TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPH PASAL 21 PEGAWAI TIDAK TETAP PADA PT.XYZ.

(1)

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TIDAK TETAP PADA PT. XYZ

(STUDI KASUS PADA SALAH SATU KLIEN CV. SUKARTHA KARYA SEJAHTERA)

Oleh:

KOMANG PANDE GERRY ASTRANA PUTRA NIM: 1306043025

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. ……….

2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., Msi., Ak. ……….

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

Drs. Komang Ardana, MM. Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. NIP. 195610121984031003 NIP. 196405181992121004


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) ini dengan baik. Penulisan Tugas Akhir Studi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana. Adapun judul Tugas Akhir Studi ini adalah “Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap Pada PT. XYZ”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir Studi (TAS) ini tidak sedikit hambatan, kekurangan, dan memperoleh bantuan, bimbingan, dorongan secara moril maupun materiil, dan semangat dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis pada saat penyusunan Tugas Akhir Studi (TAS). 5. Komang Ayu Krisnadewi, SE., Msi., Ak. Selaku Pembimbing Akademik yang


(4)

kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.

9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan sebagai perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.

10. Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Studi (TAS) ini.

11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Edy Arimbawa, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa Wijaya, dan I Made Wira Adi Pratama, yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

12. Dewa Ayu Ratih Purnama S. yang selalu mendukung, menemani, memberi semangat, dan membantu penulis agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) ini.


(5)

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, April 2016


(6)

Judul : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap Pada PT. XYZ (Studi Kasus Pada Klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)

Nama : Komang Pande Gerry Astrana Putra Nim : 1306043025

ABSTRAK

Pajak penghasilan atau yang sering disebut dengan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperoleh Objek Pajak Badan, Orang Pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam tahun pajak. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui mengenai tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap pada PT. XYZ

Dalam Penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau diperoleh dari pihak ketiga. Semua data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap pada PT. XYZ sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dokumen-dokumen yang digunakan sudah lengkap seperti slip gaji pegawai dan dokumen data pegawai serta telah terlaksana sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku saat ini, baik waktu penyetoran maupun pelaporan dilaksanakan dengan disiplin.

Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kegunaan Penelitian ... 3

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7

2.1.3 Tarif Pajak ... 8

2.2 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

2.2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 21 ... 9

2.2.3 Subjek Pajak ... 10

2.2.4 Subjek Pajak yang Dikecualikan ... 12

2.2.5 Objek Pajak ... 13

2.2.6 Pengertian Pegawai Tidak Tetap ... 16

2.2.7 Tarif Penghasilan PPh 21 ... 17

2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 17

2.2.9 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21 ... 18

2.2.10 Penyetoran PPh Pasal 21 ... 19

2.2.11 Pelaporan PPh Pasal 21 ... 20


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2 Objek Penelitian ... 22

3.3 Identifikasi Variabel ... 22

3.4 Defisini Operasional Variabel ... 22

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 23

3.5.1 Jenis Data ... 23

3.5.2 Sumber Data ... 24

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.7 Teknis Analisis Data ... 24

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 25

4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Sejarah Berdirinya KKP Sukartha Karya Sejahtera ... 25

4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Institusi ... 26

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 27

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 30

4.2.2 Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap ... 31

4.2.3 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 32

4.3 Tata Cara Penyetoran PPh 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 33

4.4 Tata Cara Pelaporan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan secara Bulanan di PT. XYZ ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Simpulan ... 34

5.2 Saran ... 34 DAFTAR RUJUKAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Rincian Gaji Masa Januari 2016 ... 30 4.2 Rekapitulasi Perhitungan ... 32


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SSP (Surat Setoran Pajak)


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarka undang-undang (yang dapat dipaksakan). Dengan tiada mendapat jasa mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2015 Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp. 36.000.000,00 atau setara dengan Rp. 3.000.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tata cara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per-32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah, dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan, dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala


(13)

2

dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua untuk orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

Atas kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk menguraikan tentang tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 melalui studi kasus PT. XYZ pada Kantor Konsultan Pajak CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan. PT. XYZ merupakan salah satu klien pada Kantor Konsultan Pajak CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang bergerak dalam bidang Industri Keramik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimana Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tidak Tetap pada PT. XYZ.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap Pada PT. XYZ.


(14)

3 1.3 Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi perbandingan antara materi yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan keadaan perusahaan yang nyata.

2) Kegunan Praktis (1) Bagi Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan khususnya mengenai tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pph pasal 21 pegawai tidak tetap pada PT. XYZ.

(2) Bagi PT. XYZ

Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja shingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam memperbaiki kinerja shingga dapat berjalan dengan lebih baik dan juga dapat mengatasi permasalahan yang muncul dengan penelitian tersebut.


(15)

4 1.4 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendukung pembahasan penelitian dalam menganalisa masalah meliputi teori-teori mengenai pengetian perpajakan, fungsi pajak, tarif pajak, pengertian PPh Pasal 21, dasar hukum PPh Pasal 21, subjek pajak, objek pajak, , pengertian pegawai tidak tetap, tarif PPh Pasal 21, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penghasilan tidak dipotong PPh Pasal 21, penyetoran PPh Pasal 21, pelaporan PPh Pasal 21, keterlambatan Pelaporan PPh Pasal 21.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.


(16)

5 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di masa mendatang.


(17)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Soeparman Soemahamidjija (Waluyo, 2011:3). “Pajak adalah iuran

wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang–barang dan jasa–jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Menurut Smeets (Waluyo, 2011:2)” Pajak adalah prestasi kepada

pemerintah yang terhutang melalui norma–norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontrapretasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayakan pengeluaran pemerintah.

Menurut Soemitro, yang dikutip dalam buku karangan Mardiasmo

(2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang -undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal


(18)

7

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.”

Menurut Waluyo (2011:2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas pengertian pajak yaitu iuran wajib yang pembayaran pajaknya harus berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan perpajakan akan berakibat adanya sanksi, tidak ada kontraprestasi atau jasa timbal dari negara yang dapat dirasakan langsung oleh pembayar pajak. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan), pajak digunakan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan umum.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak, yaitu : 1) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrument pengumpul dana guna membiayai


(19)

pengeluaran-8

pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minimum keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

2.1.3 Tarif Pajak

Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Tarif Sebanding/ Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak.


(20)

9 b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. c) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2.2 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan Pasal 21 2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

2.2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 21

Adapun dasar hukum dari PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut

a) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 tahun 2007.

b) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.


(21)

10

c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengasngsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

d) Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per-32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

2.2.3 Subjek Pajak

Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang Pajak Penghassilan No. 36 tahun 2008, yaitu.:

1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, atau ahli waris.

3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama


(22)

11

dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan, Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:

1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:

a) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan


(23)

12

b) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia

c) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di Indonesia yang:

a) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2.2.4 Subjek Pajak yang Dikecualikan 1) Kantor perwakilan negara asing

2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3) Organisasi-organisasi internasional dengan syarat : a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;dan


(24)

13

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; c) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

d) Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2.2.5 Objek Pajak

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21.

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.


(25)

14

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4) Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri, terdiri dari :

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari: pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,


(26)

15

peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c) Olahragawan.

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f) Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.

g) Agen iklan.

h) Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan dan peserta sidang atau rapat.

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. j) Peserta perlombaan.

k) Petugas penjaja barang dagangan. l) Petugas dinas luar asuransi.

m) Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon pegawai.

n) Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

5) Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh pejabat negara dan PNS.


(27)

16

6) Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

7) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dalam nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak selain pemerintah atau wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus.

2.2.6 Pengertian Pegawai Tidak Tetap

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah hasil unit pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas ini menerima imbalan atau upah berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut adalah pengertian dari jenis pegawai tidak tetap :

1) Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara harian.

2) Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

3) Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.


(28)

17

4) Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

2.2.7 Tarif Penghasilan PPh 21

Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-undang No. 36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut :

a) Penghasilan netto sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sebesar 5% (lima persen).

b) Penghasilan netto diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) s.d Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sebesar 15% (lima belas persen).

c) Penghsailan netto diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) s.d Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar 25% (dua puluh lima persen).

d) Penghasilan netto diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar 30% (tiga puluh persen).

2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru adalah sebagai berikut :

a) Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi = Rp. 36.000.000,00 b) Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin = Rp. 3.000.000,00


(29)

18

c) Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami = Rp. 3.000.000,00

d) Tambahan untuk anggota keluarga (maksimal 3 orang) = Perorang Rp. 3.000.000,00

Jumlah PTKP terbaru berdasarkan Status Perkawinan adalah sebagai berikut :

1) TK/0 = Rp. 36.000.000,00 2) K/0 = Rp. 39.000.000,00 3) K/1 = Rp. 42.000.000,00 4) K/2 = Rp. 45.000.000,00 5) K/3 = Rp. 48.000.000,00

2.2.9 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Adapun penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

a) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).


(30)

19

c) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriaanya yang telah disahkan oleh menteri keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tuaatau badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

d) Zakat diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. e) Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari

Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2.2.10 Penyetoran PPh Pasal 21

Penyetoran PPh pasal 21 dapat disetorkan atau dibayarkan ke Bank atau kantor pos terdekat. Penyetoran PPh pasala 21 menggunakan surat setoran pajak yang pengisiannya di isi oleh perusahaan atau pegawai itu sendiri. Penyetoran dilakukan sesudah perhitungan PPh pasal 21 betul-betul benar dan tidak ada kesalah dalam perhitungannya. Penyetoran PPh pasal 21 di setorkan oleh perusahaan atau pegawai yang bersangkutan. Batas waktu penyetoran PPh pasal 21 tanggal 10 bulan berikutnya.

Pembayaran dan penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan. Dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran samapai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1


(31)

20

bulan. Atas keterlambatan tersebut kantor pajak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang diatur dalam Pasal 14 UU KUP. Atas STP tersebut WP harus melunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

2.2.11 Pelaporan PPh Pasal 21

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan.

Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut:

1) SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan Pelaporan atas pembayaran Pajak bulanan.

Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM, serta Pemungut PPN


(32)

21

Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi

Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik melalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT.

2.2.12 Keterlambatan Pelaporan

Keterlambatan Pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Untuk SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).


(1)

6) Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

7) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dalam nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak selain pemerintah atau wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus.

2.2.6 Pengertian Pegawai Tidak Tetap

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah hasil unit pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas ini menerima imbalan atau upah berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut adalah pengertian dari jenis pegawai tidak tetap :

1) Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara harian.

2) Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

3) Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil


(2)

4) Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

2.2.7 Tarif Penghasilan PPh 21

Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-undang No. 36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut :

a) Penghasilan netto sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sebesar 5% (lima persen).

b) Penghasilan netto diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) s.d Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sebesar 15% (lima belas persen).

c) Penghsailan netto diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) s.d Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar 25% (dua puluh lima persen).

d) Penghasilan netto diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar 30% (tiga puluh persen).

2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru adalah sebagai berikut :

a) Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi = Rp. 36.000.000,00 b) Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin = Rp. 3.000.000,00


(3)

c) Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami = Rp. 3.000.000,00

d) Tambahan untuk anggota keluarga (maksimal 3 orang) = Perorang Rp. 3.000.000,00

Jumlah PTKP terbaru berdasarkan Status Perkawinan adalah sebagai berikut :

1) TK/0 = Rp. 36.000.000,00 2) K/0 = Rp. 39.000.000,00 3) K/1 = Rp. 42.000.000,00 4) K/2 = Rp. 45.000.000,00 5) K/3 = Rp. 48.000.000,00

2.2.9 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Adapun penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

a) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).


(4)

c) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriaanya yang telah disahkan oleh menteri keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tuaatau badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

d) Zakat diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. e) Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari

Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2.2.10 Penyetoran PPh Pasal 21

Penyetoran PPh pasal 21 dapat disetorkan atau dibayarkan ke Bank atau kantor pos terdekat. Penyetoran PPh pasala 21 menggunakan surat setoran pajak yang pengisiannya di isi oleh perusahaan atau pegawai itu sendiri. Penyetoran dilakukan sesudah perhitungan PPh pasal 21 betul-betul benar dan tidak ada kesalah dalam perhitungannya. Penyetoran PPh pasal 21 di setorkan oleh perusahaan atau pegawai yang bersangkutan. Batas waktu penyetoran PPh pasal 21 tanggal 10 bulan berikutnya.

Pembayaran dan penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan. Dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran samapai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1


(5)

bulan. Atas keterlambatan tersebut kantor pajak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang diatur dalam Pasal 14 UU KUP. Atas STP tersebut WP harus melunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

2.2.11 Pelaporan PPh Pasal 21

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan.

Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut:

1) SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan Pelaporan atas pembayaran Pajak bulanan.

Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM, serta Pemungut PPN


(6)

Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi

Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik melalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT.

2.2.12 Keterlambatan Pelaporan

Keterlambatan Pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Untuk SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).