PENGARUH POINT OF PURCHASE COMMUNICATION TERHADAP IMPULSE BUYING.

(1)

PENGARUH POINT OF PURCHASE COMMUNICATION

TERHADAP IMPULSE BUYING

(Studi pada Konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung)

Skripsi

Ditulis oleh :

Mochamad Ridho Aldhilla 1106226

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH POINT OF PURCHASE COMMUNICATION TERHADAP IMPULSE BUYING

(Studi pada Konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung)

Mochamad Ridho Aldhilla 1106226

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

H Mokh Adib Sultan, ST.MT NIP. 19810310 200912 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Vanessa Gaffar, SE., Ak, MBA NIP. 19740307 200212 2 001


(3)

PENGARUH POINT OF PURCHASE COMMUNICATION TERHADAP

IMPULSE BUYING

(Studi pada Konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung)

Oleh :

Mochamad Ridho Aldhilla

Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Mochamad Ridho Aldhilla 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

MochamadRidhoAldhilla (1106226). Pengaruh Point of Purchase Communication terhadap Impulse Buying (Studi pada Konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung), dibawah bimbingan H. Mokh Adib Sultan, ST. MT. Latar belakang penelitian ini didasari oleh fenomena semakin tingginya perilaku impulse buying di Indonesia yang dapat dimanfaatkan oleh pemasarritel modern untuk meningkatkan penjualan melalui media point of purchase communication. Lotte Mart yang memiliki ambisi untuk menjadi pemimpin persaingan hipermarket di Indonesia sangat mengerti kondisi ini dan ingin memanfaatkan fenomena impulse buyinginisecara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif. Sampel penelitian adalah 100 orang konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung yang dipilih dengan menggunakan metode accidental sampling. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian ditemukan bahwa point of purchase communication berpengaruh terhadap impulse buying sebesar 51,7% sedangkan sisanya 48,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Model persamaan Y = 7,942 + 0,336X yang artinya setiap kenaikan satu satuan pada point of purchase communication diikuti oleh kenaikan impulse buying sebesar 0,336 satuan. Saran untuk penelitian berikutnya diharapkan untuk melakukan studi lebih mendalam dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi impulse buying.


(5)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

MochamadRidhoAldhilla (1106226). Influence of Point of Purchase CommunicationTowardsImpulse Buying(Study on Lotte Mart Hypermarket

Bandung Consumers), Under Guidance of H. MokhAdib Sultan, ST. MT.The background of this research is based on the increase of impulse buying phenomenon in Indonesia that can be used by modern retail marketers to increase sales using point of purchase communication media.Lotte Mart that has passion to be the leader of hypermarket competition in Indonesia really concern about this situation and want to use this impulse buying phenomenon tremendously.The objective of this research is to analyze how the influence of point of purchase communication towards impulse buying. This research is a verifieddescriptive research. The samples of this research are 100 Lotte Mart Hypermarket Bandung consumers which is chosen using accidental sampling method. Analysis technic using simple linear regression analysis. Based on the result of research data processing indicates that point of purchase communication has significant effects towards impulse buying equal to 51,7%,while the rest 48,3% affected by other factors that is not being examines in this research. Equation model Y = 7,942 + 0,336X means that if one unit of point of purchase communication being increase will be followed by the increase of impulse buying as well as much as 0,336 unit. Suggestion for next research hopefully to have deeper studies considering other factors that has effects to impulse buying as well.


(6)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 12

1.3.2.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.3.2.2 Kegunaan Praktis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Pengertian Pemasaran ... 13

2.1.2 Marketing Mix ... 14

2.1.3 Marketing Communication Platforms ... 15

2.1.4 Point of Purchase Communication ... 17

2.1.5 Fungsi Point of Purchase Communication ... 19

2.1.6 Material Point of Purchase ... 20

2.1.7 Kelebihan Point of Purchase ... 22

2.1.8 Impulse Buying ... 24

2.1.9 Tipe-tipe Impulse Buying ... 25


(7)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2 Kerangka Pemikiran ... 30

2.3 Hipotesis ... 34

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 35

3.1 Objek Penelitian ... 35

3.2 Metode dan Desain Penelitian ... 36

3.2.1 Metode Penelitian ... 36

3.2.2 Desain Penelitian ... 37

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 38

3.4 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 42

3.5.1 Populasi ... 42

3.5.2 Sampel . ... 42

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.6 Rancangan Analisis Data, Teknik Analisis Data, dan Uji Hipotesis ... 43

3.6.1 Rancangan Analisis Data ... 43

3.6.1.1 Pengujian Validitas ... 45

3.6.1.2 Pengujian Reliabilitas ... 53

3.6.2 Teknik Analisis Data ... 56

3.6.2.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 56

3.6.2.2 Koefisien Determinasi ... 57

3.6.2.3 Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian ... 60

4.1.1.1 Profil Perusahaan Lotte Mart di Indonesia ... 60

4.1.2 Karakteristik Responden ... 62


(8)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Variabel

Poin of Purchase Communication ... 66

4.1.3.2 Tanggapan Responden terhadap Variabel Impulse Buying ... 80

4.2 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 89

4.2.1 Pengujian Hipotesis ... 89

4.2.1.1 Analisis Korelasi ... 89

4.2.2 Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang semakin baik dan dinamis dengan tuntutan inovasi semakin tinggi. Hal ini didukung oleh kuatnya perekonomian domestik dan daya beli masyarakat. Selain itu, permintaan terhadap industri ritel saat ini semakin tinggi dikarenakan terdorong oleh pertumbuhan properti komersial yang cukup pesat.

Pesatnya pertumbuhan properti komersial ini memicu ekspansi berbagai jenis perusahaan ritel melalui penambahan gerai tokonya. Majalah Frontier Edisi Agustus 2012 memaparkan bahwa dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007-2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18.152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai ritel modern ini tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan.

Indonesia Update Bank Mandiri Vol.17 Agustus 2012 memuat hasil survey penjualan ritel yang dilakukan Bank Indonesia. Hasil survey menunjukkan bahwa indeks penjualan riil selama 1H12 menunjukkan trend peningkatan dibandingkan tahun 2011 dengan pertumbuhan indeks bulanan rata-rata di atas 10%.


(10)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia Update Bank Mandiri juga memaparkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel dikarenakan dengan jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu sekitar 237 juta jiwa, Indonesia memiliki total konsumsi sekitar kurang lebih Rp3.600 trilyun. Hal ini sangat didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai mengalami peralihan, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern.

Pergeseran perilaku penduduk Indonesia yang kini lebih memilih untuk berbelanja di ritel modern dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Sumber: Nielsen Retail Audit 2012

Gambar 1.1

74,8 73,7

69,6 67,6

64,7 63,7 63,1 59,1

56,1 55,8 54,6 20,2 21

22,2 22,2

23,2 22,2 21,7

21,5

21,9 21,8 20,6 5 5,3 8,2

10,2 12,1

14,1 15,3

19,4 21,5 22,4 24,8

0 20 40 60 80 100 120

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Grafik Presentase Pertumbuhan Ritel di Indonesia


(11)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik Presentase Pertumbuhan Ritel di Indonesia

Berdasarkan Gambar 1.1, dari tahun 2003 hingga 2012 penggunaan ritel modern di Indonesia sebagai tempat berbelanja selalu naik setiap tahunnya. Ritel modern ini mencakup hipermarket, minimarket dan supermarket. Pada tahun 2003 kenaikan terhitung sebesar 13,8%. Dari tahun 2004 ke 2005 naik lebih tinggi yaitu sebesar 17,7%. Pada tahun 2005 kenaikan turun menjadi 14,3%. Sedangkan pada tahun 2006 ke 2007 kenaikan kembali tinggi sebesar 15,2%. Kemudian pada tahun 2007 kenaikan cukup tinggi yaitu sebesar 21,1%. Namun pada tahun 2008 ke 2009 kenaikan cukup rendah sebesar 4,7% dan kembali naik pada tahun 2009 ke 2010 sebesar 11,8%. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 kenaikan ada pada posisi 11,3%. Tahun 2012 mengalami kenaikan 1,2% dibandingkan tahun 2011, menghasilkan marketshare ritel modern di angka 45,4%. Jumlah pendapatan ritel modern terbesar ternyata merupakan kontribusi dari hipermarket.

Untuk mengetahui persaingan perusahaan ritel di tingkat hipermarket, peneliti melakukan studi literatur dari berbagai artikel mengenai omset hipermarket di Indonesia yang hasilnya dapat dilihat pada grafik berikut:

Sumber : hasil studi literatur oleh peneliti 2013

15

12,4

9,3

7,18

0 5 10 15 20

Carrefour Giant Hypermart Lotte Mart

Omset Peritel Hipermarket 2011 (trilyun rupiah)


(12)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2

Grafik Omset Peritel Hipermarket 2011

Berdasarkan gambar 1.2, di tahun 2011, secara nasional Carrefour menempati posisi pertama dengan omset tertinggi dengan 15 Triliun rupiah, lalu Giant dengan 12,4 triliun rupiah pada posisi kedua, Hypermart 9,3 triliun rupiah pada posisi ketiga dan yang terakhir Lotte Mart pada posisi ke empat dengan 7,18 triliun rupiah. Lotte Mart sebagai ritel yang lebih muda dibanding yang lain memang sudah sewajarnya memiliki omset rendah, hal tersebut telah menjadi dorongan bagi ritel ini untuk bersaing mendapatkan posisi terbaik secara nasional.

Terdapat perbedaan antara fenomena yang ada di tingkat nasional dengan yang ada di tingkat daerah. Menurut sebuah artikel pada website www.bisnis-jabar.com, jumlah penduduk Jawa Barat sebanyak 40 juta lebih dan 3 juta diantaranya berada di Bandung merupakan suatu peluang besar bagi bisnis ritel. Tingkat persaingan ritel, khususnya hipermarket, cukup tinggi di Bandung karena banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan pembelian di ritel modern. Tabel 1.1 yang dihimpun oleh peneliti menunjukkan rata-rata pengunjung hipermarket di Kota Bandung pada tahun 2012.

No. Nama Hipermarket Rata-rata Kunjungan 1 Carrefour Kiaracondong 3000 orang/hari 2 Lotte Mart Festival Citylink 2500 orang/hari 3 Hypermart Bandung Indah Plaza 1500 orang/hari 4 Carrefour Paris Van Java Mall 1000 orang/hari

Sumber: hasil wawancara & observasi oleh peneliti 2013 Tabel 1.1


(13)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel diatas, Carrefour Kiaracondong merupakan pemimpin dalam persaingan hipermarket di Kota Bandung dengan rata-rata kunjungan sebanyak 3000 orang/hari. Lotte Mart Festival Citylink ada di posisi kedua dengan 2500 orang/hari, kemudian diikuti oleh Hypermart Bandung Indah Plaza di posisi ketiga dengan 1500 orang/hari dan di posisi terakhir Carrefour Paris Van Java Mall dengan jumlah kunjungan rata-rata 1000 orang/hari.

Jumlah kunjungan sangat berpengaruh terhadap penjualan hipermarket. Persaingan hipermarket di Kota Bandung dapat pula dilihat dari data penjualan yang telah dihimpun oleh peneliti dalam grafik sebagai berikut:

Sumber: hasil wawancara & observasi peneliti 2013 Gambar 1.3

Grafik Penjualan Hipermarket di Kota Bandung Tahun 2010-2012 (dalam milyar rupiah)

Pada Gambar 1.3 terungkap bahwa pasar hipermarket di Bandung sejak 2010 hingga 2012 masih dikuasai oleh Carrefour Kiara Condong dengan omset

244

131

98 92

286

156

115 119 321

173

137 129

0 50 100 150 200 250 300 350 Carrefour Kiara Condong

Lotte Mart Festival Citylink Hypermart Bandung Indah Plaza Carrefour Paris Van Java Grafik Penjualan di Hipermarket Kota Bandung

2010 2011 2012


(14)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

244 milyar rupiah pada tahun 2010, 286 milyar rupiah pada tahun 2011 dan 321 milyar rupiah pada tahun 2012. Lotte Mart Festival Citylink pada posisi kedua dengan 131 milyar rupiah pada tahun 2010, 156 milyar rupiah pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 173 milyar rupiah. Hypermart Bandung Indah Plaza memiliki omset 98 milyar rupiah pada tahun 2010, 115 milyar rupiah pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 137 milyar rupiah. Carrefour Paris Van Java pada posisi keempat dengan omset pada tahun 2010 sebesar 92 milyar rupiah, 119 milyar rupiah pada tahun 2011 dan 129 milyar rupiah pada tahun 2012.

Perbandingan antara penjualan Lotte Mart di tingkat nasional dan regional memiliki gap yang cukup menarik. Di tingkat nasional Lotte Mart berada di posisi terakhir, sedangkan di Kota Bandung Lotte Mart berada di posisi kedua. Peneliti kemudian melakukan interview dengan Bapak Samsul Fauzi selaku HR GA Section Head Lotte Mart Festival Citylink. Hasil interview mengungkapkan bahwa Lotte Mart merupakan hipermarket yang ambisius. Sejak awal berdiri pada tahun 2008 di Bandung, Lotte Mart ingin menjadi yang pertama dalam persaingan hipermarket. Dari hasil interview juga terungkap bahwa keputusan pembelian impuls atau impulse buying merupakan concern utama bagi perusahaan ritel asal Korea Selatan ini karena ternyata lebih dari 30% penjualan merupakan hasil dari impulse buying.

Menurut riset, karakter konsumen di Indonesia memang cenderung tidak memiliki rencana. Hasil riset yang dilakukan oleh lembaga Frontier Consulting Group mengungkapkan bahwa proses pembelian secara impulse buying atau yang tidak direncanakan di Indonesia relatif sangat tinggi. Dibandingkan dengan


(15)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsumen di Amerika Serikat, konsumen kita memiliki proses pembelian impuls sekitar 15% hingga 20% lebih tinggi (sumber: http://www.marketing.co.id/).

Grafik dibawah ini menunjukan peningkatan perilaku impulse buying yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia pada tahun 2003 dan 2011.

Sumber : www.antaranews.com

Gambar 1.3

Perbandingan Perilaku Impulse Buying antara 2003 dan 2011

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen melalui wawancara tatap muka dengan 1804 responden di Bandung, Jakarta, Makassar, Medan dan Surabaya dengan belanja rumah tangga lebih dari Rp1,5 juta per bulan. Dua aspek perilaku yaitu “tidak pernah membuat rencana pembelian” naik dari angka 11% (2003) menjadi 21% (2011) dan “membeli barang di luar daftar belanjaan” yang meningkat dari 13% (2003) menjadi 39% (2011). Hal ini menunjukan gambaran bahwa perilaku impulse buying sangat berkembang di masyarakat Indonesia yang tentunya menjadi hal yang harus diperhatikan oleh peritel untuk melakukan

11%

21% 13%

39%

2003 2011

Perbandingan Perilaku Impulse Buying

Tidak pernah membuat rencana belanja Membeli barang di luar daftar belanjaan


(16)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inovasi dalam strategi pemasaran agar konsumen yang datang dapat membeli barang di luar daftar belanjaannya.

Peneliti melakukan survey pra penelitian untuk melihat karakteristik impulse buying para konsumen di Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung Festival Citylink dengan cara memberikan kuesioner survey dengan jumlah responden 30 orang yang diambil secara acak (Target survey merupakan konsumen Lotte Mart yang dilakukan pada 3 Oktober 2013) dengan hasil sebagai berikut :

Sumber: hasil survey pra penelitian

Gambar 1.4

Survey Pra Penelitian Perilaku Impulse Buying di Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung

Survey dilakukan oleh peneliti kepada 30 orang konsumen di Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung dengan masing-masing item pernyataan 1) Membeli barang di Lotte Mart diluar dari yang telah direncanakan sebelumnya, 2) Membeli

47%

44%

47%

43% 43% 44% 44% 45% 45% 46% 46% 47% 47% 48%

Membeli barang yang tidak direncanakan sebelumnya

Membeli barang atas dorongan dari promosi

penjualan, iklan dsb

Membeli barang secara tiba-tiba

Hasil Survey Pra Penelitian


(17)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

barang di Lotte Mart diluar perencanaan karena dorongan dari promosi penjualan, iklan atau dorongan lainnya, dan 3) Membeli barang di Lotte Mart secara tiba-tiba pada saat itu juga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen hipermarket Lotte Mart yang membeli barang tanpa perencanaan sebanyak 47%, membeli barang karena dorongan dari promosi penjualan, iklan atau dorongan lainnya sebanyak 44% dan membeli barang secara tiba-tiba sebanyak 47%.

Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti memberikan gambaran bahwa perilaku impulse buying di Lotte Mart masih cukup rendah. Dalam rangka meningkatkan hal tersebut, Lotte Mart perlu melakukan suatu pendekatan promosi yang tepat agar dapat merangsang perilaku impulse buying tersebut.

Terrence A Shimp (2003) menyatakan bahwa point of purchase communication merupakan salah satu alat promosi dengan menggunakan displays, signs, serta material komunikasi lainnya yang dapat menstimulasi impulse buying. Pernyataan ini didasari oleh studi mengenai consumers buying habits yang dilakukan oleh Point of Purchase Advertising Institute (POPAI). Para pemasar ritel sebaiknya dapat menggunakan point of purchase ini secara optimal.

Dari hasil literatur yang peneliti baca, para pemasar ritel lebih banyak memilih untuk menggunakan material point of purchase mereka sendiri daripada yang diberikan oleh produsen agar lebih mudah disesuaikan dengan keadaan gerai. Contoh point of purchase yang telah ada di hipermarket Lotte Mart yaitu assortment display, ensemble display, case display, cut case, dan dump bin. Material inilah yang dapat digunakan sebagai alat promosi untuk meningkatkan impulse buying.


(18)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemaparan latar belakang ini memang menitikberatkan fokus penelitian pada proses pemasaran yang harus dilakukan oleh peritel untuk meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan perilaku impulse buying menggunakan alat promosi point of purchase communication sehingga mampu menggapai target seperti yang dimiliki oleh Lotte Mart Festival Citylink, yaitu menjadi peritel hipermarket dengan tingkat penjualan paling tinggi di Kota Bandung. Maka dari

itu, peneliti tertarik untuk mengkaji dengan judul “Pengaruh Point of Purchase Communication terhadap Impulse Buying (Studi terhadap Konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung)”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Peralihan kebiasaan konsumen dari berbelanja di pasar tradisional ke ritel modern menciptakan persaingan antar perusahaan ritel yang ada di Indonesia menjadi semakin ketat. Hal ini memicu produsen untuk semakin matang dalam melakukan strategi promosi. Impulse buying merupakan perhatian utama bagi perusahaan ritel untuk dapat meningkatkan penjualan karena hampir setengah dari total penjualan adalah hasil dari perilaku impulse buying yang dilakukan oleh konsumen.

Karakter masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan bahwa perilaku impulse buying terus meningkat setiap tahunnya, sehingga fenomena ini menjadi kesempatan yang sangat baik untuk para pemasar perusahaan ritel untuk


(19)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memanfaatkan perilaku impulse buying ini dengan bijak. Strategi promosi dengan menggunakan point of purchase communication yang baik merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan ritel karena disinyalir akan mempengaruhi impulse buying konsumen. Oleh karena itu Lotte Mart dengan ambisinya untuk menjadi perusahaan ritel hipermarket dengan tingkat penjualan tertinggi harus melaksanakan point of purchase communication dengan lebih baik lagi.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan dalam uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap pelaksanaan point of purchase communication yang dilakukan oleh Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung.

2. Bagaimana perilaku impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh antara pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse buying oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung menurut responden.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


(20)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data, mengolah, menganalisis dan menarik kesimpulan yang didasarkan hasil analisis data dan teori yang dikemukakan oleh para ahli/ilmuwan yang menguasai bidangnya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap pelaksanaan point of purchase communication yang dilakukan oleh Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui perilaku impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas bahan kajian ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai pentingnya point of purchase communication untuk meningkatkan impulse buying bagi perusahaan ritel serta dapat meningkatkan pemahaman yang komprehensif mengenai teori-teori pemasaran dalam ilmu ekonomi secara general.


(21)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak Hipermarket Lotte Mart mengenai pengaruh point of purchase communication dalam meningkatkan impulse buying. Hasil penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan point of purchase communication dan pemanfaatan fenomena impulse buying terhadap pemasaran ritel Hipermarket Lotte Mart.


(22)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis mengenai pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying. Objek dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012:59). Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah point of purchase communication yang terdiri dari informing, reminding, encouraging dan merchandising.

Selanjutnya variabel bebas (independent) tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat.Variabel terikat (dependent) disebut variabel output, variabel kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah impulse buying yang terdiri dari unplanned, stimulated dan spontaneous.

Adapun yang dijadikan responden adalah konsumen yang telah melakukan impulse buying di Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung yang terletak di Festival Citylink Jl.Peta No.241 Bandung.


(23)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan objek penelitian diatas, maka akan dianalisis mengenai gambaran persepsi mengenai pelaksanaan point of purchase communication pada konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung, gambaran perilaku impulse buying konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung dan pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying.

Berdasarkan kurun waktu penelitian, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional method, karena dilaksanakan dalam kurun waktu yang tidak berkesinambungan dan panjang (kurang dari satu tahun). Menurut Sunyoto (2012,30) cross section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu. Data cross section digunakan untuk mengamati respons dalam periode yang sama, sehinga variasi terjadinya adalah antar pengamatan, dengan demikian data ini lebih sesuai untuk mendukung pembuktian dari perilaku individu.

3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Pengaruh Point of Purchase Communication terhadap Impulse Buying (studi konsumen pada Hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung) adalah metode deskriptif dan verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan tentang hubungan point of purchase communication terhadap impulse buying konsumen di Hipermarket Lotte Mart.

Arikunto (2010:10) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel


(24)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masa lalu dan sekarang atau yang sedang terjadi. Arikunto (2010:7) pula berpendapat bahwa penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan.

3.2.2 Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2010:90) “Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan”. Desain penelitian mencangkup rencana, struktur, dan strategi. Sebagai rencana dan struktur, desain penelitian merupakan perencanaan penelitian, yakni penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian yang dimulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran pengaruh antar variabel, perumusan hipotesis sampai rencana analisis data. Sebagai strategi, desain penelitian merupakan penjelasan rinci tentang apa yang akan dilakukan penelitian dalam rangka pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono (2012:56), desain kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Oleh karena itu desain kausalitas pada penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying.


(25)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3 Operasionalisasi Variabel

Hermawan (2006:118) mendefinisikan bahwa operasionalisasi variabel adalah bagaimana caranya kita mengukur suatu variabel. Dalam suatu penelitian agar bisa dapat membedakan konsep teoritis dengan konsep analitis maka perlu adanya konsep melalui operasionalisasi variabel. Variabel yang diteliti adalah pengaruh point of purchase communication (X) terhadap impulse buying (Y). Secara lebih rinci operasionalisasi masing-masing variabel ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Point of Purchase Communication (X)

point of purchase communications adalah elemen promosi, termasuk

display, poster, tanda-tanda dan variasi bahan-bahan di toko lainnya, yang didesain untuk mempengaruhi pilihan

pelanggan pada saat pembelian. (Shimp,2003:596),

(Rusmiati,2011)

Informing POPC membantu

konsumen untuk

mendapatkan informasi produk

yang mereka

butuhkan

Interval

POPC memiliki sifat menerangkan atau memberi informasi

Interval

Informasi yang

ditampilkan pada POPC jelas dan dapat dipahami oleh konsumen

Interval

POPC memudahkan

konsumen untuk

memilih produk yang mereka inginkan

Interval

Reminding POPC mengingatkan konsumen terhadap bentuk promosi yang

lainya yang

dilakukan oleh

produk tersebut


(26)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

POPC mengingatkan konsumen akan apa

yang mereka

butuhkan

Interval

POPC mengingatkan

konsumen pada

produk

Interval

Encouraging POPC menarik perhatian konsumen Interval POPC mendorong konsumen untuk melakukan pencarian informasi POPC mendorong konsumen untuk melakukan pertimbangan Interval POPC membuat konsumen ingin membeli suatu produk Interval

Merchandising Penataan produk pada POPC rapi dan beraturan

Interval

Penataan POPC

membuat konsumen

nyaman dalam

berbelanja

Interval

POPC menguatkan

image produk

Interval Penampilan POPC

bagus, variatif, unik & kreatif

Interval

Impulse buying (Y)

Impulse buyingadalah pembelian di tempat yang

tidak direncanakan yang dipengaruhi oleh stimulus

tertentu. (Brodén dan Söderberg,

2011:3)

Unplanned Rencana baru

muncul saat

konsumen masuk ke dalam gerai

Interval

Pembelian produk tidak sesuai dengan rencana

Interval

Tidak pernah

membuat daftar

belanja

Pembelian produk tidak sesuai dengan kebutuhan

Interval

Stimulated Konsumen tergerak

untuk mencari

referensi suatu

produk

Interval

POPC memunculkan kebutuhan dalam diri konsumen


(27)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tertarik oleh

kegiatan promosi yang ada di dalam gerai

Interval

Spontaneous Konsumen melakukan

keputusan pembelian dengan cepat tanpa mencari informasi terlebih dahulu

Interval

Konsumen

merasakan keharusan

untuk membeli

secara tiba-tiba

Interval

Konsumen tidak

berpikir panjang ketika melakukan pembelian

Interval

3.4 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sunyoto (2012:27), dalam suatu riset yang dilakukan seorang peneliti akan menggunakan data-data yang dikumpulkan sebagai bahan utama proses pengolahan data dalam rangka memecahkan pemasalahan penelitian. Namun data itu sendiri dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dan dalam penelitian ini sumber data yang dipakai adalah:

1. Data primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya, sehingga peneliti merupakan tangan pertama yang memperoleh data tersebut. Data tersebut diperoleh dari kuesioner yang disebarkan oleh peneliti pada sejumlah responden


(28)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, baik dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan yang digunakan oleh peneliti sebagai sumber data penelitian seperti buku, artikel, serta situs internet.

Tabel 3.2

Jenis Data dan Sumber Data

Jenis Data Kategori Data Sumber Data Hasil Angket Data Primer Responden

Hasil

Wawancara Data Primer

Manajemen Lotte Mart Hasil

Observasi Data Sekunder Data Lapangan Kepustakaan Data Sekunder Pustaka

Artikel Data Sekunder Media

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Wawancara, yaitu dialog langsung dengan pihak perwakilan dari manajemen Hipermarket Lotte Mart.

2. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara mempelajari bahan-bahan yang diangggap perlu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh bahan-bahan yang dapat dijadikan landasan teori. 3. Melalui internet, untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

masalah penelitian berupa data hasil survey pra penelitian, data pendukung point of purchase communication dan impulse buying.


(29)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penggunaan kuesioner (angket), yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Daftar pertanyaan ini disebarkan kepada konsumen Hipermarket Lotte Mart.

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi

Dalam penulisan ini, populasi sasaran yaitu populasi yang akan diteliti. Peneliti akan menyimpulkan hasil penelitiannya yang hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditetapkan. Populasi sasaran dari sampel adalah konsumen Hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung yang berjumlah rata-rata 2500 per harinya (sumber: manajemen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung).

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara menyeleksi dan memilih elemen-elemen populasi yang dapat mewakili populasi dan penelitian. Besarnya ukuran sampel dari populasi yang diketahui diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin.

Keterangan : n : ukuran sampel


(30)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e² : Presisi yang ditetapkan menggunakan 0,01

n = 96,153 ≈ 100 responden

Jumlah responden ini akan diambil di Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung yang berada di Festival City Link Jl.Peta No.241 Bandung. Dengan ketentuan karakteristik sampel yang akan diteliti adalah konsumen Hipermarket Lotte Mart Bandung yang berusia diatas 17 tahun, atas dasar usia tersebut telah dianggap dewasa dan dapat berpikir secara rasional.

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan penulis adalah teknik non probability sampling, yaitu sebuah teknik penarikan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Menurut Sugiyono (2012:77), accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah responden tersebut merupakan konsumen dari Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung, telah berusia diatas 17 tahun dan telah melakukan pembelian.


(31)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6 Rancangan Analisis Data, Teknis Analisis Data, dan Uji Hipotesis 3.6.1 Rancangan Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying pada konsumen Hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung maka dilakukan melalui analisis data dengan menggunakan angket (kuesioner) yang disebarkan kepada responden. Alat statistik juga digunakan untuk menganalisa data sehingga memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh yang akhirnya akan menghasilkan jenis data interval.

Setelah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menafsirkan data sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat apakah antara variabel point of purchase communication (X) yang diteliti terdapat pengaruhnya atau tidak terhadap variabel impulse buying (Y).

Dalam melaksanakan pengolahan data ini prosedur analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Mengecek jawaban yang telah diisi oleh responden untuk mengetahui kelengkapan hasil jawaban responden yang akan menentukan layak tidaknya jawaban tersebut diolah lebih lanjut.

2. Menghitung bobot nilai dengan menggunakan skala interval dalam 7 pilihan jawaban skala pengukuran semantic deferencial.

Tabel 3.3


(32)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat

positif

7 6 5 4 3 2 1 Sangat

negatif Sumber :Sunyoto,Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen (2012:95)

3. Rekapitulasi nilai angket variabel X (point of purchase communication) dan variabel Y (impulse buying)

4. Tahap uji coba kuesioner, untuk menguji layak atau tidaknya kuesioner yang disebarkan kepada responden, maka penulis melakukan dua tahap pengujian yaitu uji validitas dan uji realibilitas. Keberhasilan mutu hasil penelitian dipengaruhi oleh data yang valid dan reliable. Oleh karena itu, dibutuhkan instrumen penelitian yang juga valid dan reliable. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan reliable berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:172-173).

5. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana karena penelitian ini didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) antara satu variabel bebas (X) point of purchase communication terhadap variabel (Y) impulse buying.

3.6.1.1Pengujian Validitas

Mengingat pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner merupakan hal yang sangat penting dalam


(33)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu harus valid dan reliable.

Simamora (2004:58-59) menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang inginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti.

Bagian kuesioner dapat berupa butir-butir pertanyaan secara sendiri-sendiri, dapat pula berupa faktor, yaitu kumpulan beberapa butir yang memiliki keterkaitan. Salah satu cara untuk mengukur validitas adalah dengan cara analisis butir.

Prosedur analisis butir sebetulnya sama saja dengan analisis faktor. Caranya, skor butir-butir pertanyaan (sebagai variabel X) dikorelasikan dengan skor total (sebagai variabel Y). Dari koefisien korelasi yang dihasilkan dapat ditentukan butir pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid dan harus diganti. Syarat sebuah butir pertanyaan dianggap valid adalah jika koefisien korelasinya dianggap signifikan. Apabila korelasi antar faktor rendah, seperti telah dikatakan, masing-masing faktor mengukur variabel yang berbeda. Oleh karena itu validitas butir pertanyaan dicari dengan mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan faktor masing-masing.

Adapun untuk menghitung korelasi (r) secara manual dapat menggunakan rumus di bawah ini:


(34)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimana :

rxy = Koefisien Korelasi

X = Jumlah skor tiap item

Y = Jumlah total skor seluruh item N = Jumlah responden

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas instrument angket tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memberikan nomor pada angket yang masuk

2. Memberikan skor pada setiap item sesuai dengan bobot yang telah ditentukan, yakni dengan menggunakan skala semantic dari 1 sampai 7. 3. Membuat tabel untuk mendapatkan harga ∑ xy, x2, dan ∑ y2,

sesuaidengan rumus diatas, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meng-input data skor setiap item angket

b. Menghitung harga ∑ x2, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Menghitung mean untuk setiap angket

(2) Mengurangkan skor setiap item dengan mean tiap item, sehingga diperoleh harga x

(3) Mengkuadratkan harga x untuk tiap-tiap item, sehingga mendapatkan harga x2


(35)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Menghitung harga, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menjumlahkan skor setiap responden, sehingga mendapatkan skor total untuk tiap responden

(2) Menghitung mean skor total

(3) Mengurangkan skor total tiap-tiap responden dengan mean skor total, sehingga diperoleh harga y

(4) Mengkuadratkan harga y tiap-tiap responden, sehingga mendapatkan harga y2

(5) Menjumlahkan harga y2, sehingga diperoleh harga ∑ y2

d. Menghitung harga ∑ xy, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mengalikan harga x untuk setiap item angket dengan harga y, sehingga mendapatkan harga xy

(2) Menjumlahkan harga xy, sehingga mendapatkan harga ∑ xy

(3) Mensubstitusikan harga-harga ∑ xy, x2, dan ∑ y2 ke dalam rumus, sehingga diperoleh harga rxy untuk tiap-tiap item angket

(4) Mengkonsultasikan harga rxydengan kriteria pengujian validitas

4. Menghitung Uji-t dengan rumus :

Dimana :


(36)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

t = Nilai thitung

r = Koefisien Korelasi hasil thitung N = Jumlah Responden dengan

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) 5. Keputusan pengujian validitas instrument :

 Jika rhitung≥rtabel berarti valid  Jika rhitung≤ rtabel berarti tidak valid

Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel for windows. Hasil pengujian validitas awal item pertanyaan pada kuesioner untuk setiap variabel ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas Awal Item Pertanyaan

No. Pernyataan r hitung r table Ket.

Variabel X Informing

1. Membantu 0.477147 0,3494 Valid

2. Informatif 0.578534 0,3494 Valid

3. Memperlihatkan Manfaat 0.251398 0,3494 Tidak

Valid

4. Jelas 0.511944 0,3494 Valid

5. Mudah dipahami 0.460844 0,3494 Valid

6. Memudahkan 0.536911 0,3494 Valid

Reminding

7. Mengingatkan pada iklan tv, radio, internet dan media lainnya

0.436911 0,3494 Valid 8. Mengingatkan pada kebutuhan saya 0.567626 0,3494 Valid 9. Mengingatkan saya pada produk yang 0.555076 0,3494 Valid


(37)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebelumnya tidak saya ingat.

Encouraging

10. Melakukan pencarian informasi 0.430343 0,3494 Valid

11. Melakukan pertimbangan 0.379471 0,3494 Valid

12. Melakukan pembelian 0.396568 0,3494 Valid

13. Melakukan pembelian ulang 0.557457 0,3494 Valid 14. Melakukan pembelian merek lain 0.349945 0,3494 Valid

Merchandising

15. Menarik 0.489499 0,3494 Valid

16. Rapi 0.352677 0,3494 Valid

17. Beraturan 0.362933 0,3494 Valid

18. Variatif 0.243566 0,3494 Tidak

Valid

19. Unik 0.582641 0,3494 Valid

20. Kreatif 0.406621 0,3494 Valid

21. Nyaman 0.350324 0,3494 Valid

22. Menguatkan citra produk 0.576516 0,3494 Valid

Variabel Y Unplanned

23. Terencana 0.359232 0,3494 Valid

24. Jumlah produk yang dibeli sesuai dengan rencana.

0.428888 0,3494 Valid 25. Selalu membuat daftar belanja 0.461233 0,3494 Valid 26. Membeli produk sesuai kebutuhan 0.486267 0,3494 Valid

Spontanteous

27. Mencari informasi produk sebelum membelinya

0.376021 0,3494 Valid 28. Keinginan membeli suatu produk baru

muncul di dalam Lotte Mart


(38)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29. Keinginan untuk membeli suatu produk muncul secara tiba-tiba

0.233378 0,3494 Tidak Valid 30. Membeli suatu produk dengan penuh

pertimbangan

0.434823 0,3494 Valid

Stimulated

31. Selalu tertarik oleh produk yang ditawarkan oleh SPG/SPB

0.112341 0,3494 Tidak Valid 32. Selalu tertarik oleh diskon harga 0.359232 0,3494 Valid 33. Selalu tertarik oleh display produk yang

menarik

0.576567 0,3494 Valid 34. Selalu mencoba merek baru 0.461233 0,3494 Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Desember 2013

Berdasarkan pengujian kuesioner terhadap 30 responden dengan tingkat signifikasi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 atau (20-2=18), maka di dapat nilai rtabel sebesar 0,3494. Sehingga dapat diketahui bahwa semua item pernyataan dari instrumen dinyatakan valid karena skor rhitung lebih besar dari skor rtabel, sehingga item-tem pernyataan tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur dari variabel yang akan diteliti.

Dikarenakan ada item yang tidak valid, maka dari itu, penulis mengeleminasi 4 pernyataan yang tidak valid dan tetapi menggunakan sisa item pernyataan dikarenakan 4 pernyataan tidak valid masih bisa diwakilkan dalam mendapatkan skor setiap pernyataan yang terkandung dalam indikator masing-masing dimensi. Adapun item-item pernyataan yang valid dan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5

Jumlah Item Pernyataan yang Valid dan Dijadikan Kuesioner dalam Penelitian


(39)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Pernyataan r hitung r table Ket.

Variabel X Informing

1. Membantu 0.477147 0,3494 Valid

2. Informatif 0.578534 0,3494 Valid

3. Jelas 0.511944 0,3494 Valid

4. Mudah dipahami 0.460844 0,3494 Valid

5. Memudahkan 0.536911 0,3494 Valid

Reminding

6. Mengingatkan pada iklan tv, radio, internet dan media lainnya

0.436911 0,3494 Valid 7. Mengingatkan pada kebutuhan saya 0.567626 0,3494 Valid 8. Mengingatkan saya pada produk yang

sebelumnya tidak saya ingat.

0.555076 0,3494 Valid

Encouraging

9. Melakukan pencarian informasi 0.430343 0,3494 Valid

10. Melakukan pertimbangan 0.379471 0,3494 Valid

11. Melakukan pembelian 0.396568 0,3494 Valid

12. Melakukan pembelian ulang 0.557457 0,3494 Valid 13. Melakukan pembelian merek lain 0.349945 0,3494 Valid

Merchandising

14. Menarik 0.489499 0,3494 Valid

15. Rapi 0.352677 0,3494 Valid

16. Beraturan 0.362933 0,3494 Valid

17. Unik 0.582641 0,3494 Valid

18. Kreatif 0.406621 0,3494 Valid


(40)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20. Menguatkan citra produk 0.576516 0,3494 Valid

Variabel Y Unplanned

21. Terencana 0.359232 0,3494 Valid

22. Jumlah produk yang dibeli sesuai dengan rencana.

0.428888 0,3494 Valid 23. Selalu membuat daftar belanja 0.461233 0,3494 Valid 24. Membeli produk sesuai kebutuhan 0.486267 0,3494 Valid

Spontanteous

25. Mencari informasi produk sebelum membelinya

0.376021 0,3494 Valid 26. Keinginan membeli suatu produk baru

muncul di dalam Lotte Mart

0.38189 0,3494 Valid 27. Membeli suatu produk dengan penuh

pertimbangan

0.434823 0,3494 Valid

Stimulated

28. Selalu tertarik oleh diskon harga 0.359232 0,3494 Valid 29. Selalu tertarik oleh display produk yang

menarik

0.576567 0,3494 Valid 30. Selalu mencoba merek baru 0.461233 0,3494 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Desember 2013

3.6.1.2Pengujian Reliabilitas

Setelah menguji validitas kuesioner, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketetapan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkap gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Simamora (2004:63) menyatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang


(41)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada kelompok yang sama akan menghsilkan data yang sama. Asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.

Dalam penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian yaitu dengan menggunakan menggunakan cara analisis reliabilitas internal.

Reliabilitas internal diperoleh dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengujian kuesioner. Salah satu teknik menghitung reliabiltas internal yaitu rumus Alpha Croanbach.

Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan teknik dengan rumus Alpha Croanbach sebagai berikut:

Dimana :

= Croanbanch Alpha (Reliabilitas Instrumen) k = Banyaknya item angket

∑αb2

= Jumlah varian bulir αt2

= Varian total

Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar distribusi nilai untuk setiap item angket dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(42)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Memberikan nomor pada setiap item sesuai dengan bobot yang telah ditentukan yakni skala semantic dari satu sampai tujuh.

c) Menjumlahkan skor untuk setiap responden dan kemudian jumlah skor tersebut dikuadratkan

d) Menjumlahkan skor yang ada pada setiap item dari setiap jawaban yang diberikan responden. Total dari setiap jumlah skor setiap item harus sama dengan total skor dari setiap responden

e) Mengkuadratkan skor-skor jawaban dari tiap-tiap responden untuk setiap item, dan kemudian menjumlahkannya

2. Untuk mendapatkan koefisien reliabilitas instrument terlebih dahulu setiap item tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah varians item ∑σb2

, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mendapatkan varians total (σt2) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

σt2

= harga varians total ∑Y2

= jumlah kuadrat skor total (∑Y)2

= jumlah kuadrat dari jumlah skor total N = jumlah responden

3. Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:  Jika rhitung>rtabel, berarti item pertanyaan dikatakan reliabel


(43)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kali ini uji reliabilitas yang digunakan adalah uji reliabilitas internal dengan menggunakan teknik Croanbanch Alpha.

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Reliabilitas Item Pertanyaan

Variabel Nilai Cronbach’s

Alpha Nilai r kritis Keterangan

Point of Purchase Communication

0.765665

0,700 Reliabel

Impulse Buying 0.765665 0,700 Reliabel

Sumber : Hasil pengolahan data Desember 2013

Pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 30 responden, dari hasil pengujian reliabilitas tersebut diketahui bahwa nilai dari setiap pernyataan dikatakan reliabel, karena Cαhitung ≥ Cαminimal. Sehingga pernyataan-pernyataan tersebut kapanpun dan dimanapun ditanyakan terhadap responden akan memberikan hasil ukur yang sama.

3.6.2 Teknik Analisis Data

3.6.2.1Analisis Regresi Linier Sederhana

Sugiyono (2012:270) menyatakan bahwa regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan dan memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari hubungan oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).


(44)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Persamaan regresi sederhana X atas Y adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012:270).

Ŷ = a + bX Dimana:

Ŷ = Impulse buying (Variabel dependen, subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan)

a = Harga Y, jika X = 0

b = Angka arah atau koefisien regresi

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan yang akan digunakan dalam analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut :

1. Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a dan b, yaitu : ∑X ∑Y dan ∑XY ∑ ∑

2. Mencari koefisien regresi a dan b dengan rumus sebagai berikut :

(Sugiyono, 2012:272)

(Sugiyono, 2012:272)

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun, dengan demikian nilai Y akan bervariasi. Namun nilai Y bervariasi


(45)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X, karena masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

3.6.2.2Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien korelasi. Dalam penggunaan koefisien determinasi dinyatakan dalam persen sehingga harus dikalikan 100%. Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh yang terjadi dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas, dengan asumsi 0 ≤ r2 ≥ 1

KP = r2 x 100% Keterangan:

KP = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi

3.6.2.3Uji Hipotesis

Untuk menentukan apakah H0 diterima atau ditolak maka digunakan model uji statistik yang digunakan untuk mengukur pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying.

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesisnya sebagai berikut : 1. Membuat hipotesis penelitian yang akan diuji sebagai berikut:

H0 : Point of purchase communication tidak berpengaruh terhadap impulse buying


(46)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HI : Point of purchase communication berpengaruh terhadap impulse buying

Mengambil taraf signifikasi sebesar 5% (∝ = 5% ) dan df = n-2 untuk menentukan t tabel.

2. Menentukan uji statistik t yaitu dengan menggunakan rumus distribusi student (tstudent). Rumus dari distribusi student (Sugiyono, 2012:250) adalah:

Keterangan :

t = distribusi student

r = Koefisien korelasi Product Moment n = Banyaknya data

3. Menentukan H0 diterima atau ditolak

Jika , maka H0 ditolak dan HI diterima. Jika , maka H0 diterima dan HI ditolak.


(47)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kepada konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung mengenai pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi konsumen terhadap pelaksanaan point of purchase communication yang dilakukan oleh Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung sudah tergolong baik. Berdasarkan hasil penelitian, indikator merchandising memiliki kinerja paling tinggi yaitu sebesar 94,4%, encouraging memiliki kinerja sebesar 90,4%, reminding memiliki kinerja sebesar 90,2% dan indikator informing memiliki kinerja paling rendah yaitu sebesar 83,6%

2. Impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung relatif cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, indikator stimulated memiliki kinerja paling tinggi yaitu sebesar 90,9%, unplanned memiliki kinerja sebesar 90,7% dan spontaneous memiliki kinerja paling rendah sebesar 89,2%.

3. Pengaruh pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengaruh pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse buying sebesar 51,7%.


(48)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan penulis pada konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung mengenai pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying, diajukan beberapa saran agar dapat memberikan manfaat dan menjadi masukan bagi para pemasar bisnis ritel modern di Indonesia baik skala kecil, menengah maupun besar mengenai point of purchase communication dan impulse buying adalah sebagai berikut:

1. Pihak Lotte Mart Kota Bandung sebaiknya memfokuskan informasi yang terdapat pada point of purchase kepada tujuan untuk memudahkan konsumen dalam berbelanja, sehingga konsumen tidak perlu kebingungan dalam mencari suatu produk atau bertanya kepada pegawai Lotte Mart mengenai informasi tertentu yang tidak ditampilkan dalam display point of purchase.

2. Dapat dijadikan referensi dan perhatian lebih bagi pihak Lotte Mart Kota Bandung sebaiknya lebih mengkaji untuk dapat membuat point of purchase memicu konsumen agar dapat mempertimbangkan produk yang akan dibeli sehingga kepuasan konsumen akan tercapai. Impulse buying sangat rentan akan kepuasan konsumen karena konsumen menjadi berpikir tidak terlalu panjang sehingga hal negatif yang dapat muncul akibat suatu pembelian tidak dipertimbangkan dengan baik.


(49)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan

Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan agar setiap jenis material point of purchase diteliti lebih rinci sehingga menjadi masukan agar point of purchase menjadi alat promosi dalam toko yang lebih efektif dari sebelumnya.

4. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan agar faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi impulse buying konsumen dikaji lebih lanjut sehingga dapat menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya alat promosi yang lebih efektif untuk dapat memicu impulse buying.


(50)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berman, B & Evans, J,R. 2007. Retail Management: A Strategic Approach, Tenth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Foster, B. 2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.

Del l. Hawkins, David L.Mothersbaugh & Roger J.Best. 2007. Consumer Behaviour: Building Marketing Strategy Tenth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Hawkins, I. D, Mothersbaugh, L. D. &Mookerjee, A. 2010. Consumer Behavior: Building

Marketing Strategy, 11/e. New Delhi: Tata McGraw-Hill Education Private Limited. Hermawan, A. 2006. Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo

Kotler, P & Armstrong, G. 2012. Principle of Marketing, 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, P & Keller, K L. 2012. Marketing Management, 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Pride, W.M &Ferrel, O.C. 2009. Foundation of Marketing, 3rd Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, D. 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Caps. Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu,

Jilid 1, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Utami, C.W. 2008. Strategi Pemasaran Ritel. Jakarta: Indeks.

Wells, W, Moriarty S, and Burnett J. 2006. Advertising Principles and Practice, 7th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.


(51)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jurnal & Skripsi

Brodén, A & Sőderberg, C. 2011.Impulse Buying, Reasons Why, Consumer Electronics - Oh My. Gothenburg: University of Gothenburg.

Chitu, I,B. 2008. Some Aspects Regarding The Importance of Point of Purchase Communications in the Marketing Communications Mix. Brasov:

UniversitatiiTransilvania.

Eriksson, S & Tryggvason, J. 2006. POP Displays in Swedish Retail Environtment. Lulea: University of Technology.

Muruganantham, G & Bhakat, R.S. 2013.A Review of Impulse Buying Behavior. Tiruchirappalli: National Institute of Technology.

Rusmiati, M. 2011. Pengaruh P.O.P Display terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Toko Buku Gramedia Merdeka Bandung). Bandung: Institut Manajemen Telkom.

Tosun, N. 2009. Industrial Marketing and Communications Strategies. Istanbul: Marmara University.

Sumber Lain

http://corporate.alfamartku.com (diakses pada tanggal 12 Agustus 2013, 04.30)

http://www.antaranews.com/berita/264058/pebelanja-indonesia-makin-impulsifhttp://www.beritasatu.com/ekonomi/105664 (diakses pada tanggal 7 September 2013, 02.31)

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/e-commerce-jadi-andalan-bisnis-ritel-di-jabar (diakses pada tanggal 30 September 2013, 11.58)

http://www.marketingpower.com/AboutAMA/Pages/DefinitionofMarketing.aspx (diakses pada tanggal 19 September 2013, 16:07)

http://www.marketing.co.id/karakter-dan-perilaku-khas-konsumen-indonesia/ (diakses pada tanggal 2 September 2013, 01.24)


(52)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2012.Indonesia Update Bank Mandiri: Industry | Update, Vol.17, Agustus 2012. Bank Mandiri.


(1)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kepada konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung mengenai pengaruh point of purchase communication terhadap

impulse buying maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi konsumen terhadap pelaksanaan point of purchase communication

yang dilakukan oleh Hipermarket Lotte Mart Kota Bandung sudah tergolong baik. Berdasarkan hasil penelitian, indikator merchandising memiliki kinerja paling tinggi yaitu sebesar 94,4%, encouraging memiliki kinerja sebesar 90,4%, reminding memiliki kinerja sebesar 90,2% dan indikator informing

memiliki kinerja paling rendah yaitu sebesar 83,6%

2. Impulse buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota

Bandung relatif cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, indikator

stimulated memiliki kinerja paling tinggi yaitu sebesar 90,9%, unplanned

memiliki kinerja sebesar 90,7% dan spontaneous memiliki kinerja paling rendah sebesar 89,2%.

3. Pengaruh pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse

buying yang dilakukan oleh konsumen Hipermarket Lotte Mart Kota

Bandung cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengaruh pelaksanaan point of purchase communication terhadap impulse


(2)

98

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan penulis pada konsumen hipermarket Lotte Mart di Kota Bandung mengenai pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying, diajukan beberapa saran agar dapat memberikan manfaat dan menjadi masukan bagi para pemasar bisnis ritel modern di Indonesia baik skala kecil, menengah maupun besar mengenai point of purchase communication dan impulse buying

adalah sebagai berikut:

1. Pihak Lotte Mart Kota Bandung sebaiknya memfokuskan informasi yang terdapat pada point of purchase kepada tujuan untuk memudahkan konsumen dalam berbelanja, sehingga konsumen tidak perlu kebingungan dalam mencari suatu produk atau bertanya kepada pegawai Lotte Mart mengenai informasi tertentu yang tidak ditampilkan dalam display point of purchase.

2. Dapat dijadikan referensi dan perhatian lebih bagi pihak Lotte Mart Kota Bandung sebaiknya lebih mengkaji untuk dapat membuat point of

purchase memicu konsumen agar dapat mempertimbangkan produk yang

akan dibeli sehingga kepuasan konsumen akan tercapai. Impulse buying

sangat rentan akan kepuasan konsumen karena konsumen menjadi berpikir tidak terlalu panjang sehingga hal negatif yang dapat muncul akibat suatu pembelian tidak dipertimbangkan dengan baik.


(3)

99

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan agar setiap jenis material point of purchase diteliti lebih rinci sehingga menjadi masukan agar point of purchase menjadi alat promosi dalam toko yang lebih efektif dari sebelumnya.

4. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan agar faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi impulse buying konsumen dikaji lebih lanjut sehingga dapat menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya alat promosi yang lebih efektif untuk dapat memicu impulse buying.


(4)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berman, B & Evans, J,R. 2007. Retail Management: A Strategic Approach, Tenth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Foster, B. 2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.

Del l. Hawkins, David L.Mothersbaugh & Roger J.Best. 2007. Consumer Behaviour:

Building Marketing Strategy Tenth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Hawkins, I. D, Mothersbaugh, L. D. &Mookerjee, A. 2010. Consumer Behavior: Building

Marketing Strategy, 11/e. New Delhi: Tata McGraw-Hill Education Private Limited.

Hermawan, A. 2006. Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo

Kotler, P & Armstrong, G. 2012. Principle of Marketing, 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, P & Keller, K L. 2012. Marketing Management, 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Pride, W.M &Ferrel, O.C. 2009. Foundation of Marketing, 3rd Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, D. 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Caps. Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu,

Jilid 1, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Suryabrata, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Utami, C.W. 2008. Strategi Pemasaran Ritel. Jakarta: Indeks.

Wells, W, Moriarty S, and Burnett J. 2006. Advertising Principles and Practice, 7th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.


(5)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jurnal & Skripsi

Brodén, A & Sőderberg, C. 2011.Impulse Buying, Reasons Why, Consumer Electronics - Oh My. Gothenburg: University of Gothenburg.

Chitu, I,B. 2008. Some Aspects Regarding The Importance of Point of Purchase

Communications in the Marketing Communications Mix. Brasov:

UniversitatiiTransilvania.

Eriksson, S & Tryggvason, J. 2006. POP Displays in Swedish Retail Environtment. Lulea: University of Technology.

Muruganantham, G & Bhakat, R.S. 2013.A Review of Impulse Buying Behavior. Tiruchirappalli: National Institute of Technology.

Rusmiati, M. 2011. Pengaruh P.O.P Display terhadap Keputusan Pembelian Konsumen

(Studi pada Toko Buku Gramedia Merdeka Bandung). Bandung: Institut Manajemen

Telkom.

Tosun, N. 2009. Industrial Marketing and Communications Strategies. Istanbul: Marmara University.

Sumber Lain

http://corporate.alfamartku.com (diakses pada tanggal 12 Agustus 2013, 04.30)

http://www.antaranews.com/berita/264058/pebelanja-indonesia-makin-impulsifhttp://www.beritasatu.com/ekonomi/105664 (diakses pada tanggal 7 September 2013, 02.31)

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/e-commerce-jadi-andalan-bisnis-ritel-di-jabar (diakses pada tanggal 30 September 2013, 11.58)

http://www.marketingpower.com/AboutAMA/Pages/DefinitionofMarketing.aspx (diakses pada tanggal 19 September 2013, 16:07)

http://www.marketing.co.id/karakter-dan-perilaku-khas-konsumen-indonesia/ (diakses pada tanggal 2 September 2013, 01.24)


(6)

Mochamad Ridho Aldhilla, 2014

Pengaruh point of purchase communication terhadap impulse buying Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2012.Indonesia Update Bank Mandiri: Industry | Update, Vol.17, Agustus 2012. Bank Mandiri.