TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP YANG MENERIMA PENGHASILAN SECARA BULANAN PADA PT.X.

(1)

TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPH 21 ATAS PEGAWAI TETAP YANG MENERIMA PENGHASILAN SECARA

BULANAN PADA PT. X

(Studi Kasus Pada Klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)

Oleh :

I KOMANG EDY ARIMBAWA NIM : 1306043005


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. ……….

2. Sekretaris : I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE., M.Si .………...

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

( Drs. I Komang Ardana, MM ) (Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi) NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19640518 199212 1 004


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesikan tugas akhir studi ini dengan Judul“ Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan Pada PT. X ”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam Penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran serta pengarahan sehingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir Studi ini.


(4)

iv

kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universita Udayana.

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah member kesempatan kepada penulis melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.

9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan, Kak Indra, Kak Sukma, Kak Muli, Kak Arum, Kak lis dan Bli Kadek sebagai perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.

10. Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini.

11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Gery Astrana Putra, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa Wijaya, Made Wira Adi Pratama, Ni Putu Ayu Widiayani, Made Sucipta, Ratta Astawa, Ngurah KT Sidi Adnyana, Tangkas Made Adi Wibowo yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada penulis.


(5)

12. Ni Made Mery Indrasuari yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS).

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penlis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016


(6)

vi

Judul : Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh pasal 21 Atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan Pada PT. X Nama : I Komang Edy Arimbawa

Nim : 1306043005

ABSTRAK

Pajak Penghasilan (PPh) 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21.

Penelitian ini bertempat di PT. X yang bergerak dibidang perdagangan (salah satu klien CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan). Dalam penelitian yang dilakukan, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Seluruh data yang dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data yang digunakan deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu memaparkan pembahasan berdasarkan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 atas pegawai tetap yang terhutang.

Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 di PT. X menggunakan dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 dengan dasar penghasilan kena pajak yaitu sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP yang mana harus susuai dengan ketentuan perhitungan PPh Pasal 21. Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan SPT Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi terlaksana sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku saat ini, baik waktu penyetoran maupun waktu pelaporan, dilaksanakan dengan disiplin.

Kata Kinci : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh 21 atas Pegawai Tetap


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.2.2 Kegunaan Penelitian ... 3

1.3 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 5

2.1.1 Pengertian Pajak ... 5

2.1.2 Fungsi Pajak... 7

2.1.3 Tarif Pajak ... 8

2.1.4 Wajib Pajak ... 8

2.2 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan ………. 9

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan 21 ... 9

2.2.2 Subjek Pajak ………... 9

2.2.3 Subjek Pajak yang Dikecualikan ... 11

2.2.4 Objek Pajak... 12

2.2.5 Objek PPh Bersifat Final ... 15

2.2.6 Objek Pajak yang Dikecualikan………... 15

2.2.7 Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 16

2.3 Tinjauan Umum Surat Pemberitahuan (SPT) ………... ... 19

2.3.1 Pengertian SPT ………... 19

2.3.2 Fungsi SPT ………... 19

2.3.3 Jenis SPT ... 20

2.3.4 Batas Waktu Penyampaian SPT………... 20

2.3.5 Perpanjangan Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan ……… 20

2.3.6 Sanksi Terlambat atau tidak Menyampaikan SPT ………... 21


(8)

viii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2 Obyek Penelitian... 24

3.3 Indentifikasi Variabel ... 24

3.4 Definisi Operasional Variabel ... ... 24

3.5 Jenis dan Sumber Data... 25

3.5.1 Jenis Data ... 25

3.5.2 Sumber Data ... 26

3.6 Metode Pengumpulan Data... 26

3.7 Teknik Analisi Data... 26

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum/ Deskripsi Tempat Penelitian... 27

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 27

4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Institusi... 28

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan... 29

4.2 Pembahasan Masalah... 31

4.2.1 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. X ………... 31

4.2.2 Rincian Perhitungan atas Gaji tersebut diatas Sebagai Berikut ………... 32

4.2.3 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. X ……….. ... 33

4.3 Tata Cara Penyetoran PPh 21 Bagi Karyawan Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. X …… 33

4.4 Tata Cara Pelaporan PPh 21 Bagi Karyawan Tetap yang Menerima Penghasilan secara Bulanan di PT. X ………... 34

BAB V SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan ... 35

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2000 16 2.2 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

Tahun 2000 17

2.3 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2009 17 2.4 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Tahun 2009 18

2.5 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Tahun 2015 18


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1 Bagan Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekapitulasi Perhitungan Lampiran 2 Surat Setor Pajak (SSP)

Lampiran 3 Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau 26


(12)

1 ✁ ✂

✄☎ ✆✝✁ ✞✟✠ ✟✁ ✆

✡☛ ✡ ✠ ☞ ✌☞ ✍ ✎✏☞ ✑☞ ✒✓✔☞ ✕☞✏☞ ✖

Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Dalam pencapaian pembangunan nasional yang berkesinambungan dan berkelanjutanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan dengan cara menggali sumber daya yang berasal dari dalam negeri salah satunya di sektor pajak.

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undan-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Salah satu jenis pajak adalah pajak penghasilan yang sering disebut dengan PPh yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Definisi penghasilan menurut pasal 4


(13)

Ayat 1 UU PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

PPh terdiri dari PPh 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan PPh 29, tetapi dalam penelitian ini hanya berfokus pada PPh 21 atas Pegawai Tetap. PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi pubjek pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21.

Pemotong pajak sebagai pihak yang mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pemotongan, penghitungan, pembayaran dan pelaporan PPh pasal 21 harus mempunyai pemahaman yang baik dan benar tentang peraturan perundang-undangan PPh pasal 21 yang berlaku saat ini. Kurangnya pemahaman pemotong pajak terhadap system peraturan yang berlaku, dapat menimbulkan kesalahan dalam penghitungan, pelaporan dan penyetoran PPh 21. dan hal ini tentu saja dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, karyawan dan terutama bagi pemerintah karena dapat menyebabkan hilangnya potensi pajak pemerintah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Setiap Bulan Pada PT X”.


(14)

3

✗✘✙ ✚✛juan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.2.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil tujuan penelitian yaitu Untuk Mengetahui Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Setiap Bulan Pada PT X.

1.2.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Praktis

Penelitian in dapat memberikan tambahan informasi yang dimana bisa digunakan oleh pimpinan, staf dan karyawan, agar memperhatikan Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Setiap Bulan yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan untuk memperhatikan Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan atas Pegawai Tetap yang Menerima Penghasilan Setiap Bulan


(15)

1.3 Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelasnya dan terarahnya penyusunan penulisan ini, maka disajikan pokok pembahasan yang dibagi menjadi lima bab yang masing-masing mengandung pembahsan dengan rincian sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang masalah pokok permasalahan, tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika penelitian.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian menurut para ahli tentang pengertian pajak, fungsi pajak, tarif pajak, dan seputaran tentang PPh Pasal 21.

Bab III Sistematika Penulisan

Menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang sudah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian tersebut.

Bab V Simpulan dan Saran


(16)

5 ✜A✜✢ ✢

A✤✢A✥✦ ✧★✩AA

✪✫✬ ✭✮ ✯✰✮ ✱ ✮n ✩ ✲ori ✪✫✬✫ ✬ ✦ ✲ng✲✮ ✯rti ✦✮✳✮✴

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pajak.

Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram –

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan


(17)

Menurut Soeparman Soemahamidjija (Waluyo, 2011:3). “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Menurut Smeets (Waluyo, 2011:2)” Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma – norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontrapretasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayakan pengeluaran pemerintah. Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.

1) Pajak dipungut berdasarkan undang – undang serta aturan pelaksanaanya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapretasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayaipublic investment.


(18)

7 ✵✶✷✶✵ ✸ungsi p ✹✺ ✹✻

Menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak, yaitu :

1) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrument pengumpul dana guna membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minimum keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.


(19)

✼✽✾✽ ✿ ❀❁ ❂if ❃❁ ❄❁ ❅

Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

a) Tarif Sebanding/ Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak.

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

✼✽✾✽ ❆ ❇❁❄i❈❃❁❄❁ ❅

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban


(20)

9

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya dan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau dalam bentuk apapun.

❉❊ ❉ ❋inj●❍ ●■❏❑um▲●●▼j ▲◆ngh●❖il●■ ▲●❖ ●P❉◗

❉❊ ❉❊ ◗ ▲◆n❘ ◆rt i●■▲●❙ ●▼▲◆ngh● ❖il●■▲● ❖● P❉◗

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

❉❊ ❉❊❉ ❚❯ujk▲●❙ ● ▼

Subjek pajak penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008, yaitu.:

1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak,

atau ahli waris.

3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk


(21)

apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan, subjek pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:

1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. 2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:

a) Subjek pajak orang pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan


(22)

11

c) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari

menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di Indonesia yang:

a) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari

menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

❱❲ ❱❲ ❳❨❩ujk❭❪ ❫❪ ❴❵❪ ❛g❜❝k❬❞u❪❡❪❛ik

1) Kantor perwakilan negara asing

2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3) Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;


(23)

c) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

d) Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan dengann Keputusan Menteri Keuangan.

❢❣ ❢❣ ❤✐❥❦jk❧♠♥ ♠♦

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21.

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi


(24)

13

3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4) Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri, terdiri dari :

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari: pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c) Olahragawan.

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f) Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik komputer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.


(25)

h) Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan dan peserta sidang atau rapat.

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.

j) Peserta perlombaan.

k) Petugas penjaja barang dagangan.

l) Petugas dinas luar asuransi.

m) Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau

bukan sebagai calon pegawai.

n) Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

5) Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh pejabat negara dan PNS.

6) Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

7) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dalam nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak selain pemerintah atau wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus.


(26)

15 ♣q ♣q r st✉jk✈✈ht✉rsif✇ ① finl

Yang termasuk Objek PPh bersifat final adalah :

1) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi yang kemudian lebih dirinci sesuai dengan UU PPh Pasal 36 tahun 2008, yaitu memindahkan bunga simpanan koperasi yang sekarang dikenai PPh Pasal 23 Final menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) Final;

2) Penghasilan berupa hadiah undian;

3) Penghasilan dari transakasi saham dan sekuritas lainnya, transakasi derivatif yang diperdagangkan dibursa, dan transakasi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.

4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan / atau bangunan.

5) Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

♣q ♣q②st✉jk✈✇③✇④⑤✇⑥g⑦⑧✉⑨k✇⑩u✇⑥ik

1) Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna dan asuransi beasiswa.

2) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun


(27)

pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus.

3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

❶❷ ❶❷ ❸❹❺❻ ❺❼❹❽ngh❺❾il❺❿➀❺❻i➁❹❺❻ ❺❼➂r❺❿g❹➁ ❺➃ri i

1) Pajak Penghasian WP Orang Pribadi sesuai pasal 17 UU PPh tahun 2000 yang

berlaku sampai dengan 31 Desember 2008,seperti pada tabel 2.1 sebagai berikut

Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

❹➄ ➅GA➆➇ ➈A➅ ➉A➊➇ ➋

Rp 0,- s/d Rp 25.000.000,- 5%

Rp 25.000.000,- s/d Rp 50.000.000,- 10%

Rp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000 15%

Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000 25%

Lebih dari Rp 200.000.000 35%


(28)

17

Tabel 2.2 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

➌➍ ➎➍➏➐➑➒A➑ ➓➎ ➌ ➓

Diri sendiri wajib pajak Rp 13.200.000

Wajib pajak menikah Rp 1.200.000

Istri berpenghasilan digabung dengan suami Rp 13.200.000

Tanggungan anggota keluarga (max 3) Rp 1.200.000

Sumber : Undang- undang PPh No. 17 Tahun 2000.

2) Yang kemudian diubah sesuai degan UU PPh pasal 36 tahun 2008 terutama pasal 17 ayat (1) huruf a yang berlaku mulai tahun pajak 2009, seperti pada tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sumber : Mardiasmo,2015

➓➍➑GA➔→ ➣A➑ ➎A➏→ ↔

Rp 0,- s/d Rp 50.000.000 5%

Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%

Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000 25%


(29)

Tabel 2.4 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

↕➙ ➛ ➙➜➝➞➟A➞ ➠ ➛ ↕➠

Diri sendiri wajib pajak Rp 24.300.000

Wajib pajak menikah Rp 2.025.000

Istri berpenghasilan digabung dengan suami Rp 24.300.000

Tanggungan anggota keluarga (max 3) Rp 2.025.000

Sumber : Mardiasmo,2015

3) Untuk Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak dari tahun 2009 sampai tahun 2014

diubah dengan Peraturan Menteri Keungan Nomor 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 2.5 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sumber : PMK No. 122/PMK.010/2015

↕➙ ➛ ➙➜➝➞➟A➞ ➠➛ ↕➠

Diri sendiri wajib pajak Rp 36.000.000

Wajib pajak menikah Rp 3.000.000

Istri berpenghasilan digabung dengan suami Rp 36.000.000


(30)

19 ➡➢➤ ➥inj➦➧ ➦➨➩➫umu➦➯r ➲➳➵mrit➦➸u➦➨➺➭ ➲➥ ➻ ➡➢➤➢➼ ➲➳n➽➳rti➦➨ ➭ ➲➥

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal (1) Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan ( SPT) adalah surat yang wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

➡➢➤➢➡➾ungsi ➭ ➲➥

1) Sarana melapor dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang.

2) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan atau melalui pemotong atau pemungut pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

3) Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan

atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dari satu masa pajak, sesuai peraturan perundang undangan pajak yang berlaku.

4) Alat Penelitian atas kebenaran penghitungan pajak yang terutang yang


(31)

➚➪➶➪ ➶ ➹➘nis ➴➷➬

1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam satu masa pajak.

2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.

➚➪➶➪ ➮ ➱✃ ❐✃ ❒❮✃ ❰tu➷➘nÏ✃p✃ Ð✃ Ñm ➴➷➬

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 3 (tiga) Ayat (3) Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT adalah :

1) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir

masa pajak.

2) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Pajak Penghasilan Wajib Pajak

Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

3) Untuk surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan wajib Pajak Badan,

paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

➚➪➶➪Ò ➷➘✃Ñrp ✃ ÑÓ✃ Ñj ➱✃❐✃ ❒❮✃ ❰tu➷➘nÏ✃✃ Ð✃ Ñmp ➴➷➬➬✃Ôunn

Apabila wajib pajak tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan, wajib pajak dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan yang diajukan kepada Dirjen Pajak disertai :


(32)

21

3) bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut

perhitungan sementara tersebut.

ÕÖ×Ö Ø ÙÚÛksi Ü ÝrlÚÞ ßÚàÚà Úá tiâÚãäÝnå ÚÞpÚækÚÛÙçÜ

1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan alam jangka waktu yang

ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) utuk surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000.00 (Seratus ribu rupiah) untuk surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 7 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2) Setiap orang yang karena keilapaannya tidak menyampaikan surat

pemberitahuan atau sampaikan surat pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar dan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang sinya tidak benar sehingga dapt menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling bayak 2 (dua) kali pajak terutang yag tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 38 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(33)

3) Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT karena sengaja, ditambahkan 1(satu) kali menjadi 2(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalaini pidana penjara yang dijatuhkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 39 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pidana penjara paling lama 6(eman) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak/ kurang bayar.

èéê ëinjìí ìîïðumñurìòñótorìîô ìjìõöññô ÷ èéêéøôóngórtiìîñì òur ñótorìîô ìjìõ

Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran/ penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

èéêéè ùungsi ñurìòñótorìîô ìú ìõ

1) Sarana untuk membayar pajak.

2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.


(34)

23

4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

✁✂✁ ✂✄ ☎✆ ☎✝✞☎✟tu✠✡m☛☎☞ ☎✌ ☎✍✎☎ ✍✠✡☞ntorn✠☎✏ ☎✟

Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang titunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh wajib melaporkan SPT masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.


(1)

Tabel 2.4 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

↕➙ ➛ ➙➜➝➞➟A➞ ➠ ➛ ↕➠

Diri sendiri wajib pajak Rp 24.300.000

Wajib pajak menikah Rp 2.025.000

Istri berpenghasilan digabung dengan suami Rp 24.300.000 Tanggungan anggota keluarga (max 3) Rp 2.025.000 Sumber : Mardiasmo,2015

3) Untuk Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak dari tahun 2009 sampai tahun 2014 diubah dengan Peraturan Menteri Keungan Nomor 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 2.5 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sumber : PMK No. 122/PMK.010/2015

↕➙ ➛ ➙➜➝➞➟A➞ ➠➛ ↕➠

Diri sendiri wajib pajak Rp 36.000.000

Wajib pajak menikah Rp 3.000.000

Istri berpenghasilan digabung dengan suami Rp 36.000.000 Tanggungan anggota keluarga (max 3) Rp 3.000.000


(2)

➡➢➤ ➥inj➦➧ ➦➨➩➫umu➦➯r ➲➳➵mrit➦➸u➦➨➺➭ ➲➥ ➻ ➡➢➤➢➼ ➲➳n➽➳rti➦➨ ➭ ➲➥

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal (1) Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan ( SPT) adalah surat yang wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

➡➢➤➢➡➾ungsi ➭ ➲➥

1) Sarana melapor dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

2) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotong atau pemungut pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

3) Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dari satu masa pajak, sesuai peraturan perundang undangan pajak yang berlaku.

4) Alat Penelitian atas kebenaran penghitungan pajak yang terutang yang dilaporkan oleh wajib pajak.


(3)

➚➪➶➪ ➶ ➹➘nis ➴➷➬

1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam satu masa pajak. 2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.

➚➪➶➪ ➮ ➱✃ ❐✃ ❒❮✃ ❰tu➷➘nÏ✃p✃ Ð✃ Ñm ➴➷➬

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 3 (tiga) Ayat (3) Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT adalah : 1) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir

masa pajak.

2) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

3) Untuk surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

➚➪➶➪Ò ➷➘✃Ñrp ✃ ÑÓ✃ Ñj ➱✃❐✃ ❒❮✃ ❰tu➷➘nÏ✃✃ Ð✃ Ñmp ➴➷➬➬✃Ôunn

Apabila wajib pajak tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan, wajib pajak dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan yang diajukan kepada Dirjen Pajak disertai : 1) alasan penundaan penyampaian SPT Tahunan.


(4)

3) bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut.

ÕÖ×Ö Ø ÙÚÛksi Ü ÝrlÚÞ ßÚàÚà Úá tiâÚãäÝnå ÚÞpÚækÚÛÙçÜ

1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan alam jangka waktu yang ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) utuk surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000.00 (Seratus ribu rupiah) untuk surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 7 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2) Setiap orang yang karena keilapaannya tidak menyampaikan surat pemberitahuan atau sampaikan surat pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar dan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang sinya tidak benar sehingga dapt menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling bayak 2 (dua) kali pajak terutang yag tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 38 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(5)

3) Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT karena sengaja, ditambahkan 1(satu) kali menjadi 2(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalaini pidana penjara yang dijatuhkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 39 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pidana penjara paling lama 6(eman) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak/ kurang bayar.

èéê ëinjìí ìîïðumñurìòñótorìîô ìjìõöññô ÷ èéêéøôóngórtiìîñì òur ñótorìîô ìjìõ

Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran/ penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

èéêéè ùungsi ñurìòñótorìîô ìú ìõ

1) Sarana untuk membayar pajak. 2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.

èéêé ûëópìòmôómüì yìý ìî þôónÿótorìîô ìjìõ :


(6)

4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

✁✂✁ ✂✄ ☎✆ ☎✝✞☎✟tu✠✡m☛☎☞ ☎✌ ☎✍✎☎ ✍✠✡☞ntorn✠☎✏ ☎✟

Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang titunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh wajib melaporkan SPT masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.