PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL.

(1)

PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh : Ummu Rokhima

NIM 1103563

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

Oleh Ummu Rokhima

1103563

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ummu Rokhima Universitas Pendidikan Kimia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis


(3)

UMMU ROKHIMA

PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. F.M. Titin Supriyanti, M.S. NIP. 195810141986012001

Pembimbing II

Gun Gun Gumilar, S.Pd., M.Si. NIP. 197906262001121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI


(4)

ABSTRAK

Penguasaan konsep siswa dapat diwujudkan melalui pembelajaran efektif. Pembelajaran efektif dapat dicapai melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari dan mengolah informasi dalam menemukan konsep, sehingga konsep yang diperoleh siswa akan tertahan lebih lama dalam ingatan siswa, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa topik penurunan titik beku larutan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Desain penelitian ini adalah one group posttest only. Siswa diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium virtual. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang terdiri atas 40 siswa. Instrumen penelitian berupa tes tertulis dan angket. Berdasarkan data penguasaan konsep siswa untuk setiap indikator pembelajaran, diperoleh informasi bahwa pencapaian empat indikator pembelajaran termasuk kriteria sangat baik, keempat indikator yang dimaksud adalah menjelaskan pengertian penurunan titik beku larutan, menjelaskan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap titik beku larutan, menyimpulkan bahwa penurunan titik beku merupakan sifat koligatif larutan, serta membedakan penurunan titik beku larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Adapun indikator membandingkan penurunan titik beku beberapa larutan elektrolit kuat dengan jumlah ion terionisasi berbeda pada konsentrasi yang sama termasuk kriteria baik. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium virtual serta membuat siswa lebih mudah menguasai konsep penurunan titik beku larutan. Tahapan yang memiliki nilai persentase tertinggi yaitu merumuskan masalah dan membuat kesimpulan. Sedangkan tahapan yang memiliki nilai persentase terendah adalah merancang percobaan.


(5)

ABSTRACT

Students' mastery of concepts can be realized with effective learning. Effective learning can be achieved with a student-centered learning. One model of student-centered learning is guided inquiry. Guided inquiry learning provides an opportunity for students to actively seek and process information in finding the concept, so that the concept gained the student will be retained longer in the memory of the student. The purpose of this study is to obtain information on students’ mastery concepts topic freezing point depression using guided inquiry learning with virtual laboratory. This study design is one group posttest only. Students are given guided inquiry learning with virtual laboratory. The subjects were students of class XII in one of the high schools in Bandung, which consists of 40 students. The instruments are written tests and questionnaires. Based on data students’ mastery consepts, four indicators included very good criteria and one indicator included good criteria. Four indicators are explain the sense of freezing point depression, explain the effect of adding a solute to the freezing point of the solution, concludes that the freezing point depression is colligative properties, and distinguishes freezing point depression of the electrolyte solution and non electrolyte solution. An indicator with good criteria is compares the freezing point depression some strong electrolyte solutions with number of different ionized ions at the same concentration. The questionnaire results showed that students had no difficulty doing the satges of guided inquiry learning with virtual laboratory and make students more easily master the concept of freezing point depression.


(6)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 7

B. Media Laboratorium Virtual ... 12

C. Penguasaan Konsep ... 14

D. Penurunan Titik Beku Larutan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Prosedur Penelitian ... 22

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Media Laboratorium Virtual Pada Topik Penurunan Titik Beku Larutan ... 27

B. Penguasaan Konsep Siswa Pada Setiap Indikator Pembelajaran ... 30

C. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Media Laboratorium Virtual Pada Topik Penurunan Titik Beku Larutan ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Belajar adalah perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman (Dahar, 1996, hlm. 21). Perubahan perilaku merupakan hasil dari belajar, sedangkan pengalaman merupakan proses pembelajaran. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasil belajar yang berkaitan dengan ranah pengetahuan mencakup kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual.

Kemampuan siswa dalam menguasai materi dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan keberhasilan siswa dalam mendefinisikan atau menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri. Konsep-konsep yang diberikan kepada siswa bukan sekedar bahan hapalan saja, tetapi konsep itu harus dipahami oleh siswa agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu konsep kimia di sekolah menengah atas adalah penurunan titik beku larutan. Pada kurikulum 2013, penuruan titik beku larutan diberikan di kelas XII. Kompetensi dasar topik penurunan titik beku larutan yaitu menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

Alasan pemilihan topik kimia penurunan titik beku larutan adalah topik penurunan titik beku larutan yang diajarkan di sekolah cenderung menekankan pada aspek matematis dan menghafal rumus-rumus yang ada, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian soal. Hal ini dapat menyebabkan siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal konseptual dan dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa (Atfiyah, 2013, hlm.1). Penelitian sebelumnya mengenai penguasaan konsep siswa pada topik sifat koligatif larutan hanya pada salah satu sifat koligatif larutan, yaitu kenaikan titik didih larutan yang dilakukan oleh Setia pada tahun 2010. Sedangkan sifat koligatif larutan bukan hanya kenaikan titik didih larutan saja, melainkan ada pula penurunan titik beku larutan yang penerapannya banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari, sehingga topik


(8)

2

penurunan titik beku larutan dapat dikembangkan dengan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.

Pembelajaran penurunan titik beku larutan yang dilakukan di sekolah kebanyakan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan praktikum verifikasi (Amalina, 2014, hlm. 3). Metode-metode ini berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran dan hanya menghafal materi. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu menguasai konsep, mengurangi miskonsepsi, dan meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran efektif. Pada pembelajaran yang efektif, siswa tidak diberi bahan ajar untuk dihafal, tetapi diberi masalah-masalah yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis, perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh siswa sendiri sehingga dapat mewujudkan penguasaan konsep siswa (Fajrina, 2013, hlm. 2).

Pembelajaran yang efektif dapat dicapai dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered). Menurut Sanjaya (2010, hlm. 197) pembelajaran yang berpusat pada siswa akan melibatkan partisipasi aktif dari siswa dalam menemukan konsep, sehingga dapat mencapai penguasaan konsep yang baik. Inkuiri adalah model yang efektif untuk pembelajaran yang ingin meningkatkan penguasan konsep (Lord dan Orkwiszewski dalam Sesen dan Tarhan, 2011, hlm. 413). Siswa dilatih untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan dengan bimbingan guru. Dalam inkuiri, pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa melibatkan partisipasi aktif dari siswa dalam menemukan konsep sehingga dapat mencapai penguasaan konsep yang baik. Konsep yang diperoleh siswa dengan menemukan sendiri akan tertahan lebih lama dalam ingatan siswa.

Model inkuiri identik dengan siswa yang merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan, dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri yang hasilnya berupa prinsip umum suatu materi pelajaran. Melalui pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan kepada situasi yang bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan serta mencoba-coba (trial and error). Inkuiri bisa menumbuhkan sikap objektif, jujur, rasa ingin tahu, dan terbuka.


(9)

3

Tujuan dari model pembelajaran inkuiri menurut Roestiyah (2008, hlm. 76) adalah agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah sehingga diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.

Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa tingkatan, salah satunya adalah inkuiri terbimbing. Dalam inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan untuk bekerja merumuskan langkah-langkah percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan mengambil kesimpulan secara mandiri. Sedangkan topik dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep dan prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Inkuiri terbimbing dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan materi yang diberikan dapat lebih bermakna bagi siswa (Suyanti, 2010, hlm. 42).

Sejalan dengan perkembangan teknologi, pembelajaran di dalam kelas dapat ditingkatkan dengan penggunaan simulasi komputer (Donelly, 2013, hlm. 1572). Simulasi komputer merupakan sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang cukup efektif karena dapat menyajikan informasi berupa audio, visual, video, teks, grafik, dan animasi dalam kesatuan tampilan (Ristanto, 2010, hlm. 6). Menurut Arsyad (2007, hlm. 32) pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer dapat meningkatkan pembelajaran karena berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran dapat bermacam-macam bentuknya tergantung pada kemampuan pendesain dan pengembang pembelajaran. Konsep-konsep abstrak dapat diajarkan menjadi lebih konkret dalam bentuk audio dan visual yang distimulasikan dengan gerakan atau dianimasikan.

Animasi merupakan suatu teknik gerakan gambar yang dihasilkan oleh gabungan dari media komputer. Animasi komputer bisa dijadikan sebagai media pembelajaran menggunakan program komputer (software) untuk menstimulasi beberapa percobaan kimia tanpa melalui percobaan di laboratorium, cukup melalui monitor komputer sehingga siswa dapat mempelajarinya dari simulasi


(10)

4

komputer tersebut (Riana, 2011, hlm. 6). Salah satu contoh animasi tersebut adalah media virtual labs (laboratorium virtual). Menurut Parno dan Dwitya (2008, hlm. 26) virtual labs adalah laboratorium virtual yang berisi animasi praktikum menyerupai praktikum di dalam laboratorium. Laboratorium virtual berisi simulasi dan animasi praktikum di laboratorium. Media ini mempunyai tampilan yang menarik dalam bentuk gambar dan warna. Dengan media ini, siswa menjadi termotivasi untuk lebih mempelajari materi yang disajikan, serta dengan adanya gambar dan warna pada komponen yang dianimasikan dapat menarik perhatian siswa.

Penggunaan media laboratorium virtual pada pembelajaran kimia dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Nurrokhmah dan Sunarto, 2013, hlm. 204). Laboratorium virtual juga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, mereduksi waktu pembelajaran, serta ramah lingkungan (Donelly, 2013, hlm. 1572). Laboratorium virtual digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi kimia yang disampaikan. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa penggunaan media laboratorium virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada topik-topik kimia, yaitu pemisahan materi (Tüysüz, 2010), perubahan kimia (Tatli & Ayas, 2011), koloid (Riana, 2011), dan asam basa (Lerianti, 2014). Animasi menggunakan komputer merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di kelas.

Media laboratorium virtual dapat mendukung pembelajaran inkuiri. Laboratorium virtual ini dapat membantu siswa dalam melakukan percobaan dan menganalisis data hasil percobaan (Donnelly, 2012, hlm. 1573). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan multimedia dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa (Sutikno, 2010, hlm. 62). Selain itu, laboratorium virtual berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kimia kelarutan dan hasil kali kelarutan (Nurrokhmah dan Sunarto, 2013, hlm. 207).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang penguasaan konsep siswa topik penurunan titik beku larutan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Penelitian yang


(11)

5

dilakukan merupakan penelitian kelompok dengan peneliti lain meneliti keterampilan proses sains siswa pada topik penurunan titik beku larutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media laboratorium virtual.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana penguasaan konsep siswa topik penurunan titik beku larutan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual?”. Secara lebih jelas, permasalahan dapat diuraikan menjadi beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual pada topik penurunan titik beku larutan ?

2. Bagaimana penguasaan konsep siswa untuk setiap indikator pembelajaran topik penurunan titik beku larutan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual pada topik penurunan titik beku larutan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa topik penurunan titik beku larutan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik bagi peneliti maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Secara lebih rinci penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada topik penurunan titik beku larutan, memberikan pengalaman belajar dengan melakukan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan


(12)

6

media laboratorium virtual pada topik penurunan titik beku larutan, dan memberikan motivasi yang besar dalam belajar kimia.

2. Bagi guru, dapat memberikan bahan rekomendasi sebagai alternatif model pembelajaran pada topik penurunan titik beku larutan yang diharapkan lebih memberikan efektifitas pembelajaran serta memberikan informasi mengenai penguasaan konsep siswa pada topik penurunan titik beku larutan.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merupakan bagian yang memuat sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini berjudul “Penguasaan Konsep Siswa Topik Penurunan Titik Beku Larutan Pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Media Laboratorium Virtual” dengan rincian penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.

Bab I berupa Pendahuluan terdiri atas lima sub bab, yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II berupa Kajian Pustaka. Bab III berupa Metode Penelitian terdiri atas lima sub bab, yaitu Desain Penelitian, Prosedur Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data. Bab IV berupa Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab V berupa Kesimpulan dan Saran yang terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah one group posttest only. Desain penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Setelah diberikan perlakuan, kelas tersebut diberikan posttest. Desain yang digunakan pada penelitian ini dapat diilustrasikan dengan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian one group posttest only (Wiersma dan Jurs, 2009) Kelas Perlakuan Posttest

G1 X1 O1

Keterangan :

G1: kelas eksperimen

X1 : perlakuan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual

O1 : posttest

Siswa diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Siswa diminta merumuskan masalah dengan cara membuat pertanyaan dari fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Lalu membuat hipotesis berdasarkan masalah yang telah dibuat. Kemudian siswa merancang percobaan secara virtual untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Kegiatan merancang percobaan meliputi kegiatan menentukan judul, tujuan, alat, bahan, dan langkah kerja dari percobaan yang akan dilakukan. Pada tahap melakukan percobaan, siswa melakukan percobaan menggunakan media laboratorium virtual. Media laboratorium virtual yang digunakan telah dikembangkan oleh Virtual Amrita Laboratories Universalizing Education. Laboratorium virtual ini dapat diakses secara online di situs http://vlab.amrita.edu/?sub=2&brch=190&sim=337&cnt=4 dengan cara mendaftar (log in) terlebih dahulu. Selanjutnya siswa menganalisis data hasil percobaan dan membuat kesimpulan yang sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Setelah pembelajaran, siswa diberikan posttest melalui tes pilihan ganda beralasan. Posttest diberikan untuk menguji penguasaan konsep siswa.


(14)

22

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mencakup alur penelitian. Alur penelitian menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan penelitian. Adapun alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Validasi

Revisi

Pengolahan data

Analisis temuan

Penarikan kesimpulan Penyebaran angket Pelaksanaan Posttest

Studi kepustakaan penguasaan konsep, model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan laboratorium virtual Analisis KI dan KD topik

penurunan titik beku larutan

Penyusunan angket Penyusunan

tes tertulis

Penyusunan Perangkat pembelajaran (RPP, LKS, media laboratorium virtual)

Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing menggunkanan laboratorium virtual

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan


(15)

23

Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1 dapat diuraikan dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Pada tahapan persiapan, kegiatan yang dilakukan meliputi: a) Mengidentifikasi masalah.

b) Menganalisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dari topik penurunan titik beku larutan.

c) Studi kepustakaan penguasaan konsep, model pembelajaran inkuiri terbimbing, media laboratorium virtual, dan topik penurunan titik beku larutan.

d) Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e) Mencari media laboratorium virtual penurunan titik beku larutan. f) Menyusun instrumen penelitian berupa soal tes tertulis dan angket.

g) Melakukan validasi instrumen penelitian berupa soal tes tertulis dan angket.

h) Mengkaji saran dan komentar sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki instrumen penelitian.

i) Menentukan sekolah dan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. j) Mengurus surat izin penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi:

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran penurunan titik beku larutan dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. b) Melaksanakan posttest.

c) Melaksanakan penyebaran angket. 3. Tahapan Akhir

Pada tahapan akhir, kegiatan yang dilakukan meliputi: a) Mengolah skor posttest.

b) Mengolah angket.

c) Melakukan analisis data hasil penelitian.


(16)

24

e) Menarik kesimpulan dan saran.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di salah satu SMA di kota Bandung. Pemilihan subjek penelitian kelas XII disebabkan berdasarkan analisis KI dan KD topik penurunan titik beku larutan, dipelajari pada kelas XII semester I. Subjek penelitian yang diambil adalah satu kelas utuh. Kelas tersebut diberikan perlakuan pembelajaran penurunan titik beku larutan dengan model inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis dan angket dengan rincian sebagai berikut.

1. Tes Tertulis

Tes merupakan alat penilaian yang perlu dijawab dengan menggunakan pengetahuan dan proses berpikir (Firman, 2013, hlm. 23). Tes tertulis digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada topik penurunan titik beku larutan. Tes berupa soal pilihan ganda beralasan yang mencakup topik penurunan titik beku. Penggunaan soal pilihan ganda beralasan untuk menghindari siswa menebak jawaban. Sebelum diberikan kepada siswa, terlebih dahulu tes tertulis dilakukan pengujian yang bertujuan untuk menguji kelayakan instrumen sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tahapan pengujian instrumen terdiri dari uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

Validitas menunjukkan sejauhmana alat ukur memenuhi fungsinya. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. (Firman, 2013, hlm. 95-97). Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak menjawab soal. Tingkat kesukaran


(17)

25

adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa butir soal mudah, sedang, dan sukar (Firman, 2013, hlm. 60).

2. Angket

Angket adalah alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden (Zuriah, 2005, hlm. 50). Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium virtual pada topik penurunan titik beku larutan. Angket yang diberikan kepada siswa menggunakan skala likert dengan empat kategori jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

E. Analisis Data

Langkah-langkah untuk mengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk setiap indikator

Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk setiap indikator pembelajaran diolah dengan tahapan sebagai berikut:

a) Mengelompokkan soal tes tertulis ke dalam setiap indikator.

b) Menghitung skor posttest dari setiap jawaban siswa dengan kriteria pada tabel 3.2:

Tabel 3.2 Penskoran Jawaban Tes Pilihan Jawaban Pilihan Alasan Skor

Benar Benar 2

Benar Salah 1

Salah Benar 1

Salah Salah 0

c) Mengubah skor posttest setiap indikator pembelajaran ke dalam bentuk persen menggunakan rumus:


(18)

26

e) Menginterpretasikan persentase nilai rata-rata posttest berdasarkan kriteria pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Penguasaan Konsep (Arikunto, 2009) Nilai (%) Kriteria

0 – 20 Sangat Kurang

21 – 40 Kurang

41 – 60 Cukup

61 – 80 Baik

81 – 100 Sangat Baik

2. Pengolahan Data Angket

Angket yang digunakan menggunakan skala likert dengan kriteria penskoran pada tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Penskoran Angket Kategori Jawaban Skor

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Langkah-langkah untuk mengolah data angket adalah sebagai berikut: a) Memberikan skor atau nilai mentah terhadap jawaban angket siswa.

b) Menghitung rata-rata skor hasil angket tanggapan siswa dengan rumus:

c) Menghitung persentase rata-rata skor angket tanggapan siswa :

d) Menginterpretasikan persentase skor angket tanggapan berdasarkan kategori pada tebl 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Angket (Koentjaraningrat, 1994)

Nilai (%) Kategori

0 Tidak Ada

1-25 Sebagian Kecil 26-49 Hampir separuhnya

50 Separuhnya

51-75 Sebagian Besar

76-99 Pada Umumnya


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah :

1. Implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual diketahui bahwa hampir seluruh kegiatan terlaksana dengan baik.

2. Penguasaan konsep siswa untuk setiap indikator pembelajaran diperoleh hasil bahwa, indikator pembelajaran 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut yaitu menjelaskan pengertian penurunan titik beku larutan, menjelaskan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap titik beku larutan, menyimpulkan bahwa penurunan titik beku merupakan sifat koligatif larutan, dan membedakan penurunan titik beku larutan elektrolit dan larutan non elektrolit, semuanya termasuk kriteria sangat baik. Untuk indikator pembelajaran 5, yaitu membandingkan penurunan titik beku beberapa larutan elektrolit kuat dengan jumlah ion terionisasi berbeda pada konsentrasi yang sama termasuk kriteria baik.

3. Pada umumnya siswa berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual dapat membuat mereka lebih mudah menguasai konsep penurunan titik beku larutan. Selain itu, pada umumnya siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Tahapan yang memiliki nilai persentase terbesar, yaitu merumuskan masalah dan membuat kesimpulan dengan persentase sebesar 78%. Sedangkan tahapan yang memiliki nilai persentase terkecil adalah merancang percobaan dengan persentase sebesar 72,5%.


(20)

45

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah :

1. Bagi para guru di sekolah, hendaknya mengimplementasikan pembelajaran inkuiri menggunakan medial laboratorium virtual sehingga dapat melatih siswa mengembangkan penguasaan konsep.

2. Agar siswa diberikan latihan untuk menganalisis data, sehingga pencapaian penguasaan konsep siswa setiap indikator sangat baik.

3. Bagi para guru di sekolah, disarankan untuk menggunakan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran kimia di kelas, sehingga siswa dapat merancang percobaan sendiri.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Ila Zakhiya. (2014). Dampak Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terhadap Kemampuan Inkuiri, Berpikir, Kreatif, dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. (Tesis). Sekolah Pacasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anitah. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Graffindo Persada. Atfiyah dan Ibnu. (2013). Pengaruh Penggunaan Jurnal Belajar dalam

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas Malang, Malang.

Babateen, H. M. (2011). The Role of Virtual Laboratories in Science Education. IPCSIT, 12, hlm. 100–104.

Colburn. (2000). An Inquiry Primer. Science Scope, hlm. 42–44.

Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan. (1984). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.

Donelly, O’Reily, McGarr. (2012). Enhancing the Student Experiment Experience: Visible Scientific Inquiry Through a Virtual Chemistry Laboratory. Res Sci Educ, 43, hlm. 1571–1592.

Fajrina, Gita Nur. (2013). Pengaruh Metode Discovery-Inquiry terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan. (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Gunawan dan Palupi. (2012). Taksonomi Bloom – revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengahaan, dan Penilaian. Jurnal Prodi PGSD, 2(2), hlm 16–40.


(22)

47

Jaya, Hendra. (2012). Pengembangan Laboratorium Virtual Untuk Kegiatan Praktikum dan Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(1), hlm 81–90.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Lerianti, Eno. (2014). Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Laboratorium Nyata dan Laboratorium Virtual Dalam Materi Asam Basa Kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi. (Skripsi). Sarjana pada FKIP, Universitas Jambi, Jambi.

Mulyani, Sri. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: JICA.

Mulyono, HAM. (2002). Ilmu Kimia 3. Bandung: Acarya Media Utama.

Nurrokhmah dan Sunarto. (2013). Pengaruh Penerapan Virtual Labs Berbasis Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia. Chemistry in Education, 2(1), hlm. 200–207.

Parno dan Dwitya. (2008). Desain dan Implementasi Laboratorium Maya (V-Lab) Aplikasi Modul Lensa Optik Untuk Membantu Pelaksanaan Praktikum Fisiska. Jurnal Informatika Komputer, 13(1), hlm. 26–33.

Priyatno, D. (2008). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS. 17. Yogyakarta: Andi.

Riana. (2011). Pembelajaran Kimia dengan Model Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa. (Tesis). Program Pacasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ristanto. (2010). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Awal. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rustaman, Nuryani. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli. 2005. Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: PRENADA.

Sesen, dan Tarhan. (2011). Inquiry-Based Laboratory Activities in Electrochemistry High School Students’ Achievements and Attitudes. Science Education, 43, hlm. 413–435.


(23)

48

Setia. (2010). Hasil Belajar Siswa Sma Pada Pembelajaran Kenaikan Titik Didih Larutan Melalui Metode Praktikum Dengan Pendekatan Inkuiri. (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Silberberg, Martin. (2007). Principles of General Chemistry. Amerika: The McGraw-Hill Companies.

Sunarya,Yayan. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. Jakarta: Depdiknas.

Sutikno. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, 6, hlm. 58–62.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tatli, Z. dan Ayas, A. (2011). Effect of a virtual chemistry laboratory on

students’ achievement. International Forum of Educational Technology & Society (IFETS), 16 (1), hlm. 159–170.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana.

Tüysüz, C. (2010). The effect of the virtual laboratory on students’ achievement and attitude in chemistry. International Online Journal of Educational Science, 2 (1), hlm. 37–53.

Wiersma, dan Jurs. (2009). Research Methods in Education, Ninth Edition.United State o America: Pearson.

Zuriah, Nurul. (2005). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang: Bumi Aksara.


(1)

26

e) Menginterpretasikan persentase nilai rata-rata posttest berdasarkan kriteria pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Penguasaan Konsep (Arikunto, 2009) Nilai (%) Kriteria

0 – 20 Sangat Kurang 21 – 40 Kurang 41 – 60 Cukup 61 – 80 Baik 81 – 100 Sangat Baik 2. Pengolahan Data Angket

Angket yang digunakan menggunakan skala likert dengan kriteria penskoran pada tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Penskoran Angket

Kategori Jawaban Skor

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Langkah-langkah untuk mengolah data angket adalah sebagai berikut: a) Memberikan skor atau nilai mentah terhadap jawaban angket siswa.

b) Menghitung rata-rata skor hasil angket tanggapan siswa dengan rumus:

c) Menghitung persentase rata-rata skor angket tanggapan siswa :

d) Menginterpretasikan persentase skor angket tanggapan berdasarkan kategori pada tebl 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Angket (Koentjaraningrat, 1994)

Nilai (%) Kategori

0 Tidak Ada

1-25 Sebagian Kecil 26-49 Hampir separuhnya

50 Separuhnya

51-75 Sebagian Besar

76-99 Pada Umumnya


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah :

1. Implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual diketahui bahwa hampir seluruh kegiatan terlaksana dengan baik.

2. Penguasaan konsep siswa untuk setiap indikator pembelajaran diperoleh hasil bahwa, indikator pembelajaran 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut yaitu menjelaskan pengertian penurunan titik beku larutan, menjelaskan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap titik beku larutan, menyimpulkan bahwa penurunan titik beku merupakan sifat koligatif larutan, dan membedakan penurunan titik beku larutan elektrolit dan larutan non elektrolit, semuanya termasuk kriteria sangat baik. Untuk indikator pembelajaran 5, yaitu membandingkan penurunan titik beku beberapa larutan elektrolit kuat dengan jumlah ion terionisasi berbeda pada konsentrasi yang sama termasuk kriteria baik.

3. Pada umumnya siswa berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual dapat membuat mereka lebih mudah menguasai konsep penurunan titik beku larutan. Selain itu, pada umumnya siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan media laboratorium virtual. Tahapan yang memiliki nilai persentase terbesar, yaitu merumuskan masalah dan membuat kesimpulan dengan persentase sebesar 78%. Sedangkan tahapan yang memiliki nilai persentase terkecil adalah merancang percobaan dengan persentase sebesar 72,5%.


(3)

45

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah :

1. Bagi para guru di sekolah, hendaknya mengimplementasikan pembelajaran inkuiri menggunakan medial laboratorium virtual sehingga dapat melatih siswa mengembangkan penguasaan konsep.

2. Agar siswa diberikan latihan untuk menganalisis data, sehingga pencapaian penguasaan konsep siswa setiap indikator sangat baik.

3. Bagi para guru di sekolah, disarankan untuk menggunakan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran kimia di kelas, sehingga siswa dapat merancang percobaan sendiri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Ila Zakhiya. (2014). Dampak Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terhadap Kemampuan Inkuiri, Berpikir, Kreatif, dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. (Tesis). Sekolah Pacasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anitah. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Graffindo Persada. Atfiyah dan Ibnu. (2013). Pengaruh Penggunaan Jurnal Belajar dalam

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas Malang, Malang.

Babateen, H. M. (2011). The Role of Virtual Laboratories in Science Education.

IPCSIT, 12, hlm. 100–104.

Colburn. (2000). An Inquiry Primer. Science Scope, hlm. 42–44.

Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan. (1984). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.

Donelly, O’Reily, McGarr. (2012). Enhancing the Student Experiment Experience: Visible Scientific Inquiry Through a Virtual Chemistry Laboratory. Res Sci Educ, 43, hlm. 1571–1592.

Fajrina, Gita Nur. (2013). Pengaruh Metode Discovery-Inquiry terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan. (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Gunawan dan Palupi. (2012). Taksonomi Bloom – revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengahaan, dan Penilaian. Jurnal Prodi PGSD, 2(2), hlm 16–40.


(5)

47

Jaya, Hendra. (2012). Pengembangan Laboratorium Virtual Untuk Kegiatan Praktikum dan Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(1), hlm 81–90.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Lerianti, Eno. (2014). Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Laboratorium Nyata dan Laboratorium Virtual Dalam Materi Asam Basa Kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi. (Skripsi). Sarjana pada FKIP, Universitas Jambi, Jambi.

Mulyani, Sri. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: JICA.

Mulyono, HAM. (2002). Ilmu Kimia 3. Bandung: Acarya Media Utama.

Nurrokhmah dan Sunarto. (2013). Pengaruh Penerapan Virtual Labs Berbasis Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia. Chemistry in Education, 2(1), hlm. 200–207.

Parno dan Dwitya. (2008). Desain dan Implementasi Laboratorium Maya (V-Lab) Aplikasi Modul Lensa Optik Untuk Membantu Pelaksanaan Praktikum Fisiska. Jurnal Informatika Komputer, 13(1), hlm. 26–33.

Priyatno, D. (2008). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS. 17. Yogyakarta: Andi.

Riana. (2011). Pembelajaran Kimia dengan Model Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa. (Tesis). Program Pacasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ristanto. (2010). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Multimedia dan Lingkungan Riil Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Awal. (Tesis). Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rustaman, Nuryani. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli. 2005. Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: PRENADA.

Sesen, dan Tarhan. (2011). Inquiry-Based Laboratory Activities in Electrochemistry High School Students’ Achievements and Attitudes.


(6)

Setia. (2010). Hasil Belajar Siswa Sma Pada Pembelajaran Kenaikan Titik Didih Larutan Melalui Metode Praktikum Dengan Pendekatan Inkuiri. (Skripsi). Sarjana pada FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Silberberg, Martin. (2007). Principles of General Chemistry. Amerika: The McGraw-Hill Companies.

Sunarya,Yayan. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. Jakarta: Depdiknas.

Sutikno. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, 6, hlm. 58–62.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tatli, Z. dan Ayas, A. (2011). Effect of a virtual chemistry laboratory on

students’ achievement. International Forum of Educational Technology &

Society (IFETS), 16 (1), hlm. 159–170.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana.

Tüysüz, C. (2010). The effect of the virtual laboratory on students’ achievement and attitude in chemistry. International Online Journal of Educational Science, 2 (1), hlm. 37–53.

Wiersma, dan Jurs. (2009). Research Methods in Education, Ninth Edition.United State o America: Pearson.

Zuriah, Nurul. (2005). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

3 27 42

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIRTUAL LAB DALAM PRAKTIKUM PENURUNAN TEKANAN UAP DAN KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN

2 47 62

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

4 7 40

DAMPAK PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERHADAP KEMAMPUAN INKUIRI, BERPIKIR KREATIF, DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN.

0 3 44

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik Listrik Dinamis.

0 0 40

PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL - repository UPI S KIM 1103563 Title

0 0 3

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL - repository UPI S KIM 1101979 Title

0 1 3

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

1 2 20