EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS Efek Active Stretching Otot Plntar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris.

(1)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan

Gelar Sarjana Fisioterapi

Disusun Oleh :

DONNY HENDARTO

J 120 131 035

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“Allah SWT Maha Tahu dan Selalu memberikan apa yang kita butuhkan.

Jadikan Kerja Kita Sebagai Ibadah Kita.

Untuk rezeki Biarlah Allah SWT yang Akan Mencukupinya”

(Donny Hendarto,Fisioterapis Yogyakarta)

“Sukses Itu Milik Kalian yang mau Berjuang, Bukan Mereka yang Cuma

Mengandalkan Faktor Keturunan “

(Hipwee.com)

Mandiri dari sekarang….. atau selanjut nya menyesal !. (Mr. Mujianto, Fisioterapis BALI)

Dengan berwirausaha. Untuk Keluar Dari Zona Nyaman.

RENCANAKAN, ILUSTRASIKAN. LAKSANAKAN. FOKUS. KOREKSI. INOVASI. EVALUASI.

BERSIAP UNTUK SUKSES. DUNIA AKHERAT (Mr. Totok Budi Santoso, FISIOTERAPI. PD III FIK UMS)


(6)

vi

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulilah atas berkat rahmad, hidayah serta karunia-Nya yang membuat hamba menjadi semangat, memiliki kekuatan,

ketabahan dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya persembahkan cinta dan kasih sayang ini kepada Allah SWT, Nabi Besar

Muhammad SAW, Kedua Orangtua ku tercinta Papa H. Drs. Sukiman Ngadiman,

MM. Almarhum Mama Hj. Dra. Paniyah, MM. Semua saudaraku, Mami Tari,

Almarhum Bapak mertua dan Ibu Mertua, BIDADARI SURGA Istriku

tersayang Nindah Kesuma Sari, AMKep yang setia serta kesabaran

mendampingi, Jagoanku Kesyanida Najwa Hendarto dan Hanan Dzaka

Hendarto, kedua orangtua ku Bapak Yosef Sumartono, BSc dan ibu sekeluarga, Yang menjadi motivasi dan Inspirasi dan tiada hentinya memberikan

semangat, doa kepada penulis.

Terimakasih yang tidak terhingga untuk dosen pembimbingku, Bapak Totok Budi Santoso, S,Fis, MPH dan Bapak Agus Widodo, S.Fis, M.Fis

Teruntuk semua saudara ku di Kelas Fisioterapi Transfer FIK UMS angkatan

2013, terimakasih atas suka duka ini, canda tawa, “Kita Memang Luar Biasa”. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan staf Fisioterapi FIK UMS, terimakasih untuk semua

ilmu dan pengetahuan yang diberikan, semoga keikhlasan bapak ibu mendapat hadiah terbaik dari Allah SWT.


(7)

vii

Alhamdulilahirabbil’alamin, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat

Allah SWT yang telah melimphkan karunia, rahmad dan hidayah nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEK ACTIVE STRETCHING

OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI

FASCIITIS PLANTARIS

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana fisioterapi pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak.

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Dr. Suwaji, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc selaku Kaprodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis, M.PH selaku pembimbing I dan Bapak Agus Widodo, S.Fis, M.Fis selaku pembimbing I dan II. Penulis


(8)

viii

5. Segenap Bapak Ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Terimakasih atas seluruh ilmu yang diberikan kepada penulis.

6. Keluargaku. Papa, Almarhum Mama, Mami Tari. Istriku Tersayang dan

jagoanku, bapak Yosef sumartono beserta ibu. Terimakasih atas seluruh kasih sayang, dukungan, motivasi serta doa yang tiada henti tercurah. 7. Seluruh saudara dikelas S1 Fisioterapi transfer 2013. Terimakasih atas

semuanya, cinta kasih sayang, kebahagian serta pengorbanan.

8. Bunda ririt, bang dedi genzo super, diaz, nurlizan, taufik, dedi supri, margha, dewik, latif, widhi, miftah. Terimakasih terbesarku, Doa terbaik untuk saudaraku ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Untuk ini penulis mengharapkan saran beserta masukan yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Oktober 2015


(9)

ix ABSTRAK

PROGRAM STUDI S 1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, Oktober 2015 33 Halaman DONNY HENDARTO

EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE

TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS

(Dibimbing Oleh: Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH dan Agus Widodo, S.Fis, M.Fis)

Latar belakang : Fasciitis plantaris merupakan peradangan pada fascia plantaris. Faktor yang menyebabkan adalah umur, berat badan, aktivitas, trauma. Gejala awal yang dialami timbulnya nyeri pada bagian belakang tumit. Active Stretching pada otot plantar flexor ankle merupakan salah satu metode terapi latihan yang dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri fasciitis plantaris.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek active stretching otot

plantar flexor ankle untuk menurunkan nyeri fasciitis plantaris.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design dengan desain one group pre test and post test design, jumlah sampel 18 orang. Cara

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan judgment

sampling. Tehnik judgment sampling dilakukan ketika seorang peneliti memilih anggota-anggota sampel untuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria. Serta menggunakan system drop out. Sistem drop out dilakukan apabila responden tidak melakukan metode latihan rutin akan gugur/tidak digunakan.

Hasil : data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, uji statistik menggunakan uji wilxocon test untuk uji hipotesis, di peroleh nilai p = 0,001 atau nilai p < 0,05 yang berarti ada efek pemberian active stretching otot plantar flexor ankle

terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.

Kesimpulan : adanya efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.


(10)

x

Thesis, October 2015 33 Pages DONNY HENDARTO

THE EFFECTS OF ACTIVE STRETCHING OF ANKLE PLANTAR FLEXOR MUSCLE TOWARD THE DECREASE OF PLANTAR FASCIITIS PAIN

(Supervised By Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH and Agus Widodo, S.Fis, M.Fis)

Background: plantar fasciitis is an inflammation of the plantar fascia. Factors that cause this plantar fasciitis are age, weight, activity, and trauma. The initial symptoms are experienced the onset of pain in the back of the heel. Active stretching of the plantar flexor muscles of the ankle is one of exercise methods therapy that can be applied to reduce the pain of plantar fasciitis. Objective: This study was aimed to determine the effects of the active stretching of the ankle plantar flexor muscles to reduce plantar fasciitis pain. Methods: This study applied a pre-experimental design by using one group pre test and post test design, the sample size are 18 people. The sample was determined by using purposive sampling of judgment sampling. Judgmental sampling is a non-probability sampling technique where the researcher selects units to be sampled based on their knowledge and professional judgment.

Results: The data obtained are not normally distributed, statistical test of Wilcoxon test for the hypotheses, obtained value of p = 0.001 or p <0.05, means that there is a significant effects of active stretching of ankle plantar flexor muscles toward fasciitis pain reduction.

Conclusion: active stretching of the ankle plantar flexor muscles has show significant effect toward the fasciitis pain reduction.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN.………... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………..…... iv

MOTTO ………. v

PERSEMBAHAN ………. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

ABSTRAK ………. ix

ABSTRACT ……….. x

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR GAMBAR …..……….. xiii

DAFTAR TABEL ….………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan masalah ……… 3

C. Tujuan Penelitian ………... 3

D. Manfaat Penelitian ………... 3

BAB II LANDASAN TEORI ……… 5

A. Kerangka Teori ……… 5


(12)

xii

2. Patofisiologi Fasciitis Plantaris ……….. 7

3. Pemeriksaan Fasciitis Plantaris ……… 10

4. Diagnosa Fasciitis Plantaris ……….. 10

5. Pengobatan Fasciitis Plantaris ………... 11

6. Prognosis Nyeri Fasciitis Plantaris ………... 11

7. Nyeri Fasciitis Plantaris ……… 11

8. Terapi Latihan Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle ….. 13

9. Pengukuran Nyeri Dengan Visual Analog Scale (VAS) ……….. 16

B. Kerangka Pikir ………... 17

C. Kerangka Konsep ………. 17

D. Hipotesa ……… 18

BAB III METODE PENELITIAN ……… 19

A. Jenis Penelitian ……… 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 19

C. Populasi dan Sampel ……… 20

D. Variabel Penelitian ……….. 21

E. Definisi Konseptual ……….. 21

F. Definisi Operasional ……… 22

G. Jalannya Penelitian ……….. 23

H. Tehnik Analisis Data ………... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 25

A. Gambaran Umum ……… 25

B. Karakteristik Responden ………. 26

C. Hasil Analisis Data ……….. 28

D. Pembahasan ………. 29

E. Keterbatasan Penelitian ………... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 32

A. Kesimpulan ……….. 32

B. Saran ……… 32 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xiii

Gambar 2.1 Otot Plantar Flexor Ankle………...… 5

Gambar 2.2 Aponeurosis Plantaris……… 7

Gambar 2.3 Latihan calf stretch……….…….... 14

Gambar 2.4 Latihan peregangan dengan counter top ………... 15

Gambar 2.5 Latihan Achilles tendon stretch ..………... 15

Gambar 2.6 Visual Analoque Scale ………..…. 16

Gambar 2.7 Kerangka Pikir ……….. 17

Gambar 2.8 Kerangka Konsep ………. 17


(14)

xiv

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….… 26

Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 26

Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Pre………... 27

Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri –Post………... 27

Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post……….. 28


(15)

xv

A. DATA PENELITIAN

B. SURAT KETERANGAN

1. Surat Persetujuan Menjadi Responden

2. Surat Ijin Penelitian 3. Surat Selesai Penelitian 4. Lembar Konsultasi Skripsi


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dari survei pre penelitian yang dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta, pada periode bulan Januari – Maret tahun 2015, keluhan nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 setelah nyeri pinggang bawah dan lutut. Dari 26 orang pasien dengan keluhan nyeri pada tumit, Sebanyak 18 orang pasien terdiagnosa nyeri tumit karena di sebabkan oleh fasciitis plantaris, selebihnya akibat dari calcaneus spur.

Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada

fascia plantaris. Simpai Fascia plantaris berjalan dari tulang tumit ke setiap tulang tulang jari-jari kaki, berfungsi sebagai penyokong telapak kaki terutama mempertahankan lengkung kaki. Bila ada tekanan yang tiba-tiba merentangkan jari-jari atau mendatarkan lengkung kaki, fascia plantaris dapat robek (Wibowo, 1994).

Fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun, tetapi pada seseorang yang mempunyai kelainan bentuk kaki (abnormal foot) yaitu telapak kaki datar (flat foot) bisa terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Bila dibandingkan dengan laki-laki, wanita lebih sering mengalaminya. Sebanyak 43 % terjadi pada pekerja yang berdiri lebih dari 6 jam sehari. Sebanyak 70 % terjadi pada orang kegemukan atau obesitas, dan lebih dari 50 % pada orang berusia diatas 50 tahun. Fasciitis plantaris dapat disebabkan oleh faktor, antara lain :


(17)

obesitas, flaat foot dan pes cavus, tightness otot gastrocnemius atau soleus, pengguna sepatu hak tinggi dan degenerative (Wibowo, 1994). Salah satu gejala awal yang di rasakan pada kondisi fasciitis plantaris adalah timbulnya nyeri. Nyeri pada fasciitis plantaris biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga terjadi dengan tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Nyeri sering terjadi pada pagi hari, dibagian belakang tumit dan pada saat berjalan maka nyeri akan meningkat (Wibowo, 2011).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Digiovani dkk, 2001 disimpulkan bahwa analisa dilakukan terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan nyeri pada fasciitis plantaris. Demikian sama hal nya yang akan dilakukan peneliti kali ini mencoba untuk menggunakan modalitas latihan peregangan active stretching otot plantar fleksor ankle tanpa mengkombinasikan dengan modalitas lain sehingga diharapkan dapat dicapai efek yang lebih spesifik untuk mengurangi nyeri pada kondisi plantar fasciitis.

Latihan peregangan Active stretching (peregangan aktif) adalah metode latihan yang dilakukan pasien sendiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapis (Kisner, 2007). Latihan ini bertujuan untuk terjadinya pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas pada fascia. Kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan kontraksi memanjang pada tendon dan

fascia sehingga secara perlahan akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia. Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel


(18)

sehingga nyeri dapat berkurang. Pemberian active stretching juga dapat melepaskan perlengketan dalam apponeurosis plantaris dan abnormal cross link,

sehingga dapat melepaskan jaringan fibrous dan mengurangi iritasi terhadap saraf tipe C dan A yang menimbulkan nyeri regang, serta meningkatkan jumlah sel darah merah, sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah, yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal (Digiovani dkk, 2001).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle

terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle

terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Dapat Sebagai pedoman ilmiah untuk menambah pengetahuan tentang ilmu terapi latihan fisioterapi dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dalam perkembangan ilmu rehabilitasi medis.


(19)

2. Manfaat praktis

Dapat dijadikan pedoman ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dalam rangka mengembangkan metode serupa sehingga dapat bermanfaat bagi praktisi medis dan masyarakat pada umumnya.


(20)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Anatomi dan Biomekanik Kaki

a. Persarafan, otot pergelangan kaki

Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus sacralis. Persarafan yang berfungsi mengontrol pergerakan pergelangan kaki yaitu n. tibialis, n. fibularis profundus dan n. fibularis superficialis. Saraf sensoris berasal dari n. suralis dan n. saphenus (Gibson, 2002).


(21)

Otot yang berperan untuk gerakan plantar fleksi ankle yaitu m. gastrocnemius dan m. soleus, dibantu m. tibialis posterior, m. flexor halusis longus dan m. flexor digitorum longus (Faiz, 2002).

b. Osteologi pergelangan kaki

Kaki dibentuk dari gabungan beberapa tulang : talus, calcaneus, cuboid, navicular, 3 ossa cuneiform, metatarsal I-V, phalanges I-V, 4 ossa phalanges distal, 3 phalanges middle dan 2 ossa sesamoid di bagian

plantar (Netter, 1998).

c. Persendian pada pergelangan kaki

Persendian pergelangan kaki terdiri dari sendi tibiofibularis distal joint, merupakan pertemuan os tibia dan os fibula, yang merupakan

syndesmosis sehingga pergerakannya terbatas. Sendi taloclularis joint (upper ankle joint), yang dibentuk oleh ujung distal os tibia dan os fibula

serta bagian atas tulang talus. Sendi subtalaris joint (talocalcanea joint) yang dibentuk oleh talus dan calcaneus.

d. Ligament Plantar fascia

Ligamen plantar fascia atau aponeurosis plantaris yang berupa lapisan jaringan ikat tebal dan kuat pada telapak kaki (Gibson, 2002). Ligamen ini berjalan secara transversal dari tuberositas medial kalkaneus

kearah caput ossa metatarsal I-V telapak kaki, berfungsi sebagai penyangga bagian lengkung kaki (Cooper, 2007).


(22)

2.2 Aponeurosis plantaris (Netter, 1998) 2. Patofisiologi fasciitis plantaris

a. Definisi

Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris (Siburian, 2008). Fasciitis plantaris diawali dengan adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan appneurosis


(23)

plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi

dan nyeri pada fascia plantaris (Cooper, 2007). b. Gejala

Gejala terjadinya fasciitis plantaris adalah nyeri tajam dibagian dalam telapak kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri tumit setelah berdiri lama kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian medial atau lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari bagian

inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011). c. Faktor penyebab dan faktor resiko

Secara anatomi, pada saat kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke ligamen plantar fascia. Sehingga ligamen tersebut akan tertarik ketika kaki melangkah, tegang, berulang terus menerus, sehingga terasa nyeri ringan yang akhirnya mengalami inflamasi pada tuberositas calcaneus dan robekan kecil di serabut ligamenplantar fascia akan menjadi teriritasi atau meradang (Cooper, 2007).

Faktor resiko terjadinya fasciitis plantaris adalah : obesitas, kelainan bawaan pada arcus plantaris berupa flaat foot dan pes cavus, tightness m. gastrocnemius dan m. soleus, penggunaan alas kaki high heels, serta faktor degenerative, calcaneal spur / heel spur (Wibowo, 2011). Pada pasien


(24)

dengan obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia pada saat stance phase. Pronasi yang berlebihan pada sendi subtalar akan menyebabkan

eversi yang berlebihan pada calcaneus. Eversi yang berlebihan tersebut akan menyebabkan tarikan pada fascia plantaris selama fase foot flat,

sedangkan kaki dengan bentuk pes capus terjadi peningkatan arcus pada

fore foot dan hind foot sehingga tekanan oleh berat badan akan serap oleh

plantar fascia. Tightnes calf muscles menyebabkan adanya pembatasan kemampuan dari mid foot untuk melakukan supinasi serta terjadinya pengurangan pencapaian dorsal fleksi pada saat terminal stance dan

preswing. Pada seseorang yang gemar menggunakan sepatu hak tinggi dimana tendon Achilles yakni tendon yang melekat pada tumit akan berkontraksi/tegang dan memendek. Faktor degenerative dimana akan terjadinya perubahan musculoskeletal di usia lanjut sehingga akan berpengaruh pada kemampuan fascia plantaris untuk meregang. Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung dapat mengakibatkan distribusi berat badan tidak seimbang diterima oleh kedua kaki dan menyebabkan stress tambahan pada plantar fascia.

d. Epidemiologi

Fasciitis plantaris bisa terjadi pada semua umur terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Lebih beresiko karena faktor seperti pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan,

diabetes melitius, aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlit, penggunaan sepatu kurang tepat (Carter, 2001), ini bisa terjadi pada pria maupun


(25)

wanita, namun frekuensinya yang besar terjadi adalah pada wanita umur 40-60 tahun. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti obesitas, kehamilan serta perubahan hormon (Wibowo, 2011).

Pada pasien obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia yang berpengaruh pada arcus dimana terletak ligament plantar fascia. Sedangkan pada kehamilan terjadi perubahan hormon, berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami dapat menyebabkan ligamen

pada tubuh termasuk di kaki mengendur, ini dapat menyebabkan permasalahan mekanikal dan peradangan (Wibowo, 2011).

3. Pemeriksaan Fasciitis plantaris

Proses pemeriksaan diawali dengan anamnesa pasien. Diperoleh data pasien mengeluhkan ada nya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, positif nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait

(Wolf, 1994).

Tes khusus berupa stretch test dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasil didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau

lateral dari tuberositas calcaneus (Wolf, 1994). 4. Diagnosa Fasciitis plantaris

Diagnosa secara umum diperoleh dari pemeriksaan riwayat serta gangguan fisik pasien (Digiovani, 2001). Pemeriksaan foto rontgen ankle


(26)

joint dan calcaneus untuk memperoleh data apa ada bone spur. Pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh data apa ada Rhematoid arthtritis.

5. Pengobatan Fasciitis plantaris

Penggunaan NSAID (Non steroid Anti inflammation Drugs) seperti

ibuprofen (advil, motrin) untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesic. Methylprednisolon topical

untuk menurunkan peradangan dan menurunkan permeabilitas kapiler.

Aspirin untuk menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya peradangan lanjut (Meliala, 2001).

6. Prognosis nyeri Fasciitis plantaris

Semua bentuk penekanan berlebih yang diberikan pada fascia

plantaris akan menghasilkan tarikan atau peregangan pada insertio medial tuboresitas calcaneus, hal ini akan menyebabkan kegagalan pada periosteal

dan selanjutnya avulse dari periosteum pada tuboresitas calcaneus kemudian

avulse tersebut akan diikuti oleh pengisian kalsium sehingga akan terbentuk

calcaneal spur/heel spur (Wibowo,1994).

Menurut Wibowo, 2011 pada kebanyakan kasus, nyeri dari plantar fasciitis ini akan menghilang dengan sendirinya tanpa pembedahan atau pengobatan invasive lainnya.

7. Nyeri Fasciitis Plantaris

a. Teori Nyeri

Reseptor nyeri perifer (nosiseptor) terdapat disetiap struktur kutan,


(27)

aktual maupun potensial memicu nosiceptor untuk melepas zat-zat kimiawi endogen yang kemudian akan mentransduksi rangsangan tersebut menjadi impuls nyeri (Parjoto, 2006). Terdapat 3 macam reseptor nyeri yaitu kemoreseptor, mekanoreseptor, termoreseptor. Kemoreseptor peka terhadap rangsangan kimiawi dan impuls nyerinya akan diteruskan melalui serabut C. Mekanoreseptor dan termoreseptor peka terhadap rangsangan mekanik dan thermal, impuls akan diteruskan oleh serabut A delta (Widiastuti, 1996 dikutip Parjoto, 2006).

Impuls nyeri setelah melalui proses tranduksi dan transformasi

(menjadi rentetan potensial aksi) ditingkat reseptor, kemudian

ditransmisikan melalui serabut C dan atau serabut A delta menuju ke

cornu posterior medulla spinalis (Parjoto, 2006). Disini serabut-serabut tersebut membentuk suatu berkas nyeri dibagian ventral dan membentuk

sinaps yang berada di substansia gelatinosa (SG) rolandi yang merupakan tempat terjadinya system relai / teori gerbang control (Newton, 1990 dikutip Parjoto, 2006).

b. Mekanisme nyeri

Nyeri fasciitis plantaris diawali adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari

tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian medial calcaneus

akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan. Hal itu menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke cornu dorsalis


(28)

medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di interprestasikan sebagai nyeri (Siburian, 2008).

8. Terapi latihan active stretching otot plantar flexor ankle

Terapi Latihan active stretching (peregangan aktif) adalah metode latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007).

Terapi latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle

bertujuan untuk terjadinya pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas

fascia plantaris, kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan kontraksi memanjang pada tendon dan fascia. Sehingga akan secara perlahan akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia dan jaringan disekitarnya.

Respon fisiologis pemberian metode ini terhadap fasciitis plantaris

adalah melepaskan perlengketan dalam appeneorosus plantaris dan abnormal

cross link sehingga mengurangi iritasi terhadap A delta dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan jumlah sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal. Sehingga dapat mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan ada peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau


(29)

Metode active stretching otot plantar flexor ankle yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan :

a. Latihan calf stretch

Posisi : pasien menghadap dinding, berdiri sekitar dua, tiga kaki dari tembok, lakukan dorongan dengan tangan responden pada tembok. Dengan kaki yang sakit dibelakang dan kaki lainnya didepan. Dorong tembok, jadikan kaki yang didepan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang belakang, tumit kaki yang belakang menempel dilantai. Dosis : tahan posisi selama 10 detik, pengulangan 10 (sepuluh) kali, dan dilakukan 3 (tiga) kali sehari.

2.3 Latihan calf stretch (Ordine dkk, 2011)

b. Latihan peregangan dengan counter top

Posisi : pasien menghadap depan dengan memegang counter top. Letakkan kaki terpisah dengan satu kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan. Tahan posisi tumit dilantai selama 10 detik. Dosis : Tahan posisi tumit dan kaki yang meregang 10 detik,


(30)

kemudian rileks, luruskan kembali. Ulangi 10 (sepuluh) kali. Lakukan 3 (tiga) kali sehari.

2.4 Latihan peregangan dengan counter top (Belis, 2001)

c. Latihan Achilles tendon stretch

Posisi : posisikan ke-2 distal telapak kaki bertumpu pada anak tangga. Tekan tumit pelan kebawah sampai terprovokasi nyeri ditelapak kaki. Dosis : tahan posisi 10 (sepuluh) detik, istirahat, ulangi gerakan 10 kali. Lakukan 3 (tiga) kali sehari.


(31)

9. Pengukuran nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)

Pengukuran nyeri dengan VAS dilakukan dengan cara yaitu terapis membuat garis lurus sepanjang 100 mm dengan diberi angka 0 mm pada satu ujung dan angka 100 mm pada ujung yang lain. Kemudian terapis menerangkan pada pasien bahwa angka 0 mm menunjukkan rasa tidak nyeri dan angka 100 mm menunjukkan rasa nyeri yang sangat hebat dan tidak dapat ditahan lagi oleh pasien. Kemudian pasien diminta untuk menunjukkan satu titik pada garis tersebut yang kira-kira menggambarkan letak nyeri yang dirasakan pasien. Panjang garis yang dimulai dari titik tidak nyeri/angka nol sampai dengan titik yang ditunjuk pasien menunjukkan derajat / besarnya nyeri yang dirasakan pasien. Besar nyeri diukur dalam satuan millimeter (Crichton, 2001).

G


(32)

B. Kerangka Pikir

Gambar 2.7 Kerangka Pikir

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.8 Kerangka Konsep Nyeri

Faktor Resiko :

Obesitas, Flaat foot, pes capus, Tightness m.gastrocnemius,

m. soleus, Alas kaki tinggi/high heel

Fasciitis Plantaris

Gangguan Gerak dasar dan Gerak

Fungsional

Active stretching

otot plantar flexor ankle

Faktor Resiko :

Degenerative

Kehamilan Hormon Jenis Kelamin

profesi

Active Stretching otot plantar flexor ankle

Nyeri Fasciitis Plantaris


(33)

Keterangan gambar : Intervensi Active stretching otot Plantar flexor ankle

memberikan efek pada nyeri fasciitis plantaris.

D. Hipotesa

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian intervensi

active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental, dengan desain penelitian

one group pre-test-post-test design, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri

fasciitis plantaris.

Gambar 3.1 Rancangan penelitian one grup pre-test-post-test

Keterangan gambar :

S : subyek yang dilakukan penelitian

01 : pengukuran tingkat nyeri dengan VAS sebelum dilakukan latihan

active stretching otot plantar flexor ankle

02 : pengukuran tingkat nyeri dengan VAS setelah dilakukan latihan

active stretching otot plantar flexor ankle

X1 : perlakuan latihan active stretching otot plantar flexor ankle

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta, dengan waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 20 april 2015 s.d 15 mei 2015. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu.


(35)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta dengan kondisi fasciitis plantaris. Jumlah populasi 26 (dua puluh enam) orang.

2. Sampel

a. Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan motode purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1) Kriteria Inklusi (penerimaan)

a) Responden menderita nyeri pada area plantar fascia yang telah dipilih berdasarkan prosedur assesment fisioterapi serta tes khusus berupa stretch test.

b) Responden bersedia mengikuti jalannya penelitian dan

berkenan bekerja sama hingga penelitian berakhir 2) Kriteria Eksklusi (penolakan)

a) Responden Sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit

atau mendapatkan terapi modalitas lain dalam 10 hari sebelumnya

b) Sedang mengalami gangguan menstruasi / hamil trimester

pertama


(36)

d) Nyeri yang disertai dengan penyakit lain pada telapak kaki misal menderita osteoforosis, kanker & tumor

e) Responden dengan lesi meniscus dan fraktur pada area

plantar fascia.

3) Kriteria Dropout

a) Responden mengundurkan diri dari program penelitian

b) Responden tidak hadir di Klinik Fisioterapi Kalasan sekurang-kurangnya 4 kali berturut-turut

c) Responden tidak melakukan metode yang sudah diberikan peneliti kepada pasien untuk diterapkan dirumah sekurang-kurangnya 3 hari berturut-turut

b. Besar sampel penelitian

Jumlah sampel penelitian ini adalah 18 (delapan belas) orang. D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu latihan active stretching

2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu nyeri fasciitis plantaris

E. Definisi Konseptual

1. Latihan Active Stretching

Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007).


(37)

Penekanan dan penguluran pada fascia plantaris dapat menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf

A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke kornu dorsalis medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di interprestasikan sebagai nyeri (Periatna dan Gerhaniawati, 2006).

F. Definisi Operasional 1. Latihan Active stretching

Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007). Metode yang diterapkan pada

active stretching otot plantar flexor ankle meliputi latihan calf stretch, latihan peregangan dengan counter top, latihan Achilles stretch. Dosis yang diberikan : waktu utntuk menahan posisi yang berikan selama 10 detik, frekuensi pengulangan 10 kali/sesi. Dilakukan 3 kali / hari.

2. Nyeri Fasciitis plantaris

Nyeri fasciitis plantaris terdapat pada tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada

facia plantaris bagian medial calcaneus.

Proses pemeriksaan diawali dengan anmanesa pasien. Diperoleh data pasien mengeluhkan adanya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, didapat positif nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait (Wolf, 1994). Tes khusus berupa stretch test


(38)

dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasilnya didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris

diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau lateral dari tuberositas calcaneus.

Pengukuran nyeri dilakukan dengan menggunakan VAS, berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 untuk nyeri terberat, dengan Nilai VAS 0 - < 4 = nyeri ringan, 4 - < 7 = nyeri sedang, 7 - 10 = nyeri berat (Meliala, 2001).

G. Jalannya Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta

2. Peneliti menentukan populasi, teknik pengambilan sampel responden 3. Peneliti melaporkan hasil yang diperoleh dari observasi kepada Program

Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

4. Mengajukan izin pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Manajemen Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta

5. Peneliti melakukan perkenalan kepada responden sekaligus mendapatkan

tanda tangan sebagai bukti persetujuan dari responden (informed consent) untuk bersedia menjadi responden penelitian


(39)

6. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang proses yang akan dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian, metode intervensi fisioterapi yang dipakai pada kondisi responden yang diterapkan ketika di klinik fisioterapi, dan program latihan mandiri yang akan dilakukan dirumah 7. Awal pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari senin tanggal 20 april

2015. Sebelum melakukan program latihan active stretching pada otot

plantar flexor ankle, peneliti melakukan pengukuran nyeri pre dengan skala VAS sebelum melakukan tindakan pada semua sampel.

8. Penelitian dilakukan selama 4 minggu, dimulai pada hari senin tanggal 20 april 2015 dan berakhir pada tanggal 15 mei 2015 dengan frekuensi kunjungan 3 kali/minggu yaitu pada hari senin, rabu, jum’at.

9. Pelaksanaan pengukuran nyeri post tindakan dengan skala VAS

dilakukan pada hari jumat tanggal 15 mei 2015.

10.Peneliti mendokumentasi hasil penelitian yang dilakukan. H. Teknik Analisis Data

Uji analisa yang digunakan untuk mengetahui efek active stretching otot

plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris antara data pre

(sebelum penelitian) dan post (setelah penelitian) menggunakan uji non parametric yaitu wilcoxon test dengan nilai probabilitas p < 0,05 yang mengandung arti bermakna yaitu ada efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta berdiri pada tanggal 1 november 2013, beralamat di Jl. Kalasan – Piyungan KM 1 Bendungan 1/13 Tirtomartani Kalasan Sleman DI Yogyakarta Indonesia. Jadwal praktek hari senin sampai dengan sabtu pukul 13.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Berdasarkan data yang terdapat di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta periode bulan Januari – Maret 2015, keluhan nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 (tiga) setelah nyeri pinggang bawah dan nyeri lutut. Dengan jumlah pasien 26 orang pasien dengan keluhan nyeri tersebut. Setelah melakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga terpilih 18 orang pasien.

Pengolahan data hasil penelitian ini diawali dengan deskripsi data. Penelitian ini dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta dengan subyek adalah pasien yang menderita nyeri tumit yang disebabkan oleh fasciitis plantaris, pada tanggal 20 april 2015 – 15 mei 2015. Sampel penelitian berjumlah 18 (delapan belas) orang, yang diberi perlakuan terapi latihan active stretching otot

plantar flexor ankle. Dengan desain penelitian one group pre-test-post-test design, uji non parametric dengan wilcoxon test.

B. Karakteristik Responden


(41)

Pengelompokan usia responden pada tabel dibawah ini sesuai

dengan pembagian karakteristik usia menurut WHO yang

mengelompokan usia 30 - 40 tahun sebagai kelompok usia pertengahan (middle age) dan usia 41 – 60 tahun sebagai kelompok usia lanjut (elderly).

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

1 30 – 40 tahun (middle age) 8 orang 44 % 2 41 – 51 tahun (elderly age) 10 orang 56 %

Jumlah 18 % 100 %

Sumber : Olah Data 2015

Berdasarkan data tabel diatas didapatkan pasien dengan umur 30 – 40 tahun sebanyak 8 orang dan umur 41 – 51 tahun sebanyak 10 orang. 2. Distribusi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki – laki 9 50% 2 Perempuan 9 50% Jumlah 18 100 %

Sumber : Hasil Olah Data, 2015

Berdasarkan data tabel diatas didapatkan bahwa pasien laki-laki berjumlah 9 orang dan perempuan berjumlah 9 orang.


(42)

Pada penelitian ini pengukuran derajat nyeri fasciitis plantaris

menggunakan parameter alat ukur yaitu VAS (Visual Analoque Scale). Hasil penelitian pengukuran nyeri fasciitis plantaris dengan VAS dipaparkan dibawah ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Pre

No VAS pre Frekuensi Persentase

1. 7,4 – 7,5 3 16,7%

2. 7,6 – 7,7 2 11,1%

3. 7,8 – 7,9 4 22,2%

4. 8,0 – 8,1 3 16,7%

5. 8,2 – 8,3 6 33,3%

Jumlah 18 100 % Sumber : Hasil Olah Data, 2015

Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Post

No VAS Post Frekuensi Persentase

1. 0,7 – 1,1 1 5,6%

2. 1,2 – 1,6 5 27,8%

3. 1,7 – 2,1 4 22,2%

4. 2,2 – 2,6 4 22,2%

5. 2,7 – 3,1 4 22,2%

Jumlah 18 100 % Sumber : Hasil Olah Data, 2015


(43)

Untuk membuktikan efek active stretching otot plantar flexor ankle

terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris adalah dengan menghitung adanya perbedaan mean pre dan post pengukuran derajat nyeri dengan skala VAS. Pengolahan statistic mean pre dan post derajat nyeri fasciitis plantaris VAS pada penatalaksanaan active stretching otot plantar flexor ankle menggunakan wilcoxon test sebagai berikut :

Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post Active Stretching otot

Plantar Flexor Ankle

N Mean Std Min Dev Max Dev

Pre 18 7,9500 .30341 7.40 8.3

Post 18 2,0500 .66266 .70 3.102

Selisih 5,9000 .35925 -6.7 5.198

Sumber : Hasil Olah Data, 2015

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil penurunan nyeri setelah diberikan penatalaksanaan latihan active stretching otot plantar flexor ankle pada kondisi fasciitis plantaris, yaitu dari mean 7,9500 menjadi 2,0500 dengan selisih 5,9000.

C. Hasil Analisis Data

Tabel 4.6 Analisis Statistik Wilcoxon signed ranks test

Efek Active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri Fasciitis plantaris

Post - Pre

Z -3,728

Asymp. Sgn. (2-tailed) ,000


(44)

Analisis data memperoleh hasil nilai Z = -3,728 dan p = 0.000 atau p < 0.05 mengandung arti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya ada efek active stretching otot plantar flexor ankle

terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.

D. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 interval usia dalam penelitian adalah 30 – 51 tahun, dengan persentase 30 – 40 tahun sebesar 44 % dan 41 – 51 tahun sebesar 56 %. Hasil penelitian menyatakan bahwa responden usia 41 - 51 tahun menjadi interval

usia yang paling banyak menderita fasciitis plantaris. Menurut Wibowo (2011)

fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun. Sedangkan menurut Carter (2001) plantar fasciitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Pada rentang usia tersebut akan terjadi perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh khususnya pada cross-link seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Connective tissue juga akan kehilangan banyak kandungan seperti collagen, elastin, glycoprotein, hylauronic acid dan contractile protein (Siburian, 2008).

Berdasarkan tabel 4.2 didapat sampel penelitian laki-kali berjumlah 9 orang dan perempuan sebanyak 9 orang. Menurut Wibowo (2011) plantar fasciitis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu dengan pemberian tindakan active Steretching otot plantar flexor ankle dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam 1 minggu. Intervensi dimulai tanggal 20 april 2015 dan berakhir tanggal 15 mei 2015.


(45)

Pada tabel 4.3 sebelum dilakukan tindakan terapi didapatkan interval nyeri paling tinggi 8,2 - 8,3 skala VAS dengan frekuensi 6 orang dan paling rendah berada pada interval 7,4 – 7,5 skala VAS dengan frekuensi 3 orang. Dengan adanya nyeri tinggi, pasien akan cenderung membatasi gerakan yang akan berpotensi menimbulkan nyeri. Termasuk gerakan mengulur sehingga pasien akan malas melakukan gerakan. Mengakibatkan adanya gangguan saat melakukan aktivitas sehari-hari (Siburian, 2008).

Pada tabel 4.4 diketahui ada pengaruh efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Karena pada tabel 4.4 diperoleh nyeri paling tinggi, turun pada interval 2,7 – 3,1 skala VAS. Pada tabel 4.5. diperoleh nilai Z = -3,728 dan p = 0,001, sehingga nilai p < 0,05 maka ada pengaruh pemberian active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri fasciitis plantaris. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Digiovani (2001) dinyatakan bahwa setelah melakukan analisa terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan nyeri pada fasciitis plantaris.

Proses fisiologis active stretching otot plantar flexor ankle terhadap mekanisme pengurangan nyeri fasciitis plantaris dimulai dengan terlepasnya perlengketan dalam appeneurosus plantaris dan abnormal crosslink sehingga mengurangi iritasi terhadap serabut saraf A delta dan tipe C yang menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam


(46)

membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal. Sehingga akan mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris

diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel sehingga nyeri dapat berkurang (Rica, 2011)

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal dan cermat tetapi masih ada keterbatasan di luar jangkauan peneliti diantaranya sebagai berikut:

1. Peneliti hanya menggunakan satu grup perlakuan tanpa group kontrol karena keterbatasan waktu dan kesulitan mendapatkan subyek dalam penelitian sehingga penelitian ini memiliki kelemahan.

2. Peneliti tidak dapat mengendalikan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari subyek, tidak bisa mengontrol tingkat ketegangan pikiran (stress), penggunaan obat dan alat terapi lain serta nutrisi yang berpengaruh terhadap perubahan derajat nyeri serta hobi subyek.


(47)

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peneliti memberikan penatalaksanaan terapi latihan active stretching otot

plantar flexor ankle pada kasus fasciitis plantaris yang menyebabkan terjadi nya nyeri pada tumit atau telapak kaki.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan setelah dianalisis dengan uji Wilcoxon dapat diambil suatu kesimpulan ada efek active stretching otot

plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. sehingga berpengaruh terhadap kemampuan gerak fungsional dasar dan gerak fungsional

aktivitas yang melibatkan persendian ankle secara umum. Namun dalam

penelitian ini hanya mengambil satu variable saja yaitu nyeri.

B. Saran

Peneliti memberikan saran untuk fisioterapis bahwa modalitas terapi latihan metode active stretching otot plantar flexor ankle merupakan salah satu pilihan untuk membantu pasien yang mengalami nyeri akibat fasciitis plantaris. tehnik ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, bisa diterapkan di klinik fisioterapi atau juga sebagai homeprogram/edukasi yang dapat dilakukan di rumah atau lingkungan aktivitas pasien.


(49)

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan kelompok kontrol sehingga hasil lebih berkualitas, dengan waktu penelitian lebih lama dan jumlah sampel yang lebih banyak, serta penatalaksanaan dosis latihan dan kedisplinan responden, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik dan berkualitas.


(50)

Myers

Bijur PE, Silver W, Gallagher J. 2001. Reliability of the Visual Analog Scale for

Measurement of Acute Pain. Academic Emergency Medicine

Carter, 2001. The Theory and Therapy Of Osteoarthritis. New York : Thieme Stutgart

Crichton, N. 2001. Visual Analoge Scale dalam journal of clinical nursing. Di

ambil pada tanggal 20 januari 2015 dari

http://www.blackwellpublishing.com/

Cooper, Grant. 2007. Therapeutic Uses of Botulinum Toxin. Springer Science and business media. Halaman 75-77

Digiovani, Benedict F, dkk. 2001. Tissue Specific Plantar Fascia Streching Exercise Enhances Outcomes in Patients With Chronic Heel Pain. The journal of Bone and Joint Surgery, Incorporated

Faiz, Omar dan Moffat, David. 2002. At a Glande Series Anatomi. Jakarta : Erlangga. Halaman 111

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keefe, FJ. 1996. Contribution of Pain Behavior Assestment and Pain Assestment to The Develoment of Pain Clinics, in : Cohon Treatment Centers at a crossroads A Practical and Conseptual Reappraisal. Seattle : IASP Press Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Third Edition.

F.A. Philadelphia. Davis Company

Meliala, L, dkk 2001. Prinsip Terapi Farmaka Nyeri. Kelompok Studi Nyeri

PERDOSSI. Halaman 191 – 212

Netter, Frank dan Colacino, Sharon. 1998. Atlas Of Human Anatomy.

Pharmateutical Division. CIBA – GEIGY Corporation

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ordine, Romulo Renan, dkk. 2011. Effectiveness Of Myofascial Trigger Point Manual Therapy Combined With a Self-stretching Protocol For The Management Of Plantar Heel Pain : A Randomized Controled Trial.


(51)

Periatna, Heri dan Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Underwater dengan Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Gel

terhadap Penurunan Nyeri Pada kasus Plantar Fascitis. Jurnal

Fisioterapi Indonusa. Volume 6. Nomor 1

Rica, Theresia. Kombinasi Intervensi Terapi Latihan dan Ultrasound (US) Lebih Baik Daripada Masase dan Ultrasound (US) untuk penurunan Nyeri pada Kondisi Plantar Fascitis. Universitas Udayana Denpasar Bali : Program Studi Fisioterapi

Siburian, 2008. Penyakit Plantar Fascitis. Dalam : Soeparman, Waspadji S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Wibowo, Hardianto. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wibowo, Suryo. 2011. 100 Question and Answer : Asam Urat. Penerbit : Elex Media Komputindo

Wolf de, A.N dan Mens, J.M.A. 1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh

Diagnostik Fisis Dalam Praktek Umum. Cetakan ke 2. Bohn Stafleu Van


(52)

(53)

GAMBAR LATIHAN JENIS LATIHAN

Latihan Achilles Tendon Stretch

Latihan peregangan dengan counter top


(54)

Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris

No Nama Jenis

Kelamin

Usia VAS Pre 20/4/2015

VAS Post 15/5/2015

Keterangan

1 Bernadeta P 40 8,1 2,5 Menurun

2 Yuanita P 42 8,2 2,4 Menurun

3 Endang P 49 8,3 2,1 Menurun

4 Siti Maisaroh P 39 8,1 2,3 Menurun

5 Imron L 35 7,8 1,8 Menurun

6 Tri suciwati P 46 8,3 3,1 Menurun

7 Mustaqim L 39 7,5 1,5 Menurun

8 Sumarni P 49 8,3 3,1 Menurun

9 Susilo Adi L 40 7,7 0,7 Menurun

10 Tartik P 42 8,1 2,8 Menurun

11 Lusianingsih P 45 8,3 2,7 Menurun

12 Dionisius L 42 7,9 1,2 Menurun

13 Yuliani P 43 8,2 2,1 Menurun

14 Hendardi A L 35 7,4 1,4 Menurun

15 Bagas L 37 7,7 1,5 Menurun

16 Dedi L 38 7,8 1,9 Menurun

17 Suparlan L 45 7,9 2,2 Menurun

18 Yosef L 41 7,5 1,6 Menurun

Keterangan : P : Perempuan L : Laki-laki


(55)

Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris

SAMPEL Terapi 1

20-4-2015 Terapi 2 22-4-2015 Terapi 3 24-4-2015 Terapi 4 27-4-2015 Terapi 5 29-4-2015 Terapi 6 1-5-2015 P 40 8,1 6,1 8,1 5,7 7,8 5,4 6,5 5,1 6,3 4,8 6,1 4,5 P 42 8,2 5,9 7,8 5,5 7,5 5,2 7,3 4,8 6,8 4,5 6,6 4,3 P 49 8,3 5,6 8,1 5,2 7,6 4,8 7,2 4,5 6,8 4,2 6,4 3,9 P 39 8,1 5,4 7,7 5,1 7,4 4,9 7,1 4,6 6,8 4,2 6,4 3,9 L 35 7,8 5,9 7,5 5,6 7,1 5,2 6,8 4,7 6,5 4,4 6,1 3,9 P 46 8,3 5,8 8,3 5,6 8,1 5,3 7,7 5,1 7,3 4,8 6,8 4,5 L 39 7,5 4,5 7,5 4,1 7,1 3,8 6,7 3,6 6,3 3,3 6,1 3,1 P 49 8,3 5,8 7,9 5,5 7,5 5,1 7,1 4,8 6,8 4,6 6,4 4,3 L 40 7,7 4,6 7,5 4,3 7,1 3,9 6,8 3,6 6,4 3,3 6,1 2,9 P 42 8,1 5,8 8,1 5,6 7,8 5,3 7,4 4,9 7,1 4,6 6,8 4,4 P 45 8,3 5,4 7,9 5,1 7,4 4,9 7,1 4,7 6,7 4,4 6,2 4,2 L 42 7,9 5,1 7,6 4,8 7,2 4,4 6,8 4,1 6,6 3,8 6,2 3,5 P 43 8,2 5,3 8,1 5,2 7,8 4,9 7,4 4,6 7,1 4,3 6,8 3,9 L 35 7,4 5,5 7,1 5,1 6,8 4,7 6,6 4,4 6,2 4,1 5,8 3,7 L 37 7,7 4,9 7,5 4,8 7,2 4,5 6,8 4,1 6,5 3,7 6,1 3,3 L 38 7,8 4,9 7,8 4,7 7,5 4,4 7,2 4,1 6,9 3,8 6,7 3,6 L 45 7,9 5,2 7,6 4,9 7,4 4,6 7,1 4,3 6,9 4,1 6,6 3,8 L 41 7,5 4,6 7,3 4,3 7,1 4,1 6,9 3,8 6,6 3,6 6,3 3,2


(56)

6,3 4,1 5,9 3,8 5,6 3,4 5,2 3,1 4,8 2,7 4,5 2,4 6,1 3,6 5,7 3,3 5,3 2,9 4,9 2,7 4,6 2,4 4,2 2,1 5,8 3,7 5,5 3,4 5,1 3,1 4,8 2,8 4,5 2,6 4,1 2,3 5,7 3,5 5,2 3,1 4,8 2,7 4,6 2,3 4,1 2,1 3,8 1,8 6,4 4,2 5,9 3,9 5,6 3,7 5,1 3,4 4,7 3,2 4,2 3,1 5,8 2,9 5,4 2,7 4,9 2,4 4,4 2,1 4,1 1,9 3,8 1,5 6,1 4,1 5,7 3,9 5,4 3,7 5,1 3,5 4,8 3,3 4,4 3,1 5,7 2,6 5,4 2,2 4,9 1,9 4,6 1,6 4,1 1,2 3,8 0,7 6,5 4,1 6,1 3,8 5,8 3,5 5,3 3,3 4,9 3,1 4,5 2,8 5,8 3,9 5,4 3,6 5,1 3,4 4,8 3,1 4,3 2,9 3,9 2,7 5,8 3,1 5,4 2,7 4,8 2,2 4,4 1,9 3,9 1,6 3,5 1,2 6,4 3,7 5,9 3,4 5,6 3,1 5,2 2,8 4,9 2,5 4,5 2,1 5,5 3,3 5,1 2,9 4,7 2,6 4,5 2,3 4,2 1,8 3,9 1,4 `5,9 3,1 5,6 2,7 5,2 2,4 4,8 2,1 4,4 1,8 4,1 1.5 6,4 3,3 6,1 3,1 5,8 2,9 5,6 2,6 5,2 2,2 4,9 1,9 6,3 3,5 6,1 3,3 5,8 3,1 5,6 2,9 5,3 2,5 4,9 2,2 5,9 2,9 5,6 2,7 5,3 2,4 5,1 2,2 4,9 1,8 4,6 1,6


(57)

N Valid 18

Missing 0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 9 50.0 50.0 50.0

Perempuan 9 50.0 50.0 100.0

Total 18 100.0 100.0

Frequencies Statistics

Umur

N Valid 18

Missing 0

Mean 41.50

Std. Deviation 4.162

Minimum 35

Maximum 49

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35 2 11.1 11.1 11.1

37 1 5.6 5.6 16.7

38 1 5.6 5.6 22.2

39 2 11.1 11.1 33.3

40 2 11.1 11.1 44.4

41 1 5.6 5.6 50.0

42 3 16.7 16.7 66.7

43 1 5.6 5.6 72.2

45 2 11.1 11.1 83.3

46 1 5.6 5.6 88.9


(58)

37 1 5.6 5.6 16.7

38 1 5.6 5.6 22.2

39 2 11.1 11.1 33.3

40 2 11.1 11.1 44.4

41 1 5.6 5.6 50.0

42 3 16.7 16.7 66.7

43 1 5.6 5.6 72.2

45 2 11.1 11.1 83.3

46 1 5.6 5.6 88.9

49 2 11.1 11.1 100.0

Total 18 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 18 35 49 41.50 4.162


(59)

Pre Test 18 7.40 8.30 7.9500 .30341

Post Test 18 .70 3.10 2.0500 .66266


(60)

Pre Test 18 7.9500 .30341 7.40 8.30

Post Test 18 2.0500 .66266 .70 3.10

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post Test - Pre Test Negative Ranks 18a 9.50 171.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 18

a. Post Test < Pre Test b. Post Test > Pre Test c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsb

Post Test - Pre Test

Z -3.728a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

NAMA LENGKAP : DONNY HENDARTO

TEMPAT TANGGAL LAHIR : BELITANG, 5 NOVEMBER 1982

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : BENDUNGAN 1/13 TIRTOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

NO TELP : 0813 286 46 334

EMAIL : donyhendarto_fisio@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN : TK ABA BELITANG

SD NEGERI 04 BELITANG TAMAT TAHUN 1996 SMP NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 1999 SMU NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 2001

DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : DONNY HENDARTO

TEMPAT TANGGAL LAHIR : BELITANG, 5 NOVEMBER 1982

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : BENDUNGAN 1/13 TIRTOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA NO TELP : 0813 286 46 334

EMAIL : donyhendarto_fisio@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN : TK ABA BELITANG

SD NEGERI 04 BELITANG TAMAT TAHUN 1996 SMP NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 1999 SMU NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 2001

DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Dokumen yang terkait

PENGARUH MYOFASCIAL RELEASE DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES Pengaruh Myofascial Release Dan Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris Pada Sales Promotion Girls Pengguna High Heels di Matahari Departme

3 19 17

PENGARUH MYOFASCIAL RELEASE DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES Pengaruh Myofascial Release Dan Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris Pada Sales Promotion Girls Pengguna High Heels di Matahari Departme

0 1 13

EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS Efek Active Stretching Otot Plntar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris.

1 14 15

PENDAHULUAN Efek Active Stretching Otot Plntar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris.

0 5 4

PENGARUH AUTO STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES Pengaruh Auto Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris Pada Sales Promotion Girls Pengguna High Heels Di Matahari Departement Store Pekalongan.

0 0 18

PENDAHULUAN Pengaruh Auto Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris Pada Sales Promotion Girls Pengguna High Heels Di Matahari Departement Store Pekalongan.

0 3 4

PENGARUH AUTO STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES Pengaruh Auto Stretching Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris Pada Sales Promotion Girls Pengguna High Heels Di Matahari Departement Store Pekalongan.

0 5 15

PENGARUH ACTIVE DAN PASSIVE STRETCHING OTOT FLEXOR HIP Pengaruh Active Dan Passive Stretching Otot Flexor Hip Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Hip Pada Lansia.

1 5 19

PENDAHULUAN Pengaruh Active Dan Passive Stretching Otot Flexor Hip Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Hip Pada Lansia.

0 2 4

PENGARUH ACTIVE DAN PASSIVE STRETCHING OTOT FLEXOR HIP Pengaruh Active Dan Passive Stretching Otot Flexor Hip Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Hip Pada Lansia.

1 8 14