ART Maruli BT Representasi Diri Ibu di Televisi fulltext
148 REPRESENTASI DIRI IBU DI TELEVISI
(Analisis Semiotik Peirce dalam Program Talk show “Indonesia Lawyer s Club” TVONE)
Oleh:
Maruli Bonardo Tua
ABSTRACT
Television is one of t he mass media w hich r epr esents t he r eal it y of people's l ives. Television can illustr at e var ious dimensions of l ife in societ y i ncluding t he r epr esent at ion of a mot her. On t he impr essions t hat a mot her is por tr ayed as a r ough figur e, r ut hless and dar es t o kill his son. The mot her is also r epr esent ed as a figur e w ho is able t o under st and t he needs and w ishes of chi ldr en. Television w as able t o br i ng t he r eal it y of l ife in var ious aspects and has a r ole for imaging t o r eal it y ar ound us. Imaging r eal it y of t he figur e of t he mot her in t he ILC TVONE foot age is in t he for m of sound and image. Wit h t he analysis of semiot ik Peir ce w as chosen because invest igat or s w ant ed t o r eveal how t he depict ion of t he figur e of t he mot her in t he impr essions. Fr om t he r esults of t he analysis can be put for w ar d t hat in t he impr essions it is r epr esent ed as t he mot her figur e, a r ugged, r ut hless and dar es t o kill her chi ld, t he mot her figur e i n t he impr essions it contr ar y t o r epr esent ations of t he mot her in a societ y t hat is ver y fond of his son figur e, full of w ar mt h and hospit al it y, ar e able t o under st and t he needs and w ishes of chi ldr en.
Key wor ds: r epr esentations, mother, television, semiotics
1. PENDAHULUAN
Kasus keker asan t er hadap anak yang dialami Engeline, bocah perempuan ber usia 8 tahun di Denpasar Bali menyentak per hatian banyak kalangan, t er masuk media massa di Indonesia. Tanpa t er kecuali media massa elektronik, khususnya t elevisi. Secar a membabi buta, t elevisi member itakan Engeline yang t ew as ditangan ibu angkatnya, Mar gr iet Megaw e. Bahkan stasiun t elevisi sw asta TVONE mengemas ber ita kekerasan pada anak yang dialami Engeline t er sebut lew at program talkshow unggulannya yakni Indonesia Law yer s Club (ILC) episode 23 Juni 2015 dengan t opik “Menyingkap Tabir
(2)
149 Kematian Engeline”. Kasus kekerasan t er hadap Engeline mer upakan masalah sosial yang kronis dar i sebuah jalinan relasi sosial.
Komunikasi mempunyai banyak makna, namun dar i sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna hakiki bahw a komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk member itahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau per ilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.31
Komunikasi antara orangtua dengan anak memegang peran penting dalam membina hubungan keduanya. Namun hingga kini tak sedikit orangtua yang masih melakukan kekerasan secara ver bal (menggunakan kata-kata) kepada anak-anak mereka, baik menyangkut kemampuan dan nilai mereka sebagai manusia, bahkan diser tai dengan kekerasan fisik hingga menyebabkan kematian. Menur ut or ang t erdekat Engeline, sang ibu angkat itu setiap har i selalu memar ahi dan membentak-bentak Engeline diser tai pemukulan dan penyiksaan secara fisik. Mar gr iet pun tak segan-segan untuk tidak member i Engeline makan sehar ian, hanya kar ena dianggap tidak menger jakan tugas dengan baik.32
Peran orangtua (ayah dan ibu) di dalam keluar ga adalah ber tanggung jaw ab member ikan pendidikan yang layak t er hadap anak-anaknya berdasar kan nilai-nilai akhlak dan spir itual yang luhur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), orangtua adalah ayah dan ibu kandung. Sedangkan menur ut (Wr ight ), orangtua dibagi menjadi tiga macam, yaitu:33 (1) Orang tua Kandung, yaitu ayah
dan ibu yang mempunyai hubungan darah secara biologis (yang melahir kan), (2) .bukan kandung tapi dianggap sebagai orangtua sendir i berdasar kan
31
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilm u, Teori dan Filsafat Kom unikasi. Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakti, hal. 5
32
htt p:/ / indonesiasat u.kompas.com / read/2015/06/18/18484511/ Kata.Francky.Setiap.Hari.Eng eline.Sering.Dibentak.dan.Dipukul.M argriet , diunduh 1 Agust us 2015, pukul 04.08 WIB
33
Yat im and Irw ant o.1991. Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan Sosial Psikologis. Jakarta: Arcan. hal 12
(3)
150 ket entuan hukum atau adat yang ber laku, (3) Or angtua yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.
Televisi menjadi bagian yang tak t er pisahkan dalam proses pemenuhan infor masi bagi masyarakat . Kecepatan dan kedalamannya akan sebuah infor masi menjadi daya tar ik t er sendir i. Dalam menyampaikan infor masi para peker ja t elevisi menggunakan bahasa sebagai 'kendaraannya' yang dijabar kan dalam bentuk narasi (t eks media). Menur ut Susilo, t eks media mer upakan bentuk realitas kedua (second hand r ealit y) yang hanya menyajikan 'pot ongan-pot ongan' realitas, bukan keselur uhan r ealitas. Keselur uhan t eks media yang disajikan peker ja t elevisi pada dasar nya mer upakan suatu konstr uksi realitas. Lebih lanjut Alex Sobur menegaskan bahw a peker jaan media pada hakikatnya adalah mengkonstr uksi realitas, isi media menur utnya adalah hasil para peker ja media mengkonstr uksikan ber bagai realitas yang dipilih.34
Hasil konstr uksi para peker ja media t er sebut cender ung bias dan par sial dalam menggambar kan realitas sosial yang ada. Realitas kedua disajikan sebagai pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat . Realitas t er sebut cender ung dianggap masyarakat sebagai cer min yang merefleksikan diri mereka sendir i. Namun, fakt or dist or si dalam realitas di t elevisi yang ber fungsi untuk memper tahankan atau memper bar ui aturan dalam masyarakat t elah menciptakan pandangan bar u yang ser ing dilupakan masyarakat . Dist or si t er sebut t er masuk didalamnya sosok ibu seper ti yang dipahami masyarakat pada umumnya. Per bincangan dalam talk show Indonesia Law yer s Club (ILC) TVONE sebagai bentuk pesan media tidak bisa lepas dar i konstr uksi-konstr uksi t er sebut . Pemunculan Mar gr iet Megaw e sebagai ibu angkat yang kasar, kejam dan t ega menghabisi anak angkatnya pada hakikatnya mer upakan konstr uksi realitas semata yang dilakukan oleh para peker ja t elevisi sebagai bagian dar i proses penger jaan isi media sendir i. Kajian t eks media per lu dilakukan untuk melihat semua proses dan kecender ungan yang mungkin ada mengenai
34
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks M edia: Suat u Pengantar Analisis Wacana, Analisis Sem iot ik, dan Analisis Fram ing. Jakarta: PT. Rem aja Rosdakarya. hal. 92
(4)
151 representasi ibu. Dar i sini diharapkan dapat diperoleh gambaran detil t entang makna tanda-tanda yang t er konstr uksi pada tayangan talk show Indonesia Law yer s Club (ILC) TVONE episode 23 Juni 2015 dengan t opik “Menyingkap Tabir Kematian Engeline”.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Massa dan Kontr uksi Realitas Sosial
Pada dasar nya khalayak mener ima sebuah bentuk realitas yang dikonstr uksi oleh media. Gebner dan kaw an-kaw an mengemukakan, dunia simbol media membentuk konsepsi khalayak t entang dunia nyata atau dengan kata lain media mer upakan konstr uksi realitas.35 Segala bentuk realitas sosial
t er masuk isi media mer upakan realitas yang sengaja dikonstr uksi. Ber ger dan Luckmann mengungkapkan: “institusi masyarakat t ercipta dan diper tahankan atau diubah melalui tindakan dan int eraksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial t er lihat nyata secara objektif. Namun pada kenyataannya semua dibangun dalam defini subjektif melalui proses int eraksi. Objektivasi bar u bisa t er jadi melalui penegasan ber ulang-ulang yang diber ikan oleh orang lain yang memiliki definisi subjektif sama.36
Ber ger dan Luckmann menyebut realitas sosial sebagai pengetahuan yang ber sifat kesehar ian yang hidup dan ber kembang di masyarakat seper ti konsep, kesadaran umum, w acana publik, sebagai hasil dar i konstr uksi sosial.37
Sedangkan Ibnu Hamad menyebut usaha mengkonstr uksi realitas sebagai upaya 'mencer itakan' (konseptualisasi) sebuah per istiw a, keadaan, benda atau apapun juga. Mochamad Riyant o Rasyid menyatakan bahw a karena t elevisi memiliki sifat yang ber beda dar i media massa yang lain, yakni ber sifat audio visual, tak
35
M arvin de Fleur. 1996. Theory of M ass Com m unication. New York. Long m an, hal 207
36
Bungin, Burhan. 2001. Im aji M edia M assa. Yogyakarta: Jendela, hal 12
37
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks M edia: Suatu Pengantar Unt uk Analisis Wacana, Analisis Sem iot ika dan Analisis Fram ing. Bandung: Rem adja Karya, hal 30
(5)
152 pelak dew asa ini t elevisi mer upakan media massa yang paling komunikatif dan paling digemar i masyarakat . Televisi dianggap mampu member ikan kesan sebagai penyampai pesan secara langsung antara komunikat or (pembaw a acar a atau pengisi acara) dan komunikan (pemirsanya). Sedangkan Danesi menyebut bahw a t elevisi memiliki sejumlah kekuatan. Danesi menyebut kan bahw a t elevisi mampu membentuk cara kita mempr oses infor masi secara alamiah dan w ajar, t elevisi t elah mampu mer ingkas sejumlah pengetahuan mengenai ber bagai hal untuk dit er ima, dimenger ti dan dipahami masyarakat sebagai sebuah kebenar an.
2.2. Media Massa Mengkonstr uksikan Realitas
Gramsci dan Alt husser sepakat bahw a media massa bukanlah sesuatu yang bebas, independen t etapi memiliki ket er kaitan dengan realitas sosial.38
Ar tinya, media massa menyimpan ber bagai kepentingan ideologi dalam setiap t eks yang dihasilkan. Media massa juga menyimpan kepentingan t er selubung pemilik media, w ar taw an dan kar yaw annya. Kenyataannya inilah yang membuat media menjadi bias. Masyarakat pun memandang media massa sebagai institusi penyampai kebenaran atau kenyataan secara apa adanya.
Saat ini ker ja media massa tak lagi hanya menunggu dan mengejar per istiw a atau kejadian untuk disampaikan menjadi sebuah ber ita. Media massa kini t elah mendahului hal itu dan menciptakan atau mengkonstr uksi sebuah per istiw a. Bahkan juga t elah mampu menafsir kan dan mengarahkannya menjadi sebuah kebenaran yang bar u. Dengan demikian, realitas dar i sebuah fakta per istiw a menjadi luntur.
Fakta per istiw a biasanya disajikan lew at t eks media atau bahasa ber ita yang tidak bebas nilai. Atau dengan kata lain dengan t eks-lah media massa mengkonstr uksi realitas. Sedangkan bahasa mer upakan elemen pembentuk t eks
38
(6)
153 t er sebut .39Menur ut M.Wonohit o, bahasa bagi per s mer upakan sine quanon,
ar tinya tanpa bahasa, per s tidak mungkin dapat beker ja. Dengan bahasa, infor masi bisa dilukiskan sehingga menjadi penting bagi per s untuk membuat produk jur nalistik. Lew at bahasa, per s bisa mengkomunikasikan segala realitas. Menur ut Ibnu Hamad, bahasa adalah unsur utama dalam mengkonstr uksi realitas. Bahasa menjadi instr umen pokok untuk mencer itakan realitas dan alat konseptualisasi serta alat narasi. Saking pentingnya bahasa, maka tak ada ber ita, cer ita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa adanya bahasa.40
Setio Budi mengemukakan, apa yang diker jakan bahasa adalah memungkinkan mengkomunikasikan infor masi, perasaan, ide, dan sist em-sist em yang t elah mapan yang dipelajar i orang. Seper ti adanya tata bahasa untuk penulisan dan percakapan, t erdapat pula tata bahasa (gr ammar ) untuk ber macam-macam t eks dan untuk media yang ber beda-beda. Menur ut Saussure, dalam Setio Budi menyebut ada per bedaan yang bermanfaat antara bahasa dan percakapan. Bahasa adalah sebuah institusi sosial yang t er susun dar i aturan-aturan dan konvensi yang t elah disist ematisasikan, memungkinkan kita untuk ber bicara (lebih luas: ber komunikasi). Setiap orang “ber bicara” menur ut caranya masing-masing, t etapi pembicaraan/ percakapan t er sebut berdasar pada bahasa dan aturan-aturan yang t elah dipelajar inya.41
Marcel Danesi dalam bukunya Pesan, Tanda dan Makna menyebut kan bahw a segala sesuatu–w ar na, isyarat , kedipan mata, objek, r umus, mat ematika dan lain-lain–yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain dir inya disebutnya sebagai sebuah tanda.42 Ferdinand de Saussure menyebut kan bahw a
ilmu yang mempelajar i kehidupan tanda-tanda dalam masyar akat dapat dibayangkan ada. Ia akan menjadi bagian dar i psikologi sosial dan kar enanya
39
Alm anak Pers Antara, 1976. hal 45
40
Ham ad, Ibnu, Agus Sudibyo, dan M uham ad Qodar. 2001. Kabar- kabar Kebencian Prasangka Agam a di M edia M assa: ISAI. Hal 69
41
Budi HH, Setio. 2000. Teknik-t eknik Analisa M edia. Yogyakarta: Universitas Atm a Jaya, hal 13.
42
(7)
154 juga bagian dar i psikologi sosial dan karenanya juga bagian dar i psikologi umum. Saya akan menyebutnya semiologi (dar i bahasa Yunani, semeion “tanda”). Semiologi akan menunjukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengatur nya. (Ferdinand de Saussure 1857-1913).
2.3. Sosok Ibu dalam Media Massa
Sosok ibu yang kini kerap muncul di media massa ter nyata sangat jauh dar i gambaran ideal. Di ber bagai media massa banyak kita baca ibu yang t ega membunuh anaknya, menganiaya, menjual bayinya, bahkan menyerahkannya kepada lelaki hidung belang, ser ta mempeker jakan anak di batas kemampuannya tanpa member ikan haknya secar a layak. Ada pula ibu-ibu moder n yang sibuk dengan dunianya sendir i dengan ber kar ier, tr avelling, shopping dan bergaul dengan komunitasnya. Ibu seper ti ini lebih memilih menyibukkan dir i dengan hal-hal yang mampu menunjang ekonomi keluar ga atau sekadar eksist ensi dir i dan pengakuan lingkungan.
Kekerasan t er hadap anak ada dimana-mana, Koran Kompas mer ilis data yang diambil dar i KPAI dan Dir jen KSA Kemensos menunjukkan bahw a kasus kekerasan t er hadap anak mengalami jumlah t er tinggi pada per iode tahun 2011 hingga Apr il 2015. Pada tahun 2011 ada 2.178 kasus, tahun 2012 ada 3.512 kasus, tahun 2013 ada 4.311 kasus dan tahun 2014 ada 5.066 kasus.43
Sedangkan Komisi Nasional Per lindungan Anak (Komnas PA) mer ilis laporan bahw a ada 339 kasus keker asan t er hadap anak yang t er jadi sepanjang bulan Januar i hingga Mei 2015. Dar i 339 kasus t er sebut 50 per sennya adalah kejahatan seksual pada anak.44
Selain kekerasan domestik, ada data yang menunjukkan bahw a dalam
43
Koran Kom pas. 24 Juli 2015. Rehabilitasi Pelaku M inim : Kekerasan Terhadap Anak Rentan Berulang. Hal 12.
44
htt p:/ / m .new s.viva.co.id/ new s/ read626485-kom nas-pa--ada-339-kasus-kekerasan-pada-anak-selam a-2015 diakses 23 Juli 2015, pukul 08.49 WIB
(8)
155 setiap daerah konflik baik konflik w ilayah, etnis, ras, atau agama, kaum w anita dan anak-anaklah yang kerap menjadi kor ban keganasan pihak law an, apakah itu melalui pelecehan, per kosaan, penganiayaan, penyiksaan hingga pembunuhan.45
Kehadiran t elevisi t entu menjadi bagian yang tak t er pisahkan dalam proses pemenuhan infor masi bagi masyarakat . Bahkan t elevisi seper tinya sudah menjadi 'menu w ajib' dalam masyarakat moder n. Melalui media, khalayak tidak hanya mener ima infor masi sebagai fakta yang t er jadi di lapangan atau yang t er lihat jelas dalam sebuah per istiw a. Menur ut Jacob Oetama, dalam buku ber judul “Ashadi Siregar : Penjaga akal sehat dar i kampus bir u”, menyatakan bahw a fakta tidak lagi sebagai kejadian, melainkan hasil konstr uksi w ar taw an. Fakta akhir nya menyangkut konstr uksi sosial. Dalam dunia media massa, fakta ber ur usan antara yang faktual dan yang ber sifat opini hasil rekonstr uksi w ar taw an.46
Kekerasan aktual yang dilakukan Mar gr iet Chr istina Megaw e, ibu angkat Engeline memunculkan reaksi di masyar akat . Namun ada kekerasan simbolik yang dikonstr uksi media massa t er hadap Mar griet Chr istina Megaw e, yaitu bahw a seorang ibu angkat adalah sosok yang keras, kasar, kejam, dan tak segan-segan menghabisi nyaw a anak angkatnya. Label t er sebut t elah dibentuk oleh media massa secara masif dan selanjutnya diserap pemir sa sebagai sebuah kebenar an yang hakiki. Melihat fenomena di atas peneliti mencoba memfokuskan penelitian pada realitas sosial yang t elah dikonstr uksi media massa lew at perdebatan di program ILC (Indonesia Law yer s Club) TVONE episode 23 Juni 2015 dengan t opik kasus pembunuhan Engeline, bahw a seorang ibu angkat mer upakan sosok yang keras, kasar, kejam, dan tak segan-segan menghabisi nyaw a anak angkatnya.
45
Sunart o. 2009. Televisi, Kekerasan, & Perem puan. PT. Kompas M edia Nusantara, Jakarta. Hal 3
46
Gautam a dkk, Chandra. 2010. Ashadi Siregar: Penjaga Akal Sehat dari Kam pus Biru. Kepustakaan Populer Gram edia & Fisipol UGM , Yogyakarta, hal 6
(9)
156 Ibu memiliki per anan yang sangat penting dalam membesar kan anak, dan panggilan ibu dapat diber ikan untuk perempuan yang bukan orangtua kandung (biologis) dar i seseorang yang mengisi peranan ini, cont oh ibu angkat atau ibu asuh. Definisi ibu kandung menur ut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ibu yang melahir kan (ibu sendir i). Sedangkan definisi ibu tir i menur ut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebutan anak kepada istri ayahnya (w anita itu bukan ibu kandungnya). Sementara definisi ibu angkat menur ut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah w anita yang mengambil dan memelihar a anak or ang lain; ibu dar i anak angkat .
Ada analogi psikis diantara kedudukan ibu tir i dengan ibu angkat antara lain, yaitu:47
1. Anak-anak itu oleh sebab-sebab t er t entu menjadi piatu. Kondisi ini disebabkan oleh karena mer eka ditinggalkan oleh ibunya (lar i, atau kaw in dengan pria lain); atau disebabkan oleh kematian ibu kandungnya.
2. Kedudukan ibu t er sebut lalu diambil alih oleh seor ang ibu subtitutm (ibu pengganti), yang ber peran sebagai ibu angkat atau ibu adopsi; ataupun pada kasus lain pada ibu tir i karena dikaw in oleh sang duda. Namun, per bedaan peranggapan dan per bedaan sosial psikologis antara kondisi ibu angkat dan ibu tir i memang ada. Yaitu ada pendapat tradisional dan prasangka yang menyatakan bahw a semua ibu tir i itu pasti menyebabkan kesengsaraan, azab dan kepedihan pada anak-anak tir inya. Hal ini disebabkan karena ibu tir i selalu menggunakan pola tingkah laku tradisional, ber atr ibut kejam, agresif, egoistis, ir i, dengkih, sadistis, ganas, dan suka ber musuhan ser ta sifat bur uk lainnya. 3. Sedangkan ibu-ibu angkat pada umumnya ber sifat lembut , per hatian, penuh kasih sayang, tidak egoistis, ber sedia menggantikan kedudukan ibu kandung secara suka r ela dan dibekali dengan hati belas kasih.
47
Yat im and Irw ant o.1991. Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan Sosial Psikologis. Jakarta: Arcan.
(10)
157 Komunikasi dalam keluar ga sangat penting dilakukan bagi orang tua t er hadap anaknya baik anak kandung, anak tiri ataupun anak angkat agar tidak t er jadi kesenjangan yang dapat mengakibat kan keretakan hubungan antara orangtua dengan anak. Pada orangtua kandung, kedalaman emosi dibangun sejak anak masih di kandungan, sehingga t er jalinlah ikatan yang erat . Sedangkan hubungan orangtua tir i dan anak tir i atau orangtua angkat dan anak angkat lemah karena kur angnya hubungan emosional dan singkatnya keber samaan bar u muncul saat orangtua tir i atau orangtua angkat masuk ke dalam keluar ga. Hal itu menambah sulit hubungan mereka, bahkan membuat hubungan yang tidak baik.
Komunikasi antara ibu dengan anak tir i yang jarang t er jadi, akibatnya kesalahpahaman mulai muncul, adanya prasangka, perasaan diabaikan, cembur u dan dikhianati bisa muncul. Komunikasi int er per sonal akan sangat membantu t ercapainya komunikasi yang efektif dan efisien dan tujuan atau harapan bagi kedua belah pihak sebagai pelaku komunikasi.
Komunikasi int er per sonal sangat diper lukan dalam keluar ga baik antar a suami dan istr i ataupun antara orang tua dan anak untuk membangun keluar ga yang har monis apalagi dalam keluar ga yang mempunyai ibu tir i. Komunikasi int er per sonal sangat penting dalam memelihara dan menumbuhkan hubungan yang har monis antara ibu tir i dengan anak-anaknya. Komunikasi memiliki peran yang penting dalam menyatukan setiap pandangan dalam anggota keluar ga yang ber beda, khususnya bagi anak kepada ibu tir inya, kar ena ibu akan membantu suami dalam mendidik anak.
2.4. Semiotika
Sebagaimana juga analisis konstr uksi sosial media massa yang menganalisis realitas sosial media massa, analisis semiotika juga menganalisis tidak sekadar realitas media massa akan t etapi konteks realitas pada umumnya. Semiotika sebagai suatu model memahami dunia sebagai sist em hubungan yang
(11)
158 memiliki unit dasar yang disebut dengan 'tanda'. Dengan demikian, semiotika pada hakikatnya mer upakan ilmu yang mempelajar i keberadaan suatu tanda. Umber t o Eco bahkan menyebut tanda sebagai 'kebohongan' dalam tanda ada sesuatu yang t er sembunyi di baliknya dan bukan mer upakan tanda itu sendiri. Menur ut Sausssure, per sepsi dan pandangan kita t entang realitas, dikonstr uksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam kont eks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejut kan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berar ti tanda membentuk per sepsi manusia, lebih dar i sekadar merefleksikan realitas yang ada.48
Sedangkan Char les Sander Peirce memaknai semiotika sebagai studi t entang tanda dan segala yang ber hubungan dengan tanda; cara ber fungsi (sintaktik semiotik) dan hubungan antar tanda (semantik semiotik), ser ta mengkaji pengir im dan pener imanya oleh mereka yang menggunakan tanda (pragmatik semiotik). Peirce adalah i lmuw an Amer ika yang hidup sezaman dengan Saussure. Sekalipun tidak per nah ber hubungan dan mengenal Saussur e, begitu juga sebaliknya, Peirce mempunyai kemir ipan dengan pemikiran Saussure, t er utama t entang ar ti penting kelahiran pandangan atau t eor i bar u yang memfokuskan per hatiannya pada upaya menganalisis dan menafsir kan tanda. Oleh karena itu menur ut Peirce, tanda tidak hanya melekat pada bahasa dan kebudayaan, t etapi juga menjadi sifat intr insik pada selur uh fenomena alam (pansemiotik). Melalui tanda, manusia mampu memaknai kehidupan dengan realitas. Disini, bahasa menempati posisi t er penting sebagai sist em tanda yang paling fundamental bagi manusia.
Adapun tanda-tanda nonver bal, seper ti gerak-ger ik ser ta beragam praktik sosial konvensional lain, dipandang sebagai sejenis bahasa yang t er susun dar i tanda-tanda ber makna yang dikomunikasikan atas dasar relasi-relasi. Pr insip mendasar sifat tanda adalah sifat representatif dan sifat
48
Bungin, Burhan. 2007. Penelit ian Kualitat if: Kom unikasi, Ekonom i, Kebijakan Publik, dan Ilm u Sosial Lainnya. Kencana, Jakarta, hal 170-171
(12)
159 int er pretatif. Sifat representatif tanda berar ti tanda mer upakan sesuatu yang mew akili sesuatu yang lain, sedangkan sifat int er pretatif ar tinya tanda t er sebut member ikan peluang bagi int er pretasi bergantung pada pemakai dan pener imanya. Dalam kont eks ini proses pemaknaan (signifikasi) menjadi penting karena manusia member i makna pada realitas yang dit emuinya.
2.5. Teor i Konstr uksi Realitas Sosial
Membahas t eor i konstr uksi sosial (social constr uct ion), t entu tidak bisa dilepaskan dar i bangunan t eor itik yang dikemukakan oleh Pet er L Ber ger dan Thomas Luckmann. Pet er L Ber ger mer upakan sosiolog dar i New School for Social Reserach, New Yor k. Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dar i Univer sity of Frankfur t . Teor i konstr uksi sosial, sejatinya dir umuskan kedua akademisi ini sebagai suatu kajian t eor itis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan.49 Ber ger dan Luckmann meyakini secara substantif bahw a realitas
mer upakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstr uksi sosial t er hadap dunia sosial di sekelilingnya, “r ealit y is socially constr uct ed”.
Konstr uksi sosial atas realitas (social constr uct ion of r ealit y)
didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan int eraksi dimana individu menciptakan secara t er us-mener us suatu realitas yang dimiliki dan dialami ber sama secar a subyektif.50 Sementara fakta sosial seper ti dijelaskan
Dur kheim yang menjadi gagasan Soetandyo itu bahw a fakta sosial t erdir i dar i dua bentuk, yaitu fakta-fakta sosial yang kentara dan fakta-fakta sosial yang tak kentara (abstrak). Atau dengan kata lain, suatu fakta sosial itu mer upakan setiap cara ber per ilaku baik yang t etap maupun yang tidak t etap atau setiap cara ber tingkah laku yang umum di dalam masyarakat , yang pada w aktu yang ber samaan tidak ber gantung pada manifes invidual.
49
Berger, Pet er L, Luckm ann, Thomas. 1996. The Social Construct ion of Realit y A Treat ise in t he Sociology of Knowledge, New York.
50
W ignyosoebrot o, Soetandyo. 2004. Norm a dan Nilai Sosial, dalam Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Kencana, Jakarta. Hal 23.
(13)
160 Realitas sosial menur ut Szt ompka dibagi menjadi dua, yaitu realitas pot ensial dan realitas aktual. Realitas pot ensial adalah realitas yang secara pot ensial dapat diungkapkan oleh peneliti melalui pengamatan yang mendalam dan kajian yang panjang. Sedangkan realitas aktual adalah r ealitas yang dapat langsung diamati melalui pengindraan.51
Ber ger dan Luckmann mengatakan bahw a realitas ada tiga macam, yaitu realitas objektif, r ealitas subjektif, dan realitas inter subjektif.52Realitas sosial
adalah pengetahuan yang ber sifat kesehar ian yang hidup dan ber kembang di masyarakat seper ti konsep, kesadaran umum, w acana publik, sebagai hasil dar i kontr uksi sosial. Realitas sosial t er sebut ber langsung dalam proses simultan: (1)
ekst er nalisasi (penyesuaian dir i) dengan dunia sosiokultur al sebagai produk manusia; (2) objekt ivasi, yaitu int eraksi sosial yang t er jadi dalam dunia int er subjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi; (3)
int er nalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasikan dir inya dengan lembaga-lembaga sosial atau or ganisasi t empat individu menjadi anggotanya.53
Dialektika ber jalan simultan, ar tinya ada proses menar ik keluar (ekst er nalisasi) sehingga seakan-akan hal itu ber ada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penar ikan kembali ke dalam (int er nalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar t er sebut seakan-akan berada dalam dir i atau kenyataan subyektif.
Pada kenyataanya, r ealitas sosial itu berdir i sendir i tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas t er sebut . Realitas sosial memi liki makna, manakala realitas sosial dikonstr uksi dan dimaknai secar a subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secar a obyektif. Individu mengkostr uksi realitas sosial, dan merekonstr uksinya dalam dunia realitas,
51
Szt om pka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada, Jakarta. Hal 251
52
Bungin, Burhan. 2001. Im aji M edia M assa: Konstruksi dan M akna Realitas Iklan Televisi dalam M asyarakat Kapitalist ik. Jendela, Yogyakarta. Hal 14
53
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitat if: Kom unikasi, Ekonom i, Kebijakan Publik, dan Ilm u Sosial Lainnya. Kencana, Jakarta. Hal 83
(14)
161 memantapkan realitas itu berdasarkan suyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Paradigma Penelitian
Penelitian ini t entu saja berakar pada paradigma konstr uktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstr uksi sosial yang diciptakan oleh individu yang mer upakan manusia bebas.
Met ode penelitian yang diper gunakan dalam penelitian ini adalah met ode deskr iptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan untuk mendeskr ipsikan bagaimana penggambaran menyelur uh (holistik) secara semiotika mengenai sosok ibu yang direpresentasikan dalam talk show Indonesia Law yer s Club (ILC) TVONE episode 23 Juni 2015 dengan t opik “Menyingkap Tabir Kematian Engeline”. Pendekatan kualitatif menur ut Bur han Bungin adalah pendekatan yang lebih ingin mencar i makna, selain itu berdasar kan pada fakta, dengan fakta yang dit emukan kemudian dipahami secara mendalam ser ta membuat deskr ipsi fenomena yang diamati.54
Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara pur posive dan snowball, t eknik pengumpulan dengan tr ianggulasi (gabungan), analisis data ber sifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dar ipada generalisasi.55 Dalam penelitian ini met ode analisa yang digunakan
adalah analisa semi otika Char les Sander s Peirce.
54
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitat if : w acana dan t eoritis Penafsiran Teks. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 225
55
Sugiyono. 2010. M et ode Penelit ian Pendidikan: Pendekatan Kuantitat if, Kualitat if, dan R& D. Alfabeta, Bandung, hal 15
(15)
162 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Pemaknaan Segitiga Elemen Pierce
Dar i penelitian ini peneliti ber usaha menjabar kan beberapa tanda yang dimunculkan dalam tayangan talk show Indonesia Law yer s Club (ILC) TVONE episode 23 Juni 2015 dengan t opik “Menyingkap Tabir Kematian Engeline” dengan menggunakan pemaknaan Sign, Object dan Int er pretant yang dikemukakan Peirce. Dar i beber apa jenis tanda yang muncul, peneliti kemudian menganalisanya seper ti yang t erdapat pada tabel-tabel di baw ah ini:
Tabel 3. Makna Sign, Objek, dan Inter pretan teks 1 Sign
Objek Pada gambar ini Hamidah, ibu kandung Engeline menggunakan jaket ber w ar na hitam. Dia t er lihat sangat emosi saat mendengar per kataan Hotma Sit ompul pengacara Mar gr iet Megaw e. Kedua alis matanya t erangkat ke atas dan mulutnya yang menganga. Pada gambar ini Hamidah menyela dan ber t er iak keras kepada Hotma Sit ompul karena per nyataannya t elah menyinggung perasaan Hamidah sebagai ibu kandung Engeline. Dalam dialog ini Hotma Sit ompul mengatakan “kenapa begitu banyak or ang ber semangat sekali membela Engeline, padahal masih banyak anak-anak di jalanan seper t i Engeline?”. Hotma seakan mencur igai ada kepentingan t ert entu di balik tingginya solidar itas dan kepedulian masyarakat luas atas kasus yang menimpa Engeline. Ar ist Merdeka Sirait , ketua Komnas Per lindungan Anak pun langsung menanggapi
(16)
163 per nyataan Hotma dengan penuh emosi, karena menganggap Hotma menyepelekan kasus kematian Engeline. Sementara seorang pr ia di sebelah kanan dan seorang w anita di sebelah kir i Hamidah t er lihat ber usaha menenangkannya. Pada gambar ini juga ada seorang pr ia yang t er lihat samar -samar duduk di belakang Hamidah dengan tangan kanan yang menutupi mulutnya. Di sebelah kanan atas ada logo stasiun t elevisi yang menayangkan acara talk show ini yaitu TVONE. Lalu di baw ah logo TVONE t erdapat tulisan LIVE. Sementara di sebelah kir i atas layar t erdapat logo bulat ber w ar na merah dengan angka 1 yang besar dan tulisan MENUJU KEMENANGAN. Logo t er sebut t er lihat ber putar -putar. Teknik pengambilan gambar dilakukan dengan cara close up untuk memper lihat kan benda atau objek ser ta gestur secara detil. Hamidah menjadi objek yang menar ik karena ekspresi kemar ahannya t er lihat jelas dan detil. Bahkan Hamidah ditampilkan secara for egr ound dan orangorang di belakangnya t er lihat samar -samar (blur ).
Inter pr etan Jaket ber w ar na hitam yang dikenakan Hamidah menandakan suasana hatinya masih dalam kedukaan mendalam atas kematian anak kandungnya Engeline. Wajah emosi Hamidah yang ditunjukkan dengan alis mata yang t erangkat ke atas diser tai t er iakan sambil mengacung-acungkan tangan kepada Hotma mer upakan sebuah bentuk perasaan marah yang ter lontar secara spontan. Sementara alis mata yang t erangkat ke atas menandakan sebuah ekspresi kemarahan yang sudah sangat memuncak. Kondisi ini bisa t er jadi karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diyakininya atau mengusik perasaannya. Inilah kemarahan dar i seorang ibu atas per lakuan bur uk yang menimpa anaknya. Sikap Hamidah bahkan diper t egas dengan pepatah yang mengatakan “Sebuas-buasnya har imau, tidak akan t ega memakan
(17)
164 anaknya sendir i”. Pesan simbolik dalam gambar ini adalah bahw a seorang ibu tidak akan per nah mener ima per lakuan bur uk yang dilakukan orang lain t er hadap anaknya. Apalagi per lakuan itu dilakukan sangat biadab hingga menghilangkan nyaw a anaknya. Logo di sebelah kanan atas layar menunjukkan bahw a t elevisi yang menayangkan acara talk show ILC ini adalah TVONE. Tulisan LIVE di baw ah logo menandakan bahw a acar a ini memang disiar kan secara langsung. Jadi, apapun yang t er jadi dalam perdebatan di acar a ini benar -benar t er jadi apa adanya tanpa ada pihak yang
men-scr eening. Semua reaksi, ekspresi maupun per t engkaran yang sengit akan t er jadi di luar kendali. Dalam hal ini Host Kar ni Ilyas har us pintar mengendalikan perdebatan yang kerap mendapat kan kr itikan pedas dar i penont on. Karena tak jarang dialog yang ditayangkan ILC ini selalu mendapat t eguran dar i KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Sementara logo bulat ber w ar na merah di sebelah kir i atas layar dengan angka 1 dan tulisan MENUJU KEMENANGAN menandakan bahw a acar a ini ditayangkan pada saat bulan suci Ramadhan. Sungguh ir onis memang, karena di saat bulan suci Ramadhan, pemir sa justr u disuguhkan t ont onan yang menguras emosi. Apalagi perdebatan para nar asumber juga kerap diser tai dengan kata-kata kasar yang dinilai t elah melanggar etika.
Tabel 4. Tabel 2. Makna Sign, Objek, dan Inter pretan teks 2 Sign
(18)
165 Objek Pada gambar ini t er lihat seorang aktivis per empuan, yakni Ratna
Sar umpaet mengenakan pakaian ber w ar na ser ba hitam ber padu motif kembang ber w ar na emas. Ratna sedang berbicara sambi l memegang mikropon dan tangan kir inya diangkat hingga mendekati keningnya. Pada gambar ini Ratna mengatakan
“kayanya kit a per lu mer asakan betul kejahat an seper t i apa yang dilakukan seseor ang hingga t ega menghancur kan seor ang anak seper t i Engeline kalau bukan kar ena kebiadaban”. Pada gambar ini juga t er lihat tiga orang pr ia duduk di belakang Ratna. Ketiganya t erdir i dar i kalangan yang ber beda usia, diantaranya pr ia muda, pr ia set engah tua dan pria tua. Mereka mengarahkan pandangan ke Ratna. Bahkan satu or ang diantaranya yang ber ada di sebelah kanan layar t er paksa har us memalingkan pandangannya ke sebelah kir i untuk menyimak per nyataan Ratna. Di hadapan Ratna juga t er lihat lima bot ol minuman suplemen ber w ar na bir u dan gelas kaca. Logo nama progr am talk show ini ditampilkan di sebelah kir i baw ah layar. Tulisan Indonesia Law yer Club ber ada di dalam kotak ber w ar na mer ah. Teknik pengambilan gambar ini dilakukan secar a close up, untuk memper lihat kan ekspresi w ajah Ratna yang penuh semangat dan amarah itu ser ta benda-benda yang ada di depannya.
Inter pr etan Pakaian ber war na ser ba hitam yang dikenakan Ratna Sar umpaet menandakan bahw a dir inya juga tur ut merasakan duka yang mendalam atas kematian Engeline. Tangan kir i Ratna yang diangkat hingga ke mendekati keningnya seakan ingin mengajak selur uh penont on baik di studio maupun di r umah untuk ber pikir dan membayangkan betapa kejinya per lakuan yang dilakukan Mar gr iet t er hadap anak angkatnya Engeline. Ekspresi w ajahnya pun t er lihat sangat emosi, membayangkan kebiadaban yang dilakukan Mar gr iet t er hadap Engeline. Sedangkan tiga orang pr ia
(19)
166 yang duduk di belakang Ratna dengan usia yang bervar iasi seakan ingin menunjukkan bahw a kejahatan yang dilakukan seorang ibu angkat seper ti Mar griet patut menjadi per hatian ber sama selur uh masyarakat dar i ber bagai kalangan tanpa batasan usia. Seorang pr ia tua yang t er paksa memalingkan kepalanya ke ar ah Ratna, menandakan bahw a per nyataan yang disampaikan Ratna memang har us mendapat kan per hatian dan penanganan yang ser ius. Per hatian masyar akat luas tampaknya juga dibuktikan oleh sejumlah produk iklan dalam minuman suplemen yang ditampilkan di meja para nar asumber. Produk iklan t entunya ber banding lur us dengan perolehan r ating dan share dar i acara ini. Ini menandakan bahw a acara ini memang banyak diminati pemir sanya. Logo nama program Indonesia Law yer s Club dalam kotak dengan latar belakang ber w ar na merah menunjukkan bahw a acara dialog ini benar -benar ber ani menampilkan sebuah per debatan yang ber beda dengan acara talk show -talk show di t elevisi lainnya. Meski di dalam per jalanannya ILC kerap menuai kr itik pedas dar i masyarakat dan t eguran keras dar i KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Namun dar i per nyataan yang diungkapkan Ratna semuanya ber muar a pada sebuah kesimpulan bahw a keker asan t er hadap anak yang dilakukan siapapun har us mendapat per hatian yang ser ius oleh ber bagai kalangan, tanpa t er kecuali. Ratna juga menggambar kan Mar gr iet sebagai sosok ibu angkat yang kejam dan tidak ber pr ikemanusiaan karena Engeline kerap dicaci maki, dianiaya. Engeline bahkan t elah dibunuh dan dikubur kan secara tidak layak dengan kondisi yang mengenaskan di belakang r umah Mar gr iet , berdekatan dengan kandang ayam yang kot or dan bau itu.
(20)
167 Tabel 5. Tabel 2. Makna Sign, Objek, dan Inter pretan teks 3
Sign
Objek Pada gambar ini t er lihat ketua komnas per lindungan anak, Ar ist Merdeka Sirait mengenakan kemeja batik ber w ar na merah ber padu motif kembang. Disini Arist ber bicara dengan memegang mikropon sambil mengangkat tangan kanannya ke bagian belakang kepala. Ar ist mencer itakan kondisi Engeline saat dit emukan t er kubur di halaman belakang r umah ibu angkatnya Mar gr iet . Ar ist mencer itakan secara detil ker usakan yang parah pada bagian belakang kepala Engeline akibat pukulan benda tumpul. Hal itu diilustrasikan Ar ist dengan gerakan tangannya yang memegang bagian belakang kepalanya. Teknik pengambilan gambar dilakukan secara medium shot dengan memper lihat kan tubuh manusia dar i pinggang ke atas. Gestur ser ta ekspresi w ajah mulai tampak.
Inter pr etan Kemeja batik ber war na mer ah menandakan bahwa Ar ist berani dan ber semangat menyampaikan kebenar an sesuai fakta-fakta yang dilihatnya langsung mengenai kondisi Engeline. Ar ist bahkan tak gentar dengan ber bagai ancaman dar i pihak-pihak yang tak suka dengan kesaksiannya t er kait bukti-bukti yang mengungkap mist er i kematian Engeline. Sementara gerakan tangan yang menunjuk ke arah bagian belakang kepala seakan ingin member ikan gambaran bahw a di bagian yang sangat vital itulah
(21)
168 sang ibu angkat Mar gr iet mengakhir i hidup Engeline dengan pukulan benda tumpul yang keras. Hal t er sebut juga dipert egas dengan per nyataannya yang mengatakan bahw a kondisi kepala belakang Engeline hancur. Selain itu mayat Engeline juga diakuinya dalam posisi jongkok dengan mulut menganga. Kondisi ini menggambar kan betapa Engeline mengalami kesakitan yang t eramat parah. Pesan simbolik yang ingin disampaikan Arist adalah bahw a sampai kapan pun tindak kekerasan t er hadap anak tidak bisa dit oler ir, meski itu dilakukan ibunya sendir i, apalagi dilakukan oleh ibu angkatnya.
Tabel 6. Tabel 2. Makna Sign, Objek, dan Inter pretan teks 4 Sign
Objek Pada gambar ini Hamidah t er lihat tampil penuh keseder hanan. Hamidah t er lihat hanya memakai make up yang tipis dengan rambut yang diikat satu. Bahkan per hiasan seper ti anting-anting pun tidak tampak di t elinga Hamidah. Ibu kandung Engeline ini t er lihat menundukkan kepala sambil menangis. Dia tak mampu menahan tangisnya saat menjaw ab per tanyaan dar i Host ILC Kar ni Ilyas, mengenai apa alasan Hamidah menyerahkan Engeline untuk menjadi anak angkat Mar gr iet Megaw e. Hamidah mengaku sejak diserahkan kepada Margr iet dengan sejumlah uang imbalan, Hamidah tak per nah sekalipun ber t emu dengan Engeline. Tangis
(22)
169 Hamidah semakin menjadi set elah mengatakan bahw a Mar gr iet per nah ber janji akan mer aw at dan menyayangi Engeline dengan baik seper ti anaknya sendir i. Pada gambar ini juga ter lihat samar -samar empat orang pr ia duduk di belakang Hamidah sambil melihat ke ar ahnya. Teknik pengambilan gambar dilakukan secara
close up dengan memper lihat kan secara benda atau objek, ser ta ekspresi dan gestur dar i Hamidah secara mendetil.
Inter pr etan Penampilan Hamidah yang seder hana, tanpa asesor is yang menghiasi dir inya menunjukkan bahw a ibu kandung Engeline ini memang hidup dalam kondisi mempr ihatinkan. Ini juga dibuktikan dengan pengakuan Hamidah bahw a Engeline diber ikan kepada Mar gr iet untuk dijadikan anak angkatnya karena dir inya tak sanggup membayar biaya per salinan. Hamidah bahkan mener ima uang tambahan dar i Margr iet atas hak anak yang diber ikannya. Tangisan disertai gerakan menundukkan kepala seakan ingin menunjukkan bahw a selain ber sedih Hamidah juga merasa malu atas tindakannya yang 'menjual' anaknya kepada Mar gr iet . Janji Mar gr iet kepada Hamidah yang akan meraw at dan menyayangi Engeline juga menandakan bahw a seorang ibu angkat selain mer upakan sosok yang kasar, kejam dan tak segan-segan membunuh anak angkatnya, t er nyata adalah pembohong besar. Karena sepanjang hidupnya Engeline mendapat kan per lakuan yang kasar. Gambar empat orang pr ia yang dibuat samar -samar
(blur ) juga dilakukan untuk member ikan fokus per hatian hanya kepada Hamidah yang t engah ber sedih. Pesan simbolik yang t er lihat adalah bahw a kepedihan dan kesedihan yang amat mendalam membuat seseorang tak akan mampu lagi mengendalikan dirinya dalam situasi apapun. Per bincangan Hamidah juga bahkan har us t er henti saat kepedihan dan kesedihan itu menyerang hatinya. Suar a yang ber ubah menjadi
(23)
170 parau diser tai kepala yang t er tunduk ke baw ah juga menjadi bukti bahw a kepedihan itu amat t eramat dalam dirasakan Hamidah.
Tabel 7. Tabel 2. Makna Sign, Objek, dan Inter pretan teks 5 Sign
Objek Pada gambar ini memper lihat kan seorang pr ia ber kaos merah bercer ita dengan ber semangat sambil memegang mikropon dan mengangkat serta mengepalkan tangan kanannya. Pr ia ini ber nama Franky. Dia mer upakan kerabat dekat Mar gr iet (istr i Franky adalah keponakan Mar gr iet ). Pada gambar ini Franky mengaku per nah tinggal di r umah Mar gr iet ber sama istr inya selama 3 bulan. Fr anky mengaku ser ing melihat Engeline dimarahi ibu angkatnya yang disertai dengan kekerasan fisik, seper ti memukul, dan menjambak r ambut sambil membentur kan kepalanya ke t embok. Karena itu Franky mencont ohkan per lakuan Mar gr iet yang menjambak rambut Engeline dengan tangannya sendir i. Franky juga mengungkapkan bahw a per lakuan kasar yang dilakukan Mar gr iet hanya karena Engeline tidak melakukan tugasnya dengan baik. Pada gambar ini juga t er lihat dua orang pr ia t er paksa har us menggerakkan badan dan
memalingkan penglihatannya ke arah Franky untuk menyimak setiap per kataannya. Teknik pengambilan gambar dilakukan secara
(24)
171
close up untuk memper jelas objek yaitu ekspresi w ajah, gestur ser ta gerakan-gerakan yang menjelaskan sesuatu hal secara mendetil.
Inter pr etan Kaos merah yang dikenakan Franky menandakan bahwa dir inya penuh percaya dir i dan berani untuk mengungkapkan kebenaran yang diyakininya. Meski hanya tinggal dan beker ja di r umah Mar gr iet selama 3 bulan, Franky berani menjadi saksi mata atas keker asan yang kerap dit er ima Engeline semasa hidupnya. Kepalan tangan yang ditunjukkan Franky seakan ingin membuktikan bahw a dir inya yakin betul dengan apa yang disaksikannya selama tinggal ser umah dengan Mar gr iet . Bahkan Franky tak segan-segan mencont ohkan kata-kata makian yang kerap dilontar kan Mar griet kepada Engeline. Sementara dua or ang pr ia yang berada di belakang Franky menunjukkan bahw a per nyataannya patut disimak karena Franky t er lihat mantap menyampaikan kesaksiannya. Franky bahkan tak segan-segan berani ber sumpah di hadapan Tuhannya bahw a semua yang dikatakan adalah benar seper ti yang dilihat dengan mata kepalanya sendir i. Pesan simbolik yang ingin disampaikan pada gambar ini adalah bahw a seor ang ibu angkat mer upakan sosok yang ker ap mencaci maki dengan kata-kata kasar, kejam dan tak segan-segan membunuh anak angkatnya.
5. KESIMPULAN
Jika mer ujuk pada t eor i konstr uksi sosial yang dikemukakan Ber ger dan Luckmann bahw a realitas sosial yang 't er bungkus' dalam tayangan talk show ILC t er sebut t elah ber proses secar a simultan. Ar tinya ada proses menar ik keluar
(25)
172 (ekst er nalisasi) sehingga seakan-akan hal itu ber ada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penar ikan kembali ke dalam (int er nalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar t er sebut seakan-akan berada dalam dir i atau kenyataan subyektif. Namun pada kenyataannya, realitas sosial itu berdir i sendir i tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas t er sebut . Realitas sosial memi liki makna, manakala realitas sosial dikonstr uksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkostr uksi realitas sosial, dan merekonstr uksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasar kan subyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
Manusia dalam ber int eraksi akan membuat dan menggunakan simbol-simbol, hal ini oleh Ber ger dan Luckmann diistilahkan ext er nalizat ion. Pada saat t erekst ernalisasi, simbol-simbol menjadi t erobjektifikasi, maksudnya bahw a simbol itu kemudian menjadi perantara manusia untuk ber int eraksi, simbol mempunyai keber adaannya dan suatu makna yang penting yang kemudian menjadi independen dar i pencipta aslinya. Sehingga dalam penelitian ini peneliti melihat ada pemahaman atau penafsiran bar u dar i pemir sa t elevisi dalam hal ini pemir sa ILC TVONE bahw a dar i per istiw a pembunuhan Engeline yang dilakukan ibu angkatnya Mar gr iet Megaw e. Jika kita memahami bahw a seor ang ibu adalah sebagai sosok yang t er buka, kooperatif, dan lebih menger ti mengenai per kembangan anak sekaligus pember i rasa aman, kasih sayang, t empat curahan hati dan pengatur kehidupan r umah tangga.
Namun saat ini ibu digambar kan sebagai sosok yang keras, kasar, kejam, dan tak segan-segan menghabisi nyaw a anak angkatnya. Bahkan peneliti melihat hal t er sebut sudah t er jadi pelumrahan. Hal ini disebabkan karena media massa t er us mener us 'membombardir ' r uang kognisi masyarakat lew at pember itaan. Tanpa t er kecuali TVONE yang merasa per lu untuk membincangkan kasus t er sebut lebih ser ius dalam tayangan talk show ILC. Sehingga masyarakat akan mengikuti simbol t er sebut yang t elah melalui proses int er nalisasi dar i simbol-simbol yang diobjektifikasi. Jadi pada dasar nya setiap
(26)
173 manusia mengkonstr uksikan realitas sosial dimana proses subjektif menjadi t erobjektif dalam kehidupan sosial.
Dar i hasil analisis di atas dapat dikemukakan bahw a dalam tayangan itu, ibu direpresentasikan sebagai sosok yang kasar, kejam dan t ega membunuh anaknya. Sosok ibu dalam tayangan itu bert olak belakang dengan representasi ibu dalam masyarakat yaitu sosok yang sangat menyayangi anaknya, penuh kehangatan dan keramahan, mampu menger ti kebutuhan dan keinginan anak-anaknya. Dengan demikian dalam kajian t eks media (dialog ILC TVONE) dit emukan sebuah r epresentasi ibu yang bar u.
DAFTAR PUSTAKA
Almanak Per s Antara, 1976.
Bar ker, Chr is. 2013. Cultural Studies: Teor i & Praktik. Yogyakar ta: Kr easi Wacana.
Ber ger, Pet er L, Luckmann, Thomas. 1996. The Social Constr uction of Reality A Treatise in t he Sociology of Know ledge, New Yor k.
Budi HH, Setio. 2000. Teknik-t eknik Analisa Media. Yogyakar ta: Univer sitas Atma Jaya.
Budiman, Kr is. 2011. Semiotika Visual: Konsep, I su, dan Problem Ikonisitas. Jalasutra, Yogyakar ta.
Bungin, Bur han. 2001. Imaji Media Massa: Konstr uksi dan Makna Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Jendela, Yogyakar ta.
... 2003. Por nomedia: Kontr uksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakar ta: Kencana.
(27)
174 Penafsiran Teks. Jakar ta : Raja Grafindo Per sada
... 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana, Jakar ta.
Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda dan Makna. Jalasutra, Yogyakar ta.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. I lmu, Teor i dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Gautama dkk, Chandra. 2010. Ashadi Siregar : Penjaga Akal Sehat dar i Kampus Bir u. Kepustakaan Populer Gramedia & Fisipol UGM, Yogyakar ta.
Hall, S. 1997. Representation: cultur al r epr esent at ions and signifying pr act ices. London: SAGE Publications.
Hamad, Ibnu, Sudibyo, Agus dan Qodar, Muhamad. 2001. Kabar -kabar Kebencian Prasangka Agama di Media Massa: ISAI. Jur nal Pantau, 2000. Kompas, Surat Kabar. 24 Juli 2015. Rehabilitasi Pelaku Minim: Kekerasan
Ter hadap Anak Rentan Ber ulang. Jakar ta
Mar vin de Fleur. 1996. Theor y of Mass Communication. New Yor k. Long man. Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika: Paradigma, Teor i, dan Met ode
Int erpretasi Tanda dar i Semit oka Str uktural hingga Dekonstr uksi Praktis. Pustaka Setia, Bandung.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remadja Kar ya. ...2009. Semi otika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakar ya, Bandung Soekant o, Sur yono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajaw ali Per s. Jakar ta. St ephen W. Litt le Jhon, Theor ies of Human Communication, Wadsw or t h,
(28)
175 Subiyakt o, Henr y. 1997. Dominasi Negara dan Wacana Pember itaan Per s, dalam
Basis Susilo (ed.), Masyarakat dan Negara. AUP.
Sugiyono. 2010. Met ode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung
Sunar t o. 2009. Televisi, Keker asan, & Perempuan. PT. Kompas Media Nusantara, Jakar ta.
Szt ompka, Piotr. 2004. Sosiologi Per ubahan Sosial. Pr enada, Jakar ta.
Wignyosoebrot o, Soetandyo. 2004. Nor ma dan Ni lai Sosial, dalam Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Kencana, Jakar ta.
Williams, Raymond. 2009. Televisi. Resist Book, Yogyakar ta.
Yatim and Ir w ant o.1991. Kepr ibadian, Keluar ga, dan Nar kotika: Tinjauan Sosial Psikologis. Jakar ta: Arcan
Sumber Inter net:
http:/ / w w w.kompasiana.com/ hanna-ch/
tragedi-angeline-kepolosan-vs-kepalsuan_557d4650c523bddb6a31ee4d, diunduh 31 Juli 2015, pukul
14.27 WIB
http:/ / indonesiasatu.kompas.com/ read/ 2015/ 06/ 18/ 18484511/ Kata.Francky.
Setiap.Har i.Engeline.Ser ing.Dibentak.dan.Dipukul.Mar gr iet, diunduh 1
Agustus 2015, pukul 04.08 WIB
http:/ / m.new s.viva.co.id/ new s/
read626485-komnas-pa--ada-339-kasus-keker asan-pada-anak-selama-2015 diakses 23 Juli 2015, pukul 08.49 WIB
http:/ / cimengayan.blogspot .com/ p/ ibu-tir i-dan-ibu-angkat .html, diunduh 2 Agustus 2015 pukul 21.28 WIB.
(29)
176 ng.dan.Kubur.di.Septic.Tank.Apa.Alasan.Sang.Ibu., di unduh 2 Agustus 2015 pukul 21.58 WIB
http:/ / w w w.kompasiana.com/ oplosan/
kejamnya-ibu-angkat-sekejam-ibu-tir i_559124b0aa23bd6b21bfb91b, diunduh 2 Agustus 2015 pukul
21.50 WIB
(1)
171 close up untuk memper jelas objek yaitu ekspresi w ajah, gestur ser ta gerakan-gerakan yang menjelaskan sesuatu hal secara mendetil.
Inter pr etan Kaos merah yang dikenakan Franky menandakan bahwa dir inya penuh percaya dir i dan berani untuk mengungkapkan kebenaran yang diyakininya. Meski hanya tinggal dan beker ja di r umah Mar gr iet selama 3 bulan, Franky berani menjadi saksi mata atas keker asan yang kerap dit er ima Engeline semasa hidupnya. Kepalan tangan yang ditunjukkan Franky seakan ingin membuktikan bahw a dir inya yakin betul dengan apa yang disaksikannya selama tinggal ser umah dengan Mar gr iet . Bahkan Franky tak segan-segan mencont ohkan kata-kata makian yang kerap dilontar kan Mar griet kepada Engeline. Sementara dua or ang pr ia yang berada di belakang Franky menunjukkan bahw a per nyataannya patut disimak karena Franky t er lihat mantap menyampaikan kesaksiannya. Franky bahkan tak segan-segan berani ber sumpah di hadapan Tuhannya bahw a semua yang dikatakan adalah benar seper ti yang dilihat dengan mata kepalanya sendir i. Pesan simbolik yang ingin disampaikan pada gambar ini adalah bahw a seor ang ibu angkat mer upakan sosok yang ker ap mencaci maki dengan kata-kata kasar, kejam dan tak segan-segan membunuh anak angkatnya.
5. KESIMPULAN
Jika mer ujuk pada t eor i konstr uksi sosial yang dikemukakan Ber ger dan Luckmann bahw a realitas sosial yang 't er bungkus' dalam tayangan talk show ILC t er sebut t elah ber proses secar a simultan. Ar tinya ada proses menar ik keluar
(2)
172 (ekst er nalisasi) sehingga seakan-akan hal itu ber ada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penar ikan kembali ke dalam (int er nalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar t er sebut seakan-akan berada dalam dir i atau kenyataan subyektif. Namun pada kenyataannya, realitas sosial itu berdir i sendir i tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas t er sebut . Realitas sosial memi liki makna, manakala realitas sosial dikonstr uksi dan dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkostr uksi realitas sosial, dan merekonstr uksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasar kan subyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
Manusia dalam ber int eraksi akan membuat dan menggunakan simbol-simbol, hal ini oleh Ber ger dan Luckmann diistilahkan ext er nalizat ion. Pada saat t erekst ernalisasi, simbol-simbol menjadi t erobjektifikasi, maksudnya bahw a simbol itu kemudian menjadi perantara manusia untuk ber int eraksi, simbol mempunyai keber adaannya dan suatu makna yang penting yang kemudian menjadi independen dar i pencipta aslinya. Sehingga dalam penelitian ini peneliti melihat ada pemahaman atau penafsiran bar u dar i pemir sa t elevisi dalam hal ini pemir sa ILC TVONE bahw a dar i per istiw a pembunuhan Engeline yang dilakukan ibu angkatnya Mar gr iet Megaw e. Jika kita memahami bahw a seor ang ibu adalah sebagai sosok yang t er buka, kooperatif, dan lebih menger ti mengenai per kembangan anak sekaligus pember i rasa aman, kasih sayang, t empat curahan hati dan pengatur kehidupan r umah tangga.
Namun saat ini ibu digambar kan sebagai sosok yang keras, kasar, kejam, dan tak segan-segan menghabisi nyaw a anak angkatnya. Bahkan peneliti melihat hal t er sebut sudah t er jadi pelumrahan. Hal ini disebabkan karena media massa t er us mener us 'membombardir ' r uang kognisi masyarakat lew at pember itaan. Tanpa t er kecuali TVONE yang merasa per lu untuk membincangkan kasus t er sebut lebih ser ius dalam tayangan talk show ILC. Sehingga masyarakat akan mengikuti simbol t er sebut yang t elah melalui proses int er nalisasi dar i simbol-simbol yang diobjektifikasi. Jadi pada dasar nya setiap
(3)
173 manusia mengkonstr uksikan realitas sosial dimana proses subjektif menjadi t erobjektif dalam kehidupan sosial.
Dar i hasil analisis di atas dapat dikemukakan bahw a dalam tayangan itu, ibu direpresentasikan sebagai sosok yang kasar, kejam dan t ega membunuh anaknya. Sosok ibu dalam tayangan itu bert olak belakang dengan representasi ibu dalam masyarakat yaitu sosok yang sangat menyayangi anaknya, penuh kehangatan dan keramahan, mampu menger ti kebutuhan dan keinginan anak-anaknya. Dengan demikian dalam kajian t eks media (dialog ILC TVONE) dit emukan sebuah r epresentasi ibu yang bar u.
DAFTAR PUSTAKA
Almanak Per s Antara, 1976.
Bar ker, Chr is. 2013. Cultural Studies: Teor i & Praktik. Yogyakar ta: Kr easi Wacana.
Ber ger, Pet er L, Luckmann, Thomas. 1996. The Social Constr uction of Reality A Treatise in t he Sociology of Know ledge, New Yor k.
Budi HH, Setio. 2000. Teknik-t eknik Analisa Media. Yogyakar ta: Univer sitas Atma Jaya.
Budiman, Kr is. 2011. Semiotika Visual: Konsep, I su, dan Problem Ikonisitas. Jalasutra, Yogyakar ta.
Bungin, Bur han. 2001. Imaji Media Massa: Konstr uksi dan Makna Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Jendela, Yogyakar ta.
... 2003. Por nomedia: Kontr uksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakar ta: Kencana.
(4)
174 Penafsiran Teks. Jakar ta : Raja Grafindo Per sada
... 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana, Jakar ta.
Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda dan Makna. Jalasutra, Yogyakar ta.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. I lmu, Teor i dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Gautama dkk, Chandra. 2010. Ashadi Siregar : Penjaga Akal Sehat dar i Kampus Bir u. Kepustakaan Populer Gramedia & Fisipol UGM, Yogyakar ta.
Hall, S. 1997. Representation: cultur al r epr esent at ions and signifying pr act ices. London: SAGE Publications.
Hamad, Ibnu, Sudibyo, Agus dan Qodar, Muhamad. 2001. Kabar -kabar Kebencian Prasangka Agama di Media Massa: ISAI. Jur nal Pantau, 2000. Kompas, Surat Kabar. 24 Juli 2015. Rehabilitasi Pelaku Minim: Kekerasan
Ter hadap Anak Rentan Ber ulang. Jakar ta
Mar vin de Fleur. 1996. Theor y of Mass Communication. New Yor k. Long man. Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika: Paradigma, Teor i, dan Met ode
Int erpretasi Tanda dar i Semit oka Str uktural hingga Dekonstr uksi Praktis. Pustaka Setia, Bandung.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remadja Kar ya. ...2009. Semi otika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakar ya, Bandung Soekant o, Sur yono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajaw ali Per s. Jakar ta. St ephen W. Litt le Jhon, Theor ies of Human Communication, Wadsw or t h,
(5)
175 Subiyakt o, Henr y. 1997. Dominasi Negara dan Wacana Pember itaan Per s, dalam
Basis Susilo (ed.), Masyarakat dan Negara. AUP.
Sugiyono. 2010. Met ode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung
Sunar t o. 2009. Televisi, Keker asan, & Perempuan. PT. Kompas Media Nusantara, Jakar ta.
Szt ompka, Piotr. 2004. Sosiologi Per ubahan Sosial. Pr enada, Jakar ta.
Wignyosoebrot o, Soetandyo. 2004. Nor ma dan Ni lai Sosial, dalam Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Kencana, Jakar ta.
Williams, Raymond. 2009. Televisi. Resist Book, Yogyakar ta.
Yatim and Ir w ant o.1991. Kepr ibadian, Keluar ga, dan Nar kotika: Tinjauan Sosial Psikologis. Jakar ta: Arcan
Sumber Inter net:
http:/ / w w w.kompasiana.com/ hanna-ch/
tragedi-angeline-kepolosan-vs-kepalsuan_557d4650c523bddb6a31ee4d, diunduh 31 Juli 2015, pukul 14.27 WIB
http:/ / indonesiasatu.kompas.com/ read/ 2015/ 06/ 18/ 18484511/ Kata.Francky. Setiap.Har i.Engeline.Ser ing.Dibentak.dan.Dipukul.Mar gr iet, diunduh 1 Agustus 2015, pukul 04.08 WIB
http:/ / m.new s.viva.co.id/ new s/
read626485-komnas-pa--ada-339-kasus-keker asan-pada-anak-selama-2015 diakses 23 Juli 2015, pukul 08.49 WIB
http:/ / cimengayan.blogspot .com/ p/ ibu-tir i-dan-ibu-angkat .html, diunduh 2 Agustus 2015 pukul 21.28 WIB.
(6)
176 ng.dan.Kubur.di.Septic.Tank.Apa.Alasan.Sang.Ibu., di unduh 2 Agustus 2015 pukul 21.58 WIB
http:/ / w w w.kompasiana.com/ oplosan/ kejamnya-ibu-angkat-sekejam-ibu-tir i_559124b0aa23bd6b21bfb91b, diunduh 2 Agustus 2015 pukul 21.50 WIB