PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI

SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN

KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Oleh

AAS ASMARA 1007603

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

A.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 5

1. Perumusan Masalah... 5

2. Pemecahan Masalah... 6

B. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitian... 10

2. Manfaat Penelitian... 10

D.Batasan Istilah... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12

B.Hakikat Pendidikan IPA di Sekolah Dasar……….. 15

1. Pengertian atau Devinisi IPA………….………. 15

2. Tujuan Pendidikan IPA………... 16

3. Prinsip Pembelajaran IPA di SD………. 20

C.Teori Belajar yang Mendukung Model Konstruktivisme………… 21

D.Model Pembelajaran Model Konstruktivisme.……… 23

1. Pengertian Model Konstruktivisme………. 23

2. Karakteristik Model Pembelajaran Konstruktivisme……... 24

3. Peras Siswa dan Guru pada Model Konstruktivisme……….…. 25

4. Kebaikan dan Kekurangan Model Konstruktivisme…………... 26

5. Langkah-langkah Pembelajaran Model Konstruktivisme……... 27

E.Materi Sifat-sifat Benda Cair……..……… 30

F. Temuan Hasil yang Relevan……… 30

G.Hipotesis Tindakan……….. 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 33


(3)

1. Lokasi Penelitian………...……….. 33

2. Waktu Penelitian………... 34

B. Subjek Penelitian………... 35

C. Metode dan Desain Penelitian………... 35

1. Metode Penelitian ………... 35

2. Desain Penelitian………... 38

D. Prosedur Penelitian………... 40

1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 40

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 41

3. Tahap Observasi………... 42

4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 43

E. Instrumen Penelitian………... 44

1.Lembar Observasi………... 45

2.Lembar Wawancara ………... 45

3.Lembar Tes………... 45

4.Catatan Lapangan……… ………... 45

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 46

1.Teknik Pengolahan Data………... 46

2.Analisis Data………... 48

G. Validasi Data………... 49

1.Trianggulasi………... 49

2.Member check... 49

3.Audit Trail … ………... 50

4.Expert Opinion ………... 50

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 52

B. Paparan Data Tindakan………... 55

1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 55

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 55

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 56

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 64

d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 65

2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 73

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 73

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 74

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 83

d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 84

3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 89

a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 89

b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 91

c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 100

d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 101

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru…………... 104

1.Paparan Pendapat Siswa………... 104


(4)

D. Pembahasan………... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ……… 113

B.Saran ……….. 115

DAFTAR PUSTAKA………... 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 119


(5)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta dan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan isinya. Seperti yang diungkapkan Suriasumantri (2012: 133), “Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi.”

Dalam perkembangannya, IPA atau sains (Inggris:science) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusus untuk bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan atau gejala tertentu, perbedaan ini sudah tidak nampak.

Menelusuri definisi beberapa ahli mengenai sains atau IPA, ditemukan beragam bentuk dan penekanannya. Misalnya menurut Jenkins (Praginda, 2009: 15) definisi sains “merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi serta sesuai untuk eksperimentasi dan observasi berikutnya.”

Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA saat ini, menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana siswa belajar, dapat dilihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.


(6)

Oleh karena itu dalam sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum di dorong agar peserta didik dapat berpikir secara benar seperti dalam kaidah dalam hakikat IPA. Sebagai contoh tujuan pendidikan IPA di SD yang tertuang dalam kurikulum,(Depdiknas, 2006: 12) diarahkan untuk:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Pada hakekatnya IPA mempelajari alam sebagaimana adanya, dan terbatas pada pengalaman manusia. Dalam usahanya menafsirkan gejala alam, IPA mencoba mencari pejelasan tentang berbagai kejadian dengan menggunakan metode ilmiah yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis di alam rasional dengan pembuktian secara empiris. Menurut Suriasumantri (2012: 134) menggunakan pemahaman akan aspek-aspek yang fundamental, seorang guru IPA dapat terbantu ketika mereka menyampaikan pada para siswa gambaran yang lebih lengkap tantang sains adalah sebagai berikut.

1. IPA sebagai cara untuk Berpikir (Way of Thinking)

IPA merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya. 2. IPA sebagai cara untuk Menyelidiki (Way Of Investigating)

Siapa saja yang berkeinginan memahami alam dan menyelidiki hukum-hukumnya harus mempelajari gejala alam/peristiwa alam dan segala hal yang terlibat di dalamnya.

3. IPA sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of Knowledge)

IPA merupakan batang tubuh pengetahuan yang terbentuk dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model membentuk kandungan (content) IPA.


(7)

Berdasarkan fenomena perkembangannya IPA sebagai produk, proses dan sikap. Sebagai produk menghasilkan produk, sebagai proses berupa metode ilmiah yang dipakai untuk menghasilkan produk IPA dan IPA sebagai sikap berupa sikap ilmiah yang dipakai landasan dalam menghasilkan produk IPA dan mengaplikasikan produk IPA tersebut dalam kehidupan manusia. Hakikat sains sebagai aplikasi merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu penerapannya pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan. Menurut Praginda Wandy, dkk, (2009: 19) untuk menerapkan pengetahuan IPA dalam kehidupan diperlukan kemampuan untuk:

1. Mengidentifikasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari.

2. Mengaplikasikan pemahaman konsep IPA dan keterampilan IPA pada masalah riil.

3. Memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang bekerja pada alat-alat rumah tangga.

4. Memahami dan menilai laporan-laporan perkembangan ilmiah yang ditulis pada mass media.

Menurut Praginda Wanddy, dkk (2009: 23), berbagai penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA saat ini, menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana siswa belajar, dapat dilihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Oleh karena itu pembelajaran IPA seharusnya mengacu pada permasalahan yang dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa yang dilakukan pada tanggal 6 Mei tahun 2013, terdapat beberapa hasil temuan dilapangan, dalam hal ini dalam menjelaskan materi tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, guru dalam menjelaskan materi tidak mengadakan percobaan yang dilakukan oleh siswa, guru hanya memberikan pembelajaran berupa memberikan informasi saja.


(8)

Sedangkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, hanya sebagai pendengar dan penulis saja, tanpa tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membuktikan tentang sifat-sifat benda cair tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, siswa merasa kesulitan untuk menjelaskan tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, karena pembelajaran hanya menitik beratkan pada teori saja. Untuk dapat mencapai tujuan itu, pendidikan IPA di SD dihadapkan kepada berbagai permasalahan seperti kurangnya fasilitas, buku dan sarana prasarana lainya serta kualitas sumberdaya sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang maksimal.

Permasalahan tersebut terjadi di SD Negeri Cikamuning Kecamtan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, pada pembelajaran IPA di kelas III dengan indikator: “Mengidentifikasi sifat-sifat benda cair”. Hasil observasi menunjukkan, perhatian dan keaktifan siswa kurang, kerjasama tidak muncul. Guru menjelaskan materi tersebut tidak diawali dengan apersepsi, guru tidak berusaha memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran, tidak menggunakan alat peraga, metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasil tes akhir yang diperoleh sebagaian besar siswa berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu 68. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Sifat-sifat Benda Cair

No Nama Siswa Nilai Interpretasi

Tuntas Belum Tuntas

1 Hamdan Yuwafi 70 √

2 Adam Ramdani 67 √

3 Alfin Ginanjar 50 √

4 Anisa Putri Islami 70 √

5 Aril Cipta Saepulloh 50 √

6 Dendi Rifkiyandi 40 √

7 Diki Rahayu 65 √

8 Iis Suryaningsih 30 √

9 Mariyana 50 √

10 Parid 70 √

11 Ridwan 75 √

12 Rizal 40 √

13 Rizki Fauzi 30 √

14 Sari Widianingsih 69 √

15 Rahmat 46 √

Jumlah 822 5 10

Rata-rata 54,80


(9)

Dari 15 orang siswa kelas III diperoleh data hasil tes akhir adalah yang memperoleh nilai 68 ke atas sebanyak 5 orang siswa (34%) dan yang di bawah nilai 68 sebanyak 10 orang siswa (66%). Dari hasil analisis proses dan hasil belajar siswa di atas, maka dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut agar perhatian, keaktifan dan munculnya aspek kerjasama serta hasil belajar yang optimal. Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menentukan target aspek aktivitas siswa yaitu 85%, Kinerja Guru 90% dan ketuntasan siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (68) adalah 13 orang atau 86%.

Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan menerapkan model konstruktivisme. Menurut Suparno, (Tim PLPG, 2012: 144)

Model Konstruktivisme merupakan proses asimilasi, sehingga skemata yang telah dimiliki oleh siswa akan terus berkembang menjadi lebih umum dan rinci, atau proses akomodasi sehingga skemata siswa akan mengalami perubahan total karena skemata yang lama sudah tidak cocok lagi untuk menjawab dan menginterpretasikan pengalaman baru.

Menurut Brook&Brook (Indrawati,dkk 2009: 10) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan model konstruktivisme dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa

Untuk memulai pelajaran, ajukan permasalahan yang relevan, dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat meresponnya.

2. Strukturkan pembelajaran untuk mendapatkan konsep-konsep yang esensial. 3. Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka

untuk berdaya pikir (bernalar)

4. Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa.

5. Lakukan asesmen terhadap hasil pembelajaran siswa dalam konteks pembelajaran.

Alasan peneliti memilih model konstruktivisme, karena pandangan keberhasilan belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self regulation). Dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamanya dan hasil interaktif dengan lingkunganya. Konstruktivisme merupakan suatu pandangan


(10)

tentang seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagiamana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya mengenai benda-benda disekitarnya yang direfleksikan melalui pengalamannya.

Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh teori para ahli, maka dalam penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Model Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Mengidentifikasi Sifat-Sifat Benda Cair Pada Kelas III SD Negeri Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisis bahwa siswa kurang perhatian, kurang aktif, tidak munculnya kerjasama dalam proses pemebelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, yang disebabkan guru tidak memberikan apersepsi, tidak berusaha membangkitkan motivasi belajar siswa, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan model konstruktivisme untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SD Negeri Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”. Secara khusus permasalahan di atas dapat dikemukakan, sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sifati-sifat benda cair pada kelas III SD Negeri Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan?

2. Bagaimana pelaksanaan model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sifat-sifat benda cair pada kelas III SD Negeri Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Cikamuning dalam memahami konsep sifat-sifat benda cair setelah menggunakan model konstruktivisme?


(11)

2. Pemecahan Masalah

Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka peneliti akan menerapkan Model konstruktivisme. Model konstruktivisme dipilih untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara logis, sistematis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses mental. Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan menerapkan model konstruktivisme. Menurut Suparno, (Tim PLPG, 2012: 144).

Model Konstruktivisme merupakan proses asimilasi, sehingga skemata yang telah dimiliki oleh siswa akan terus berkembang menjadi lebih umum dan rinci, atau proses akomodasi sehingga skemata siswa akan mengalami perubahan total karena skemata yang lama sudah tidak cocok lagi untuk menjawab dan menginterpretasikan pengalaman baru.

Menurut Matthews (Sutardi dan Sudirjo 2007: 124) menyatakan Piaget merupakan konstruktivis pertama, karena penelitiannya tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan. Kesimpulan yang diperolehnya adalah pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Setiap anak harus membangun sendiri informasi yang diperoleh dari lingkungannya, dengan cara mengkonstruksikannya, dalam merancang suatu pembelajaran, adalah anak-anak memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengelaborasikannya. Implikasi model konstruktivisme menurut Sutardi dan Sudirjo (2007: 126) antara lain sebagai berikut.

1. Pembelajaran berpusat pada siswa

2. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa adalah hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukan pengajaran yang diterima secara pasif.

3. Guru akan mengenal secara pasti pengetahuan siswa sebelumnya dan merancang kaidah-kaidah pembelajaran sesuai dengan sifat pengetahuan tersebut.

4. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa membangun pengetahuan dan menyelesaikan pemecahan masalah

5. Guru berperan sebagai pereka bentuk bahan pengaaran yang meyediakan peluang bagi siswa untuk membangun pengetahuan baru.

Langkah-langkah pembelajaran model konstruktivisme menurut De Vries dan Oldham (Sutardi dan Sudirjo, 2007: 136) sebagai berikut:


(12)

1. Langkah orientasi, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.

2. Langkah elicitasi, siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasi, dalam wujud tulisan, gambar ataupun poster.

3. Langkah restrukturisasi ide, sebagai berikut:

a. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain, atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide yang . Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau ridak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.

b. Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya.

c. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.

4. Langkah penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya. 5. Langkah review bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam

aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.

Langkah-langkah model konstruktivisme dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPA tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda cair sebagai berikut: 1. Langkah orientasi,

a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik yaitu tentang materi sifat-sifat benda cair. b. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik

sifat-sifat benda cair yang hendak dipelajari. 2. Langkah elicitasi,

a. Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi. b. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasi, dalam


(13)

3. Langkah restrukturisasi ide,

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 orang

untuk merekonstruksi gagasannya tentang materi sifat-sifat benda cair. b. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan dalam tiap kelompok untuk

membangun ide yang baru, agar dapat mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam lembar kegiatan.

c. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat bantu yang berhubungan dengan materi tentang sifat-sifat benda cair

d. Di dalam kelompoknya siswa melakukan percobaan dan berdiskusi Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen.

4. Langkah penggunaan ide dalam banyak situasi.

a. Siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil obsevasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.

b. Siswa bersama kelompoknya mengaplikasikan tentang materi sifat-sifat air dalam situasi yang dihadapi.

c. Dalam tahap ini, siswa dapat menemukan sendiri konsep tentang sifat-sifat benda cair dari hasil diskusi dan penjelasan dari guru.

5. Langkah review

Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkaji ulang tentang hasil pengamatannya pada materi sifat-sifat benda cair, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dilingkunganya.

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran tentang konsep tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme, maka dilaksanakan pengamatan dengan menggunakan format pengamatan dan tes akhir yang dilaksanakan sesudah pembelajaran.


(14)

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan Model Konstruktivisme dalam pembelajaran tentang konsep sifat-sifat benda cair pada siswa kelas III SD Negeri Cikamuning. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan model konstruktivisme agar dapat meningkatkan perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran tentang konsep sifat-sifat benda cair.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran tentang konsep sifat-sifat benda cair dengan menggunakan model konstruktivisme.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa tentang konsep sifat-sifat benda cair dengan menggunakan model konstruktivisme.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca pada umunya dan khususnya:

1. Bagi siswa, menumbuhkan perhatian, keaktifan, kerjasama, pengalaman belajar yang lebih bermakna, mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir siswa dalam menemukan dan membangun sendiri konsep yang dipelajarainya. 2. Bagi guru, meningkatkan keterampilan dalam mengelola perencanaan

pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme dan meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan 3. Bagi sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata

pelajaran IPA.

D.Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran Konstruktivisme adalah proses asimilasi, sehingga skemata yang telah dimiliki oleh siswa akan terus berkembang menjadi lebih umum dan rinci, atau proses akomodasi sehingga skemata siswa akan


(15)

mengalami perubahan total karena skemata yang lama sudah tidak cocok lagi untuk menjawab dan menginterpretasikan pengalaman baru. (Suparno, 2012) 2. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.(Indrawati, 2009)

3. Sifat benda cair adalah segala sesuatu benda yang bentuknya berubah sesuai dengan tempatnya, tetapi ukurannya tetap. (Khamim, 2004)

4. Hasil belajar adalah Tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. (Bundu, 2006).


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun alasannya ialah sebagai berikut:

1) Guru-guru SDN Cikamuning memberikan motivasi untuk mengadakan inovasi dalam pembelajaran Ilmu Pengtatahuan Alam khususnya di kelas III.

2) Guru ingin meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Adapun pertimbangan penulis memilih lokasi penelitian tersebut adalah berdasarkan penelitian, pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair masih tergolong rendah, sehingga perlu dilakukan sebuah upaya untuk meningkatkannya. Selain itu pertimbangan lain yang menyebabkan penulis mengadakan penelitian di SDN Cikamuning, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang adalah karena penulis mengenal betul latar belakang dan kondisi yang dialami oleh siswa tersebut dan ingin mengadakan pembaharuan tentang cara-cara mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang dianggap masih asing oleh guru-guru yang lain dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses belajar mengajar terutama berkenaan dengan pembelajaran tentang sifat-sifat benda cair. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggungjawab moral bagi penulis untuk dapat memperbaiki permasalahan yang ada. Adapun denah sekolah tempat penelitian dapat dilihat dibawah ini.


(17)

Pintu Gerbang

Gambar 3.1

Denah SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan 2. Waktu Penelitian

Lamanya penelitian tindakan yang dilakukan kurang lebih enam bulan. Terhitung bulan Juli 2013 sampai dengan Desember 2013. Waktu tersebut difokuskan pada kegiatan persiapan, pengumpulan data, pengorganisasian, dan penyusunan laporan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme di kelas III SDN Cikamuning. Untuk lebih jelasnya secara rinci kegiatan penelitian sebagai berikut.

No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember 1 Pembuatan Proposal

2 Sidang Proposal 3 Perencanaan 4 Pelaksanaan a. Siklus I

b. Siklus II c. Siklus III

5 Pembuatan Laporan

Ruang Guru

KLS VI

KLS I

KLS II

KLS III

WC

KLS V

KLS IV LAPANGAN UPACARA


(18)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cikamuning Tahun Pelajaran 2013/2014 Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang yang berjumlah 15 orang. Siswa laki-laki 11 orang dan siswa perempuan berjumlah 4 orang. Dengan alasan, siswa kelas kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang mengalami kesulitan dalam pembelajaran tentang konsep sifat-sifat benda cair. Selain hal tersebut sebagai peneliti memahami betul keadaan siswa kelas III SDN Cikamuning memerlukan teknik pembelajaran yang inovatif untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Siswa Kelas III SDN Cikamuning

No Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 Hamdan Yuwafi √

2 Adam Ramdani √

3 Alfin Ginanjar √

4 Anisa Pi Islami √

5 Aril C Saepulloh √

6 Dendi Rifkiyandi √

7 Diki Rahayu √

8 Iis Suryaningsih √

9 Mariyana √

10 Parid √

11 Ridwan √

12 Rizal √

13 Rizki Fauzi √

14 Sari Widianingsih √

15 Rahmat √

Jumlah 11 4

C.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian tindakan bisa memiliki bermacam-macam, bergantung pada referensi yang digunakan sebagai acuan. Dalam hal ini penelitian tindakan merupakan sebuah upaya yang ditunjukan untuk memperbaiki keadaan (proses kerja) atau memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, penelitian lebih


(19)

mengutamakan manfaat dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas harus dipahami melalui paradigma-paradigma penelitian kualitatif, atau tindakan. Penelitian yang penulis lakukan bercorak penelitian tindakan kelas, metode yang penulis gunakan adalah metode tindakan penelitian kelas (classroom action research).

Penelitian tindakan kelas pertama kali dikenalkan oleh ahli psikoloi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Adapun pengertian dari PTK menurut Carr dan Kemmis (Wibawa, 2003: 7) yang dimaksud dengan istilah PTK adalah sebagai berikut

Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekola) dalam situasi-situasi sosial (termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) pratik-pratik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai pratik-pratik ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat pratik-pratik tersebut dilaksanakan.

Sementara itu pengertian PTK menurut Suhardjono (Mulyasa, 2009: 10) menjelaskan PTK dengan memisah-misahkan kata-kata yang tergabung didalamnya, yakni Penelitian + Tindakan+ Kelas, dengan paparan sebagai berikut.

1. Penelitian-menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan-menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengetian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan guru atau tenaga pendidik dalam praktek pembelajaran sebagai upaya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan.

Adapun alasan digunakannya metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Wibawa (2003: 5) sebagai berikut:


(20)

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru, sehingga guru menjadi propesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.

c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda cair, maka peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dengan tujuan agar proses penelitian dapat tergambarkan dengan jelas dan rinci dengan menggunakan kata-kata untuk memberi gambaran penyajian laporan penelitian yang dilakukan. Karena pada dasarnya penelitian kualitatif salah satunya untuk menilai perilaku yang akan kita teliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2008: 6) yang menjelaskan bahwa

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.

Berdasarkan definisi di atas kita memerlukan instrumen untuk menilai penelitian tindakan kelas yang kita lakukan, maka dari itu dalam penelitian tindakan kelas (PTK) manusia berperan sebagai instrumen. Penelitian tindakan kelas menurut Mulyasa (2009: 38) ”...merupakan kegiatan bentuk penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.” Kolaboratif adalah adanya kerja sama antara berbagai disiplin ilmu, keahlian, dan profesi dalam memecahkan masalah. Partisipatif artinya dilibatkannya khalayak sasaran dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan kegiatan, dan melakukan penilaian akhir.

Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa, (2009: 38) ”Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk


(21)

menghasilkan pengetahuan.” Hasil dan penggunaan pengetahuan ini berpangkal dan dikondisikan oleh tujuan utama. Peningkatan kualitas pembelajaran mencakup penyadaran akan nilai-nilai. Selain itu penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan dan memberikan kerangka kerja yang teratur terhadap pemecahan masalah pembelajaran. Fokus penelitiannya pada pembelajaran sehingga proses dan pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh guru atau bersama peserta didik secara desentralisasi dan deregulasi.

Beberapa keadaan dan alasan digunakannya penelitian tindakan kelas, adanya kebutuhan untuk segera dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru, dan siswa yang pada sisi lain penelitian formal tidak bisa memenuhi kebutuhan lain. Selain itu adanya kebutuhan untuk segera meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru bisa melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan kemampuan menulis permulaan. Desain penelitian yang digunakan mangacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66) yaitu model spiral, yang dalam pelaksanaannya merupakan proses pengkajian berdaur melalui empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan reflektif. Hasil refleksi pada siklus berikutnya merupakan bahan pertimbangan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Desain tindakan merupakan kegiatan yang disusun sebelum penerapan pendekatan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Didalamnya berisi bukti yang akan dijadikan indikator keberhasilan pemecahan masalah, tindakan-tindakan untuk memperbaiki program, metode dan alat yang digunakan, serta rencana dan teknik pengolahan data. Pelaksanaan tindakan merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun.


(22)

Dalam hal ini adalah pelaksanaan penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Menurut Kasbolah (1999: 91) observasi merupakan

Kegiatan mengamati proses dan hasil dari pelaksanaan penerapan Model Konstruktivisme dalam pembelajaran sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Pelaksanaan observasi waktunya bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, yang intinya ditujukan untuk mengamati, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil pelaksanaan tindakan maupun efek sampingnya.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005 : 66), yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang, berkelanjutan artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.

Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (Kemmis & Taggart dalam Wiriaatmadja, 2005 : 66)


(23)

Secara mendetail Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005 : 66), menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

1) Perencanaan

Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.

2) Perlakuan Tindakan

Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.

3) Pengamatan atau observasi

Hasil-hasil jawaban atau kegiatan siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.

4) Refleksi

Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk siklus, yang rencananya akan dilaksanakan dalam tiga siklus tergantung tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral Kemmis dan Mc, Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2005 : 66) yang diawali dengan: Tahap Perencanaan (Planning), Tahap Observasi (Observation), dan Tahap Refleksi (Reflection).

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planing)

Dalam perencanaan tindakan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Penulis berdiskusi dengan guru kelas III membicarakan kesan dan permasalahan serta kendala yang dirasakan ketika pembelajaran berlangsung dan mencari pemecahannya.

b. Penulis mengenalkan model konstruktivisme untuk digunakan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair yang dianggap mempunyai kelebihan dan keefektipan tujuan. Salah satu cara yaitu dengan model


(24)

konstrutivisme. Dalam pelaksanaan model ini, siswa mampu mengembangkan kerja sama dan gotong royong dalam mengerjakan masalah yang sedang dihadapinya baik dalam kelompoknya maupun secara individu.

c. Setelah tercapai kesepakatan penulis menyusun persiapan mengajar dengan mengunakan model konstruktivisme dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

d. Penulis menyiapkan instrument pengumpul data untuk digunakan dalam tahap pelaksanaan tindakan.

e. Mengadakan penilaian terhadap hasil pembelajaran, dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan lembar observasi.

f. Peneliti dan praktikan mengadakan diskusi (sharing) mengenai hasil pembelajaran berdasarkan hasil observasi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Pada refleksi siklus I, peneliti menentukan rancangan pembelajaran dengan menggunakan model yang sama untuk memperbaiki dan menyusun tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II.

2 Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

(1) Penulis sebagai peneliti dan guru kelas III sebagai praktisi melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair.

(2) Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut sebagai peneliti melaksanakan observasi untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil penerapan model konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning. Hal ini persiapan telah disusun semaksimal mungkin, tidak menutup kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga memerlukan solusi pemecahannya.

Pada tahapan ini, kegiatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten


(25)

Sumedang Peneliti bersama-sama dengan guru kelas tersebut melaksanakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada siklus pertama, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya. Adapun pelaksanaan dari model konstruktivisme adalah sebagai berikut:

1. Langkah orientasi,

1) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik yaitu tentang materi sifat-sifat benda cair. 2) Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik

sifat-sifat benda cair yang hendak dipelajari. 2. Langkah elicitasi,

1) Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan cara berdiskusi.

2) Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasi, dalam catatan tentang hasil pengamatan tentang sifat-sifat benda cair.

3. Langkah restrukturisasi ide,

1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga orang

untuk merekonstruksi gagasannya tentang materi sifat-sifat benda cair. 2) Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan dalam tiap kelompok untuk

membangun ide yang baru, agar dapat mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam lembar kegiatan.

3) Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat bantu yang berhubungan dengan materi tentang sifat-sifat benda cair

4) Di dalam kelompoknya siswa melakukan percobaan dan berdiskusi Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen.

4. Langkah penggunaan ide.

1) Siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil obsevasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.


(26)

2) Siswa bersama kelompoknya mengaplikasikan tentang materi sifat-sifat air dalam situasi yang dihadapi.

3) Dalam tahap ini, siswa dapat menemukan sendiri konsep tentang sifat-sifat benda cair dari hasil diskusi dan penjelasan dari guru

5. Langkah review

Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkaji ulang tentang hasil pengamatannya pada materi sifat-sifat benda cair, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dilingkunganya.

3. Tahap Analisis

Tahap analisis dan refleksi merupakan tahap kagiatan untuk menganalisis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap suatu informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1999:70). Informasi yang berhasil didokumentasikan, selanjutnya perlu diurai, diuji dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Kemudian dikaitkan dengan teori terkait atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah dianalisis, disintesisi, kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah kesimpulan.

1. Tahap Refleksi

Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan terkoordianasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan praktikan sehingga semua yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya.

Pada akhirnya, kegiatan refleksi dari setiap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam setiap siklus, diharapkan akan menghasilkan model pembelajaran yang dapat mendorong terjadinya upaya perbaikan pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dari kegiatan analisis dan refleksi adalah sebagai berikut:

a. Analisis, sintesis dan interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.


(27)

b. Melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.

c. Memperbaiki proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara berkelanjutan.

d. Penulis/peneliti bersama dengan mitra peneliti dan guru praktisi melakukan pengecekan kelengkapan data yang terjaring selama proses tindakan.

e. Penulis/peneliti bersama dengan mitra peneliti dan guru praktisi mendiskusikan dan memaknai data.

Penulis/peneliti bersama praktisi dengan mitra peneliti dan guru praktisi mendiskusikan dan menyusun rencana tindakan berikutnya berdasarkan pada analisis data sebagai kegiatan refleksi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar Observasi

Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung (Sugiono, 2009: 386). Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair (kinerja guru dan aktivitas siswa) kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Melalui observasi ini diharapkan akan diperoleh gambaran tentang interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa.

Adapun alat observasinya berupa format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan ketika penerapan model konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning. Siswa melakukan kegiatan secara berkelompok didalam kelas yang sebelumnya telah dibagi secara heterogen. Dari 15 siswa menjadi 5 kelompok yang tiap kelompoknya beranggotakan 3 orang.


(28)

2. Lembar Wawancara

Wiriaatmadja (2005: 117) memberikan penjelasan bahwa. “Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan mengenai hal-hal yang dipandang perlu”. Wawancara dilakukan pada saat penelitian berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair. melalui Penerapan model konstruktivisme pada siswa kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan.

Lembar wawancara digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan. Alat yang digunakan adalah berupa pedoman wawancara, meliputi nama, waktu, tempat, dan masalah-masalah berupa pertanyaan yang diajukan disertai kesimpulan

3. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam membaca pemahaman setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan.

Arikunto (2001: 32) “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang tepat dan cepat”. Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan. Sebagai contoh kegiatan pemberian tes, yaitu dengan menyajikan contoh-contoh soal uraian yang dijadikan sebagai alat untuk memperoleh nilai.

4. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2002: 153) memberikan penjelasan bahwa „Catatan Lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data kualitatif dan relatif terhadap data dalam penelitian kualitatif.‟ Catatan Lapangan ini digunakan untuk mencatat kejadian yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan selama pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair berlangsung, yang difokuskan pada kinerja guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model konstruktivisme.


(29)

F.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi dari setiap tindakan pada setiap siklusnya. Proses ini merupakan penentu baik atau tidaknya proses PTK. Data yang akan dikumpulkan dari tindakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi setelah selesai pembelajaran, dan dari hasil kerja kelompok selama proses pembelajaran, sedangkan data yang bersifat kualitatif, diperoleh dari hasil respon anak didik berupa wawancara dan catatan lapangan. Sebelum data dianalisis, peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan tiga kategori, yaitu: siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah. Pengelompokkan ini didasarkan pada ketentuan KKM dan pertimbangan hasil raport siswa.

Setelah dianalisis, hasil pengolahan data dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, misalnya perubahan kinerja guru, aktivitas siswa atau perubahan kelas. Berikut penjelasan mengenai observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta tes hasil belajar.

a. Pengolahan Data Proses 1) Observasi Kinerja Guru

Pada tahap ini peneliti mengobservasi kinerja guru mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi pembelajaran. Target yang ingin dicapai pada proses kinerja guru ini adalah 97%. Aspek yang diamati pada proses kinerja guru ini sebanyak 15 aspek. Skor yang diberi dari setiap aspek yang tampak adalah antara 0-3. Skor 3 apabila tiga indikator dilaksanakan, skor 2 hanya dua indikator yang dilaksanakan dan skor 1 jika ada satu indikator yang dilaksanakan. Dan skor 0 jika tidak ada satupun indikator yang dilaksanakan. Jumah skor ideal adalah 45. Adapun untuk menghitung persentase ketercapaian target proses kinerja guru digunakan rumus:

Skor yang diperoleh

Persentase = X 100%


(30)

2) Observasi aktivitas siswa

Pada tahap ini yang di observasi adalah mengklasifikasikan, membandingkan, menarik kesimpulan. Target yang ingin dicapai pada aktivitas siswa adalah 80%. Aspek yang diamati sebanyak 3 aspek . Skor yang diberi dari setiap aspek yang tampak adalah antara 0-3 Skor 3 hanya tiga indikator yang dilaksanakan, skor 2 hanya dua indikator yang dilaksanakan, skor 1 hanya satu indikator yang dilaksanakan dan skor 0 jika tidak ada satupun indikator yang dilaksanakan. Jumlah skor ideal adalah 9. Adapun untuk menghitung persentase ketercapaian target proses aktivitas siswa digunakan rumus:

Skor yang diperoleh

Persentase = X 100%

Skor Total b. Pengolahan data tes hasil belajar

Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan melalui hasil tes tentang konsep sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme secara individu. Pengolahannya adalah tiap nomor penilaian tersebut diberi skor yang berbeda sesuai dengan kedalaman soal. Selanjutnya untuk mendapat nilai, tiap skor masing-masing dijumlahkan, dikali 100 dan dibagi skor ideal.

1) Pengolahan data tes hasil belajar

Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar) kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang). Untuk membedakan tingkat penguasaan materi di tiap siswa, maka dilakukan pengelompokan dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 80- 100 = kelompok atas Nilai 60 – 70 = kelompok sedang Nilai 0- 50 = kelompok bawah.

2) Pengolahan data hasil berdasarkan KKM Kriteria Penilaian :

1) Soal terdiri dari 5 nomor

2) Tiap nomor memiliki skor yang berbeda 3) Jadi skor ideal adalah 14


(31)

4) Nilai akhir adalah Skor yang diperoleh x100 Skor ideal

Contoh : Skor yang diperoleh Aji = 7 Skor idealnya adalah 16

Jadi nilainya= 12 x 100 = 1200 = 75 16 16

5) Batas ketuntasan berdasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) KKM Mata Pelajaran IPA: 70

6) Target keberhasilan siswa adalah 86% atau 13 orang siswa yang tuntas atau nilainya sama dengan atau lebih dari KKM yang telah ditetapkan.

Itu dapat diartikan jika nilai siswa berada di atas KKM maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas dan jika nilai siswa berada di sama dengan atau diatas KKM. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila siswa yang lulus sudah mencapai 86% (Mastery Learning) dari jumlah siswa keseluruhan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2006: 235) bahwa “Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data”. Sugiyono (2009: 147) mengemukakan bahwa:

Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukn perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian, yaitu pada waktu dilakukan pencatatan lapangan melalui observasi aktivitas siswa, serta kinerja guru dalam pembelajaran. Seorang peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi.


(32)

G.Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171), yaitu.

1. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

2. Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, dan lain-lain) apakah keterangan, atau informasi itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

3. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.

4. Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Dalam hal ini peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.

Semua validasi tersebut digunakan dalam penelitian ini, karena hal tersebut akan lebih memperjelas dari hasil penelitian. Adapun validasi tersebut adalah: Agar data yang diperoleh valid, maka dalam penelitian ini melakukan beberapa tindakan yang merujuk pada pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-170) yaitu “member check, triangulasi, dan audit trail”. Sehubungan dengan penelitian ini, maka member check, triangulasi audit trail, dan expert Opinion tersebut dilaksanakan sebagai berikut:

1. Member Check, yaitu „memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dan wawancara dengan mengkonfirmasikannya bersama guru praktisi, mitra peneliti, dan siswa melalui diskusi pada akhir tindakan‟.

Member Check dilakukan untuk memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dan wawancara dari nara sumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat, pegawai


(33)

administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah keterangan, informasi atau penjelasan tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

Contohnya pelaksanaan kegiatan ini adalah pada saat peneliti mengecek kekurangan atau informasi mengenai penerapan model konstruktivisme, baik keuntungannya maupun kekurangannya melalui observasi atau wawancara dengan siswa, guru kelas atau mitra pengamat di sekolah untuk memperoleh kebenaran data yang jelas dan benar adanya.

2 Triangulasiyaitu memerikasa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan proses pembelajaran‟.

Contohnya pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme, dengan sesudah menggunakan model tersebut, hasilnya dicatat dalam catatan lapangan agar dapat diketahui peningkatan proses belajar mengajarnya. Triangulasi dapat dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu guru, siswa dan peneliti. Jadi sudut pandang guru, siswa dan peneliti dibandingkan secara kolaboratif sehingga menghasilkan data yang absah.

3. Audit Trail yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode yang dipakai peneliti serta kesimpulan yang diambil oleh peneliti dengan cara mendiskusikannya bersama teman sejawat peneliti yaitu guru kelas III SDN Cikamuning‟. Contohnya memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya.

4. Expert Opinion, yaitu pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian professional‟.

Contohnya mengkonsultasikan temuan kepada dosen pembimbing I dan Dosen pembimbing 2, mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme sehingga validasi data temuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(34)

Semua tahapan validasi data pada penelitian ini dilakukan secara berurutan dari siklus I sampai dengan siklus III sehingga data yang terkumpul betul-betul bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah keempat validasi tersebut. Validasi data terkumpul berdasarkan observasi dan wawancara, sehingga data yang diperoleh kemudian dibaca dan ditelaah secara mendalam. Selanjutnya penulis mengadakan reduksi data, dan menyeleksi, memutuskan dan menyederhanakan data untuk disajikan secara utuh menjadi informasi yang bermakna. Setelah kegiatan reduksi dan penyajian data, penulis melaksanakan pemaknaan dan penyimpulan terhadap data tersebut.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan model konstruktivisme pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Kinerja Guru a) Perencanaan

Perencanaan yang dibuat dalam pembelajaran ini sama halnya seperti perencanaan yang dibuat dalam keseharian, namun pada pelaksanaan tindakan ada beberapa strategi dan media yang telah dirancang untuk lebih meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair.

Rencana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, menetapkan target keberhasilan, memilih dan pengorganisasian materi, merencanakan waktu pelaksanaan tindakan, memilih metode pembelajaran, menyiapkan model pembelajaran, menyiapkan RPP, dan LKS menyiapkan format observasi kinerja guru dan aktivitas siswa serta guru, menyiapkan alat evaluasi.

Berdasarkan hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran, dapat disimpulkan, bahwa perencanaan pembelajaran mengalami perbaikan dari tiap siklusnya. Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 55% dari target 100% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 88.88% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 100%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek perencanaan, mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan telah mencapai target yang telah ditetapkan.


(36)

b)Pelaksanaan

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi serta memperkenalkan media yang akan digunakan pada saat itu, membagi siswa secara heterogen ke dalam 5 kelompok dan membagikan LKS, membimbing siswa untuk turut aktif dalam kelompoknya, siswa dibawa dalam tahapan orientasi, elicitasi, rekonstruksi ide, penggunaan ide dalam situasi, dan langkah review serta mengerjakan soal evaluasi. Pada kegiatan siklus I, siswa masih mengalami beberapa kendala yang berkaitan dengan pembelajaran tentang sifat-sifat benda cair, dalam kegiatannya siswa masih belum mengikuti kegiatan pembelajaran secara serius, tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari guru akhirnya pada kegiatan siklus II dan siklus III mengalami perubahan kearah positif yang akhirnya mempengaruhi pula terhadap hasil belajar siswa kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan tentang sifat-sifat benda cair.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dalam tahapan tahapan penerapan model konstruktivisme, melakukan kegiatan tanya-jawab mengenai pembelajaran yang telah dipelajari dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan balikan berupa soal evaluasi individu kepada tiap siswa, kegiatan paling akhir, guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 55% dari target 100% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 83.36% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 100%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek pelaksanaan dan kegiatan akhir mengalami peningkatan tiap siklusnya, bahkan telah melewati dari target yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas Siswa

Aspek aktivitas setelah diadakan penelitian tentang tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, pada siklus I dengan kriteria B=27%, pada siklus II B=57% dan pada siklus III dengan kriteria B=87%. Dengan demikian aspek


(37)

aktivitas siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan terjalinnya proses pembelajaran yang kondusif baik antara siswa dalam kelompok maupun secara individu.

3. Hasil Tes Belajar

Penerapan model konstruktivisme telah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Pada data awal hasil belajar siswa menggambarkan dari jumlah siswa 15 orang hanya 6 orang (40%) yang tuntas belajar dan 9 orang (60%) mendapat nilai di bawah nilai 70 atau di bawah nilai KKM. Setelah diadakan penelitian tentang IPA tentang sifat-sifat benda cair, maka terjadi peningkatan tiap siklusnya, dibuktikan dengan hasil pada siklus I mencapai 9 orang (60%) BT = 6 orang (40%), pada siklus II mencapai 12 orang (80%) yang belum tuntas 3 orang (20%) dan siklus III mencapai 14 orang (93%),yang tidak tuntas 1 orang (7%). Dengan demikian target hasil belajar yaitu 86% sudah tercapai.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini.

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

Pada saat pembahasan IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang sebagai berikut.

a. Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

b. Sebaiknya guru menyampaikan materi sesuai dengan indikator, yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.


(38)

c. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa.

2. Bagi Sekolah

a. Lembaga sekolah hendaknya mampu membuka diri untuk menerima inovasi pembelajaran yang baru.

b. Penggunaan model dan media pembelajaran hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut pada mata pelajaran lain, karena dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat akan menunjukkan efektivitas bagi perolehan hasil belajar siswa dan sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan di masyarakat. Meskipun semua model dan media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

3. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk memahami tentang sifat-sifat benda cair, sehingga siswa dapat memanfaatkan air tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan ide dan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban 4. Bagi Peneliti

a. Gunakanlah model konstruktivisme untuk materi lain yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan materi tentang sifat-sifat air.

b. Dicoba digunakan model dan media lain yang dianggap cocok untuk materi tentang sifat-sifat benda cair. Misalnya menggunakan model CTL dalam materi tentang sifat-sifat benda cair.

c. Mencoba menerapkan model konstruktivisme dalam mata pelajaran yang lain. Misalnya model konstruktivisme digunakan dalam pembelajaran IPA tentang perubahan pada makhluk hidup.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Bundu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas III. Jakarta: BSNP

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud Khamim, (2006) Sains untuk SD Kelas III. Semarang: Aneka Ilmu

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta; PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Praginda Wandy. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta

PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU

Rustana, (2012) Prinsip Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Suparno. (2012) Tujuan dan Strategi Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI.

Sutardi, Didi dan Sudirjo, Encep. (2007) Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press

Suhartandi, dkk (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas III. Bandung: Pusat Perbukuan: Depdiknas


(40)

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Wahyana, dkk, (1996) Pendidikan IPA 4. Jakarta: Universitas Terbuka: Depdiknas Wibawa, (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan model konstruktivisme pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Kinerja Guru a) Perencanaan

Perencanaan yang dibuat dalam pembelajaran ini sama halnya seperti perencanaan yang dibuat dalam keseharian, namun pada pelaksanaan tindakan ada beberapa strategi dan media yang telah dirancang untuk lebih meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair.

Rencana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, menetapkan target keberhasilan, memilih dan pengorganisasian materi, merencanakan waktu pelaksanaan tindakan, memilih metode pembelajaran, menyiapkan model pembelajaran, menyiapkan RPP, dan LKS menyiapkan format observasi kinerja guru dan aktivitas siswa serta guru, menyiapkan alat evaluasi.

Berdasarkan hasil observasi terhadap perencanaan pembelajaran, dapat disimpulkan, bahwa perencanaan pembelajaran mengalami perbaikan dari tiap siklusnya. Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 55% dari target 100% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 88.88% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 100%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek perencanaan, mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan telah mencapai target yang telah ditetapkan.


(2)

b)Pelaksanaan

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi serta memperkenalkan media yang akan digunakan pada saat itu, membagi siswa secara heterogen ke dalam 5 kelompok dan membagikan LKS, membimbing siswa untuk turut aktif dalam kelompoknya, siswa dibawa dalam tahapan orientasi, elicitasi, rekonstruksi ide, penggunaan ide dalam situasi, dan langkah review serta mengerjakan soal evaluasi. Pada kegiatan siklus I, siswa masih mengalami beberapa kendala yang berkaitan dengan pembelajaran tentang sifat-sifat benda cair, dalam kegiatannya siswa masih belum mengikuti kegiatan pembelajaran secara serius, tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari guru akhirnya pada kegiatan siklus II dan siklus III mengalami perubahan kearah positif yang akhirnya mempengaruhi pula terhadap hasil belajar siswa kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan tentang sifat-sifat benda cair.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dalam tahapan tahapan penerapan model konstruktivisme, melakukan kegiatan tanya-jawab mengenai pembelajaran yang telah dipelajari dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan balikan berupa soal evaluasi individu kepada tiap siswa, kegiatan paling akhir, guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada tiap siklus yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, pada siklus I, pelaksanaan telah mencapai 55% dari target 100% dengan kategori cukup, pada siklus II mencapai 83.36% dengan kategori baik, dan siklus III mencapai 100% dari target 100%. Dengan demikian aspek kinerja guru dalam aspek pelaksanaan dan kegiatan akhir mengalami peningkatan tiap siklusnya, bahkan telah melewati dari target yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas Siswa

Aspek aktivitas setelah diadakan penelitian tentang tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, pada siklus I dengan kriteria B=27%, pada siklus II B=57% dan pada siklus III dengan kriteria B=87%. Dengan demikian aspek


(3)

aktivitas siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya, dan terjalinnya proses pembelajaran yang kondusif baik antara siswa dalam kelompok maupun secara individu.

3. Hasil Tes Belajar

Penerapan model konstruktivisme telah memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Pada data awal hasil belajar siswa menggambarkan dari jumlah siswa 15 orang hanya 6 orang (40%) yang tuntas belajar dan 9 orang (60%) mendapat nilai di bawah nilai 70 atau di bawah nilai KKM. Setelah diadakan penelitian tentang IPA tentang sifat-sifat benda cair, maka terjadi peningkatan tiap siklusnya, dibuktikan dengan hasil pada siklus I mencapai 9 orang (60%) BT = 6 orang (40%), pada siklus II mencapai 12 orang (80%) yang belum tuntas 3 orang (20%) dan siklus III mencapai 14 orang (93%),yang tidak tuntas 1 orang (7%). Dengan demikian target hasil belajar yaitu 86% sudah tercapai.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini.

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

Pada saat pembahasan IPA tentang sifat-sifat benda cair dengan menerapkan model konstruktivisme di kelas III SDN Cikamuning Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang sebagai berikut.

a. Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik siswa.

b. Sebaiknya guru menyampaikan materi sesuai dengan indikator, yang dapat


(4)

c. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa.

2. Bagi Sekolah

a. Lembaga sekolah hendaknya mampu membuka diri untuk menerima inovasi

pembelajaran yang baru.

b. Penggunaan model dan media pembelajaran hendaknya dapat

disosialisasikan lebih lanjut pada mata pelajaran lain, karena dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat akan menunjukkan efektivitas bagi perolehan hasil belajar siswa dan sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan di masyarakat. Meskipun semua model dan media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

3. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk memahami tentang sifat-sifat benda cair, sehingga siswa dapat memanfaatkan air tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan ide dan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban 4. Bagi Peneliti

a. Gunakanlah model konstruktivisme untuk materi lain yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan materi tentang sifat-sifat air.

b. Dicoba digunakan model dan media lain yang dianggap cocok untuk materi

tentang sifat-sifat benda cair. Misalnya menggunakan model CTL dalam materi tentang sifat-sifat benda cair.

c. Mencoba menerapkan model konstruktivisme dalam mata pelajaran yang lain. Misalnya model konstruktivisme digunakan dalam pembelajaran IPA tentang perubahan pada makhluk hidup.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Bundu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas III. Jakarta: BSNP

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud Khamim, (2006) Sains untuk SD Kelas III. Semarang: Aneka Ilmu

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta;

PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Praginda Wandy. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta

PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU

Rustana, (2012) Prinsip Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Suparno. (2012) Tujuan dan Strategi Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI

Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA (dalam Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 10. Bandung: UPI.

Sutardi, Didi dan Sudirjo, Encep. (2007) Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI Press

Suhartandi, dkk (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas III. Bandung: Pusat Perbukuan: Depdiknas


(6)

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Wahyana, dkk, (1996) Pendidikan IPA 4. Jakarta: Universitas Terbuka: Depdiknas Wibawa, (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT BENDA CAIR DI KELAS IV SDN I ASTANA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

0 1 43

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 35

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 44

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V TENTANG SIFAT- SIFAT CAHAYA.

0 0 40

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS V SDN BINABUDI CIPANAS.

0 0 29

PENERAPAN MODEL MENULIS BERSAMA MELALUI MEDIA GAMBAR TUNGGAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SDN CADASPANGERAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 51

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 0 29

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH PIDATO PADA SISWA KELAS VI SDN BANTARJAMBE KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG.

1 2 72