ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 738K/Pdt.Sus /2011 MENGENAI SENGKETA MEREK PELASTIN DENGAN ELASTYN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.
ABSTRAK
STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 738K/Pdt.Sus /2011 MENGENAI SENGKETA
MEREK PELASTIN DENGAN ELASTYN DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK
Dimas Heldian
110110070028
Permasalahan hukum tentang Hak Kekayaan Intelektual semakin
berkembang luas di Indonesia salah satunya adalah masalah sengketa
Merek. Salah satu permasalahan hukum Merek di Indonesia adalah gugatan
PT. SANBE FARMA yang berdiri pada tahun 1975, adalah badan usaha /
perusahaan Indonesia yang memiliki usaha di bidang farmasi terhadap PT.
PHAROS INDONESIA yang berdiri pada tahun 1971 dan juga bergerak
dalam bidang farmasi, isi gugatan adalah mengenai Merek ELASTYN milik
PT. PHAROS INDONESIA yang digugat memilik persamaan pada pokoknya
dengan Merek Pelastin milik PT. SANBE FARMA. Pada kasus tersebut PT.
SANBE FARMA mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Niaga yang
kemudian dimenangkan oleh Penggugat dan kemudian diperkuat oleh
putusan Kasasi Mahkamah Agung.
Studi kasus ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
yang menitikberatkan kepada tekhnik pengumpulan data sekunder melalui
studi kepustakaan terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
persamaan pada pokoknya antara Merek ELASTYN milik PT. PHAROS
INDONESIA dengan Merek Pelastin milik PT. SANBE FARMA sudah tepat
pertimbangannya, Karena terdapat persamaan bentuk, warna, penempatan
Merek, cara penulisan, dan bunyi seperti diatur dalam Pasal 6 Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan penjelasannya.
Selanjutnya juga disimpulkan pendaftaran Merek ELASTYN oleh PT.
PHAROS INDONESIA telah melanggar Pasal 4 Undang Undang Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek karena memiliki itikad tidak baik dalam
mendaftarkan Merek tersebut, yaitu karena adanya persamaan pada
pokoknya dan adanya niat untuk membonceng ketenaran.
v
STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 738K/Pdt.Sus /2011 MENGENAI SENGKETA
MEREK PELASTIN DENGAN ELASTYN DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK
Dimas Heldian
110110070028
Permasalahan hukum tentang Hak Kekayaan Intelektual semakin
berkembang luas di Indonesia salah satunya adalah masalah sengketa
Merek. Salah satu permasalahan hukum Merek di Indonesia adalah gugatan
PT. SANBE FARMA yang berdiri pada tahun 1975, adalah badan usaha /
perusahaan Indonesia yang memiliki usaha di bidang farmasi terhadap PT.
PHAROS INDONESIA yang berdiri pada tahun 1971 dan juga bergerak
dalam bidang farmasi, isi gugatan adalah mengenai Merek ELASTYN milik
PT. PHAROS INDONESIA yang digugat memilik persamaan pada pokoknya
dengan Merek Pelastin milik PT. SANBE FARMA. Pada kasus tersebut PT.
SANBE FARMA mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Niaga yang
kemudian dimenangkan oleh Penggugat dan kemudian diperkuat oleh
putusan Kasasi Mahkamah Agung.
Studi kasus ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
yang menitikberatkan kepada tekhnik pengumpulan data sekunder melalui
studi kepustakaan terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
persamaan pada pokoknya antara Merek ELASTYN milik PT. PHAROS
INDONESIA dengan Merek Pelastin milik PT. SANBE FARMA sudah tepat
pertimbangannya, Karena terdapat persamaan bentuk, warna, penempatan
Merek, cara penulisan, dan bunyi seperti diatur dalam Pasal 6 Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan penjelasannya.
Selanjutnya juga disimpulkan pendaftaran Merek ELASTYN oleh PT.
PHAROS INDONESIA telah melanggar Pasal 4 Undang Undang Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek karena memiliki itikad tidak baik dalam
mendaftarkan Merek tersebut, yaitu karena adanya persamaan pada
pokoknya dan adanya niat untuk membonceng ketenaran.
v