Analisis Pengendalian Biaya Kualitas dalam Membantu PEgnambilan Keputusan Tentang Peningkatan Kualitas dan Kaitannya dengan Peningkatan Profit (Studi Kasus pada KPSBU Jawa Barat).

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

National milk needs in Indonesia is currently not sufficient, whereas public health can be further enhanced through the consumption of high quality milk. Not many parties interested to solve this problem, however KPSBU would like to take part with their commitment to producing high-quality milk for the community. Good quality can be achieved if the company is able to optimize their quality cost. Therefore, the quality cost control is expected to help the company to focus on prevention activities and assessment activities than for the event that caused by failure. Controlling the quality cost will not have any meaning if the company did not aware to improve the quality. The decision to improve the quality of milk that is based on considerations of quality cost control will herd the company to capture higher profits. The possibility to get a higher profit can arise from a decrease in the quality cost and an increase in the selling price of high-quality products.


(2)

ABSTRAK

Kebutuhan susu nasional di Indonesia saat ini belum memadai, padahal kesehatan masyarakat dapat ditunjang melalui konsumsi susu yang berkualitas. Tidak banyak pihak yang tertarik untuk memecahkan masalah ini, namun Koperasi Perternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat ingin mengambil bagian dengan berkomitmen untuk menghasilkan susu berkualitas tinggi bagi masyarakat. Kualitas yang baik dapat tercapai apabila perusahaan mampu mengoptimalkan pengeluaran untuk biaya kualitasnya. Oleh karena itu, pengendalian biaya kualitas diharapkan mampu membantu perusahaan untuk berfokus pada aktivitas-aktivitas pencegahan dan penilaian daripada untuk aktivitas yang disebabkan kegagalan. Pengendalian biaya kualitas tidak akan memiliki arti apapun jika perusahaan tidak mengiringinya dengan upaya untuk meningkatkan kualitas. Keputusan untuk meningkatkan kualitas susu yang didasari pertimbangan pengendalian biaya kualitas akan menggiring perusahaan untuk mendapatkan profit yang lebih tinggi. Kemungkinan untuk mendapat profit yang lebih tinggi dapat muncul dari penurunan biaya kualitas secara tepat dan dari peningkatan harga jual produk yang berkualitas tinggi.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PENGESAHAN……….………..ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……….………...iii

KATA PENGANTAR……….……….iv

ABSTRACT…………………....………vii

ABSTRAK……….viii

DAFTAR ISI……….……...ix

DAFTAR GAMBAR……….………....………….xii DAFTAR TABEL……….……..………..………….xiii DAFTAR GRAFIK………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...xv

BAB I PENDAHULUAN………...……….1

1.1 Latar Belakang Penelitian………...1

1.2 Identifikasi Masalah………4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………....4

1.4 Kegunaan Penelitian………...………4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN………6

2.1 Kajian Pustaka……..………..6

2.1.1 Kualitas………..………..………....6

(1) Pengertian Kualitas………..….….6


(4)

(3) Sumber Kualitas………..10

(4) Karakteristik Kualitas Produk……….10

2.1.2 Biaya…………..………..………..…………12

(1) Pengertian Biaya………..12

(2) Klasifikasi Biaya………..12

2.1.3 Biaya Kualitas.……….….……….………15

(1) Pengertian Biaya Kualitas………...….15

(2) Perilaku Biaya Kualitas………16

(3) Klasifikasi Biaya Kualitas………17

(4) Pandangan terhadap Biaya Kualitas……….20

(5) Pengukuran Biaya Kualitas………..21

(6) Manfaat dan Kelemahan Informasi Biaya Kualitas………….23

2.1.4Peningkatan Kualitas secara Berkelanjutan………...…...24

2.1.5Pengambilan Keputusan………29

(1) Pengertian Pengambilan Keputusan……….………29

(2) Proses Pengambilan Keputusan………...30

2.1.6 Profit……….……….33

(1) Pengertian Profit………...33

(2) Perhitungan Profit………34


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.2 Jenis Penelitian dan Data……….…....41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …..……….43

4.1 Hasil Penelitian………..……..43

4.1.1 Gambara Umum Mengenai Subjek Penelitian………..……43

4.1.2 Data Akuntansi………..……55

4.2 Pembahasan………..……58 4.2.1 Kualitas…………..………..…………..58

4.2.2 Biaya Kualitas…………..………,…..………...58

4.2.3 Peningkatan Profit....………...…………67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………...…………...70

5.1 Simpulan………...70

5.2 Saran……….72

DAFTAR PUSTAKA………...……….74


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rerangka Konseptual………38

Gambar 4.1 Logo KPSBU Jawa Barat……….…….51

Gambar 4.2 Struktur Organisasi KPSBU Jawa Barat…………...…………..……..53


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penjualan, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi ………….…..55

Tabel 4.2 Data Biaya Kualitas dari Tahun 2008 sampai 2010………...56

Tabel 4.3 Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari Penjualan tahun 2008………...60

Tabel 4.4 Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari Penjualan tahun 2009…………. 61

Tabel 4.5 Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari Penjualan tahun 2010……...62

Tabel 4.6 Total Biaya Tahun 2008 – 2010………………...67

Tabel 4.7 Total Biaya Tahun 2008 – 2010……….……....68


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Biaya Kualitas per Tahun ………..……….…..57 Grafik 4.2 Persentase Total Biaya Kualitas dari Penjualan ………...63 Grafik 4.3 Persentase Kategori Biaya Kualitas dari Penjualan ………....…...66


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Ijin Penelitian…...………..……….…..76

Lampiran B Foto Mesin Pendukung Aktivitas Produksi………...……….…..77

Lampiran C Foto Storage Susu ………..…………...……….…..78

Lampiran D Foto Peralatan Kerja Tester………….……..…………...……….…..79

Lampiran E Foto Pengambilan Sampel untuk Uji Laboratorium…...……….…..81


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Geliat perekonomian masyarakat Bandung Utara tidak dapat dilepaskan dari berbagai kegiatan ekonomi seperti, penyewaan villa, budidaya tanaman hias, pertanian hortikultura, perkebunan teh, perdagangan disekitar objek wisata, dan salah satunya adalah aktivitas para peternak susu yang telah berkembang sejak masa penjajahan Belanda di abad ke-19. Seiring berjalannya waktu, kegiatan peternak susu ini menuntut pengembangan dari segala segi demi terjaminnya kelangsungan hidup para peternak susu dan demi menjaga roda perekonomian masyarakat Bandung Utara. Pendirian koperasi menjadi salah satu upaya untuk memfasilitasi perkembangan usaha peternakan susu ini. Keberadaan koperasi diharapkan mampu membantu para peternak dalam meningkatkan produktivitas dan menjadi motor penggerak yang berfungsi mengarahkan peternak agar mampu menyesuaikan kinerjanya dengan tujuan koperasi. Dimana tujuan koperasi tersebut haruslah mengakomodir kesejahteraan para anggotanya juga.

Bentuk koperasi merupakan bentuk usaha yang paling cocok untuk memfasilitasi para peternak susu karena sesuai dengan fungsi dan perannya yang


(11)

Bab 1 Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha bagi pelajar bangsa. Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi berbentuk Badan Hukum menurut Undang-Undang No.12 tahun 1967 adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama, berdasarkan asas kekeluargaan. Kinerja koperasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan hukum pajak.

Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat adalah koperasi yang berdiri sejak tahun 1971 dengan tujuan utama menghasilkan Core Commodity

yang unggul, yakni susu segar yang dihasilkan peternak sebagai produk bermutu tinggi di pasaran. 20% hasil susu yang dikumpulkan dari para peternak diolah oleh

koperasi secara mandiri menjadi yoghurt dan berbagai produk lainnya, ”Fresh Time”

adalah brand untuk produk yoghurt, susu murni dan susu sterilisasi yang diolah sendiri oleh KPSBU dan dipasarkan secara langsung kepada pelanggan. Sementara itu, 80% hasil produksinya diantarkan ke berbagai industri pengolahan susu, seperti Frisian Flag, Diamond, dan Danone untuk dikemas menjadi susu kemasan, diolah menjadi es krim, atau produk lainnya.

Sesuai dengan tujuan dasar koperasi yaitu untuk menyejahterakan anggotanya, aspek yang harus diperhatikan oleh KPSBU adalah harga beli susu oleh industri pengolahan susu harus dapat menunjang kesejahteraan para anggotanya. Saat ini, harga pembelian susu oleh industri pengolahan susu berkisar Rp 3.500 hingga


(12)

Bab 1 Pendahuluan 3

Rp3.700 per liter. Harga susu di tingkat industri pengolahan susu tersebut sangat rendah dibandingkan negara lain. Di Filipina, misalnya, harga dari peternak ke industri pengolahan susu sekitar Rp 4.800 per liter. Di tingkat yang sama, harga di Thailand sekitar Rp 5.022 per liter, di Vietnam sekitar Rp 4.000 per liter, dan di Malaysia sekitar Rp 5.400 per liter. Petani tidak memiliki daya tawar yang cukup untuk meminta kenaikan harga susu di tingkat industri pengolahan susu. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menaikan harga susu adalah dengan peningkatan kualitas melalui pengendalian biaya kualitas.

Komitmen untuk menyejahterakan anggota dan menghasilkan produk yang bermutu tinggi di pasaran memicu KPSBU Jawa Barat untuk memfokuskan berbagai pertimbangan manajemen terkait dengan keputusan tentang peningkatan kualitas dan pengaruhnya terhadap harga jual susu tersebut yang tentunya berpengaruh pula terhadap profitabilitas KPSBU Jawa Barat. Kualitas susu yang baik juga menjadi tanggung jawab KPSBU untuk menjamin kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi susu. Oleh karena itu, berbagai tinjauan mengenai biaya kualitas dianggap sangat penting dalam menunjang pencapaian berbagai tujuan KPSBU tersebut. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena kualitas buruk yang mungkin dan memang ada. Jika perusahaan dapat mengeliminasi biaya kualitas dengan melakukan aktivitas produksinya secara benar, maka penghematan biaya ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.


(13)

Bab 1 Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha kualitas dan pengaruhnya terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa evaluasi analisis biaya kualitas dapat memperlihatkan bahwa keputusan yang dibuat oleh manjemen untuk mengendalikan biaya kualitas dapat mengarahkan perusahaan untuk mencapai zero defect. Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis memutuskan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dengan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengendalian Biaya Kualitas dalam Pengambilan Keputusan tentang Peningkatan Kualitas dan Kaitannya dengan Peningkatan Profit (Studi Kasus pada KPSBU Jawa Barat)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan tersebut, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana analisis biaya kualitas dapat membantu dalam pengambilan keputusan tentang peningkatan kualitas dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada KPSBU Jawa Barat ? “.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang analisis biaya kualitas dalam pengembilan keputusan tentang peningkatan kualitas dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada KPSBU Jawa Barat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian berjudul “Analisis Biaya Kualitas dalam Pengambilan Keputusan tentang Peningkatan Kualitas dan Pengaruhnya terhadap


(14)

Bab 1 Pendahuluan 5

Profitabilitas pada KPSBU Jawa Barat” ini, dapat memberikan kontribusi atau manfaat kepada pihak-pihak yaitu diantaranya:

1. Bagi KPSBU Jawa Barat

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang, khususnya dalam hal analisis biaya kualitas untuk meningkatkan profitabilitas KPSBU Jawa Barat. 2. Bagi akademisi

Penelitian ini membandingkan antara teori mengenai analisis biaya kualitas yang sudah ada dengan fakta aktual di KPSBU Jawa Barat.

3. Bagi pembaca

Penelitian ini menjadi sarana untuk menggali pengetahuan lebih dalam pada bidang akuntansi biaya, khususnya mengenai analisis biaya kualitas dalam pengambilan keputusan tentang peningkatan kualitas.


(15)

70 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penulis mengemukakan kesimpulan berdasarkan uraian, pembahasan dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, yaitu:

1) KPSBU memiliki kualitas yang dianggap cukup baik, terbukti dengan banyaknya IPS (Industri Pengolahan Susu) yang menjadi pelanggan KPSBU. Sayangnya, dalam hal yang berkaitan dengan kualitas ini perusahaan tidak membuat laporan biaya kualitas dan tidak mengklasifikasikan biaya kualitas yang mereka keluarkan kedalam kategori yang ada.

2) Pencapaian kualitas yang sekarang dicapai oleh KPSBU bersumber dari hal-hal berikut:

(1) Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. Terlihat dari nilai yang dipegang oleh KPSBU; berorientasi pada kualitas.

(2) Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat. Sanitasi peralatan produksi susu dan keterampilan tester yang selalu diperhatikan oleh KPSBU melahirkan kualitas susu yang selalu terjaga dan timbulnya kemampuan untuk memisah-misahkan susu


(16)

Bab 5 Simpulan dan Saran 71

berdasarkan kualitas, sehingga susu yang berkualitas baik tidak tercampur dengan susu lainnya dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi ke IPS.

(3) Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama. Contohnya PT.FFI yang kembali melakukan uji TPC terhadap susu yang diterima dari KPSBU.

3) Sebenarnya, selama ini perusahaan sudah memusatkan perhatian mereka pada pengeluaran biaya pencegahan untuk menunjang kualitas yang baik. Namun, kenyataanya biaya pencegahan tersebut menurun dan justru terjadi peningkatan pada biaya kegagalan internal.

4) Penurunan total biaya kualitas yang terjadi pada perusahaan, diiringi peningkatan profit. Ini berarti, jika pengeluaran biaya kualitas dikendalikan dengan benar dan optimal maka keuntungan perusahaan akan semakin meningkat, namun pengendalian biaya tersebut tidak boleh mengurangi kualitas produk.

5) Pengambilan keputusan mengenai peningkatan kualitas belum ditinjau dari segi peningkatan kualitas. Selama ini, keputusan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas masih semata-mata bersumber dari kebijakan dan komitmen perusahaan


(17)

Bab 5 Simpulan dan Saran

Universitas Kristen Maranatha

72

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1) Untuk periode selanjutnya, perusahaan sebaiknya mengklasifikan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas kedalam kategori-kategori biaya kualitas yang ada, seperti biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat membuat laporan biaya kualitas yang nantinya dapat dijadikan alat analisis sebagai dasar pengendalian biaya kualitas itu sendiri.

2) Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dalam hal kualitas dengan cara membuat anggaran biaya kualitas yang dipisahkan dari anggaan biaya produksi. Dengan adanya anggaran biaya kualitas tersebut, perusahaan memiliki standar yang memicu pencapaian target biaya kualitas ideal yang optimal untuk dikeluarkan perusahaan. Selain itu dengan adanya anggaran, perusahaan juga dapat mengevaluasi apakah pengeluaran biaya kualitas yang mereka lakukan sudah tepat atau belum dan dapat meninjau hal-hal yang harus diperbaiki di periode selanjutnya.

3) Selama ini peningkatan hasil produksi masih sangat terikat dengan jumlah susutnya susu yang meningkat juga. Terbukti dari peningkatan produksi tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang diiringi dengan peningkatan biaya kegagalan internal. Untuk dapat mengatasai hal ini, perusahaan dapat merancang


(18)

Bab 5 Simpulan dan Saran 73

alur proses produksi mulai dari penerimaan susu dari peternak, bongkar muat susu ke mesin pendingin, hingga susu siap dikirim ke IPS dengan lebih optimal. Selain itu karyawan pun harus lebih cermat agar tidak ada susu yang tumpah saat bongkar muat susu sehingga besarnya kegagalan internal dapat ditekan bahkan dapat dihilangkan.

4) KPBU sebaiknya melakukan uji TPC seperti yang dilakukan oleh PT.FFI, mengingat PT.FFI merupakan konsumen yang memiliki kuantitas pesanan susu terbesar daripada IPS lainnya. Meskipun untuk melakukan uji TPC diperlukan biaya dan biaya tersebut dapat digolongkan dalam biaya penilaian yang dapat meningkatkan biaya kualitas secara total, namun adanya uji TPC ini memungkinkan KPSBU untuk menekan biaya kegagalan eksternal sampai ke titik nol (zero defect).

5) Sangat disarankan KPSBU tidak hanya berfokus pada efisiensi biaya dengan menekan biaya kualitas secara total, tetapi juga harus diiringi dengan peningkatkan kualitas. Sebaiknya KPSBU mengembangkan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pencegahan dan penilaian, karena biaya kualitas ini tidak mungkin dapat dihilangkan, tetapi alangkah lebih baik apabila biaya yang timbul bukan diakibatkan kegagalan internal dan kegagalan eksternal. Dan agar


(19)

74

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Anthony A., Rajiv D. Banker., Robert S.Kaplan & S. Mark Young. (2001). Management Accounting, Internasional Edition, Upper saddle River, New Jersey.

Carter, William K. & Milton F. Usry. (2005). Akuntansi Biaya, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Carter,William K. (2009). Akuntansi Biaya, Edisi 14, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fryman, Mark A. (2002). Quality and Process Improvement, Penerbit: Delmar (Thomson Learning).

Garison, Noreen, Brewer. (2006). Akuntansi Manajerial, Edisi 11, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Goetsch, David L. & Stanley B. Davis. (2002). Manajemen Mutu Total (Manajemen Mutu untuk Produksi, Pengolahan, dan Pelayanan), Edisi ke2, Pearson Education Asia, Jakarta, Penerjemah: Drs. Benyamin Molan.

Hilton, Ronald W. (2005). Managerial Accounting, Sixth Edition, Mcgraw-Hill. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar., & George Foster. (2003). Cost Accounting,

Edisi 12, Upper saddle river, New Jersey.

Maher, Michael W. Maher., William N.Lane. & Madhav V. Rajan. (2006). Fundamental of Cost Accounting, McGraw-Hill.

Meleong, Lexy. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit ROSDA, Bandung. Mulyadi. (2001). Akuntansi Biaya, Edisi 5, Penerbit: Aditya Media, Yogyakarta. Nazir, Mohammad. (2009). Metode Penelitian,Penerbit Ghalia Indonesia.

Oakland, John S. (2003). Total Quality Management, Third Edition, Butterworth-Heinemann- Oxford.

Robbins, P. Stephen., & Mary Coulter. (2007). Management, Eighth edition, Penerbit Indeks, Penerjemah Harry Slamet

Suardi, Rudi. (2003). ISO 9000: 2000 (penerapannya untuk mencapai TQM,Penerbit: PPM, Jakarta.


(20)

75

Syamsi, Ibnu. (2000). Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Edisi 2, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Tjiptono, Fandi. & Anastasia Diana. (2003). Total Quality Managemen, Edisi Revisi, Penerbit: ANDI, Yogyakarta.

Wahyu, Dorothea Ariani. (2003). Manajemen Kualitas (pendekatan sisi kualitatif),Penerbit Ghalia Indonesia.


(1)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penulis mengemukakan kesimpulan berdasarkan uraian, pembahasan dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, yaitu:

1) KPSBU memiliki kualitas yang dianggap cukup baik, terbukti dengan banyaknya IPS (Industri Pengolahan Susu) yang menjadi pelanggan KPSBU. Sayangnya, dalam hal yang berkaitan dengan kualitas ini perusahaan tidak membuat laporan biaya kualitas dan tidak mengklasifikasikan biaya kualitas yang mereka keluarkan kedalam kategori yang ada.

2) Pencapaian kualitas yang sekarang dicapai oleh KPSBU bersumber dari hal-hal berikut:

(1) Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. Terlihat dari nilai yang dipegang oleh KPSBU; berorientasi pada kualitas.

(2) Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat. Sanitasi peralatan produksi susu dan keterampilan tester yang selalu diperhatikan oleh KPSBU melahirkan kualitas susu yang selalu terjaga dan timbulnya kemampuan untuk memisah-misahkan susu


(2)

Bab 5 Simpulan dan Saran 71

berdasarkan kualitas, sehingga susu yang berkualitas baik tidak tercampur dengan susu lainnya dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi ke IPS.

(3) Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama. Contohnya PT.FFI yang kembali melakukan uji TPC terhadap susu yang diterima dari KPSBU.

3) Sebenarnya, selama ini perusahaan sudah memusatkan perhatian mereka pada pengeluaran biaya pencegahan untuk menunjang kualitas yang baik. Namun, kenyataanya biaya pencegahan tersebut menurun dan justru terjadi peningkatan pada biaya kegagalan internal.

4) Penurunan total biaya kualitas yang terjadi pada perusahaan, diiringi peningkatan profit. Ini berarti, jika pengeluaran biaya kualitas dikendalikan dengan benar dan optimal maka keuntungan perusahaan akan semakin meningkat, namun pengendalian biaya tersebut tidak boleh mengurangi kualitas produk.

5) Pengambilan keputusan mengenai peningkatan kualitas belum ditinjau dari segi peningkatan kualitas. Selama ini, keputusan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas masih semata-mata bersumber dari kebijakan dan komitmen perusahaan semata tanpa mempertimbangkan analisis biaya kualitas yang terkait.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1) Untuk periode selanjutnya, perusahaan sebaiknya mengklasifikan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas kedalam kategori-kategori biaya kualitas yang ada, seperti biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat membuat laporan biaya kualitas yang nantinya dapat dijadikan alat analisis sebagai dasar pengendalian biaya kualitas itu sendiri.

2) Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dalam hal kualitas dengan cara membuat anggaran biaya kualitas yang dipisahkan dari anggaan biaya produksi. Dengan adanya anggaran biaya kualitas tersebut, perusahaan memiliki standar yang memicu pencapaian target biaya kualitas ideal yang optimal untuk dikeluarkan perusahaan. Selain itu dengan adanya anggaran, perusahaan juga dapat mengevaluasi apakah pengeluaran biaya kualitas yang mereka lakukan sudah tepat atau belum dan dapat meninjau hal-hal yang harus diperbaiki di periode selanjutnya.

3) Selama ini peningkatan hasil produksi masih sangat terikat dengan jumlah susutnya susu yang meningkat juga. Terbukti dari peningkatan produksi tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang diiringi dengan peningkatan biaya


(4)

Bab 5 Simpulan dan Saran 73

alur proses produksi mulai dari penerimaan susu dari peternak, bongkar muat susu ke mesin pendingin, hingga susu siap dikirim ke IPS dengan lebih optimal. Selain itu karyawan pun harus lebih cermat agar tidak ada susu yang tumpah saat bongkar muat susu sehingga besarnya kegagalan internal dapat ditekan bahkan dapat dihilangkan.

4) KPBU sebaiknya melakukan uji TPC seperti yang dilakukan oleh PT.FFI, mengingat PT.FFI merupakan konsumen yang memiliki kuantitas pesanan susu terbesar daripada IPS lainnya. Meskipun untuk melakukan uji TPC diperlukan biaya dan biaya tersebut dapat digolongkan dalam biaya penilaian yang dapat meningkatkan biaya kualitas secara total, namun adanya uji TPC ini memungkinkan KPSBU untuk menekan biaya kegagalan eksternal sampai ke titik nol (zero defect).

5) Sangat disarankan KPSBU tidak hanya berfokus pada efisiensi biaya dengan menekan biaya kualitas secara total, tetapi juga harus diiringi dengan peningkatkan kualitas. Sebaiknya KPSBU mengembangkan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pencegahan dan penilaian, karena biaya kualitas ini tidak mungkin dapat dihilangkan, tetapi alangkah lebih baik apabila biaya yang timbul bukan diakibatkan kegagalan internal dan kegagalan eksternal. Dan agar pengeluaran biaya kualitas yang optimal ini menunjang peningkatan keuntungan jangka panjang perusahaan akibat kepuasan pelanggan (IPS) yang memicu terjadinya repeat order.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Anthony A., Rajiv D. Banker., Robert S.Kaplan & S. Mark Young. (2001).

Management Accounting, Internasional Edition, Upper saddle River, New Jersey.

Carter, William K. & Milton F. Usry. (2005). Akuntansi Biaya, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Carter,William K. (2009). Akuntansi Biaya, Edisi 14, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fryman, Mark A. (2002). Quality and Process Improvement, Penerbit: Delmar (Thomson Learning).

Garison, Noreen, Brewer. (2006). Akuntansi Manajerial, Edisi 11, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Goetsch, David L. & Stanley B. Davis. (2002). Manajemen Mutu Total (Manajemen Mutu untuk Produksi, Pengolahan, dan Pelayanan), Edisi ke2, Pearson Education Asia, Jakarta, Penerjemah: Drs. Benyamin Molan.

Hilton, Ronald W. (2005). Managerial Accounting, Sixth Edition, Mcgraw-Hill. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar., & George Foster. (2003). Cost Accounting,

Edisi 12, Upper saddle river, New Jersey.

Maher, Michael W. Maher., William N.Lane. & Madhav V. Rajan. (2006).

Fundamental of Cost Accounting, McGraw-Hill.

Meleong, Lexy. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit ROSDA, Bandung. Mulyadi. (2001). Akuntansi Biaya, Edisi 5, Penerbit: Aditya Media, Yogyakarta. Nazir, Mohammad. (2009). Metode Penelitian,Penerbit Ghalia Indonesia.

Oakland, John S. (2003). Total Quality Management, Third Edition, Butterworth-Heinemann- Oxford.

Robbins, P. Stephen., & Mary Coulter. (2007). Management, Eighth edition, Penerbit Indeks, Penerjemah Harry Slamet

Suardi, Rudi. (2003). ISO 9000: 2000 (penerapannya untuk mencapai TQM,Penerbit: PPM, Jakarta.


(6)

75

Syamsi, Ibnu. (2000). Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Edisi 2, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Tjiptono, Fandi. & Anastasia Diana. (2003). Total Quality Managemen, Edisi Revisi, Penerbit: ANDI, Yogyakarta.

Wahyu, Dorothea Ariani. (2003). Manajemen Kualitas (pendekatan sisi kualitatif),Penerbit Ghalia Indonesia.