Gambar Sebagai Media Ekspresi Anak Sindroma Down (Karakteristik Gambar Anak Sindroma Down Usia 7-13 Tahun).

(1)

ABSTRAK

Jumlah anaklanak sindroma Down sebagai anak berkebutuhan khusus di Indonesia tidaklah sedikit, jika mengacu dada data dari PBB memderkirakan ada sedikitnya 10% anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5l14tahun) yaitu kurang lebih 4,2 juta jiwa dari jumlah keseluruhan anak usia sekolah sebanyak 42,8 juta jiwa. Di antaranya tercatat sekitar 300.000 kasus denderita sindroma Down. Dengan jumlah anak sindroma Down yang tidak sedikit, masih banyak orang tua dan gurulguru di Indonesia yang menganggad kegiatan menggambar tidak terlalu denting.

Skridsi ini berfokus kedada eksdresi anaklanak sindroma Down melalui media seni ruda yaitu menggambar. Karya gambar merudakan hasil karya yang dibuat oleh anaklanak sindroma Down usia 7l13 tahun di SLBlC Asih Manunggal Bandung.

Gambar akan diteliti berdasarkan karakteristik gambar anak Tabrani dan unsurlunsur dan drinsidldrinsid dasar seni ruda Brommer. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan dengetahuan mengenai eksdresi anaklanak sindroma Down melalui kegiatan menggambar bagi masyarakat terutama orang tualorang tua. Kesimdulan yang dadat ditarik adalah kegiatan menggambar menjadi denting karena merudakan salah satu wahana eksdresi dan curahan hati bagi semua anak terutama anaklanak sindroma Down. Hal ini dadat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi terhadad anaklanak sindroma Down.


(2)

ABSTRACT

The number of children diagnosed with Down Syndrome classified as children with sdecial needs in Indonesia is far from few, according to the UN data that results in 10% of schooling age children, or roughly 4.2 million out of 42.8 million children. 300.000 of those with sdecial needs are diagnosed as having a down syndrome. With that statistic, it is a fact that even more darents and teachers are not recognizing the imdortance of drawing activities.

This thesis is focusing on the exdressions of children with Down Syndrome through artistic media, such as drawing. Drawings in this thesis are created by the diagnosed children from the age of 7l13, students of SLBlC Asih Manunggal in Bandung.

Further, this thesis will analyze the drawings based on Tabrani children drawing method, and the elements and Brommer’s basic drincidles of art. The aim of this research is to broaden the comdrehension regarding the diagnosed children’s exdressions through drawing activities, for the benefit of the mass, esdecially darents. The conclusion to be drawn is that drawing activities are divotal as it is a media of exdression and emotional outlet, which can be utilized as a tool to communicate with the diagnosed children.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN KEORISINALITASAN...iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Batasan Penelitian... 5

1.6 Metodelogi Penelitian... 6

1.7 Teknik Pengambilan Data...7

1.8 Sistematika Penulisan... 7

1.9 Kerangka Penelitian... 9

BAB II EKSPRESI SENI ANAK SINDROMA DOWN 2.1 Eksdresi Seni...10

2.2 PengertianSindroma Down...11

2.3 Seni Ruda Bagi AnakSindroma Down...14

2.4 Menggambar Sebagai Media Eksdresi...16

2.5 Bahasa Ruda Gambar Anak... 19

2.6 Skema Perkembangan Bahasa Ruda Gambar Anak...22


(4)

BAB III KARYA GAMBAR ANAK SINDROMA DOWN

3.1Samplingdan Karya Gambar Anak Sindroma Down... 28

3.2 Persiadan Penelitian... 36

BAB IV KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK SINDROMA DOWN 4.1 Analisis Karya Gambar AA YMB... 44

4.2 Analisis Karya Gambar ZA...49

4.3 Analisis Karya Gambar MI... 54

4.4 Kesimdulan Penelitian Terhadad Tiga Anak Sindroma Down...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimdulan... 57

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DATA PENULIS


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anak Sindroma Down... ...12

Gambar 2.2 Tazia Fawley...15

Gambar 2.3Rudert Flies Over the Susdension Bridge...15

Gambar 3.1 AA YMB...28

Gambar 3.2 Gambar AA YMB 1...29

Gambar 3.3 Gambar AA YMB 2...30

Gambar 3.4 Gambar AA YMB 3...30

Gambar 3.5 Gambar AA YMB 4...31

Gambar 3.6 ZA... ...31

Gambar 3.7 Gambar ZA 1... ...32

Gambar 3.8 Gambar ZA 2... ...33

Gambar 3.9 Gambar ZA 3... ...33

Gambar 3.10 MI...34

Gambar 3.11 Gambar MI 1...35

Gambar 3.12 Kegiatan Mewarnai yang Diberikan Wali Kelas... ...36

Gambar 3.13 Kegiatan Proses Menggambar di Kelas SDLBlC1...38

Gambar 3.14 Kegiatan Proses Menggambar di Kelas SDLBlC1...38

Gambar 3.15 Kegiatan Proses Menggambar di Kelas SDLBlC1...39

Gambar 3.16 Kegiatan Proses Menggambar di Kelas SDLBlC1...39

Gambar 4.1 Gambar AA YMB 1...44

Gambar 4.2 Gambar AA YMB 2...45

Gambar 4.3 Gambar AA YMB 3...46

Gambar 4.4 Gambar AA YMB 4...47

Gambar 4.5 Gambar ZA 1... ...49

Gambar 4.6 Gambar ZA 2... ...50

Gambar 4.7 Gambar ZA 3... ...51


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema Perkembangan Bahasa Ruda Gambar Anak... ...22

Tabel 3.1 Tahad 1 Penelitian... ...40

Tabel 3.2 Tahad 2 Penelitian... ...41

Tabel 4.1 Hasil Karya Gambar AA YMB... ...48

Tabel 4.2 Hasil Karya Gambar ZA...52


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Gambar AA YMB 1

LAMPIRAN 2 Gambar AA YMB 2 LAMPIRAN 3 Gambar AA YMB 3 LAMPIRAN 4 Gambar AA YMB 4 LAMPIRAN 5 Gambar ZA 1 LAMPIRAN 6 Gambar ZA 2 LAMPIRAN 7 Gambar ZA 3 LAMPIRAN 8 Gambar MI 1


(8)

BAB B

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni merupakan ekspresi perasaan dan pikiran. Ekspresi adalah ‘sesuatu yang dikeluarkan’, hal ini dipaparkan oleh Jakob Sumardjo (2013). Berdasarkan paparan tersebut kita membutuhkan suatu ‘wahana’ untuk mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam diri kita, yaitu mengeluarkan perasaan dan emosi. Demikian pula anak-anak memiliki dunianya sendiri (Tabrani, 2014), cara belajarnya sendiri (yang sekaligus adalah bermain), dan seninya sendiri, yang berbeda dengan manusia dewasa. Berhubungan dengan seni yang merupakan ekspresi perasaan dan pikiran, anak-anak memiliki cara menyalurkan dan mengungkapkannya sendiri, mereka tidak seperti orang dewasa yang lebih mudah mengekspresikan dirinya secara verbal. Emosi dan perasaan yang mereka ungkapkan merupakan bentuk ekspresi diri yang dapat disalurkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah menggambar.

Menggambar adalah suatu kegiatan yang sangat populer di kalangan anak-anak, terutama pada anak usia dini. Kebanyakan dari mereka suka menggambar, dan mereka melakukannya secara rutin untuk menyediakan berbagai kebutuhan selama masa bermain atau kegiatan sehari-hari lainnya di rumah atau di sekolah. (Brooks, 2009a; Hall, 2009; Knight, 2008). Bagi anak salah satu bentuk dari olah tubuh dan olah seni adalah menggambar. Pada saat menggambar, eksperimen, ekspresi, kreasi, dan belajar melebur dalam penghayatan, dimana terlibat keseluruhan diri anak: integrasi indra/ imaji (disertai film dalam layar imajinasinya), lengkap dengan nuansa perasaan (seakan-akan apa yang digambarnya itu benar-benar sedang terjadi dan dialami sendiri oleh anak), dan bukan sekadar ‘tugas’ menggambar (Tabrani, 2014:103).


(9)

Menggambar juga merupakan salah satu aplikasi dari terapi seni yang memperkenankan mereka untuk mengekspresikan diri, yakni ekspresi emosional mereka. Hal ini ditegaskan pada kutipan dalam buku David Edwards (2004) bahwa:

Art therapy is a form of psychotherapy that allows for emotional expression and healing through nonverbal means. Children, unlike most adults, often cannot easily express themselves verbally. Adults, on the other hand may use words to intellectualise and distance themselves from their emotions. Art therapy enables the client to break through these cumbersome barriers to self-expression using simple art materials. (CATA website, 2003).

Cara ini memungkinan anak-anak untuk menyelami ekspresi emosional mereka secara sehat dan aman. Dalam hal ini anak-anak berkebutuhan khusus yaitu salah satunya yang penulis jadikan objek penelitian adalah anak-anak sindroma Down tentunya perlu diberikan penanganan dan perhatian khusus mengenai perkembangan diri dan penyaluran ekspresi mereka.

Sindroma Down adalah kondisi keterbelakangan mental dan fisik yang disebabkan oleh kelainan genetik pada kromosom nomor 21 (Mark Selikowitz, 1997). Pada umumnya anak-anak dengan kelainan ini memiliki keinginan yang kuat, sangat menyenangi hal-hal rutin, dan rajin, dan menjadikan mereka lebih disiplin dari anak-anak normal biasanya. Keinginan kuat yang mereka miliki membuat mereka ngotot untuk melakukan jatahnya atau sesuatu yang mereka senangi. Terkadang saat orang tua membatasi keinginannya, mereka akan sedih, kecewa, ataupun marah, persoalan ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya intelektual anak. Maka dari itu melihat kondisi kekurangan yang dimilikinya anak-anak dengan kelainan sindroma Down, menjadi perlu diberikan penanganan khusus dalam penyaluran ekspresi emosional mereka, selain guna meningkatkan kreatifitas secara aman dan sehat bagi mereka.

Jumlah anak anak sindroma Down sebagai anak yang berkebutuhan khusus ini di Indonesia jumlahnya tidak sedikit, jika mengacu pada data dari PBB memperkirakan


(10)

sekitar 10 % anak berkebutuhan khusus usia sekolah (SeminarParenting Education, 2013). Di Indonesia anak usia sekolah (5-14tahun) berjumlah sebanyak kurang lebih 42,8 juta jiwa, maka jumlah anak berkebutuhan khusus diperkirakan kurang lebih 4,2 juta jiwa. Di antaranya tercatat sekitar 300.000 kasus penderita sindroma Down. Dengan jumlah anak berkebutuhan khusus, khususnya sindroma Down yang tidak sedikit, masih banyak orang tua dan guru-guru di Indonesia yang menganggap kegiatan menggambar tidak terlalu penting.

Pandangan orang tua dan guru-guru mengenai betapa pentingnya kegiatan menggambar menjadi penting karena dapat menjadi dorongan terhadap anak. Hal tersebut ditegaskan oleh Anning dan Ring (Anning & Ring, 2004; Ring 2006) yaitu, However, parents and teachers adopt a variety of views about the nature and importance of this activity; these views determine whether and to what extent they foster and help its use at home or at school. Menurut Tabrani (2012) selama ini, pendidik dan orang dewasa kurang memahami bahasa rupa gambar anak, hal ini menyebabkan anak kurang bergairah dalam menggambar karena mendapat apresiasi yang kurang baik, sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan kreativitas anak. Mereka masih belum memahami bahwa apabila perkembangan kreativitas anak gagal, akan menjadikan mereka kesulitan menyalurkan ekspresi dan mematahkan semangat anak. Hal ini dapat semakin mempersulit perkembangan anak yang kemudian berkelanjutan di kemudian harinya, terutama untuk anak-anak sindroma Down yang memiliki keterbelakangan kemampuan motorik dan keterbatasan intelektualnya. Melalui menggambar kreativitas anak akan berkembang dan proporsi kemampuan fisik-kreatif-ratio menjadi seimbang.

Bagi anak menggambar merupakan media komunikasi (Tabrani, 2014: 97). Melalui menggambar, anak-anak sindroma Down juga dapat mengembangkan perilaku yang terarah secara baik, sehingga mereka tidak mengalami depresi ataupun stress mengingat bahwa mereka memiliki kekurangan. Sarana ekspresi diri anak-anak sindroma Down pun tidak terarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Kita juga dapat mengenal lebih dalam pribadi dan perspektif anak sindroma Down, sehingga mengerti apa yang mereka pahami, mempermudah proses komunikasi, dan


(11)

pengarahan penyaluran ekspresi mereka secara sehat dan benar baik di lingkungan sekolah, di rumah dan lainnya.

Di Indonesia pelaksanaan kegiatan menggambar untuk anak sindroma Down dan anak berkebutuhan khusus lainnya terbilang masih sedikit. Padahal mereka memiliki hak yang sama seperti anak normal lainnya. Keterbatasan motorik yang dimiliki anak-anak sindroma Down menjadi dampak terhadap kebutuhan mereka untuk dapat mencurahkan isi hati, bereksprimen, dan menyalurkan ekspresi mereka melalui sebuah wahana agar pembina, guru, orang tua ataupun orang terdekat anak dapat melihat subjektifitas dan juga wadah komunikasi melaluinya. Hal ini karena pembina, maupun guru di berbagai lembaga pendidikan sendiri tidak memahami betul mengapa kegiatan menggambar menjadi penting bagi mereka, karena itulah penelitian ini penting dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di SLB-C Asih Manunggal yang berada di jalan Singaperbangsa Bandung. Dipilih lokasi ini karena merupakan salah satu Sekolah Luar Biasa bagian C. SLB bagian C adalah Sekolah Luar Biasa untuk Tunagrahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan di bawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. SLB-C Asih Manunggal salah satu sekolah yang menampung anak-anak dengan sindroma Down dari mulai tingkat SD, SMP, dan SMA. Dalam penelitian ini peneliti memilih anak-anak SD usia 7-13 tahun dan memiliki kegiatan/ pelajaran menggambar sebagai salah satu program yang diberikan sekolah. Dipilih umur 7-13 tahun karena berdasarkan skema perkembangan bahasa rupa dan gambar anak Tabrani dimulai umur 7 tahun anak mulai mementingkan objek, selain imajinasi mulai merupakan catatan peristiwa, dan memakai indera selain mata sampai kepada umur 13 tahun. Penelitian ini menjadi penting sebagai upaya sumbangsih pengetahuan kepada pihak sekolah maupun orang tua yang memiliki anak sindroma Down mengenai subjektifitas anak-anak sindroma Down, bagaimana menyalurkan ekspresi mereka dengan baik, sehat dan aman dimana ekspresi mereka tersalurkan melalui kegiatan rupa yakni menggambar.


(12)

1.2 Rumusan Masalah Pertanyaan penelitian:

 Apa karakteristik gambar yang merupakan hasil ekspresi anak-anak sindroma Down berusia 7-13 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui karakteristik gambar anak-anak sindroma Down usia 7-13 tahun, melalui kegiatan menggambar yang menjadi media ekspresi mereka.

1.4 Manfaat Penelitian

 Memberikan pemahaman mengenai subjektifitas anak-anak sindroma Down melalui kegiatan menggambar, dimana ekspresi mereka tersalurkan melalui kegiatan ini. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi terhadap anak-anak sindroma Down.

 Memperluas wawasan dan pemahaman bagi masyarakat khususnya orang tua dan pembina anak-anak berkebutuhan khusus, bagaimana cara sehat dan aman menyalurkan ekspresi emosional anak-anak berkebutuhan khusus, yang salah satunya adalah anak-anak sindroma Down melalui kegiatan menggambar.

1.5 Batasan Penelitian

 Karya gambar anak-anak sindroma Down berumur 7-13 tahun menjadi fokus penelitian karena berdasarkan skema perkembangan bahasa rupa dan gambar anak dimulai umur 7 tahun anak mulai mementingkan objek, selain imajinasi mulai merupakan catatan peristiwa, dan memakai indera selain mata sampai


(13)

kepada umur 13 tahun. Terdapat tiga anak yang menjadi sampling yaitu AA YMB yang berusia 7 tahun, ZA yang berusia 9 tahun, dan MI yang berusia 9 tahun. Pemilihan anak tersebut berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh pihak sekolah.

 Objek yang dianalisis adalah hasil karya gambar anak sindroma Down, dengan elemen-elemen visual sebagai berikut; objek, bentuk, warna, dan komposisi.  Lokasi penelitian dilakukan di SLB-C Asih Manunggal yang berada di jalan

Singaperbangsa Bandung. Dipilih sekolah ini karena merupakan salah satu Sekolah Luar Biasa bagian C. SLB bagian C adalah Sekolah Luar Biasa untukTunagrahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan di bawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. SLB-C Asih Manunggal salah satu sekolah yang menampung anak-anak dengan sindroma Down dan memiliki kegiatan/ pelajaran menggambar sebagai salah satu program yang diberikan sekolah.

1.6 Metodelogi Penelitian

Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  Metode kualitatif dengan format deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode

yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya. Metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Metode ini digunakan pada anak-anak Down sindrom dengan sample karya gambar, foto, dokumentasi bukan dari angka-angka kuantitatif individu masing-masing anak sindroma Down.

 Metode Studi kasus yaitu studi kasus dalam penelitian ini merupakan anak sindroma Down yang berasal dari SLB-C Asih Manunggal. SLB-C Asih Manunggal merupakan salah satu tempat yang menampung anak-anak sindroma Down dari mulai tingkat SD, SMP, dan SMA. Dalam penelitian ini peneliti


(14)

memilih anak-anak SD usia 7-13 tahun. Dipilih umur 7-13 tahun karena berdasarkan skema perkembangan bahasa rupa dan gambar anak dimulai umur 7 tahun anak mulai mementingkan objek, selain imajinasi mulai merupakan catatan peristiwa, dan memakai indera selain mata sampai kepada umur 13 tahun. Dalam studi kasus ini peneliti fokus kepada satu masalah kemudian memakai referensi atau sumber data terpilih untuk dianalisis.

 Metode Observasi, yaitu dengan secara langsung turun ke lapangan, melihat, dan mengamati proses pembuatan karya selama proses berlangsung. Hasil data sample yang diperoleh peneliti berupa hasil karya gambar anak-anak sindroma Down dan informasi lainnya yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan wali kelas, dan orang tua individu kemudian dianalis dan dideskripsikan. Analisis mengacu kepada skema perkembangan bahasa rupa dan gambar anak; dan karakteristik gambar anak Tabrani.

1.7 Teknik Pengambilan Data

 Studi literatur, membaca buku-buku mengenai hal terkait seperti Down Syndrome-The Facts oleh Mark Selikowitz (1997), Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar oleh Tabrani (2013), dll.

 Dokumentasi hasil wawancara, melalui wawancara terbuka dengan wali kelas yaitu Ibu Dra. Normah dan orang tua individu di sekolah yang bersangkutan.  Dokumentasi hasil foto. Foto diambil di sekolah bersangkutan saat proses

penelitian sedang berlangsung.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab satu yang merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metodelogi


(15)

penelitian, teknik pengambilan data, sistematika penulisan, serta kerangka penelitian.

Bab dua yang merupakan landasan teoritik yang merupakan teori-teori pendukung, gagasan pemikiran, serta penafsiran tema.

Bab tiga menyajikan uraian tentang masing-masing biodata sampling dan sample masing-masing hasil karya gambar.

Bab empat berisi analisis masing-masing sample hasil karya gambar yang terdiri atas deskripsi karya, analisa formal, dan teori dan skema perkembangan bahasa rupa anak

Bab lima meliputi kesimpulan yang merupakan rangkuman dari hasil keseluruhan penulisan dan penelitian karya ilmiah


(16)

1.9 Kerangka Penelitian

Rumusan Masalah

Apa karakteristik gambar yang merupakan hasil ekspresi anak-anak sindroma Down berusia 7-13 tahun?

Data Primer

Gambar anak sindroma Down dari SLB-C Asih Manunggal

Data Sekunder - Tabrani (2014)

- Brommer (2010) Latar belakang masalah

Ekspresi, peningkatan jumlah anak sindroma Down, program gambar sebagai sarana yang dianggap tidak penting (formalitas), metode pengajaran dan penanganan guru/ orang tua

terhadap anak sindroma Down.

Manfaat

Pemahaman mengenai subjektifitas anak-anak

sindroma Down melalui kegiatan menggambar, dimana ekspresi mereka tersalurkan melalui kegiatan ini.

Metode kualitatif, studi kasus, dan observasi

Tujuan

Untuk mengetahui karakteristik gambar anak-anak sindroma Down usia 7-13 tahun, melalui kegiatan menggambar yang menjadi media ekspresi mereka.

Analisis: Karakteristik gambar anak 1. Objek, 2. Bentuk, 3. Warna, 4. Komposisi.

Ekspresi Gambar

Kesimpulan

Jawaban dari rumusan masalah

Teori Tabrani Cara khas Teori Brommer

Unsur-unsur dan prinsip-prinsip dasar seni rupa


(17)

BAB B

KESIMPULAN

Pada bab awal yaitu pendahuluan yang terdapat pada bab I, telah dijelaskan bahwa penelitian ini difokuskan kepada ekspresi anak-anak sindroma Down melalui media seni rupa, yaitu menggambar. Karya gambar merupakan hasil karya yang dibuat oleh anak-anak sindroma Down usia 7-13 tahun, di SLB-C Asih Manunggal Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hasil ekspresi anak-anak sindroma Down melalui kegiatan menggambar.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa melalui kegiatan menggambar, ini menjadi sebuah sarana untuk mereka mengekspresikan diri mereka, baik itu berupa pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan dan dilihat, benda-benda dan juga objek-objek yang mereka biasa ketahui dan lihat. Masing-masing anak menunjukan ekspresi yang berbeda, pada salah satu sampling yaitu AA YMB, ia mengekspresikan pengalaman, daya ingat terhadap lingkungan sekitar, dan objek yang biasanya ia ketahui. Pada salah satu sampling lainnya yang yaitu ZA, ia berekspresi dengan menceritakan pengalaman yang ia lihat. Pada sampling lainnya pula yaitu MI, ia mengekspresikan kesenangannya terhadap kegiatan menggambar dan objek-objek yang sebelumnya ia gambar.

Ketiga anak ini rata-rata memiliki kecenderungan menggambar berkomposisikan sesuai dengan kebiasaan mereka menggunakan tangan kanan atau kiri sebab pada dua anak sindroma Down yang diteliti mereka kidal, dan satu anak tidak sehingga ia memulai posisi gambar dari arah kanan. Karakteristik gambar anak-anak sindroma Down yang dapat diperoleh dari hasil keseluruhan karya gambar banyak bercirikan aneka lampak dan lampak khas. Gambar-gambar yang mereka buat kebanyakan menyampaikan sebuah narasi atau menjelaskan suatu keadaan signifikan sebagai hasil pengalaman dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti misalnya melihat bus atau mobil atau sebuah catatan peristiwa keadaan jalan yang sedang banjir,


(18)

kemudian juga ada yang merupakan sebuah objek yang mereka biasanya lihat dan ketahui.

Warna yang dominan pada karya-karya mereka ialah warna merah, oranye, biru, dan hijau yang merupakan warna-warna yang mudah mereka kenali. Bentuk yang banyak digambarkan ialah bentuk geometrik dan bentuk organik. Hasil analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa gambar yang mereka buat bertemakan tentang kehidupan dan keadaan lalu lintas, juga kendaraan yang pada intinya merupakan objek-objek yang ada di sekeliling mereka dan yang sudah biasa mereka lihat maupun mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Disamping hasil analisis dari penelitian yang menunjukan anak-anak mengekspresikan dirinya melalui kegiatan menggambar, dengan mengenal dan mengetahui bahasa rupa gambar anak kita dapat mengetahui subjektifitas mereka dari segi ekspresi mereka tersebut, dengan demikian ini menjadi wadah dan sarana komunikasi untuk orang tua dan orang-orang sekitarnya terhadap mereka. Hal ini membuat kita dapat mengenal lebih jauh apa yang mereka alami, sukai, dan masih banyak hal lainnya yang dapat digali lebih jauh.

Penelitian ini dengan demikian semakin meyakini penulis, bahwa menggambar merupakan kegiatan yang penting dan sudah seharusnya tidak disepelekan, atau hanya dianggap sebagai kegiatan tambahan dan formalitas belaka, akan tetapi dapat membuat anak-anak terutama anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu salah satunya anak sindroma Down melepaskan semua ekspresi mereka. Hal ini juga dapat menjadikan mereka dapat lebih dikenali melalui bahasa rupa gambarnya.

Peneliti menyarankan kepada pihak orang tua dan orang-orang terdekat maupun pembina-pembina sekolah agar mendukung penuh kegiatan menggambar dan tidak menyepelekannya begitu saja. Dengan demikian saat kegiatan menggambar dilakukan, kita dapat lebih mudah mengetahui apa yang penting untuk mereka, sebab mereka sekaligus bernarasi dan menceritakan sesuatu dalam prosesnya, dan tidak melarang mereka melakukan apa yang mereka sukai selama hal tersebut adalah


(19)

hal yang positif, seperti kegiatan menggambar ini. Saat kita melarang dan membatasi keinginan mereka atau melakukan yang mereka sukai, hal ini dapat membuat mereka murung, kesulitan untuk mengekspresikan diri dan mencurahkan hati mereka. Peneliti berharap dengan penelitian ini ada tindak lanjut dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manfaat dan tujuan yang dapat diambil dari kegiatan menggambar ini.


(20)

DAFTAR PUSTATA

Buku

Anning, A., & Ring, K. 2004.Making sense of children’s drawings. Maidenhead, UK: Open University Press.

Brommer, J. 2010.Elements of Art and Principles of Design.Hong Kong, JP: Crystal Productions Co.

Beal, A., & Miller, G. B. 2001.The Art of Teaching Art to Children in School and at Home. New York: Farrar, Straus, and Giroux.

Buchalter, S. I. 2009.Art Therapy Techniques and Applications (Kindle Edition).Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers.

David, Edwards. 2004.Art Therapy.London: Sage Publications.

Gardner, H. 1980.Artful Scribbles: The Significance Of Children's Drawings. USA: Basic Books.

Hall, E. 2009. Mixed messages: The role and value of drawing in early

education.International Journal of Early Years Education,17(3), 179–190. Knight, L. 2008. Communication and transformation through collaboration:

Rethinking drawing activities in early childhood.Contemporary Issues in Early Childhood, 9(4), 306–316. Retrieved from

http://dx.doi.org/10.2304/ciec.2008.9.4.306

Mark, Selikowitz. 1997.Down Syndrome: the facts - second edition.Oxford University Press Inc., New York.

Read, Herbert. 1954.Education Through Art,

Ring, K. 2006. Supporting young children drawing: Developing a role.

International Journal of Education Through Art,2(3), 195–209.

Rubin, Judith Aron. 2005.Child Art Therapy. John Wiley& Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB. Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung: Matahari.


(21)

Tabrani, Primadi. 2012. Bahasa Rupa. Bandung: Penerbit Kelir.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: Penerbit ITB.

Tabrani, Primadi. 2014. Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jurnal

Brooks, M. 2009a. Drawing to learn. In M. Narey (Ed.),Making meaning: Constructing multimodal perspectives of language, literacy, and learning through arts-based early childhood education(Vol. 2, pp. 9–30). New York, NY: Springer.

Keel, J. S. 1969. Journal of Aesthetic Education Vol. 3, No.4 , pp. 47-58. South Oak Street Champaign: University of Illinois Press. Diakses dari

http://www.jstor.org/ tanggal 20 Februari 2015 pukul 15.01 WIB. Pandanwangi, A., Piliang, Y., Adisasmito, N., & Sumintardja, E. 2015.

Drawing Expression of 8-10 Year-Old Girls with Learning Disabilities in Regular Elementary Schools in Indonesia(Vol. 31). Bandung. Indonesia. Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan Universitas Pendidikan Indonesia. DiaksesDiakses dari Direktori UPI website tanggal 14 Maret 2015 pukul 17.49 WIB.

Tocharman, Maman. 2009. Pendidikan Seni Dalam Dunia Pendidikan. Materi Pra Perkuliahan S2 Program Pendidikan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2009/2010. Diakses dari Direktori UPI website tanggal 11 Februari 2015 pukul 12.38 WIB.


(22)

Internet

https://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/

Diakses tanggal 11 Februari 2015 pukul 11.21 WIB.

http://infopsikologi.com/anak-orang-dengan-down-sindrom-apa-maksudnya/

Diakses tanggal 11 Februari 2015 pukul 13.07 WIB.

http://www.isdi-online.org/id/informasi/tentang-down-syndrome.html


(1)

BAB B

KESIMPULAN

Pada bab awal yaitu pendahuluan yang terdapat pada bab I, telah dijelaskan bahwa penelitian ini difokuskan kepada ekspresi anak-anak sindroma Down melalui media seni rupa, yaitu menggambar. Karya gambar merupakan hasil karya yang dibuat oleh anak-anak sindroma Down usia 7-13 tahun, di SLB-C Asih Manunggal Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hasil ekspresi anak-anak sindroma Down melalui kegiatan menggambar.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa melalui kegiatan menggambar, ini menjadi sebuah sarana untuk mereka mengekspresikan diri mereka, baik itu berupa pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan dan dilihat, benda-benda dan juga objek-objek yang mereka biasa ketahui dan lihat. Masing-masing anak menunjukan ekspresi yang berbeda, pada salah satu sampling yaitu AA YMB, ia mengekspresikan pengalaman, daya ingat terhadap lingkungan sekitar, dan objek yang biasanya ia ketahui. Pada salah satu sampling lainnya yang yaitu ZA, ia berekspresi dengan menceritakan pengalaman yang ia lihat. Pada sampling lainnya pula yaitu MI, ia mengekspresikan kesenangannya terhadap kegiatan menggambar dan objek-objek yang sebelumnya ia gambar.

Ketiga anak ini rata-rata memiliki kecenderungan menggambar berkomposisikan sesuai dengan kebiasaan mereka menggunakan tangan kanan atau kiri sebab pada dua anak sindroma Down yang diteliti mereka kidal, dan satu anak tidak sehingga ia memulai posisi gambar dari arah kanan. Karakteristik gambar anak-anak sindroma Down yang dapat diperoleh dari hasil keseluruhan karya gambar banyak bercirikan aneka lampak dan lampak khas. Gambar-gambar yang mereka buat kebanyakan menyampaikan sebuah narasi atau menjelaskan suatu keadaan signifikan sebagai hasil pengalaman dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti misalnya melihat bus atau mobil atau sebuah catatan peristiwa keadaan jalan yang sedang banjir,


(2)

kemudian juga ada yang merupakan sebuah objek yang mereka biasanya lihat dan ketahui.

Warna yang dominan pada karya-karya mereka ialah warna merah, oranye, biru, dan hijau yang merupakan warna-warna yang mudah mereka kenali. Bentuk yang banyak digambarkan ialah bentuk geometrik dan bentuk organik. Hasil analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa gambar yang mereka buat bertemakan tentang kehidupan dan keadaan lalu lintas, juga kendaraan yang pada intinya merupakan objek-objek yang ada di sekeliling mereka dan yang sudah biasa mereka lihat maupun mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Disamping hasil analisis dari penelitian yang menunjukan anak-anak mengekspresikan dirinya melalui kegiatan menggambar, dengan mengenal dan mengetahui bahasa rupa gambar anak kita dapat mengetahui subjektifitas mereka dari segi ekspresi mereka tersebut, dengan demikian ini menjadi wadah dan sarana komunikasi untuk orang tua dan orang-orang sekitarnya terhadap mereka. Hal ini membuat kita dapat mengenal lebih jauh apa yang mereka alami, sukai, dan masih banyak hal lainnya yang dapat digali lebih jauh.

Penelitian ini dengan demikian semakin meyakini penulis, bahwa menggambar merupakan kegiatan yang penting dan sudah seharusnya tidak disepelekan, atau hanya dianggap sebagai kegiatan tambahan dan formalitas belaka, akan tetapi dapat membuat anak-anak terutama anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu salah satunya anak sindroma Down melepaskan semua ekspresi mereka. Hal ini juga dapat menjadikan mereka dapat lebih dikenali melalui bahasa rupa gambarnya.

Peneliti menyarankan kepada pihak orang tua dan orang-orang terdekat maupun pembina-pembina sekolah agar mendukung penuh kegiatan menggambar dan tidak


(3)

hal yang positif, seperti kegiatan menggambar ini. Saat kita melarang dan membatasi keinginan mereka atau melakukan yang mereka sukai, hal ini dapat membuat mereka murung, kesulitan untuk mengekspresikan diri dan mencurahkan hati mereka. Peneliti berharap dengan penelitian ini ada tindak lanjut dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manfaat dan tujuan yang dapat diambil dari kegiatan menggambar ini.


(4)

DAFTAR PUSTATA

Buku

Anning, A., & Ring, K. 2004.Making sense of children’s drawings. Maidenhead, UK: Open University Press.

Brommer, J. 2010.Elements of Art and Principles of Design.Hong Kong, JP: Crystal Productions Co.

Beal, A., & Miller, G. B. 2001.The Art of Teaching Art to Children in School and at Home. New York: Farrar, Straus, and Giroux.

Buchalter, S. I. 2009.Art Therapy Techniques and Applications (Kindle Edition).Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers.

David, Edwards. 2004.Art Therapy.London: Sage Publications.

Gardner, H. 1980.Artful Scribbles: The Significance Of Children's Drawings. USA: Basic Books.

Hall, E. 2009. Mixed messages: The role and value of drawing in early

education.International Journal of Early Years Education,17(3), 179–190. Knight, L. 2008. Communication and transformation through collaboration:

Rethinking drawing activities in early childhood.Contemporary Issues in Early Childhood, 9(4), 306–316. Retrieved from

http://dx.doi.org/10.2304/ciec.2008.9.4.306

Mark, Selikowitz. 1997.Down Syndrome: the facts - second edition.Oxford University Press Inc., New York.

Read, Herbert. 1954.Education Through Art,

Ring, K. 2006. Supporting young children drawing: Developing a role. International Journal of Education Through Art,2(3), 195–209.


(5)

Tabrani, Primadi. 2012. Bahasa Rupa. Bandung: Penerbit Kelir.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: Penerbit ITB.

Tabrani, Primadi. 2014. Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jurnal

Brooks, M. 2009a. Drawing to learn. In M. Narey (Ed.),Making meaning: Constructing multimodal perspectives of language, literacy, and learning through arts-based early childhood education(Vol. 2, pp. 9–30). New York, NY: Springer.

Keel, J. S. 1969. Journal of Aesthetic Education Vol. 3, No.4 , pp. 47-58. South Oak Street Champaign: University of Illinois Press. Diakses dari

http://www.jstor.org/ tanggal 20 Februari 2015 pukul 15.01 WIB. Pandanwangi, A., Piliang, Y., Adisasmito, N., & Sumintardja, E. 2015.

Drawing Expression of 8-10 Year-Old Girls with Learning Disabilities in Regular Elementary Schools in Indonesia(Vol. 31). Bandung. Indonesia. Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan Universitas Pendidikan Indonesia. DiaksesDiakses dari Direktori UPI website tanggal 14 Maret 2015 pukul 17.49 WIB.

Tocharman, Maman. 2009. Pendidikan Seni Dalam Dunia Pendidikan. Materi Pra Perkuliahan S2 Program Pendidikan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2009/2010. Diakses dari Direktori UPI website tanggal 11 Februari 2015 pukul 12.38 WIB.


(6)

Internet

https://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/

Diakses tanggal 11 Februari 2015 pukul 11.21 WIB.

http://infopsikologi.com/anak-orang-dengan-down-sindrom-apa-maksudnya/

Diakses tanggal 11 Februari 2015 pukul 13.07 WIB.

http://www.isdi-online.org/id/informasi/tentang-down-syndrome.html