Efisiensi Teknis, Harga, dan Ekonomis pada Usahatani Jagung (Zea mays L.) di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

(1)

EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA

USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI SUBAK

GUNUNG SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN

BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI

Oleh :

Dewa Ngakan Made Angga Dipartha

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA

USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI SUBAK

GUNUNG SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN

BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan untuk Penyelesaian Studi Pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh :

Dewa Ngakan Made Angga Dipartha NIM. 1205315073

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

(4)

iii

ABSTRACT

Dewa Ngakan Made Angga Dipartha. NIM 1205315073. Technical Efficiency, Price, and Economical On Farming Corn (Zea Mays L.) in Subak Gunung Sari Kawan, Saba Village, Blahbatuh, Gianyar. Supervised by: Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. and Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS.

Subak Gunung Sari Kawan is one Subak plant corn. Commodity corn crop is affected by the factors of production , such as labor, seeds, Urea fertilizers, NPK fertilizers, and pesticides, in which the quantity of production factors greatly affect corn production. This study aimed to analyze the influence of factors of production labor, seeds, Urea fertilizers, NPK fertilizers, and pesticides, and analyze the technical efficiency , price , and economical in corn farming.

This study uses multiple linear regression method that includes: classic assumption test consisting of normality test, heteroskedasitas, test multikoliniearitas and test the linear regression model that includes: test the coefficient of determination (R2), F-test and t-test with significance level (α) of 5%.

After that tested the model validation by comparing the root mean square value erorr (RMSE) and the mean absolute error (MAE) to determine a more precise forecasting methods used. The equation used is the production function model of Cobb - Douglas production function of the natural logarithm . The analysis of the equation efficiency include: technical efficiency , price , and economical .

Taken together all the factors of production of corn in corn farm real impact on corn production. Partially factors of production the number of seeds (X2) significantly affect corn production, while other production factors did not significantly affect corn production. Based on the analysis of technical efficiency , seed production factors (X2), Urea (X3), NPK (X4), and pesticides (X5) technically efficient. Judging from the price efficiency and economical efficiency of all factors of production there is no efficient , meaning that the use of input that is not optimal.


(5)

iv

ABSTRAK

Dewa Ngakan Made Angga Dipartha. NIM 1205315073. Efisiensi Teknis, Harga, dan Ekonomis Pada Usahatani Jagung ( Zea Mays L. ) di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten

Gianyar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. dan Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS.

Subak Gunung Sari Kawan merupakan salah satu subak yang menanam jagung. Komoditi tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat berpengaruh terhadap produksi jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, dan menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatani jagung.

Penelitian ini mengunakan metode regresi linier berganda yang meliputi: uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji multikoliniearitas dan uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5%. Setelah itu dilakukan uji validasi model dengan membandingkan nilai root mean square erorr

(RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan. Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis.

Secara bersama-sama semua faktor produksi jagung dalam usahatani jagung berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Secara parsial faktor produksi jumlah bibit (X2) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, sedangkan faktor produksi lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis, faktor produksi bibit (X2), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (4), dan pestisida (X5) efisien secara teknis. Ditinjau dari efisiensi harga dan efisiensi ekonomis semua faktor produksi tidak ada yang efisien, artinya penggunaan input yang belum optimal.


(6)

v

RINGKASAN

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian, diperlukan adanya kerjasama antar pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti pertanian, ilmuwan, innovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan produksi pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat peningkatan produksi pangan diantaranya : (1) menurunnya jumlah sumber daya manusia petani dan masih rendahnya kualitas petani dalam hal informasi dan teknologi pertanian, (2) lemahnya akses modal yang didapat petani untuk mengembangkan usaha pertanian, (3) berkurangnya lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan Industri dan

pertanian, dan (4) masih kurangnya peran lembaga penunjang atau pendukung sektor pertanian.

Jagung adalah salah satu jenis komoditas tanaman pangan yang tergolong komoditas strategis, karena memenuhi kriteria antara lain memiliki pengaruh terhadap harga komoditas pangan lainnya, memiliki prospek yang cerah, memiliki kaitan ke depan dan ke belakang yang cukup baik. Dari segi konsumsi, jagung merupakan substitusi bagi beras dan ubi kayu. Bagi orang Indonesia jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Peningkatan kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan industri pangan dan pakan. Pertumbuhan dan produksi jagung dipengaruhi oleh banyak faktor dan merupakan sistem yang sangat komplek. Penelitian agronomi untuk mengetahui pengaruh dari salah satu atau kombinasi faktor pertumbuhan yang selama ini dilakukan dengan pendekatan model statistika, seringkali hasilnya terbatas untuk diimplementasikan pada waktu dan tempat tertentu sesuai dengan berlangsungnya penelitian, sehingga ketika akan diterapkan pada tempat dan waktu lain diperlukan penelitian lagi.


(7)

vi

Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2015) produksi jagung di Bali tahun 2014 sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton (29,46%) dibandingkan dengan tahun 2013. Penurunan ini terjadi di semua subround, yakni pada subround

I (Januari s.d. April) turun sebesar 12.221 ton (27,09%), yang diikuti penurunan pada subround II (Mei s.d. Agustus) sebesar 2.751 ton (51,19%), dan subround III (September s.d. Desember) sebesar 1.988 ton (28,02%). Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 174 ton atau turun 63,04%. Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2014 dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 1.538 hektar (8,44%) dan produktivitas sebesar 7,25 kw/ha (22,95%).

Subak Gunung Sari Kawan merupakan salah satu subak yang ada di Kabupaten Gianyar. Ada berbagai jenis komoditi yang ditanam, misalnya komoditi tanaman padi, melon, jagung, dan semangka. Komoditi yang ditanam berbeda tiap musimnya, tanaman semangka dan melon biasanya ditanam pada musim kemarau sekitar bulan Agustus, untuk tanaman jagung mulai ditanam pada musim hujan/permulaan musim hujan pada bulan September s.d. November dan pada musim hujan hampir berakhir pada bulan Februari s.d. April, dan untuk tanaman padi ditanam setiap musim.

Komoditi yang paling sering mengalami perubahan produksi tiap periodenya adalah komoditi tanaman jagung. Pada periode Februari s.d. April 2013 rata-rata produksi jagung sekitar sembilan ton per hektar pipilan kering, pada periode September s.d. November 2013 produksi jagung mengalami penurunan, dengan rata-rata produksi sebesar 6,5 ton per hektar, lalu pada periode Februari s.d. April 2014 produksi jagung mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi sebesar 7,5 ton per hektar, dan pada periode September s.d. November 2014 produksi jagung kembali mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi sebesar 8,9 ton per hektar.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi besarnya produksi jagung, seperti curah hujan, tekstur tanah, dan kelambatan penanaman jagung yang bisa menyebabkan berubahnya produksi jagung. Produksi jagung juga dapat dipengaruhi oleh faktor budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam membudidayakan jagung, seperti pola tanam, jarak tanam, kedalaman tanah, lubang


(8)

vii

tanam, waktu tanam, dan pemeliharaan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman sehingga produksi jagung akan berubah tergantung teknik yang digunakan dalam membudidayakan tanaman jagung.

Disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, produksi jagung juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit, Urea, NPK, dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat berpengaruh terhadap produksi jagung. Tampaknya bahwa penggunaan faktor produksi ini belum efisien, sehingga petani belum memperoleh produksi dan keuntungan yang optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di Subak Gunung Sari Kawan.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda yang meliputi: uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji multikoliniearitas dan uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0,05. Setelah

itu dilakukan uji validasi model dengan menggunakan rumus root mean square erorr (RMSE). Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis dengan melihat tingkat optimalisasi penggunaan faktor produksi.

Secara bersama-sama semua faktor produksi jagung yang dimasukan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dalam usahatani jagung berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Secara parsial faktor produksi jumlah bibit (X2) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X1), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (X4), dan pestisida (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis, faktor produksi bibit (X2), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (4), dan pestisida (X5) efisien secara teknis. Ditinjau dari efisiensi harga, semua faktor produksi tidak ada yang efisien. Ditinjau dari efisiensi ekonomis semua faktor produksi tidak ada yang efisien yang artinya penggunaan input yang belum optimal sehingga petani jagung belum mampu mengusahakan usahataninya dalam keadaan efisien.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu petani dalam melakukan kegiatan usahatani jagung harus lebih teliti dalam penggunaan faktor


(9)

viii

produksi, sehingga petani jagung mampu memperoleh produksi dan keuntungan yang optimal. Pemerintah diharapkan untuk terus melakukan subsidi bantuan kepada sektor pertanian, dan bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian ini diharapkan kedepannya mampu mengatasi permasalahan kombinasi jumlah penggunaan faktor produksi yang tepat untuk petani jagung di Subak Gunung Sari Kawan di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.


(10)

(11)

x

EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA

USAHATANI JAGUNG (

Zea mays L.

) DI SUBAK GUNUNG

SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN BLAHBATUH,

KABUPATEN GIANYAR

Dipersiapkan dan diajukan oleh Dewa Ngakan Made Angga Dipartha

NIM. 1205315073

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 24 Maret 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No. : 54/UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 24 Maret 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, M.P. Anggota :

1. Drs. I Ketut Rantau, M.SI.


(12)

xi

RIWAYAT HIDUP

Dewa Ngakan Made Angga Dipartha lahir di Gianyar pada tanggal 21 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari Dewa Ngakan Putu Putra dengan Jro Sri Rinawati.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri 3 Belega dari tahun 2000 hingga tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Blahbatuh selama 3 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas ditempuh selama 3 tahun di SMK Negeri 1 Gianyar. Penulis, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2012 diterima di Program Studi

Pengembangan Bisnis, Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Selama masa kuliah, penulis aktif menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) dengan mengikuti kegiatan seperti menjadi coordinator bidang konsumi untuk acara Musyawarah Mahasiswa ke-25 (MUSMA) tahun 2013 dan anggota dalam acara GEMA (Gelar Ekspresi Mahasiswa Agribisnis). Penulis merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dengan berhasilnya meraih beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).


(13)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Adapun judul skripsi ini adalah “Efisiensi Teknis, Harga, Dan Ekonomis Pada Usahatani Jagung (Zea mays L.) di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar”.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin disampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu antara lain.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, karena telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian ini. 2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi,. MSi., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Udayana telah mendidik penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.

3. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan membantu dalam penulisan skripsi.

4. Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing serta memberikan berbagai masukan dan saran kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam pengurusan proses administrasi.

7. Pejabat dan anggota Subak Gunung Sari Kawan yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk mengadakan penelitian di perusahaan ini, serta banyak memberikan informasi terkait penelitian ini.

8. Narasumber yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini. 9. Keluarga tercinta terutama bapak (Dewa Ngakan Putu Putra.), ibu (Jro Sri


(14)

xiii

Ngakan Nyoman Mitha Dewi) yang telah mendukung baik moral maupun material yang sangat besar, agar dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

10.Pacar (Anak Agung Istri Dewi Pradnyantari) yang selalu menemani dan mendukung selama perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

11.Senior-senior angkatan 2010 dan 2011 yang telah memberikan masukan dan saran selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

12.Terakhir tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman angkatan 2012 dan teman-teman lainnya, segenap keluarga besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu juga penulis ucapkan terima kasih.

Sebagai akhir kata, dengan kerendahan hati penulis akan selalu menghormati dan menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya di bidang pertanian serta dapat menjadi bahan kajian yang berarti nantinya.

Denpasar, 24 Maret 2016


(15)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... ix

TIM PENGUJI ... x

RIWAYAT HIDUP ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Teori Produksi ... 9

2.1.1 Fungsi produksi ... 9

2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR ... 10

2.1.3 Efisiensi produksi komoditas pertanian ... 13

2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas ... 15

2.2 Faktor Produksi ... 17

2.3 Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) ... 19

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ... 21

2.5 Kerangka Pemikiran ... 24

2.6 Hipotesis ... 26

III. METODELOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2 Jenis Data ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi ... 28


(16)

xv

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.4.1 Fungsi produksi Cobb-Douglas ... 30

3.4.2 Pengujian model ... 31

3.4.3 Validasi model ... 35

3.4.4 Aplikasi dan interpretasi model ... 36

3.4.5 Efisiensi faktor produksi jagung ... 37

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 39

IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Desa Saba ... 42

4.1.1 Keadaan geografis ... 42

4.1.2 Luas dan pembagian wilayah ... 42

4.1.3 Struktur organisasi Desa Saba ... 43

4.1.4 Keadaan penduduk dan ekonomi masyarakat Desa Saba 48

4.2 Gambaran Umum Subak Gunung Sari Kawan ... 48

4.2.1 Struktur organisasi Subak Gunung Sari Kawan ... 49

4.1.2 Tugas dan wewenang ... 51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1 Pengaruh Faktor-faktor Produksi Jagung ... 52

5.1.1 Pengujian model ... 52

5.1.2 Validasi model ... 59

5.1.3 Aplikasi dan interpretasi model ... 63

5.2 Efisiensi Faktor Produksi Jagung ... 65

5.2.1 Efisiensi teknis ... 65

5.2.2 Efisiensi harga ... 67

5.2.3 Efisiensi ekonomis ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di

Provinsi Bali Menurut SubroundTahun 2012 s.d 2014……….... 4

1.2 Perkembangan Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 –2014 ...……… 5

3.1 Perhitungan Sampel Berdasarkan Tempek ……….…………... 29

5.1 Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Jagung di Subak Gunung Sari Kawan ……… ... 53

5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56

5.3 Hasil Uji-F ... 57

5.4 Hasil Uji-t (Uji Parsial) ... 58

5.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) ………... 59

5.6 Perhitungan RMSE ... 60

5.7 Perhitungan MAE ... 61

5.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ………...… 63

5.9 Hasil Analisis Efisiensi Teknis ... 66

5.10 Hasil Analisis Efisiensi Harga ... 68

5.11 Hasil Analisis Indeks Efisiensi (ki) ...……… 69


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi ... ... 11

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

4.1 Struktur Organisasi Desa Saba ... .. 44

4.2 Struktur Organisasi Subak Gunung Sari Kawan ... 50

5.1 Grafik Uji Normalitas Ryan-Joiner ………………54


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis dan ragam kebutuhan masyarakat termasuk pemenuhan pangan. Kebutuhan pangan manusia tidak terbatas pada jenis bahan pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian, diperlukan adanya kerjasama antar pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti pertanian, ilmuwan, inovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan produksi pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat peningkatan produksi pangan diantaranya : (1) menurunnya jumlah sumber daya manusia petani dan masih rendahnya kualitas petani dalam hal informasi dan teknologi pertanian, (2) lemahnya akses modal yang didapat petani untuk mengembangkan usaha pertanian, (3) berkurangnya lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan Industri dan

pertanian, dan (4) masih kurangnya peran lembaga penunjang atau pendukung sektor pertanian.


(20)

2

Jagung adalah salah satu jenis komoditas tanaman pangan yang tergolong komoditas strategis, karena memenuhi kriteria antara lain memiliki pengaruh terhadap harga komoditas pangan lainnya, memiliki prospek yang cerah, memiliki prospek ke depan yang cukup baik, karena jagung dapat diolah menjadi berbagai agroindustri, seperti tepung jagung dan brondong jagung. Dari segi konsumsi, jagung merupakan substitusi bagi beras dan ubi kayu. Bagi orang Indonesia jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Peningkatan kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan industri pangan dan pakan. Untuk pangan, jagung lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk produk olahan atau bahan setengah jadi seperti bahan campuran pembuatan kue, bubur instan, campuran kopi dan produk rendah kalori. Menurut Suprapto dan Marzuki (2005) konsumsi per kapita jagung dalam negeri untuk pangan mencapai 15 kg, sedangkan untuk pakan mencapai 22,5 kg.

Pertumbuhan dan produksi jagung dipengaruhi oleh banyak faktor dan merupakan sistem yang sangat komplek. Penelitian agronomi untuk mengetahui pengaruh dari salah satu atau kombinasi faktor pertumbuhan yang selama ini dilakukan dengan pendekatan model statistika, seringkali hasilnya terbatas untuk diimplementasikan pada waktu dan tempat tertentu sesuai dengan berlangsungnya penelitian, sehingga ketika akan diterapkan pada tempat dan waktu lain diperlukan penelitian lagi. Untuk mengurangi tingkat kesulitan melakukan penelitian dalam sistem yang komplek tersebut, pemodelan (modelling) yang didefinisikan sebagai

penyederhanaan suatu sistem dengan pendekatan mekanistik, dapat dijadikan alternatif pendekatan baik untuk pemahaman proses ekofisiologis maupun prediksi pertumbuhan dan produksi tanaman (Handoko, 1994).


(21)

3

Menurut Mejaya (2005) produksi jagung nasional meningkat setiap tahun,

namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar sebelas juta ton/tahun, sehingga masih mengimport dalam jumlah besar yaitu satu

juta ton. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai sekitar delapan juta ton/tahun.

Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2015) produksi jagung di Bali tahun 2014 sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton (29,46%) dibandingkan dengan tahun 2013. Penurunan ini terjadi di semua subround, yakni pada subround

I (Januari s.d. April) turun sebesar 12.221 ton (27,09%), yang diikuti penurunan pada subround II (Mei s.d. Agustus) sebesar 2.751 ton (51,19%), dan subround III

(September s.d. Desember) sebesar 1.988 ton (28,02%). Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 174 ton atau turun 63,04%. Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2014 dominan disebabkan adanya

penurunan luas panen sebesar 1.538 hektar (8,44%) dan produktivitas sebesar 7,25 kw/ha (22,95%).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen jagung, antara lain: menurunnya luas tanam di bulan Mei 2014 sebesar 28 hektar (4,46%) dan luas tanam di bulan September 2014 sebesar 237 hektar (33,81%). Di samping itu, semakin menurunnya lahan atau luas tanam jagung ini juga karena alih penanaman untuk komoditas tanaman kehutanan (jati, gamelina, dan lain-lain). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(22)

4

Tabel 1.1

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2012 s.d. 2014

No Uraian 2012 2013 2014

Perkembangan

2012 s.d. 2013 2013 s.d. 2014 (absolut) (%) (absolut) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (ha)

Januari – April 17.995 15.546 14.501 -2.449 -13,36 -1.045 -6,72 Mei – Agustus 1.413 1.377 724 -36 -2,55 -653 -47,42 September - Desember 1.600 1.300 1.460 -300 -18,75 160 12,31

Jumlah 21.008 18.223 16.685 -2785 -13,26 -1.538 -8,44

2 Produktivitas (kw/ha)

Januari – April 26,74 29,01 22,68 2,27 8,49 -6,33 -21,82 Mei – Agustus 40,85 39,03 36,23 -1,82 -4,46 -2,80 -7,17 September - Desember 49,91 54,57 34,97 4,66 9,34 -19,60 -35,92

Jumlah 29,45 31,59 24,34 2,14 7,27 -7,25 -22,95

3 Produksi (ton)

Januari – April 48.115 45.105 32.884 -3.010 -6,26 -12.221 -27,09 Mei – Agustus 5.772 5.374 2.623 -398 -6,90 -2.751 -51,19 September - Desember 7.986 7.094 5.106 -892 -11,17 -1.988 -28,02

Jumlah 61.873 57.573 40.613 -4.300 -6,95 -16.960 29,46 Sumber: BPS Provinsi Bali (2015).

Keterangan: produksi jagung adalah pipilan pering.

Beralihnya penanaman dari komoditas jagung ke tanaman hortikultura (jeruk dan cabai) terjadi di Kabupaten Bangli dan Gianyar, serta banyak produksi jagung yang di panen muda dominan terjadi di Kabupaten Badung dan Klungkung. Sementara itu, penurunan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh

penggunaan pupuk dan kekurangan pasokan air akibat kekeringan (musim kemarau). Penurunan produktivitas jagung tertinggi selama periode tahun

2013 s.d. 2014 terjadi di tiga kabupaten, yakni Karangasem (47,83%), Tabanan (36,63%), dan Gianyar (14,57%). Sedangkan produktivitas jagung relatif tinggi (di atas 50 kw/ha) pada tahun 2014 berada di Kabupaten Badung sebesar 57,27 kw/ha dan Tabanan sebesar 53,74 kw/ha.


(23)

5

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2014 yang mencapai 40.613 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 45,13% atau 18.329 ton.

Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan share sebesar 24,34% atau

9.884 ton, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 12,40%

atau 5.036 ton. Sedangkan, share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi

di bawah 12 %, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2

Perkembangan Produksi Jagung

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 s.d. 2014

No Kabupaten/Kota

Produksi jagung (ton pipilan kering) 2013 2014 Perkembangan (absolut) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Jembrana 276 102 -174 -63,04

2 Tabanan 3019 2112 -907 -30,04

3 Badung 322 126 -196 -60,87

4 Gianyar 854 754 -100 -11,71

5 Klungkung 8098 5036 -3062 -37,81

6 Bangli 5419 4240 -1179 -21,76

7 Karangasem 22298 9884 -12414 -55,67 8 Buleleng 17287 18329 1042 6,03

9 Denpasar 0 30 30 100,00

Jumlah 55573 40613 -16960 -29,46

Sumber: BPS Provinsi Bali (2015).

Subak Gunung Sari Kawan merupakan salah satu subak yang ada di Kabupaten Gianyar. Ada berbagai jenis komoditi yang ditanam, misalnya komoditi tanaman padi, melon, jagung, dan semangka. Komoditi yang ditanam berbeda tiap musimnya, tanaman semangka dan melon biasanya ditanam pada musim kemarau sekitar bulan Agustus, untuk tanaman jagung mulai ditanam pada musim hujan/permulaan musim hujan pada bulan September s.d. November dan pada


(24)

6

musim hujan hampir berakhir pada bulan Februari s.d. April, dan untuk tanaman padi ditanam setiap musim.

Menurut pekaseh di Subak Gunung Sari Kawan komoditi yang paling sering mengalami perubahan produksi tiap periodenya adalah komoditi tanaman jagung. Pada periode Februari s.d. April 2013 rata-rata produksi jagung sekitar 6000 kg per hektar pipilan kering, pada periode September s.d. November 2013 produksi jagung mengalami penurunan, dengan rata-rata produksi sebesar 5400 kg per hektar, lalu pada periode Februari s.d. April 2014 produksi jagung mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi sebesar 6500 kg per hektar, dan pada periode September s.d. November 2014 produksi jagung kembali mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi sebesar 7300 kg per hektar.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti curah hujan, tekstur tanah, dan kelambatan penanaman jagung yang bisa menyebabkan berubahnya produksi jagung. Produksi jagung juga dapat dipengaruhi oleh faktor budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam membudidayakan jagung, seperti pola tanam, jarak tanam, kedalaman tanah, lubang tanam, waktu tanam, dan pemeliharaan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman sehingga produksi jagung akan berubah tergantung teknik yang digunakan dalam membudidayakan tanaman jagung.

Di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas, produksi jagung juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit, pupuk (Urea, NPK), dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat berpengaruh terhadap produksi jagung. Tampaknya bahwa penggunaan faktor produksi ini belum efisien, sehingga petani belum memperoleh produksi yang


(25)

7

optimal dan keuntungan yang maksimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida terhadap produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar?

2. Bagaimana efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatani jagung di

Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan

pestisida terhadap produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

2. Efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di Subak

Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

1.4 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:


(26)

8

1. Petani jagung, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan penggunaan faktor produksi jagung. 2. Instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan melengkapi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan sektor pertanian tanaman pangan

3. Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida terhadap produksi jagung dan mengetahui bagaimana efisiensi teknis, harga, dan ekonomis jagung. Penelitian ini mengunakan metode regresi linier berganda yang meliputi: (1) uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas, dan (2) uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5%. Setelah itu

dilakukan uji validasi model dengan menggunakan rumus root mean square erorr

(RMSE). Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis dengan melihat tingkat optimalisasi penggunaan faktor produksi.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Produksi

2.1.1 Fungsi produksi

Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi (Salvatore, 1994).

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan

dalam proses produksi ( 1, 2, 3, … n) secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut (Nicholson, 1995):

= 1, 2, 3,. . . n

Di mana:

Q = output

X = input (X1, X2, X3, …, Xn)

Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara

input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.

Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)

dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan menjadi (Nicholson, 1995):

= ,

Di mana:

Q = output K = input modal L = input tenaga kerja


(28)

10

Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja (Nicholson, 1995).

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan

harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk (Epp & Malone, 1981).

Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:

= 1, 2, 3, . . n

Di mana:

Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan

X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.

Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik antara lain:

1. = a + b

(fungsi linear)

2. = a + b – c 2 (fungsi kuadratis) 2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR

Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi X yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan


(29)

11

PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan

bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan unit output Y secara proposional (constans productivity). Apabila tambahan

satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satu-satuan unit output Y turun

(decreasing productivity), maka PM akan menurun. Apabila penambahan

satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satu-satuan unit output Y meningkat

secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat (increasing productivity) (Soekartawi 2002).

Gambar 2.1

Tahapan dari Suatu Proses Produksi.

Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM), Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas produksi usaha dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau tinggi.


(30)

12

Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan

increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).

Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR merupakan

perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus mencari PR yaitu:

PR = Y/X Di mana :

PR = Produk Rata-rata

Y = Output

X = Faktor Produksi

Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya Ep yaitu: (Soekartawi, 2002).

1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM. 2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.

3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,

maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi ditambah.

4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.


(31)

13

Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.

5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.

2.1.3 Efisiensi produksi

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi tertentu. Efisiensi akan tercapai jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut atau dapat ditulis dengan rumus:

� = �

, � =

Di mana:

Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian NPMx = Nilai Produk Marginal

Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi

adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai

efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak

efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx / Px = 1, artinya

penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal

(Soekartawi, 1990).

Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut.


(32)

14

PRx = � = �.

� = . �

� =

� =

=

Di mana:

Y = Jumlah produksi komoditas pertanian X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian PR = Produk rata-rata

PM = Produk marginal

Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian Py = Harga komoditas pertanian

β = Elastisitas produksi komoditas pertanian

Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi secara fisik yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini

maka efisiensi yang dianalisis meliputi :

1. Efisiensi Teknis (ET) adalah perbandingan antara produksi aktual dengan

tingkat produksi potensial yang dapat dicapai oleh petani (Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan

efisien bilamana faktor produksi yang dipergunakan menghasilkan produksi maksimum.

2. Efisiensi Harga atau Efisiensi Alokatif (EA) adalah perbandingan antara produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya sama dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini dikatakan dapat mencapai efisiensi harga apabila nilai produksi marginal sama dengan harga faktor produksinya.

3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik

efisiensi teknis maupun harga dari seluruh faktor input (Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini bilamana dapat


(33)

15

mencapai efisiensi ekonomis bilamana usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus efisiensi harga.

2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (2005), Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)

sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Untuk menghasilkan suatu produk

diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output. Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi

produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan variabel dependent (Y).

Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda

(multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil

(ordinary least square) yang dirumuskan sebagai berikut:

fungsi produksi Cobb-Douglas:

= � 1β 2β … iβi … nβn π

Setelah ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln):

� = � �0 + �1 � 1 + �2 � 2 + �3 � 3 + ⋯ + �n � n +

Di mana:

Y = Produksi

Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)

Dalam proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas petanian dan X dapat berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan sebagainya.


(34)

16

Ilustrasi penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas:

�12.3 �13.2 � = �1.23 2i 3i

Setelah diambil log-nya dengan bilangan pokok

�� � = �0 + �12.3 �� 2i + �13.2 �� 3i

Di mana:

Y = output X3 = modal

X2 = tenaga kerja dalam satuan

B0 = 1n B1.23

Contoh manfaat penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah B12.3

dan B13.2 mengukur elastisitas output terhadap tenaga kerja dan modal. Jumlah B12.3

+ B13.2 memberikan informasi mengenai return to scale yaitu besarnya reaksi output

terhadap perubahan input secara proporsional. Jika B12.3 + B13.2 = 1 berarti return to scale berada pada keadaan konstan, artinya jika input menjadi dua kali, maka secara

proporsional output juga menjadi tetap dua kali. Jika B12.3 + B13.2 < 1 (kurang dari

1) berarti terjadi penurunan return to scale, artinya jika input menjadi dua kali,

maka secara proporsional output akan menjadi kurang dari dua kali. Jika B12.3 +

B13.2 >1 (lebih besar dari 1) berarti akan terjadi kenaikan return to scale, artinya jika

input menjadi dua kali, maka secara proporsional output menjadi lebih dari dua kali.

Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:

1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).


(35)

17

setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan

bukan pada kemiringan garis (slope) model fungsi produksi tersebut.

3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan u.

5. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan (Y).

2.2 Faktor Produksi

Faktor produksi disebut dengan input. Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu. Misalnya untuk menghasilkan jagung dibutuhkan lahan, tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung, dan umur tanaman. Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisis teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin (Riyadi, 2007).

Untuk menguji peran masing-masing faktor produksi, maka dari sejumlah faktor produksi dianggap variabel, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap

konstan (Mubyarto, 1994). Menurut Soekartawi (2005), ada lima faktor produksi yaitu:

1. Lahan pertanian

Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, legal, dan pekarangan. Sedangkan, tanah pertanian adalah tanah


(36)

18

yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.

3. Modal

Dalam proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (1) modal tidak bergerak (biasanya disebut modal tetap). Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. (2) Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produk dan habis dalam satu kali dalam proses produksi, misalnya biaya produksi untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

4. Manajemen

Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan strategis, yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana mengelola orang-orang dalam tingkatan atau tahapan proses produksi.


(37)

19

5. Produk

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas. Pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena keragaman kualitas tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian kadang-kadang tidak mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga bayangannya/shadow price.

2.3 Tanaman Jagung ( Zea mays L. )

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80 s.d. 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara satu sampai tiga meter, ada varietas yang dapat mencapai tinggi enam meter. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011).

Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea


(38)

20

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan

amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan

amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi

lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen

dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan

karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Anonim, 2011).

Jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar (varietas) jagung di buat maka

dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung (Anonim, 2011) :

1. Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih.

2. Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.

3. Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.

4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata 12 s.d. 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 s.d. 150 cm dan lebar daun dapat mencapai


(39)

21

15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar dua sampai empat cm tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).

Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga, memberikan pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk Nitrogen dan pupuk Fosfat dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961). Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model Cobb-Douglas.

Dari penelitian didapat persamaan:

= 7,55 0,097 0,244


(40)

22

Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Pada Lahan Sawah di Kabupaten Demak (Studi Kasus di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak)”. Data yang digunakan adalah data

time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk,

pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan hasil bahwa: usahatani lahan sawah di Kabupaten Demak relatif menguntungkan seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.

Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan tadah hujan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa Tuksari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Propinsi Jawa Tengah)”. Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel

independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel dependentnya adalah keuntungan produksi tembakau. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang semakin menurun.

Chintya (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi


(41)

23

Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomi pada usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk

organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah

produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4

berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6

berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien sehingga dapat disimpulkan penggunaan variabel bebas yang dilakukan petani tidak efisien sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh variabel bebas tidak efisien.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian juga menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi

penelitian dengan penelitian sebelumnya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Usaha tani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah, varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh


(42)

24

karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.

Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto, 1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu, ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi, ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk

menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari analisis tersebut dapat ditetapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini seperti Gambar 3.


(43)

25

Gambar 2.2

Skema kerangka pemikiran

Fungsi Produksi Cobb-Douglas : = 0 1b1 2b2 3b3 4b4 5b5

Pembangunan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Usahatani Jagung di Subak Gunung Sari Kawan

Faktor Produksi Jagung

Tenaga Kerja (X1)

Pestisida (X5) Bibit (X2) Urea

(X3)

NPK (X4)

Kriteria Ekonomi Kriteria Ekonometrika

Kriteria Statistik

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung

Simpulan

Rekomendasi

Validasi Model Aplikasi Model

Analisis Efisiensi :


(44)

26

2.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta uraian pada penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh secara nyata terhadap produksi jagung.

2. Penggunaan input produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa

Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar masih dapat ditingkatkan efisiensinya.


(1)

15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar dua sampai empat cm tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).

Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991). 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga, memberikan pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk Nitrogen dan pupuk Fosfat dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961). Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model Cobb-Douglas.

Dari penelitian didapat persamaan:

= 7,55 0,097 0,244


(2)

Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Pada Lahan Sawah di Kabupaten Demak (Studi Kasus di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak)”. Data yang digunakan adalah data time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan hasil bahwa: usahatani lahan sawah di Kabupaten Demak relatif menguntungkan seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.

Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan tadah hujan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa Tuksari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Propinsi Jawa Tengah)”. Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel dependentnya adalah keuntungan produksi tembakau. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang semakin menurun.

Chintya (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi


(3)

Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomi pada usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk

organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah

produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4

berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6

berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien sehingga dapat disimpulkan penggunaan variabel bebas yang dilakukan petani tidak efisien sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh variabel bebas tidak efisien.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian juga menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi penelitian dengan penelitian sebelumnya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Usaha tani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah, varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh


(4)

karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.

Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto, 1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu, ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi, ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari analisis tersebut dapat ditetapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini seperti Gambar 3.


(5)

Gambar 2.2

Skema kerangka pemikiran

Fungsi Produksi Cobb-Douglas :

= 0 1b1 2b2 3b3 4b4 5b5

Pembangunan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Usahatani Jagung di Subak Gunung Sari Kawan

Faktor Produksi Jagung

Tenaga Kerja (X1)

Pestisida (X5) Bibit (X2) Urea

(X3)

NPK (X4)

Kriteria Ekonomi Kriteria Ekonometrika

Kriteria Statistik

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung

Simpulan

Rekomendasi

Validasi Model Aplikasi Model

Analisis Efisiensi :


(6)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta uraian pada penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh secara nyata terhadap produksi jagung.

2. Penggunaan input produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa

Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar masih dapat ditingkatkan efisiensinya.