PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

i

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kabupaten Di Kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang” adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan saya ini, saya siap menanggung resiko dan sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini ataupun klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Desember 2012 Yang membuat pernyataan,

H E R N I A T I NIM. 0811560


(2)

ii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN

SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG

OLEH : HERNIATI

Berdasarkan data awal penelitian yang dilakukan, diperoleh analisis hasil belajar siswa kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang terhadap materi peninggalan sejarah kabupaten ternyata persentase ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 23% atau 6 orang siswa dari keseluruhan jumlah siswa sebanyak 26 orang siswa. Permasalahan tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor, diantaranya adanya keterbatasan alat bantu belajar dan keterbatasan guru dalam mengembangkan model pembelajaran. Model pembelajaran IPS yang diimplementasikan masih bersifat konvensional, sehingga siswa sulit memperoleh kejelasan materi ajar secara optimal, kurangnya variasi dalam penyampaian materi juga membuat siswa bosan dan jenuh sehingga kesempatan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri tidak nampak dalam pembelajaran yang dilakukan.

Tindakan perbaikan yang diupayakan untuk permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menghadirkan puzzle berkonsep sebagai alat bantu belajar untuk siswa. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas dengan model spiral Kemmis dan Mc Taggart. Sedangkan instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data antara lain, lembar observasi untuk kinerja guru serta aktivitas siswa, pedoman wawancara untuk guru serta siswa, catatan lapangan, dan tes hasil belajar berupa lembar kerja siswa serta soal essay. Untuk keabsahan data digunakan teknik validasi data dengan triangulasi, member check, audit trail, dan expert opinion.

Dari hasil penelitian selama dua siklus, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep pada materi peninggalan sejarah kabupaten, ternyata berhasil meningkatkan pembelajaran dari proses maupun hasil. Paparan data untuk hasil yang diperoleh pada siklus I adalah 66,7% untuk kinerja guru 61,5% untuk aktivitas siswa, dan 61,5% untuk hasil belajar siswa. Perolehan hasil pada siklus I dinyatakan belum berhasil karena belum mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 80%, dengan demikian tindakan perbaikan harus kembali dilaksanakan pada siklus berikutnya. Pada siklus II baik dari segi proses dan hasil mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu 88,9% untuk kinerja guru 88,5% untuk aktivitas siswa, dan 88,5% untuk hasil belajar siswa. Berdasarkan pada paparan data tersebut, maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep pada materi peninggalan sejarah kabupaten dinyatakan telah berhasil dengan pencapaian proses maupun hasil yang berada diatas dari target yang telah ditetapkan sebelumnya.


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, karena hanya dengan perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjunan kita semua Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Program Studi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Judul dari skripsi ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kabupaten Di Kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”.

Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang terjadi di SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yaitu perolehan ketuntasan belajar siswa yang masih sangat rendah. Dalam hal ini siswa kelas IV yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran IPS dengan materi Peninggalan Sejarah Kabupaten hanya 6 orang dari jumlah keseluruhan siswa 26 orang.

Upaya untuk mengatasi masalah itu berdasarkan kajian pustaka, maka penulis memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

Pada akhirnya, penelitian yang dilakukan berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi proses untuk kinerja guru dan aktivits siswa maupun dari segi hasil yaitu perolehan nilai ketuntasan belajar siswa yang sangat baik jika dibandingkan sebelum dilakukan tindakan perbaikan.

Penulis sangat menyadari akan kekurangan yang ada dalam skripsi ini, baik dari segi isi, kajian teori, maupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dalam menyempurnakan skripsi ini.


(4)

iv

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan penulis pada khususunya.

Sumedang, Desember 2012 Penulis,

H E R N I A T I NIM. 0811560


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini selesai tentunya tidak hanya sekedar ikhtiar dan do’a penulis sendiri, tetapi berkat bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Nurlan Kusmaedi, M. Pd. selaku Direktur UPI Kampus Sumedang yang lama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga skripsi ini selesai.

2. Dr. Herman Subarjah, M. Si. selaku Direktur UPI Kampus Sumedang yang baru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga skripsi ini selesai.

3. Drs. H. Dede Tatang Sunarya, M. Pd. selaku Sekretaris UPI Kampus Sumedang dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Riana Irawati, M. Si. selaku Ketua Jurusan PGSD Program Studi S1 UPI Kampus Sumedang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga skripsi ini selesai.

5. Nurdinah Hanifah, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen UPI Kampus Sumedang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Staf administrasi UPI Kampus Sumedang yang turut membantu kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Adang Sumaryana, A. Ma. Pd. selaku Kepala SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Kuslinah, S. Pd. selaku observer yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(6)

vi

10. Suami dan anak-anak tercinta beserta keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan do’a untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Melalui kata tulus dari relung hati, penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis,

H E R N I A T I NIM. 0811560


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 7

1. Perumusan Masalah ... 7

2. Pemecahan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 13

D.Manfaat Penelitian ... 13

E.Batasan Istilah ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat IPS ... 15

1. Definisi IPS ... 15

2. Tujuan IPS ... 17

3. Manfaat IPS ... 17

B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 18

1. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 18

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19

3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 20

4. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 21

5. Teori Belajar ... 24

C.Media Pembelajaran Puzzle ... 28

1. Definisi Puzzle ... 29

2. Jenis-jenis Puzzle ... 30

3. Manfaat Puzzle ... 30

D.Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

E.Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Kondisi Siswa ... 34

3. Kondisi Guru ... 35


(8)

viii

B.Subjek Penelitian ... 36

C.Metode dan Desain Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

2. Desain Penelitian ... 37

D.Prosedur Penelitian ... 39

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 39

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 40

3. Tahap Observasi ... 41

4. Tahap Analisis dan Refleksi ... 42

E.Instrumen Penelitian ... 43

1. Pedoman Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 43

3. Lembar Kerja Siswa ... 44

4. Soal ... 44

5. Catatan Lapangan ... 44

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Teknik Pengolahan ... 44

2. Analisis Data ... 46

G.Validasi Data ... 47

1. Triangulasi ... 47

2. Member Check ... 47

3. Audit Trail ... 47

4. Expert Opinion ... 47

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A.Paparan Data Awal ... 49

B.Paparan Data Tindakan ... 51

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 51

a. Paparan Data Tindakan Perencanaan Siklus I ... 51

b. Paparan Data Tindakan Proses Siklus I ... 52

c. Paparan Data Tindakan Hasil Siklus I ... 58

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 61

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 62

a. Paparan Data Tindakan Perencanaan Siklus II ... 62

b. Paparan Data Tindakan Proses Siklus II ... 63

c. Paparan Data Tindakan Hasil Siklus II ... 69

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 72

C.Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 73

D.Pembahasan ... 76

1. Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 76

2. Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 77

3. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 81


(9)

ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 83 B.Saran dan Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(10)

x

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 4

Tabel 3.1 Jumlah Siswa SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012 ... 34

Tabel 3.2 Daftar Guru SDN Rancapurut ... 35

Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012 ... 36

Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi ... 45

Tabel 3.5 Pedoman Pengolahan Nilai Akhir ... 46

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 50

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 54

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 56

Tabel 4.4 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 59

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Siklus I ... 61

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Siklus II ... 65

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ... 67

Tabel 4.8 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 70

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus II ... 72


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw Oleh Arends ... 22

Gambar 2.2 Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw Oleh Arends ... 23

Gambar 3.1 PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 38

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa ... 80

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Aktifitas Siswa ... 80


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I 3. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I 4. Hasil Belajar Siswa Siklus I

5. Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I 6. Catatan Lapangan Siklus I

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 8. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II 9. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II 10. Hasil Tes Beberapa Siswa Siklus II 11. Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II 12. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 13. Catatan Lapangan Siklus II

14. Hasil Wawancara Guru (Observer) 15. Hasil Wawancara Siswa

16. Foto-foto Pelaksanaan Tindakan 17. Surat-surat


(13)

i DAFTAR ISI

HALAMAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 7

1. Perumusan Masalah ... 7

2. Pemecahan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 13

D.Manfaat Penelitian ... 13

E.Batasan Istilah ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat IPS ... 15

1. Definisi IPS ... 15

2. Tujuan IPS ... 17

3. Manfaat IPS ... 17

B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 18

1. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 18

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19

3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 20

4. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 21

5. Teori Belajar ... 24

C.Media Pembelajaran Puzzle ... 28

1. Definisi Puzzle ... 29

2. Jenis-jenis Puzzle ... 30

3. Manfaat Puzzle ... 30

D.Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

E.Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Kondisi Siswa ... 34

3. Kondisi Guru ... 35


(14)

ii

B.Subjek Penelitian ... 36

C.Metode dan Desain Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

2. Desain Penelitian ... 37

D.Prosedur Penelitian ... 39

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 39

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 40

3. Tahap Observasi ... 41

4. Tahap Analisis dan Refleksi ... 42

E.Instrumen Penelitian ... 43

1. Pedoman Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 43

3. Lembar Kerja Siswa ... 44

4. Soal ... 44

5. Catatan Lapangan ... 44

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Teknik Pengolahan ... 44

2. Analisis Data ... 46

G.Validasi Data ... 47

1. Triangulasi ... 47

2. Member Check ... 47

3. Audit Trail ... 47

4. Expert Opinion ... 47

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A.Paparan Data Awal ... 49

B.Paparan Data Tindakan ... 51

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 51

a. Paparan Data Tindakan Perencanaan Siklus I ... 51

b. Paparan Data Tindakan Proses Siklus I ... 52

c. Paparan Data Tindakan Hasil Siklus I ... 58

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 61

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 62

a. Paparan Data Tindakan Perencanaan Siklus II ... 62

b. Paparan Data Tindakan Proses Siklus II ... 63

c. Paparan Data Tindakan Hasil Siklus II ... 69

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 72

C.Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 73

D.Pembahasan ... 76

1. Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 76

2. Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 77

3. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep ... 81


(15)

iii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 83 B.Saran dan Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(16)

iv

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 4

Tabel 3.1 Jumlah Siswa SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012 ... 34

Tabel 3.2 Daftar Guru SDN Rancapurut ... 35

Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012 ... 36

Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi ... 45

Tabel 3.5 Pedoman Pengolahan Nilai Akhir ... 46

Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 50

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 54

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 56

Tabel 4.4 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 59

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Siklus I ... 61

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Siklus II ... 65

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ... 67

Tabel 4.8 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 70

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus II ... 72


(17)

v

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw Oleh Arends ... 22

Gambar 2.2 Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw Oleh Arends ... 23

Gambar 3.1 PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 38

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa ... 80

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Aktifitas Siswa ... 80


(18)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I 3. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I 4. Hasil Belajar Siswa Siklus I

5. Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I 6. Catatan Lapangan Siklus I

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 8. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II 9. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II 10. Hasil Tes Beberapa Siswa Siklus II 11. Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II 12. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 13. Catatan Lapangan Siklus II

14. Hasil Wawancara Guru (Observer) 15. Hasil Wawancara Siswa

16. Foto-foto Pelaksanaan Tindakan 17. Surat-surat


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai sarana dalam menciptakan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan apalagi setelah UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dibuat yang mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

Masalah peningkatan mutu pendidikan tentu sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Menurut Reber (Suprijono, 2009: 3) „Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan‟. Jadi, belajar merupakan suatu konsep untuk memperoleh pengetahuan dan guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga merupakan kegiatan guru membimbing dan memfasilitasi siswa menemukan pengetahuan dan pengalaman belajar tersebut.

Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara konvensional dalam penyampaian materi. Begitu juga dengan proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) pada umumnya masih menekankan aspek kognitif dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Demikian halnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), IPS merupakan salah satu mata pelajaran non eksak di SD. “IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan” (Sapriya, 2009: 11). Pembelajaran mata pelajaran ini


(20)

2

biasanya diajarkan secara konvensional hampir di setiap SD, dengan metode klasik seperti ceramah dan diskusi kelompok. Guru merasa sudah melaksanakan pembelajaran ketika menyampaikan materi pembelajaran, tetapi model pembelajarannya kurang melibatkan aktifitas siswa secara optimal sehingga bekal pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat kurang memadai.

Padahal tujuan dari IPS itu sendiri menurut (Hamalik, 1992: 42) berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: “(1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan”. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah mengembangkan potensi peserta didik agar lebih peka terhadap kehidupan yang terjadi dilingkungan masyarakat, dan dapat mengimbangi dengan sikap positif, yang tentunya diperlukan suatu pengalaman sehingga peserta didik akan lebih tahu dan memaknai arti sesungghnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru berasumsi bahwa IPS adalah pengetahuan yang bisa ditransformasikan secara utuh dari pikiran guru ke benak siswa, sehingga model pembelajaran yang menekankan transformasi aspek pengetahuan mendominasi dalam kegiatan pembelajarannya. Dampak dari hal itu mengakibatkan terciptanya kejenuhan dalam lingkungan belajar yang pada akhirnya kurang membentuk sikap antusias pada siswa sendiri, sehingga siswa cenderung bosan dan kurang memahami materi yang diajarkan.

Seyogyanya IPS adalah salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan siswa SD untuk mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi. Melalui mata pelajaran ini, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik dan warga dunia yang efektif. Upaya mata pelajaran IPS untuk membimbing siswa agar menjadi warga negara Indonesia yang baik dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan yang berat karena dinamika masyarakat terus berkembang dan era globalisasi selalu mengalami perubahan di setiap saat. Maka, mata pelajaran IPS perlu dirancang


(21)

3

untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berkembang secara terus menerus.

Namun pada kenyataannya, untuk pembelajaran IPS di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang, pencapaian tersebut sangatlah sulit terlaksana dengan adanya keterbatasan alat bantu belajar dan keterbatasan guru dalam mengembangkan model pembelajaran. Model pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvensional, sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan dan kejelasan materi ajar secara optimal, kurangnya variasi dalam penyampaian materi, membuat siswa bosan dan jenuh, kurangnya kesempatan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Dampak dari hal tersebut terlihat dari perolehan nilai siswa pada pembelajaran IPS dengan materi peninggalan sejarah kabupaten. Berdasarkan data perolehan nilai siswa, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi memang sangat kurang, melihat jumlah siswa yang dikatakan tuntas hanya 6 siswa atau 23% dari keseluruhan siswa di mana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk IPS adalah 65.

Untuk lebih jelas, berikut ini merupakan data hasil belajar siswa yang disajikan dalam bentuk tabel :


(22)

4

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa

Keterangan :

Skor Tiap Soal = 20

Skor Ideal = 100 No Nama Siswa

Skor Nomor Soal

Nilai

Ketuntasan

1 2 3 4 5 Tuntas Tidak

Tuntas

1. Cahyana 15 15 10 10 10 60 √

2. Agung Nugraha 15 10 15 10 10 60 √ 3. Agus Tarnudin 10 10 10 10 10 50 √

4. Dede Firman 10 10 10 10 10 50 √

5. Rivaldi 15 10 10 10 10 55 √

6. Asti Sulastri 10 15 10 10 10 55 √ 7. Amanda Dwi Amelia 15 15 15 10 10 65 √

8. Aditia 10 10 10 10 10 50 √

9. Ahmad Fauzi 15 10 15 10 10 60 √

10. Cahyana Mustofa 10 15 15 10 10 60 √ 11. Dini Rahayu 10 15 10 10 10 55 √ 12. Dewi Amelia 10 10 10 10 10 50 √ 13. Gilang Nugraha 15 15 10 15 10 65 √

14. Irfan Ramdani 15 10 10 10 10 55 √ 15. Iis Ismayanti 10 10 10 10 10 50 √ 16. Keni Yuniar 15 10 15 10 10 60 √ 17. Lekka Anisa 15 10 15 10 10 60 √ 18. Muhammad Abdul 15 10 10 10 15 60 √ 19. Resnawati Putri 15 15 15 10 10 65 √

20. Restu Nurfadilah 15 15 15 10 10 65 √

21. Reza Fauzi 15 10 10 10 10 55 √

22. Syahrul Mu‟ammar 15 15 15 15 10 70 √

23. Siti Sulma Mudawiyah 15 15 15 15 15 75 √

24. Moh. Irgiant Gusnawan 15 10 10 10 10 55 √ 25. Rizal Sopyan 10 15 10 10 10 55 √ 26. Siti Nursela 10 15 10 10 10 55 √

Jumlah 1515 6 20

Rata-rata 58,3 --- ---

Persentase Tuntas 23% ---


(23)

Perolehan hasil belajar siswa pada tabel menunjukkan bahwa memang hampir semua siswa tidak memahami materi pembelajaran. Skor siswa untuk soal nomor 1, 16 siswa yang mendapatkan skor 15 dan 12 siswa mendapatkan skor 10. Skor siswa untuk soal nomor 2, 12 siswa mendapatkan skor 15, dan 14 siswa mendapatkan skor 10. Skor siswa untuk soal nomor 3, 10 siswa mendapatkan skor 15 dan 16 siswa mendapatkan skor 10. Untuk soal nomor 4 dan 5 hampir semua siswa mendapatkan skor 10, untuk soal nomor 4 hanya 3 siswa yang mendapatkan skor 15 dan untuk soal nomor 5 hanya 2 siswa yang mendapatkan skor 15. Skor untuk setiap soal adalah 20, sehingga berdasarkan perolehan hasil belajar siswa tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan skor 20. Nilai akhir yang diperoleh siswa yaitu 5 siswa dengan niali 50, 8 siswa dengan nilai 55, 7 siswa dengan nilai 60, 4 siswa dengan nilai 65, 1 siswa dengan nilai 70, dan 1 siswa dengan nilai 75.

Berdasarkan penjelasan itu, sudah sangat jelas nilai akhir siswa pun banyak yang dikategorikan tidak tuntas karena rata-rata perolehan skor tiap soal dan nilai akhir siswa yang sangat rendah.

Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, yang didasari pertimbangan teori belajar konstruktivisme Vygotsky, di mana implementasi pembelajarannya adalah guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar bersama guru, teman, dan para ahli yang menekankan belajar sebagai suatu proses dialog interaktif.

Pengertian pembelajaran kooperatif yang diungkapkan Solihatin dan Raharjo, (2008: 5) sebagai berikut:

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan langsung dari setiap anggota kelompok itu sendiri.


(24)

6

Konsep pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengacu pada pendekatan teori konstruktivisme, di mana dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada aktivitas siswa secara individual, menemukan, dan mentranformasikan informasi secara kompleks. Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan kerja kelompok dan interaksi setiap anggota kelompok dan menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Dalam model kooperatif jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat sehingga meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok juga bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari serta dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dan fleksibel. Banyak penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Penelitian tersebut secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik, dan lebih positif terhadap pembelajaran. Adapun mengenai media pembelajaran menurut Suharsimi Arikunto (1988: 21), “Media pengajaran atau media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar”. Dengan demikian yang dimaksud dengan media untuk adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian proses belajar mengajar agar efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Media yang digunakan dalam tindakan ini yaitu puzzle karena pembelajaran menggunakan puzzle dapat memberikan manfaat siswa untuk berfikir secara nyaman melalui permainan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Puzzle merupakan suatu bentuk media pembelajaran dengan metode menyusun potongan-potongan gambar menjadi gambar yang utuh. Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan


(25)

7

sebab bisa diulang-ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. Dengan keingintahuan tersebut anak akan terus menggali informasi sehingga dengan proses ini akan dapat mengembangkan jiwanya dan menggerakan untuk termotivasi belajar. Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan

bahwa “Puzzle adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan

daya penarik yang kuat. Puzzle dapat memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan keberhasilan”.

Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak. Proses ini anak akan memberi kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan pikirannya mendapatkan kesenangan dan kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi yang fair dan beragam dari anak.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka, peneliti mencoba mengangkat masalah ini menjadi bahan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Puzzle Berkonsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kabupaten Di Kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, permasalahan yang muncul adalah keterlibatan atau aktifitas siswa ketika pembelajaran sangatlah kurang. Oleh karena itu, penulis merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(26)

8

pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang? b. Bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw melalui puzzle berkonsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang? c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Kesulitan yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung adalah kurangnya pemahaman siswa yang terlihat pada saat tanya jawab dilaksanakan dan evaluasi pembelajaran dengan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini muncul, dikarenakan kurangnya persiapan dari guru untuk menyampaikan materi ajar, sehingga tidak ada inovasi tersendiri dari guru untuk menambah suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Upaya yang dapat dilakukan guru guna mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang benar-benar mampu mengatasi keadaan tersebut. Suatu model pembelajaran yang memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreatifitas, pengambilan keputusan, saling memahami dan menghargai perbedaan. Dengan harapan pembelajaran akan lebih memiliki makna tersendiri bagi siswa.

Seperti diungkapkan oleh Lie (Sobari, 2006: 25) „Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara

mandiri‟. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran IPS akan menghasilkan beberapa keunggulan dan nilai lebih dalam upaya pengembangan potensi diri siswa seperti yang diungkapkan Roger dan Jhonson (Suprijono, 2009: 58) antara lain:


(27)

9

1. positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3. face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. interpersonal skill (komunikasi anatar anggota) 5. group processing (pemrosesan kelompok)

Ketergantungan positif menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Selain itu, Johnson dan Johnson, (Suprijono, 2008: 59) mengemukakan ketergantungan positif yang terbangun, antara lain:

1. Menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.

2. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

3. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

4. Setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan peserta didik lain dalam kelompok.

Tanggung jawab individu sebagai salah satu unsur pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membentuk anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Interaksi promotif di sini antara lain, saling percaya, saling membantu, saling mengingatkan, saling memotivasi untuk keberhasilan bersama. Hal itu juga yang nantinya akan menumbuhkan keterampilan sosial sehingga siswa mampu berkomunikasi secara akurat dengan teman satu kelompoknya. Terakhir, pemrosesan kelompok yang mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi siapa anggota kelompok yang sangat membantu dan tidak, tujuannya untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan konsepsi di atas, maka langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS, menurut Slavin,


(28)

10

(Suprijono, 2008: 59) secara umum dapat dijelaskan operasionalnya sebagai berikut:

1. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana pembelajaran.

2. Langkah kedua guru membimbing dan mengarahkan siswa. 3. Langkah ketiga melakukan observasi untuk setiap kegiatan siswa. 4. Langkah keempat refleksi.

Langkah pertama guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Lalu guru membentuk kelompok ahli yang anggotanya merupakan utusan dari masing-masing kelompok asal. Dalam merancang program, guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa dari masing-masing kelompok ahli yang mencerminkan sistem kerja kelompok kecil. Artinya bahwa materi dan tugas itu untuk dibelajarkan pada kelompok ahli dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok ahli. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang dicapai dan diperlihatkan siswa. Hal ini perlu dikemukakan agar siswa memahami apa yang harus dikerjakan selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah kedua, dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok ahli tentang tema tertentu agar ketika kembali kepada kelompok asal, siswa dari kelompok ahli bisa memberi penjelasan pada teman-temannya di kelompok asal. Guru tidak lagi menyampaikan seluruh tema materi secara panjang lebar kepada seluruh kelompok karena pemahaman dan pendalaman materi akan dilakukan anggota tim ahli kepada kelompok asal. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi agar siswa memiliki wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, guru melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar obervasi yang telah dirancang sebelumnya. Langkah ketiga, dalam melakukan


(29)

11

observasi terhadap kegiatan siswa, guru membimbing dan mengarahkan siswa baik secara individual maupun kelompok dalam hal memahami materi maupun sikap serta perilaku siswa selama kegiatan belajarnya. Pemberian pujian dan kritik membangun merupakan aspek yang penting untuk dilakukan guru pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini guru bertindak sebagai moderator. Dalam melakukan refleksi diri, guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif. Artinya, pengembangan ide, saran dan kritik terhadap proses pembelajaran harus diupayakan berasal dari siswa, kemudian barulah guru melakukan perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan kritik yang berkembang.

Di samping mendorong siswa dalam menuju ketercapaian tujuan, penerapan tipe jigsaw juga menumbuhkan kegairahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model tersebut menumbuhkan suasana pembelajaran yang dinamis, dimana siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran semata-mata melainkan juga sebagai tutor bagi siswa lainnya. Hal ini karena setiap anggota kelompok memiliki dua tanggung jawab dasar, yaitu mempelajari dan memahami materi atau bahan ajar dan membantu teman belajarnya untuk mampu memahami dan mengerti seperti yang ada pada dirinya. Konsep tutor sebaya merupakan salah satu karakteristik tipe jigsaw, yaitu pada saat belajar secara kolaboratif dalam suasana kebersamaan dalam kelompok kecil, akan tumbuh berkembang interaksi yang positif diantara siswa. Selain itu, siswa bukan hanya berusaha memahami materi tetapi juga dituntut untuk mengembankan potensi dirinya secara optimal untuk kesuksesan kelompoknya.

Berdasarkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, maka prosedur pelaksanaan tindakan dilakukan dalan beberapa langkah, antara lain:


(30)

12

Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Langkah 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Guru menginformasikan pengelompokan siswa Langkah 4 Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta

memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Langkah

5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan Langkah

6

Memberikan penghargaan

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Adapun target proses dan hasil dari pemecahan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya adalah:

a) Target Proses

Target proses yang diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalu puzzle berkonsep, baik dari segi kinerja guru maupun aktivitas siswa diharapkan mampu mencapai 80%. b) Target Hasil

Selain target proses, ada pula target hasil yang ingin dicapai melalui pelaksanaan tindakan ini adalah dengan meningkatnya perolehan hasil belajar siswa sebesar 80%.


(31)

13

Sehingga target keseluruhan baik dari target proses maupun hasil yang diharapkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep ini adalah 80%.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka penulis menentukan tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui kartu puzzle berkonsep pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kabupaten di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Siswa

a. Menumbuhkan minat belajar dan rasa inisiatif pada siswa.

b. Meningkatkan kemampaun siswa dalam memahami materi pembelajaran. c. Meningkatkan aktifitas siswa ketika proses pembelajaran.


(32)

14

d. Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna bagi kehidupannya.

2. Manfaat Bagi Guru

a. Sebagai referensi atau panduan bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan materi yang sama.

b. Meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan serta melaksanakan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

c. Menambah wawasan tentang teori, strategi, metode, dan model pembelajaran.

d. Menambah pengalaman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Manfaat Bagi Sekolah

a. Meningkatkan fungsi sekolah sebagai sarana dan prasarana pendidikan. b. Meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya di SD.

E. Batasan Istilah

Untuk memeperjelas fokus permasalahan ini, maka penulis memberikan batasan istilah secara definitif yang berkaitan dengan judul, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. (Solihatin dan Raharjo, 2008: 4)

2. Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif melalui pembagian kelompok asal dan kelompok ahli dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. (Sobari, 2006: 25)


(33)

15

3. Puzzle adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dapat memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan keberhasilan. (Adenan, 1989: 9)

4. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. (Sudjana, 2009: 22).

5. Peninggalan Sejarah adalah warisan masa lampau yang mempunyai nilai sejarah. (Tantya dan Winardi, 2008: 88).


(34)

34 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rancapurut yang beralamat di Jalan Terusan 11 April Kilometer 27 Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 783 meter2, yang terbagi menjadi 1 ruangan kepala sekolah dan guru, 6 ruangan kelas, 1 ruangan kesenian, 1 lapangan upacara, 1 mushola, dan 5 toilet.

2. Kondisi Siswa

Pada tahun ajaran 2011/2012 ini SDN Rancapurut memiliki jumlah siswa sebanyak 303 orang yang terdiri dari :

Tabel 3.1

Jumlah Siswa SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

I A 12 13 25

I B 9 9 18

II A 14 10 24

II B 13 9 22

III A 12 14 26 III B 16 11 27

IV A 16 10 26

IV B 12 18 30

V A 14 10 24

V B 13 12 25

VI A 18 10 28

VI B 12 16 28


(35)

35

3. Kondisi Guru

Tenaga pengajar dan staf berjumlah 18 orang, yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 12 orang guru kelas, 2 orang guru penjas, 2 orang guru agama, dan 1 orang guru bahasa inggris.

Tabel 3.2

Daftar Guru SDN Rancapurut

No Nama Guru Jabatan Guru Guru Kelas 1 Adang Sumaryana Kepala Sekolah -

2 Sudia K. Guru Kelas IV

3 Hj. Euis S., S.Pd. Guru Kelas I 4 Tarmilah Guru Kelas II 5 Ade Suharna Guru Kelas III 6 Popong R. Guru Kelas I 7 Jiji S., S.Pd. Guru Kelas VI 8 Jajah. J., S.Pd. Guru Agama I - III 9 Yulyawati, S.Pd. Guru Kelas VI 10 Dede H., S.Pd. Guru Penjas IV -VI 11 Martini, S.Pd. Guru Penjas I - III 12 Kuslinah, S.Pd. Guru Kelas V 13 Endah Siti S. Guru Kelas V 14 Herniati Guru Kelas II 15 Siti J., S.Pdi. Guru Agama IV - VI 16 Komara, S.Pd. Guru Kelas III 17 Atep S., S.S Guru B. Inggris I - VI 18 Desi Siti, S.Pd. Guru Kelas IV

4. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian diperkirakan selama kurang lebih 4 bulan. Penelitian dimulai pada bulan September 2012 sampai bulan Desember 2012. Data awal permasalahan diperoleh pada bulan September, kemudian peneliti mulai menyusun rencana pelaksanaan tindakan sebagai bagian dari penelitian ini.


(36)

36

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang keseluruhan berjumlah 26 orang siswa serta terbagi menjadi 16 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.

Tabel 3.3

Daftar Siswa Kelas IV SDN Rancapurut Tahun Ajaran 2011/2012

No. Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1. Cahyana

2. Agung Nugraha 3. Agus Tarnudin

4. Dede Firman

5. Rivaldi

6. Asti Sulastri

7. Amanda Dwi Amelia

8. Aditia

9. Ahmad Fauzi

10. Cahyana Mustofa

11. Dini Rahayu

12. Dewi Amelia

13. Gilang Nugraha 14. Irfan Ramdani

15. Iis Ismayanti

16. Keni Yuniar

17. Lekka Anisa

18. Muhammad Abdul

19. Resnawati Putri

20. Restu Nurfadilah

21. Reza Fauzi

22. Syahrul Mu‟ammar

23. Siti Sulma Mudawiyah 24. Moh. Irgiant Gusnawan

25. Rizal Sopyan

26. Siti Nursela


(37)

37

Latar belakang pendidikan orang tua siswa adalah 55% lulusan SD dan 45% lulusan SMP, SMA, serta PT. Tingkat ekonomi rata-rata menengah kebawah dengan profesi 60% wiraswasta dan petani sedangkan 40% lainnya PNS.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Seperti yang diungkapkan oleh Kunandar (2008: 46) bahwa ”PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan”.

Sementara menurut Ebbut (Wiriaatmadja, 2008: 12) „PTK adalah upaya perbaikan kondisi praktek pembelajaran oleh sekelompok guru, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan tersebut‟.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3) mengemukakan bahwa „Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati‟. Pengolahan data pada metode kualitatif berdasarkan mutu tidak secara dominan memperhitungkan angka-angka atau kuantitas. Metode kualitatif digunakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2007: 5) berikut ini:

Pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak menyusun proposal,


(38)

38

melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Metode penelitan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mengandung makna, maksudnya adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang nampak.

2. Desain Penelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini meliputi empat langkah, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect).

PLAN REVISED PLAN R E F L E C T OBSERVE A C T R E F L E C T OBSERVE A C T R E F L E C T OBSERVE A C T PLAN Gambar 3.1

PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Kasbolah, 1999:70)

Desain penelitian ini dibuat dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam setiap pertemuan pertama siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pun harus sesuai dengan RPP dalam hal ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep. Ketika pelaksanaan, dilakukan juga


(39)

39

pengamatan atas berlangsungnya kegiatan untuk melihat sejauhmana keberhasilan dari penerapan strategi tersebut. Kemudiaan tahapan refleksi dilakukan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dengan tujuan yang diharapkan, oleh sebab itu mengapa penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Mc. Taggart, karena pada model ini dalam pelaksanaannya lebih mudah serta didalamnya ada tindakan refleksi untuk mengukur sejauhmana keberhasilan dalam pembelajaran, apabila tidak berhasil pembelajaran maka adanya pengulangan untuk tahap selanjutnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini berbentuk siklus yang dibuat dalam bentuk RPP. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada langkah-langkah penerapan metode pembelajaran aktif melalui eksperimen dan bermain jawaban.

Sebelum tahapan siklus dilaksanakan terlebih dahulu tes dan observasi awal. Tes berfungsi untuk mengetahui data awal hasil belajar siswa, sedangkan observasi awal untuk mengetahui tindakan yang tepat diberikan dalam materi yang sedang dipelajari. Hasil tes dan observasi awal ini dijadikan indikator dalam penyusunan tindakan selanjutnya yang berupa refleksi awal.

Berdasarkan refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan alur yang dikemukakan oleh Kasbolah (1999:78) yaitu “1) Merencanakan tindakan, 2) Melaksanakan tindakan, 3) Melaksanakan observasi, dan 4) Melakukan refleksi‟. Sedangkan untuk siklus selanjutnya adalah sebagai pelaksanaan tindakan ulang.

Alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis dari tindakan yang diajukan. Tahap perencanaan tindakan juga merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan dapat terarah dan terencana. Dalam penelitian ini tentunya rencana pembelajaran disusun secara fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.


(40)

40

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana penelitian dan rencana tindakan yang hendak diselenggarakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya:

a. Membuat RPP dengan menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan tindakan.

b. Menyediakan alat peraga yang diperlukan dalam proses pembelajaran. c. Mendesain alat evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan yaitu praktik pembelajaran berdasarkan RPP yang sudah disusun.

d. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data yaitu pedoman observasi kinerja guru dan aktifitas siswa, pedoman wawancara, dan tes hasil belajar. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, yakni bersama-sama dengan rekan sejawat yang bertindak sebagai observer. Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

Prosedur yang digunakan untuk penelitian ini berbentuk siklus dalam bentuk RPP yang langkah-langkah pembelajarannya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep. Sebelumnya dilakukan tes awal untuk mengetahui data awal sebagai penyusunan tindakan selanjutnya. Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru antara lain sebagai berikut:

a. Tahap Awal Pembelajaran Motivasi / Apersepsi

1) Guru mengucapkan salam.

2) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif dengan membereskan tempat duduk, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.

3) Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

4) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan. b. Tahap Inti Pembelajaran


(41)

41

Eksplorasi

1) Siswa menyimak penjelasan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru mengenai peninggalan sejarah yang ada di sekitar.

2) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru ataupun siswa lain mengenai materi yang belum dipahami.

Elaborasi

1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok kerja setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang.

2) Siswa diberikan tugas menyusun puzzle, tentu setiap kelompok diberikan gambar puzzle yang berbeda.

3) Dibelakang puzzle tersebut dicantumkan paparan konsep yang menjelaskan lebih rinci mengenai gambar yang disusun.

4) Siswa secara berkelompok menyusun puzzle gambar peninggalan sejarah yang ada di sekitar dan membahas paparan konsep yang terdapa pada puzzle tersebut.

5) Lalu siswa dengan bantuan guru membentuk kelompok ahli yang anggotanya merupakan utusan dari masing-masing kelompok asal.

6) Anggota kelompok ahli saling bertukar materi yang masing-masing telah diperolehnya dari kelompok asal dan membahasnya bersama-sama.

7) Siswa dibimbing dan diarahkan guru untuk masing-masing dari kelompok ahli dengan materi tertentu agar ketika kembali kepada kelompok asal, siswa dari kelompok ahli bisa memberi penjelasan pada teman-temannya di kelompok asal.

8) Setiap perwakilan kelompok secara bergiliran membacakan hasil diskusinya didepan kelas.

Konfirmasi

1) Siswa dengan bantuan guru memberikan klarifikasi jawaban atau menambahkan penjelasan dari paparan hasil diskusi setiap kelompok.

2) Siswa diberi kesempatan kembali untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari siswa lain.


(42)

42

1) Guru bersama-sama siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Guru memberikan kesimpulan materi pembelajaran.

3) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 3. Tahap Observasi

Tahap observasi adalah tahap mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa. Observasi merupakan upaya dalam mengamati pelaksanaan tindakan. Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2008: 174) bahwa alasan pemanfaatan observasi yaitu:

a. Observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung;

b. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada sebenarnya, dan

c. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksaanaan pembelajaran untuk mengukur sejauhmana keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta untuk membuat catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk merefleksi hasil tindakan.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap ini merupakan pengkajian terhadap hasil data dari hasil observasi dan refleksi yang dilakukan untuk melengkapi kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap objek penelitian dan telah dicatat dalam observasi, pada tahap ini juga dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang ditentukan kemudian dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.

Kunandar (2008: 75) juga mengungkapkan terdapat beberapa kegiatan penting dalam refleksi yaitu:

a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan.


(43)

43

b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul.

d. Menidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi.

Analisis dan refleksi dilakukan untuk penyusunan tindakan perencanaan selanjutnya, dengan berorientasi pada hasil observasi dan analisis yang ada. Jika hasil tindakan itu tidak sesuai dengan target yang diharapkan, maka diadakan tindakan selanjutnya (siklus II) sebagai upaya untuk memperbaiki tindakan sebelumnya (siklus I). Melaksanakan tindakan ulang selanjutnya tergantung pada hasil tindakan yang telah dilakukan dengan target yang diharapkan.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1998:151) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik”, maksudnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Kasbolah (1991: 191) mengemukakan bahwa “Pedoman observasi merupakan format khusus yang memuat hal-hal yang terjadi selama penelitian berlangsung”. Pedoman observasi digunakan untuk mengamati dan mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa ketika pembelajaran. Melalui observasi, peneliti yang dibantu observer dapat membantu mengamati setiap kejadian yang terjadi. 2. Pedoman Wawancara

Basrowi (2008: 129) mengatakan bahwa:

Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti sebagai pemandu, dengan demikian:

a. Proses wawancara berjalan di atas rel yang telah ditentukan;

b. Informan dapat memberi jawaban seperti yang dikehendaki peneliti; c. Peneliti tidak terlalu sulit membedakan antara data yang digunakan dan

tidak, dan

d. Peneliti dapat lebih berkonsentrasi dengan lingkup penelitian yang dilakukan.


(44)

44

Pedoman wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan materi peninggalan sejarah di kabupaten dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep. Wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan dan deskripsi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa atau LKS pada penelitian ini memberikan informasi mengenai cara penyusunan puzzle dan memaparkan penjelasan konsep dari gambar untuk dipelajari dan dipahami bersama anggota kelompok.

4. Soal

Soal adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mengukur tingkat pemahaman mengenai materi belajar yang telah disampaikan (Hatimah, Ijat, dkk, 2010: 203). Bentuk soal yang dipakai adalah tulisan berupa essay. Dengan tes hasil belajar seperti itu, maka dapat diketahui tingkat keberhasilan belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif melalui puzzle berkonsep dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa.

5. Catatan Lapangan

Membuat catatan lapangan merupakan keharusan bagi seorang peneliti. Gunanya untuk mencatat observasi, analisis dan refleksi pada waktu diskusi antara peneliti dan mitra guru dilakukan, dari berbagai reaksi terhadap masalah-masalah di kelas. (Wiriaatmadja, 2008: 246)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen lalu dikumpulkan, setelah itu data tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data proses dan data hasil:

a. Data Proses

Data proses diperoleh saat melakukan observasi dan wawancara. Kegiatan observasi berhubungan dengan gambaran tentang kinerja guru dan aktivitas


(45)

45

siswa saat mengikuti pelajaran sedangkan data hasil wawancara diperoleh dari siswa dan observer setelah pelaksanaan tindakan. Setelah itu data yang telah dikumpulkan kemudian dibaca dan ditelaah dengan cermat, lalu diolah secara kualitatif, kemudian dideskripsikan berupa penjelasan atau pembahasan.

Data observasi pelaksanaan tindakan ini lalu diolah dengan teknik persentase (%) untuk melihat kecenderungan perubahan atau peningkatan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklus. Data yang telah terkumpul diberi kriteria untuk memudahkan penyusunan data dan perumusan hipotesis mengenai rencana dan program tindakan. Interpretasi ditentukan berdasarkan kategori menurut Kuntjaraningrat (Maulana, 2002a) seperti dibawah ini:

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi

Besar Persentase Interpretasi

0% tidak ada

1% - 25% sebagian kecil 26% - 49% hampir setengahnya

50% setengahnya

51% - 75% sebagian besar 76% - 99% hampir seluruhnya

100% seluruhnya

b. Data Hasil

Penyajian data hasil disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang diikuti dengan penjelasan makna (narasi) dari masing-masing tabel atau grafik tersebut. Pada pengolahan nilai akhir tes hasil belajar siswa, digunakan KKM sebagai kriteria ketuntasan bagi siswa dan KKM yang telah ditentukan untuk bidang studi IPS di kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang adalah 65.


(46)

46

Tabel 3.5

Pedoman Pengolahan Nilai Akhir

Nomor

Soal Skor Skor Ideal = 9

1 3

2 3

3 3

Siswa dikatakan tuntas jika telah mendapatkan nilai ≥65 dengan target hasil dan proses yang telah ditentukan sebelumnya yaitu ketuntasan 80%. Apabila target tersebut tercapai, maka dapat diartikan bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan.

2. Analisis Data

Teknik analisis data pada dasarnya dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan konsepsi tersebut data yang ada sebagai hasil dari pengumpulan data ini dianalisis untuk tindakan selanjutnya. Menurut Patton (Moleong, 2002:103) ‟Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar‟. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, pemaknaan data, dan penyimpulan.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengambilan data. Analisis data yang dilakukan melalui triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni observer dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Kegiatan triangulasi dalam kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan reflektif kolaboratif antara observer dan peneliti. Selain itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep.


(47)

47

G. Validasi Data

Agar diketahui keabsahannya, data yang terkumpul. Teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168) adalah:

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan kesahihan (validitas) data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Moleong (2006: 332) “Dengan demikian, melalui triangulasi, peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan mengajukan berbagai pertanyaan yang bervariasi, melakukan pengecekan dengan berbagai sumber data, dan menggunakan bermacam-macam metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan seobjektif mungkin.

2. Member Check

Menurut Wiriaatmaja (2008: 168) “Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber”. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonfirmasikan data yang diperoleh kepada observer melalui refleksi, diskusi balikan pada setiap siklus sampai akhir keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan, sehingga terjaring data yang lengkap dan memiliki validitas yang tinggi.

3. Audit Trail

Wiriaatmaja (2008: 170), mengemukakan bahwa “Audit trail yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan teman sejawat”. Peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi dengan teman sejawat peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas.

4. Expert Opinion

“Expert opinion yaitu meminta nasehat kepada pakar di bidangnya” (Wiriaatmaja, 2008: 171). Dalam hal ini peneliti akan meminta pendapat dari beberapa ahli diantaranya pembimbing yang dianggap memiliki wawasan keilmuan yang relevan dengan kependidikan. Pembimbing akan memeriksa


(48)

48

semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan atau judgement terhadap masalah-masalah penelitian yang dikemukakan, sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(49)

83 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama dua siklus di SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang pada siswa kelas IV dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep dengan materi peninggalan sejarah kabupaten bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan segala keterbatasan, maka dapat diperoleh kesimpulan yang akan menjadi rekomendasi bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

A. Kesimpulan 1. Perencanaan

Karakteristik pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep yaitu kegiatan yang melibatkan siswa di dalam proses pembelajaran, dan didukung dengan adanya kegiatan yang mengasah kreatifitas siswa berdasarkan daya nalar dengan menggunakan puzzle sebagai media. Di mana siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktifitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreatifitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan.

2. Pelaksanaan

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, siswa secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama, partisipasi dalam kelompok, ketelitian dalam menyusun puzzle, dan hasil belajar sehingga dalam pembelajaran ini siswa terlihat lebih aktif dan terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran.

3. Hasil

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep pada materi peningggalan sejarah kabupaten dalam meningkatkan


(50)

84

hasil belajar siswa kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang menunjukkan adanya perubahan yang positif. Hal ini dapat dilihat dalam tabel dari data awal, data setelah penerapan siklus I, dan data setelah penerapan siklus II yang mengalami kenaikan. Pada data awal, siswa yang mampu melewati batas kelulusan hanya 6 orang siswa (23%), pada siklus I sebanyak 16 orang siswa (61,5%), dan pada siklus II sebanyak 23 orang siswa (88,5%).

B. Saran dan Rekomendasi

Ada beberapa saran yang perlu dikemukakan sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, saran tersebut antara lain:

1. Bagi Guru

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep dapat menjadi suatu solusi dalam melaksanakan pembelajaran IPS yang berbau sejarah seperti materi peninggalan sejarah kabupaten.

2. Bagi Siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan sikap sosial serta menambah wawasan baru.

3. Bagi Lembaga

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik baik dari segi proses maupun hasil serta dijadikan sebagai variasi dan inovasi dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Lain

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran dengan menerapkan metode seperti itu.


(51)

87

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Pengembangan Silabus dan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Pusat Kurikulum.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, O. (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hanifah, N. (2009). Model Pembelajaran di SD (KKN). Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Kasbolak, K. (1999). Penellitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPGSD.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Maulana. (2006). “Penggunaan Metafora dalam Perkuliahan Matematika”. Jurnal Pendidikan Dasar. 4, (5), 27-31.


(52)

86

Sudjana, Atep. (2009). Model Pembelajaran di SD (KKN). Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syaiful Djamarah, S. Bahri dan Zain, A. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung Remaja Rosda Karya.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.

………. [Online]. Tersedia: http://duniaanakcerdas.com/puzzle-2.html. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/books/2016165-pangeran-kornel-peristiwa-cadas-pangeran/#ixzz27YrYBPQZ. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia:

http://mamacerdas.com/wp-content/uploads/2010/10/puzzle-alfabet2.jpg. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia:

http://pondokibu.com/manfaat-bermain-puzzle-untuk-anak.html. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia: http://tiennymakrus.blog.friendster.com/2009/03/


(53)

87

………. [Online]. Tersedia: http://tiennymakrus.blog.friendster.com/2009/03/


(1)

48

semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan atau judgement terhadap masalah-masalah penelitian yang dikemukakan, sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(2)

83

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama dua siklus di SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang pada siswa kelas IV dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep dengan materi peninggalan sejarah kabupaten bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan segala keterbatasan, maka dapat diperoleh kesimpulan yang akan menjadi rekomendasi bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

A. Kesimpulan 1. Perencanaan

Karakteristik pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep yaitu kegiatan yang melibatkan siswa di dalam proses pembelajaran, dan didukung dengan adanya kegiatan yang mengasah kreatifitas siswa berdasarkan daya nalar dengan menggunakan puzzle sebagai media. Di mana siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktifitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreatifitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan.

2. Pelaksanaan

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, siswa secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama, partisipasi dalam kelompok, ketelitian dalam menyusun puzzle, dan hasil belajar sehingga dalam pembelajaran ini siswa terlihat lebih aktif dan terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran.

3. Hasil

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep pada materi peningggalan sejarah kabupaten dalam meningkatkan


(3)

84

hasil belajar siswa kelas IV SDN Rancapurut Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang menunjukkan adanya perubahan yang positif. Hal ini dapat dilihat dalam tabel dari data awal, data setelah penerapan siklus I, dan data setelah penerapan siklus II yang mengalami kenaikan. Pada data awal, siswa yang mampu melewati batas kelulusan hanya 6 orang siswa (23%), pada siklus I sebanyak 16 orang siswa (61,5%), dan pada siklus II sebanyak 23 orang siswa (88,5%).

B. Saran dan Rekomendasi

Ada beberapa saran yang perlu dikemukakan sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, saran tersebut antara lain:

1. Bagi Guru

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep dapat menjadi suatu solusi dalam melaksanakan pembelajaran IPS yang berbau sejarah seperti materi peninggalan sejarah kabupaten.

2. Bagi Siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan sikap sosial serta menambah wawasan baru.

3. Bagi Lembaga

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep, siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik baik dari segi proses maupun hasil serta dijadikan sebagai variasi dan inovasi dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Lain

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui puzzle berkonsep ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran dengan menerapkan metode seperti itu.


(4)

87

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Pengembangan Silabus dan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Pusat Kurikulum.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, O. (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hanifah, N. (2009). Model Pembelajaran di SD (KKN). Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Kasbolak, K. (1999). Penellitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPGSD.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Maulana. (2006). “Penggunaan Metafora dalam Perkuliahan Matematika”. Jurnal Pendidikan Dasar. 4, (5), 27-31.


(5)

86

Sudjana, Atep. (2009). Model Pembelajaran di SD (KKN). Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syaiful Djamarah, S. Bahri dan Zain, A. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung Remaja Rosda Karya.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.

………. [Online]. Tersedia: http://duniaanakcerdas.com/puzzle-2.html. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/books/2016165-pangeran-kornel-peristiwa-cadas-pangeran/#ixzz27YrYBPQZ. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia:

http://mamacerdas.com/wp-content/uploads/2010/10/puzzle-alfabet2.jpg. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia:

http://pondokibu.com/manfaat-bermain-puzzle-untuk-anak.html. [5 Oktober 2012].

………. [Online]. Tersedia: http://tiennymakrus.blog.friendster.com/2009/03/


(6)

………. [Online]. Tersedia: http://tiennymakrus.blog.friendster.com/2009/03/ sosiolinguistik-dalam-pengajaran-bahasa/. [5 Oktober 2012].


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 35

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 44

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERMASALAHAN SOSIAL KELAS IV SDN KEBONHUI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG.

0 4 37

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS TENTANG KOPERASI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang).

0 1 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN HINDU-BUDHA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang).

0 4 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DI KELAS IV SDN CIKOLE KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 53

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MENGARTIKAN SIMBOL-SIMBOL PADA PETA KABUPATEN SUMEDANG DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN TEGALKALONG II KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 47