PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 6

1. Perumusan Masalah... 6

2. Pemecahan Masalah... 6

C.Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitian... 10

2. Manfaat Penelitian... 10

D.Batasan Istilah... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12

B. Karakteristik Pembelajaran IPA SD…..……….. 14

C. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar……….. 15

1. Bahan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD………… 15

2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD………. 16

3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran IPA……… 16

4. Prinsip Pembelajaran IPA di SD………. 17

5. Model-model Pembelajaran IPA di SD……….. 18

D.Model Pembelajaran Siklus Belajar ……… 19

1. Pengertian Siklus Belajar………. 19

2. Manfaat dan Kelemahan Model Siklus Belajar…....……... 20

3. Fase-fase Model Pembelajaran Siklus Belajar………..…….…. 21

E. Materi Sifat-sifat Benda………..……… 23

F. Temuan Hasil yang Relevan……… 24

G. Hipotesis Tindakan……….. 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 27

1. Lokasi Penelitian………...……….. 27


(2)

D. Prosedur Penelitian………... 32

1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 32

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 33

3. Tahap Observasi………... 33

4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 33

E. Instrumen Penelitian………... 34

1.Lembar Observasi………... 34

2.Lembar Wawancara ………... 35

3.Lembar Tes………... 35

4.Catatan Lapangan……… ………... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 35

1.Teknik Pengolahan Data………... 35

2.Analisis Data………... 38

G. Validasi Data………... 39

1.Trianggulasi………... 40

2.Member check... 40

3.Audit Trail … ………... 40

4.Expert Opinion ………... 41

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 42

B. Paparan Data Tindakan………... 45

1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 55

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 45

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 46

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 51

d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 54

2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 61

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 61

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 62

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 67

d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 69

3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 73

a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 74

b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 75

c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 79

d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 81

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru…………... 83

1.Paparan Pendapat Siswa………... 83

2.Paparan Pendapat Guru………... 84


(3)

DAFTAR PUSTAKA………... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 107 RIWAYAT HIDUP………... 217


(4)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan alam (IPA) adalah pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Menurut Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) tujuan pendidikan sains dewasa ini mencakup lima dimensi, yaitu dimensi:

1. Pengetahuan dan pemahaman (scientific information

2. Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific processes) Keterampilan yang harus diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan, mengklasifikasi dan mengorganisasikan, mengkomunikasikan.

3. Imaginasi dan kreativitas menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki, menghasilkan ide/gagasan yang tidak biasa.

4. Sikap dan nilai

Mengambil keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan isu-isu lingkungan.

5. Penerapan

Mampu mengidentifikasi hubungan konsep IPA dalam penggunaannya dengan kehidupan sehari-hari; memahami prinsif-prinsif ilmiah dan teknologi.

Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan isinya. IPA merupakan mata pelajaran yang perlu diajarkan di sekolah dasar dan merupakan bagian dari kurikulum suatu sekolah. Menurut Winaputra (Tim PLPG, 2012: 133) alasanya dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni:

a. bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, banyak sekali bangsa tergantung pada bangsa itu dalam kemampuan bidang IPA.

b. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberi kesempatan berpikir kritis.


(5)

c. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan atau eksperimen yang dilakukan sendiri oleh siswa.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang berpotensi dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang di dalamnya membahas tentang gejala-gejala alam dan segala isinya yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Mariana (PPPPTK 1PA, 2009:6) menyatakan bahwa.

Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses dan produk serta aplikasinya) mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.

Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang pembelajaran IPA saat ini, menekankan pada siswa daripada gurunya. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana siswa belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif yang sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Dari pandangan ini, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian pendidikan IPA hendaknya memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi positif pada dirinya; dan membiarkan serta memupuknya agar berkembang, walaupun berbeda tetapi harmonis satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu dalam sistem pendidikan di Indonesia, kurikulum di dorong agar peserta didik dapat berpikir secara benar seperti dalam kaidah dalam hakikat. Berdasarkan Depdiknas (2006: 25) sebagai contoh tujuan pendidikan IPA di SD yang tertuang dalam kurikulum, diarahkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang


(6)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan mereka. Ini tentunya sangat ditunjang dengan berkembang dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan kepada tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa.

Untuk dapat mencapai tujuan itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar khususnya dihadapkan kepada berbagai permasalahan seperti kurangnya fasilitas, buku dan sarana prasarana lainnya serta kualitas sumberdaya manusianya, sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang maksimal. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan mereka. Ini tentunya sangat ditunjang dengan berkembang dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan dan mengkaji berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan kepada tujuan seperti itu, dapat diharapkan bahwa pendidikan IPA di SD dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa.


(7)

Berdasarkan observasi, penerapan metode atau teknik yang tidak tepat pada pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa di tengah-tengah kegiatan mulai terlihat jenuh karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung hanya menjadi pendengar saja, sehingga siswa mulai beralih pada kegiatan masing-masing seperti mengobrol dan mengganggu teman, bahkan ada siswa yang selalu bolak-balik ke depan kelas untuk sekedar mengganggu temannya, siswa yang duduk di belakang tampak kurang diperhatikan karena guru hanya berdiri di depan kelas.

Guru menjelaskan materi tersebut tidak diawali dengan apersepsi, guru tidak berusaha memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran, tidak menggunakan alat peraga dan melakukan eksperimen, metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasil tes akhir yang diperoleh sebagaian besar siswa berada di bawah nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ketika siswa yang mengemukakan pendapat, guru langsung menanggapinya, tidak memberi kesempatan pada siswa lain untuk berpendapat. Diakhir kegiatan pembelajaran diadakan tes tulis untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, setelah diperiksa ternyata banyak siswa yang mendapat nilai rendah. Hal ini dimungkinkan karena siswa belum paham mengenai materi sifat-sifat benda, sehingga ketika menemukan konteks baru, siswa belum mampu menghubungkannya dengan materi yang sudah disampaikan. Untuk lebih jelasnya hasil data awal siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2013, dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dapat dilihat pada tabel berikut.


(8)

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Sifat-sifat Benda No Nama Siswa Soal Skor Nilai Interpretasi

1 2 3 4 5 Tuntas Belum

Tuntas (2) (2) (2) (3) (3)

1. Siti Mariam 2 2 1 1 2 8 66 √

2. Adi Muhamad S 2 2 2 1 2 9 75 √

3. Dewi Wulandari 1 2 1 2 1 7 58 √

4. Diyanah Faridah 2 2 2 2 1 9 75 √

5. Eneng Isfi Latifah 2 1 1 1 1 6 50 √

6. Fitriyani Faiziyana 2 2 1 1 2 8 66 √

7. Hesti Agnia 2 2 2 2 1 9 75 √

8. Mirna Alisah 1 1 1 1 1 5 41 √

9. Nina 1 2 2 2 2 9 75 √

10. Nur Siti isah 2 2 1 2 2 9 75 √

11. Rinrin Noviyanti 2 1 2 1 2 8 66 √

12. Ratna Yulianingsih 2 1 1 2 2 8 66 √

13. Reza Sopiandi 0 1 1 1 1 4 33 √

14. Rina Nurcahyani 1 2 1 1 2 7 58 √

15. Sifa Sania Mutiara 2 2 2 2 2 10 83 √

16. Shaehan Rifki F 2 2 2 2 2 10 83 √

17. Taopik Hidayat 1 2 1 1 2 7 58 √

18. Tintin 2 1 2 1 2 8 66 √

19. Thiara Putri P 2 1 1 1 1 6 50 √

20 Vina Nurfitri 2 1 1 1 1 6 50 √

21. Alfadra Rayhan K 2 2 1 2 2 9 75 √

Jumlah 1211

Rata-rata 57.66 8 13

Persentase 39% 61%

Dari 21 orang siswa kelas IV diperoleh data hasil tes akhir adalah yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak delapan orang siswa (39%) dan yang di bawah nilai 70 sebanyak 13 orang siswa (61%). Dari hasil analisis proses dan hasil belajar siswa di atas, maka dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menetukan target aspek aktivitas siswa yaitu 87%, Kinerja Guru 90% dan ketuntasan siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70) adalah 18 orang atau 90%.

Setelah mengalisis faktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran tentang sifat-sifat benda, maka diperlukan suatu model belajar yang tepat untuk


(9)

mengatasinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan, baik dari aspek kinerja guru maupun aktivitas siswa, sehingga hasil belajar siswa akan mengalami perubahan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), karena pandangan tentang model belajar tersebut bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan secara berkelompok akan lebih bermakna, karena dalam hal ini permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan secara bersama-sama.

Atas dasar itu penulis menerapkan model siklus belajar (learning cycle), menurut Sujana (2009: 108) model siklus belajar (learning cycle), “Adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya situasi

konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan fase penerapan konsep. Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh teori para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul Penerapan Model Siklus Belajar (learning cycle) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi tentang Sifat-sifat Benda di Kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA dengan materi sifat-sifat benda di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan, Kabuapten Sumedang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian adalah sebagai berikut:


(10)

1. Bagaimana perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa setelah menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda di kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka harus dikembangkan model pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan. Dalam penelitian ini, permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda. Dengan demikian maka peneliti mengambil langkah dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). Pengertian model siklus belajar (learning cycle), menurut Sujana (2009: 108) adalah “Sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian,

perlu diupayakan terjadinya situasi konflik pada sruktur kognitif siswa”. Model

siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase klarifikasi, dan fase aplikasi.

Fajaroh (2003: 1) menjelaskan bahwa “Siklus belajar (learning cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

Alasan diterapkannya model siklus belajar (learning cycle) dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa tentang sifat-sifat benda antara lain


(11)

1. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mengakses pengalaman tentang sifat-sifat benda dengan pengetahuan awal yang akan didapatnya. 2. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan mempunyai kesempatan

untuk melakukan kegiatan dalam menemukan konsep tentang sifat-sifat benda yang mereka miliki.

3. Dengan diterapkannya model siklus belajar siswa akan melatih mendemonstrasikan tentang sifat-sifat benda dan keterampilan-keterampilan sains yang membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam.

Dengan model ini siswa lebih memahami suatu pembelajaran jika siswa sendiri yang melakukan dan menemukan sendiri tentang suatu konsep. Dengan begitu siswa pun akan merasakan kebermaknaan dari pembelajaran tersebut. Model siklus belajar (learning cycle), mengarahkan siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siklus belajar yang digunakan dalam rencana pembelajaran terdapat lima langkah, yaitu Engagement, Eksplorasi, Penjelasan, Elaborasi dan Evaluasi. Setiap siklus, benar-benar ada proses akhir. Setelah berakhir elaborasi, keterlibatan siklus belajar berikutnya dimulai. Evaluasi bukan langkah terakhir. Evaluasi terjadi dalam semua empat bagian dari siklus belajar.

Gambar 1.1. Fase-fase Siklus Belajar Sumber Bybee (Fajaroh, 2005: 25)


(12)

Deskripsi dari setiap fase menurut Bybee (Fajaroh, 2003: 18) fase-fase dalam model siklus belajar (learning cycle) adalah sebagai berikut.

a. Engagement (Persiapan). b. Exploration (eksplorasi) c. Explanation (penjelasan) d. Elaboration (elaborasi) e. Evaluation (evaluasi)

Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, yaitu siswa melakukan percobaan sederhana di bawah bimbingan guru yang diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan memberikan pengalaman fisik dan interaksi sosial dengan teman dan guru, kemudian siswa mengatasi permasalahan yang muncul sehingga mereka dapat memecahkan masalahnya sendiri dengan konsep awal yang mereka miliki sebelumya. Adapun alasan dan manfaat diterapkannya model siklus belajar adalah:

1. Model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep. 2. Model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran

yang menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa kesinambungan terhadap konsep-konsep yang menjembatani disiplin IPA dan teknologi.

3. Model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep.

4. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan teman-temannya.

5. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan menguji serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka.

6. Model siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan. Mereka memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk mengembangkan konsep tersebut lebih lanjut.


(13)

Dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model siklus belajar, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, yang dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang beragam seperti mendengar, melihat, mencium, meraba, merasakan dan mengolah ide serta kegiatan lainnya. Semua aktivitas tersebut dapat dikembangkan melalui penggunaan lembar kerja siswa (LKS).

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

2. Mengetahui pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya dan khususnya:

1) Bagi siswa, menumbuhkan perhatian, keaktifan, kerjasama, pengalaman belajar yang lebih bermakna, mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir siswa dalam menemukan dan membangun sendiri konsep yang dipelajarinya.


(14)

2) Bagi guru, meningkatkan keterampilan dalam mengelola perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dan meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan

3) Bagi Sekolah, memberikan masukan positif terhadap proses peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah satu stimulus motivasi bagi kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di sekolah.

D.Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang dalam merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Indrawati, 2008: 28). 2. Siklus Belajar (learning cycle), adalah suatu model pembelajaran yang

berpusat pada pebelajar (student centered) yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh, 2003).

3. Sifat-sifat Benda adalah segala sesuatu yang menjadi ciri benda tersebut agar mudah di identifikasi (Kemala, 2006)

4. Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Indrawati, 2008: 40).


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian, penulis mempertimbangkan objek penelitian itu sendiri dan mempertimbangan efektivitas serta efisiensi dalam akomodasi pencarian data. Oleh karena itu lokasi penelitian tindakan ini dilakukan di SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan yang di pimpin oleh Bapak Asep Udin, S.Pd. Peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di lingkungan tempat bekerja, sehingga mempermudah berkolaborasi dengan teman sejawat. Selain itu, peneliti memilih lokasi tersebut karena hal-hal dibawah ini.

Pertama, karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas IV khususnya bidang studi IPA tentang sifat-sifat benda.

Kedua, peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di SD Negeri Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakter siswa termasuk pembelajaran berlangsung.

Ketiga, meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya.

Letak sekolah beralamat di Dusun Sabagi, Desa Ciherang Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Secara geografis letak bangunan sekolah ini sangat strategis. Karena terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat, dan letaknya yang dekat dengan pegunungan sekolah bernuansa sejuk dan asri.

2. Waktu Penelitian

Lamanya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini selama enam bulan, terhitung mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.


(16)

A.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang penulis teliti ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sabagi tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 21 terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan lima orang siswa laki-laki. Alasannya antara lain sebagai berikut.

1. Peneliti memahami betul latar belakang dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa, kelas IV dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda.

2. Ingin meningkatkan pemahaman siswa kelas IV dalam pembelajaran tentang sifat-sifat benda.

3. Motivasi belajar siswa sangat rendah karena pada saat proses pembelajaran, guru tidak menggunakan media, sehingga siswa merasa jenuh dan cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Untuk lebih jelasnya berikut merupakan daftar jumlah siswa kelas IV SDN Sabagi yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SDN Sabagi

No Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 Siti Mariam √

2 Adi M Shodik √

3 Dewi Wulandari √

4 Diyanah Faridah √

5 Eneng Lisfi Latifah √

6 Fitriyani F √

7 Hesti Agnia √

8 Mirna Alisah √

9 Nina √

10 Nur Siti isah √

11 Rinrin Noviyanti √

12 Ratna Y √

13 Reza Sopiandi √

14 Rina Nurcahyani √

15 Sifa Sania Mutiara √

16 Shaehan Rifki F √

17 Taopik Hidayat √

18 Tintin √

19 Thiara Putri Fadya √

20 Vina Nurfitri √

21 Alfadra Reyhan √


(17)

B.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian diawali oleh suatu kajian terhadap problema tersebut secara sistematis. Dalam proses pelaksanaannya, dari rencana yang disusun dilakukan observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada suatu tahapan pelaksanaan. Penelitian tindakan kelas pertama kali dikenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Adapun pengertian dari PTK menurut Carr dan Kemmis (Wibawa, 2003: 7) adalah sebagai berikut

Suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekola) dalam situasi-situasi sosial (termasuk Pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) pratik-pratik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai pratik-pratik ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tenpat pratik-pratik tersebut dilaksanakan.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

Metode yang digunakan dalam pengolahan data dipenelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sejalan pendapat Bogdan & Taylor (Moleong, 2007: 3) mendefinisikan bahwa, “Metodologi kualitatif prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sementara itu Kirk dan Miller (Moleong, 2007: 3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah ”Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.”


(18)

Selain itu, pendekatan kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat membedakan dari pendekatan lain, sehingga pendekatan kualitatif dapat dijadikan pendekatan untuk mengolah data sesuai dengan karakteristik. Menurut pendapat Moleong (2007: 4-8) karakteristik pendekatan kualitatif adalah.

Latar ilmiah, manusia sebagai instrumen, metode kualitatif, analisis secara induktif, teori dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, ada batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan kata, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa manusia sebagai instrumen, dalam hal ini yang dijadikan subjek baik observer, peneliti dan subjek, yang memungkinkan terciptanya sebuah penelitian, yang didasari oleh hasil penelitian yang dibahas secara bersama-sama baik oleh peneliti maupun observer yang menghasilkan dugaan sementara sebagai bahan acuan berhasilnya atau tidaknya suatu penelitian, dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

2. Desain Penelitian

Pelaksanaan tindakan melalui model ini didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat-sifat benda. Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui data-data yang ada di lapangan serta untuk mengetahui informasi tentang proses dan perubahan pemahaman siswa tentang sifat-sifat benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). Observasi tidak hanya dilakukan pada satu objek, melainkan berbagai objek

Rancangan penelitian yang digunakan mengacu kepada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 155) yaitu model spiral yang dimulai dengan: 1) perencanaan (planning), 2) aksi/tindakan (acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya, rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada gambar berikut:


(19)

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (Kemmis & Mc,Taggart dalam Kasbolah, 1999: 66)

Kasbolah (1999: 71-73) menjelaskan bahwa di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut meliputi: (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

1) Perencanaan

Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.

2) Perlakuan Tindakan

Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. 3) Pengamatan atau observasi

Hasil-hasil jawaban atau kegiatan siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.

4) Refleksi

Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Rencana awal Refleksi

Tindakan/

Observasi Rencana yg direvisi

Refleksi Tindakan/ Observasi

Rencana yg direvisi Refleksi

Tindakan/ Obeservasi


(20)

Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang (replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang tersebut, satu siklus diikuti dengan siklus berikutnya sehingga PTK dapat dilakukan dengan beberapa siklus.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahapan Perencanaan Tindakan

Dalam tahap ini perencanaan tindakan sesuai dengan rancangan penelitian yang dikemukakan sebelumnya. Perencanaan siklus disesuaikan dengan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran menggunakan prosedur pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda menerapakan model siklus belajar (learning cycle). Indikator keberhasilan yang akan dicapai adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan sifat-sifat benda.

b. Melakukan observasi pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), yang dilakukan oleh peneliti dan praktikan. Sasaran observasi adalah keefektifan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV.

c. Mengadakan penilaian terhadap hasil pembelajaran, dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan lembar observasi

d. Peneliti dan praktikan mengadakan diskusi (sharing) mengenai hasil pembelajaran berdasarkan hasil observasi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selajutnya. Pada refleksi siklus I, peneliti menentukan rancangan pembelajaran dengan menggunakan model yang sama untuk memperbaiki dan menyusun tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II.


(21)

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, kegiatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Sabagi. Peneliti bersama-sama dengan guru kelas tersebut melaksanakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan model siklus belajar (learning cycle). Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada siklus pertama, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Tahapan Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Peneliti mengadakan observasi selama pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar. Dalam observasi ini peneliti menggunakan instrumen pengumpul data yang telah ditentukan.

4. Tahapan Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi merupakan tahap kegiatan untuk menganalisis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap suatu informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan. Menurut Kasbolah, (1999: 70) “Informasi yang berhasil didokumentasikan, selanjutnya perlu diurai, diuji dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya”. Informasi ini kemudian dikaitkan dengan teori terkait atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah dianalisis, disintesisi, kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah kesimpulan.

Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan terkoordianasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan praktikan sehingga semua yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya. Pada akhirnya, kegiatan analisis dan refleksi dari setiap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam setiap siklus, dapat mendorong terjadinya upaya perbaikan pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dari kegiatan analisis dan refleksi adalah sebagai berikut.

a. Analisis, sintesis dan interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.


(22)

b. Melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.

c. Memperbaiki proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara berkelanjutan.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2005: 64) adalah ”dasar semua ilmu pengetahuan berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Lembar pengamatan digunakan sebagai panduan dan berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung, lembar pengamatan berbentuk format yang sudah diisi oleh pernyataan-pernyataan yang ada kaitannya dengan hal-hal yang akan diteliti dan selanjutnya pengisian lembar pengamatan tersebut cukup dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang sudah tersedia tentang aspek yang diamati. Kegiatan ini dilakukan melalui pengamatan, merekam dan mendokumentasikan kondisi kegiatan proses pembelajaran, sikap dan interaksi siswa dalam keaktifan pembelajaran. Check list merupakan alat observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu.

2.Catatan Lapangan

Menurut Wiriaatmadja (2005: 125), catatan lapangan “memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah dan nuansa lainnya yang merupakan kekuatan tersendiri dari penelitian yang beriklim kualitatif secara mendasar.”

Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru dan hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Catatan lapangan juga merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus-kasus yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan serta untuk melukiskan suatu proses pelaksanan tindakan, yaitu catatan yang berisikan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan


(23)

digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar dan diamati yang selanjutnya digunakan untuk menentukan hasil analisis.

3. Pedoman Wawancara

Pengertian wawancara menurut Wiriaatmadja (2005: 117) adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber yang diinginkan. Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh data yang hanya dapat diungkap secara lisan”.

Lembar wawancara adalah lembar yang digunakan untuk wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan wawancara peneliti akan mendapatkan data yang lebih luas dan dapat memunculkan pendapat baru mengenai bidang yang diteliti.

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan analisis statistik. Menurut Sugiono (2005: 99), “Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran”. Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes individual, yaitu tes yang dilakukan kepada siswa secara perorangan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda menerapakan model siklus belajar. Adapun jenis lembar tes hasil belajar tersebut di atas adalah berupa butir soal yang harus diselesaikan oleh siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

F.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Teknik Pengolahan Data Proses

Pengolahan data dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi dari setiap tindakan pada setiap siklusnya. Proses ini merupakan penentu baik atau tidaknya proses PTK. Data yang akan dikumpulkan dari tindakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil


(24)

evaluasi setelah selesai pembelajaran dan dari hasil kerja kelompok selama proses pembelajaran, sedangkan data yang bersifat kualitatif, diperoleh dari hasil respon anak didik berupa wawancara dan catatan lapangan. Sebelum data dianalisis, peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan tiga kategori, yaitu: siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah. Pengelompokkan ini didasarkan pada ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pertimbangan hasil raport siswa.

Setelah dianalisis, hasil pengolahan data dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, misalnya perubahan kinerja guru, aktivitas siswa atau perubahan situasi di kelas. Berikut penjelasan mengenai observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta tes hasil belajar.

Teknik yang digunakan untuk pengolahan data proses (kinerja guru dan aktivitas siswa) yaitu dengan memberikan penilaian terhadap aspek ketepatan konsep, aspek kerjasama dan tanggung-jawab. Masing-masing aspek mempunyai skala nilai 3-2-1-0. Siswa mendapat nilai 3 apabila semua indikator dilaksanakan, siswa mendapat nilai 2 apabila hanya 2 indikator yang dilaksanakan, siswa mendapat skor 1 apabila hanya indikator yang dilaksanakan, sedangkan siswa mendapat skor 0 apabila tidak ada indikator yang dilaksanakan.

1. Pengolahan data observasi

Data observasi diolah berdasarkan hasil aktivitas siswa dan kinerja guru ketika berlangsungnya proses pembelajaran sifat-sifat benda setiap siklusnya.

2. Pengolahan data wawancara

Hasil wawancara diolah berdasarkan wawancara peneliti dengan praktisi dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang materi sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

Secara rinci proses pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan pengumpulan, kemuadian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu bersifat kualitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari hasil respon siswa melalui observasi dan wawancara. Pelaksanaan observasi


(25)

menggunakan alat berupa lembar wawancara dan catatan lapangan. Adapun rentang nilai data proses yang digunakan dalam peneliti adalah sebagai berikut. Rentang Nilai

B (Baik) = Skor 7-9 C (Cukup) = Skor 4-6 K (Kurang) = Skor 0-3

b. Pengolahan data tes hasil belajar

Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan melalui hasil tes tentang materi sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), secara individu. Pengolahannya adalah tiap nomor penilaian tersebut diberi skor yang berbeda tergantung kedalaman materinya. Selanjutnya untuk mendapat nilai, tiap skor yang diperoleh, dibagi skor ideal dan dikali 100. 1) Pengolahan data tes hasil belajar

Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar), kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang). Untuk membedakan tingkat penguasaan materi di tiap siswa, maka dilakukan pengelompokan dengan ketentuan sebagai berikut.

Nilai 80- 100 = kelompok atas Nilai 60 – 79 = kelompok sedang Nilai 0- 59 = kelompok bawah.

2) Pengolahan data hasil berdasarkan KKM Jumlah Soal = 5

Soal nomor 1, 2 dan 4 diberi skor 3 Soal nomor 3 diberi skor 2

Soal nomor 5 diberi skor 4 Jumlah Skor = 15

Skor Ideal = 15

Nilai Akhir : Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal

Persentase = Jumlah Nilai x 100 Jumlah Siswa


(26)

Contoh : Skor yang diperoleh Aji = 10 Skor idealnya adalah 15 Jadi nilainya= 10 x 100 = 67 15

Batas ketuntasan berdasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) KKM Mata Pelajaran IPA: 70

Target ketuntasan = 86% anak didik telah memperoleh nilai 70 atau lebih. Itu dapat diartikan jika nilai siswa berada di atas atau sama dengan KKM maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas dan jika nilai siswa berada di bawah < KKM maka dapat dikatakan belum tuntas. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila siswa yang tuntas sudah mencapai 86% (Mastery Learning) dari jumlah siswa keseluruhan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2005: 88), kesimpulan atau teori adalah:

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif secara kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya, bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan. Analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian, yaitu pada waktu dilakukan pencatatan lapangan melalui observasi akivitas anak didik serta kinerja guru dalam pembelajaran. Seorang peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi.


(27)

G. Validasi Data

Validasi menurut Sugiyono (2005: 117), “merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek peneliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.” Menurut Sugiyono (2005: 127-129), validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, dapat dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

b. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan adalah untuk mengetahui data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Sedangkan pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 170) dalam penelitian tindakan kelas juga digunakan validasi data dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.

b. Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Dalam hal ini peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.

Semua validasi tersebut digunakan dalam penelitian ini, karena hal tersebut akan lebih memperjelas dari hasil penelitian. Adapun validasi tersebut adalah: 1. Triangulasi

Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, kontruksi, atau analisis dengan membandingkan hasil orang lain, misal mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Peneliti memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif tentang aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Selain itu wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN Sabagi dengan menerapkan model siklus belajar.


(28)

Sebagai contoh dalam kegiatan siklus I, masih banyak siswa yang belum melakukan pengamatan tentang hasil diskusi tentang sifat-sifat benda dengan serius, maka selaku peneliti mengadakan perbandingan dengan mitra peneliti untuk membandingkan permasalahan yang dialami oleh siswa.

2. Member check

Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber. Member check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, pendapat dari guru praktisi atau siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menerapkan model siklus belajar.

Sebagai contoh permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I, dicek kebenarannya dengan guru praktisi atau wawancara dengan siswa baik keuntungannya maupun kekurangannya untuk memperoleh kebenaran data yang jelas dan benar adanya.

3. Audit trail

Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Dalam kegiatannya peneliti, meminta bantuan kepada rekan sejawat atau mitra peneliti untuk memeriksa kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang dilakukan untuk menarik kesimpulan atau memeriksa catatan-catatan untuk kegiatan selanjutnya, dilaksanakan ketika pelaksanakaan pembelajaran sudah selesai. Peneliti mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpul data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing dan teman-teman mahasiswa.

Sebagai contoh permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan siklus I, diperiksa dan dikonsultasikan dengan rekan-rekan peneliti, rekan guru atau pengamat mitra peneliti lainnya dalam hal ini adalah kepala sekolah.

4. Expert Opinion

Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Contohnya, peneliti melakukan expert opinion terhadap


(29)

dosen yang berkepentingan serta kepada dosen pembimbing, sebagai tenaga profesional yang membantu proses penelitian. Peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama penelitian, dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang diperoleh.

Sebagai contoh hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I, selain dikonsultasikan dengan rekan sejawat dan mitra penelitian, peneliti juga mengkonsultasikan permasalahan tersebut kepada dosen pembimbing dan dosen mata kuliah IPA mengenai data-data yang dipeoleh pada waktu pembelajaran, baik itu data proses maupun data hasil belajar siswa tentang pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) sehingga validasi data temuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Semua tahapan validasi data pada penelitian ini dilakukan secara berurutan dari siklus I sampai dengan siklus III sehingga data yang terkumpul betul-betul bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dari keempat teknik tersebut, maka peneliti menggunakan semua teknik tersebut, agar mendapatkan data yang akurat dan benar dalam proses pembelajaran tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) pada siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai kemampuan siswa tentang mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil temuan selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan.

1. Kinerja Guru

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) menunjukkan hasil yang meningkat, hal ini dibuktikan dengan prilaku siswa yang awal pelajaran perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspek menyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasi Adapun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari target yang ditetapkan yaitu 90%.

Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi. Proses kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu pelaksanaan pembelajaran yang asalnya jarang menggunakan media, setelah


(31)

mengadakan penelitian ada perubahan mengguanakan media yang sesuai, begitu pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan, terbukti pada waktu pelaksanaan dalam inti pembelajaran yang terdiri dari fase persiapan, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase elaborasi dan evaluasi, pada siklus I, baru mencapai persentse 60.5%. Pada siklus II mencapai 89.16%, dan siklus III 100%, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan.

Sedangkan kinerja guru dalam aspek evaluasi atau kegiatan akhir pelajaran yang terdiri dari tiga indikator, pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari 90% target yang ditetapkan. Secara keseluruhan aspek kinerja guru mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I, mencapai persentse 63% dengan interpretasi cukup dari 90% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 89% dengan interpretasi baik, dan siklus III mencapai 100%, dengan interpretasi baik, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dalam hal ini guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun penilaian hasil belajar.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I aktivitas siswa dengan kategori baik hanya mencapai 7 orang


(32)

(33%), sedangkan kategori cukup mencapai 9 orang (43%), kategori kurang sebanyak 5 orang (24%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 13 orang (62%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 8 orang (38%) yang mencapai kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 19 orang (90%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (10%) yang mencapai kategori cukup, sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman kelompoknya., peningkatanpun terjadi dalam aktivitas siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau berkomunikasi dengan teman kelompoknya, begitu pula dalam kerjasama siswa dalam melakukan demonstrasi untuk membuktikan sifat-sifat benda, menimbulkan keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi

3. Hasil Belajar

Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 13 orang atau 62% sedangkan yang belum tuntas terdiri dari 8 orang atau 38%, dengan rata-rata kelas mencapai 64.80. Pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 17 orang atau 81% sedangkan yang belum tuntas terdiri dari 4 orang atau 19%, dengan rata-rata kelas mencapai 81.95. Pada siklus III siswa yang tuntas mencapai 20 orang atau 95% sedangkan yang tidak tuntas terdiri dari 1 orang atau 5%, dengan rata-rata kelas mencapai 92.95 dari target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70. Sehingga nampak adanya suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Dapat disimpulkan bahwa siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda.


(33)

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat-sifat benda, di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sabagi, adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru SD

a. Hendaknya menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda dengan menerapkan siklus belajar (learning cycle). c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan

kemampuan siswa. 2. Bagi siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan tentang sifat-sifat benda dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban. 3. Bagi sekolah

a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung pembelajaran.

b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat masing-masing siswa.

c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat.

4. Bagi Peneliti

a. Model siklus belajar (learning cycle),digunakan untuk materi lain yang sesuai dengan materi tentang sifat-sifat benda.

b. Dicoba digunakan media lain yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda. Misalnya menggunakan model kooperatif teknik jigsaw dalam membuktikan tentang sifat-sifat benda.


(34)

5. Bagi Lembaga

a. Seyogyanya lembaga UPI memfasilitasi para mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian.

b. Sebaiknya pihak lembaga menyediakan sumber-sumber yang mendukung terhadap pelaksanaan penelitian


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP

Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II Smu Negeri 1 Tumpang – Malang

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta; PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Kemala, dk (2006). Jelajah IPA Untuk Kelas Empat SD. Jakarta; Yudhistira Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKNN) Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”. dalam Bahan Ajar

Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


(1)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai kemampuan siswa tentang mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), di kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil temuan selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan.

1. Kinerja Guru

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) menunjukkan hasil yang meningkat, hal ini dibuktikan dengan prilaku siswa yang awal pelajaran perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspek menyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasi Adapun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari target yang ditetapkan yaitu 90%.

Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi. Proses kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu pelaksanaan pembelajaran yang asalnya jarang menggunakan media, setelah


(2)

102

mengadakan penelitian ada perubahan mengguanakan media yang sesuai, begitu pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan, terbukti pada waktu pelaksanaan dalam inti pembelajaran yang terdiri dari fase persiapan, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase elaborasi dan evaluasi, pada siklus I, baru mencapai persentse 60.5%. Pada siklus II mencapai 89.16%, dan siklus III 100%, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan.

Sedangkan kinerja guru dalam aspek evaluasi atau kegiatan akhir pelajaran yang terdiri dari tiga indikator, pada siklus I mencapai 55%, siklus II mencapai 88% dan siklus III mencapai 100% dari 90% target yang ditetapkan. Secara keseluruhan aspek kinerja guru mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I, mencapai persentse 63% dengan interpretasi cukup dari 90% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 89% dengan interpretasi baik, dan siklus III mencapai 100%, dengan interpretasi baik, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dalam hal ini guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun penilaian hasil belajar.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I aktivitas siswa dengan kategori baik hanya mencapai 7 orang


(3)

103

(33%), sedangkan kategori cukup mencapai 9 orang (43%), kategori kurang sebanyak 5 orang (24%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 13 orang (62%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 8 orang (38%) yang mencapai kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 19 orang (90%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (10%) yang mencapai kategori cukup, sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman kelompoknya., peningkatanpun terjadi dalam aktivitas siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau berkomunikasi dengan teman kelompoknya, begitu pula dalam kerjasama siswa dalam melakukan demonstrasi untuk membuktikan sifat-sifat benda, menimbulkan keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi

3. Hasil Belajar

Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 13 orang atau 62% sedangkan yang belum tuntas terdiri dari 8 orang atau 38%, dengan rata-rata kelas mencapai 64.80. Pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 17 orang atau 81% sedangkan yang belum tuntas terdiri dari 4 orang atau 19%, dengan rata-rata kelas mencapai 81.95. Pada siklus III siswa yang tuntas mencapai 20 orang atau 95% sedangkan yang tidak tuntas terdiri dari 1 orang atau 5%, dengan rata-rata kelas mencapai 92.95 dari target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70. Sehingga nampak adanya suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda pada siswa kelas IV SDN Sabagi Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Dapat disimpulkan bahwa siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda.


(4)

104

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat-sifat benda, di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sabagi, adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru SD

a. Hendaknya menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat benda dengan menerapkan siklus belajar (learning cycle). c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan

kemampuan siswa. 2. Bagi siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan tentang sifat-sifat benda dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban. 3. Bagi sekolah

a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung pembelajaran.

b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat masing-masing siswa.

c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat.

4. Bagi Peneliti

a. Model siklus belajar (learning cycle),digunakan untuk materi lain yang sesuai dengan materi tentang sifat-sifat benda.

b. Dicoba digunakan media lain yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda. Misalnya menggunakan model kooperatif teknik jigsaw dalam membuktikan tentang sifat-sifat benda.


(5)

105

5. Bagi Lembaga

a. Seyogyanya lembaga UPI memfasilitasi para mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian.

b. Sebaiknya pihak lembaga menyediakan sumber-sumber yang mendukung terhadap pelaksanaan penelitian


(6)

106

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / Model Silabus Kelas IV. Jakarta: BSNP

Fajaroh, F., Dasna, I.W. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II Smu Negeri 1 Tumpang – Malang

Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta; PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Kemala, dk (2006). Jelajah IPA Untuk Kelas Empat SD. Jakarta; Yudhistira Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Sujana. (2009) “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKNN) Winataputra, (2012) “Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA”. dalam Bahan Ajar

Ilmu Pengetahuan SD/MI). Bandung: Tim PLPG Rayon 110 Universitas Pendidikan Indonesia

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT BENDA CAIR DI KELAS IV SDN I ASTANA KECAMATAN GUNUNG JATI KABUPATEN CIREBON.

0 1 43

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 3 40

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 44

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DI KELAS IV SDN CIKOLE KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 53

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 0 29

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 1 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 53

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DAN MOTIVASI BELAJAR MELAUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN PALASARI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG

0 0 11