ANALISIS RASIO MARJIN KONTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN BIAYA TUNAI SEBAGAI ALAT DALAM PENETAPAN HARGA PRODUK DAN BREAK EVEN POINT PRODUK.

(1)

DAN BREAK EVEN POINT PRODUK

(Studi Kasus Pada Home Industri di Wedoro Waru, Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan oleh : TITI MARTASARI

0813010021/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh : TITI MARTASARI

0813010021/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

ANALISIS RASIO MARJIN KONTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN BIAYA TUNAI SEBAGAI ALAT DALAM PENETAPAN HARGA PRODUK

DAN BREAK EVEN POINT PRODUK

(Studi Kasus Pada Home Industri di Wedoro Waru, Sidoarjo)

yang diajukan

TITI MARTASARI 0813010021 / FE / EA

Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh:

Pembimbing Utama

DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal : ... NIP. 196104021988031001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

DRS. H. RAHMAN. A. SUWAIDI, MS NIP. 196003301986031003


(4)

(Studi Kasus Pada Home Industri di Wedoro Waru, Sidoarjo) Disusun Oleh :

TITI MARTASARI 0813010021 / FE / EA Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 20 April 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

DRS.EC. MUNARI, MM DRS.EC. MUNARI, MM

NIP. 196104021988031001 NIP. 196104021988031001 Sekertaris

DRS. EC. EKO RIYADI, MAKS

NIP. 195705011991091001

Anggota

DRA. EC. ANIK YULIATI, MAKS

NIP. 196108311992032001

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

DR. H. DHANI ICHSANUDDIN NUR, MM NIP. 196309241989031001


(5)

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “ANALISIS RASIO MARJIN KONTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN BIAYA TUNAI SEBAGAI ALAT DALAM PENETAPAN HARGA PRODUK DAN BREAK EVEN POINT PRODUK (Studi Kasus Pada Home Industri, Wedoro, Waru, Sidoarjo)”.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Akuntansi, di Fakultas Ekonomi Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik bersifat bimbingan petunjuk maupun kesempatan berdiskusi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(6)

4. Bapak Drs. Ec. Munari, MM., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam menyusun skripsi.

5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi., selaku dosen wali di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak M. Taufik selaku pemilik perusahaan yang telah membantu dan memberikan informasi untuk memperoleh data yang saya butuhkan.

8. Bapak dan Ibu kedua orang tua tercinta, penulis menyampaikan sembah sujud yang tulus atas doa dan segala jerih payah serta pengorbanannya dalam mendidik penulis hingga saat ini.

9. Saudara, sahabat, dan teman-teman semuanya yang sudah memberikan motivasi, semangat dan dukungannya selama ini dalam suka maupun duka.


(7)

sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis dengan kerendahan hati mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi.

Surabaya, April 2012

Penulis


(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Fokus Penelitian... 5

1.3. Perumusan Masalah... 6

1.4. Tujuan Penelitian... 7

1.5. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan teori...……... 11

2.1.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah... 11

2.1.1.1. Petingnya sektor UMKM bagi Perekonomian...…... 13

2.1.1.2. Kendala yang dihadapi sektor UMKM.….……...…... 15

2.2.2. Pengertian Biaya...………...……...………... 15


(9)

2..2.4.1. Peranan Harga...………….……..…..……... 25

2.2.4.2. Strategi Penetapan Harga... 27

2.2.4.3 Strategi Penyesuaian Harga.………... 30

2.2.5. Produk...………... 32

2.2.6. Break Even Point... 33

2.2.6.1. Pengertian Break Even Point...34

2.2.6.2. Manfaat Break Even Point...36

2.2.6.3. Tujuan Titik Impas (BEP)...37

2.2.6.4. Asumsi-asumsi Dalam Analisa BEP...38

2.3. Kerangka Berpikir...40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 42

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti... 45

3.3. Informan... 46

3.4. Lokasi Penelitian... 47

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 47

3.6. Teknis Analisis... 50

3.7. Pengujian Kredibilitas Data... 52

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan... 56

4.2. Industri UMKM di Wedoro Waru Sidoarjo... 57


(10)

4.7. Karyawan... 63 4.8. Industri UMKM di Indonesia... 65 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel... 69 5.2 Menghitung Marjin Kontribusi Produk dan Break Even Point Produk... 73 5.3 Keterbatasan Penelitian... 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 77 6.2. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Tabel 1 Main Research Question...53 Tabel 2 ...72 Tabel 3 ...74


(12)

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 : Surat Pernyataan

Lampiran 3 : Desain Reseach Penelitian Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian


(14)

Oleh: Titi Martasari

ABSTRAK

Kondisi persaingan bisnis yang semakin kompetitif menjadikan perusahaan semakin sulit untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Hal ini menjadikan strategi penentuan harga merupakan faktor yang krusial bagi perusahaan. Kesalahan didalam menetapkan harga produk akan menjadikan produk tersebut tidak diminati oleh konsumen. Dalam kaitan tersebut, sektor UMKM juga tidak lepas dari pentingnya strategi penetapan harga. Makin menjamurnya sentra-sentra industri UMKM membuat persaingan disektor UMKM juga makin tinggi. Hal ini menjadikan perang harga merupakan pilihan yang banyak digunakan karena keterbatasan sumber daya yang mereka pilih.

Adapun tujuan dari penelitian yang laksanakan ini adalah sebagai berikut: ingin mengetahui macam dan perilaku biaya yang terdapat pada perusahaan, ingin mengetahui dan menghitung berapa besarnya biaya variabel yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh tiap jenis produk, Menghitung dan menunjukkan harga jenis produk, dan mendeskripsikan pengaruh rasio marjin kontribusi terhadap titik pulang pokok / break even point produk dan penentuan komposisi produk.

Kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut: home Industri di Wedoro Waru, Sidoarjo selama ini tidak melakukan pemisahan atas biaya-biaya yang ada kedalam elemen biaya variabel maupun biaya tetap, rasio marjin kontribusi dari produk yang ada adalah cukup tinggi yaitu sebesar 22,7%, perusahaan akan mencapai titik pulang pokok(break even point- BEP) apabila mampumenjuala produk sebanyak 3 kodi per bulan.


(15)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan didirikan dengan harapan akan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik. Oleh karenanya diperlukan kemampuan dari pihak manajemen dari perusahaan untuk mengelolah perusahaan agar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Adapun untuk dapat mencapai suatu tujuan dengan baik maka perlu suatu rencana dari aktivitas yang akan dilakukan oleh manajemen.

Suatu rencana, akan memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan, dan bagaimana untuk melakukan kegiatan tertentu. Sehingga dengan rencana tersebut maka dapat dihindari adanya inefisiensi dalam perusahaan. Lebih dari itu dengan suatu rencana maka suatu kegiatan dapat dinilai keberasilannya, yang dalam lingkup yang lebih luas dapat disebutkan bahwa keberasilan suatu perusahaan dinilai berdasarkan performancenya. Sehingga evaluasi yang dimaksud disini bukan hanya keberasilan untuk memperoleh laba, tetapi juga perlu proses untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Dimana proses tersebut meliputi:


(16)

pembuatan rencana, penentuan tingkat kegiatan (pelaksanaan rencana) dan pada akhir yaitu evaluasi keberasilan usaha.

Kondisi persaingan bisnis yang semakin kompetitif menjadikan perusahaan semakin sulit untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Hal ini menjadikan strategi penentuan harga merupakan faktor yang krusial bagi perusahaan. Kesalahan didalam menetapkan harga produk akan menjadikan produk tersebut tidak diminati oleh konsumen.

Dalam kaitan tersebut, sektor UMKM juga tidak lepas dari pentingnya strategi penetapan harga. Makin menjamurnya sentra-sentra industri UMKM membuat persaingan disektor UMKM juga makin tinggi. Hal ini menjadikan perang harga merupakan pilihan yang banyak digunakan karena keterbatasan sumber daya yang mereka pilih.

Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu adalah tugas dari manajemen untuk merencanakan perusahaannya, agar sedapat mungkin semua kesempatan dan kemungkinan di masa yang akan datang telah disadari dan telah direncanakan cara menghadapinya sedini mungkin. Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah pengambilan keputusan dalam pemilihan berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan.


(17)

 

 

Adapun ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh. Sedangkan laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor: harga jual produk, biaya dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual produk untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan, harga jual dipengaruhi volume penjualan, penjualan mempengaruhi langsung volume produksi dan volume produksi akan mempengaruhi biaya. Oleh karena itu dalam perencanaan, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang manajemen memerlukan informasi untuk melihat berbagai macam kemungkinan yang berakibat pada laba yang akan datang.

Agar dapat tetap survive dan berkembang maka suatu perusahaan dituntut untuk dapat memperoleh laba dari operasinya, sehingga oleh karenanya masing-masing perusahaan saling berlomba untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, sebab dengan laba yang semakin besar ini maka memungkinkan bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Besar kecilnya laba disini ditentukan pula oleh tingkat penjualan yang berhasil dicapai. Oleh karena itu perlu suatu rencana penjualan bagi perusahaan guna mencapai suatu laba tertentu. Sebuah rencana penjualan akan meliputi berapa volume penjualan yang harus dicapai, serta berapa nilai penjualan dalam rupiah, sehingga dari keduanya


(18)

maka dapat diperkirakan berapa harga jual produk yang kita hasilkan nantinya.

Selama struktur biaya yang ada pada perusahaan dapat dikelompokkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel maka dapat dilakukan suatu analisis terhadap marjin kontribusi maupun analisis impas. Dengan demikian semakin tinggi volume produksi akan semakin tinggi biaya produk per unit yang dihasilkan.

Kenyataan yang demikian ini akan mempengaruhi stategi penetapan harga dari perusahaan pada akhirnya. Sehingga terdapat kecenderungan perusahaan-perusahaan yang berproduksi tinggi memiliki harga jual yang lebih murah atau dengan kata lain akan mempengaruhi tingkat kompetitif perusahaan.

Sebagai suatu organisasi bisnis yang profit oriented, perusahaan senantiasa dituntut untuk dapat memperoleh laba. Untuk itu pemahaman yang baik mengenai marjin kontribusi akan bermanfaat bagi manajer, dimana melalui pendekatan marjin kontribusi dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan didalam penentuan harga produk yang akan dijual. Pendapatan utama dari suatu perusahaan industri adalah berasal dari jumlah produk yang akan dijual, sehingga berdasarkan spesifikasi bentuk, ukuran maupun mutu dari produk yang diberikan dapat ditentukan berapa harga yang sesuai dengan produk tersebut. Yaitu dengan mengkalkulasi total biaya yang dikeluarkan dan berapa marjin yang diharapkan.


(19)

 

 

Dari uraian diatas maka pemahaman terhadap marjin kontribusi didalam keputusan penetapan tarif produk sangat perlu. Sehingga judul didalam skripsi ini adalah ”ANALISIS RASIO MARJIN KONTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN BIAYA TUNAI SEBAGAI ALAT DALAM PENETAPAN HARGA PRODUK DAN BREAK EVEN POINT PRODUK”.

1.2. Fokus Penelitian

Karena luasnya dimensi dalam penelitian kualitatif, maka dalam penelitian diperlukan adanya suatu fokus penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan biaya yang diamati hanya sebatas biaya tunai. Yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan secara kas oleh perusahaan. Hal ini mengingat beragamnya biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Sehingga dengan memfokuskan pada biaya tunai tersebut, penelitian akan dapat lebih terarah. Selain itu dari sudut pandang pengusaha utamanya pengusaha kecil, biaya tunai tersebut yang menjadi perhatian utama mereka, karena yang langsung berkaitan dengan kondisi kas perusahaan.

Namun demikian pemilihan fokus pada biaya tunai tersebut juga tidak bertentangan dengan teori yang ada, karena guna analisis rasio


(20)

marjin kontribusi maupun perhitungan break even point yang digunakan, seluruh variabel yang dipakai perhitungan dapat terwakili.

1.3. Perumusan Masalah

Bagi setiap perusahaan dalam bentuk apapun, tentulah menghadapi atau dihadapkan pada suatu permasalahan yang merupakan kesukaran yang harus diatasi dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan perusahaan.

Keputusan mengenai penetapan harga merupakan salah satu masalah yang cukup sulit bagi perusahaan. Karena banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan harga jual, baik dari dalam perusahaan seperti biaya produksi dan biaya lain-lain yang relevan, laba yang diinginkan, tujuan perusahaan dan sebagainya. Sedangkan faktor dari luar antara lain persaingan, luas pasar, sifat produk dan sebagainya. Sehingga penentuan harga jual seringkali tidak dapat sekali diambil untuk digunakan seterusnya. Dengan beberapa kali rivisi akan membuat harga jual betul-betul bisa digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan perusahaan.

Untuk ini diperlukan pula kecermatan dalam mengklasifikasikan jenis-jenis biaya yang ada sehingga perhitungan yang dilakukan akan lebih akurat. Kesalahan pihak manajemen dalam mengklasifikasikan biaya-biaya ini akan mengakibatkan kekeliruan dalam penetapan harga produk, dan pada akhirnya akan menyesatkan pada kalkulasi break event point bagi perusahaan.


(21)

 

 

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan rasio marjin kontribusi sebagai alat penetapan harga produk ?

2. Berapakah produk yang harus terjual untuk mencapai break even point ?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang laksanakan ini adalah sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui macam dan perilaku biaya yang terdapat pada perusahaan.

2. Ingin mengetahui dan menghitung berapa besarnya biaya variabel yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh tiap jenis produk.

3. Menghitung dan menunjukkan harga jenis produk.

4. Mendeskripsikan pengaruh rasio marjin kontribusi terhadap titik pulang pokok / break even point produk dan penentuan komposisi produk.

1.5. Manfaat Penelitian

Sedang dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:


(22)

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan dalam merencanakan laba berdasarkan jenis produk yang dihasilkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan tentang penetapan harga dari jenis produk.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka di dukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis:

1. Ikhwan Aryan Aditantra (2011)

“Analisis Pemahaman Laba Dalam Penentuan Laba Optimal: Studi Kasus Pada Pedagang Keliling”

a. Permasalahan

1) Pemahaman apakah yang dikembangkan pedagang keliling dan menentukan laba?

2) Apakah pemahaman tersebut mendorong pemahaman yang bersangkutan mengenai perolehan laba optimal?

3) Apakah akuntansi sebagai informasi telah digunakan dalam penentuan laba yang optimal?

b. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemahaman pedagang keliling dalam mendefinisikan laba


(24)

menciptakan perilaku yang objektif dan akurat mengenai pemahaman akuntansi yang digunakan oleh pedagang keliling. Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami bagaimana pedagang keliling mampu menggunakan akuntansi sebagai informasi dalam penentuan laba yang optimal.

c. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang keliling memiliki konsep laba yang unik yang terbentuk dari pemahaman-pemahaman serta pengalaman-pengalaman selama pedagang beroperasi. Masing-masing pedagang memiliki ciri khas sendiri dalam proses analisis cost, volume, dan profit mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aspek sosial mempengaruhi analisis operasi pedagang keliling.

2. Frinta Pratamasari (2008)

“Peranan Analisis Break Even Point Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen Dalam Menunjang Efektivitas Laba Perusahaan (Studi Kasus pada PT MBT Utama)”

a. Permasalahan

1. Apakah perusahaan telah melakukan analisis break even point untuk produk yang dihasilkan dengan memadai ?


(25)

 

10 

2. Bagaimana peran analisis break even point dalam menunjang efektivitas laba perusahaan ?

b. Tujuan

1. Untuk mengetahui perusahaan telah melakukan analisis break even point untuk produk yang dihasilkan dengan memadai.

2. Untuk mengetahui peranan analisis break even point dalam penunjang efektivitas laba pada perusahaan.

c. Kesimpulan

Dengan melakukan analisis break even point, manajemen akan memperoleh informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian oleh karena itu, analisis break even point merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba sehingga manajemen dapat memilih berbagai usulan kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba dimasa yang akan datang.

3. Afrohah Fatimatuz Zahroh (2003)

“Analisis Marjin Kontribusi Untuk Penentuan Kombinasi Produk Pada Perusahaan Pakaian Jadi (Studi Kasus pada UD. Denny, Malang)


(26)

a. Permasalahan

1. Apakah marjin kontribusi sebagai alat penentuan kombinasi produk sudah tepat ?

2. Jenis produk manakah yang mempunyai marjin kontribusi terbesar ?

b. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui kegunaan analisis marjin kontribusi dalam penentuan kombinasi produk, kedua untuk mengetahui jenis produk manakah yang mempunyai marjin kontribusi terbesar, dan yang ketiga untuk mengetahui tingkat produk yang dapat menyumbangkan laba yang optimal bagi perusahaan.

c. Kesimpulan

Dari hasil analisis marjin kontribusi dapat disimpulkan bahwa produk busana muslim II mempunyai marjin kontribusi tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Sebaiknya perusahaan dapat meningkatkan nilai marjin kontribusi bila perusahaan menginginkan laba yang maksimal dengan melakukan pemilihan


(27)

 

12 

kombinasi produk yang tepat, disamping itu perusahaan juga perlu memperluas jaringan pemesarannya sehingga produk yang diproduksi dapat terjual seluruhnya dengan kapasitas produksi yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Dalam Galeri UMKM, dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan menengah . pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:

1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Jumlah aset dan omset yang dimiliki sebesar minimal 50 Juta dan maksimal 300 Juta.


(28)

2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. Jumlah aset dan omset yang dimiliki sebesar minimal > 50 Juta - 500 Juta dan maksimal > 300 Juta - 2,5 Miliar.

3. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Jumlah aset dan omset yang dimiliki sebesar minimal > 500 Juta - 10 Miliar dan maksimal > 2,5 miliar - 50 miliar.

http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm 


(29)

 

14 

2.2.1.1. Pentingnya sektor UMKM bagi perekonomian

Dalam Samuel’s Blog Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UMKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UMKM telah terbukti dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembagunan ekonomi Indonesia. Sektor UMKM telah terbukti tangguh ketika terjadi krisis ekonomi, hanya sektor UMKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan di tengah krisis moneter. Pertama, sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. Kedua, sebagaian besar UMKM tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah, maka UMKM ikut terganggu


(30)

kegiatan usahanya. Sedangkan usaha besar dapat bertahan. Di Indonesia, UMKM mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan askesnya terhadap perbankan sangat rendah. Terbukti saat krisis global yang terjadi, UMKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada.

http://samuelhasiholan.wordpress.com/2011/05/12/peran-sektor-ukm-pada-ekonomi-indonesia/

2.2.1.2. Kendala yang dihadapi sektor UMKM

Dalam forum dekan fakultas se-Indonesia, banyak permasalahan yang dihadapi UMKM ini, dari permasalahan keuangan hingga permasalahan pemasaran, dari permasalahan kurangnya perhatian pemerintah hingga kurangnya kepercayaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk lokal dan sekarang dihadapkan kepada persaingan dengan negara-negara Asia Tenggara. Ancaman persaingan global sudah sejak awal disadari oleh semua pihak, namun persiapan industri kecil dan menengah untuk memperoleh daya saing tidak mempu menghadapi kondisi saat ini. Masih banyak persoalan-persoalan yang harus diselesaikan


(31)

 

16 

baik secara nasional maupun kedaerahan dengan merujuk kepada UU No 20 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan menengah.

http://fe.unsyiah.ac.id/forum-dekan-fakultas-ekonomi-se-indonesia/

2.2.2. Pengertian Biaya

Menurut Horngen, Charles T., dkk (2005:34), mendefinisikan biaya (cost) sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan baku atau iklan) biasanya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.

Menurut Supriyono (2000:16), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

Menurut Simamora (2002:36) (Tryusnita’s blog), biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi.


(32)

Menurut Kholmi (Tryusnita’s blog), biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat disaat sekarang atau dimasa yang akan datang bagi perusahaan.

Menurut Prawironegoro dan Purwanti (2008:49) (Tryusnita’s blog) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.

Menurut Mulyadi (2009:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah jadi, sedang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Menurut Mulyadi (2009:13), Biaya digolongkan sebagai berikut:

1. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan ini merupakan pengolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.

2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:


(33)

 

18 

a.Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya produksi, biaya sampel, dan lain-lain.

c.Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dan lain-lain.

3. Menurut Hubungannya Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan, yaitu:

a. Biaya Langsung, merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya Tidak langsung, biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya


(34)

dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.

4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Biaya tetap, biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan tertentu, contohnya gaji direktur produksi.

b. Biaya Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contohnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

c. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contohnya biaya listrik yang digunakan.

d. Biaya Semi Tetap, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu

5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu:


(35)

 

20 

a. Pengeluaran Modal, yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.

b. Pengeluaran Pendapatan, pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.

Biaya tunai merupakan biaya yang akan memerlukan pengeluaran kas sekarang atau dalam jangka waktu dekat sebagai akibat dari ketulusan manajemen. Sebagai contoh manajemen memutuskan untuk menerima pesanan pembuatan produk dari pelanggan. Dalam hal ini biaya bahan baku dan tenaga kerja adalah contoh biaya tunai.

http://tryusnita.wordpress.com/2009/05/06/biaya-berbagai-macam-pengertian-biaya/

2.2.3. Pengertian Marjin Kontribusi

Bagi perusahaan, mereka senantiasa mengharapkan adanya suatu laba dari usaha mereka, oleh karenanya mereka berusaha untuk memperkirakan besarnya laba yang akan diperolehnya. Untuk ini mereka pada umumnya telah menetapkan suatu marjin tertentu dari produk yang dijualnya.


(36)

Sedangkan yang dimaksud dengan marjin kontribusi menurut Riyanto (2010:278) adalah penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya variabel merupakan bagian dari penghasilan yang tersedia untuk menutup biaya tetap biasanya dinamakan contribution margin atau contribution to fixed cost.

Adapun menurut Menurut Horngen, Charles T., dkk (2005:90) marjin kontribusi sama dengan penjualan dikurangi semua beban variabel.

Jadi apabila marjin kontribusi lebih besar daripada biaya tetap, maka berarti penghasilan lebih besar daripada total biaya, sehingga dengan demikian perusahaan akan memperoleh laba. Sehingga demikian marjin kontribusi tersebut menunjukkan jumlah yang tersedia untuk menutup semua biaya tetap, dan setelah semua biaya tetap telah tertutup maka sisanya adalah penghasilan laba dari periode yang bersangkutan. Dan sebaliknya apabila marjin kontribusi yang tersedia tidak cukup untuk menutup biaya tetap yang ada maka akan terjadi suatu kerugian pada periode tersebut.

Atas dasar analisis marjin kontribusi ini, maka manajemen dapat dengan mudah mengetahui besarnya laba pada berbagai tingkat kegiatan. Dengan biaya variabel dan marjin kontribusi maka akan memungkinkan bagi kita untuk memperkirakan laba


(37)

 

22 

secara cepat dan tepat guna mengambil keputusan dalam jangka pendek.

Dalam pola lain marjin kontribusi dapat pula dinyatakan dalam contribution margin ratio (CM ratio) atau disebut pula sebagai profit-volume ratio (PV ratio). Apapun contribution margin ratio disini dimaksudkan sebagai presentase dari selisih harga jual per unit dengan variabel cost per unit dengan harga jual per unit. Jadi dengan demikian besarnya contribusi margin ratio dari contribusi margin dibagi dengan penjualan. Dari sini dapat kita ketahui bahwa rasio ini sangat bermanfaat bagi pihak manajemen untuk mengetahui perubahan marjin kontribusi sebagai akibat perubahan setiap rupiah penjualan. Contribusi margin ratio dapat lebih mudah membantu manajemen dalam mengantisipasi perubahan dan membuat keputusan dibandingkan dengan marjin kontribusi per unit. Khususnya pada perusahaan yang menjual beberapa jenis atau kelompok produk.

Hal ini disebabkan karena contribusi margin ratio memungkinkan perbandingan produk jenis tertentu dengan produk jenis lain, sehingga seorang manajer akan mengutamakan jenis produk dengan contribusi margin ratio yang tinggi karena dengan rupiah penjualan tertentu akan dapat menghasilkan laba. Dari uraian diatas maka beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengetahui margin kontribusi maupun rasio marjin


(38)

kontribusi menurut Horngren, Charles T., dkk adalah sebagai berikut :

a. Rasio marjin kontribusi sering kali membantu manajemen dalam memutuskan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang tidak perlu mendapat penekanan atau yang dapat dipertahankan semata-mata karena manfaat penjualan bagi produk lainnya.

b. Marjin kontribusi sangat penting untuk membantu manajemen dalam memutuskan apakah lini produk tertentu harus dihentikan. Dalam jangka pendek, jika suatu produk mampu menutup lebih dari biaya variabelnya, produk tersebut memberikan kontribusi pada laba secara keseluruhan. Informasi ini secara cepat diperoleh dengan pendekatan kontribusi. Dalam pendekatan tradisional, informasi yang relevan tidak hanya sulit di kumpulkan tetapi ada bahaya bahwa manajemen disesatkan oleh ketergantungan pada biaya per unit yang mengandung elemen biaya tetap.

c. Marjin kontribusi dapat digunakan untuk menilai alternatif menyangkut penurunan harga, potongan harga khusus, kampanye iklan khusus dan penggunan premi untuk mendorong penjualan. Keputusan-keputusan semacam ini sesungguhnya ditentukan dengan membandingkan biaya


(39)

 

24 

tambahan dengan pendapatan penjualan yang diharapkan. Dalam keadaan normal, semakin tinggi rasio marjin kontribusi, semakin baik manfaat potensial bersih dari promosi penjualan, semakin rendah rasio tersebut, semakin tinggi kenaikan volume yang diperlukan untuk menutup biaya promosi penjualan.

d. Apabila laba yang ditargetkan disepakati, dapat tidaknya tidaknya laba tersebut dicapai dengan segera dapat dinilai dengan menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk dapat meraihnya. Perhitungan tersebut dengan mudah dapat dilakukan dengan membagi biaya tetap ditambah laba yang ditargetkan dengan marjin kontribusi per unit.

e. Keputusan sering harus diambil mengenai bagaimana mendayagunakan sejumlah sumber daya tertentu (misalnya, mesin atau bahan baku) secara paling menguntungkan. Pendekatan kontribusi menyediakan data untuk keputusan yang tepat dengan menentukan produk yang menghasilkan total kontribusi terbesar pada laba.

f. Pendekatan kontribusi bermanfaat dalam industri dimana harga jual ditetapkan secara tegas, karena masalah prinsipil bagi perusahaan individual adalah berapa besarnya biaya variabel yang diperkenankan (masalah yang sangat dipengaruhi oleh


(40)

efisiensi dan rancangan produk dalam banyak perusahaan) dan berapa besar volume yang diraih.

g. Para penganjur pendekatan kontribusi berpendapat bahwa pengumpulan biaya unit untuk produk atas dasar kontribusi membantu manajer memahami hubungan diantara biaya, volume dan laba dan dengan demikian dapat menuntun ke keputusan harga yang lebih bijaksana. Pada akhirnya, harga maksimum ditentukan oleh permintaan pelanggan. Harga minimum jangka pendek kadangkala ditentukan oleh biaya variabel untuk memproduksi dan menjual suatu produk.

2.2.4. Penetapan Harga

Kebijakan penetapan harga dari manajemen tidak hanya harus menutup semua biaya, tetapi juga harus menjamin adanya laba, baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan yang sulit. Meskipun umumnya permintaan dan penawaran harga, harga jual yang menguntungkan juga akan tergantung pada pertimbangan mengenai biaya.

Menurut Alma (2004:169) harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.

Menurut Saladin (2003:95) (Scribd blog), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan jasa.


(41)

 

26 

Menurut Dharmesta dan Irawan (2005:241) (Scribd blog), harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:439), harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.

2.2.4.1. Peranan Harga

Menurut Tjiptono (2000:152) (Scribd blog), harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu:

1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian dengan adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.


(42)

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Dalam menentukan keputusan pembelian, informasi tentang harga sangat dibutuhkan dimana informasi ini akan diperhatikan, dipahami dan makna yang dihasilkan dari informasi harga ini dapat mempengaruhi perilaku konsumen.

2.2.4.2. Strategi Penetapan Harga

Penetapan harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga dibagi menjadi tiga menurut Stanton (1994:31) dalam scribd blog, yaitu:


(43)

 

28 

a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan perusahaan.

b. Memaksimalkan laba

2. Berorientasi pada penjualan untuk:

a. Meningkatkan penjualan.

b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.

3. Berorientasi pada status quo untuk:

a. Menstabilkan harga

b. Menangkal persaingan.

Menurut Alma (2002:45) dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3 kemungkinan:

1) Penetapan harga diatas harga saingan

Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada dipasaran.


(44)

Kebijakan ini dipilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barang yang baru diperkenalkan dan belun stabil kedudukannya dipasar.

3) Mengikuti harga saingan

Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempatlain menurut Swasta (1997:246) (Scribd blog), tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

a. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.

b. Permintaan dan penawaran

Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkatharga tertentu. Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.

c. Elastisitas permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar.


(45)

 

30 

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.

e. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.

f. Tujuan perusahaan

Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah:

1) Laba maksimum

2) Volume penjualan tertentu

3) Penguasaan pasar

Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.

g. Pengawasan pemerintah

Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk: penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek- praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha kearah monopoli.


(46)

Tujuan penetapan harga menurut Swasta (1997:242) (Scribd blog), tersebut adalah:

a. Meningkatkan penjualan

b. mempertahankan dan memperbaiki market share

c. Stabilisasi harga

d. mencapai target pengembalian investasi

e. Mencapai laba maksimum

2.2.4.3. Strategi Penyesuaian Harga

Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka untuk memperhitungkan perbedaan pelanggan dan perubahan situasi. Dibawah ini merupakan strategi penyesuaian harga menurut Kotler dan Amstrong (2001:485) diantaranya adalah:

1. Penetapan harga diskon dan pengurangan harga. Mengurangi harga untuk memberikan penghargaan kepada pelanggan yang memberikan tanggapan seperti membayar lebih awal atau mempromosikan produk. Macam-macam diskon yang ditawarkan perusahaan:


(47)

 

32 

a. Diskon kas adalah pengurangan harga pada pembeli yang membayar tagihan mereka tepat waktu.

b. Diskon kuantitas adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam volume besar.

c. Diskon fungsional adalah pengurangan harga yang ditawarkan penjual bagi anggota jalur distribusi yang melakukan fungsi-fungsi tertentu.

d. Diskon musiman adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli barang atau jasa diluar musim.

2. Penetapan harga tersegmentasi.

Menyesuaikan harga untuk membuat perbedaan diantara pelanggan, produk maupun lokasi.

a. Penetapan harga psikologis.

Menyesuaikan harga untuk mempengaruhi secara psikologis.


(48)

Sewaktu-waktu mengurangi harga untuk meningkatkan dalam jangka pendek.

c. Penetapan harga geografis.

Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan lokasi geografis pelanggan.

3. Penetapan harga internasional.

Menyesuaikan harga untuk pasar tradisional.

http://www.scribd.com/doc/30389966/9/Pengertian-harga

2.2.5. Produk

Menurut Swasta (1997:295) (Scribd blog), produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk warna, bungkus, prestise perusahaan dan pegecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Menurut Buchari Alma (2004:139) Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginan.


(49)

 

34 

Menurut Tjiptono (2000:95) (Scribd blog), produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Menurut Buchari Alma (2004:40) menjelaskan kombinasi komponen produk barang konsumsi terdiri dari:

a. Barang itu sendiri

b. Potongan model

c. Warna cap dagang

d. Pembungkus dan labelnya

e. Kualitas

f. Tampang serta keawetan

Kotler dan Amstrong (2001:55), karakteristik yang ada di produk yaitu:

a. Ciri-ciri khas

b. Corak

c. Gaya/model


(50)

e. Kemasan

http://www.scribd.com/doc/30389966/9/Pengertian-harga

2.2.6. Break Event Point

Keberhasilan suatu perusahaan seringkali diukur dari keberhasilan manajemen dalam mencapai laba. Sehingga berbagai aktivitas yang dilakukan ditujukan pada perolehan laba yang optimal ini. Setiap sumberdaya yang dikorbankan selalu dinilai dengan satuan rupiah dengan demikian pada akhir periode dapat di”match”kan antara pendapatan operasi dengan biaya yang dikeluarkan. Apabila pendapatan operasi lebih besar dari pada biaya maka akan diperoleh keuntungan (laba) pada periode tersebut dan sebaliknya apabila pendapatan operasi tidak dapat menutup biaya yang telah dikeluarkan maka perusahaan mengalami kerugian pada periode tersebut.

Untuk mengantisipasi kondisi demikian ini suatu perusahaan memerlukan alat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memprediksi besarnya kerugian atau keuntungan yang akan diperolehnya sebelum berakhirnya satu periode. Oleh karenanya perusahaan harus mengetahui berapa tingkat penjualan yang harus dicapai untuk mencapai suatu laba tertentu, atau berapa penjualan minimum yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Adapun untuk pemahaman ini maka manajer perlu


(51)

 

36 

penguasaan terhadap analisis impas atau analisis Break Event Point.

2.2.6.1. Pengertian Break Event Point

Menurut Horngren, Charles T., dkk (2005:75) Titik Impas (Break Even Point) adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu, jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi 0 (nol).

Menurut Riyanto (2010:359), Analisis Break Even Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.

Menurut Mulyadi (2009:230), Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol).


(52)

Menurut Warindrani (2006:7) (Celicarose’s blog) Break Even Point adalah kondisi perusahaan tidak laba dan tidak rugi, dengan mengetahui Break Even Point dimana perusahaan akan meningkatkan penjualan diatas break even point untuk mendapatkan laba dan menghindarkan penjualan dibawah Break Even Point karena akan menderita rugi.

Menurut Prawironegoro dan Purwanti (2008:121) (Celicarose’s blog), Break Even Point adalah posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center atau mengembankannya.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa Break Event Point atau Titik Impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi pada tingkat penjualan sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.


(53)

 

38 

Menurut Sigit (2002:2) (Celicarose’s blog), analisis Break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan.

Manfaat lainnya antara lain :

1. Sebagai dasar atau landasan merrencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Jadi sebagai alat perencanaan laba.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungannya menurut analisis Break Even dan laba yang ditargetkan.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manager.

2.2.6.3. Tujuan Titik Impas ( BEP )


(54)

1. Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan sama dengan biaya.

2. Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih.

3. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas.

2.2.6.4. Asumsi-asumsi Dalam Analisa BEP

Menurut Sigit (2002:2) (Celicarose’s blog) di dalam menganalisa Break Even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break Even menetapkan syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan, maka harus diadakan atau dianggap ada seperti dipersyaratkan. Jadi jika syaratnya tidak ada, dapat dianggap ada. Inilah yang disebut asumsi, dan asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisa Break Even ialah :

1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat diidentifikasikan sebagai biaya


(55)

 

40 

variable, atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variable ataukah sebagai biaya tetap harus tegas tegas dimasukan kedalam variable atau tetap. Biaya semi variabel dimasukan ke dalam biaya variable, biaya semi tetap dimasukan ke dalam biaya tetap.

2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah.

3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. Jika kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proposional dalam jumlah seluruhnya, sehingga biaya per unitnya akan sama.

4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun banyak unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jual per unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya


(56)

sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit tidak akan mengalami perubahan.

5. Bahwa ada sinkronisasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis barang. Jika ternyata lebih dari satu jenis produk, maka produk tersebut harus dianggap satu jenis produk dengan kombinasi yang selalu tetap.

http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/ 

2.3. Kerangka Pikir

           

   

           

Sales

Cost

Semivariable Cost

Variable Cost Fixed Cost

Contribution Margin


(57)

 

42 

       

Setiap perusahaan berusaha memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan yang mereka lakukan. Dimana untuk memperoleh keuntungan tersebut maka perusahaan harus mengurangkan biaya variabel yang mereka keluarkan dalam operasional terhadap pendapatan penjualan tersebut.

Secara terori, biaya berdasarkan perilakunya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu: biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel. Namun berhubung untuk keperluan analisis marjin kontribusi dan break even point, maka biaya semivariabel disini perlu dipisahkan kedalam elemen biaya variabel dan biaya tetap.

Setelah seluruh biaya dapat dipisahkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap, maka dapat dihitung besarnya marjin kontribusi yang diperoleh perusahaan.

Dan pada akhirnya kita akan dapat menghitung berapa banyak produk yang harus terjual agar suatu perusahaan mampu mencapai titik pulang pokok (impas), yaitu kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba maupun menderita kerugian.


(58)

3.1. Jenis Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana penerapan marjin kontribusi dengan pendekatan biaya tunai sebagai alat penetapan harga produk dan break even point produk, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah studi untuk mengeksplorasi suatu atau beberapa struktur sistem atau kasus secara detail. Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.

Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan


(59)

 

43 

 

secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya (Strauss dan Corbin dalam Yuhertiana, 2009). Adapun karakteristik penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah:

(Yuhertiana, 2009:4)

a. Menekankan pada pola berfikir induktif.

Pada dasrnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan menjadi sebuah pernyataan teori. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan di lapangan.

b. Melihat pada setting manusia sebagai satu kesatuan, secara holistik (utuh).

Penelitian kualitatif memandang sebuah realita sosial secara holistik, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola piker holistik pula. Berpikir holistik berarti berpikir sebagai aktivitas gabungan antara


(60)

dimensi-dimensi spiritual (moral, etika, tujuan hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal (eksekusi, implemensi, menerima feedbacks). Kecerdasan pada dimensi-dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ (emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada pola pikir reduktif, melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem sosial yang sebenarya amatlah kompleks.

c. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri-verstehen.

Hal ini di lakukan dengan cara melakukan empati pada orang yang di teliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupan. Pemahaman mengandung makna pemahaman dari dalam (verstehen) yang mempunyai arti bahwa peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memahami permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang diteliti.

d. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.

Bukan pemahaman yang di cari melainkan pemahaman mendalam tentang kehidupan sosial. Proses awal, getting in, mendekati informan, mencoba memahami latar belakangnya dan mengapa informan berpendapat atau berperilaku demikian. Terlebih lagi pada proses getting along, ber-relasi untuk dapat menjaga kepercayaan


(61)

 

45 

 

sehingga memahami benar-benar obyek yang diteliti adalah lebih penting daripada hasil penelitian itu sendiri.

e. Bersifat humanities.

Peneliti mencoba memahami secara pribadi orang yang di teliti dan ikut mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survey kuantitatif dan mengunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Dengan digunkan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode baruu, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kualitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indra akan sulit diungkapkan.


(62)

Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah karena sebagai pelaku bisnis disektor UMKM, Unit dagang di Wedoro Waru, Sidoarjo ini dihadapkan pada persaingan di dalam industri alas kaki (sandal). Semakin banyaknya pelaku bisnis disektor ini menjadikan harga jual produk semakin tertekan. Oleh karenanya diperlukan perencanaan dan perhitungan yang cermat di dalam penentuan harga jual produk dengan mempertimbangkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Melalui perencanaan yang baik akan mampu meminimalkan resiko kegagalan dalam usahanya. Satu hal yang penting dalam perencanaan adalah penentuan harga produk, strategi harga yang tepat akan menjadikan produk dapat diterima pasar yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga produk adalah dengan menggunakan marjin kontribusi. Perusahaan menentukan biaya produksi yang dikeluarkan sebagai pedoman penentukan harga berdasarkan marjin yang digunakan. Selanjutnya dari rasio marjin kontribusi dapat pula ditentukan berapa produk yang harus dijual agar mencapai laba yang diinginkan.

3.3. Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah Bapak M. Taufik sebagai pemilik perusahaan dan memiliki 11 karyawan yang membantu dalam usahanya. 11 karyawan tersebut bernama


(63)

 

47 

 

Afan, Saiful, Yanto, Hendik, Jamaludin, Ulum, Nanang, Aldi, Sakri, Muhammad, dan Mbak Ya. Tetapi yang peneliti gunakan disini sebagai informan cukup pemilik usaha yang bernama Bapak M. Taufik dan dua orang karyawannya saja yang bernama Nanang dan Jamaludin. Informan ini kami rasa dapat membantu peneliti untuk mendapatkan informasi dalam perusahaan.

3.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah home industry sandal di daerah Wedoro Waru, Sidoarjo. Memilih lokasi ini karena daerah Sidoarjo merupakan daerah yang cukup luas dan daerah yang ingin dicakup dalam penelitian ini, maka perlu gambaran tentang macam dan perilaku biaya yang terdapat pada perusahaan untuk menentukan harga jenis produk.

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah: (Sugiyono,2005)

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data utama (primer) merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti macam dan perilaku biaya yang terdapat pada perusahaan.


(64)

Sumber data kedua (sekunder) merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administrasi maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.


(65)

 

49 

 

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan:

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.

Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecahan masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian)

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.


(66)

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi pertisipan untuk mengamati kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

3.6. Teknis Analisis

Dalam penelitian kualitatif deskriptif, analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung. Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data ini sangat penting bagi suatu penelitian, sebab dengan analisis ini data akan mempunyai arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Adapun analisis data yang digunakan disini adalah dari data-data yang terkumpul dilakukan perhitungan-perhitungan tertentu sehingga memperoleh hasil berupa angka-angka, selanjutnya hasil yang berupa angka-angka tersebut diinterpretasikan dalam kalimat sehingga memberikan informasi yang berguna. Beberapa teknik perhitungan yang digunakan sebagai alat analisis adalah sebagai berikut :


(67)

 

51 

 

1. Memisahkan biaya semi variabel kedalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Disini dipergunakan metode least sguares (analisis regresi sederhana), yang formulanya adalah sebagai berikut :

y = a + bx

dimana :

y : biaya

x : volume kegiatan

a : biaya tetap

b : biaya variabel

rumus untuk mencari nilai b :

2. Menghitung marjin kontribusi per kodi

Marjin kontribusi per kodi = harga jual per kodi – beban variabel per kodi

Bila disederhanakan :


(68)

dimana :

CM : marjin kontribusi per kodi

P : harga jual per kodi

V : biaya variabel per kodi

3. Menghitung rasio marjin kontribusi per kodi

=

dimana :

CMR : marjin kontribusi rasio

P : harga jual per kodi

V : biaya variabel per kodi

4. Menghitung BEP produk


(69)

 

53 

 

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara: (Sugiyono, 2005)

1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten, masih berubah-ubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan


(70)

tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(71)

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

4.1. Pendahuluan

Penelitian ini disusun dengan mengambil objek penelitian pada usaha sandal (alas kaki) Home Industri di Wedoro Waru Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam dan bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian telah dicapai. Dengan membahas masalah mengenai penerapan marjin kontribusi sebagai alat penetapan harga produk dan produk yang harus terjual untuk mencapai break even paoint pada lokus ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam.

Usaha yang menjadi lokus penelitian ini adalah usaha sandal Home Industri di Jl. Kolonel Sugiono Wedoro Waru Sidoarjo RT 02 RW 06. Bapak M. Taufik adalah pemilik usaha saat ini, karena sebelumnya yang mendirikan usaha ini adalah bapak dari bapak M. Taufik yang bernama H. Ahmad Sulton. Jadi bapak M. Taufik ini yang diberi wewenang karena termasuk turunan laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara.

Awal mula usaha Home Industri ini adalah tahun 90 an tepatnya tahun 1994. Hal ini dilatar belakangi karena dengan berwirausaha maka pemilik tidak ditentukannya waktu yang mengatur sehingga membuat pemilik tidak


(72)

bisa nyaman atau bebas dalam melakukan sesuatu, banyak peluang, keuntungannya tanpa batas, mampu menghadapi globalisasi dan karena ini juga salah satu dari hobi pemilik.

4.2. Industri UMKM di Wedoro Waru, Sidoarjo

Awal mula bisnis UMKM ini berdiri pada tahun 90an tepatnya pada tahun 1994, usaha ini terletak di Jl. Kolonel Sugiono Wedoro Waru, Sidoarjo RT 02 RW 06. Lokasi cukup strategis karena berada di jalan utama (tidak masuk gang). Usaha ini adalah usaha keluarga yang mendirikan usaha ini pertama kali adalah bapak H. Ahmad Sulton. Kemudian usaha ini diturunkan kepada putra bapak H. Ahmad Sulton yang bernama bapak M. Taufik, karena kebetulan beliau anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara. Tepat nya sekitar satu tahun yang lalu usaha ini diturunkan kepada bapak M. Taufik. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

“Usaha ini adalah usaha keluarga, pertama kali yang mendirikan usaha ini adalah bapak saya yang bernama H. Ahmad Sulton. Kemudian usaha ini diturunkan kepada saya, karena kebetulan saya adalah anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara.”

(Informan bapak M. Taufik)

“Sekitar satu tahun yang lalu usaha ini diturunkan kepada saya, karena bapak saya sudah merasa tua dan bapak saya sudah merasa saya mampu untuk menjalankan dan meneruskan usaha ini. Ya mau gak mau saya


(73)

 

58 

 

yang harus meneruskan klo gak gitu nanti usaha ini akan berhenti kan eman-eman mbak.”

(Informan bapak M. Taufik)

Alasan pemilik mendirikan usaha sandal (alas kaki) home industri ini karena yang pertama, dengan berwirausaha maka pemilik tidak ditentukannya waktu yang mengatur sehingga membuat pemilik tidak bisa nyaman atau bebas dalam melakukan sesuatu, banyak peluang, keuntungannya tanpa batas, mampu menghadapi globalisasi dan karena ini juga salah satu dari hobi pemilik.

“ya kata bapak saya dulu saya diajari berwirausaha itu karena kita tidak ditentukan oleh waktu yang mengatur kita, kan biasanya kita kerja dikantoran dituntut waktu yang membuat kita gak bisa bebas atau free mbak.”

(Informan bapak M. Taufik)

“Karena itu disini yang pertama banyak peluang mbak, keuntungannya tanpa batas asal kita mampu, kita menjadi lebih mampu menghadapi globalisasi dan karena ini termasuk hobby dari bapak saya juga mbak.”

(Informan bapak M. Taufik)

Adapun website berupa blog pribadi yaitu anneahira.com, di dalamnya terdapat tulisan sebagai berikut:


(74)

“Home industri bagi sebagian orang adalah sebuah pilihan karena lapangan kerja menjadi sangat menyempit. Namun, bagi sebagian orang memang sudah berniat membangunnya sejak lama karena menganggap home industri adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan dengan berbagai alasan. Misalnya, dekat dengan keluarga, mudah mengontrol, tak ada yang memarahi jika kita sendiri pemiliknya, dan bisa memberikan lapangan pekerjaan sendiri bagi orang-orang sekitar kita.

Home industri sangat erat kaitannya dengan mental wirausaha pada diri manusia. Berbicara industri maka sama juga bicara laba dan laba adalah ujung pangkal sebuah usaha. Maka dari itu, tak heran banyak orang yang sukses menjalankan home industri karena memang memiliki jiwa wirausaha yang pantang menyerah dan selalu belajar dan belajar.”

Analisis di dalam wibset tersebut juga mengatakan ada beberapa keuntungan yang patut diperhatikan dari membangun home industri ini, yaitu:

Hanya bermodal kreativitas dan tekun pantang menyerah, seseorang bisa saja membangun home industri di rumahnya sendiri. Biasanya melihat yang sudah berkembang, home industri memang terkesan dipandang sebelah mata karena tidak terkenal.

Pada faktanya, banyak sekali home industri yang ada di Indonesia ini yang tetap survive dan kemudian diakui banyak pihak sehingga dari sisi permodalan biasanya akan mendapatkan bantuan. Sementara itu, pemasarannya sendiri akan banyak diterima berbagai kalangan.


(75)

 

60 

 

Membangun home industri memang tidak mudah karena bisa jadi semuanya akan dimulai dari angka nol. Kerja keras, sabar, pantang menyerah, dan ketekunanlah kunci utamanya. Jika sudah pada tahap aman, pelaku home industri kerap kali mengakui bahwa banyak sekali keuntungan mengelolah home industri di rumah sendiri.

Memang hasil yang biasa didapat tidaklah tetap seperti halnya menjadi karyawan pada sebuah perusahaan. Namun, sepanjang tetap mengolahnya dan berusaha maka hasil yang akan dinikmati juga akan signifikan. Keuntungan apa lagi yang diidamkan oleh banyak orang, manakala kita bisa mempunyai uang banyak tetapi tidak menggadaikan waktu bercengkrama kita dengan keluarga tercinta.

http://www.anneahira.com/home-industri.htm 

4.3. Produk Usaha

Dalam penelitian ini produk yang dipilih oleh pemilik berupa sandal (alas kaki). Pemilihan jenis produk ini karena pembuatannya tidak susah dan gampang dilakukan. Dan pemilik melakukan suatu perencanaan dengan cara memilih bentuk sandal, designnya, serta kenyamaan dalam memakai. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

“Yang pertama karena produk sandal ini lebih muda cara pembuatannya dibandingkan dengan produk lain, contohnya sepatu lebih ribet bentunya. Terus klo perencanaan ya ada mbak, perencanaan seperti


(76)

memilih bentuk fisik sandal itu seperti apa, designnya seperti apa dan kenyamanaan dalam memakai, jika tidak nyaman kan gak enak dipakai.”

(Informan bapak M. Taufik)

Ide dari usaha ini dimulai dari pemilik usaha pertama kemudian dikembangkan oleh bapak M. Taufik dengan caranya sendiri melalui browsing di internet dan keluhan dari pelanggan agar dapat menyesuaikan pangsa pasar yang seperti apa yang diharapkan oleh konsumen saat ini. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

"Idenya ya dari bapak saya dulu, kan bapak saya yang memulai usaha ini kemudian saya kembangkan dengan sering-sering melihat di internet dan kadang-kadang dari keluhan konsumen yang meminta produk jenis yang berbeda."

(Informan bapak M. Taufik)

4.4. Bahan Baku Usaha

Bahan baku yang dibutuhkan untuk usaha ini berupa spon motif dan polos, karet alas sandal atau sol, tali sandal, dan juga lem. Untuk satu lembar spon jadi 40 pasang, karet alas sandal atau sol jadi 10 pasang dan untuk satu kotak lem bisa jadi 400 pasang sandal. Berikut paparan bapak M. Taufik:

"Bahan bakunya ya spon ada spon motif dan spon polos,tali sandal, karet alas sandal atau sol,dan lem bahan bakunya. Untuk satu lembar spon


(77)

 

62 

 

bisa jadi 40 pasang sandal, untuk satu karet alas sandal atau sol bisa jadi 10 pasang sandal, untuk 1 kotak lem bisa jadi 400 pasang sandal."

(Informan bapak Taufik) 4.5. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan akan mempengaruhi keadaan produk yang dihasilkan karena produksi merupakan suatu kegiatan, metode atau teknik yang dilakukan untuk menciptakan atau menambah kegunanaan suatu barang/jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

"Prosesnya untuk tahap pertama dilakukan pembentukan pola permukaan sandal yang bahan dasarnya spon dengan alat potong sesuai dengan design sandal yang diinginkan,karet alas sandal atau sol juga dipotong sesuai bentuk yang dinginkan, kemudian spon dan karet direkatkan dengan menggunakan lem, selanjutnya proses press pola sandal tadi dengan alat press, kemudian dibor dengan alat bor untuk melubangi agar mudah untuk memasang tali sandal, setelah tali dipasang tahap terakhir sandal dihaluskan dengan mesin grinda kemudian sudah siap untuk dijual."

(Informan bapak M. Taufik) 4.6. Pemasaran

Pemasaran dalam usaha ini ditujukan untuk semua orang karena semua orang bisa menggunakan produk ini menurut paparan dari bapak Taufik. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:


(78)

"Konsumen saya ya semua orang yang maumenggunakan produk saya ini, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bisa menggunakan produk saya ini kok!"

(Informan bapak M. Taufik) 4.7. Karyawan

Setiap karyawan mempunyai tugas masing-masing tugasnya antara lain: melakukan pemotongan bentuk atau pola, menempelkan hasil dari potongan bentuk atau pola, memasang japitan sandal/tali sandal sampai sandal dihaluskan dan siap untuk dipakai. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

"Ada 11 karyawan, karyawan tersebut mempunyai tugas masing-masing ada yang melakukan pemotongan bentuk atau pola, ngelem atau menempelkan hasil potongan tadi, sampai sandal tersebut dihaluskan untuk siap dipakai."

(Informan bapak M. Taufik) Pelatihan terhadap karyawan sangat perlu karena di samping mendapatkan hasil yang maksimal karyawan juga dapat melakukan pekerjaannya dengan benar. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:

"ya tentu saja klo tidak melakukan pelatihan tentu mereka tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan benar dan baik agar hasil yang dibuat juga memuaskan."


(79)

 

64 

 

Sistem gaji yang dilakukan disini yaitu sistem borongan, sesuai dengan kinerja masing-masing karyawan. Sistem penggajian diberikan untuk menciptakan keseimbangan yang telah diberikan karyawan. Keseimbangan yang dimaksud adalah memberikan timbal balik atas kerja yang telah diberikan. Besarnya gaji karyawan sesuai dengan kinerjanya. Sehari karyawan mendapatkan gaji Rp 42.500 didapat dari Rp 8.500 dikalikan dengan lima kodi sehingga seminggu karyawan mendapatkan gaji sebesar Rp 225.000. berikut paparan dari bapak M. Taufik:

"Mulai pukul 8 pagi sampai jam 4 sore. Sistem yang saya pakai menggunakan sistem borongan, jadi gajinya saya berikan sesuai kinerja mereka, biasanya saya memberikan gaji satu minggu sekali tepatnya hari sabtu sore karena minggunya mereka libur."

(Informan bapak M. Taufik) "ya tidak tentu mereka mendapatkan gaji/upah yang sama seperti yang saya bilang tadi sesuai dengan kinerja mereka. Biasanya satu hari itu gajinya untuk satu karyawan menghasilkan lima kodi sandal dengan upah Rp 8500 dikalikan lima kodi jadinya ya sekitar Rp 42.500 dikalikan satu minggu kerja dihitung 6 hari kerja ya sekitar Rp 255.000."

(Informan bapak M. Taufik) Karyawan sering melakukan lembur dalam menyelesaikan pekerjaannya. Mereka mendapatkan tambahan upah sama seperti gaji biasanya Rp 8.500, tergantung berapa kodi yang mereka dapatkan. Berikut paparan dari bapak M. Taufik:


(80)

"ya kadang-kadang mereka melakukan lembur tergantung pesanan berapa banyak yang diminta oleh konsumen. Sistemnya bukan jam tetapi berapa banyak produksi yang diperoleh, biasanya klo lembur dapat tambahan berapa kodi gitu satu kodinya dapatnya seperti gaji biasanya yang saya bilang tadi Rp 8.500."

(Informan bapak M. Taufik) Sekilas pemaparan diatas dari bapak M. Taufik adalah tentang usaha sandal (alas kaki) di Home Industri Wedoro Waru, Sioadrjo. Yang juga merupakan usaha pertama kali dan satu-satunya usaha yang telah ditekuni oleh keluarga bapak M. Taufik.

4.8. Industri UMKM di Indonesia

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UMKM ternyata tak bisa diabaikan. (D.L. Birch, 1979)

Krisis yang terjadi di Indonesia pada 1997 merupakan momen yang sangat menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku impor meningkat secara drastis,


(81)

 

66 

 

biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UMKM yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah.

Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan di tengah krisis moneter 1997 lalu. Pertama, sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. Kedua, sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah, maka UMKM ikut terganggu kegiatan usahanya. Sedangkan usaha berkala besar dapat bertahan. Di Indonesia, UMKM mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah.

Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UMKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UMKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas


(1)

Dari tabel diatas, maka diketahui total biaya variabel adalah sebesar Rp. 146.808 per kodi. Adapun harga jual produk adalah sebesar Rp. 190.000 per kodi. Dengan demikian besarnya marjin kontribusi adalah sebesar Rp. 190.000 – Rp. 146.808 = Rp. 43.192 per kodi. Apabila diprosentase, maka besarnya rasio marjin kontribusi adalah sebesar 22,73% (Rp. 43.192/Rp. 190.000). Hal ini berarti laba kotor dari perusahaan adalah sebesar 22,73% sebelum dikurangi biaya tetap dan pajak.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa banyak produk yang harus terjual apabila perusahaan ingin tidak mengalami kerugian atau keuntungan

maka dihitung dengan menggunakan rumus titik pulang pokok (Break Even


(2)

    76   

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat BEP yang relatif sangat rendah adalah disebabkan perusahaan tidak melakukan (menghitung) besarnya biaya depresiasi mesin yang digunakan dalam proses produksi meskipun dalam metode akuntansi hal ini merupakan salah satu elemen biaya tetap yang penting. Selain itu, perusahaan juga tidak menghitung gaji tetap bagi pemilik sebagai biaya yang harus dikeluarkan, karena pemilik telah bekerja dan mengelola usaha tersebut.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan memakai sumber data yang berangkat dari keterangan para informan dilapangan. Perbedaan waktu sangat berpengaruh, karena apa yang terjadi dilapangan saat ini, tidak bisa dijadikan sebuah patokan bahwa akan terjadi juga di waktu yang berbeda, juga keterbatasan dalam hal finansial peneliti yang cukup menguras biaya. Dan juga faktor izin ke perusahaan home industri untuk melakukan penelitian. Sehubungan dengan keterbatasan tersebut, maka peneliti mengharapkan bahwa segala sesuatu yang dihasilkan melalui penelitian ini, dapat dijadikan masukan bagi peneliti yang akan datang.


(3)

6.1. Kesimpulan

Dengan berakhirnya penelitian ini, maka peneliti dapat mengambil suatu gambaran kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut:

1. Home Industri di Wedoro Waru, Sidoarjo selama ini tidak melakukan

pemisahan atas biaya-biaya yang ada kedalam elemen biaya variabel maupun biaya tetap.

2. Rasio marjin kontribusi dari produk yang ada adalah cukup tinggi.

3. Perusahaan akan mencapai titik pulang pokok(break even point- BEP)

apabila mampumenjuala produk sebanyak 3 kodi per bulan.

6.2. Saran


(4)

    78   

terhadap aktivitas keuangan mereka agar memudahkan pemilik dalam mengambil keputusan berkaitan dengan usaha tersebut.

Selanjutnya, pemilik perlu memasukkan elemen biaya depresiasi mesin kedalam perhitungan biaya, karena melalui hal tersebut maka pemilik dapat merencanakan investasi kembali terdap mesing-mesin yang

digunakan. Sehingga peralatan produksi yang dipakai akan mampu up to

date.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk peneliti selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan ke home industri saja tetapi pada usaha yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana penerapan rasio marjin kontribusi sebagai alat penetapan harga dan produk yang harus terjual untuk mencapai break even point.


(5)

---,2008, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Anonim, 2002, Kamus Besar Bahasa indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta

Anonim, 2011, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Sripsi Program

Studi akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“veteran” Jawa Timur, Surabaya

Alma, Buchari, 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Penebit

Alfabeta, Bandung

Horngren, Charles T., dkk, 2005, Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial jilid 1,

Penerbit PT INDEKS Kelompok Gramedia

Miles, Matthew B, dan Huberman, A, Michael, 2007, Analisa Data Kualitatif :

Buku Sumber Tentang Metode-metode baru. Cetakan pertama, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-PRESS)

Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta

Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit

BPFE Yogyakarta, Yogyakarta

Stanton, William J., 1991, Prinsip Pemasaran Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit Alfabeta, Bandung

Supriyono, 1999, Akuntansi Manajemen I : Konsep Dasar Akuntansi

Manajemen dan Proses Perencanaan Edisi Kelima, Penerbit BPFE

Yogyakarta, Yogyakarta


(6)

Skripsi

Pratamasari, Frinta, 2008, Peranan Analisis Break Even Point Sebagai Alat Bantu

Bagi Manajemen Dalam Menunjang Efektivitas Laba Perusahaan (Studi Kasus pada PT MBT Utama), Jurnal Sripsi dan Tesis Wordpress.com, 21 Maret 2008

Jurnal

Aryan Aditantra, Ikhwan, 2011, Analisis Pemahaman Laba Dalam Penentuan

Laba Optimal : Studi Kasus Pada Pedagang Keliling, Skripsi FE Universitas Diponegoro, Semarang

Fatimatuz Zahro, Afrohah, 2003, Analisis Marjin kontribusi Untuk Penentuan

Kombinasi Produk Pada Perusahaan Pakaian jadi UD. Denny Malang, Skripsi FE Universitas Muhamadiyah, Malang

Website

http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm 

http://samuelhasiholan.wordpress.com/2011/05/12/peran-sektor-ukm-pada-ekonomi-indonesia/ 

http://fe.unsyiah.ac.id/forum-dekan-fakultas-ekonomi-se-indonesia/ 

http://tryusnita.wordpress.com/2009/05/06/biaya-berbagai-macam-pengertian-biaya/

http://www.scribd.com/doc/30389966/9/Pengertian-harga

http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/ 

http://www.anneahira.com/home-industri.htm 

http://portaljakarta.com/peran-ukm-dalam-mendorong-kekompetitifan-perekonomian-indonesia