coba Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Derajat Educational Resiliency pada Siswa-Siswi Underachiever yang Berasal dari Keluarga Broken Home di SMP "X" Bogor.
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Derajat Educational Resiliency pada Siswa-Siswi
Underachiever yang Berasal dari Keluarga Broken Home di SMP “X” Bogor.
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji apakah modul pelatihan dapat digunakan untuk meningkatkan derajat Educational Resiliency pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP
“X” Bogor. Sedangkan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat meningkatkan derajat Educational Resiliency pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari
keluarga broken home di SMP “X” Bogor.
Sampel pada penelitian ini adalah 18 orang siswa-siswi underachiever
yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor yang memiliki kemampuan Educational Resiliency yang berada dalam taraf rendah dan cenderung rendah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Educational Resiliency yang disusun oleh peneliti (2010). Kuesioner Educational Resiliency terdiri dari 56 item. Validitas item-item berkisar antara 0,433 - 0,878. Hal ini menunjukkan bahwa item-item tersebut masuk dalam kriteria moderat-tinggi dan item-item tersebut dapat dipakai. Sedangkan reliabilitasnya sebesar 0,834. Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut tergolong memiliki reliabilitas yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa/i menghayati bahwa pelatihan Educational Resiliency ini berguna, menarik dan mendorong mereka untuk melaksanakan hasil yang mereka dapatkan dari setiap sesi. Seluruh siswa/i pelatihan Educational Resiliency mengalami peningkatan derajat kemampuan Educational Resiliency. Kedua hal ini menandakan bahwa modul pelatihan Educational Resiliency ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan Educational Resiliency.
Saran guna laksana yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah kepada siswa untuk mendorong dirinya dalam mengaplikasikan hasil yang didapat dari pelatihan. Kepada pihak sekolah, pelatihan dapat dijadikan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian prestasi akademis. Kepada guru Bimbingan&Konseling (BK), menindak lanjuti pelaksanaan Pelatihan yang telah dilakukan dengan membentuk kelompok (support group) yang memiliki permasalahan serupa. Kepada guru wali kelas dan guru bidang studi, agar memberikan pendampingan secara personal kepada siswa supaya dapat mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat dan mengawasi kegiatan belajar siswa di sekolah. Kepada orang tua, agar memberikan pendampingan kepada siswa/i mengingat usia siswa/i yang masih sangat membutuhkan arahan dan dukungan dari orang tua. Untuk penelitian selanjutnya, mengadakan penelitian dengan intervensi lain seperti menggunakan Konseling Individual untuk meningkatkan Educational Resiliency pada siswa/i yang mengalami kesulitan di dalam kelompok besar.
(2)
ABSTRACT
The title of this study is the Design and Try Out Training Modules Educational Resiliency on underachiever students which from broken home’s family in junior high school "X" Bogor. The intention of this study was to gain insight about the ability of Educational Resiliency before and after training at
underachiever students which from broken home’s family in junior high school
"X" Bogor. While the purpose of this study was to see whether an increase in the ability of Educational Resiliency before and after training at underachiever
students which from broken home’s family in junior high school "X" Bogor.
The sample in this study were 18 of underachiever students which from
broken home’s family in junior high school "X" Bogor which have the ability
Educational Resiliency which is in low and moderately low category. Measuring devices used in this study is a questionnaire Educational Resiliency is compiled by researcher (2010). Questionnaire Educational Resiliency consists of 56 items. The validity of the items ranged from 0,433 - 0,878. This suggests that that the items included in the criteria for moderate-high and the items can be used. While the reliability of 0,834. It shows that these items have relatively high reliability.
Results showed that students appreciate that the training of Educational Resiliency is useful, interesting and encouraging them to implement the results they get from each session. All students who attended training Educational Resiliency has increased the ability of Educational Resiliency, of hesitation becomes capable of planning regarding the academic activities. It’s indicates that the training module Educational Resiliency can be used to enhance the ability of Educational Resiliency.
Practical advice that can be administered in this study is to students who have increased the ability of Educational Resiliency, in order to maintain these capabilities. To school, training can be used to face academic achievement problems, because from this study indicates that training has increased the ability of Educational Resiliency. For Counselor Teachers, to make support group for students that have same problems, because group dynamic can give support for each student. For teachers, in order to provide personalized assistance to student studying in order to comply with the schedule they have made and supervise the activities of student learning in schools. To parents, to provide assistance to student remember the age of the student are still in desperate need of direction and support from parents. While the suggestions for future research is to design individual counseling for some students who have difficulties in participation inside a big group.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL……… . i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ……… .. vii
DAFTAR ISI ……… . x
DAFTAR TABEL……… . xiii
DAFTAR LAMPIRAN……… . xiv
DAFTAR SKEMA ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 10
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian……….…. 10
1.4Kegunaan Penelitian ... 11
1.5Metode Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Educational Resiliency ... 13
2.1.1 Definisi Educational Resiliency ... 13
2.1.2 Protective Factors ... 15
2.1.3 Risk Factors ... 25
2.1.4 Personal Strengths ... 26
(4)
2.2.1 Ciri-ciri Masa Remaja ... 39
2.2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja ... 41
2.2.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 42
2.3. Underachievement ... 43
2.4. Keluarga yang Orangtuanya Bercerai (Broken Home) ... 48
2.5. Pembelajaran Eksperiential ... 50
2.6. Mengembangkan Tujuan Pelatihan Aktif ... 53
2.7 Evaluasi Program Pelatihan ... 59
2.8. Kerangka Pemikiran ... 64
2.9. Asumsi ... 77
2.10. Hipotesis ... 78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 79
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 81
3.3 Alat Ukur ... 87
3.3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 87
3.3.2 Prosedur Pengisian ... 89
3.3.3 Sistem Penilaian ... 89
3.3.4 Data Penunjang ... 90
3.3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 91
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 92
3.5. Prosedur Penelitian (Rancangan Treatment) ... 93
(5)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Gambaran Respoden ... 98
4.2. Hasil Evaluasi ... 99
4.2.1. Hasil Evaluasi Reaksi Program Pelatihan ... 100
4.2.2. Hasil Evaluasi Learning Pelatihan ... 105
4.3. Pembahasan Penelitian ... 108
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 125
5.2. Saran Penelitian ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 129
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Tabel Optimismt & Hope (Seligman) ... 37
Tabel 2.2. Tabel Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data Evaluasi ... 63
Tabel 3.1. Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur ... 88
Tabel 3.2. Tabel Sistem Penilaian ... 89
Tabel 3.3. Tabel Rencana Pelaksanaan Program Pelatihan ... 94
Tabel 4.1. Tabel Gambaran Responden ... 98
Tabel 4.2. Tabel Gambaran Reaksi Responden terhadap Keseluruhan Program Pelatihan ... 101
Tabel 4.3. Tabel Gambaran Reaksi Responden terhadap Setiap Sesi ... 103
Tabel 4.4. Tabel Gambaran Reaksi Responden terhadap Trainer ... 104
Tabel 4.5. Tabel Gambaran Reaksi Responden terhadap Co-Trainer ... 105
Tabel 4.6. Tabel Perubahan Derajat Educational Resiliency ... 106
(7)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur
Lampiran 2 Modul Pelatihan Educational Resiliency Lampiran 3 Lembar Kerja Responden
Lampiran 4 Evaluasi Pelatihan
Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Wilcoxon
Lampiran 7 Perubahan Derajat Educational Resliency Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Lampiran 8 Perubahan Derajat Aspek-aspek Educational Resiliency
(8)
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1. Skema Siklus Pembelajaran Eksperiential ... 51 Skema 2.2. Skema Kerangka Pemikiran ... 76 Skema 3.1. Skema Rancangan Penelitian ... 80
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencapai pendidikan yang bermutu banyak komponen yang berperan penting, antara lain pemerintah, penyelenggara pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri. Pendidikan, menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Mengingat pentingnya peran pendidikan, proses pembelajaran bagi peserta didik harus dapat diselenggarakan dengan optimal. Salah satu upaya untuk menyelenggarakan pendidikan secara optimal adalah melalui jenjang pendidikan formal yang diadakan secara bertahap dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu jenjang pendidikan formal yang terdiri dari tiga tingkatan kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX. SMP “X” adalah salah satu SMP swasta yang berada di kota Bogor. SMP “X” adalah sekolah yang memiliki siswa/i yang relatif sedikit, setiap jenjang hanya terdiri dari dua kelas. Setiap siswa mempunyai kewajiban untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi akademis yang baik dan membanggakan. Selain itu
(10)
2
sebagai remaja diharapkan mereka dapat menjalin relasi sosial yang baik dengan orang lain baik teman sebaya, atau masyarakat sekitar.
Dari berbagai tugas sebagai remaja, ada beberapa yang mampu melakukannya dengan baik. Namun ada juga yang mengalami kesulitan dan tantangan baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada saat menjalankan tugas-tugas sekolahnya membuat siswa membutuhkan suatu situasi dan kondisi yang mendukung mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adanya situasi dan kondisi yang mendukung membuat siswa dapat berespon secara positif, yakni siswa tetap mampu menjalankan perannya sebagai anak dalam keluarga, teman, dan sebagai anggota dari suatu komunitas.
Menurut guru BK sekolah ini, siswa/i kelas VIII untuk tahun ajaran 2010-2011 berbeda dari siswa/i dari angkatan-angkatan sebelumnya. Beliau dan tim guru menilai bahwa siswa/i kelas VIII ini lebih sulit diatur jika dibandingkan dengan angkatan-angkatan lainnya. Guru wali kelas dan bidang studi mengeluh bahwa banyak dari siswa/i kelas VIII untuk tahun ajaran 2010-2011 sering ribut di kelas, tidak memperhatikan penjelasan guru dan jarang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan guru.
Ketika siswa/i tersebut terkesan tidak peduli terhadap kegiatan belajarnya dan tidak memiliki tujuan dalam belajar, hal tersebut berpengaruh pada pencapaian prestasi akademik mereka. Siswa/i yang tidak peduli pada kegiatan belajar memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan, walaupun guru BK
(11)
3
SMP “X” Bogor mencatat bahwa siswa/i tersebut tidak memiliki hambatan intelektual.
Siswa-siswi dapat dikatakan mencapai prestasi yang baik jika mereka dapat mencapai nilai-nilai di atas nilai KKM pada setiap mata pelajaran. KKM itu sendiri merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dipenuhi oleh setiap siswa pada setiap mata pelajaran. Bagi siswa-siswi yang tidak dapat mencapai nilai tersebut seringkali harus mengikuti remedial teaching maupun remedial test untuk dapat mencapai nilai KKM.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di SMP “X” Bogor terhadap 58 orang siswa kelas VIII, terdapat 31% (18 orang) yang tidak dapat mencapai nilai KKM pada beberapa mata pelajaran. Siswa-siswi tersebut memiliki prestasi yang kurang memuaskan dan hal ini tidak sesuai dengan taraf kecerdasan mereka yang kesemuanya berada taraf di atas rata-rata. Berdasarkan hasil psikotest yang dilakukan oleh salah satu lembaga psikologi pada bulan November 2010 taraf kecerdasan mereka berdasarkan skala Weschler berada di atas 110 (bright normal) bahkan berada di atas 120 yaitu pada rentang 110-125. Potensi yang mereka miliki tersebut diharapkan dapat mencapai prestasi akademis yang optimal yaitu di atas nilai KKM namun pada kenyataannya prestasi mereka jauh di bawah potensi yang mereka miliki. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa-siswi tersebut merupakan siswa-siswi underachiever.
Berdasarkan wawancara dengan siswa-siswi tersebut diketahui bahwa sebenarnya mereka menyadari bahwa mereka dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi. Kesadaran ini juga yang menyebabkan mereka merasa tertekan karena
(12)
4
adanya tekanan dari orangtua, guru, maupun diri sendiri untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi lagi. Para siswa merasa kurang dapat mencapai hasil yang optimal karena seringkali malas mengerjakan tugas-tugas sekolah, lebih tergoda untuk bermain dan jalan-jalan bersama teman-teman, dan malas untuk pulang ke rumah dan belajar. Pada saat mengalami kesulitan, 50% siswa memilih untuk diam saja dan tidak melanjutkan mengerjakan tugas-tugas sekolah ketimbang harus bertanya pada guru maupun teman. Perilaku ini yang akhirnya membawa siswa-siswi pada pencapaian prestasi akademis yang rendah meskipun dengan potensi yang memadai (underachiever). Kejadian ini dihayati oleh 11 siswa tersebut sebagai situasi yang menekan/stressful. Situasi yang menekan/stressful inilah yang disebut dengan adversity.
Selain itu, diketahui pula bahwa 16 orang (88.89%) dari 18 siswa
underachiever tersebut berasal dari keluarga broken home. Permasalahan keluarga
yang dihadapi di antaranya 8 orang dengan orang tua bercerai, 1 orang kedua orangtuanya sudah meninggal, 1 orang ayahnya sudah meninggal dan 6 orang dengan orang tua yang sering bertengkar atau tidak harmonis. Berdasarkan informasi dari guru BK (Bimbingan Konseling), bahwa pada ke-11 anak pencapaian prestasi yang kurang memuaskan tersebut muncul setelah terjadi pertengkaran di dalam keluarga dan terjadi disaksikan oleh anak-anak tersebut.
Keluarga sesungguhnya berfungsi sebagai seleksi budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan rumah tangga sebagai suami-istri tidak selamanya berada dalam situasi yang damai dan tenteram. Perceraian adalah salah satu keadaan yang tidak
(13)
5
ada satupun pasangan suami-istri senang menghadapinya. Namun terkadang perceraian tetap tidak dapat dihindarkan meski berbagai upaya telah dicoba. Dalam kenyataannya di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) kasus perceraian ternyata cukup tinggi. Menurut data dari BKKBN tahun 2009 sebanyak 4.167 pasangan suami istri di daerah Jabodetabek yang bercerai. (http://lib.atmajaya.ac.id/)
Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orang tua yang tidak tinggal bersama. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam batin anak-anak. Pada masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Adaptasi ini dibutuhkan siswa-siswi untuk tetap dapat menjalankan tugasnya sebagai pelajar sehingga prestasi belajar mereka tetap dapat dilaksanakan dengan baik.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri secara positif, yang disebut resiliency. Secara spesifik resiliency ini terus dikembangkan pada seluruh aspek kehidupan manusia, salah satu diantaranya adalah dalam aspek pendidikan yang dikenal sebagai Educational Resiliency.
Educational Resiliency merupakan kemampuan siswa untuk sukses secara
akademik walaupun berada di tengah situasi yang menekan dan menghalangi mereka untuk sukses (Bernard, 1991; Wang, Haertel, and Walberg, 1998).
Educational Resilency dalam diri siswa termanifestasi ke dalam empat aspek,
yaitu social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose
and bright future. Terdapat derajat resiliency yang bervariasi pada tiap-tiap siswa,
(14)
6
expectations, dan opportunities to participate and contribution yang didapatkan
melalui keluarga, lingkungan pendidikan (sekolah), dan lingkungan komunitas (teman dan tetangga sekitar), (Bernard, 2004).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari tahun 2011 didapat data bahwa dari 58 siswa SMP “X” Bogor yang berada di kelas 8, sebagian besar (57%) yaitu 34 orang memiliki derajat resiliency yang tinggi dan cenderung tinggi. Hanya 5 siswa yang berasal dari keluarga broken
home memiliki derajat resiliency yang tinggi dan cenderung tinggi. Tingginya caring relationship sebagai salah satu protective factors yang mempengaruhi
derajat resiliency yang diberikan keluarga, lingkungan pendidikan (guru dan teman-teman sesama siswa), serta lingkungan komunitas (teman dan tetangga sekitar), berkaitan erat dengan tingginya social competence pada siswa yang memiliki derajat resiliency tinggi ini.
Sedangkan pada siswa yang berasal dari keluarga broken home memiliki derajat resiliency rendah dan cenderung rendah sebanyak 11 orang (69%), ketiga
protective factors yaitu caring relationship, high expectations, dan opportunities for participation and contribution kurang diberikan oleh keluarga, lingkungan
pendidikan (guru, dan teman-teman sesama siswa), atau lingkungan komunitas (teman dan tetangga di sekitar). Setelah dilakukan pendalaman terhadap hasil data tersebut, didapat data bahwa derajat resiliency yang tinggi dimiliki oleh siswa dengan keluarga yang harmonis, sedangkan derajat resilency rendah dimiliki oleh siswa yang berasal dari keluarga broken home yang dibarengi dengan munculnya prestasi underachiever pada diri siswa tersebut.
(15)
7
Siswa yang memiliki derajat Educational Resiliency yang rendah akan mengalami hambatan dalam penyelesaian tugas-tugas sekolahnya dimana mereka tidak dapat menyelesaikan berbagai kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Tentu saja kondisi ini akan menjadi penghalang bagi mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan sekaligus menghambat mereka dalam meraih kesuksesan secara akademis. Untuk itu para siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat Educational
Resiliency yang mereka miliki.
Data tersebut mendukung pernyataan bahwa protective factors berasal dari keluarga, lingkungan pendidikan serta komunitas lain di sekitar siswa.
Protective Factors adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Educational Resiliency para siswa dalam menghadapi kesulitan yang mereka
alami, khususnya ketika mengerjakan tugas-tugas sekolah mereka di tengah pertikaian keluarga yang mereka alami.
Siswa yang memiliki derajat Educational Resiliency yang rendah akan mengalami hambatan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dimana mereka tidak dapat menyelesaikan berbagai kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Tentu saja kondisi ini akan menjadi penghalang dan sekaligus menghambat mereka dalam meraih kesuksesan secara akademis. Untuk itu para siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat Educational Resiliency yang mereka miliki.
Upaya yang sudah ditempuh oleh pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan para siswa tersebut adalah dengan memantau para siswa yang
(16)
8
dilakukan oleh guru BK dan wali kelas. Perilaku-perilaku belajar para siswa diamati baik yang berada di lingkungan sekolah pada umumnya dan di dalam kelas pada khususnya serta memanggil para orang tua mereka. Namun proses ini tidak berjalan dengan optimal karena terbentur padatnya waktu para wali kelas jika harus memantau secara spesifik perilaku setiap siswa dan kesulitan orang tua untuk hadir dalam pertemuan sekolah dengan alasan sibuk bekerja.
Peneliti memilih untuk menggunakan metode pelatihan karena metode ini dirasakan sesuai dengan karakteristik siswa/i yang menunjukkan prestasi akademik di bawah potensi yang dimilikinya. Mereka telah cukup sering ditegur bahkan dimarahi oleh orang tua atau guru terkait dengan hasil studi yang kurang memuaskan sehingga pendekatan yang bersifat directive tidak lagi efektif jika diterapkan pada siswa/i tersebut. Melalui pelatihan, siswa/i akan mendapatkan pengalaman langsung dari kegiatan (games, diskusi, tugas pribadi dan tugas kelompok) yang diikutinya. Asumsinya ketika siswa/i belajar dari pengalaman yang ia dapatkan, mengartikan pengalaman tersebut sesuai dengan tujuan, arah, ambisi dan harapan yang telah ditetapkan maka siswa/i akan mendapatkan insight, penemuan dan pengertian baru. (Weight, Albert, 1970).
Selama proses pelatihan, siswa/i diajak melakukan refleksi terkait dengan studi mereka dan menemukan hambatan yang mereka alami terkait dalam menempuh pendidikan. Ketika siswa/i telah menyadari hambatan tersebut, pengetahuan mengenai perencanaan kegiatan akademiknya seperti membuat target nilai yang realistis dan penyusunan strategi untuk mencapai target nilai tersebut akan diberikan kepada mereka, sehingga pada akhir program pelatihan
(17)
9
kemampuan siswa/i untuk membuat parencanaan terkait dengan studi dapat mengalami peningkatan. Berangkat dari pemikiran yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk menyusun modul pelatihan Educational Resiliency dan mengamati sejauh mana modul tersebut dapat meningkatkan Educational
Resiliency pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor.
1. 2. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah program pelatihan dapat meningkatkan derajat Educational Resiliency pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor?
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menguji apakah modul pelatihan dapat digunakan untuk meningkatkan derajat Educational Resiliency pada siswa-siswi
underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat meningkatkan derajat Educational Resiliency pada siswa-siswi
underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor yang
(18)
10
aspek-aspeknya yaitu Social Competence, Problem Solving Skills, Autonomy dan
Sense of Purpose and Bright Future serta Protective Factor setelah menjalani
pelatihan.
1.3.3. Kegunaan Penelitian I.3.3.1 Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bagi:
Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan psikologi mengenai Educational
Resiliency pada siswa-siswi SMP.
Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai Educational Resiliency pada siswa-siswi SMP ataupun topik lain yang berkaitan dengan topik tersebut.
I.3.3.2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
Educational Resiliency pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor bagi:
SMP “X” khususnya kepala sekolah, para guru dan wali kelas mengenai Educational Resiliency pada siswa-siswinya untuk membantu dalam
memberikan arahan dan bimbingan bagi para siswanya.
Para siswa-siswi SMP “X” mengenai Educational Resiliency mereka, agar dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan diri dan penyesuaian diri
(19)
11
yang lebih baik dalam semua aspek kehidupannya meskipun sedang menghadapi situasi-situasi dengan banyaknya kesulitan terutama sebagai anak underachiever dan dalam keadaan keluarga broken home.
Para orang tua siswa agar mempunyai pemahaman tentang Educational
Resiliency yang dimiliki putra-putrinya dan dapat membantu anak mereka
agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam seluruh aspek kehidupannya meskipun dalam situasi keluarga broken home.
1.4. Metode Penelitian
Penelitian ini untuk menghasilkan modul program pelatihan dan melihat signifikansinya terhadap peningkatan derajat Educational Resiliency dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah sebelum dan sesudah pelatihan pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan desain penelitian One Group Pre-Post Test Design. Pre-Post Test Design yang menjelaskan perbedaan dua kondisi sebelum dan sesudah intervensi dilakukan (Graziano & Laurin, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purpossive Sampling, yaitu sampel diambil dari unit populasi yang ada pada saat penelitian dan semua individu yang memenuhi karakteristik populasi diambil sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic non parametric Wilcoxon
(20)
114
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang Program Pelatihan untuk meningkatkan derajat Educational Resiliency pada pada siswa-siswi underachiever yang berasal dari keluarga broken home di SMP “X” Bogor, disimpulkan hal-hal berikut:
1. Modul Pelatihan Educational Resiliency ini telah teruji melalui level reaction dan level learning namun perlu dilakukan revisi lebih lanjut untuk dapat mengetahui efektifitasnya dalam meningkatkan derajat educational resiliency. 2. Peserta menghayati bahwa secara keseluruhan pelatihan ini bermanfaat, sangat
menarik, dan mendorong mereka untuk melaksanakan hasil yang mereka dapatkan dari setiap sesi. Hal ini menunjang terjadinya peningkatan derajat
Educational Resiliency setelah diberikan pelatihan.
3. Sesi yang dianggap paling menarik, bermanfaat, penting dan mudah dipahami adalah sesi 4 yaitu sesi Yes I Can!!! yang merupakan penegasan dan pemberian motivasi kepada peserta melalui pemutaran film.
(21)
115
4. Sesi yang dianggap paling tidak menarik, kurang bermanfaat, dan kurang mudah dipahami adalah sesi pertama yaitu Who Am I? yang dirasa kurang aktif bergerak dan terlalu banyak refleksi diri.
5. Seluruh peserta pelatihan Educational Resiliency mengalami peningkatan derajat Educational Resiliency. Hal ini menandakan bahwa modul pelatihan
Educational Resilency ini dapat digunakan untuk meningkatkan derajat Educational Resiliency.
6. Terjadi peningkatan derajat aspek-aspek Educational Resiliency yang berbeda-beda pada masing-masing peserta pelatihan. Namun yang menonjol adalah sebagian besar peserta mengalami peningkatan derajat aspek untuk aspek
Social Competence.
5.2. Saran Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Saran Teoritis:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol (Pretest-Posttest, Natural Control-Group Design), dengan tetap memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen berupa Pelatihan untuk lebih optimal dalam menilai efektivitas Pelatihan dalam meningkatan derajat Educational
Resiliency.
2. Untuk peneliti yang hendak melanjutkan penelitian dengan intervensi berupa pelatihan disarankan untuk melakukan revisi mengenai modul yang telah ada
(22)
116
terutama untuk sesi pertama, kemudian meneliti efektivitas modul pelatihan
Educational Resiliency terhadap peningkatan derajat Educational Resiliency
menggunakan teknik penelitian time series.
3.
Untuk peneliti dalam bidang Psikologi Sains, yang tertarik untuk melanjutkan penelitian mengenai Educational Resiliency, disarankan untuk meneliti mengenai kontribusi dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi EducationalResiliency yaitu risk factors (konflik keluarga dan masalah finansial) dan protective factors (caring relationships, high expectations, opportunities for participation and contribution).
4. Mengadakan penelitian dengan intervensi lain seperti menggunakan Konseling Individu untuk meningkatkan Educational Resiliency pada siswa/i yang mengalami kesulitan di dalam kelompok besar.
Saran Guna Laksana:
1. Saran untuk siswa, siswa disarankan untuk mendorong dirinya dalam mengaplikasikan hasil yang didapat dari pelatihan agar bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan tetap mematuhi jadwal belajar dan strategi pencapaian target.
2. Saran untuk Sekolah, Pelatihan dapat dijadikan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian prestasi akademis, karena dari penelitian ini diketahui bahwa Pelatihan dapat meningkatan derajat
Educational Resiliency khususnya pada siswa/i underachiever. Kemudian
melakukan follow-up dan pendampingan kepada para siswa/i terhadap hasil pelatihan tersebut.
(23)
117
3. Saran untuk Guru Bimbingan&Konseling (BK), menindak lanjuti pelaksanaan Pelatihan yang telah dilakukan dengan membentuk kelompok (support group) yang memiliki permasalahan serupa, karena dinamika kelompok yang akan terbentuk akan membantu menyelesaikan masalah yang dialami karena kelompok mengalami masalah yang sama. Perlu diperhatikan bahwa di dalam pembentukan support group sebaiknya juga diikuti oleh siswa yang tidak bermasalah agar dapat memberikan pengalaman-pengalaman dalam mengatasi permasalahan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah tersebut kepada anggota kelompok lain yang bermasalah.
4. Kepada guru wali kelas dan guru bidang studi, agar memberikan pendampingan secara personal kepada siswa supaya dapat mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat dan mengawasi kegiatan belajar siswa di sekolah.
5. Kepada orang tua, agar memberikan pendampingan kepada siswa/i mengingat usia siswa/i yang masih sangat membutuhkan arahan dan dukungan dari orang tua. Orang tua dapat dipanggil untuk mengikuti pertemuan oleh pihak sekolah dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai hasil pelatihan. Diharapkan dapat terjalin kerjasama antara sekolah dan orangtua untuk mengarahkan siswa/i untuk mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat, mengawasi kegiatan belajar siswa/i di rumah dan memberikan penghargaan kepada siswa/i jika siswa/i tersebut berhasil mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat ataupun teguran ketika siswa/i tidak mematuhi jadwal belajar.
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Benard, Bonnie. 1991. Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The
Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional
Educational Laboratory.
Benard, Bonnie. 1991; Wang, Haertel an Walberg, 1998. Critical Analysis of the
Child and Adolescent Wellness Scale (CAWS), Benedictine University.
Benard, Bonnie. 2004. Turning the Corner: From Risk to Resilience. Minneapolis: National Resilience Resource Center, University of Minnesota.
Benard, Bonnie. 2004. Resiliency: What We Have Learned. San Fransisco: WestEd
Bern, R.M. 1997. Child, Family, School, Community Socialization and Support. Fourth Edition. Philaphelpia. Hartcourt Brace College Publisher
Campbell. Donald T & Stanley, Julian C. 1963. Experimental & Quasi
Experimental Design for Research. Chicago: RandMc, Nally College
(25)
Graziano, Anthony M. 2000. Research Methods: a Process of Inquiry. Allyn & Bacon, USA
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Hurlcok, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Johnson, David W. 1975. Joining Together. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey
Kirkpatrick, Donald. 2006. Evaluating Training Programs The Four Level Third
Edition. Berrett-Koehler Publishers, Inc, San Fransisco
Munandar, S.C.U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Santrock, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(26)
Silberman, Mel. 1990. Active Training, a Handbook of Techniques Designs, Case
Example and Tips, University Press, New York
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik, Andi Offset, Yogyakarta
Waxman, Hersh C. 2003. Review of Research on Educational Resilience. Berkeley: University of California.
(27)
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, Ari Fitri. 2007. Hubungan Persepsi Remaja tentang Perceraian Orang
Tua dengan Respon Emosional di SMK Antonius Semarang.
Undergraduate thesis, Semarang: Diponegoro University.
Deliviana, Evi. 2007. Studi Deskriptif mengenai Derajat Resilience pada Siswa
Kelas 1 SMP ”X” Korban Tsunami Pangandaran. Skripsi, Bandung:
Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Indra, Fanny. 2008. Studi Kasus mengenai Resiliency pada anak-anak penderita
Leukemia yang berusia 6 –12 tahun di Rumah Sakit ”X” Jakarta. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Leni, Marta. 2008. Studi Deskriptif mengenai derajat Resiliency pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yang sedang mengerjakan Usulan Penelitian (UP). Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Octaria, Andini. 2007. Gambaran Resiliensi dan Faktor-Faktor Pendukung
Resiliensi Pada Anak Korban Perceraian di Jakarta.Undergraduate thesis,
(28)
Sheehan, Hillary R. 2010. The “Broken Home” or Broken Society A Sociological Study of Family Structure and Juvenile Delinquency. Senior Project Social
Science Department, California: California Polythecnic State University
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas
Psikologi Universitas ”X” Bandung.
http://eprints.undip.ac.id/15990/
http://www.lib.atmajaya.ac.id/
http://www.psikologizone.com/dampak-perceraian-terhadap-anak
http://tarmizi.wordpress.com
(1)
117
3. Saran untuk Guru Bimbingan&Konseling (BK), menindak lanjuti pelaksanaan Pelatihan yang telah dilakukan dengan membentuk kelompok (support group) yang memiliki permasalahan serupa, karena dinamika kelompok yang akan terbentuk akan membantu menyelesaikan masalah yang dialami karena kelompok mengalami masalah yang sama. Perlu diperhatikan bahwa di dalam pembentukan support group sebaiknya juga diikuti oleh siswa yang tidak bermasalah agar dapat memberikan pengalaman-pengalaman dalam mengatasi permasalahan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah tersebut kepada anggota kelompok lain yang bermasalah.
4. Kepada guru wali kelas dan guru bidang studi, agar memberikan pendampingan secara personal kepada siswa supaya dapat mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat dan mengawasi kegiatan belajar siswa di sekolah.
5. Kepada orang tua, agar memberikan pendampingan kepada siswa/i mengingat usia siswa/i yang masih sangat membutuhkan arahan dan dukungan dari orang tua. Orang tua dapat dipanggil untuk mengikuti pertemuan oleh pihak sekolah dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai hasil pelatihan. Diharapkan dapat terjalin kerjasama antara sekolah dan orangtua untuk mengarahkan siswa/i untuk mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat, mengawasi kegiatan belajar siswa/i di rumah dan memberikan penghargaan kepada siswa/i jika siswa/i tersebut berhasil mematuhi jadwal belajar yang telah mereka buat ataupun teguran ketika siswa/i tidak mematuhi jadwal belajar.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Benard, Bonnie. 1991. Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The
Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional
Educational Laboratory.
Benard, Bonnie. 1991; Wang, Haertel an Walberg, 1998. Critical Analysis of the
Child and Adolescent Wellness Scale (CAWS), Benedictine University.
Benard, Bonnie. 2004. Turning the Corner: From Risk to Resilience. Minneapolis: National Resilience Resource Center, University of Minnesota.
Benard, Bonnie. 2004. Resiliency: What We Have Learned. San Fransisco: WestEd
Bern, R.M. 1997. Child, Family, School, Community Socialization and Support. Fourth Edition. Philaphelpia. Hartcourt Brace College Publisher
Campbell. Donald T & Stanley, Julian C. 1963. Experimental & Quasi
Experimental Design for Research. Chicago: RandMc, Nally College
(3)
Graziano, Anthony M. 2000. Research Methods: a Process of Inquiry. Allyn & Bacon, USA
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Hurlcok, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Johnson, David W. 1975. Joining Together. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey
Kirkpatrick, Donald. 2006. Evaluating Training Programs The Four Level Third
Edition. Berrett-Koehler Publishers, Inc, San Fransisco
Munandar, S.C.U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Santrock, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(4)
Silberman, Mel. 1990. Active Training, a Handbook of Techniques Designs, Case
Example and Tips, University Press, New York
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik, Andi Offset, Yogyakarta
Waxman, Hersh C. 2003. Review of Research on Educational Resilience. Berkeley: University of California.
(5)
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, Ari Fitri. 2007. Hubungan Persepsi Remaja tentang Perceraian Orang
Tua dengan Respon Emosional di SMK Antonius Semarang.
Undergraduate thesis, Semarang: Diponegoro University.
Deliviana, Evi. 2007. Studi Deskriptif mengenai Derajat Resilience pada Siswa Kelas 1 SMP ”X” Korban Tsunami Pangandaran. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Indra, Fanny. 2008. Studi Kasus mengenai Resiliency pada anak-anak penderita
Leukemia yang berusia 6 –12 tahun di Rumah Sakit ”X” Jakarta. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Leni, Marta. 2008. Studi Deskriptif mengenai derajat Resiliency pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yang sedang mengerjakan Usulan Penelitian (UP). Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Octaria, Andini. 2007. Gambaran Resiliensi dan Faktor-Faktor Pendukung
(6)
Sheehan, Hillary R. 2010. The “Broken Home” or Broken Society A Sociological Study of Family Structure and Juvenile Delinquency. Senior Project Social
Science Department, California: California Polythecnic State University
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas ”X” Bandung.
http://eprints.undip.ac.id/15990/
http://www.lib.atmajaya.ac.id/
http://www.psikologizone.com/dampak-perceraian-terhadap-anak
http://tarmizi.wordpress.com