STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN BERBASIS KEAGAMAAN PADA ORGANISASI KEMASYARAKATAN : Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : Ating Supardi NIM 1201373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Purwakarta)

Oleh Ating Supardi

1201373

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Cecep Darmawan, S,Pd., S.I.P., M.Si NIP. 19690929 199402 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(3)

Oleh Ating Supardi

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Ating Supardi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRAK

Ating Supardi. NIM 1201373. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)

Masalah ini dikaji berangkat dari terjadinya degradasi terhadap penghayatan nilai-nilai kebangsaan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi karena mengkaji pola atau keterkaitan antara makna subyektif dan realitas obyektif dalam kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian meliputi pengurus dan anggota Ormas Islam FPI Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan masyarakat Kabupaten Purwakarta yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivis FPI memandang kecintaan terhadap tanah air merupakan prasyarat terbangunnya suatu masyarakat madani yang merupakan wujud dari kecintaan terhadap Allah SWT, (2) Strategi FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan direalisasikan dalam bentuk program kerja, meliputi; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminar pendidikan, musyawarah wilayah, dan pengiriman utusan untuk menjadi relawan bencana alam, (3) Hambatan yang ditemui FPI dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan air meliputi; pelabelan FPI sebagai Ormas anarkis dan radikal, pemberitaan media yang cenderung mendiskreditkan posisi FPI, keberadaan oknum pejabat yang berdiri di belakang tempat-tempat maksiat, adanya perbedaan pemahaman tentang arti pentingnya nilai-nilai kebangsaan serta sulitnya menyamakan persepsi mengenai arah aktivitas dan orientasi yang hendak dicapai, terbatasnya dana kegiatan, belum terpadunya sistem pengkaderan, terpaan globalisasi dan westernisasi yang menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, (4) Upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam mengatasi hambatan yang muncul adalah; membangun sinergitas dengan aparat kepolisian, Satpol PP dan masyarakat, menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat melalui dakwah, menekankan pentingnya musyawarah dalam mengatasi permasalahan, memperkuat komitmen anggota dan pengurus FPI untuk senantiasa melaksanakan program kerja. Rekomendasi yang ditawarkan meliputi; (1) Masyarakat perlu meningkatkan partisipasi terhadap pembangunan bangsa melalui pelibatan diri dalam berbagai kegiatan sosial, (2) Mempertegas status dan kedudukan FPI sebagai organisasi legal, (3) Meningkatkan kerjasama, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait upaya pembangunan mental dan moral generasi bangsa, (4) Perlunya membangun komunitas-komunitas masyarakat yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan di segala bidang, (5) Perlu dilakukan kajian lebih jauh mengenai kinerja Ormas Islam dalam pembangunan bangsa.


(5)

ABSTRACT

Ating Supardi. NIM 1201373. Development Strategy of National Values Based Religiousity on Community Organization (Research Phenomenology of Front Pembela Islam (FPI) in Purwakarta)

This problem is studied departing from the degradation of appreciation values of nationalism and patriotism in all aspects of national life. This study used a qualitative approach with a phenomenological method for assessing the pattern or relationship between subjective and objective reality of meaning in everyday life. Data collected through interviews, observation, and study documentation.

Research subject are members of FPI Islamic organizations, Purwakarta’s

Government, and community selected purposively. The results showed that (1) the activists of FPI saw patriotism is a prerequisite establish of civil society which is a manifestation of the love of Allah, (2) strategy for national values buliding is realized in form of the work program, include; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminars, discussion, and sent volunteer for natural disasters, (3) The obstacles encountered in development national values include; FPI labeling as anarchists and radical mass organizations, media coverage tends to discredit the position of FPI, the presence of officers is standing behind the places of vice, differences in the understanding the importance of national values and the difficulty of equating perception and orientation activities to be achieved, limited funding activities, yet their integrated cadre system, exposure to globalization and westernization that maked social inequalities, as well as a lack of public awareness of the importance of shared values in everyday life, (4) The efforts made FPI Islamic organizations in overcoming barriers arises are; build synergy with police, municipal police and community, promoting the dissemination to the public through propaganda, emphasizing the importance of deliberation in addressing the issue, strengthened our commitment to always perform the work program. Recommendations offered include; (1) People need to increase the participation of nation building through involvement in various social activities, (2) Reinforce the status and position of the FPI as a legal organization, (3) Enhance cooperation, communication and coordination with various stakeholders of mental and moral development efforts of generations, (4) need to build communities of people that support the implementation of development in all areas, (5) a need to further study performance of Islamic organizations in the development of the nation.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB. I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoretis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB. II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Konsep Kinerja ... 12

1. Hakekat Kinerja ... 12

2. Indikator Pengukuran Kinerja ... 13

a. Dimensi Ability ... 14

b. Dimensi Work Effort ... 14

c. Dimensi Organzational Support ... 14

B. Organisasi Kemasyarakatan ... 15

1. Konsepsi Organisasi Kemasyarakatan ... 15

2. Efektivitas Kinerja Organisasi Kemasyarakatan ... 18

3. Karakteristik Organisasi Kemasyarakatan ... 18

4. Bentuk-bentuk Organisasi Kemasyarakatan ... 19

5. Peran Organisasi Kemasyarakatan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ... 21

C. Nilai-nilai Kebangsaan ... 23

1. Hakekat Nilai ... 23


(7)

3. Urgensi Penanaman

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 26

D. Cinta Tanah Air Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan ... 29

1. Makna Cinta Tanah Air ... 29

2. Bentuk-Bentuk Cinta Tanah Air ... 30

E. Penelitian Terdahulu ... 31

F. Kerangka Pemikiran ... 34

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36

1. Subjek Penelitian ... 36

2. Lokasi Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Wawancara ... 48

2. Observasi ... 49

3. Studi Dokumentasi ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 51

2. Display Data ... 51

3. Kesimpulan/verification ... 52

H. Validitas Data ... 53

1. Pengujian Kredibilitas ... 53

a. Memperpanjang masa observasi ... 54

b. Pengamatan yang Terus Menerus ... 54

c. Triangulasi ... 54

2. Pengujian Transferability ... 56

3. Pengujian Dependability ... 57

4. Pengujian Konfirmability ... 58

a. Survey Pendahuluan dan Studi Literatur ... 59

b. Menyusun Rancangan Penelitian ... 59

c. Mengurus Perizinan ... 59

I. Alur Penelitian ... 60

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

1. Sejarah Ormas Islam FPI Purwakarta ... 61

2. Maksud dan Tujuan Ormas Islam FPI Purwakarta ... 63

3. Pengurus Ormas Islam FPI Purwakarta ... 64 4. Struktur Organisasi Ormas Islam


(8)

FPI Purwakarta ... 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68

1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 68

2. Deskripsi Hasil Observasi ... 88

3 Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 94

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

1. Pengetahuan Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan ... 101

2. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Yang Dilakukan Ormas Islam FPI ... 106

3. Hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 116

4. Upaya yang Dilakukan Ormas Islam FPI untuk Mengatasi Hambatan yang Muncul dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 120

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Simpulan ... 127

1. Simpulan Umum ... 127

2. Simpulan Khusus ... 127

B. Saran ... 129

1. Bagi Masyarakat ... 129

2. Bagi Aktivis FPI Kabupaten Purwakarta ... 129

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta ... 130

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 130


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ... 51

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ... 55

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ... 55

Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data ... 56

Gambar 3.5 Alur Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPW FPI Purwakarta 2013-2014 ... 67

Gambar 4.2 Pengurus dan Anggota FPI sedang Melaksanakan Halaqoh Internal ... 89

Gambar 4.3 FPI dan masyarakat sedang melaksanakan pengajian sebagai bentuk halaqoh eksternal ... 89

Gambar 4.4 Silaturahmi dengan tokoh agama ... 90

Gambar 4.5 Razia Minuman Keras ... 91

Gambar 4.6 Kegiatan FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 93

Gambar 4.7 Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan oleh FPI Purwakarta ... 113


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Ormas Islam

dalam Membangun Nilai-Nilai Kebangsaan dan Cinta Tanah Air (Penelitian Fenomenologi Terhadap

Ormas Islam FPI di Kabupaten Purwakarta) ... 42 Tabel 4.1 Kepemimpinan/Tanfidzi DPW FPI Purwakarta ... 65 Tabel 4.2 Rangkaian Peristiwa dan Aktivitas

DPW FPI Purwakarta ... 95 Tabel 4.3 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Pengetahuan

Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan 105 Tabel 4.4 Strategi Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 108 Tabel 4.5 Triangulasi Berdasarkan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Strategi FPI dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 114 Tabel 4.6 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Hambatan

dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 118 Tabel 4.7 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data

Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 122 Tabel 4.8 Analisis SWOT Strategi

Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Pada Organisasi Kemasyarakatan

Front Pembela Islam (FPI) ... 123 Tabel 4.9 Matriks Paradigma Penelitian

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan pada Organisasi


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kemajemukan agama merupakan salah satu ciri bangsa Indonesia, yang pada akhirnya mengakibatkan kemajemukan ormas-ormas keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kemajemukan ormas keagamaan termasuk ormas Islam hendaknya tidak dipandang sebagai penghambat terciptanya kerukunan hidup dalam masyarakat. Keragaman ormas hendaknya dijadikan sebagai modal untuk bergaul dan berinteraksi guna memperluas wawasan dan pergaulan dengan sesama. Keragaman ormas Islam hendaknya dijadikan sarana untuk saling mengenal dan bersilaturahmi dengan sesama.

Bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, kerukunan antar ormas Islam dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Kondisi ini penting bagi pembangunan nasional. Pengalaman membuktikan bahwa gangguan ketertiban dan keamanan telah mengakibatkan tersendatnya proses pembangunan nasional. Hal ini mudah dipahami karena dana, daya perhatian dan pemikiran yang seharusnya dipergunakan untuk menunjang pembangunan terpaksa dialihkan untuk meredakan gangguan keamanan dan memulihkan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.

Keragaman ormas Islam merupakan kenyataan sosial yang tidak bisa dihindari dalam masyarakat Indonesia. Keragaman ormas Islam terjadi karena negara Indonesia memberikan jaminan hukum kepada setiap warganya untuk berorganisasi sesuai dengan keinginannya. Jaminan hukum berorganisasi terdapat dalam Pasal 28 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Keragaman ormas Islam merupakan modal dasar dalam pembangunan karena ormas Islam dapat menjadi saluran ataupun penggerak pembangunan nasional. Akan tetapi, keragaman tersebut tidak mustahil akan menjadi tantangan jika dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terjadi perpecahan-perpecahan.


(12)

Sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, semua ormas Islam, hendaknya memiliki jiwa patriotisme dan semangat kebangsaan. Artinya, seluruh ormas Islam selalu memiliki rasa kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara serta memiliki kesediaan untuk rela berjuang dan berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

Semangat nasionalisme dan patriotisme, bukan hanya ditampilkan kalau ada bangsa lain yang ingin menjajah Indonesia, tetapi juga dapat diwujudkan dengan menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara. Setiap ormas Islam hendaknya lebih mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan golongan. Kepentingan bangsa dan negara harus menjadi prioritas utama dalam setiap gerak langkah dan kegiatan yang dilakukan ormas-ormas Islam.

Jiwa patriotisme ormas Islam sebenarnya bukan hal baru, karena jiwa keimanan dan ketakwaan bangsa Indonesia telah mengobarkan semangat jihad dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat jihad yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan menjelma mendji pekikan takbir dalam setiap pertempuran melawan penjajah di seluruh tanah air Indonesia. Patriotisme yang dilandasi oleh semangat jihad, merupakan modal penting bagi segenap ormas Islam untuk turut serta dalam membela kepentingan bangsa dan negara. Semangat keagamaan menjadi daya pendorong ormas-ormas Islam untuk mengobarkan kecintaan terhadap tanah air, kemerdekaan, bangsa, dan negara.

Ormas Islam dapat menunjukkan sikap nasionalisme dan patriotisme dengan menjadi “agent of change” atau pembaharu demi kemajuan bangsa. Ormas Islam menjadi agent of change artinya ormas Islam dapat menjadi sarana untuk menemukan ide-ide atau pemikiran baru yang berguna dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara. Disamping itu, melalui anggota-anggotanya, ormas Islam dapat menyebarluaskan berbagai ide atau pemikiran-pemikiran baru yang bermanfaat kepada anggota masyarakat lainnya. Hal ini dapat dilakukan ormas Islam melalui pendirian lembaga pendidikan atau kegiatan ilmiah seperti diskusi, seminar, atau latihan kerja.


(13)

Konsensus nasional yang selama ini menjadi dasar dalam penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata mengalami suatu kemunduran (degradasi). Ditambah dengan kebijakan pemerintah memberlakukan otonomi daerah semakin membuat kecemasan tergerusnya nasionalisme dan munculnya etnosentrisme (Komalasari dalam Jurnal Civics Vol I Nomor 8, 2007:553).

Itulah yang sebenarnya dikhawatirkan Bung Hatta ketika merancang sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama Bung Karno, bahwa kedepan tantangan besar bangsa yang telah menjadi satu dalam kerangka Republik Indonesia ini adalah terjadinya disintegrasi, perang antar-etnik, ras, dan agama sebagai konsekuansi logis dari negara multikultur. Kekhawatiran Hatta senada dengan yang dijelaskan Naisbitt (1994: 15) bahwa masalah suku bangsa ataupun etnis dapat menjadi boomerang bagi bangsa yang kurang arif dalam melakukan kebijakan politiknya.

Degradasi nilai-nilai kebangsaan saat ini menjadi isu yang hangat dibicarakan di pelbagai media, baik televisi, koran, radio, dan internet. Menurunnya nilai toleransi, moderasi, penghargaan akan adanya pluralitas, serta terkikisnya semangat cinta tanah air menjadikan pentingnya dilakukan suatu upaya untuk memberikan pencerahan sosial kepada masyarakat ikhwal pembangunan nilai- nilai kebangsaan.

Tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa semakin mendorong masyarakat Indonesia pada suatu arah yang semakin menjauhi cita-cita kebangsaan kita. Sebuah cita-cita yang ingin mengantarkan masyarakat bangsa pada suatu titik kemulyaan di hadapan bangsa sendiri dan bangsa lain. Sebuah bangsa yang berkeadaban di tengah fenomena multikulturalitas bangsa yang ada. Selain itu, tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa tersebut akan mendorong terjadinya implikasi yang parah secara sosial (Taufiq, 2008: 1).

Cidera sosial yang selama ini terjadi ditandai oleh munculnya pelbagai macam sikap sosial yang ingin menang sendiri (individualistis), munculnya ego


(14)

pribadi dan kelompok yang menggadaikan semangat persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa, sikap main hakim sendiri, serta munculnya perasaan “saya yang paling benar” dan lain sebagainya.

Sekaitan dengan itu, dapat diyakini bahwa tatanan sosial kebangsaan Indonesia akan semakin tidak terarah dan terkendali. Proses sosial kebangsaan yang demikian turut berkontribusi terhadap semakin terpuruknya bangsa Indonesia. Bersamaan dengan hal itu, proses transformasi nilai-nilai kebangsaan seperti nilai toleransi, moderasi, inklusivitas, solidaritas, dan kesediaan untuk berkerja sama dengan warga bangsa yang lain merupakan sesuatu yang diniscayakan (Taufiq, 2008: 265).

Selain itu, permasalahan bangsa Indonesia yang sering terjadi pada masa sekarang dan menjadi isu nasional dan bahkan internasional adalah degradasi moralitas bangsa yang sangat memprihatinkan. Terjadinya perkelahian, kerusuhan, tawuran antarpelajar, mahasiswa, dan penduduk yang sangat meresahkan turut memberikan gambaran mengenai realitas masalah kebangsaan di Indonesia. Bersamaan dengan berbagai tragedi tersebut, muncul kasus kolusi, korupsi, dan nepotisme di kalangan pejabat, aparat, dan birokrat yang berdampak buruk pada tatanan kehidupan masyarakat luas.

Dampak buruk dari ragam fenomena tersebut adalah terjadinya penurunan tingkat kepercayaan rakyat terhadap kharisma dan kemampuan para pemimpin negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Masyarakat kehilangan figur pemimpin yang menjadi panutan, teladan, dan dapat diandalkan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, diasumsikan akan terjadi kendala utama terhadap kelangsungan dan perkembangan negara ke arah yang lebih baik, bahkan besar kemungkinan akan terjadi kehancuran nilai kehidupan bangsa.

Menurut Lickona (1992: 14) bahwa terdapat 10 tanda perilaku manusia yang menunjukkan ke arah kehancuran suatu bangsa, yaitu:

1. Meningkatnya kekerasan.

2. Ketidakjujuran yang membudaya.


(15)

pemimpin.

4. Pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan. 5. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian.

6. Penggunaan bahasa yang memburuk. 7. Penurunan etos kerja.

8. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Meningginya perilaku merusak diri .

10.Semakin kaburnya pedoman moral.

Kesepuluh kriteria sebagai gejala kehancuran suatu bangsa tersebut, jika diperhatikan secara seksama selaras dengan kehidupan bangsa Indonesia pada masa sekarang yang sedang dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan. Tegasnya, pada masa sekarang bangsa Indonesia sedang dilanda krisis warga negara, sebagai dampak dari perilaku yang mayoritas tidak mengindahkan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan, falsafah, dan pedoman hidup dalam memperkokoh jatidiri bangsa. Kekuatan nasionalisme bangsa semakin lemah. Sebaliknya, kosmopolitanisme mengalami peningkatan yang signifikan, etnisitas mencuat dan mengakar dalam tubuh individu, sehingga mengalahkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat pelbagai gejala yang muncul sebagai tanda melemahnya nilai-nilai kebangsaan, diperlukan adanya penguatan kembali nilai-nilai kebangsaan dan semangat cinta tanah air dalam tubuh bangsa Indonesia oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Salah satu organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang saat ini booming karena setiap aktivitasnya dinilai kontroversi dalam gejolak politik bangsa adalah Ormas Islam FPI. Akan tetapi berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan, disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh media, Ormas Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan lainnyayang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media nasional. Ormas Islam FPI juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 105) “Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah


(16)

sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” Selain itu pada ayat berikutnya dijelaskan kembali bahwa

“Maka disebabkan karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Ali Imran [3]: 159)

Dari petikan ayat di atas, Islam amat menyerukan pentingnya musyawarah dalam menyelesaikan segala permasalahan yang mana hal itu menjadi salah satu indikator semangat kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Sebagaimana dijelaskan oleh M. Quraish Shihab (2014) bahwa paham kebangsaan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah. Bahkan semua unsur yang melahirkan paham tersebut, inklusif dalam ajaran Al Qur’an, sehingga seorang muslim yang baik pastilah seorang anggota suatu bangsa yang baik. Kalau anggota suatu bangsa terdiri dari beragam agama atau anggota masyarakat terdiri dari berbagai bangsa, hendaknya mereka dapat menghayati firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 148. “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah yang ditujunya), dia menghadap ke arah itu. Maka berlomba-lombalah kamu (melakukan) kebaikan”

Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan informasi bahwa aktivitas Ormas Islam FPI yang berlabel penegakan syari’at agama Islam di Kabupaten Purwakarta sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Sekitar bulan Mei tahun 2006, Ormas Islam FPI berseteru dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara lintas agama yang digelar di Kabupaten Purwakarta. Pertikaian ini berawal dari pandangan Gus Dur yang saat itu sebagai pembicara yang sempat menuding organisasi-organisasi Islam yang mendukung RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi disokong oleh sejumlah jenderal.

Dasar pembentukan Ormas Islam FPI bertujuan sebagai wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan. Latar belakang pendirian Ormas Islam FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara lain :


(17)

1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.

2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan.

3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta ummat Islam.

Sebenarnya disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh media, Ormas Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan lainnya yang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media nasional.

Tindakan Ormas Islam FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain. Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-satunya intitusi yang berhak melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri tidak memiliki insiatif untuk melakukannya. Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang responden bahwa Ormas Islam FPI merupakan gerakan lugas dan tanpa kompromi sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Ia menolak anggapan bahwa beberapa pihak menyatakan Ormas Islam FPI anarkis dan kekerasan yang dilakukannya merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran sikap.

Aksi demi aksi perusakan infrastruktur (patung) yang telah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta terus menerus terjadi, sebagaimana diberitakan oleh http://www.nahimunkar.com/ allahuakbar-umat-muslim-purwakarta-robohkan-patung-karena-tidak-sesuai-ajaran-Islam (terbit tanggal 18 September 2011) sebagai berikut:

Umat Islam Purwakarta kembali membuktikan semangatnya untuk meruntuhkan kemunkaran di kotanya. Siang ini, Minggu (18/9) massa gabungan sejumlah Ormas Islam, dan pondok pesantren merobohkan patung di sejumlah sudut kota. Mereka menilai patung-patung tersebut tidak sesuai ajaran Islam dan merusak citra religius kota Purwakarta. Aksi tersebut merupakan akumulasi kekesalan terhadap Bupati Purwakarta Dedi


(18)

Mulyadi yang selama ini membandel membangun patung, meskipun berkali-kali diingatkan dan dikecam oleh sejumlah ormas Islam. Suasana Kota Purwakarta pun diliputi aksi massa yang secara berani menghancurkan satu persatu wayang yang memiliki nilai ratusan juta rupiah. Sasaran pertama mereka patung Gatot Kaca di Parapatan Comro. Dengan menggunakan tambang yang diikatkan ke bagian leher patung, massa beramai-ramai menariknya hingga roboh. Aksi kemudian dilanjutkan ke Pertigaan Bunder dan Jalan Baru. Dua patung, masing-masing Semar dan Bima pun juga ikut roboh. Aktivis muslim tersebut tetap bersikeras bahwa kotanya harus bersih dari patung-patung berhala. Banyak juga kalangan yang menilai bahwa kemunculan patung-patung di daerah Purwakarta merupakan suatu upaya untuk melestarikan budaya Sunda, karena itu tidak bisa memandang peristiwa ini dari sudut pandang agama. Akan tetapi, nampaknya patut pula diperhatikan bahwa pemerintah daerah dalam menentukan dan mengambil kebijakan pembangunan seyogyanya memperhatikan aspek historis dan kondisi sosial masyarakatnya, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi kemasyarakatan bernafaskan agama sudah seharusnya melakukan segala aktivitas yang mendukung terbangunnya nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasar pada latar belakang sebagaimana dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut; Pertama, terjadinya degradasi nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air di masyarakat. Kedua, semakin kaburnya pedoman moral sebagai landasan masyarakat dalam berperilaku. Ketiga, penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsan dan cinta tanah air membutuhkan peran berbagai aspek, baik pemerintah maupun masyarakat.


(19)

Keempat, perlu adanya pengkajian mengenai peran organisasi kemasyarakatan

dalam membangun nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan berbasis keagamaan pada organisasi kemasyarakatan, khususnya yang dilaksanakan Ormas Islam FPI (Front Pembela Islam). Mengingat luasnya kajian penelitian, maka penulis membatasi penelitian menjadi beberapa rumusan sebagai berikut:

a. Bagaimana pengetahuan Ormas Islam FPI tentang nilai-nilai kebangsaan? b. Bagaimana strategi yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam

mengembangkan nilai-nilai kebangsaan?

c. Hambatan apa yang ditemui Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai- nilai kebangsaan?

d. Upaya apa yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan berbasis keagamaan pada organisasi kemasyarakatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji dan menganalisis pengetahuan Ormas Islam FPI tentang nilai-nilai kebangsaan.

b. Mengkaji dan menganalisis strategi Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.

c. Mengkaji dan menganalisis hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.


(20)

d. Mengkaji dan menganalisis upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah dan memperkaya khasanah keilmuan pendidikan kewarganegaraan khususnya dalam bidang ilmu kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

a. Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah. Selain itu, penulis juga dapat lebih peka terhadap permasalahan sekitar.

b. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai realitas implementasi nilai-nilai kebangsaan di masyarakat sehingga dapat menjadi masukan bagi penyusunan dalam upaya menumbuhkembangkan nilai- nilai tersebut melalui berbagai cara. c. Bagi pembaca dan masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai strategi Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.

d. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.

E. Struktur Organisasi Tesis

Bab I Pendahuluan meliputi; a) Latar Belakang Masalah, b) Identifikasi dan Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian dan e) Struktur Organisasi Tesis.


(21)

Bab II Kajian Pustaka meliputi; a) Konsep Kinerja, b) Organisasi Kemasyarakatan, c) Nilai-nilai Kebangsaan, d) Cinta Tanah Air Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan e) Penelitian terdahulu, dan f) Kerangka pemikiran

Bab III Metodologi Penelitian meliputi; a) Subjek dan Lokasi Penelitian, b) Desain Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Desain Tersebut, c) Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Metode Tersebut, d) Definisi Operasional yang Dirumuskan untuk Setiap Variabel, e) Instrumen Penelitian, f) Teknik Pengumpulan Data, g) Teknik Pengolahan dan Analisis Data, h) Validitas Data, i) Alur Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi gambaran umum lokasi

penelitian, gambaran umum hasil penelitian dan analisis hasil penelitian Bab V Simpulan dan Saran meliputi jawaban atas permasalahan penelitian dan


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pengurus dan anggota Ormas Islam FPI Dewan Pimpinan Wilayah Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan tokoh masyarakat Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta yang dipilih secara purposif. Secara lebih detailnya subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Jumlah

1. Ketua Dewan Tanfidzi FPI 1 Orang

2. Pengurus FPI 2 Orang

3. Anggota FPI 5 Orang

4. Kantor Kesatuan bangsa dan Politik Purwakarta 2 Orang

5. Polres Purwakarta 1 Orang

6.. Tokoh masyarakat 11 Orang

Jumlah 22 Orang

Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)

Subjek penelitian sebagaiman tertera pada tabel di atas dipilih karena dianggap dapat memberikan informasi yang aktual dan terperinci mengenai strategi FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan. Ketua Dewan Tanfidzi FPI dipilih karena dinilai oleh peneliti mempunyai sejumlah informasi yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Ormas Islam FPI Kabupaten Purwakarta, terutama dibidang manajerial yang diterapkan ataupun strategi yang digunakan Ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai


(23)

kebangsaan. Untuk lebih memperkuat hasil dari penelitian terkait kegiatan-kegiatan tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan pengurus ormas Islam FPI untuk lebih memperkuat dan juga memperoleh informasi yang diperlukan oleh peneliti mengenai strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan Ormas Islam FPI.

Anggota ormas Islam FPI peneliti jadikan sebagai subjek penelitian karena dianggap mempunyai konstribusi yang tidak sedikit terhadap gerakan-gerakan ormas Islam FPI dalam hal ini kaitannya dengan kinerja ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan di Kabupaten Purwakarta. Kepolisian Resort Purwakarta dan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Purwakarta peneliti jadikan sebagai responden dalam penelitian ini karena kewenangan dari sisi kebijakan publik dan juga koordinasi dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif.

Selain melakukan wawancara dengan subjek penelitian tersebut di atas, peneliti juga menentukan responden-responden lainnya dari beberapa tokoh masyarakat sebagai subjek penelitian. Tokoh masyarakat ini bukan merupakan pihak-pihak dari ormas Islam FPI akan tetapi merupakan individu yang mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan oleh ormas Islam baik melalui sosialisasi ataupun menggalang kekuatan untuk melakukan gerakan turun ke lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terletak di Kabupaten Purwakarta yang pemilihannya dilakukan berdasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh Peneliti bahwa Purwakarta sebagai salah satu daerah di Jawa Barat merupakan basis aktivitas Ormas Islam FPI yang senantiasa berkontribusi terhadap penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsaan yang dilandasi nilai-nilai keislaman.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan upaya kuantifikasi atau perhitungan-perhitungan


(24)

statistik, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Suatu pendekatan mengandung kriteria pemilihan yang dipergunakan dalam menentukan masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dan data penelitian.

Kerlinger (2000: 18) menyatakan bahwa pendekatan atau ancangan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan dan memverifikasi dan menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif.

Disamping menekankan pada faktor peneliti sebagai alat penelitian utama, penelitian inipun memperhatikan pula metode yang digunakan agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Burgess dalam Nasution (1996: 17) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian, antara lain kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus, ethnografi, prosedur interpretatif dan lain-lain.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi, karena peneliti ingin mengkaji pola-pola atau keterkaitan antara makna subyektif dari realitas obyektif di dalam kesadaran orang yang menjalani aktivitas kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana Schutz dalam Sudikin (2002: 39) menjelaskan bahwa tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan berakar. Selanjutnya Husserl dalam Sudikin (2002:36) menjelaskan bahwa fenomenologi menggunakan intuisi sebagai sarana untuk mencapai kebenaran. Beberapa kata kunci dari fenomenologi adalah sebagai berikut:

1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena tercakup pula nomena;


(25)

3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka dan terarah pada objek), dan

4. Substansi adalah hal kongkrit yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau (Husserl dalam Sudikin, 2002:36).

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Craswell (1998: 54) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut “epoche” (jangka waktu). Konsep “epoche” adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep “epoche” menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu–individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.

Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomenologi dalam memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan realitas akan dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi aksiologis, nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam pengungkapan makna akan interpretasi subjek.

Jadi, penelitian ini memfokuskan pada kajian strategi ormas Islam dalam membangun nilai-nilai kebangsaan melalui observasi langsung (observer


(26)

partisipatif) ikhwal program kegiatan yang dilakukan, mendeskripsikan pengalaman sejumlah informan serta melakukan studi dokumentasi. Karena itu, penelitian ini lebih tepat menggunakan tradisi fenomenologi.

Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi memandang manusia secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungannya. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.

D. Definisi Operasional

Untuk membatasi kajian permasalahan dalam penelitian serta menghindari adanya kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan definisi operasional yang menjelaskan maksud dari variabel penelitian sebagai berikut:

1. Strategi, yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah pola atau langkah kerja yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan.

2. Ormas Islam, yang dimaksud Ormas Islam dalam penelitian ini adalah Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta.

3. Nilai-nilai kebangsaan, yang dimaksud nilai-nilai kebangsaan dalam penelitian ini adalah kesadaran akan pentingnya hidup bersama sebagai sebuah bangsa yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan suatu penelitian. Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Artinya, peneliti bebas menginterpretasikan hal-hal yang ia peroleh berdasarkan hasil wawancara,


(27)

observasi dan studi dokumentasi. Sebagaimana Moleong (2000: 132) menjelaskan sebagai berikut:

“bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia

menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada

akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya” (Moleong, 2000:132).

Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus "divalidasi" seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang akan terjun ke lapangan. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Selanjutnya menurut pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu Ketua Ormas Islam FPI, Pengurus, Anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kab. Purwakarta serta Masyarakat Purwakarta. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

Untuk memandu pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan pedoman sebagai acuan dalam pengumpulan data sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.


(28)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap FPI

Kabupaten Purwakarta)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

1. Bagaimana pengetahuan Ormas Islam tentang nilai-nilai kebangsaan? 1. Nilai ketuhanan 2. Nilai kemanusiaan 3. Nilai

persatuan dan kesatuan 4. Nilai

musyawarah 5. Nilai keadilan

sosial

1. Bagaimana pendangan

anda mengenai

pentingnya nilai ketuhanan sebagai dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

2. Bagaimana pandangan

anda mengenai

penghargaan

masyarakat terhadap nilai-nilai

kemanusiaan?

3. Bagaimana pandangan

anda mengenai

pentingnya kesadaran kolektif sebagai sebuah bangsa?

4. Bagaimana pandangan

anda mengenai

pentingnya

musyawarah sebagai mekanisme

penyelesaian kompleksitas


(29)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

permasalahan bangsa? 5. Bagaimana pandangan

anda mengenai

implementasi nilai keadilan sosial dalam praktik kehidupan

berbangsa dan

bernegara? 6. Sejauhmana

pentingnya penanaman nilai-nilai kebangsaan pada masyarakat?

7. Hal apa yang

menyebabkan pentingnya

penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsaan pada masyarakat? 2 Bagaimana

strategi yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan? 1. Bentuk program 2. Tujuan program 3. Pembinaan mental anggota 4. Pembinaan

moral anggota dan

masyarakat

1. Program apa saja yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan nilai ketuhanan sebagai dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

2. Program apa saja yang dilakukan dalam menumbuhkembangkan penghargaan terhadap

Aktivis FPI, Pemerintah

dan tokoh masyarakat


(30)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

nilai-nilai kemanusiaan?

3. Program seperti apa yang dilakukan dalam menanamkan

pentingnya hidup

bersama dalam

menghadapi tantangan masa kini?

4. Program apa yang dilakukan dalam menginternalisasikan nilai-nilai musyawarah dalam menghadapi permasalahan sehari-hari?

5. Program apa yang dilakukan dalam menciptakan

terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat?

6. Hal apa yang

melatarbelakangi dilaksanakannya program tersebut? 7. Orientasi apa yang

hendak dicapai dengan melaksanakan program-program tersebut?


(31)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

8. Bagaimana relevansi antara program yang dijalankan dengan proses

penumbuhkembangan nilai- nilai kebangsaan? 3 Hambatan apa

yang ditemui Ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan? 1. Kendala internal 2. Kendala eksternal

1. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menjalankan program-program

penumbuhkembangkan nilai- nilai kebangsaan? 2. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menjalankan program penumbuhkembangan nilai ketuhanan sebagai dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

3. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menumbuhkembangkan penghargaan terhadap nilai- nilai kemanusiaan? 4. Hambatan apa yang

ditemui dalam

penanaman pentingnya hidup bersama dalam

Aktivis FPI, Pemerintah

dan tokoh masyarakat


(32)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

menghadapi tantangan masa kini?

5. Hambatan apa yang

ditemui dalam

menginternalisasikan nilai-nilai musyawarah untuk menghadapi permasalahan sehari-hari?

6. Hambatan apa yang

ditemui dalam

mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat? 7. Bagaimana efekfivitas

program yang dilakukan hingga terbentuknya

individu yang

mengaplikasikan nilai-nilai kebangsaan? 4 Upaya apa yang

dilakukan Ormas Islam FPI untuk mengatasi

hambatan yang muncul dalam membangun nilai-nilai kebangsaan?

1. Bentuk upaya 2. Tujuan upaya 3. Relevansi

upaya yang dilakukan dengan hambatan yang muncul

1. Upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang ditemui dalam menjalankan program-program

penumbuhkembangkan nilai- nilai kebangsaan? 2. Upaya apa yang

dilakukan untuk

Pemerintah, Aktivis FPI,

Tokoh Masyarakat


(33)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

mengatasi hambatan yang muncul dalam pengelolaan sumber

daya manusia

organisasi untuk mengefektifkan kinerja Ormas Islam dalam membangun nilai-nilai kebangsaan?

3. Hal apa saja yang dilakukan dalam mempertegas komitmen anggota untuk bersama-sama melakukan upaya penumbuhkembangan nilai- nilai kebangsaan? 4. Bagaimana upaya yang

dilakukan dalam memperkuat

kebersamaan sosial di masyarakat?

5. Upaya apa yang dilakukan dalam menanamkan

pentingnya hidup

bersama dalam

menghadapi tantangan masa kini?


(34)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

antara upaya yang dilakukan dengan

hambaran yang

muncul? Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan sejumlah data penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data dapat disajikan sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Moleong (2000: 150) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki beberaapa keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Craswell (2008: 226) bahwa “some advantages are that they provide useful information when you

cannot directly observe participants, and they permit participants to describe

detailed personal information”.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Melalui pedoman demikian, interviewer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung. Kerlinger dalam Hasan (2000: 41) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :

a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.


(35)

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003: 61) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :

a. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.

b. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi

kurang akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Craswell (2008: 221) mengemukakan bahwa “observation is a process of

gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a

research site”. Menurutnya observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang dan tempat-tempat di lokasi penelitian.

Metode observasi dapat pula dikatakan sebagai metode survey seperti yang dikemukakan Nazir (1988: 65) bahwa metode survey (observasi) adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.


(36)

3. Studi Dokumentasi

Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen utama, oleh karena itu peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber lain berupa catatan dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985: 276-277) catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokuman yang dipandang perlu untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku teks, makalah, jurnal, hasil penelitian, dokumen negara.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan secara sistematis terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan apa yang telah ditemukan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145).

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Hal tersebut dinyatakan oleh Nasution (1996: 129) bahwa dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal, data yang diperoleh di lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis sebagai berikut:

“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua

penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verification”.

Selanjutnya Miles dan Huberman (2007:16-18) menjelaskan analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verification sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.


(37)

Gambar 3.1

Komponen-Komponen Analisis Data

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan tentunya sangat banyak, oleh karena itu data yang diperoleh tersebut perlu dicatat dan di lakukan perincian secara mendetail. Untuk melaksanakan itu perlu dilakukan pereduksian data. Reduksi data adalah mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal penelitian dilakukan.

2. Display data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya

Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penyajian data


(38)

untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Menampilkan data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu data penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena akan memudahkan peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. Selanjunya, dalam penyajian data Miles & Huberman (Malik, 2011),

membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dari pendapat ini diyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi; berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Melalui cara ini dengan melakukan analisis data dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan selanjutnya akan menentukan tindakan dalam menarik kesimpulan yang benar melalui penyajian data tersebut.

Proses penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadikannya dalam satu kategori, berupa data berkelompok yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan fokus masalah. Masing-masing kategori dapat berupa urutan-urutan atau prioritas kejadian.

3. Kesimpulan/verification

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data yang dimulai dari pencatatan data lapangan, kemudian di tulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya


(39)

melalui beberapa teknik, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Moleong (2000: 192-195), yaitu:

a. Data yang diperoleh sesuai dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik, ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada substantif fokus penelitian

Sejatinya sebuah penelitian adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran yang bukan dibenar-benarkan, tapi kebenaran yang memang benar. Karena kebenaran itulah yang akan dijadikan landasan bertindak. Bukan atas dasar asumsi orang lain yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk mendapatkan kebenaran, mestinya suatu penelitian dilandasi kaidah-kaidah yang baik agar hasilnya dapat dipercaya (Moleong: 2000).

Inilah tahap analisis dan pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut, diharapkan penelitian yang dilakukan nanti dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian serta sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

H. Validitas Data

Suatu hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria

valid, realibel, dan obyektif. Mengacu pada pendapat Sugiyono (2007: 366), uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan

confirmability (objektivitas) sebagai berikut: 1. Pengujian Kredibilitas

Uji kredibilitas data ini merupakan kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Ada beberapa macam cara pengujian kredibilitas data dalam penelitiankualitatif yaitu: (1) perpanjangan pengamatan, (2) peningkatan ketekunan, (3) triangulasi, (4) diskusi dengan teman, (5) analisis kasus negatif, dan (6) member chek. Senada dengan yang dijelaskan Nasution (1996: 114-118)


(40)

bahwa untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu antara lain:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Pengamatan yang Terus Menerus

Melalui pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam.Implikasi dari pengamatan yang kontinu, peneliti akanmemperoleh gambaran yang terinci mengenai apa yang sedang diamati berkaitan dengan strategi ormas Islam dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008: 330). Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh pengurus dan anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan masyarakat Kabupaten Purwakarta.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai subyek penelitian. Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang satu dengan yang lain yang lain.


(41)

Selanjutnya Sugiyono (2007:372) menjelaskan bahwa dalam pengujian kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Berikut ini adalah bagan triangulasi sumber, triangulasi cara, dan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 3. 2

Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga sumber data dilakukan agar bisa lebih memperkuat dalam pengambilan kesimpulan berbagai aspek yang diteliti dalam penelitian, apabila dalam hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga responden tersebut mempunyai kesamaan atau kecocokan dalam jawaban, maka jawaban tersebut dipakai sebagai acuan dalam hasil temuan di lapangan.

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014) Pengurus Ormas

Islam FPI

Wawancara

Pemerintah Daerah Purwakarta

Masyarakat Kabupaten Purwakarta

Observasi


(42)

Triangulasi berdasarkan tiga teknik pengumpulan data yaitu untuk mengetahui kesesuaian antara hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, sehingga data bisa dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini.

Gambar 3.4

Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga rentang waktu dalam pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi antara hasil penelitian pada minggu ke-I, dengan minggu ke-II, dan minggu ke-II sehingga hasil temuan dalam penelitian ini benar-benar meyakinkan Peneliti.

2. Pengujian Transferability

Uji transferability menunjukan derajat ketepatan atau dapat tidaknnya diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Olehkarena itu, agar hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya (Sugiyono, 2007: 367).

Masuk pada derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti

Minggu II

Minggu III Minggu I


(43)

yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi atau data penelitian secara luas dan mendalam tentang pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan rnasalah-masalah sosial melalui community

civics. Oleh karena itu maka peneliti dalam membuat laporannya harus

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Transferability (validitas eksternal) menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Digunakannya uji ini karena dapat diterapkan pada subyek yang lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek penelitian yang diambil. Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi lebih jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan bisa atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, semacam apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferability (Sugiyono, 2007).

3. Pengujian Dependability

Uji dependability ialah pengujian reabilitas. Suatu penelitian yang realibel adalah ketika orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut (Sugiyono, 2007: 377). Jadi, dalam hal ini pengujian dependabilitas ini untuk membuktikan bahwa hasil penelitian dapat ditemukan dengan hasil yang sama kembali oleh peneliti lainnya.

Keterandalan dalam penelitian ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini melakukan uji


(44)

dan hasil penelitian. Selain itu dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Pengujian konfirmability merupakan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif tatkala hasil penelitiannya telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan (Sugiyono, 2007: 377). Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Keberlangsungan proses penelitian sebisa mungkin harus dapat dibuktikan oleh peneliti. Selanjutnya Sugiyono (2007: 377) mengemukakan bahwa menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan, ketika hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut memenuhi standar

konfirmability.

Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada. Uji ini dimaksudkan agar pola-pola pertanyaan yang diajukan kepada subyek-subyek lain yang serupa maka didapatkan hasil yang serupa pula sehingga didapatkan keabsahan data untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati partisipan. Peneliti akan melakukan confirmability dengan menunjukkan seluruh transkrip yang sudah ditambahkan catatan lapangan, tabel pengkatagorian tema awal dan tabel analisis tema pada pembimbing penelitian dan partisipan.

Teknik utama menentukan penegasan atau konfirmabilitas adalah melalui audit trial (baik proses maupun produk). Teknik yang lain yaitu triangulasi dan membuat jurnal reparatif sendiri. Dengan audit trial, peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan dilapangan sehingga dapat ditelusuri kembali, peneliti juga dapat melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing agar diperoleh penafsiran yang akurat. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tahapan persiapan yang meliputi :


(45)

a. Survey Pendahuluan dan Studi Literatur

Sebelum menyusun rancangan penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi literatur dan survey pendahuluan. Melalui studi literatur dalam dokumen tentang pembinaan, tanggung jawab, warga negara, masalah-masalah sosial, dan

community civics dan peneliti juga mengkaji penelitian terdahulu guna

mengetahui posisi penelitian peneliti sehingga sebelum penelitian peneliti memiliki sedikit gambaran tentang apa yang harus digali di lapangan.

b. Menyusun Rancangan Penelitian

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, selanjutnya disusun rancangan penelitian untuk diajukan kepada tim penilai dalam forum seminar pra-desain permasalahan yang diajukan pada prinsipnya disetujui.

c. Mengurus Perizinan

Prosedur yang ditempuh dalam hal ini memperoleh perizinan adalah sebagai berikut :

1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada ketua program studi Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada asisten direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administrasi dan akademis.

2) Ormas Islam FPI mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian.

3) Kantor Kesatuan Bangsa Politik Kab. Purwakarta mengeluarkan surat rekomendasi izin Studi Lapangan/Observasi.

Pada hakikatnya, teknik utama untuk menentukan derajat penegasan atau

confirmability (objektivitas) adalah dengan cara melakukan audit-trial, baik

terhadap proses maupun mendeteksi catatan-catatan lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali dengan mudah. Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi untuk memperoleh penafsiran yang akurat.


(1)

Ating Supardi, 2014

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan

d. Beberapa upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan meliputi; Pertama, membangun sinergitas dengan aparat kepolisian, Satpol PP dan masyarakat terutama dalam melakukan razia dan sweaping ke tempat-tempat yang dinilai meresahkan masyarakat. Kedua, menggalakkan sosialisasi aktif kepada masyarakat melalui dakwah dari tokoh-tokoh FPI baik melalui pengajian umum (mimbar) maupun pengajian-pengajian rutin pada skala yang lebih kecil. Ketiga, menekankan pentingnya musyawarah dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungannya, sehingga ketika ada masalah tidak langsung menyulut emosi. Keempat, memperkuat komitmen anggota dan pengurus FPI untuk senantiasa konsisten dalam melaksanakan aktivitas atau program kerja, terutama dalam rangka membangun nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat merupakan kekuatan inti dalam membangun bangsa, karena itu masyarakat perlu melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan komunitas/organisasi, sehingga akan terbangun spirit berbagi dan spirit pembangunan dalam menciptakan harkat dan martabat bangsa.

b. Perlunya menjalankan fungsi kontrol terhadap pelbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sehingga semakin mempertegas posisi dan kekuatan masyarakat dalam upaya pembangunan bangsa.

2. Bagi Aktivis FPI Kabupaten Purwakarta

a. Sebagai Ormas, FPI hendaknya mendaftarkan diri pada lembaga yang membawahi Ormas pada lingkup wilayah hukum Kabupaten Purwakarta (Kesbangpol Kabupaten Purwakarta) sehingga kedudukan FPI sebagai organisasi diakui legalitasnya oleh negara.


(2)

b. Perlunya meningkatkan kerjasama, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam upaya pembangunan mental dan moral generasi bangsa.

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta

a. Perlu dilakukan pengarahan, pembinaan dan sosilisasi secara lebih massif terkait pentingnya organisasi masyarakat mendapaftarkan diri pada lembaga pemerintah (Kesbangpol) guna menciptakan tertib administrasi pada pemerintah Kabupaten Purwakarta

b. Perlunya membangun komunitas-komunitas masyarakat yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan di segala bidang, karena kekuatan utama demokrasi terletak pada masyarakatnya, bukan pada pemerintahannya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan kajian lebih jauh mengenai kinerja Ormas Islam dalam pembangunan bangsa, khususnya mengenai model pengembangan nilai kebangsaan melalui gerakan masyarakat.


(3)

Ating Supardi, 2014

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Anderson, B. (1983). Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism.London: Verso Editions and NLB.

Bernardin, J. (2003). Human Resources Management An Experimentasl Aproach: Third Edition. Boston: McGraw-Hill.

Bogdan, R.C & Biklen, S.K. (1982). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Alih bahasa oleh Munandir dari judul Qualitative Research for Education: An introduction to Theory and Methods. Jakarta: PAU PPAI Universitas Terbuka.

Buchori, Mochtar. (1995). Transformasi Pendidikan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Creswell, J.W. (2008),. Educational Research (Planning, Conducting andEvaluating Quantitative and Qualitatif Research (Third Edition). California: University of Nebrasca-Lincoln.

Dharma, S. (2002). Human Resource Scorecard: Suatu Model Pengukurn Kinerja Sumber Daya Manusia. Jogjakarta: Amara Books.

Gellner, E. (1983). Nations and Nationalism.Oxford : Basil Blackwell.

Guibernau, M dan Rex, J (ed.). (1997). The Ethnicity Reader Nationalism, Multiculturalism and Migrations. Cambridge: Polity Press.

Hasibuan, H. Malayu S.P. (2005). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.

Hastuti, N. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan dan Nasionalisme Bangsa.Jakarta : Media Bangsa.

Kaelan & Zubaidi, A. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma: Yogyakarta.

Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral. Penerjemah Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Komalasi, K. (2007). Jurnal Civics Volume I Nomor 8. 2007. Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Lickona, T. (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New

York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications.

Mangkunegara, AP. (2001). Manajemen Sumber Daya Perusahaan Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

MD, Sagimun. (1989). Peranan Pemuda Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi. Bina Aksara: Jakarta.

Miles, M & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press. Mulyana, D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Naisbitt, J. (1994). Global Paradox. Alih bahasa Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara.

Nasution, S. (1996). “Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif”. Bandung: Tarsito.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rivai, V. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sholehuddin. (2010). Pluralisme Agama & Toleransi. Depok: CV. Bina Muda Cipta Kreasi.

Simamora, B. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel Edisi Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar-dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito.


(5)

Ating Supardi, 2014

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan

Sutarto. (1992). Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Taufiq, A. (2008). Dinamika Sastra Multikultural: Revitalisasi Nilai dalam Dimensi Kebangsaan. Jurnal Kultur Edisi 2 tahun 2008.

Tilaar, H.A.R., (2007). Mengindonesia; Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Woodcock, M & Francis, D. (1992). 50 Activities for Unblocking Your Organization. California : Gower Publishing.

B. Sumber Dokumen dan Internet

Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 105.

Anonim. (2014). Tersedia di http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/ d_pls_019806_desmon_bibliography.pdf, [Tanggal 20 April].

Bidimansyah, D. (2010). Tantangan Globalisasi Terhadap Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air di Sekolah. Bandung: Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 1, April 2010ISSN 1412-565X.

Hernowo, H. Nilai-Nilai Kebangsaan adalah Masa Kini dan Masa Depan Bangsa. Tersedia di http://lppkb.wordpress.com/2010/07/07/ [tanggal 01 April 2014 jam 20:46].

Handoko, Wing. Nilai-nilai Kebangsaan Sebagai Landasan Karakter Bangsa. Tersedia di http://www.suryainside.com/?mod=3&idb=4738. [Tanggal 01 April 2014].

Nugraha, M, dkk.(2011). Pengkajian Hukum tentang Peran dan Tanggungjawab Organisasi Kemasyarakatan dalam Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI.

Purwanti, Eneng. Critical Review Gerakan Dakwah Organisasi Islam di Indonesia Studi Atas Dakwah Front Pembela Islam Periode 1998-2003. Tersedia http://www.academia.edu/5526716/. [Tanggal 11 Mei 2014]. Rachman, Arief. Meningkatnya Nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dapat

Memperkokoh Keutuhan NKRI. Tersedia di


(6)

http://pusatamalpancasila.wordpress.com/2012/08/07/meningkatnya-nilai-nilai-wawasan-kebangsaan-dapat-memperkokoh-keutuhan-nkri-3 [Tanggal 01 April 2014].

Shihab, M.Q. Kebangsaan Menurut Al-Qur’an. Tersedia di

https://grelovejogja.wordpress.com/2007/08/07/kebangsaan-menurut-al-qur%E2%80%99an [Tanggal 13 Februari 2014].

Siagian, S.P. Tersedia di http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1931281. [Tanggal 3 Desember 2013].

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

Yaqin, AMA. (2013). Komunikasi Anggota Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep). Malang: Skripsi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.


Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta Di Merdeka.Com

0 11 102

Pencitraan Laskar Pembela Islam Fpi Dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Islam Di Tengah Masyarakat (Studi Kasus Program Pembinaan Keagamaan Lembaga Dakwah Front)

0 10 97

Makna Radikalisme Bagi Front Pembela Islam (FPI) Bandung Raya (Studi Fenomenologi Mengenai Makna Radikalisme Bagi Front Pembela Islam (FPI) Bandung Raya)

1 17 84

Pandangan front pembela islam tentang kedudukan komplikasi hukum islam pasca undang-undang nomor 12 tahum 2011

3 31 114

BAB 1 Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangs

0 5 42

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) ter

0 2 19

KESIMPULAN DAN SARAN Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) terhadap

0 3 11

KONSTRUKSI KEKERASAN SOSIAL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI MEDIA MASSA.

0 0 2

Gerakan Front Pembela Islam (FPI)di Pasuruan tahun 2015-2017.

0 2 93

KONTSRUKSI GERAKAN ISLAM FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI KOTA MAKASSAR

0 0 89