ANALISIS KEMAMPUAN PRASYARAT MATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT).
ANALISIS KEMAMPUAN PRASYARAT MATEMATIKA
DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL
KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
RATNA MALAWATI
NIM: 8106175015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
(2)
ANALISIS KEMAMPUAN PRASYARAT MATEMATIKA
DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL
KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
RATNA MALAWATI
NIM: 8106175015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Ratnamalawati. ” Analisis kemampuan prasyarat matematika dan hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe numbered heads together (NHT). Tesis. Medan: Program studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed. 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ( NHT) dan model pembelajaran langsung (DI). 2) perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah dan kemampuan matematika tinggi. 3) interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa untuk meningkatkan hasil belajar Fisika.
Poplasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MAN 1 Medan sebanyak lima kelas. Sampel penelitian sebanyak dua kelas siswa, yang dipilih secara acak, kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran DI, kelas kedua akan diajar dengan model NHT. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tes kemampuan prasyarat matematika dalam bentuk uraian sebanyak 5 soal dan tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak 7 soal. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dengan bantuan SPSS.
Hasil penelitian diperoleh bahwa: : 1) Hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ( NHT) lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung (DI). 2) Hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan matematika rendah. 3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa untuk meningkatkan hasil belajar Fisika.
(6)
ABSTRACT
Ratnamalawati. ” Analyze Students’s Mathematical knowledge and outcomes learning of Physics on implementation of Numbered Heads Together learning model (NHT) in Senior High School. Thesis. Medan: Study Programs Postgraduate Physics Education. State University of Medan. 2013.
This study was aimed to analyze : 1) the differences student’s outcomes learning of physics between implementation of cooperatif numbered heads together learning model (NHT) and direct instruction learning model (DI). 2) the differences outcomes learning of physics between student’s low mathematical knowledge and high mathematical knowledge. 3) Interaction between learning model and mathematical knowledge it’s effect to student’s outcomes learning of physics.
The population was five classes student in the Senior Class XI IPA MAN 1 Medan. The sample was two classes student that done by cluster random sampling. The instrumen used consists of: 1) the test of mathematical knowledge; 2) the test of outcomes learning of physics. The qualification of instruments were valid and reliable. The analysis data used two ways ANAVA by SPSS software .
The result showed that: 1) student’s outcomes learning of physics by cooperatif numbered heads together learning model (NHT) were greater than direct instruction learning model (DI); 2) Student’s outcomes learning of physics its’s high mathematical knowledge were greater than students’s low mathematical knowledge. 3) there wasn’t interaction between learning model and mathematical knowledge it’s effect to student’s outcomes learning of physics.
Key words: Numbered Heads Together learning model (NHT), Mathematical knowledge and outcomes learning of Physics.
(7)
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Analisis kemampuan prasyarat matematika dan hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe numbered heads together (NHT) pada MAN 1 Medan ”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak DR. Nurdin Bukit,MSi Selaku Dosen Pembimbing I dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Prof DR. Asmin Panjaitan, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II ditengah tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan memberikan motivasi sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini
2. Bapak Prof. DR. Sahyar, MS., MM. Selaku Ketua Program Studi Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Motlan, M.Sc.Ph.D dan Bapak DR. Km.Amin Fauzi, M.Pd. selaku narasumber yang telah memberikan arahan dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abd Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED Medan.
5. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED Medan.
(8)
6. Bapak Dr. Burhanuddin Harahap. M.Pd selaku kepala MAN I Medan beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Keluarga besar Tanjung Beringin Langkat dan keluarga besar Dalimunthe Rantau Prapat.
8. Teristimewa Prof. DR. Sahyar. M.S., MM. suami tercinta, ananda tersayang M.Rizali, Brig.Jend.Gullhasri Dalimunthe abanganda yang selalu berdoa dan dukungan yang besar selama dalam pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/ibu serta saudara/i, kiranya kita tetap dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari tesis ini, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut
Medan, Desember 2012 Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... vii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
1.3. Batasan Masalah ... 6
1.4. Rumusan Masalah ... 7
1.5. Tujuan Penelitian ... 7
1.6. Manfaat Penelitian ... 8
1.7. Definisi Oprasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1. Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1. Teori Belajar ... 11
2.1.2. Hasil Belajar Siswa ... 24
2.1.3. Kemampuan Matematika Prasyarat ... 25
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 26
2.1.5. Pembelajaran Langsung ... 37
2.1.6. Materi Fisika Gerak Parabola Tingkat SMA ... 43
2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 48
2.2. Kerangka Konseptual ... 51
2.3. Hipotesis Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN ... 54
3.1. Tempat dan waktu penelitian ... 54
3.2. Populasi dan sampel ... 54
3.3. Variabel Penelitian ... 55
3.4. Rancangan penelitian ... 55
3.5. Prosedur dan pelaksanaan penelitian ... 57
3.6. Desain penelitian ... 58
3.7. Alat pengumpul data ... 59
3.8. Teknik Analisis Data ... 64
3.9. Hipotsis Statistik... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
4.1. Analisis Data Kemampuan Awal ... 68
4.2. Analisis Data Kemampuan Matematika Prasyarat ... 70
4.3. Analisi Data Hasil Belajar Fisika ... 72 v
(10)
4.4. Pengujian Hipotesis ... 75
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
5.1. Kesimpulan ... 87
5.2. Implikasi ... 88
5.3. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
(11)
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Kooperatif 33
Tabel 2.2. Tahapan Pembelajaran Langsung 42
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 58
Tabel 3.2. Rancangan Pengujian Hipotesis 59
Tabel 3.3. Koefisien korelasi butir soal 60
Tabel 3.4. Reliabilitas tes 61
Tabel 3.5. Tingkat kesukaran Butir soal 62
Tabel 3.6. Daya beda soal 64
Tabel 4.1. Uji normalitas data pretes kelas DI dan NHT 68 Tabel 4.2. Uji homogenitas data pretes kelas DI dan NHT 69 Tabel 4.3. Nilai rata-rata pretes kelas DI dan NHT 69 Tabel 4.4. Uji kesamaan rata-rata pretes kelas DI dan NHT 70 Tabel 4.5. Data deskriptif Kemampuan prasyarat Matematika kelas DI 70 Tabel 4.6. Data deskriptif Kemampuan prasyarat Matematika kelas NHT 71 Tabel 4.7. Kategori Kemampuan prasyarat Matematika kelas DI 71 Tabel 4.8. Kategori Kemampuan prasyarat Matematika kelas NHT 72 Tabel 4.9. Skor rata-rata tiap butir soal kelas DI 73 Tabel 4.10. Skor rata-rata tiap butir soal kelas NHT 73 Tabel 4.11. Skor rata-rata hasil belajar kelas DI dan NHT 76 Tabel 4.12. Uji normalitas hasil belajar fisika kelas DI dan NHT 77 Tabel 4.13. Uji homogenitas hasil belajar fisika kelas DI dan NHT 77
Tabel 4.14. Data Uji Anava dua jalur 78
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lintasan gerak peluru dari ketinggian h 45 Gambar 2.2. Lintasan Peluru pada bidang datar 46 Gamabr 4.1. Kemampuan penyelesaian butir soal kelas DI dan NHT 74 Gambar 4.2. Hasil beajar Fisika kelas DI dan NHT 76 Gambar 4.3. Interaksi Model dengan kemampuan Matematika 80
(13)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan bangsa Indonesia dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak hanya sangat penting, akan tetapi merupakan salah satu faktor penentu dari keberhasilan pembangunan disegala bidang. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab(Depdiknas ,2006). Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional tersebut maka sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu atau kualitas wajib dilaksanakan secara bertahap dan memenuhi keadilan bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang layak. Pengukuran mutu pendidikan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk menilai sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia berhasil dilaksanakan baik ditingkat daerah, propinsi, nasional maupun internasional.
(14)
2 Kualitas pendidikan yang masih rendah di Indonesia menjadi bahan pembicaraan pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan, meningkatkan mutu pengajaran dan perbaikan sarana dan prasarana. Sebahagian pendidik beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Pendidik lain memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut. Dalam konteks kemampuan tersebut, maka hendaknya sebagai tenaga pendidik harus mampu bekerja secara profesional dengan mencapai tujuan pembelajaran, baik secara umum yaitu semua pelajaran di sekolah maupun secara khusus yakni pelajaran IPA atau Fisika.
Pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar Fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk Fisika berupa materi, konsep, asas,
(15)
3 teori, prinsip dan hukum-hukum Fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan Fisika.
Dampak pada masalah sistem belajar mengajar dapat kita lihat pada prestasi siswa pada Trend Of International On Mathematics And Science Study (TIMSS), tampak jelas bahwa kemampuan siswa secara rata-rata masih dibawah standar internasional. Secara rerata bahwa siswa indonesia hanya berada dirangking ke 37 dari 44 negara, untuk ruang lingkup asia tenggara kita masih jauh tertinggal seperti Singapura, Malaysia, dan Brunai Darussalam. Rendahnya kemampuan siswa untuk menyelesaikan Fisika secara umum untuk kemampuan tinggi yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah siswa dan berfikir kreatif.
Melalui pengalaman peneliti sebagai guru di MAN 1 Medan dan survey awal, minat siswa dalam mengikuti pelajaran Fisika di sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya. Siswa berpendapat bahwa pelajaran Fisika sulit karena mereka banyak menjumpai persamaan-persamaan Fisika sehingga pelajaran Fisika diidentikkan dengan angka dan rumus. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah maka konsep dan prinsip Fisika menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak pada rendahnya minat serta pemahaman konsep untuk belajar Fisika yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para guru Fisika di sekolah. Melalui survey awal tentang nilai Fisika siswa pada kelas XI diperoleh, bahwa sejak dari tiga tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai tahun 2011 nilai rata-rata siswa
(16)
4 kelas XI MAN 1 Medan hanya mencapai rata-rata 4.20, nilai ini sudah pasti dalam katagori tidak tuntas bila nilai kriteria ketuntasan minimum menjadi standar kelulusan siswa yakni 7,20. Melalui data ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar Fisika siswa masih rendah. Hasil ini merupakan acuan bagi guru untuk membenahi proses pembelajaran yang selama ini diterapkan. Melalui survey awal juga diperoleh bahwa model yang digunakan guru selama ini dalam mengajarkan materi/topik Fisika juga kurang bervariasi, masih dominan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru seperti: metode ceramah, pemberian tugas, dan pekerjaan rumah (PR), penggunaan media juga hanya terbatas berupa penggunaan gambar. Pengalaman peneliti sebagai guru juga menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa dalam menganalisis model matematik Fisika juga masih rendah, seperti operasi aljabar, difrensial, integral dan fungsi trigonometri. Hal lain juga ditemukan bahwa penyelesaian soal yang memiliki banyak variasi, dimana saat variasi tersebut berubah, maka akan menciptakan kekeliruan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.
Melalui kajian teoritis dan penelitian terdahulu diperoleh bahwa model pembelajaran yang digunakan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika peran guru sangat mempengaruhi hasil belajar tersebut maka model yang dilaksanakan guru saat mengajar perlu untuk di kembangkan. Model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran, atau suatu format serta rentetan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas (Joyce, 2009). Format tersebut dikatakan suatu model yang di dalamnya terdapat beberapa metode yang
(17)
5 sesuai untuk dipakai dalam pembelajaran misalnya model kooperatif yang dibagi dalam kelompok-kelompok saling berdiskusi pada materi yang diajarkan. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa bentuk atau tipe seperti kooperatif Jigsaw, NHT, STAD dan lain sebagainya. Model kooperatif tipe NHT mempunyai keunggulan terutama memudahkan pembagian tugas diantara sesama siswa, dimana siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling terkait dengan rekan-rekan kelompoknya. Tenik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan peserta didik (Lie,2004).
Penelitian terdahulu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan beberapa peneliti seperti Widaryani(2008); penelitian Setya.T. dan Rahmawati(2009); penelitian Isroqah(2011), dan penelitian Rahmawati (2011), memperoleh hasil penelitian bahwa model pembelajaran koopertif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Penelitian terdahulu yang menunjukkan peranan matematika dalam meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya dilakukan oleh: penelitian Wanhar(2008); penelitian Wardanik(2009); penelitian Widyatingtyas (1988), semua peneliti menyimpulkan peranan matematika dalam membantu meningkatkan hasil belajar Fisika. Hasil-hasil penelitian ini sebagai dorongan bagi peneliti untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam kegiatan belajar mengajar.
Melalui uraian di atas perlu penelitian yang relevan agar dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa yang selama ini rendah atau masih dibawah KKM. Dalam hal ini peneliti akan menawarkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar meningkatkan aktivitas belajar dan mengangkat hasil
(18)
6 belajar Fisika siswa. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian:“Analisis Kemampuan Prasyarat Matematika Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa secara umum belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
2. Model pembelajaran yang selama ini diterapkan kurang variatif untuk meningkatan hasil belajar Fisika siswa
3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru seingga keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran masih rendah 4. Kemampuan awal matematika siswa terkait dengan bidang Fisika masih
rendah.
5. Motivasi siswa yang sangat kurang dalam proses belajar mengajar
1.3.Pembatasan Masalah
Setiap aspek dalam pembelajaran Fisika mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini agar lebih fokus, maka peneliti hanya meneliti tentang:
(19)
7 2. Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung atau direct instruction (DI) pada kelas kontrol. Model pembelajaran langsung dipilih, karena model ini paling dekat dengan pembelajaran yang diterapkan selama ini di MAN 1 Medan.
3. Kemampuan matematika prasyarat yaitu kemampuan matematik yang diperlukan dan terkait pada pembelajaran Fisika gerak parabola.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian yang diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dan model pembelajaran langsung atau direct instruction (DI).
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan matematika prasyarat tinggi dengan kemampuan matematika prasyarat rendah.
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika prasyarat dalam meningkatkan hasil belajar Fisika.
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
(20)
8 1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dan model pembelajaran langsung atau direct instruction (DI).
2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan matematika prasyarat tinggi dengan kemampuan matematika prasyarat rendah.
3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika prasyarat dalam meningkatkan hasil belajar Fisika.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1) Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan memperkaya pengalaman belajarnya. Dengan demikian diharapkan siswa tidak lagi menganut budaya belajar menghafal, dan sekedar menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan guru tetapi berubah menjadi budaya belajar kelompok dan aktif.
2) Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang baik digunakan dalam proses belajar mengajar.
3) Bagi kelembagaan, penelitian pengembangan inovasi pembelajaran di sekolah diharapkan dapat mengembangkan/meningkatkan kemampuan
(21)
9 guru dan dosen dalam mengatasi masalah-masalah pada proses belajar mengajar bidang pembelajaran Fisika.
1.7. Definisi Operasional a. Kooperatif tipe NHT
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. Numbered heads together adalah suatu model belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa, sehingga siswa mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi mereka.
b. Kemampuan matematika prasyarat siswa
Kemampuan matematika siswa adalah kemampuan matematika prasyarat yang diperlukan untuk menganalisis hubungan besaran Fisika pada model persamaan matematika Fisika. Untuk materi Fisika gerak parabola pada kelas XI, maka kemampuan awal matematika yang diperlukan meliputi: aljabar, vektor dan fungsi trigonometri.
c. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dimyati dan Mudjiono (2002 :
(22)
10 250), memandang hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar, dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ahmadi (2004 : 130) menyatakan bahwa, ”jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan”.
d. Pembelajaran langsung (DI)
Model pembelajaran langsung dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang paling mendekati dengan model pembelajaran tradisional yang selama ini diterapkan guru di sekolah. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang mengikuti fase berikut: a) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa , b) mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan , c) membimbing pelatihan , d) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik dan e) memberikan pemahaman dan untuk tindak lanjut.
(23)
89
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran NHT lebih baik dibanding hasil belajar fisika siswa pada kelas DI pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Secara rata-rata hasil belajar fisika siswa untuk kognitif rendah dan tinggi pada kelas model pembelajaran NHT lebih baik dibandingkan pada kelas model pembelajaran DI.
2. Hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan matematika tinggi baik pada kelas DI maupun NHT lebih baik dibanding hasil belajas siswa dengan kemampuan matematika rendah pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan.
3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa dalam mempengaruh hasil belajar fisika siswa pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Hasil ini memberi informasi bahwa antara model dengan kemampuan matematika siswa tidak saling berhubungan dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Hasil belajar fisika siswa pada kelas NHT dengan kemampuan prasyarat matematika tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa pada kelas DI dan NHT dengan kemampuan prasyarat matematika tinggi maupun rendah. Hasil belajar fisika siswa pada kelas
(24)
90
DI dengan kemampuan prasyarat matematika tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa pada kelas NHT dan DI dengan kemampuan prasyarat matematika rendah. Hasil belajar fisika siswa pada kelas NHT dengan kemampuan prasyarat matematika rendah lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa pada kelas DI dengan kemampuan prasyarat matematika rendah.
5.2.IMPLIKASI
Dalam pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran NHT lebih baik dibanding hasil belajar fisika siswa pada kelas DI pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan Hal ini menunjukkan bahwa ternyata model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga model ini baik untuk diterapkan pada pembelajaran yang berfokus pada siswa.
Dalam pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan matematika tinggi baik pada kelas DI maupun NHT lebih baik dibanding hasil belajas siswa dengan kemampuan matematika rendah pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Hal menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa yang baik dapat membantu dalam memahami konsep-kosep dan perhitungan dalam fisika sehingga hasil belajar fisika siswa akan lebih baik. Guru yang memperhatikan dan membantu siswa dalam penguasaan matematika yang terkait dengan
(25)
91
materi fisika yang akan diajarkan akan dapat memperbaiki kemampuan siswa dalam mempelajari fisika.
Dalam pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa dalam mempengaruh hasil belajar fisika siswa pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa antara model dengan kemampuan matematika siswa tidak saling berhubungan dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Guru-guru fisika sebaiknya dapat berkerjasama dengan guru-guru matematika dalam meningkatkan pemahaman matematika siswa, terutama untuk matematika yang relevan dalam pemahaman konsep-konsep fisika. Model pembelajaran yang baik dan kemampuan matematika yang baik sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
5.3 SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru bidang studi Fisika di SMA dan MAN diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran fisika dalam upaya menerapakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa dan meningkatkan hasil belajar fisika.
(26)
92
2. Guru bidang studi Fisika di SMA dan MAN diharapkan dapat memperhatikan dan meningkatkan kemampuan matematika siswa dengan cara bekerjasam dengan guru bidang studi matematika atau secara khusus menjelaskan secara umum tentang matematika besamaan dengan pembelajaran fisika. Kemampuan matematika siswa yang baik dapat membantu siswa dalam memahami fisika.
3. Bagi peneliti lanjut dapat mengembangkan penelitian ini dengan cara memperhatikan variabel yang bermasalah dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Penelitian ini, juga dapat dikembangkan dengan cara memodifikasi fase model NHT agar dapat memeberi hasil belajar yang lebih baik.
(27)
84 DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yokyakarta : pustaka pelajar.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas. 2006. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Manengah Atas. Jakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Efandi.R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of
International On Mathematics And Science Study). Bandung: FMIPA UPI. Halliday D dan Resnick R. 1995. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamid, H. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Pascasarjana Unimed Medan. Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Zannah.
Ibrahim, M.N. (2000). Pengajaran Berdasrkan Masalah. Surabaya: Unesa Isjoni. 2010. Cooperatif Learning. Bandung : ALFABETA
Isroqah. 2011. Penggunaan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Jepara: Mayong
Joyce, B. 2009. Model-model Pembelajaran. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Kardi, S., Nur, M.(2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA
Lie, A., (2004), Memperaktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.
Majid, A., (2007). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mohan, R. 2007. Innovative Science Teaching. New Delhi.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta, Reneka : Cipta.
(28)
85 Nasution, Noehi, (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhadi, M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa
Pidarta, M. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta : Reneka Cipta.
Rahmah, I. 2007. Hubungan antara kemampuan matematika dan motivasi belajar dengan prestasi belajar fisika
.
Universitas Negeri Malang.Rahmawati. D.N. 2011. Esperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournament (TGT) dan numbered heads together (NHT).Surakarta: Universitas muhamddiyah
Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung : ALFABETA
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA Sedarmayanti. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Munandar maju.
Setya.T. dan Rahmawati. 2009. Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Dengan Metode Konvensional. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teori Researh and Practice, Second Edition.
Syah, Muhibbin, (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2002. Metode Statistik edisik ke-5. Bandung : Tarsito.
Sugiono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sunarto dan Agung Hartono, (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri, J.S. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Susilowibowo.J. dan Yuliati L. 2008. Penerapan model Kooperatif Kepala Bernomor untuk mencapai ketuntasan belajar. Unesa Surabaya
(29)
86 Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Uno, B.H., (2007). Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, B.H, (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: bumi Aksara Kegiatan Belajar 1.
Wanhar, 2008. Hubungan antara pemahaman konsep matematika dengan kemampuan penyelesaian soal-soal fisika. Makasar: Baruga, Vol. 1 No.3/Maret 2008.
Wardanik, T. 2009. Pembelajaran fisika dengan metode direct instruction (DI) ditinjau kemampuan awal matematika pada pokokbahasan gerak melingkar beraturan di sma tahun 2008/2009. Surakarta : Universitas sebelas Maret.
Widaryani. S. 2009. Penerapan metode numbered heads together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Surakarta : Universitas sebelas Maret. Widyatingtyas, R. 1988. Penguasaan matematika siswa yang dikaitkan dengan
(1)
DI dengan kemampuan prasyarat matematika tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa pada kelas NHT dan DI dengan kemampuan prasyarat matematika rendah. Hasil belajar fisika siswa pada kelas NHT dengan kemampuan prasyarat matematika rendah lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa pada kelas DI dengan kemampuan prasyarat matematika rendah.
5.2.IMPLIKASI
Dalam pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran NHT lebih baik dibanding hasil belajar fisika siswa pada kelas DI pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan Hal ini menunjukkan bahwa ternyata model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga model ini baik untuk diterapkan pada pembelajaran yang berfokus pada siswa.
Dalam pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa hasil belajar fisika siswa dengan kemampuan matematika tinggi baik pada kelas DI maupun NHT lebih baik dibanding hasil belajas siswa dengan kemampuan matematika rendah pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Hal menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa yang baik dapat membantu dalam memahami konsep-kosep dan perhitungan dalam fisika sehingga hasil belajar fisika siswa akan lebih baik. Guru yang memperhatikan dan membantu siswa dalam penguasaan matematika yang terkait dengan
(2)
materi fisika yang akan diajarkan akan dapat memperbaiki kemampuan siswa dalam mempelajari fisika.
Dalam pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan matematika siswa dalam mempengaruh hasil belajar fisika siswa pada materi pokok bahasan gerak parabola di kelas XI MAN 1 Medan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa antara model dengan kemampuan matematika siswa tidak saling berhubungan dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Guru-guru fisika sebaiknya dapat berkerjasama dengan guru-guru matematika dalam meningkatkan pemahaman matematika siswa, terutama untuk matematika yang relevan dalam pemahaman konsep-konsep fisika. Model pembelajaran yang baik dan kemampuan matematika yang baik sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
5.3 SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru bidang studi Fisika di SMA dan MAN diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran fisika dalam upaya menerapakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa dan meningkatkan hasil belajar fisika.
(3)
2. Guru bidang studi Fisika di SMA dan MAN diharapkan dapat memperhatikan dan meningkatkan kemampuan matematika siswa dengan cara bekerjasam dengan guru bidang studi matematika atau secara khusus menjelaskan secara umum tentang matematika besamaan dengan pembelajaran fisika. Kemampuan matematika siswa yang baik dapat membantu siswa dalam memahami fisika.
3. Bagi peneliti lanjut dapat mengembangkan penelitian ini dengan cara memperhatikan variabel yang bermasalah dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Penelitian ini, juga dapat dikembangkan dengan cara memodifikasi fase model NHT agar dapat memeberi hasil belajar yang lebih baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yokyakarta : pustaka pelajar.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas. 2006. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Manengah Atas. Jakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Efandi.R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of
International On Mathematics And Science Study). Bandung: FMIPA UPI. Halliday D dan Resnick R. 1995. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamid, H. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Pascasarjana Unimed Medan. Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Zannah.
Ibrahim, M.N. (2000). Pengajaran Berdasrkan Masalah. Surabaya: Unesa Isjoni. 2010. Cooperatif Learning. Bandung : ALFABETA
Isroqah. 2011. Penggunaan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Jepara: Mayong
Joyce, B. 2009. Model-model Pembelajaran. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Kardi, S., Nur, M.(2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA
Lie, A., (2004), Memperaktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.
Majid, A., (2007). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mohan, R. 2007. Innovative Science Teaching. New Delhi.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta, Reneka : Cipta.
(5)
Nasution, Noehi, (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhadi, M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa
Pidarta, M. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta : Reneka Cipta.
Rahmah, I. 2007. Hubungan antara kemampuan matematika dan motivasi belajar dengan prestasi belajar fisika
.
Universitas Negeri Malang.Rahmawati. D.N. 2011. Esperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams games tournament (TGT) dan numbered heads together (NHT).Surakarta: Universitas muhamddiyah
Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung : ALFABETA
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA Sedarmayanti. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Munandar maju.
Setya.T. dan Rahmawati. 2009. Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Dengan Metode Konvensional. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teori Researh and Practice, Second Edition.
Syah, Muhibbin, (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2002. Metode Statistik edisik ke-5. Bandung : Tarsito.
Sugiono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sunarto dan Agung Hartono, (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri, J.S. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Susilowibowo.J. dan Yuliati L. 2008. Penerapan model Kooperatif Kepala Bernomor untuk mencapai ketuntasan belajar. Unesa Surabaya
(6)
Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Uno, B.H., (2007). Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, B.H, (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: bumi Aksara Kegiatan Belajar 1.
Wanhar, 2008. Hubungan antara pemahaman konsep matematika dengan kemampuan penyelesaian soal-soal fisika. Makasar: Baruga, Vol. 1 No.3/Maret 2008.
Wardanik, T. 2009. Pembelajaran fisika dengan metode direct instruction (DI) ditinjau kemampuan awal matematika pada pokokbahasan gerak melingkar beraturan di sma tahun 2008/2009. Surakarta : Universitas sebelas Maret.
Widaryani. S. 2009. Penerapan metode numbered heads together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Surakarta : Universitas sebelas Maret. Widyatingtyas, R. 1988. Penguasaan matematika siswa yang dikaitkan dengan