PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

KABUPATEN SUMEDANG

ARTIKEL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

CICIH YUNINGSIH 1007662

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

A.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 6

1. Perumusan Masalah... 6

2. Pemecahan Masalah... 6

B. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 9

1. Tujuan Penelitian... 11

2. Manfaat Penelitian... 11

D.Batasan Istilah... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 13

1. Pengertian atau Devinisi IPA………….………. 13

2. Tujuan Pendidikan IPA………... 14

3. Hakikat Pembelajaran IPA di SD………... 16

4. Prinsip Pembelajaran IPA di SD………. 17

B.Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar……….. 19

C.Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA……..……… 20

1. Pengertian Model Inkuiri………. 19

2. Tujuan Model Inkuiri………..……... 21

3. Implementasi Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA…….…. 22

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri……….…………... 23

5. Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri………... 27

D.Materi Struktur Batang Tumbuhan dan Fungsinya.……… 28

E. Temuan Hasil yang Relevan……… 29

F. Hipotesis Tindakan……….. 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 30


(4)

C. Metode dan Desain Penelitian………...

1. Metode Penelitian ………... 32

2. Desain Penelitian………... 34

D. Prosedur Penelitian………... 36

1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 37

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 37

3. Tahap Observasi………... 38

4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 38

E. Instrumen Penelitian………... 39

1.Lembar Observasi………... 39

2.Lembar Wawancara ………... 40

3.Lembar Tes………... 40

4.Catatan Lapangan……… ………... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 41

1.Teknik Pengolahan Data………... 41

2.Analisis Data………... 43

G. Validasi Data………... 44

1.Trianggulasi………... 45

2.Member check... 45

3.Audit Trail … ………... 56

4.Expert Opinion ………... 46

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 47

B. Paparan Data Tindakan………... 49

1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 49

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 49

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 51

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 60

d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 61

2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 66

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 66

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 68

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 77

d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 78

3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 81

a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 81

b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 84

c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 92

d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 93

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru…………... 96

1.Paparan Pendapat Siswa………... 96


(5)

Kesimpulan ………

B.Saran ……….. 103

DAFTAR PUSTAKA………... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 106


(6)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science atau Ilmu Pengetahuan Alam, IPA dan social science atau Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS. Meskipun demikian penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang diterjemaahkan menjadi sains.

Dalam perkembangannya, IPA atau sains (Inggris: science) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusu untuk bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan atau gejala tertentu, perbedaan ini sudah tidak nampak. Hakikat sains sebagai aplikasi merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu penerapannya pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan. Menurut Depdiknas (2006: 25) untuk menerapkan pengetahuan IPA dalam kehidupan diperlukan kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari.

2) Mengaplikasikan pemahaman konsep IPA dan keterampilan IPA pada masalah riil.

3) Memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang bekerja pada alat-alat rumah tangga.

4) Memahami dan menilai laporan-laporan perkembangan ilmiah yang ditulis pada mass media.

Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang di dalamnya membahas tentang gejala-gejala alam dan segala isinya yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Carin dan Sund (Winataputra, 2012: 133) sebagai berikut.


(7)

IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen, aktivitas dalam IPA sebagai selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan dan menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

Oleh sebab itu Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui diri dan lingkungan. IPA atau sains sebagai produk keilmuan akan mencakup rasa ingin tahu manusia dan juga untuk keperluan praktis manusia. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA saat ini lebih menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana siswa belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan mereka. Ini tentunya sangat ditunjang dengan berkembang dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakatnya.

Dari hasil observasi awal, yang dilakukan pada proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya, ditemukan beberapa masalah yang dialami oleh siswa. Adapun beberapa masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Siswa merasa kesulitan dalam mengklasifikasikan jenis-jenis batang pada tumbuhan.

2. Siswa merasa kesulitan dalam mengklasifikasikan contoh-contoh tumbuhan berdasarkan jenis batangnya.


(8)

3. Siswa merasa kesulitan menjelaskan fungsi batang bagi tumbuhan itu sendiri. Kesulitan-kesulitan atau permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor atau penyebab yang menjadi kendala terhadap tercapainya indikator yang telah ditetapkan, adapun faktor penyebabnya antara lain;

1. Guru dalam menjelaskan materi hanya bersifat teori saja, siswa jarang diberi pembelajaran yang bersifat nyata, dalam hal ini guru hanya mentransferkan ilmu yang ada dalam buku ke dalam pemikiran siswa.

2. Siswa kurang berani mengembangkan konsep awal pengetahuan yang ada dalam pikirannya, sehingga keberanian siswa untuk mengungkapkan skemata awal pengetahuan kurang terangsang.

3. Model dan metode yang digunakan, hanya terpaku pada yang terdapat dalam kurikulum saja, hal ini guru kurang bisa mengembangkan model yang tepat untuk pembelajaran pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya pada tumbuhan itu sendiri.

4. Media yang digunakan guru, kurang cocok dengan materi, dalam hal ini guru hanya memberikan contoh tumbuhan saja, tanpa membahasnya.

5. Penilaian pembelajaran hanya bersifat kuantitas saja sedangkan kualitas siswa terutama dalam penilaian proses kurang diperhatikan.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, adapun untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, dengan cara;

1. Penulis melakukan wawancara baik dengan guru ataupun siswa untuk memperoleh data yang diingikan, dalam hal ini penulis bertanya tentang kesulitan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru pada waktu proses pembelajaran berlangsung.

2. Observasi, observasi dilaksanakan secara langsung untuk memperoleh data yang diharapkan, observasi dilakukan pada waktu proses pembelajaran sedang berlangsung, objek yang diamati pada waktu observasi adalah siswa dan guru. 3. Penilaian terhadap hasil belajar, dalam hal ini siswa diberikan beberapa butir

soal yang berkaitan dengan materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya pada tumbuhan itu sendiri.


(9)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada hari senin, tanggal 3 Juni 2013, sebagaian besar siswa berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu 70. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Tes Belajar Siswa Kelas IV

No Nama Siswa Skor Nilai Interpretasi

Tuntas Blm Tuntas

1 Siti Mariam 7 70 √

2 Adi Muhamad Shodik 6 60 √

3 Dewi Ayu Wulandari 6 60 √

4 Diyanah Faridah 8 80 √

5 Eneng Isfi Latifah 5 50 √

6 Fitriyani Faiziyana 6 60 √

7 Hesti Agnia 6 60 √

8 Mirna Alisah 8 80 √

9 Nina 6 60 √

10 Nur Siti isah 5.5 55 √

11 Rinrin Noviyanti 8 80 √

12 Ratna Yulianingsih 6.5 65 √

13 Reza Sopiandi 5 50 √

14 Rina Nurcahyani 6.5 65 √

15 Sifa Sania Mutiara 8 80 √

16 Shaehan Rifki Finaldi 6 60 √

17 Taopik Hidayat 8 80 √

18 Tintin 5 50 √

19 Thiara Putri Fadya 5 50 √

20 Vina Nurfitri 7 70 √

21 Alfadra Rayhan K 7 70 √

Jumlah 1225 7 14

Persentase 58,33 33 67

Keterangan ; KKM IPA Kelas IV adalah 70

Berdasarkan hasil belajar siswa di atas, maka siswa yang mendapat nilaian ≥ KKM yaitu tujuh orang atau 33%, sedangkan yang kurang dari KKM adalah 14 orang atau 67%, yang berkaitan dengan kompetensi dasar tentang menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya, dan indikator tentang mengidentifikasi bagian batang tumbuhan, menjelaskan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri, sedang butir soal menguji keberhasilan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Dengan demikian dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk meningkatkan proses


(10)

dan hasil belajar tersebut agar perhatian, keaktifan dan munculnya aspek kerjasama serta hasil belajar yang optimal.

Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan menerapkan model inkuiri. Menurut Sund (Maulana 2009: 33) Model inkuiri dalam bahasa inggris “Inquiry” berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan, mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Model pembelajaran ini melatih siswa dalam proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak bisa. Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuwan dalam usaha mereka untuk mengorganisir pengetahuan dan membuat prinsif-prinsif. Sementara itu Sanjaya (2006: 194) menjelaskan bahwa

Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru, dan menekankan pada proses berpikir secara kritis dan anlitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Alasan peneliti memilih model inkuiri, karena pandangan Inkuiri keberhasilan belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan lebih bermakna, karena dalam hal ini menemukan sendiri jawaban untuk permasalahan yang dihadapinya.

Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh teori para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul

“Penerapan Model Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Struktur Batang Tumbuhan dan Fungsinya di Kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisis bahwa siswa kurang perhatian, kurang aktif, tidak munculnya kerjasama dalam proses pemebelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, yang disebabkan guru tidak memberikan apersepsi, tidak berusaha membangkitkan motivasi belajar siswa, maka secara umum


(11)

permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan Model inkuiri untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”. Secara khusus permasalahan di atas dapat dikemukakan, sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang pada materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya setelah menggunakan model ikuiri ?

2. Pemecahan Masalah

Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka peneliti akan menerapkan model inkuiri. Model inkuiri dipilih peneliti karena model ini dapat menuntut siswa aktif secara mental membangun pengetahuanya yang dilandasi oleh struktur kognitif telah dimilikinya.

Menurut Sanjaya (2006: 23) Pembelajaran inkuiri ”adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan”.

Sementara itu menurut Sujana (2009: 109) model inkuiri “diartikan sebagai

model pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan

eksperimen sendiri”. Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuwan dalam usaha mereka untuk mengorganisir pengetahuan dan membuat prinsif-prinsif.


(12)

Mengembangkan kemampuan berfikir secara logis, sistematis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses mental. Sebagaimana diungkapkan oleh Trianto (Maulana, 2009: 33) bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri ini dianggap lebih bermakna.

2. Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3. Inkuiri merupakan pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologis belajar modern yang menganggap belajar proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Inkuiri pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

Menurut Sujana (2009: 109) model pembelajaran inkuiri umumya diorganisasikan menjadi.

1) Pendahuluan

Ditujukan atau diuraikan situasi yang ingin dicapai kepada siswa 2) Menyajikan pertanyaan atau masalah

Diajukan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan memprediksi “apa yang

akan terjadi bila……….”

3) Membuat Hipotesis

Ditulis dipapan tulis semua hipotesis yang dibuat siswa. Perlu juga diperhatikan apakah ada teori yang mendasari pembuatan hipotesis tersebut.

4) Demonstrasi/Eksperimen

Bertujuan agar siswa dapat mengamati sendiri apa yang terjadi 5) Mengevaluasi hipotesis

6) Berdasarkan pengamatan dilakukan evaluasi terhadap hipotesis yang lebih kuat.

7) Mengambil keputusan

Siswa mengambil keputusan berdasarkan hipotesis dan menggunakan kesimpulan tersebut untuk membangun teori.

8) Aplikasi

Siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa sehari-hari yang bertujuan untuk menggunakan lebih jauh dari kesimpulan yang diperoleh.

Model inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam


(13)

memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan model inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Adapun langkah-langkah pembelajaran model inkuiri menurut Wena (Darmadi, 2011: 12) sebagai berikut.

a. Tahap Orientasi

Dalam tahap ini guru dituntut mampu membangun/ mengembangkan rasa peka siswa terhadap masalah-masalah sosial atas objek yang dibahas. b. Tahap Pengembangan Hipotesis

Hipotesis-hipotesis yang diajukan oleh siswa kemudian diuji oleh guru dan oleh kelompok siswa lain terkait dengan validitas, kompabilitas, dan kesesuaian dengan fakta dan bukti yang mendukung atau bukti yang tidak mendukung.

c. Tahap Melakukan Definisi

Dalam tahap melakukan definisi ini, hipotesis yang diajukan diklarifikasi dan didefinisikan, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengkomunikasikan permasalahan yang dibahas. Untuk tahap ini pendefinisian suatu konsep/teori harus menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa

d. Tahap Melakukan Eksplorasi

Dalam tahap ini hipotesis yang diajukan diperluas/ dianalisis, implikasinya, asumsi-asumsinya, dan deduksi yang mungkin dilakukan dari hipotesis. e. Tahap Pembuktian

Pada tahap pembuktian ini data yang didapat dimaksudkan untuk mendukung hipotesis yang telah dikumpulkan, sesuai dengan karakteristik hipotesis yang diajukan. Dalam tahap ini siswa dibimbing cara-cara mengumpulkan bukti, fakta, data yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan.

f. Tahap Generalisasi

Tahap terakhir ini adalah pengungkapan penyelesaian masalah yang dipecahkan. Dari data-data (bukti, fakta) yang telah dikumpulkan dan dianalisis, siswa didorong untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan, dan dari berbagai kesimpulan yang telah dibuat, siswa diajar bagaimana memilih pemecahan masalah yang paling cepat.

Dari langkah-langkah tersebut maka penjabaran model inkuiri dalam materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya adalah sebagai berikut:


(14)

Tabel 1.2

Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri dalam materi Struktur Batang Tumbuhan dan Fungsinya

N o

Tahapan-tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Tahap Orientasi 1. Guru membimbing siswa untuk

berdoa.

2. Guru mengisi daftar kelas 3. Mengkondisikan siswa kearah

pembelajaran.

4. Guru memberikan tugas kepada siswa membaca alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam materi tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

1. Siswa duduk secara berkelompok 2. Siswa menyimak

pertanyaan dari guru.

2 Tahap

Pengembangan Hipotesis

1. Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

2. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dan menuliskannya dipapan tulis.

1. Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

2. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan kemampuan yang dimilikinya. 3 Tahap

melakukan Definisi

1. Guru menyuruh siswa untuk membuktikan tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. 2. Guru membagikan LKS kepada

setiap kelompok sebagai panduan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran

3. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

1. Siswa mengamati gambar yang berkaitan dengan materi tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.. 2. Siswa menjawab

pertanyaan

sementara, sebelum melakukan kegiatan kelompok.

3. Siswa melakukan kegiatan sesuai perintah yang terdapat dalam LKS 4 Tahap

Melakukan Eksplorasi

Guru membimbing siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Siswa mengerjakan LKS materi tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan bimbingan guru


(15)

No Tahapan-tahapan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

5 Tahap Pembuktian

1. Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. 2. Guru memberikan penguatan

kepada hasil percobaan siswa tersebut.

1. Setelah melakukan mengerjakan LKS selesai, salah satu siswa untuk

menyampaikan hasil kelompoknya di depan kelas. 2. Siswa mencatat

hasil diskusi yang dijelaskan oleh guru.

6 Tahap Generalisasi

1. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

2. Guru menugaskan tiap siswa mengerjakan soal sebagai evaluasi.

1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru. 2. Siswa mengerjakan

soal yang diberikan oleh guru

Sebagai acuan dalam pelaksanaan ini, peneliti menentukan target pencapaian yaitu 87% untuk aspek aktivitas siswa dan 95% untuk aspek kinerja guru dan 90% atau 18 siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70).

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model inkuiri dalam materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD Negeri Sabagi. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan model inkuiri agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran tentang materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menerapkan model inkuiri.


(16)

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru

1) Penerapan model inkuiri diharapkan dapat memberi motivasi baru bagi guru sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siwa di kelas.

2) Memberi pengetahuan baru bagi guru tentang model pembelajaran yang dapat dipraktekan kembali pada pembelajaran lain.

b. Bagi siswa

1) Meningkatkan aktivitas siswa kearah yang lebih baik dalam mengikuti pembelajaran.

2) Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran tentang materi struktur batang dan fungsinya.

3) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok serta bertanggung jawab atas tugas masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan masukan positif terhadap proses peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah satu stimulus motivasi bagi kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di sekolah.

D.Batasan Istilah

1. Model inkuiri adalah model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru, dan menekankan pada proses berpikir secara kritis dan anlitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sanjaya (2006: 194)


(17)

2. Hasil belajar adalah Tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. (Bundu, 2006)

3. Struktur Batang tumbuhan adalah Silinder pada tumbuhan yang terdiri atas beberapa jaringan yaitu, empulur, perikardium, dan berkas pengangkut yaitu xilem dam floem. (Wahyono, 2009: 33)


(18)

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di SDN Sabagi, didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

a. SDN Sabagi merupakan tempat peneliti mengadakan observasi awal untuk mencari permasalahan dalam pelajaran IPA. Permasalahan yang ditemukan di kelas IV merupakan masalah yang harus dicari jalan keluarnya.

b. SDN Sabagi masih mengalami beberapa kendala, karena masih banyak siswa kelas IV yang kurang memahami tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

Untuk lebih jelasnya letak SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada denah berikut:

Gambar 3.1

Denah Sekolah SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan KLS

I KLS

II KLS

III Kant

or KLS I

V KLS

V KLS VI

W C

PARKIR


(20)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperkirakan kurang lebih selama 6 bulan yaitu dari bulan Juli 2013 sampai dengan Desember 2013. Jadwal penelitian terlampir.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sabagi yang berjumlah 21 orang 5, orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Dipilihnya kelas IV sebagai subjek penelitian dikarenakan masih banyak siswa kelas IV yang mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru dan siswa SDN Sabagi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 3.1

Nama-nama Guru dan Kepala Sekolah SDN Sabagi

No Nama Guru NIP Tugas Mengajar

1 Asep Udin, S.Pd 196511111988121002 Kepala Sekolah 2. Tati Rohaeti 195504181975122002 Guru Kelas 3. Diah Rosenani, S.Pd 195808011979122002 Guru Kelas 4. Soma Hermawan, S.Pd 196106081982011003 Guru Kelas 5. Dedeng Hidayat 196206061982041002 Guru Kelas 6. Tuti Sumartini S.Pd 196412171984102001 Guru PJOK 7. Imas Sartika S.Pd 196901061994032008 Guru Kelas 8. Djadja Abdulatif, S.Pd.I 195406071986101001 Guru PAI 9. Dudung S.Pd 196605171988031005 Guru Kelas 10. Ely Yuningsih 196804042008012011 Guru Kelas

11. Siti Rohmah - Guru Sukwan

12. Cicih Yuningsih - Guru Sukwan

13. Rela Nur Eryd. R. S.Pd - Guru Sukwan 14 Arti Dewi Utami, S.Pd - Guru Sukwan


(21)

Tabel 3.2

Daftar Jumlah Siswa SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

1 I 14 9 23

2 II 12 12 24

3 III 5 9 14

4 IV 5 16 21

5 V 15 11 26

6 VI 11 9 20

Jumlah 62 66 128

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SDN Sabagi Sumedang Selatan

No Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 Siti Mariam √

2 Adi M Shodik √

3 Dewi Wulandari √

4 Diyanah Faridah √

5 Eneng Isfi Latifah √

6 Fitriyani F √

7 Hesti Agnia √

8 Mirna Alisah √

9 Nina √

10 Nur Siti isah √

11 Rinrin Noviyanti √

12 Ratna Y √

13 Reza Sopiandi √

14 Rina Nurcahyani √

15 Sifa Sania Mutiara √

16 Shaehan Rifki F √

17 Taopik Hidayat √

18 Tintin √

19 Thiara Putri Fadya √

20 Vina Nurfitri √

21 Alfadra Raehan √ √


(22)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas. Hal ini didasarkan pada pengertian penelitian tindakan yang dipaparkan oleh Mulyasa (2009: 33) yaitu ”Sebagai upaya perbaikan atau upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan”. Selain didasarkan pada pernyataan di atas, hal ini didasarkan pula pada Karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Mulyasa (2009: 38) yang menyatakan bahwa PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja.

b. Bertujuan memperbaiki, meningkatkan pembelajaran c. Berorientasi pada peningkatan mutu.

d. Fleksibel dan adaptif e. Kolaboratif dan partisipatif.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelas.

h. Fokus penelitian pada pembelajaran sehingga dalam prosesnya dilakukan oleh guru.

i. Kooperatif dalan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection.

j. Mengembangkan suatu model pembelajaran, baik sebagian maupun menyeluruh.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2008: 6) yang menjelaskan bahwa.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll. , secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.


(23)

Berdasarkan definisi di atas, kita memerlukan instrumen untuk menilai penelitian tindakan kelas yang kita lakukan, maka dari itu dalam penelitian tindakan kelas manusia berperan sebagai instrumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009: 5) yang menyatakan bahwa.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan.

Dengan tujuan agar proses penelitian dapat tergambarkan dengan jelas dan rinci, karena pada dasarnya penelitian kualitatif salah satunya untuk menilai perilaku yang akan kita teliti.

2. Desain Penelitian

Dalam Penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart) yang dilakukan secara berulang-ulang. Model ini dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Menurut Wiriaatmaja, (2005: 66), penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari, yang terdiri dari empat momentum esensial yaitu penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahapan itu terdiri dari beberapa siklus. Keempat tahapan itu dapat dijabarkan sebagai berikut:

a.Rencana (plan)

Rencana atau perencanaan dapat diartikan sebagai pengembangan rencana tindakan yang disusun untuk meningkatkan pemahaman siswa.

b.Tindakan (act)

Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh guru.

c.Observasi (observe)

Observasi ini berfungsi sebagai mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait,.

d.Refleksi (reflect)

Refleksi yaitu tahap pengkajian ulang, melihat dan mempertimbangkan hasil dan proses dari setiap tindakan.

Perencanaan tindakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan masalah yang terjadi yang akan dipecahkan dengan menggunakan model inkuiri untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang struktur batang tumbuhan dan


(24)

fungsinya. Pada dasarnya PTK dilakukan agar kita dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model yang kita anggap tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009: 6) yang menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk melakukan suatu pendekatan terhadap proses pendidikan dan menganggapnya sebagai satu kesatuan dan keseluruhan pengalaman pembelajaran”.

Tindakan yang akan dilakukan direncanakan secara terperinci dan sistematis, sehingga rencana tersebut dapat dijadikan dasar bagi guru untuk melaksanakan tindakan-tindakan selanjutnya. Hal yang dilakukan dalam tindakan ini adalah mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait serta hasil proses pemahaman siswa tentang tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

Pelaksanaan tindakan melalui model ini didasarkan atas pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang diperoleh dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data-data yang ada di lapangan serta untuk mengetahui informasi tentang proses dan perubahan pemahaman siswa tentang tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya, dengan menerapkan model inkuiri. Observasi tidak hanya dilakukan pada satu objek, melainkan berbagai objek. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiriaatmajda (2005: 107) yang menyatakan bahwa “Objek observasi adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM yang dihasilkan dari pengamatan yang objektif, dan bukan dari keputusan yang tidak mendasar dan menghakimi”.

Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi pada penelitian ini dimaksudkan agar peneliti memahami masalah yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiriaatmaja (2005: 66) menyatakan bahwa

Kegiatan refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, merupakan tahap diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya.


(25)

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis & Taggart (Wiriaatmaja, 2005: 66)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berupa siklus, dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Pada akhir pertemuan, diharapkan tujuan pembelajaran yang ingin diperoleh dapat tercapai yaitu meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Sabagi. Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahapan perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada pendapat Mulyasa (2009: 107) yang menyatakan bahwa “Rencana tindakan merupakan tindakan pembelajaran yang disusun secara sistematis, berorientasi ke depan dengan mempertimbangkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga dapat mengurangi atau mengaeliminasi resiko”. Tahap perencanaan yang dilakukan adalah.

OBSERVE

REFLECT

ACTION

PLAN

REVISED

PLAN OBSERVE

REFLECT


(26)

a. Observasi awal

1) Melaksanakan observasi di SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kondisi awal siswa sebelum peneliti melakukan tindakan.

2) Pada observasi awal ini peneliti mengidentifikasi prioritas masalah yaitu dalam pembelajaran IPA berupa kurangnya pemahaman dan kurangnya eksplorasi dalam diri siswa sehingga timbul pemahaman siswa terhadap materi tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

b. Persiapan pratindakan

Tahap rencana tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan terhadap proses belajar mengajar di salah satu kelas. Peneliti berdiskusi dengan guru yang bersangkutan tentang pelaksanaan pembelajaran IPA sehingga dapat dijadikan bahan dalam perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini. Secara terperinci tahap perencanaan dalam penelitian ini yaitu:

1) Menetapkan kelas sebagai kelas penelitian 2) Membuat rencana pembelajaran

3) Menyusun LKS

4) Menyusun pedoman observasi 5) Menentukan waktu penelitian

6) Mempersiapkan media pembelajaran

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahapan pelaksanaan tindakan, peneliti, guru (praktikan) melakukan tindakan-tindakan terhadap pelaksanaan kegiatan di dalam kelas. Dalam hal ini peneliti mengamati kegiatan pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil dari penerapan model inkuiri dalam pembelajaran di kelas IV SDN Sabagi.


(27)

3. Tahapan Observasi

Sugiyono (2005: 64) berpendapat bahwa ” Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk mengetahui fakta mengenai dunia kenyataan”. Berdasarkan paparan di atas, maka pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti memantau jalannya pembelajaran dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta mengumpulkan dan membuat catatan lapangan mengenai hal yang terjadi selama proses pembelajaran.

Peneliti memantau jalannya pembelajaran dengan maksud untuk mendapatkan data mengenai kesulitan siswa tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri. Selain itu, untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model inkuiri.

4. Tahapan Analisis dan Refleksi

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Informasi yang telah telah diperoleh, selanjutnya diuraikan, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan, hasil informasi yang diperoleh kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah kesimpulan. Menurut Moleong (2006:247).

Tahapan refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulanng, dan pengamatan ulang sehingga permasalah dapat teratasi. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dari hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Hasil tahapan refleksi ini gambaran tentang hasil pelaksanaan yang dilakukan dan bermanfaat untuk mempertajam kemampuan peneliti dalam melakukan perbaikan dalam tindakan selanjutnya.


(28)

E. Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian kualitatif, peneliti dan guru sebagai praktikan merupakan instrumen pengumpul data yang utama. Hal ini didasarkan pada pendapat Moleong (2008: 9) yang mengatakan bahwa

Manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Karena metode yang digunakan adalah kualitatif yang didalamnya ada pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, oleh karena itu peneliti dan guru-guru merupakan alat pengumpul data di lapangan.

Sedangkan teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan adalah sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Menurut Sugiyono (2005: 64) Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran struktur batang tumbuhan dan fungsinya (kinerja guru dan aktivitas siswa) kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu menerapkan model inkuiri dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

2. Lembar Pedoman wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpul data, berita, atau fakta lapangan. Prosesnya dilakukan secara tatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Wiriaatmadja (2005: 117) memberikan penjelasan bahwa “Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan mengenai hal-hal yang dipandang perlu”. Wawancara dilakukan pada saat penelitian berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat untuk mendapatkan informasi dari siswa maupun guru mengenai peningkatan pemahaman pada siswa


(29)

dan guru selama menerapkan model inkuiri dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

3. Catatan Lapangan

Menurut Wiriaatmadja (2005: 125), memberikan penjelasan bahwa “Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk

interaksi social”. Catatan lapangan ini diperuntukkan guna mendapatkan

informasi dari siswa maupun guru mengenai aktifitas pembelajaran dan efektivitas penerapan model inkuiri dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

4. Lembar Tes

Pendapat Safari (2003: 7), tentang tes dan penilaian adalah “Tes dapat berupa metode atau cara penilaian yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi”. Tes ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan belajar siswa melalui penerapan model inkuiri dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Tes ini dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung (postes).

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Teknik Pengolahan Data Proses 1) Kinerja guru

Aspek kinerja guru yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan model inkuiri, terdiri dari tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kriteria penilaian yang digunakan adalah baik (B) interpretasinya 80-100%, cukup (C) interpretasinya 50-79%, dan kurang (K) interpretasinya 0-49%. Jumlah skor adalah jumlah kriteria yang diperoleh dikali skor aspek tertentu terhadap pengolahan kinerja guru diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah skor ideal dikali 100%.

Persentase = x100%

n keseluruha skor

Jumlah

skor Jumlah


(30)

Target yang ingin dicapai adalah untuk tahap kegiatan awal 100%, kegiatan inti pembelajaran 95%, dan kegiatan akhir 100%. Secara keseluruhan target yang ingin dicapai dari aspek kinerja guru adalah 98%.

2)Aktivitas siswa

Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri meliputi tiga aspek penilaian yaitu meliputi aspek mengajukan masalah, membuat hipotesis, membuat kesimpulan. Interpretasinya Baik diperoleh jika skor 7-9, cukup adalah 4-6 dan kurang adalah 0-3. Penilaian aspek ini diperoleh dengan melihat dan mengacu pada indikator yang tampak. Pemerolehan skor satu jika satu indikator tampak, skor dua jika dua indikator dan skor tiga jika tiga indikator tampak dan nol jika tidak ada satupun indikator yang tampak. Dalam menentukan kriteria penilaian terhadap aktivitas siswa, target yang ingin dicapai adalah ≥ 87% untuk interpretasi dengan kategori baik (B).

3) Hasil Wawancara

Wawancara berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan wawancara peneliti akan mendapatkan data yang lebih luas dan dapat memunculkan pendapat baru mengenai bidang yang diteliti. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang pembelajaran yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan yang digunakan untuk tindakan selanjutnya.

4) Hasil Catatan Lapangan

Hasil catatan lapangan berupa catatan-catatan penting tentang kegiatan pembelajaran yang nantinya akan dikode atau dikoding sehingga menjadi data yang bersifat kualitatif yang akan digunakan untuk bahan refleksi pada tahapan pembelajaran yang akan datang.

b. Teknik Pengolahan Data Hasil Tes

Data hasil diperoleh dari hasil tes dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran IPA tentang materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri. Teknik pengolahan data untuk hasil belajar dilakukan dengan


(31)

menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui data hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar), kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang). Untuk membedakan tingkat penguasaan materi tiap siswa, maka dilakukan pengelompokan dengan ketentuan sebagai berikut.

Nilai 80- 100 = kelompok atas Nilai 60 – 70 = kelompok sedang Nilai 0- 50 = kelompok bawah.

Tes dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran tentang materi struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan penerapan model inkuiri. Teknik pengolahan data untuk hasil belajar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui data hasil belajar yang diperoleh siswa.

Keterangan:

1) KKM Mata Pelajaran (70) diperoleh dari hasil nilai rata-rata KKM Standar Kompetensi (SK).

2) KKM Standar Kompetensi (SK) yaitu 70 diperoleh dari rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD).

3) KKM Kompetensi Dasar (KD) yaitu 70 diperoleh dari hasil rata-rata KKM Indikator (75 + 70 + 70) : 3 = 70

Contoh penghitungan KKM setiap indikator 1) Kompleksitas tinggi (75)

2) Daya dukung rendah (70) 3) Intake siswa sedang (65)

10 x ideal skor

dapat di yang skor Nilai

KKM = 70

Target ketuntasan penelitian ini adalah 90% siswa telah memperoleh nilai 70 atau lebih. Itu dapat diartikan jika nilai siswa berada di atas atau sama dengan KKM maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas dan jika nilai siswa, sama


(32)

dengan atau lebih besar dari KKM, dan dapat dikatakan belum tuntas apabila nilai siswa di bawah KKM. Penelitian dinyatakan berhasil apabila siswa yang tuntas sudah mencapai 90% (Mastery Learning) dari jumlah siswa keseluruhan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2005: 88) adalah.

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif secara kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya, bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitin kualitatif telah dilakukan sejak pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian, yaitu pada waktu dilakukan pencatatan lapangan melalui observasi aktivitas anak didik serta kinerja guru dalam pembelajaran. Seorang peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Dalam menganalisis data hasil yang dilakukan oleh peneliti bersama guru sebagai praktikan disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan serta hasil dari observasi proses berupa tingkah laku guru dan siswa selama pembelajaran, beserta dampak yang ditimbulkannya. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Moleong (2008: 248) yang menjelaskan bahwa analisis data adalah.

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Untuk memberikan keabsahan data, peneliti melakukan proses perbandingan dan pengecekan semua data yang diperoleh dari sumber data yaitu data yang diperoleh dari pengamatan peneliti, observer dan siswa.


(33)

G.Validasi Data

Validasi menurut Sugiyono (2005:117) merupakan “derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang akan dilaporkan oleh peneliti“. Dengan demikian data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara data yang dilaporlan peneliti dengan data yang terjadi pada objek penelitian. Apabila dalam objek penelitian para siswa hasil belajarnya meningkat maka peneliti melaporkan para siswa hasil belajarnya meningkat. Bukan sebaliknya misal dalam objek penelitian para siswa hasil penelitiannya tidak meningkat tetapi peneliti melaporkan bahwa para siswa hasil belajarnya meningkat, kalau hal ini terjadi maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak valid atau tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Teknik validasi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Member Check

Menurut Sugiyono (2005 : 127) Member Check adalah cara mencari keabsahan data terhadap kebenaran data yang diperoleh setelah selesai mengumpulkan data, yakni dengan cara mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian maupun sumber lain yang kompeten.

Member Check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, pendapat dari guru praktisi atau siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yakni penerapan model inkuiri dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengkonfirmasikannya kepada siswa dan guru praktikan yaitu guru kelas IV SDN Sabagi.

2. Triangulasi

Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis dengan membandingkan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Menurut Sugiyono (2005 : 127), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu”. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandangan, yakni sudut pandang guru, atau siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observasi.


(34)

3. Expert Opinion

Expert Opinion merupakan validasi data yang dilakukan dengan meminta para ahli penelitian tindakan kelas untuk menilai penelitian yang peneliti lakukan.

Expert Opinion adalah proses validasi data yang dilakukan dengan meminta kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgement terhadap masalah-masalah penelitian yang dikaji.

Dalam penelitian ini, peneliti yang meminta expert opinion dari dosen yang pembimbing 1 yaitu Bapak Drs. H. Dede Tatang Sunarya, M.Pd dan dosen pembimbing 2 Ibu Regina Lichteria Panjaitan M.PFis. Peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang diperoleh.

4. Audit Trail

Sugiyono (2005 : 129), Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi. Dalam hal ini, peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi. Dan dalam proses audit trail kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan juga diperiksa. Selain itu peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu sendiri.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan model inkuiri pada pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kinerja Guru a) Perencanaan

Perencanaan dibuat dalam pembelajaran ini sama halnya seperti perencanaan yang dibuat dalam keseharian, namun pada pelaksanaan tindakan ada beberapa strategi dan media yang telah dirancang untuk lebih meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

Rencana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaranIPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, memilih metode pembelajaran, menyiapkan LKS, menyiapkan alat evaluasi.

Berdasarkan hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran, dapat disimpulkan, bahwa perencanaan pembelajaran mengalami perbaikan dari tiap siklusnya. Adapun hasil perencanaan siklus I mencapai 66%, siklus II 88% dan siklus III 100%

b)Kinerja Guru

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi serta memperkenalkan media yang akan digunakan pada saat itu, membagi siswa secara heterogen ke dalam lima kelompok dan membagikan LKS, membimbing siswa untuk turut aktif dalam kelompoknya, siswa dibawa dalam tahapan orientasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, pengembangan hipotesis, eksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data dan tahapan membuat kesimpulan serta mengerjakan soal evaluasi.


(36)

Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dalam tahapan-tahapan penerapan model inkuiri, melakukan kegiatan tanya-jawab mengenai pembelajaran yang telah dipelajari dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan balikan berupa soal evaluasi individu kepada tiap siswa, kegiatan paling akhir, guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 64,3% dari target 90% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 89% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 90%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan akhir mengalami peningkatan tiap siklusnya, bahkan telah melewati dari target yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa setelah diadakan penelitian tentang tindakan pembelajaranIPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang pada siklus I termasuk kategori baik sebanyak57%, pada siklus II 81% dan pada siklus III mencapai 91%. Dengan demikian aspek aktivitas siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan terjadi proses pembelajaran yang kondusif baik antara siswa dalam kelompok maupun secara individu.

3. Hasil Tes Belajar

Penerapan model inkuiritelah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Pada data awal hasil belajar siswa menggambarkan dari jumlah siswa 21 orang hanya 7 orang (33%) yang tuntas belajar dan 14 orang (67%) mendapat nilai di bawah nilai 70 atau di bawah nilai KKM. Setelah diadakan penelitian IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya, maka terjadi peningkatan tiap siklusnya, dibuktikan dengan hasil pada siklus I mencapai 14 orang (67%) siswa yang tuntas sementara7 orang (35%) belum tuntas, pada siklus II siswa yang tuntas mencapai


(37)

17 orang (81%) yang belum tuntas 4 orang (19%) dan siklus III siswa yang tuntas mencapai 19 orang (90%),yang tidak tuntasnya2 orang (10%). Dengan demikian target hasil belajar yaitu 86% sudah tercapai, sedangkan peningkatan hasil dari siklus I sampai dengan siklus III adalah 34%.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya menunjukkan hasil yang meningkat, selain dalam bentuk hasil belajar, kemampuan siswa dalam bekerjasama baik dalam kelompok maupun secara klasikal menunjukan sikap yang positif, selain itu munculnya kemandirian dan percaya diri dalam diri siswa, sehingga pembelajaran terkesan lebih bermakna bagi diri siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

a. Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

b. Sebaiknya guru menyampaikan materi sesuai dengan indikator, yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

c. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa.

2. Bagi Sekolah

a. Lembaga sekolah hendaknya mampu membuka diri untuk menerima inovasi pembelajaran yang baru.

b. Penggunaan model dan media pembelajaran hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut pada mata pelajaran lain, karena dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat akan menunjukkan efektivitas bagi perolehan hasil belajar siswa dan sangat bermanfaat bagi


(38)

siswa dalam kehidupan di masyarakat. Meskipun semua model dan media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

3. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk memahami tentang sumber daya alam, sehingga siswa dapat memanfaatkan batang tumbuhan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan ide dan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban

4. Bagi Peneliti

a. Dapat digunakanmodel yang lain untuk materi yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan materi IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

b. Dicoba digunakan model dan media lain yang dianggap cocok untuk IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya,seperti menggunakan model Contectual Teaching Learning (CTL) dalam materi IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

c. Model inkuiri dapat dicoba dan diterapkan, dalam mata pelajaran yang lain,seperti dalam pembelajaran IPS tentang koperasi.


(39)

105

DAFTAR PUSTAKA

Bundu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP

Darmadi. (2011) Pembelajaran Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa SMPN Bengkayang: Depdiknas

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Maulana. (2009) “Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Rustana, (2012) Prinsip Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan

Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN) Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar

Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”, dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyono, dkk, (2009) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV, Bandung ; Pusat Perbukuan. Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


(40)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan model inkuiri pada pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kinerja Guru a) Perencanaan

Perencanaan dibuat dalam pembelajaran ini sama halnya seperti perencanaan yang dibuat dalam keseharian, namun pada pelaksanaan tindakan ada beberapa strategi dan media yang telah dirancang untuk lebih meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

Rencana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaranIPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, memilih metode pembelajaran, menyiapkan LKS, menyiapkan alat evaluasi.

Berdasarkan hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran, dapat disimpulkan, bahwa perencanaan pembelajaran mengalami perbaikan dari tiap siklusnya. Adapun hasil perencanaan siklus I mencapai 66%, siklus II 88% dan siklus III 100%

b)Kinerja Guru

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi serta memperkenalkan media yang akan digunakan pada saat itu, membagi siswa secara heterogen ke dalam lima kelompok dan membagikan LKS, membimbing siswa untuk turut aktif dalam kelompoknya, siswa dibawa dalam tahapan orientasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, pengembangan hipotesis, eksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data dan tahapan membuat kesimpulan serta mengerjakan soal evaluasi.


(2)

102

Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dalam tahapan-tahapan penerapan model inkuiri, melakukan kegiatan tanya-jawab mengenai pembelajaran yang telah dipelajari dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan balikan berupa soal evaluasi individu kepada tiap siswa, kegiatan paling akhir, guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 64,3% dari target 90% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 89% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 90%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan akhir mengalami peningkatan tiap siklusnya, bahkan telah melewati dari target yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa setelah diadakan penelitian tentang tindakan pembelajaranIPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang pada siklus I termasuk kategori baik sebanyak57%, pada siklus II 81% dan pada siklus III mencapai 91%. Dengan demikian aspek aktivitas siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan terjadi proses pembelajaran yang kondusif baik antara siswa dalam kelompok maupun secara individu.

3. Hasil Tes Belajar

Penerapan model inkuiritelah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya. Pada data awal hasil belajar siswa menggambarkan dari jumlah siswa 21 orang hanya 7 orang (33%) yang tuntas belajar dan 14 orang (67%) mendapat nilai di bawah nilai 70 atau di bawah nilai KKM. Setelah diadakan penelitian IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya, maka terjadi peningkatan tiap siklusnya, dibuktikan dengan hasil pada siklus I mencapai 14 orang (67%) siswa yang tuntas sementara7 orang (35%) belum tuntas, pada siklus II siswa yang tuntas mencapai


(3)

17 orang (81%) yang belum tuntas 4 orang (19%) dan siklus III siswa yang tuntas mencapai 19 orang (90%),yang tidak tuntasnya2 orang (10%). Dengan demikian target hasil belajar yaitu 86% sudah tercapai, sedangkan peningkatan hasil dari siklus I sampai dengan siklus III adalah 34%.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya menunjukkan hasil yang meningkat, selain dalam bentuk hasil belajar, kemampuan siswa dalam bekerjasama baik dalam kelompok maupun secara klasikal menunjukan sikap yang positif, selain itu munculnya kemandirian dan percaya diri dalam diri siswa, sehingga pembelajaran terkesan lebih bermakna bagi diri siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan model inkuiri di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

a. Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

b. Sebaiknya guru menyampaikan materi sesuai dengan indikator, yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

c. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa.

2. Bagi Sekolah

a. Lembaga sekolah hendaknya mampu membuka diri untuk menerima inovasi pembelajaran yang baru.

b. Penggunaan model dan media pembelajaran hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut pada mata pelajaran lain, karena dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat akan menunjukkan efektivitas bagi perolehan hasil belajar siswa dan sangat bermanfaat bagi


(4)

104

siswa dalam kehidupan di masyarakat. Meskipun semua model dan media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

3. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk memahami tentang sumber daya alam, sehingga siswa dapat memanfaatkan batang tumbuhan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan ide dan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban

4. Bagi Peneliti

a. Dapat digunakanmodel yang lain untuk materi yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan materi IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

b. Dicoba digunakan model dan media lain yang dianggap cocok untuk IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya,seperti menggunakan model Contectual Teaching Learning (CTL) dalam materi IPA tentang struktur batang tumbuhan dan fungsinya.

c. Model inkuiri dapat dicoba dan diterapkan, dalam mata pelajaran yang lain,seperti dalam pembelajaran IPS tentang koperasi.


(5)

105

DAFTAR PUSTAKA

Bundu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP

Darmadi. (2011) Pembelajaran Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa SMPN Bengkayang: Depdiknas

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Maulana. (2009) “Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, dalam

Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Rustana, (2012) Prinsip Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan

Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, dalam Model

Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN) Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar

Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”, dalam Bahan Ajar

Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyono, dkk, (2009) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV, Bandung ; Pusat Perbukuan. Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 3 40

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 35

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 44

PENERAPAN MODEL MENULIS BERSAMA MELALUI MEDIA GAMBAR TUNGGAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SDN CADASPANGERAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 51

PENGGUNAAN MEDIA MOCK UP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI DAERAH SUMEDANG ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester I SDN Gudang Kopi I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ).

0 1 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DI KELAS IV SDN CIKOLE KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 53

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI STRUKTUR DAUN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA.

0 0 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 53

this PDF file PENDEKATAN CTL DALAM MATERI ENERGI BUNYI DAN SIFATNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (PTK PADA SISWA KELAS IV SDN CIPAMEUNGPEUK KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG) | Santi | Jurnal Pena Ilmiah 1 SM

0 1 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DAN MOTIVASI BELAJAR MELAUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN PALASARI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG

0 0 11