PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN

KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

Oleh

POPONG SRI WARTINI 1008748

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT

BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG

Oleh Popong Sri Wartini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Popong Sri Wartini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

POPONG SRI WARTINI

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN

KABUPATEN SUMEDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. NURDINAH HANIFAH, M.Pd NIP: 197403152006042001

Pembimbing II

H. ATEP SUJANA, M.Pd NIP: 197212262006041001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas

RIANA IRAWATI, M.Si NIP: 198011252005012002


(4)

DAFTAR ISI Halaman

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

A.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 5

1. Perumusan Masalah... 5

2. Pemecahan Masalah... 6

B.Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitian... 10

2. Manfaat Penelitian... 10

D.Batasan Istilah... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12

B. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar……….. 14

1. Belajar………. 14

2. Mengajar………..………... 14

3. Bahan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD…………. 15

4. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar…………..……… 16

5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar…….……… 16

6. Nilai-nilai Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam………. 17

7. Pendekatan-pendekatan Ilmu Pengetahuan Alam di SD……… 18

C. Teori Belajar yang Mendukung Model Siklus Belajar…….……... 19

D.Model Pembelajaran Model Siklus Belajar……… 21

1. Pengertian Model Siklus Belajar…...………. 21

2. Manfaat dan Kelemahan Model Siklus Belajar…... 22

3. Fase-fase Model Siklus Belajar………..…...……. 23

E.Materi Perubahan Sifat-sifat Benda……… 25

F. Temuan Hasil yang Relevan……… 27


(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 29

1. Lokasi Penelitian………...……….. 29

2. Waktu Penelitian………... 31

B. Subjek Penelitian………... 31

C. Metode dan Desain Penelitian………... 32

1. Metode Penelitian ………... 32

2. Desain Penelitian………... 34

D. Prosedur Penelitian………... 36

1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 37

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 37

3. Tahap Observasi………... 38

4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 39

E. Instrumen Penelitian………... 39

1.Lembar Observasi………... 39

2.Lembar Wawancara ………... 40

3.Lembar Tes………... 40

4.Catatan Lapangan……… ………... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 41

1.Teknik Pengolahan Data………... 41

2.Analisis Data………... 42

G. Validasi Data………... 43

1.Triangulasi………... 44

2.Member check... 44

3.Audit Trail … ………... 44

4.Expert Opinion ………... 44

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 45

B.Paparan Data Tindakan………... 47

1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 47

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 47

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 48

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 57

d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 59

2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 66

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 66

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 66

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 76

d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 77

3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 82

a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 82

b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 82

c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 91

d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 93


(6)

1.Paparan Pendapat Siswa………... 97

2.Paparan Pendapat Guru………... 97

D. Pembahasan………... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ……… 108

B. Saran /Rekomendasi……….. 111

DAFTAR PUSTAKA………... 113

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 114


(7)

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel

1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa...………... 4

3.1 Nama-nama Guru SDN Babakan………. 30

3.2 Daftar Jumlah Siswa SDN Babakan ..………. 31

3.3 Daftar Jumlah Siswa Kelas III SDN Babakan ..……….. 32

4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa...………... 46

4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus I……... 47

4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus I... 54

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……… 56

4.5 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I………... 58

4.6 Analisis dan Refleksi Siklus I……….. 59

4.7 Rangkuman Hasil Siklus I...………... 65

4.8 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus II…….. 66

4.9 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus II…... 73

4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 74

4.11 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II……… 76

4.12 Analisis dan Refleksi Siklus II……...……….. 77

4.13 Rangkuman Hasil Siklus II...…….……… 81

4.14 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus III... 82

4.15 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus III…….. 88

4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III... 90

4.17 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III………... 92

4.18 Analisis dan Refleksi Siklus III.……….. 93

4.19 Rangkuman Hasil Siklus III...………... 96

4.20 Perbandingan Aktivitas Siswa Tiap Siklus……….. 104


(8)

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar

1.1 Bagan Siklus Belajar Jenis Spiral………... 7

2.2 Skema Perubahan Wujud Benda…………..……... 26

3.1 Denah Sekolah SDN Babakan………... 30


(9)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik

4.1 Peningkatan Hasil Perencanaan.………... 100

4.2 Peningkatan Hasil Observasi Kinerja Guru………... 102

4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ….…... 105


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1 RPP Siklus I………... 114

2 RPP Siklus II………... 123

3 RPP Siklus III………... 131

4 Format Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan..…... 139

5 Format Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan…... 140

6 Format Observasi Aktivitas Siswa………. 143

7 Format Pedoman Wawancara Guru ………... 145

8 Format Pedoman wawancara Siswa...………... 146

9 Format Penilaian………..………... 147

10 Format Catatan Lapangan ………. 148

11 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus I……. 149

12 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus II…… 150

13 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus III…... 151

14 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus I…... 152

15 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus II... 153

16 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus III …. 154 17 Deskriptor Penilaian Kinerja Guru……….………... 155

18 Hasil Observasi Aktivitas Siklus I………... 157

19 Hasil Observasi Aktivitas Siklus II..………. 158

20 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III....…………... 159

21 Deskriptor Aktivitas Siswa………. 160

22 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ………... 161

23 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ………... 162

24 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III…..………... 163

25 Hasil Kelompok Siswa………... 164

26 Hasil Tes Individu Siswa……… 174


(11)

28 Hasil Wawancara Siswa………. 186

29 Hasil Catatan Lapangan………. 189

30 Surat Keterangan Pembimbing……….. 192

31 Surat Izin Penelitian………... 193

32 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ………... 194

33 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ………... 195


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS). Meskipun demikian penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang diIndonesiakan menjadi sains. Tetapi ingat ketika dunia international mengatakan science maka yang dimaksud ilmu pengetahuan alam, beda dengan di Indonesia, masih ada saja orang yang mengartikan sains sebagai ilmu pengetahuan secara umum.

Pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan isinya (Somatowa, 2006:2). Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Keterampilan yang digunakan dalam pembelajaran IPA didasarkan pada serangkaian langkah-langkah kegiatan yang biasanya ditempuh oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menuju pengetahuan yang dapat berupa prinsip atau konsep. Sebagaimana diungkapkan oleh Mariana (2009: 14)

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis dan sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan.

Definisi tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang tercantumdalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depdiknas (2006: 45), IPA disekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.


(13)

2

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi; antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan gejala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, makapembelajaran IPA harus dikemas agar menyenangkan, menarik, mampu mengembangkan keterampilan proses dan bersikap ilmiah.. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. khususnya untuk IPA SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atau fenomena alam berdasarkan bukti serta tanggungjawab berdasarkan cara berpikir ilmiah.Pembelajaran IPA di SD menurut Piaget (Tim PLPG, 2012: 46)harus sesuai dengan perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD berkisar antara 7 tahun sampai dengan 11 tahun, penjelasan tentang perkembangan anak usia SD sebagai berikut:

Perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam katagori operasional konkrit. Pada usia operasional konkrit dicirikan dengan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan intelektualnya.

Oleh karena itu pembelajaran IPA supaya selaras dengan tujuan dalam KTSP dan perkembangan intelektual siswa harus memperhatikan pemanfaatan model, metode dan strategi pembelajaran. Pada pelajaran IPA dalam pokok bahasan mengenai materi perubahan sifat benda, yang peneliti observasi dilakukan pada


(14)

3

tanggal 17 Juni 2013, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Kinerja Guru

Dalam membahas materi IPA tidak adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas, target keberhasilan pengajaran IPA yang diterapkan, guru cenderung lebih mengarah pada siswa mengerjakan soal-soal tes semata, akibatnya pemahaman konsep siswa rendah, guru menerangkan materi menggunakan metode ceramah saja.

Proses pembelajaran IPA di kelas III pada pembelajaran perubahan sifat benda lebih menekankan kepada pembelajaran IPA sebagai produk. Hal ini disebabkan guru tidak menguasai metode, teknik atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang terdapat dalam mata pelajaran IPA, sementara IPA lebih menuntut pengamatan dan pembuktian untuk dipahami, serta memperoleh pengalaman dalam rangka membuktikan suatu teori maupun konsep. Artinya pembelajaran IPA harus dilakukan oleh guru melalui proses pembuktian secara alamiah.

2. Aktivitas Siswa

Berdasarkan observasi, penerapan metode atau teknik yang tidak tepat pada pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa ditengah-tengah kegiatan pembelajaran, siswa mulai terlihat jenuh karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung hanya menjadi pendengar saja, sehingga siswa mulai beralih pada kegiatan masing-masing seperti mengobrol dan mengganggu teman, bahkan ada siswa yang selalu bolak-balik ke depan kelas untuk sekedar mengganggu temannya, siswa yang duduk di belakang tampak kurang diperhatikan karena guru hanya berdiri di depan kelas.

Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ketika siswa yang mengemukakan pendapat, guru langsung menanggapinya, tidak memberi kesempatan pada siswa lain untuk berpendapat. Diakhir kegiatan pembelajaran diadakan tes tulis untuk mengetahuis sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, setelah diperiksa ternyata banyak siswa yang mendapat nilai rendah. Hal ini dimungkinkan karena siswa belum paham


(15)

4

mengenai materi perubahan sifat benda, sehingga ketika menemukan konteks baru, siswa belum mampu menghubungkannya dengan materi yang sudah disampaikan. Untuk lebih jelasnya hasil data awal siswa kelas III SDN Babakan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013, dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Sifat Benda Kelas III SDN Babakan

No Nama Siswa Nilai Interpretasi

Tuntas Belum Tuntas

1 Aditya Pratama 65 √

2 Asep Ridwan M 71 √

3 Atep Alan 53 √

4 Dadah 70 √

5 Deti Rarakartika 50 √

6 Diki Ramdani 40 √

7 Eri Sutarja 70 √

8 Melany Setiawati 40 √

9 Muhamad Ridwan 50 √

10 Mega Padilah 70 √

11 Nadea Safitri 75 √

12 Randi M. Ramdan 40 √

13 Resti Pitriyani 30 √

14 Rio 66 √

15 Rizal Gunawan 53 √

16 Siti Rahmawati 70 √

17 Soma Sopian 55 √

18 Teti Rahmawati 75 √

19 Waryana 53 √

20 Vivi Amelia 62 √

21 Sutrisna 71 √

22 Epin Supriatna 63 √

23 Meliani Natalia .S 73 √

Jumlah 1365 9 14

Rata-rata 59,34

Persentase 39% 61%

Dari 23 orang siswa kelas III diperoleh data hasil tes akhir adalah yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 9 orang siswa (39%) dan yang di bawah nilai 70 sebanyak 14 orang siswa (61%). Dari hasil analisis proses dan hasil belajar siswa di atas, maka dipandang perlu mengambil suatu tindakan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.


(16)

5

Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), karena pandangan tentang model belajar tersebut bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan secara berkelompok akan lebih bermakna, karena dalam hal ini permasalahan yang dihadapi biasa diselesaikan secara bersama-sama.

Atas dasar itu penulis menerapkan model siklus belajar (learning cycle),menurut Sujana (2009: 108) model siklus belajar (learning cycle),“Adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya

situasi konplik pada struktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase klarifikasi, dan fase aplikasi.Dengan penerapan konsep memungkinkan siswa untuk menemukan penerapannya dari konsep-konsep tersebut pada konteks-konteks baru.Sesuai dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh teori para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul Penerapan Model Siklus Belajar (learning cycle)untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswapada MateriPerubahan Sifat Benda di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Babakan

Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”

B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisis bahwa siswa kurang perhatian, kurang aktif, tidak munculnya kerjasama dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, yang disebabkan guru tidak memberikan apersepsi, tidak berusaha membangkitkan motivasi belajar siswa, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “bagaimana penerapan model siklus belajar (learning cycle) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada pembelajaran perubahan sifat-sifat benda di kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”. Secara khusus permasalahan di atas dapat dikemukakan, sebagai berikut:


(17)

6

a. Bagaimana perencanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran tentang mengidentifikasi perubahan sifat-sifat bendadi kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran tentang mengidentifikasi perubahan sifat-sifat bendadi kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajarsiswa setelah menggunakan model siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran mengidentifikasi perubahan sifat-sifat bendadi kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka peneliti akan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). Model siklus belajar (learning cycle) dipilih peneliti karena model ini dapat menuntut siswa aktif secara mental membangun pengetahuanya yang dilandasi oleh struktur kognitif telah dimilikinya.

Pengertianmodel siklus belajar (learning cycle),menurut Sujana (2009: 108) mengemukakan bahwa model siklus belajar (learning cycle),“Adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya situasi

konplik pada struktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase klarifikasi, dan fase aplikasi.

Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 39-41) fase-fase tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Fase Eksplorasi

Siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki dalam situasi baru. Guru memberi kesempatan dan pengalaman baru kepada siswa yang dapat menimbulkan konflik berpikir serta menimbulkan kerumitan-kerumitan yang pada suatu ketika tidak dapat dipecahkan secara berpikir mereka.


(18)

7

Memperkenalkan istilah baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada pese eksplorasi. Tahap ini harus diikuti eksplorasi dan hubungan dengan pola-pola yang mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi.

c. Fase Aflikasi Konsep

Siswa mencoba mengaplikasikan konsep atau istilah atau pola pikir baru pada situasi permasalahan baru. Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengetahuan baru lebih mantap dan permanen.

Indrawati dan Setiawan (PPPPTK IPA, 2009: 39-41) menjelaskan ketiga fase siklus belajar tersebut dapat digambarkan dalam bentuk spiral:

Gambar 1.1. Bagan Siklus Belajar jenis Spiral Sumber Lewson (Indrawati dan Setiawan, 2009: 41)

Dari ketiga fase tersebut, maka eksplorasi memberikan kesempatan siswa untuk menemukan pola-pola. Pengenalan istilah memungkinkan guru dengan kesempatannya dapat memperkenalkan istilah, dilain pihak siswa dengan kesempatannya dapat menghubungkan pola-pola dengan istilah yang merupakan pembentukan konsep. Akhirnya dengan penerapan konsep memungkinkan siswa untuk menemukan penerapannya dari konsep-konsep tersebut pada konteks-konteks baru.

Eksplorasi

Penerapan Konsep Pengenalan Istilah

Pengenalan Istilah

Pengenalan Istilah

Eksplorasi

Penerapan Konsep

Eksplorasi

Penerapan Konsep


(19)

8

Menurut Lewson (Indrawati dan Setiawan, 2009: 39) mengemukakan bahwa dalam merancang pembelajaran yang mengembangkan konsep-konsep maupun keterampilan berpikir, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Siswa harus mengenali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah dimiliki oleh siswa di dasarkan pada prosedur maupun keterampilan berpikir yang telah dikenaknya.

b. Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang yang membuat mereka bingung atau kontradiktif sehingga menghasilkan ketidakseimbangan berpikir.

c. Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh siswa maupun sebagai hasil intervensi yang dilakukan guru.

d. Jawaban sementara siswa digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen, prediksi atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan.

e. Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan sendiri sebagai upaya untuk mencapai kemantapan keseimbangan baru, dapat diaplikasikan pada berbagai macam konteks yang terkait.

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle) merupakan suatu model yang dapat digunakan sebagai kerangka umum untuk melaksanakan kegiatan konstruktivis yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis.

Sementara itu pendapat Sujana (2009: 108-109) penerapan model siklus belajar (learning cycle) yang dijabarkan dalam pembelajaran tentang perubahan sifat benda antara lain:

1. Fase Eksplorasi

a)Diperlihatkan kepada siswa beras yang sudah ditumbuk menjadi tepung dan kertas yang dibakar. Kemudian ajukan pertanyaan kepada siswa: Apa yang kamu ketahui mengenai benda tersebut?

b)Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis)

c)Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka.

2. Fase Klarifikasi

a) Guru memperkenalkan macam-macam benda serta perubahannya seperti kayu gelondongan yang dapat diubah menjadi kursi, kertas beserta hasil pemekaran kertas, es, dan air.

b) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka mengenai peubahan benda


(20)

9

c) Guru memberikan masalah berupa jenis perubahan yang bersifat sementara dan bersifat tetap.

d) Siswa mendiskusikan secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan

e) Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya

f) Siswa mencari tambahan rujukan dari berbagai buku sumber yang tersedia tentang perubahan benda.

3. Fase Aplikasi

a) Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi.

b) Secara bersama-sama siswa merumuskan perubahan benda yang bersifat sementara dan perubahan benda bersifat tetap.

c) Secara perseorangan siswa membuat tulisan mengenai perubahan benda.

Alasan penerapan model siklus belajar (learning cycle)pada dasarnya lahir dari paradigma soasial Vygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel. Model siklus belajar (learning cycle) merupakan pembelajaran yang membangun konsep-konsepnya sendiri dengan berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial, adapun alasan diterapkannya model siklus belajar (learning cycle) antara lain: a. Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir, dengan demikian pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.

b. Informasi yang baru dikaitkan dengan schemata awal siswa yang telah dimilikinya. Informasi yang baru dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menetukan target aspek aktivitas siswa yaitu 83%, Kinerja Guru 85% dan ketuntasan siswa dapat mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70) adalah 20 orang atau 87%.


(21)

10

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapanmodel siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA tentang mengidentifikasi perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan yang lebih khusus adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui perencanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

b. Mengetahui pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IIISD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedangdengan menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Bagi guru

1) Penerapan model siklus belajar (learning cycle)diharapkan dapat memberi motivasi baru bagi guru Sebagaiupaya meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

2) Memberi pengetahuan baru bagi guru tentang model pembelajaran yang dapat dipraktikkan kembali pada pembelajaran lain di luar indikator penelitian.


(22)

11

1) Meningkatkan aktivitas siswa kearah yang lebih baik dalam mengikuti pembelajaran.

2) Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA.

3) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok serta bertanggung jawab atas tugas yang ia tanggung dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan masukan positif terhadap proses peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah satu stimulus motivasi bagi kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di sekolah.

D.Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang dalam merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Indrawati, 2008: 28).

2. Model Pembelajaran Siklus Belajar (learning cycle),adalah sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya

situasi konplik pada sruktur kognitif siswa”.(Sujana2009: 108)

3. Perubahan Sifat Benda adalah perubahan yang terjadi pada sebuah benda akibat perlakuan tertentu, seperti pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan, dan perkaratan (Suhartandi, dkk 2008: 60)

4. Hasil belajar adalah Tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. (Bundu, 2006)


(23)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian, penulis mempertimbangkan objek penelitian itu sendiri dan pertimbangan efektivitas serta efisiensi dalam akomodasi pencarian data. Oleh karena itu lokasi penelitian tindakan ini dilakukan di SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan yang di pimpin oleh Bapak Sutisna Taufik, S.Pd.

Pertama, karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas III khususnya bidang studi IPA tentang sifat benda.

Kedua, peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di SD Negeri Babakan, sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakter siswa termasuk pembelajaran berlangsung.

Ketiga, meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya. Adapun dari keadaan lokasi dan situasi di SD adalah sebagai berikut

a. Letak sekolah beralamat di DesaMekar Rahayu, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Secara geografis letak bangunan sekolah ini sangat strategis. Karena terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat, selain itu letaknya yang dekat dengan pegunungan menimbulkan suasana sekolah yang sejuk dan asri. Untuk lebih jelasnya letak SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada denah berikut:


(24)

30

Gambar 3.1

Denah Sekolah SDN Babakan b. Situasi Guru

Guru-guru Sekolah Dasar Negeri Babakan berjumlah 9 orang yang terdiri dari satu orang Kepala Sekolah guru kelas sebanyak empat orang, guru olah raga satu orang dan guru Pendidikan Agama Islam sebanyak satu orang dan guru tenaga honorer sebanyak dua orang sedangkan penjaga satu orang.

Tabel 3.1

Nama-nama Guru SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan

No Nama Guru NIP Tugas Mengajar

1 Sutisna Taufik, S.Pd 195911121982011004 Kepala Sekolah 2. Euis Suhaeti Syarif 195911031979122003 Guru Kelas

3. Iis Nurhayati 196003161979122003 Guru Kelas

4. Tati Suarsih 196106211982042001 Guru Kelas

5. Engkos Kosasih 1964030519861-1003 Guru Penjas

6. Mamah Sapa‟ah 196503262006042003 Guru Kelas

7. Popong Sri Wartini Sukwan Guru Kelas

8. Tita Roswati Sukwan Guru Kelas

9. Aeti Sukwan Guru PAI

9. Ade Lesmana Penjaga

W

C Kelas IV Kelas V Kelas VI

Ruang K.S/Guru

LAPANGAN UPACARA


(25)

31

c. Situasi Siswa

Siswa di Sekolah Dasar Negeri Babakan terdiri dari enam rombongan belajar (Rombel) yang terdiri dari kelas I, II, III, IV, V dan VI. Dengan jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 149 orang yang terdiri dari 80 laki-laki dan 69 perempuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Daftar Jumlah Siswa SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

1 I 15 8 23

2 II 11 14 25

3 III 14 9 23

4 IV 13 15 28

5 V 17 11 28

6 VI 10 12 26

Jumlah 80 69 149

2. Waktu Penelitian

Lama penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan terhitung bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jadwal berikut.

No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember 1 Pembuatan Proposal

2 Sidang Proposal 3 Perencanaan 4 Pelaksanaan

a. Siklus I b. Siklus II c. Siklus III

5 Pembuatan Laporan

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IIISDN Babakan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 23 orang yang terdiri 14 siswa laki-laki dan 9 perempuan.


(26)

32

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian adalah bahwa berdasarkan hasil observasi kemampuan tentang perubahan sifat-sifat benda,diperoleh hasil tingkat pemahaman siswa kelas III SDN Babakan pada materi tersebut masih relatif rendah,sehingga diperlukan upaya perbaikan pada proses maupun hasil pembelajaran.

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Siswa Kelas III SDN Babakan

No Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 Aditya Pratama √

2 Asep Ridwan M √

3 Atep Alan √

4 Dadah √

5 Deti Rarakartika √

6 Diki Ramdani √

7 Eri Sutarja √

8 Melany Setiawati √

9 Muhamad Ridwan √

10 Mega Padilah √

11 Nadea Safitri √

12 Randi.M. Ramdan √

13 Resti Pitriyani √

14 Rio √

15 Rizal Gunawan √

16 Siti Rahmawati √

17 Soma Sopian √

18 Teti Rahmawati √

19 Waryana √

20 Vivi Amelia √

21 Sutrisna √

22 Epin Supriatna √

23 Meliani Natalia √

JUMLAH 14 9

23

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc


(27)

33

Taggart(Wiriaatmadja, 2005: 65) Dengan pertimbangan yang mendasar, karena langkah-langkah penelitian cukup sederhana, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata lain, model dan teknik PTK tidak bersifat kaku, sehingga sesuai dengan kemampuan peneliti dan alokasi yang tersedia.

Kemmis dan Carr (Kasbolah, 1999: 13) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas “merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat rekplektif yang dilakukan oleh pelaku yang bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya”. Hal yang senada dikemukakan oleh Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 11) bahwa :

Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenai dengan classroom action research dengan menggunakan meodel siklus belajar dalam pembelajarannya, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar tentang perubahansifat-sifat benda. Sedangkan Mulyasa (2009: 7) mengemukakan mengenai tujuan utama PTK adalah sebagai berikut ini.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk menghasilkan pengetahuan yang berpangkal dan dikondisikan mencakup penyadaran akan nilai-nilai yang akhirnya dapat dilembagakan, misalnya peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajarannya. Meskipun demikian, hasil- hasil akhir dari peningkatan kualitas pembelajaran bukan merupakan jaminan proses awal yang benar.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan guru atau tenaga pendidik dalam praktek pembelajaran sebagai upaya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk relektif yang dilakukan guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat perimbangan kurikulum, pengembangan perbaikan di sekolah, dan meningkatkan kemampuan mengajar.

Penelitian tindakan kelas ini atas dasar permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk mengetahui kekurangan selama proses pembelajaran di


(28)

34

kelas, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memerlukan bantuan pengamat atau observer. Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digolongkan menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan yang terakhir tahap refleksi.

Adapun jenis pendekatan dalam memaparkan data digunakan kualitatif deskriptif. Menurut Taylor (Moleong, 2005: 3) merupakan “Prosesur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengeni fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan ciri metode kualitatif menurut Moleong (2005: 5) adalah sebagai berikut.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Beberapa keadaan dan alasan digunakannya penelitian tindakan kelas, adanya kebutuhan untuk segera dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru, dan siswa yang pada sisi lain penelitian formal tidak bisa memenuhi kebutuhan lain. Selain itu adanya kebutuhan untuk segera meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru bisa melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk berbentuk spiral berupa siklus yang pelaksanaannya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan analisis refleksi. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan hasil belajar siswatentang perubahan sifat-sifat benda. Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis menggunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiraatmadja, 2005:


(29)

35

66) „Yaitu siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasil‟. Model siklus meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan bahan pertimbangan untuk perencanaan seperti tampak pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.2

Model Spiral Kemmis & Taggart (Wiraatmadja, 2005: 66) Secara mendetail Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66), menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan antara lain.

a. Perencanaan

Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.

b. Perlakuan Tindakan

Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.

c. Pengamatan atau observasi

Hasil-hasil jawaban atau kegiatan siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya. d. Refleksi


(30)

36

Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik.

Berdasarkan Gambar 3.2 terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan kelas yang diawali dengan perencanaan tindakan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan, atau seperangkat rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku sebagai solusi; penerapan tindakan yaitu sesuatu yang akan dilakukan oleh praktisi sebagai upaya perbaikan, perubahan dan peningkatan yang diinginkan serta merupakan implementasi dari rancangan yang telah dibuat, pada tahapan ini tindakan harus sesuai dengan rancangan dengan tujuan supaya tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai; melakukan observasi yaitu aktivitas mengenai proses dan hasil dari suatu tindakan yang dilakukan dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, kegiatan ini dilakukan oleh yang mengobservasi atau observer bersamaan dengan pelaksanaan tindakan; yang terakhir melakukan refleksi yang dilaksanakan setelah selesai tindakan. Refleksi dilakukan bersama peneliti, praktisi, observer dan pihak sekolah untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil dari suatu tindakan, hal-hal apa saja yang harus dipertahankan dan hal-hal yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Dari hasil refleksi diperoleh suatu kesimpulan untuk memperbaiki atau mempertahankan pola pembelajaran pada siklus berikutnya yang tergambar dalam penyusunan perencanaan berikutnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah berbentuk siklus yang mengacu pada desain yang digunakan yaitu model spiral Kemis dan Taggart(Wiraatmadja, 2005: 66).Setiap siklus dilakukan dalam satu


(31)

37

pertemuan yang terdiri dari dua jam pelajaran. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yaitu meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan sifat-sifat benda.Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan

a. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang perlu segera diatasi. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pada pembelajaran, wawancara dengan rekan guru dan siswa, serta mengadakan tes kemampuan tentang sifat-sifat benda.

b. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar. Bagaimana aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu membuat membuat pedoman wawancara bagi guru dan siswa tentang pendapatnya selama pembelajaran model siklus belajar. c. Membuat rencana persiapan pembelajaran (RPP) untuk setiap siklus d. Menyediakan media pembelajaran dan alat percobaan tentang sifat-sifat

benda.

e. Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat keberhasilan atau peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah menerapkan model siklus belajar yaitu lembar kerja siswa (LKS), lembar tes hasil belajar dan lembar aktivitas siswa selama menerapkan model siklus belajar dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

a. Fase Eksplorasi

a) Diperlihatkan kepada siswa balon yang sudah mengembang dan es batu yang disimpan diudara terbuka. Kemudian ajukan pertanyaan kepada siswa: Apa yang kamu ketahui mengenai benda tersebut?


(32)

38

b) Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis)

c) Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka.

b. Fase Klarifikasi

a) Guru memperkenalkan macam-macam benda serta perubahannya seperti kayu gelondongan yang dapat diubah menjadi kursi, kertas beserta hasil pemekaran kertas, es, dan air.

b) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka mengenai perubahan sifat-sifat benda

c) Guru memberikan masalah berupa jenis perubahan sifat-sifat benda (baik benda padat maupun benda cair).

d) Siswa mendiskusikan secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan e) Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji

rencananya

f) Siswa mencari tambahan rujukan dari berbagai buku sumber yang tersedia tentang perubahan sifat benda.

c. Fase Aplikasi

a) Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi.

b) Secara bersama-sama siswa merumuskan perubahan sifat-sifat benda. c) Secara perseorangan siswa membuat tulisan mengenai perubahan

sifat-sifat benda

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan. Pertama peneliti/penulis melakukan observasi selama proses pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda. Kedua, peneliti/penulis merekam data dan membuat catatan lapangan secara lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran.


(33)

39

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran (perubahan) yang terjadi, yang dilakukan dengan :

a. Pengecekan kelengkapan fakta yang terjaring selama proses tindakan.

b. Mendiskusikan dan pemaknaan data yang dilakukan antara praktisi/guru, peneliti/penulis, dan pihak lainnya yang terlibat.

c. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Menurut Karl Popper (Wiriaatmadja, 2005: 104) observasi „Pada umumnya merupakan tindakan penafsiran dari teori‟. Pada pelaksanaannya, lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa kelas III SDN Babakan pada penerapan model siklus belajar tentang perubahan sifat-sifat benda untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan aktivitas guru dilakukan untuk menilai perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran tersebut yang dilaksanakan oleh guru praktikan yaitu wali kelas III SD Negeri Babakan.

Lembar observasi ini disusun untuk mengarahkan pengamatan yang dilakukan oleh observer pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu untuk mengarahkan, lembar observasi juga digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran tentang sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar. Instrumen ini digunakan karena pengumpul data yang digunakan adalah melalui observasi. Dengan observasi maka data yang diperoleh akan sesuai dengan data yang sebenarnya.


(34)

40

2. Lembar Tes

Lembar tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan analisis statistik. Menurut Safari (2003: 99), “Tes instrument pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan untuk mendapatkan informasi”.Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa. Tes yang digunakan guru adalah tes tertulis. Tes tertulis ini diberikan kepada siswa secara individu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini diambil dari nilai yang diperoleh siswa pada saat akhir pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitiian ini berupa lembar soal.

3. Lembar Wawancara

Wawancara menurut Denzin (Wiriaatmadja, 2005: 117) adalah „merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap data memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu‟.

Lembar wawancara merupakan suatu alat yang digunakan pewawancara untuk mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.” Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan sebelum dan setelah penelitian tindakan yang bertujuan untuk memperoleh pendapat guru tentang pelaksanaan penerapan model siklus belajar dalam pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda.

4. Lembar Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru dan hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Menurut Moleong, (2005: 153) catatan lapangan adalah “ coretan-coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.”


(35)

41

Catatan lapangan juga merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus-kasus yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan serta untuk melukiskan suatu proses pelaksanan tindakan, yaitu yang berisikan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar dan diamati yang selanjutnya digunakan untuk menentukan hasil analisis.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Data Proses a) Kinerja Guru

Aspek kinerja guru yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda, terdiri dari tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk pengolahan data kualitatif, data yang terkumpul di tafsirkan membentuk kriteria penilaian yang digunakan adalah baik (B) 80-100%, cukup (C) 41-79% dan kurang (K) 0-40%. Jumlah skor adalah jumlah kriteria yang diperoleh di kali skor aspek tertentu. Jika untuk menentukan persentase terhadap pengolahan kinerja guru adalah jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah skor keseluruhan di kali 100%.

Persentase = Jumlah skor x 100% Jumlah Skor keseluruhan

b) Aktivitas siswa

Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle), meliputi tiga aspek penilaian yaitu partisipasi, kerjasama dalam kelompok pada waktu pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan dengan menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle). Cara penaksiran aspek ini dengan melihat dan mengacu pada indikator yang tampak. Dalam menentukan kriteria penilaian terhadap aktivitas siswa, pengolahannya menggunakan rentang, yakni sebagai berikut :


(36)

42

Tabel 3.4

Rentang Nilai Aktivitas Siswa

Rentang Skor Kriteria Penilaian

7-9 Baik

4-6 Cukup

0-3 Kurang

c) Teknik Pengolahan Data Hasil Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda dengan menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle). Teknik pengolahan data untuk hasil belajar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui data hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh anak didik ini dilakukan dengan menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

2. Analisis Data

Data yang dianalisis berasal dari berbagai instrumen yang telah digunakan dan dikelola oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang diolah baik dari lembar kegiatan siswa, tes hasil belajar, obsevasi dan angket yang berupa persentase atau nilai rata-rata dianalisis untuk mendapat kesimpulan dan jawaban masalah yang ada. Menurut Sugiyono (2005: 89) Analisis data adalah

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan bahan -bahan lainyadengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam urut-urut melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sementara itu menurut pendapat Wiriaatmadja (2005: 137-143) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan suatua analisis terhadap proses penelitian, adapaun kajian langkah tersebut adalah:

a. Kode atau koding merupakan pemberian tanda atau symbol pada segmen catatan lapangan untuk menunjukkan adanya situasi atau kegiatan yang menjadi fokus yang diteliti.


(37)

43

b. Catatan pinggir yang merupakan komentar pengamat secara spontan dalam pengamatan terhadap situasi yang ditampilkan.

c. Matriks, pembuatan matrik diperlukan untuk membantu peneliti melihat data lebih jelas dan memahaminya secara substantive, serta membantu untuk menganalisisnya.

Dalam penelitian ini proses analisis lebih difokuskan kepada langkah-langkah pembuatan matriks deskriptif dengan menguraikan kegiatan pada proses pembelajaran, baik itu pada kinerja guru atau aktivitas siswa. Dari proses kinerja guru dan aktivitas siswa ditentukan beberapa temuan-temuan yang terjadi pada proses pembelajaran sehingga dengan uraian dari temuan tersebut diambil suatu kesimpulan terhadap temuan tersebut, dan apabila belum mencapai target perlu dilakukan perbaikan.

G.Validasi Data

Validitas data merupakan ukuran ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171). Pengujian Validasi data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu :

a. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu dan dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

b. Member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan olh pemberi data.

c. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.

d. Expert Opinion adalah pengecekan data terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian profesional. Dalam hal ini peneliti mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian, peneliti juga mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemukan selama


(38)

44

penelitian,dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.

e. Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan.

f. Eksplanisi saingan adalah tidak melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan didukungnya.

Sedangkan validasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau infomrasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru/mitra dan siswa melalui diskusi pada akhir tindakan. Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan, atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.

2. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaborasi. Selain itu dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa agar mendapatkan gambaran tentang penalaran siswa terhadap pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle). Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan lapangan. 3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data

dengan cara mendiskusikannya dengan guru, peneliti senior, dan pembimbing. Dalam hal ini guru kelas III, kepala sekolah, Bapak Sutisna Taufik, S.Pd, Ibu Nurdinah Hanifah, M.Pd sebagai dosen pembimbing satu dan Bapak H. Atep Sujana, M.Pd selaku dosen pembimbing dua. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi, dan nilai keabsahan.

4. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonsultasikan temuan kepada pembimbing, dosen Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu Bapak H. Atep Sujana, M.Pd untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(39)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai hasil belajar siswa tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), di kelas III SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil beberapa point kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil temuan selama ini mengadakan penelitian di lapangan, yang diperoleh akan menjadi rekomendasi yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam pembelajaranIPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), menunjukan hasil yang meningkat, hal ini dibuktikan dengan perilaku siswa yang awal pelajaran perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspekmenyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasiAdapaun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I mencapai 66.66%, siklus II mencapai 88.88% dan siklus III mencapai 100% dari target yang ditetapkan yaitu 100%.

Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin,dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa penerapan model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi.


(40)

109

2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Kinerja Guru

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti pada waktu kegiatan siklus I, guru masih ragu-ragu untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), sedangkan untuk pelaksanaan siklus II sudah mulai adanya peningkatan dari kinerja guru terbukti guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan menekankan pada kegiatan siswa pembelajaran tidak terfokus pada guru, sedangkan untuk kegiatan siklus III guru sudah tidak merasa ragu-ragu lagi dalam melaksanakan pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda, hal ini dibuktikan dari kegiatan guru yang sudah bisa mengarahkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model siklus belajar (learning cycle),

dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I, dari 16 aspek yang diobservasi maka baru mencapai persentse 70,40% dengan interpretasi cukup dari 97% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 87.77% dengan interpretasi baik, dan siklus III 100%, dengan interpretasi baik, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan.

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda, dalam hal ini guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun penilaian hasil belajar.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada


(41)

110

waktu pelaksanaan siklus I aktivitas siswa dengan kategori baik hanya mencapai 8 orang (39%), sedangkan kategori cukup mencapai 11 orang (48%), kategori kurang sebanyak 3orang (13%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 17 orang (74%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 6 orang (26%) yang mencapai kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 21 orang (91%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (9%) yang mencapai kategori cukup, sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman kelompoknya.

c. Hasil Belajar

Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya, dapat dibuktikan peningkatan pada siklus I mencapai 14 orang atau 61% yang tuntas dan 9 orang atau 39% yang belum tuntas, pada siklus II mencapai 18 orang atau 78% yang belum tuntas sebanyak 5 orang atau 22%, sedangkan pada siklus III siswa yang tuntas 21 orang atau 93% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 9%.Sehingga nampak adanya suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

Secara umum disimpulkan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat bendadengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 69.60 dengan ketuntasan mencapai 14orang dengan persentase 61%. Pada siklus II nilai rata-rata mencapai 80.88, dengan ketuntasan mencapai 18 orang dengan persentase 78%. Pada siklus III nilai rata-rata mencapai 90.95, dengan ketuntasan mencapai 21 orang dengan persentase 91%, sedangkan target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70.

Selain peningkatan hasil belajar, peningkatanpun terjadi dalam aktivitas siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau berkomunikasi dengan teman kelompoknya begitu pula dalam kerjasama siswa


(42)

111

melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan sifat-sifat benda dan timbul keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi. Proses kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu pelaksanaan pembelajaran yang asalnya jarang menggunakan media, setelah mengadakan penelitian ada perubahan menggunakan media yang sesuai, begitu pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi.

Dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda.

B.Saran/Rekomendasi

Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan sifat-sifat benda di kelas III Sekolah Dasar Negeri Babakan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang,adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru SD

a. Seyogyanya bagi guru harus menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat bendadengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan kemampuan siswa.

2. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan tentang perubahan sifat-sifat benda, contohnya mencair, membeku, menguap dan mengembun.


(43)

112

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban. 3. Bagi Sekolah

a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung pembelajaran.

b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat masing-masing siswa.

c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui pembelajaran IPA dan didukung oleh media pembelajaran yang tepat. 4. Bagi Peneliti

a. Sebaiknya peneliti lain bisa membaca hasil penelitian ini sehingga dapat termotivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Hendaknya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lain dengan menjadikan model siklus belajar (learning cycle), sebagai bahan referensi yang menunjang.


(44)

113

DAFTAR PUSTAKA

Bandu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar :Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). KTSP / Model Silabus Kelas III. Jakarta: BSNP

Dasna, I.W. (2005). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II smu Negeri I Tumpang Malang. Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM)

untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU. Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Pieget. (2012) Karakteristik SisWa SD (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam

SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG. Bandung: UPI.

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sujana. (2009) Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN) Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam

SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandung: UPI.

Samatowa, (2006) Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta; Depdiknas Dirjen Dikti

Suhartandi, dkk (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas III. Bandung: Pusat Perbukuan: Depdiknas

Wahyono, dkk, (2009) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV, Bandung ; Pusat Perbukuan. Depdiknas

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif. Bandung: Alfabeta. Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai hasil belajar siswa tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), di kelas III SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil beberapa point kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil temuan selama ini mengadakan penelitian di lapangan, yang diperoleh akan menjadi rekomendasi yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan dalam pembelajaranIPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), menunjukan hasil yang meningkat, hal ini dibuktikan dengan perilaku siswa yang awal pelajaran perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari aspekmenyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat evaluasiAdapaun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tiga indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I mencapai 66.66%, siklus II mencapai 88.88% dan siklus III mencapai 100% dari target yang ditetapkan yaitu 100%.

Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin,dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa penerapan model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen pembelajaran berdasarkan indikator yang ditetapkan dan alat evaluasi.


(2)

2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Kinerja Guru

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, terbukti pada waktu kegiatan siklus I, guru masih ragu-ragu untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), sedangkan untuk pelaksanaan siklus II sudah mulai adanya peningkatan dari kinerja guru terbukti guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan menekankan pada kegiatan siswa pembelajaran tidak terfokus pada guru, sedangkan untuk kegiatan siklus III guru sudah tidak merasa ragu-ragu lagi dalam melaksanakan pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda, hal ini dibuktikan dari kegiatan guru yang sudah bisa mengarahkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model siklus belajar (learning cycle),

dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan, terbukti pada waktu pelaksanaan siklus I, dari 16 aspek yang diobservasi maka baru mencapai persentse 70,40% dengan interpretasi cukup dari 97% yang ditetapkan. Pada siklus II mencapai 87.77% dengan interpretasi baik, dan siklus III 100%, dengan interpretasi baik, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami peningkatan.

Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda, dalam hal ini guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses maupun penilaian hasil belajar.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklusnya, dilihat dari hasil observasi, terbukti pada


(3)

waktu pelaksanaan siklus I aktivitas siswa dengan kategori baik hanya mencapai 8 orang (39%), sedangkan kategori cukup mencapai 11 orang (48%), kategori kurang sebanyak 3orang (13%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 17 orang (74%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 6 orang (26%) yang mencapai kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 21 orang (91%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (9%) yang mencapai kategori cukup, sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman kelompoknya.

c. Hasil Belajar

Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya, dapat dibuktikan peningkatan pada siklus I mencapai 14 orang atau 61% yang tuntas dan 9 orang atau 39% yang belum tuntas, pada siklus II mencapai 18 orang atau 78% yang belum tuntas sebanyak 5 orang atau 22%, sedangkan pada siklus III siswa yang tuntas 21 orang atau 93% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 9%.Sehingga nampak adanya suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

Secara umum disimpulkan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat bendadengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami peningkatan tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 69.60 dengan ketuntasan mencapai 14orang dengan persentase 61%. Pada siklus II nilai rata-rata mencapai 80.88, dengan ketuntasan mencapai 18 orang dengan persentase 78%. Pada siklus III nilai rata-rata mencapai 90.95, dengan ketuntasan mencapai 21 orang dengan persentase 91%, sedangkan target keberhasilan adalah 85% dari KKM yaitu 70.

Selain peningkatan hasil belajar, peningkatanpun terjadi dalam aktivitas siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau berkomunikasi dengan teman kelompoknya begitu pula dalam kerjasama siswa


(4)

melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan sifat-sifat benda dan timbul keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi. Proses kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu pelaksanaan pembelajaran yang asalnya jarang menggunakan media, setelah mengadakan penelitian ada perubahan menggunakan media yang sesuai, begitu pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi.

Dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda.

B.Saran/Rekomendasi

Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan sifat-sifat benda di kelas III Sekolah Dasar Negeri Babakan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang,adapun saran sebagai implikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru SD

a. Seyogyanya bagi guru harus menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat bendadengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).

c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan kemampuan siswa.

2. Bagi Siswa SD

a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan tentang perubahan sifat-sifat benda, contohnya mencair, membeku, menguap dan mengembun.


(5)

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban. 3. Bagi Sekolah

a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung pembelajaran.

b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat masing-masing siswa.

c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui pembelajaran IPA dan didukung oleh media pembelajaran yang tepat. 4. Bagi Peneliti

a. Sebaiknya peneliti lain bisa membaca hasil penelitian ini sehingga dapat termotivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Hendaknya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lain dengan menjadikan model siklus belajar (learning cycle), sebagai bahan referensi yang menunjang.


(6)

113

Depdiknas. (2006). KTSP / Model Silabus Kelas III. Jakarta: BSNP

Dasna, I.W. (2005). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II smu Negeri I Tumpang Malang. Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM)

untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU. Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud

Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.

Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Pieget. (2012) Karakteristik SisWa SD (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam

SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG. Bandung: UPI.

Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sujana. (2009) Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN) Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam

SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandung: UPI.

Samatowa, (2006) Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta; Depdiknas Dirjen Dikti

Suhartandi, dkk (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas III. Bandung: Pusat Perbukuan: Depdiknas

Wahyono, dkk, (2009) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV, Bandung ; Pusat Perbukuan. Depdiknas

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif. Bandung: Alfabeta. Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas

Wiriaatmadja, R. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Materi Perubahan Sifat Benda, Baik Sementara Maupun Tetap pada Siswa Kelas V SDN Donowarih 02 Kabupaten Malang

0 27 28

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BENDA CAIR DI KELAS III SDN CIKAMUNING KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 3 40

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 35

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR BATANG TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SDN SABAGI KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

PENERAPAN MODEL MENULIS BERSAMA MELALUI MEDIA GAMBAR TUNGGAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SDN CADASPANGERAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 51

PENGGUNAAN MEDIA MOCK UP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI DAERAH SUMEDANG ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester I SDN Gudang Kopi I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang ).

0 1 49

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI (Penelitian Eksperimen Di Kelas IV SDN Gudang Kopi dan SDN Darangdan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 0 29

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 1 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 53