PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN HALAQAH (MENTORING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA :Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI Ilmu Sosial Di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GARFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Permasalahan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Asumsi Dasar ... 13

F. Hipotesis ... 15

BAB II MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN HALAQAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA ... 16

A. Bimbingan Kelompok ... 16

B. Pengertian Halaqah ... 34

C. Halaqah Dalam Bimbingan dan Konseling ... 43

D. Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Halaqah ... 45

E. Dinamika Kelompok ... 47

F. Penyesuaian Diri Remaja ... 52

G. Tugas Perkembangan Remaja ... 68

H. Penelitian Sebelumnya Yang Relevan ... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 81

A. Rancangan Penelitian ... 81

B. Definisi Operasional ... 82

C. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 85

D. Pengembangan Instrumen ... 87

E. Prosedur Penelitian ... 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 101

1. Profil Penyesuaian Diri Remaja Sebelum Mengikuti Bimbingan Kelompok ... 102


(2)

ii

2. Profil Penyesuaian Diri Remaja Setelah Mengikuti

Bimbingan Kelompok ... 106

3. Profil Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Halaqah ... 113

B. Efektifitas Pelaksanaan Model Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Halaqah ... 122

1. Pengujian Asumsi Statistik ... 123

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 125

C. Pembahasan Penelitian ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 146

A. Kesimpualan ... 146

B. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150 LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Halaqah 2. Instrumen Penelitian


(3)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 2.1 TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA ... 77 TABEL 3.1 JUMLAH SUBJEK MENURUT JENIS KELAMIN DAN GRUP ... 86 TABEL 3.2 KISI – KISI INSTRUMEN PENINGKATAN PENYESUAIAN

DIRI REMAJA ... 88 TABEL 3.3 PERHITUNGAN SKALA NILAI PERNYATAAN NOMOR DUA ... 92 TABEL 3.4 RINGKASAN HASIL ANALISIS BUTIR ANGKET PENINGKATAN

PENYESUAIAN DIRI REMAJA ... 94 TABEL 3.5 HASIL UJI REALIBILITAS PENELITIAN ... 96 TABEL 4.1 STATISTIK DESKRIPTIF SKOR PENYESUAIAN DIRI MENURUT

KELOMPOK DAN TES ... 107 TABEL 4.2 ASPEK-ASPEK KAJIAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN PENDEKATAN HALAQAH ... 120 TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS PRETES DAN POSTES PADA

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL ... 123 TABEL 4.4 HASIL UJI HOMOGENITAS PRETES DAN POSTES PADA

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL ... 124 TABEL 4.5 HASIL UJI STATISTIK SAMPEL DARI KELOMPOK EKSPERIMEN

DARI KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL . . 125 TABEL 4.6 HASIL UJI INDEPENDENT SAMPLES TEST DARI KELOMPOK

EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL ... 126 TABEL 4.7 HASIL GROUP STATISTIK DARI KELOMPOK EKSPERIMEN

DAN KELOMPOK KONTROL ... 127 TABEL 4.8 HASIL UJI INDEPENDENT SAMPLES TEST DARI SKOR GAIN

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL ... 128


(4)

iv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 3.1 Persentase Subjek Menurut Jenis Kelamin Dan Grup ... 87 Grafik 4.1 Rata-Rata Skor Pretes Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja,

Dimensi Penyesuaian Pribadi ... 103 Grafik 4.2 Rata-Rata Skor Pretes Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja,

Dimensi Penyesuaian Sosial ... 104 Grafik 4.3 Rata-Rata Skor Pretes Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja,

Dimensi Penyesuaian Lingkungan ... 105 Grafik 4.4 Rata-Rata Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .. 106 Grafik 4.5 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Dimensi Penyesuaian

Pribadi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 108 Grafik 4.6 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Dimensi Penyesuaian

Sosial Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 110 Grafik 4.8 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Dimensi Penyesuaian

Lingkungan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 111 Grafik 4.9 Rata-rata Skor Gain Dimensi Penyesuaian Diri Remaja

Berdasarkan Kelompok dan Dimensi Penyesuaian ... 112


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 ASCA National Model ... 17 Gambar 2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok,

Tahap Pertama: Pembentukan ... 28 Gambar 2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok,

Tahap Pertama: Peralihan ... 29 Gambar 2.4 Tahap-Tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok,

Tahap Pertama: Kegiatan (Kelompok Bebas) ... 30 Gambar 2.5 Tahap-Tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok,

Tahap Pertama: Kegiatan (Kelompok Tugas) ... 31 Gambar 2.6 Tahap-Tahap Perkembangan Bimbingan Kelompok,

Tahap Keempat: Pengakhiran ... 32 Gambar 2.7 Sistem dan Proses Halaqah ... 42 Gambar 2.8 Ruang Hidup Pribadi Dan Lingkungan Sikologis Membuat

Persamaan (P+E=L) ... 59 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ... 82 Gambar 3.2 Desain Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 85


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi di era globalisasi ini menyebabkan perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, dan juga sosial budaya. Sehingga hal ini memberikan dampak terhadap perilaku individu, yang selalu berusaha untuk melakukan perubahan–perubahan yang disesuaikan dengan perubahan di lingkungan sekitarnya. Tuntuan akan perubahan ini tidak bisa dihindarkan oleh individu atau komunitas tak ingin menjadi “masa lalu”. Sedemikian hebat tuntutan untuk melakukan perubahan, sehingga seringkali terjadi jarak antara individu atau komunitas untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang dihadapi. Akibatnya banyak muncul perilaku malasuai baik pada individu maupun kelompok masyarakat yang terekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku: mengasingkan diri, rendah diri, agresivitas, mencari aman pada hal–hal yang tidak masuk akal atau tidak sesuai dengan ajaran agama dan berbagai bentuk mekanisme pertahanan diri lainnya (Dedi Supriadi, 2003).

Sebagai individu, remaja yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas interaksi dengan lingkungannya. Dan pada remaja ini terjadi proses menyesuaikan diri dengan standar dan kebiasaan kelompok. Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada masa remaja menuntut individu melakukan penyesuaian, menerima perubahan itu sebagai bagian dari dirinya, dan


(7)

membentuk suatu “sense of self” yang baru tentang siapa dirinya, untuk mempersiapkan diri menghadapi masa dewasa. (Agustiani, 2006).

Masa remaja yang merupakan masa peralihan menuju ke masa dewasa ini sangat rentan akan perubahan, hal ini disebakan pada masa ini remaja akan mencari jati dirinya. Pada masa ini juga remaja mengalami kiris identitas atau belum mencapai identitas dan masih dalam proses pencarian identitas. Sehingga dalam masa pecarian identitas diri ini, remaja cenderung mengalami kebingungan peran. Akibat dari krisis identitas ini, menurut Erikson berpotensi untuk berbagai bentuk problem perilaku yang malasuai, seperti depresi (merasa sia – sia, tidak berdaya, tidak berpengharapan, menarik diri) dan kenakalan atau pun berbagai tindakan agresif lainnya.

Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman – teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dipahami bahwa pengaruh teman – teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya, hal yang bisa kita lihat dari tingkah laku remaja adalah ketika mereka berkelompok dengan teman sebaya terutama di lingkungan sekolah, maka mereka cenderung memperlihatkan perilaku sama antara satu dengan yang lain dalam kelompoknya. Ketika anggota kelompok mencoba untuk minum alkohol, obat-obatan, terlarang dan merokok maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya. Dan dari penampilan mereka cederung sama antar kelompoknya, sehingga mudah untuk menentukan mereka berada dalam suatu kelompok tertentu. Selain itu, juga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku pada remaja, yang bias dilihat ketika mereka melakukan interaksi dengan orang tua, guru, dan


(8)

orang yang lebih tua dari mereka, yang cenderung kurang memberikan rasa hormat, yang dapat dilihat dari bagaimana mereka bersikap dan berbicara. Ketika mereka berinteraksi dengan teman sebaya maka kita akan melihat dan mendengarkan bahasa-bahasa yang cenderung kasar serta tidak pantas untuk diucapkan oleh remaja yang berada di lingkungan sekolah. Selajutnya, ketika kita melihat bagaimana mereka melakukan interaksi dengan lawan jenisnya, yang mereka sebut sebagai pacaran maka kita akan menyaksikan bahwa mereka sudah tidak mempunyai rasa canggung dan malu terhadap lingkungan sekitarnya.

Fenomena–fenomena perilaku remaja tersebut tentunya sangat memprihatinkan semua pihak, banyaknya orang tua yang mengeluh akan sikap anak-anak mereka dan pemberitaan di media tentang perilaku remaja, merupakan salah satu bentuk kekhawatiran masyarakat akan sikap dan perilaku remaja. Berbagai perilaku remaja seperti itu tentunya tidak diharapkan, serta tidak cocok dengan tujuan pendidikan nasional yang diharapkan, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003).

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tentunya tidak akan terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu untuk membantu lembaga pendidikan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Yang tentunya bimbingan dan konseling harus memberikan kontribusi yang nyata dengan


(9)

menyelenggarakan atau memberikan intervensi serta bantuan kepada seluruh siswa yang dikemas dalam program-program bimbingan dan konseling. Yang didalamnya harus mampu mengintegrasikan tiga bidang utama pendidikan yaitu, Bidang Administratif, Manajemen serta Kepemimnpinan, Bidang Pembelajaran atau Kurikulum, dan Bidang Bimbingan dan Konseling.

Tujuan program Bimbingan dan Konseling adalah agar konseli dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir kehidupannya, dimasa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasai hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja. Dan secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah perilaku remaja khususnya siswa telah dilaksanakan oleh sekolah dengan mengantisipasi dengan berbagai bentuk upaya seperti telah dilakukan pada beberapa sekolah tingkat SMA di Kota Sukabumi, yaitu dengan melaksanakan program penyuluhan tentang bahaya narkoba dan pergaulan bebas yang dilaksanakan oleh sekolah dengan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti kepolisian dan tenaga kesehatan ternyata tidak membawa hasil yang menggembirakan. Selain itu, sekolah juga telah memberlakuan sistem buku poin dan bentuk surat perjanjian untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah juga tidak membuahkan efek jera terhadap siswa.


(10)

Kondisi ini bisa dilihat, dari data yang diperoleh dari Wali kelas, Bimbingan dan Konseling serta bagian kesiswaan, tidak menunjukkan hal yang memuaskan.

Ditengah berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah tersebut untuk menanggulangi berbagai sikap dan tingkah laku remaja serta untuk meningkatkan disiplin siswa. Ternyata ada hal yang menarik, dimana ada beberapa siswa dan siswi di SMAN 1 Kota Sukabumi yang tidak pernah melakukan berbagai pelanggaran yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

Mereka berpenampilan berbeda dengan teman yang lainnya, yang kelihatan sangat berbeda dengan siswa pada umumnya. Pakaian yang rapih, penampilan yang sopan, dan siswi putrinya mengenakan jilbab yang mudah menandakan mereka. Bagaimana mereka berinteraksi dengan teman sebayanya kelihatan berbeda dengan teman yang lainnya, juga bagaimana mereka bersikap dan berbicara dengan guru serta teman sebayanya memperlihatkan kehalusan bahasa dan memperlihatkan rasa hormat.

Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata di SMAN 1 Kota Sukabumi terdapat sekelompok siswa yang bergabung dalam sebuah kelompok pengajian yang disebut dengan Halaqah. Suatu kelompok pengajian rutin yang dibina oleh murrabi (guru atau pemberi materi), dimana biasanya mereka bertemu secara rutin satu kali dalam sepekan. Mereka cenderung berperilaku dan berpenampilan yang sama, yang tidak pernah memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang menyimpang, seperti remaja pada umumnya.

Sikap dan tingkah laku remaja yang berkelompok dalam Halaqah tersebut menjadi menarik perhatian penulis, untuk menelusuri lebih jauh dan secara mendalam, bagaimana mereka melakukan kegiatan pengajian, sehingga mampu


(11)

membentuk sebuah pribadi yang mantap, tidak terganggu dengan keadaan lingkungan yang cenderung hedonis dan materialistis. Pertemuan mereka yang rutin satu kali dalam sepekan, dimana tiap kelompok memiliki penanggung jawab dan dibina oleh seorang murrabi.

Penelitian yang dilakukan oleh Dimyathi (2001) dalam eksperimen yang dilakukannya, mengemukakan:

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan Dakwah Sistem Langsung lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pendekatan konvensional.

2. Pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 95% dibandingkan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional dengan ketuntasan materi hanya sampai 40%. 3. Terjadi perubahan signifikan terhadap perilaku siswa yang diajar

dengan metode dakwah sistem langsung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan peningkatan pengamalan agama antara kelas eksperimen dan kelas control sebesar 96,75 % : 61,5%.

Dari tinjauan metode yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring agama Islam, yakni penyajian mentoring dalam suasana yang menyenangkan (fun), sesuai dengan pendapat De Porter (2004) dan Rose (2002) tentang pentingnya menciptakan suasana gembira untuk meningkatkan penerimaan siswa atas materi yang disampaikan dan bahkan dapat mengubah sikap negatif. Dari sisi yang lain, konsep suasana fresh yang diterapkan pada pelaksanaannya merupakan usaha yang baik untuk menghilangkan kejenuhan siswa. Selain itu, konsentrasi pada pelaksanaan proses pembelajaran (focus) adalah salah satu prinsip komunikasi ampuh yang dikemukakan De Porter (2004). Selanjutnya hubungan mentor dan peserta mentoring selayaknya teman sebaya (friendly) membuat mentor dapat berhubungan dengan intensif dan melakukan cara-cara informal untuk mengatasi tindakan menyimpang dari peserta mentoring. Setelah terbentuk ikatan emosional


(12)

yang kuat antara mentor-peserta mentoring dan sesama peserta mentoring, muncul perasaan saling percaya. Apabila hal ini telah ada, maka terbentuk kelompok sebaya bernuansa religius yang kokoh.

Dengan melihat kecenderungan remaja untuk lebih dekat pada kelompok sebaya dibandingkan pada lingkungan sosialnya yang lain, maka perbaikan moral dan pembentukan perilaku remaja dapat dilakukan secara efektif melalui kelompok religius ini. Pola pendekatan fun, fresh, focus, dan friendly sangat sesuai dengan karakteristik pelajar usia remaja secara umum dan merupakan proses pembelajaran yang efektif dari tinjauan metode pengajaran mutakhir, serta mampu memberikan solusi kongkrit atas permasalahan pendidikan Agama di Indonesia.

Kemampuan yang harus dimiliki dan diterapkan oleh konselor atau guru pembimbing adalah kemampuan layanan bimbingan kelompok dalam kegiatan kelompok. Kemampuan dalam memberikan layanan konseling dalam kelompok adalah sangat penting, hal ini disebabkan klien, yaitu siswa atau individu yang mempunyai berbagai permasalahan kadang mempunyai kesulitan untuk mengungkapkan berbagai permasalahannya. Layanan konseling dalam suatu kelompok juga akan lebih mudah untuk memberikan berbagai upaya yang diharapkan oleh konselor sekolah atau guru pembimbing untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling.

Layanan bimbingan kelompok diberikan secara khusus kepada siswa untuk dapat lebih berpastisipasi dengan memberikan kesempatan dalam berkembang dan mengeksplorasi berbagai tujuannya serta berfikir secara positif dalam suasana yang penuh kejujuran, saling mendengarkan dan berbagi. Menurut Olusakin


(13)

(2008) Bimbingan kelompok merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk memberikan dukungan dan membantu siswa dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan belajar, karir dan pribadi atau social.

Penguasaan dan pengetahuan mengenai pendekatan – pendekatan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok akan sangat berguna bagi konselor sekolah atau guru pembimbing, hal ini disebabkan dasar, konsep, prosedur, teknik dan pendekatan konseling –baik konseling individual dan konseling kelompok– berasal dari budaya yang berlainan dengan budaya di Indonesia.

Layanan bimbingan dan konseling dalam studi ini berada dalam kerangka pendidikan secara keseluruhan. Sehingga, sebagai layanan kemanusiaan yang bertolak pada hakikat manusia, tumbuh kembangnya layanan bimbingan dan konseling dalam berbagai seting dipengaruhi oleh pandangan filosofis yang dianut oleh Negara yang bersangkutan. Kondisi ini menjadikan berkembangnya berbagai padangan model penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.

Bimbingan kelompok, sebagai salah satu teknik layanan yang diberikan kepada peserta didik, tentunya tidak akan lepas dari berbagai pendekatan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan bimbingan, yaitu Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. (Rochman Natawidjaja, 1987 ; 32).

Kegiatan Bimbingan kelompok dengan pendekatan Halaqah merupakan salah satu teknik layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik dalam suasana kelompok dengan menggunakan prosedur dan langkah – langkah dalam pelaksanaan halaqah. Model bimbingan kelompok dengan


(14)

pendekatan halaqah ini, menekankan kepada pembinaan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan menyesusikan diri.

Berdasarkan pada konsep dasar bimbingan dan konseling kelompok, konsep dan komponen model bimbingan dan konseling serta konsep halaqah, maka yang dimaksud dengan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah adalah suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap–tahap pelaksanaan kegiatan halaqah. Rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam komponen–komponen: (1) prinsip dasar, yang mencerminkan konsep bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, visi dan misi bimbingan dan konseling, kebutuhan siswa; (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi penyesuaian diri remaja di SMA; (3) isi bimbingan kelompok, yang meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan (4) dukungan sistem.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini difokuskan kepada program bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah. Hasil yang diharapkan adalah mampu meningkatkan kemampuan penyesuaian diri pada remaja, khususnya siswa pada tingkatan menengah atas.

B. Fokus Permasalahan dan Perumusan Masalah

Pengaruh suatu kelompok terhadap anggotanya, yang memberikan dampak terhadap sikap dan tingkah laku remaja dalam pergaulan sehari-hari dan penyesuaian diri sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Dalam penelitian ini difokuskan terhadap pelaksanaan kegiatan Halaqah, sebagai sebuah kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Dimana perhatian akan dipusatkan pada


(15)

peningkatan kemampuan penyesuaian diri remaja di dalam sebuah kelompok untuk mencapai tugas–tugas perkembangan dengan optimal.

Kondisi-kondisi lingkungan kelompok pada pribadi remaja dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap penyelesaian tugas-tugas perkembangan yang akan terjadi. Sehingga penelitian ini akan menelaah, bagaimana kondisi-kondisi pengalaman secara umum dalam sebuah pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Halaqah dapat mempengaruhi sikap dan perilaku serta meningkatkan kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan remaja.

Bertolak dari pemikiran tersebut, maka rumusan permasalahan penelitan dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil penyesuaian diri remaja sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok yang diberikan pendekatan halaqah dengan kelompok yang tidak diberikan pendekatan halaqah ?

2. Bagaimana profil penyesuaian diri remaja setelah pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok yang diberikan pendekatan halaqah dengan kelompok yang tidak diberikan pendekatan halaqah?

3. Bagaimana profil Model Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Halaqah untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja?

4. Apakah pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode Halaqah efektif digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pelaksanaaan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjadikan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah menjadi salah satu bentuk strategi pemberian layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas. Khususnya dalam pelaksanaan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja berdasarkan konsep-konsep bimbingan dan konseling. Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk memperoleh data yang berkenaan:

1. Profil penyesuaian diri remaja sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok yang diberikan pendekatan halaqah dengan kelompok yang tidak diberikan pendekatan halaqah.

2. Profil penyesuaian diri remaja setelah pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok yang diberikan pendekatan halaqah dengan kelompok yang tidak diberikan pendekatan halaqah.

3. Profil Program Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Halaqah untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja

4. Keefektifan pelaksanaan program bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja, dan perbedaan dalam peningkatan kemampuan penyesuaian diri remaja bagi siswa yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah dan yang tidak menggunakan pendekatan halaqah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis. Manfaat yang teoritis berkaitan dengan pengembangan teori dan konsep tentang bimbingan


(17)

dan konseling, khususnya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, sedangkan manfaat praktis berkaitan dengan hasil penelitian adalah untuk mendukung dan memfasilitasi konselor sekolah atau guru pembimbing dalam menjalankan tugas – tugasnya.

Berikut uraian manfaat teoritis dan praktis dari hasil penelitian : 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan teori tentang dasar–dasar dan landasan konseptual suatu model bimbingan kelompok dengan menggunakan pendekatan halaqah dalam meningkatkan penyesuaian diri remaja. Dalam jangkauan yang lebih luas, penelitian ini akan memberikan konstribusi terhadap khasanah keilmuan dan memberikan wawasan bagaimana memberikan intervensi bimbingan dan konseling khususnya dalam pelaksanaan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, jika dalam penelitian model bimbingan kelompok dengan pendekaan halqah ini memiliki bukti empiris sebagai model yang efektif, maka penelitian ini akan memberikan sumbangan sebagai salah satu model bimbingan alternatif untuk mendukung kerja guru pembimbing atau konselor sekolah dalam melaksanakan tugas–tugasnya, khususnya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kelompok.

Para guru pembimbing atau konselor sekolah khususnya di tingkat SMA, dapat menggunakan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah ini, untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja serta membantu siswa mencapai


(18)

perkembangannya yang optimal. Dan diitegrasikan dalam program–program bimbingan dan konseling secara keselurahan.

E. Asumsi Dasar

Penelitian ini dilandasi oleh beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya melalui transpormasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. (Juntika Nurikhsan, 2005)

2. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah berfungsi sebagai pemberi layanan kepada siswa agar masing-masing dapat berkembang menjadi pribadi mandiri secara optimal. Secara khusus dilihat dari sifatnya, layanan tersebut dapat berfungsi pencegahan (preventif), pengembangan, dan perbaikan (kuratif). Blocher (dalam Ahman, 1998 ; 18) mengemukakan, model bimbingan perkembangan memungkinkan konselor untuk memfokuskan tidak sekedar ganguan emosional klien melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam penguasaan tugas–tugas perkembamgan, menjebatani tugas–tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumber daya dan kompetemsi dalam memberikan bantuan terhadap pola perkembangan yang optimal dari klien.


(19)

3. Bimbingan kelompok sebagai bentuk khusus dari layanan bimbingan dan konseling, merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang khas, karena dalam proses kegiatannya dilaksanakan lebih dari dua orang. Demikian juga dalam aspek pertemuan tatap mukanya yang tergabung dalam suatu kelompok.

4. Pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan pendekatan Halaqah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembinaan remaja. Sehingga siswa yang mendapatkan bimbingan dan konseling dengan pendekatan Halaqah mempunyai kepribadian yang mantap dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan bimbingan dan konseling dengan pendekatan Halaqah.

5. Masa remaja merupakan masa yang kritis bagi perkembangan kepribadian, sehingga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadiannya di masa mendatang. Sehingga pada usia remaja, mereka sangat rentang terhadap pengaruh lingkungan dimana mereka tinggal, hal ini disebabkan pada masa remaja merupakan masa peralihan dan masa untuk mencari jati dirinya.

F. Hipotesis

Berdasarkan asumsi dasar di atas, maka hipotesis yang dibuat dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti adalah: Terdapat perubahan positif signifikan dalam tingkat keberhasilan peningkatan kemampuan penyesuaian diri remaja setelah diberikan bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.


(20)

81

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, untuk menguji pengaruh model bimbingan kelompok dengan peningkatan penyesuaian diri remaja maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dan menggunakan metode penelitian quasi-experiments. Penelitian ini tidak menggunakan percobaan murni (true experiment), karena tidak mungkin menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni, yang sama sekali bebas dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan eksperimental.

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu ;

1. Tahap pertama Penelitian Pendahuluan. Pada tahap ini, penelitian dilakukan untuk mempertajam fokus penelitian dan pengembangan kontruk penelitian. 2. Tahap kedua Perumusan Model Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan

Halaqah. Tahap ini penelitian dengan melakukan berbentuk group-focused discussion yang melibatkan pakar bimbingan dan konseling untuk

melakukan validasi teori dan menilai kelayakan (feasibility). Selanjutnya melakukan uji coba instrumen untuk mencari validitas dan reliabilitas instrumen.


(21)

dilakukan dengan memotret profil penyesuaian diri remaja sebelum dan sesudah mengikuti model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah. 4. Tahap keempat pelaksanaan Model Bimbingan Kelompok dengan

Pendekatan Halaqah. Pada tahap ini uji coba dilakukan melalui penerapan model bimbingan dan konseling dengan pendekatan halaqah dalam kelompok terbatas.

Berdasarkan tahap–tahap penelitian tersebut, maka rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1. Rancangan Penelitian

B. Definisi Operasional

1. Model Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Halaqah.

Model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah adalah suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap– tahap pelaksanaan kegiatan halaqah. Rencana dan pola kegiatan tersebut


(22)

dijabarkan ke dalam komponen–komponen: (1) prinsip dasar, yang mencerminkan konsep bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, visi dan misi bimbingan dan konseling, kebutuhan siswa; (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi penyesuaian diri remaja di SMA; (3) isi bimbingan kelompok, yang meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan (4) dukungan sistem.

Tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah antara lain:

a) Pembukaan (iftitah).

b) Lintasan ayat dan tadabbur (Tilawah). c) Kultum dari peserta (Tausiyah).

d) Tujuan pembicaraan hari itu dan agenda pembicaraan (ahdaf). e) Penyampaian materi tarbiyah (Talaqqi).

f) Evaluasi terhadap segala kondisi (Mutaba’ah).

g) Pembahasan program kerja dan pengumunan dan informasi penting (Taklimat).

h) Penutup dan kesimpulan.

2. Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Halaqah Yang Efektif Bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah yang efektif adalah proses bimbingan kelompok adalah bimbingan kelompok yang memiliki dinamisasi yaitu proses yang bergerak secara berubah–ubah, sehingga menumbuhkan semangat dan menghilangkan kejenuhan serta memiliki produktivitas yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu. Artinya suatu bimbingan kelompok dengan pendekatan


(23)

halaqah yang dikatakan efektif apabila memiliki proses yang dinamis dan mampu menghasilkan tujuan yang diharapkan.

3. Penyesuaian diri remaja.

Penyesesuaian diri adalah penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon–respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan

Penyesuaian diri yang baik (well adjusment ) pada remaja yang terkait dengan tugas–tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst adalah sebagai berikut : a) Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara

lebih efektif.

b) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

c) Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang sebaya.

d) Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. e) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab.

f) Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial.


(24)

h) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

C. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah salah satu sekolah Menengah Atas di Kota Sukabumi yaitu SMA Negeri 1 Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jalan RH. Didi Sukardi No. 186 Kota Sukabumi, yang relatif heterogen dari segi latar belakang ekonomi, dan sosial budaya siswa, dengan subjek penelitiannya pada kelas XI.

Sesuai dengan rancangan penelitian, bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi-eksperimen. Maka peneliti menggunakan desain penelitian dengan nonequivalent control groups design (desain kelompok kontrol nonekuivalen), sebuah kelompok treatment dan sebuah kelompok pembanding (kontrol) diperbandingkan dengan menggunakan ukuran–ukuran pra uji (pretest) dan pasca uji (postest). Sehingga dalam menentukan sampel penelitian tidak dilakukan secara acak, melainkan dengan menggunakan siswa dalam kelas utuh (natural setting).

Desain kelompok kontrol nonekuivalen dapat dikihtisarkan sebagai berikut :

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Gambar 3.2


(25)

Langkah penentuan sampel adalah dengan memilih kelas yang mempunyai karakteristik sama, seperti usia, tingkat, jumlah siswa, waktu belajar. Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah kelas XI Program Studi Ilmu Sosial. Langkah berikutnya penentuan kelompok yang diberi perlakuan kelompok eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Maka dipilih satu kelas untuk untuk diberikan bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah dan satu kelompok lagi dipilih sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan halaqah tapi diberikan dengan metode konvensional, dengan jumlah masing– masing tiap kelasnya adalah sebagai berikut:

TABEL 3.1

JUMLAH SUBJEK MENURUT JENIS KELAMIN DAN GRUP Jenis

Kelamin

KELOMPOK EKSPERIMEN

KELOMPOK

KONTROL Jumlah

Laki-laki 28 24 52

Perempuan 13 15 28

Jumlah 41 39 80

Subjek penelitian adalah sebanyak 80 orang siswa, yang terbagi menjadi dua rombongan belajar, yakni satu rombongan belajar dijadikan Kelompok Eksperimen (KE) dengan jumlah subjek 41 orang siswa dan satu rombongan lainnya dijadikan Kelompok Kontrol (KK) dengan jumlah 39 orang siswa.

Seluruh subjek terdiri dari 52 orang siswa laki-laki dan 28 orang siswa perempuan. Jumlah subjek laki-laki lebih banyak dari dari pada subjek perempuan, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.


(26)

EKS Persentase 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Persent D. Pengembangan Berdasarkan fo penelitian, yaitu instr Remaja, dan (2) Impl Halaqah. Tahap–taha penelitian ini dengan validitas dan reliabilit 1. Penyusunan In Instrumen kema perilaku siswa (remaj –tugas perkembanga pendahuluan, dirumu disusun kisi–kisi

EKSPERIMEN KONTROL EKSPERIMEN KO

PRIA WANITA

68.29% 31.71% 61.54%

Garfik 3.1

entase Subjek Menurut Jenis Kelamin Dan Gru

an Instrumen Penelitian

fokus masalah dalam penelitian, terdapat strumen untuk mengukur : (1) Peningkatan P

plementasi Model Bimbingan Kelompok den ahap pengembangan instrumen untuk meng an melakukan adalah penyusunan instrumen ilitas instrumen.

Instrumen Penelitian.

mampuan penyesuaian diri merupakan alat u aja) menurut aspek dan indikator penyesuaian gan remaja. Berdasarkan hasil studi pust muskan definisi konseptual dan operasion penyusunan instrumen untuk menguku

KONTROL

38.46%

rup

at dua instrumen Penyesuaian Diri engan Pendekatan ngumpulkan data en dan pengujian

t untuk mengukur ian diri serta tugas ustaka dan studi ional, selanjutnya kur peningkatan


(27)

penyesuaian diri remaja, adapun kisi – kisi instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

TABEL 3.2

KISI – KISI INSTRUMEN PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA

Dimensi Aspek Indikator No.

Item

Pribadi 1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif

− Memberikan perhatian terhadap terjadinya perubahan proporsi tubuh

1 – 5

− Berusaha menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi

6 – 10

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

− Mengekspresikan diri me-lalui kata – kata, mengenai berbagai persoalan dengan santai

11 – 15

− Dalam menghadapi masalah tertentu yang penting tetap mem-butuhkan nasihat orang tua untuk memantapkan dalam pengambilan keputusan

16 – 20

− Bertanggung jawab terhap kegiatan yang dilakukannya.

21 – 25 − Menentukan prioritas dari

berbagai kegiatan

26 – 30 − Mampu mengatur kegiatan 31 – 35 3. Dapat menjalankan

peran sosial maskulin dan feminin

− Mendapatkan kesempatan untuk mengatur keperluan keluarga, yaitu belajar menggantikan fungsi ayah sebagai kepala keluarga dan fungsi ibu sebagai ibu rumah tangga

36 – 40

− Dijadikan tempat bertanya karena dianggap dewasa

41 – 45

4. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai

− Mengorganisasikan suatu perencanaan dan usaha dalam upaya untuk mencapai tingkat karir yang teratur, yaitu perencanaan bidang studi


(28)

Dimensi Aspek Indikator No. Item

konsekuensi ekonomi dan finansial

− Mulai mempersiapkan pendidikan formal yang menunjang untuk memilih pekerjaan dan masa depan

51 – 54

− Mempelajari minat yang ada 55 – 58 5. Mempersiapkan

perkawinan dan membentuk keluarga

− Memikirkan dan mempunyai harapan untuk membina keluarga

59 – 63

− Mendapatkan pengetahuan dalam mengelola dan mengasuh anak

64 – 68

Sosial 1. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang sebaya.

− Dengan teman :

tempat berbagi masalah menggunakan waktu senggang dan merasa berarti

69 – 76

− Kelompok : belajar bertanggung jawab terhadap kelompok, tukar pendapat, member sumbang saran, untuk belajar mengambil keputusan.

77 – 83

− Diri sendiri : berusaha dengan sungguh – sungguh melakukan kegiatan yang telah direncanakan

84 – 89

2. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab

− Berpartisipasi sebagai orang dewasa dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat, agama dan bangsa

90 – 93

− Merasa dibutuhkan oleh orang lain dan dapat membantu orang lain

94 – 97 − Belajar mengorbankan berbagai

kesenangan individu untuk kebaikan kelompok

98– 103

3. Memperoleh perang-kat nilai

− Mengetahui kelemahan dan


(29)

Dimensi Aspek Indikator No. Item

dan sistem etis sebagai pegang-an untuk berperilaku sesuai norma yang ada di masyarakat.

− Berminat untuk mempelajari agama dan menentukan apa yang diinginkan dengan memegang prinsip agama

109–114

Lingkungan 1. Pribadi − Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebih-lebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri

115–120

− Terhindar dari perasaan frustrasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya

121–126

− Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional

127–128 − Mampu belajar, mampu

mengembangkan kualitas dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari

129–132

− Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu, baik yang terkait dengan keberhasilan maupun

kegagalan untuk

mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik

133–136

− Bersikap objektif dan realistik; mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar

137-141

2. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab

− harus mampu menyelaraskan antara pemahaman keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan di mana ia berada


(30)

Dimensi Aspek Indikator No. Item

− Self-actualization, memiliki arti bahwa individu mamu menerima kekurangan orang lain dan menerima hakikat manusia sebagai mana mestinya.

151–157

2. Uji Coba Instrumen Penelitian.

Hakikatnya pada setiap pengukuran selalu diharapkan untuk mendapat hasil ukur yang akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal (Hadi, 2000) oleh karena itu sebelum skala diberikan kepada subjek yang sebenarnya maka sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu.

Maksud dari uji coba ini adalah (1) menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, (2) menghilangkan kata-kata yang menimbulkan makna ganda, (3) memperbaiki pertanyaan yang hanya menimbulkan jawaban dangkal (Hadi, 2000).

a) Memeriksan Ketepan Skala Dari Tiap Pernyataan

Untuk memeriksan ketepatan skala dari setiap pernyataan ini dilakukan dengan menganalisis normalitas penyebaran frekuensi pada kontinum skala tersebut. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: untuk pernyataan positif: Selalu (SL) diberi skor 4, Sering (SR) diberi skor 3, Kadang–Kadang (KK) diberi skor 2, Jarang (JR) diberi skor 1 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 0. Untuk pernyataan negatif: Selalu (SL) diberi skor 0, Sering


(31)

(SR) diberi skor 1, Kadang–Kadang (KK) diberi skor 2, Jarang (JR) diberi skor 3 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 4.

Berikut ini disajikan tabel perhitungan bobot skala untuk pernyataan nomor dua dari instrumen instrumen peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian pribadi.

Tabel 3.3

PERHITUNGAN SKALA NILAI PERNYATAAN NOMOR DUA Selalu Sering

Kadang-Kadang Jarang

Tidak Pernah

f 5 4 25 4 1

p = f / N 0,128 0,103 0,641 0,103 0,026

pk 0,128 0,231 0,872 0,974 1,000

pk-t 0,064 0,179 0,551 0,923 0,987

z -1,522 -0,919 0,128 1,426 2,226 nilai z+1,522 0,000 0,603 1,650 2,948 3,748

z dibulatkan

( Nilai Akhir ) 0 1 2 3 4

b) Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas alat ukur akan dipenuhi dengan validitas isi. Suatu alat ukur dikatakan shahih apabila alat itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penyusunan alat ukur untuk penelitian ini, dipertimbangkan untuk menggunakan keshahihan isi (content validity). Keshahihan isi merupakan kelengkapan atau ketepatan pencuplikan isi instrumen penelitian. Untuk mencapai hal ini, sebelumnya disusun kisi-kisi alat ukur penelitian secara rasional. Penggunaan validitas isi akan menunjukkan sejauh mana butir-butir dalam alat


(32)

ukur mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh alat ukur tersebut (Azwar, 2001).

Salah satu pendekatan yang umum digunakan untuk menghitung validitas konstruk adalah dengan mengkorelasikan skor pada setiap butir suatu alat ukur dengan skor total (item-total correlation). Dan teknik yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total adalah korelasi

Product Moment dari Pearson. Suatu angket dinyatakan valid jika terdapt

hubungan yang signifikan positif antara skor butir dengan skor total. Hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi r. Signifikasi koefisien korelasi dari butir ditetapkan secara statistik dengan membandingkannya dengan harga kritik atau nilai koefisien korelasi yang terdapat pada tabel signifikasi product moment pada tingkat signifikasi (p) dan derajat kebebasan tertentu (d.f). dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat signifikasi (p) sebesar .05 atau tingkat kepercayan 95% dengan derajat kebebasan 40.

Secara teknis, perhitungan koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS ver 16.0. Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 40 responden dengan 68 butir untuk pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian pribadi, diperoleh nilai r tabel adalah 0,312. Jadi, suatu butir angket dinyatakan memiliki validitas jika memiliki koefisien korelasi yang signifikan, yaitu sama atau lebih dari 0,312. Dari hasil uji coba instrumen, maka diperoleh hasil 28 pernyataan yang dinyatakan sahih (valid) atau diterima, sedangkan 40 pernyataan dinyatakan tidak sahih (invalid ) atau ditolak.


(33)

Terhadap 46 butir uji coba instrumen untuk pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian sosial, diperoleh nilai r tabel adalah 0,312. Jadi, suatu butir angket dinyatakan memiliki validitas jika memiliki koefisien korelasi yang signifikan, yaitu sama atau lebih dari 0,312. Dari hasil uji coba instrumen, maka diperoleh hasil 18 pernyataan yang dinyatakan sahih (valid) atau diterima, sedangkan 28 pernyataan dinyatakan tidak sahih (invalid) atau ditolak.

Terhadap 44 butir uji coba instrumen untuk pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian lingkungan, diperoleh nilai r tabel adalah 0,312. Jadi, suatu butir angket dinyatakan memiliki validitas jika memiliki koefisien korelasi yang signifikan, yaitu sama atau lebih dari 0,312. Dari hasil uji coba instrumen, maka diperoleh hasil 25 pernyataan yang dinyatakan sahih (valid) atau diterima, sedangkan 19 pernyataan dinyatakan tidak sahih (invalid) atau ditolak. Tabel berikut menyajikan ringkasan hasil analisis validitas (analisis butir), sedangkan secara lengkap dapat diperiksa pada lampiran.

TABEL 3.4

RINGKASAN HASIL ANALISIS BUTIR ANGKET PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA.

Dimensi Aspek

Jumlah butir

Asal Signifikan Tidak Signifikan

Pribadi 1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif

10 7 3

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

25 6 19

3. Dapat menjalankan peran sosial


(34)

Dimensi Aspek

Jumlah butir

Asal Signifikan Tidak Signifikan

4. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial

13 4 6

5. Mempersiapkan perkawinan dan

membentuk keluarga 10 6 4

Sosial 1. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang sebaya.

22 9 13

2. Berperilaku sosial yang

bertanggung jawab 14 4 10

3. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

10 6 4

Lingkung an

1. Pribadi 27 12 15

2. Berperilaku sosial yang

bertanggung jawab 17 13 4

Jumlah 158 71 84

b). Uji Reliabilitas Instrumen

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman-Brown Coefficient, maka diperoleh hasil untuk 28 butir item pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian pribadi yang sudah valid menunjukkan hasil yang reliabel koefisien reliabilitas adalah sebesar 0,923. Sedangkan untuk 19 butir item pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian sosial yang sudah valid menunjukkan hasil yang reliabel koefisien reliabilitas adalah sebesar 0,787, dan untuk 25 butir item pernyataan peningkatan penyesuaian diri remaja, dimensi penyesuaian lingkungan yang sudah valid menunjukkan hasil yang reliabel koefisien reliabilitas adalah sebesar 0,734. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(35)

TABEL 3.5

HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

No Aspek Jumlah

item

Hasil uji Reliabilitas dengan

Spearman-Brown Coefficient

Kesimpulan

1 Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja, Dimensi Penyesuaian Pribadi

28 0,923 Realibel

2 Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja, Dimensi Penyesuaian Sosial

19 0.783 Realibel

3 Peningkatan Penyesuaian Diri Remaja, Dimensi Penyesuaian lingkungan

25 0.734 Realibel

Jumlah butir yang siginifikan, pada angket yang diujicobakan telah mencukupi dan mencakup semua aspek yang diukur. Demikian juga koefisien reliabilitas yang menunjukkan hasil yang tinggi. Oleh karena itu tidak dilakukan uji coba lanjutan.

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Pengumpulan Data

Persiapan penelitian dimulai dengan mengajukan permohonan ijin penelitian pada bagian akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan menunjukkan proposal penelitian yang telah disetujui dosen pembimbing. Berdasarkan surat ijin penelitian dari pengelola Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia penulis mengajukan ijin penelitian kepada kepala sekolah SMAN 1 Kota Sukabumi.


(36)

Dalam penelitian ini akan pengumpulan data ada beberapa jenis yaitu; data yang pertama dengan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kondisi objektif mengenai profil penyesuaian diri remaja sebelum mengikuti bimbingan kelompok; kedua, data tentang penyesuaian diri remaja yang dilakukan dalam dua tahap yaitu data hasil pretest dan postest; ketiga, profil siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok; dan keempat adalah gambaran objektif tentang pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

2. Pelaksanaan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Januari s.d. 24 Maret 2009. Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan data profil penyesuaian diri remaja sebelum menguikuti bimbingan kelompok, maka peneliti dibantu oleh Guru Pembimbing dan Pengawas dari Dinas Pendidikan Kota Sukabumi. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling, di kelas yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, selama pelaksanaan bimbingan kelompok peneliti di dampingi dengan pengawas mengamati pelaksanaan bimbingan kelompok tersebut.

Data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, yaitu meliputi 1) data pretest dan postest dari dua kelompok, 2) hasil observasi pelaksanaan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru pembimbing bersama pengawas pendidikan, data tersebut selanjutnya dianalisis melalui tahapan reduksi data, pemaparan data dan verivikasi data. Pada tahap reduksi data melalui proses editing, pemfokusan dan mengabstraksikan data


(37)

menjadi informasi yang lebih bermakna. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, dan observasi diklasifikasikan berdasarkan golongan-golongan berikut ini: (1) kesulitan guru pembimbing mengimplementasikan model serta upaya untuk mengatasinya, dan (2) kesulitan siswa dalam mengikuti proses bimbingan kelompok.

Untuk menguji tingkat efektivitas model pembelajaran yang telah dikembangkan dilakukan dengan cara mengevaluasi pelaksanaan hasil model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja selanjutnya menganalisis hasil data antara nilai siswa sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok (pretest) dan nilai siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok (postest). Pengolahan data yang dilakukan adalah perbandingan rata-rata antara nilai pretest dengan postest dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata.

3. Teknik Analisis Data

Tujuan utama dalam melakukan analisis adalah menetapkan apakah data yang kita peroleh pada sebuah penelitian mendukung klaim perilaku (Abelson ; 1995 dalam Shaughnessy, E.B. Zechmeister dan J.S. Zechmeister, 2007 ; 427). Teknik data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan parametrik. Selanjutnya ada tiga tahap data analisis yang berbeda tapi saling behubungan satu sama lain, yaitu mengenal data, meringkas data dan mengonfirmasikan sesuatu yang diungkap.

Pada tahap mengenal data, peneliti melakukan menganalisis data dengan memeriksa fitur-fitur umumnya data dan bila perlu mengeditnya dan


(38)

membersihkan data. Tahap berikutnya adalah dengan meringkas data, yaitu untuk mengukur tendensi sentral termasuk mean (rata–rata), median, dan mode. Juga untuk menentukan ukuran-ukuran variabilitas yaitu range (rentang nilai) dan deviasi standar. Tahap ketiga, adalah menggunakan interval kepercayaan untuk mengonfirmasikan yang diungkap oleh data yaitu dengan mengonstruksikan

confidence interval (interval kepercayaan) untuk parameter populasinya dapat

dihitung untuk satu mean atau perbedaan mean populasi.

Setelah pengujian normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji-t terhadap dua sampel independen (Independent-Sample t Test) yaitu postes Kelompok Eksperimen (Kelas XI IPS 2) dan postes Kelompok Kontrol (Kelas XI IPS 4) berdasarkan hasil skor rata-rata dan gain skor. Dalam pengujian hipotesis, kriteria yang digunakan adalah:

H0 : µ1 = µ2,

H1 : µ1 > µ2

dimana:

µ1 = mean skor Penyesuaian Diri dari Kelompok Eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

µ2 = mean skor Penyesuaian Diri dari Kelompok Kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

Dengan daerah penerimaan: Jika P-value < α, maka H0 ditolak


(39)

Dan untuk menentukan efektifitas model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, maka dengan melakukan uji t. Dengan interval kepercayaan 95%, α = (1 – 0,95) = 0,05. Selanjutnya dalam membantu perhitungan dan

pengolahan data statistik, maka peneliti menggunakan program komputer yaitu SPSS 16.0 for Windows.


(40)

146

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan, studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Petama, model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah adalah suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap–tahap pelaksanaan kegiatan halaqah. Rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam komponen– komponen: (1) prinsip dasar, yang mencerminkan konsep bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, visi dan misi bimbingan dan konseling, kebutuhan siswa; (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi penyesuaian diri remaja di SMA; (3) isi bimbingan kelompok, yang meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan (4) dukungan sistem

Kedua, gambaran umum hampir seluruh siswa sebelum mengikuti

mengikuti bimbingan kelompok pada kelompok kontrol memperoleh hasil skor rata-rata yang lebih tinggi yaitu 168,33 dengan standar deviasi 15,12 dibandingkan hasil skor rata-rata pada kelompok eksperimen yaitu sebesar 167,37


(41)

dengan deviasi standar 19,94, namun secara umum kedua kelompok memperlihatkan skor rata-rata yang masih rendah.

Ketiga, berdasarkan data yang diperoleh gambaran umum hampir seluruh

siswa setelah mengikuti mengikuti bimbingan kelompok pada kelompok ekspeimen memperoleh hasil skor rata-rata yang lebih tinggi yaitu 232,073 dengan standar deviasi 14,203 dibandingkan hasil skor rata-rata pada kelompok kontrol yaitu sebesar 214,154 dengan deviasi standar 12,089. Hal ini memperlihatkan peningkatakan kemampuan penyesuaian diri remaja setelah mengikuti bimbingan kelompok, khususnya terhadap kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah memperoleh hasil skor rata-rata dan skor gain yang lebih tinggi dibandingkan hasil skor rata-rata dan skor gain pada kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

Keempat: model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah ini

terbukti dapat meningkatkan rata-rata kemampuan siswa dalam pemahaman dan pengetahuan juga implementasi bagaimana melakukan penyesuaian diri baik dengan pribadi, sosial dan lingkungan. Hal ini ditandai dengan meningkatknya persentase dari sebelum mengikuti bimbingan kelompok dengan setelah mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

Kelima, berdasarkan hasil analisis data untuk menguji hipotesis yang

diajukan diperoleh hasil bahwa bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja, khususnya untuk tingkat SMA diperoleh hasil diperoleh hasil uji-t = 6,062 dengan


(42)

derajat kebebasan 78, dengan p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 maka

penelitian ini memperlihatkan hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah. Dengan hasil uji hasil uji-t dua sampel independen berdasarkan skor gain kedua kelompok diperoleh hasil yaitu t

= 3,895 dengan derajat kebebasan 67,421 dan p-value (2-tailed) = 0.000 lebih

kecil dari α = 0,05, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa model

bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja.

B. Saran

Peningkatan kemampuan penyesuaian diri remaja baik dalam penyesuaian pribadi, sosial dan lingkungan khususnya untuk tingkat SMA serta pemahaman dan pengetahuan akan tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dimiliki oleh setiap siswa merupakan sangat penting, maka model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah bisa dilaksanakan sebagai salah satu model dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA, khususnya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.

Keterbatasan model ini adalah kurang dikenalnya metode halaqah oleh personel bimbingan atau guru pembimbing secara umum, sehingga dalam mengimplementasikannya akan menemukan kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, selain dituntut kreatifitas guru pembimbing ada beberapa prasyarat yang


(43)

harus dipenuhi oleh guru pembimbing yang akan melaksanakan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, antara lain: (1) pemahaman dan pengetahuan guru pembimbing tentang konsep-konsep halaqah, (2) kemampuan guru pembimbing mengusai materi-materi halaqah, (3) kemampuan guru pembimbing dalam mengembangkan materi bimbingan, layanan dasar bimbingan, layanan responsive dan layanan individual, serta (4) persiapan pribadi dari guru pembimbing, karena harus memposisikan diri sebagai seorang murabbi dan harus memiliki pemahaman tentang kualitas pribadi konselor.

Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang sama, disarankan meneliti dan mengembangkan model konseling kelompok dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengitegrasikan konsep halaqah ke dalam konsep bimbingan dan konseling. Terutama dalam tema pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti observasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan angket.


(44)

150

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an

Abu ‘Izzuddin, Solikhin. (2006). Quantum Tarbiyah. Solo. Bina Insani Press. Agustiani, Hendariati, (2006), Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi

Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja,

Refika Aditama, Bandung

Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan dan Konseling di

Sekolah Dasar. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung.

Arikunto, Prof. Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Bowers, Judy L., and Hatch, Patricia A., (2002) The National Model For School

Counseling Programs. American School Counselor Association.

Corey, Marianne Schneider., and Corey, Gerald., (2006) Groups Process and

Practice Seventh Edition, Thomson Brooks/Cole.

Dimyathi, Sholeh. (2001) .”Pendekatan Metode Dakwah Sistem Langsung (DSL

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK DKI Jakarta.” Jakarta.

Eitzen, Stanlen D, (1986) Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto

Furqon, (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit Alfabeta. Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in

Education. New York : McGraw-Hill Inc.

Gazda., George M., (1984) Group Counseling : A Developmental Approach. Allyn and Bacon, Inc., Boston, Sydney, Toronto

Huraerah, Abu., dan Purwanto (2006). Dinamika Kelompok. Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psycology, A Life-Span Approach.

Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Hartup, W. W. (1992). Having Friends, Making Friends, and Keeping riends.

ERIC Digest. Urbana IL : ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education. (Online). Tersedia: http://www.ed.gov/databases/

ERIC_Digests/ed345854.html (12 Januari 2007)

Kartono, Kartini,( 1986), Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta Kale, Sudhir H. (2004). Spirituality, Religion, and Globalization. Journal of


(45)

Lubis, Satria Hadi. (2006). Rahasia Kesuksesan Halaqah (Usroh). Tangerang. FBA Press.

. (2003). Menjadi Murobbi Sukses. Jakarta. Kreasi Cerdas Utama.

Mahmud, Ali Abdul Halim. (2005). Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Jakarta. Era Intermedia.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. (2001). Research in Education. New York : Longman

Myrick, Robert D. (1993) Developmental Guidance and Counseling. A Practical

Approach Second Edition. Minneapolis. Educational Media Corporation.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2001. Psikologi Perkembangan:

pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjahmada

University Pers

Muro, James J., and Kotman Terry (1995). Guidance And Counseling In The

Elementary And Middle Schools. A Practical Approach. Iowa. Brown &

Brechmark.

Nurihsan, Juntika, (1998), Bimbingan Komprehensif: Model Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Menengah Umum. Disertasi (Tidak Diterbitkan).

Bandung.

(2006), Bimbingan dan Konseling: Dalam Berbagai Latar

Kehidupan, Refika Aditama, Bandung

Nurihsan, Juntika, dan Mamat Supriatna, (2005), Pendidikan Konseling di Era

Global: Dalam Perspektif Prof. DR. M. Djawad Dahlan. Bandung.

Penerbit Rizqi Press

Natawidjaja, Rochman (1987). Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok

I. Bandung. Penerbit CV. Dipenogoro.

Prayitno (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil). Jakarta. Ghalia Indonesia

Parsloe, Eric (2008) The Oxford School of Coaching & Mentoring, tersedia

http://www.mentorset.org.uk/pages/mentoring.html (13 januari 2007)

Rusmiyati,. Dkk. (2003) Panduan Mentoring Agama Islam Buku Materi Jilid I. Jakarta. Departemen Iqro Club.

Sarwono, S.W. (2000) Psikologi Remaja (edisi pertama). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Shaughnessy, J. John., Zechmeister, Eugene B., and Zechmeister, Jeanne S., (2007) Metodologi Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar.


(46)

Soerjono Soekanto. (1988). Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta

Surya, M., dan Natawidjaja, Rochman (1997), Pengantar Bimbingan Dan

Penyuluhan. Jakarta. Universita Terbuka

Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Penerbit Rosda Karya

Supriandi, Dedi (2005). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung. Penerbit Rosdakarya.

Uyanto, S. Stanislaus (2009). Pedoman Analisis data dengan SPSS. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu

Wibowo, Mungin Eddy (2001) Model Konseling Kelompok di Sekolah Menengah

Umum. Disertasi. (Tidak diterbitkan). Bandung

Wingkel dan Sri Hastuti. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi.

Willis, Sofyan S., (2002) Konseling Terpadu Pemulihan Pecandu Narkoba. Tersedia di : www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/konseling_terpadu.htm (13 Januri 2007)

Yusuf, Syamyu dan Nurihsan, Juntika (2005). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung. Penerbit Rosdakarya.

Yusuf, Syamyu (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.

Yuliati, Nanik (2004). Model Konseling Kelompok Berdasarkan Pendekatan

Kognitif Perilaku Untuk Membantu Remaja Dalam Menangani Krisis Identitas Dan Damapknya Pada Penurunan Tingkat Problem Psikososial. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung.

Yuwono, Taufik, Fahrudin dan Putra, Andra Prima. (2005) Pembinaan Agama

Melalui Pendekatan Kelompok Sebaya (Mentoring) Untuk Menurunkan Angka Tawuran Pelajar SMA/SMK (Studi Kasus : Pelaksanaan Mentoring Agama Islam di DKI Jakarta).


(1)

147

dengan deviasi standar 19,94, namun secara umum kedua kelompok memperlihatkan skor rata-rata yang masih rendah.

Ketiga, berdasarkan data yang diperoleh gambaran umum hampir seluruh siswa setelah mengikuti mengikuti bimbingan kelompok pada kelompok ekspeimen memperoleh hasil skor rata-rata yang lebih tinggi yaitu 232,073 dengan standar deviasi 14,203 dibandingkan hasil skor rata-rata pada kelompok kontrol yaitu sebesar 214,154 dengan deviasi standar 12,089. Hal ini memperlihatkan peningkatakan kemampuan penyesuaian diri remaja setelah mengikuti bimbingan kelompok, khususnya terhadap kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah memperoleh hasil skor rata-rata dan skor gain yang lebih tinggi dibandingkan hasil skor rata-rata dan skor gain pada kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

Keempat: model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah ini terbukti dapat meningkatkan rata-rata kemampuan siswa dalam pemahaman dan pengetahuan juga implementasi bagaimana melakukan penyesuaian diri baik dengan pribadi, sosial dan lingkungan. Hal ini ditandai dengan meningkatknya persentase dari sebelum mengikuti bimbingan kelompok dengan setelah mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah.

Kelima, berdasarkan hasil analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan diperoleh hasil bahwa bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja, khususnya untuk tingkat SMA diperoleh hasil diperoleh hasil uji-t = 6,062 dengan


(2)

derajat kebebasan 78, dengan p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 maka penelitian ini memperlihatkan hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah. Dengan hasil uji hasil uji-t dua sampel independen berdasarkan skor gain kedua kelompok diperoleh hasil yaitu t = 3,895 dengan derajat kebebasan 67,421 dan p-value (2-tailed) = 0.000 lebih kecil dari α = 0,05, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja.

B. Saran

Peningkatan kemampuan penyesuaian diri remaja baik dalam penyesuaian pribadi, sosial dan lingkungan khususnya untuk tingkat SMA serta pemahaman dan pengetahuan akan tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dimiliki oleh setiap siswa merupakan sangat penting, maka model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah bisa dilaksanakan sebagai salah satu model dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA, khususnya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.

Keterbatasan model ini adalah kurang dikenalnya metode halaqah oleh personel bimbingan atau guru pembimbing secara umum, sehingga dalam mengimplementasikannya akan menemukan kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, selain dituntut kreatifitas guru pembimbing ada beberapa prasyarat yang


(3)

149

harus dipenuhi oleh guru pembimbing yang akan melaksanakan model bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah, antara lain: (1) pemahaman dan pengetahuan guru pembimbing tentang konsep-konsep halaqah, (2) kemampuan guru pembimbing mengusai materi-materi halaqah, (3) kemampuan guru pembimbing dalam mengembangkan materi bimbingan, layanan dasar bimbingan, layanan responsive dan layanan individual, serta (4) persiapan pribadi dari guru pembimbing, karena harus memposisikan diri sebagai seorang murabbi dan harus memiliki pemahaman tentang kualitas pribadi konselor.

Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang sama, disarankan meneliti dan mengembangkan model konseling kelompok dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengitegrasikan konsep halaqah ke dalam konsep bimbingan dan konseling. Terutama dalam tema pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti observasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan angket.


(4)

150

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an

Abu ‘Izzuddin, Solikhin. (2006). Quantum Tarbiyah. Solo. Bina Insani Press. Agustiani, Hendariati, (2006), Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi

Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja, Refika Aditama, Bandung

Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung.

Arikunto, Prof. Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Bowers, Judy L., and Hatch, Patricia A., (2002) The National Model For School Counseling Programs. American School Counselor Association.

Corey, Marianne Schneider., and Corey, Gerald., (2006) Groups Process and Practice Seventh Edition, Thomson Brooks/Cole.

Dimyathi, Sholeh. (2001) .”Pendekatan Metode Dakwah Sistem Langsung (DSL dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK DKI Jakarta.” Jakarta.

Eitzen, Stanlen D, (1986) Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto

Furqon, (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit Alfabeta. Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in

Education. New York : McGraw-Hill Inc.

Gazda., George M., (1984) Group Counseling : A Developmental Approach. Allyn and Bacon, Inc., Boston, Sydney, Toronto

Huraerah, Abu., dan Purwanto (2006). Dinamika Kelompok. Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psycology, A Life-Span Approach. Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Hartup, W. W. (1992). Having Friends, Making Friends, and Keeping riends. ERIC Digest. Urbana IL : ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education. (Online). Tersedia: http://www.ed.gov/databases/ ERIC_Digests/ed345854.html (12 Januari 2007)

Kartono, Kartini,( 1986), Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta Kale, Sudhir H. (2004). Spirituality, Religion, and Globalization. Journal of


(5)

151

Lubis, Satria Hadi. (2006). Rahasia Kesuksesan Halaqah (Usroh). Tangerang. FBA Press.

. (2003). Menjadi Murobbi Sukses. Jakarta. Kreasi Cerdas Utama.

Mahmud, Ali Abdul Halim. (2005). Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Jakarta. Era Intermedia.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. (2001). Research in Education. New York : Longman

Myrick, Robert D. (1993) Developmental Guidance and Counseling. A Practical Approach Second Edition. Minneapolis. Educational Media Corporation.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjahmada University Pers

Muro, James J., and Kotman Terry (1995). Guidance And Counseling In The Elementary And Middle Schools. A Practical Approach. Iowa. Brown & Brechmark.

Nurihsan, Juntika, (1998), Bimbingan Komprehensif: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung.

(2006), Bimbingan dan Konseling: Dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama, Bandung

Nurihsan, Juntika, dan Mamat Supriatna, (2005), Pendidikan Konseling di Era Global: Dalam Perspektif Prof. DR. M. Djawad Dahlan. Bandung. Penerbit Rizqi Press

Natawidjaja, Rochman (1987). Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung. Penerbit CV. Dipenogoro.

Prayitno (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta. Ghalia Indonesia

Parsloe, Eric (2008) The Oxford School of Coaching & Mentoring, tersedia http://www.mentorset.org.uk/pages/mentoring.html (13 januari 2007) Rusmiyati,. Dkk. (2003) Panduan Mentoring Agama Islam Buku Materi Jilid I.

Jakarta. Departemen Iqro Club.

Sarwono, S.W. (2000) Psikologi Remaja (edisi pertama). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Shaughnessy, J. John., Zechmeister, Eugene B., and Zechmeister, Jeanne S., (2007) Metodologi Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar.


(6)

Soerjono Soekanto. (1988). Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta

Surya, M., dan Natawidjaja, Rochman (1997), Pengantar Bimbingan Dan Penyuluhan. Jakarta. Universita Terbuka

Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Penerbit Rosda Karya

Supriandi, Dedi (2005). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung. Penerbit Rosdakarya.

Uyanto, S. Stanislaus (2009). Pedoman Analisis data dengan SPSS. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu

Wibowo, Mungin Eddy (2001) Model Konseling Kelompok di Sekolah Menengah Umum. Disertasi. (Tidak diterbitkan). Bandung

Wingkel dan Sri Hastuti. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi.

Willis, Sofyan S., (2002) Konseling Terpadu Pemulihan Pecandu Narkoba. Tersedia di : www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/konseling_terpadu.htm (13 Januri 2007)

Yusuf, Syamyu dan Nurihsan, Juntika (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung. Penerbit Rosdakarya.

Yusuf, Syamyu (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.

Yuliati, Nanik (2004). Model Konseling Kelompok Berdasarkan Pendekatan Kognitif Perilaku Untuk Membantu Remaja Dalam Menangani Krisis Identitas Dan Damapknya Pada Penurunan Tingkat Problem Psikososial. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung.

Yuwono, Taufik, Fahrudin dan Putra, Andra Prima. (2005) Pembinaan Agama Melalui Pendekatan Kelompok Sebaya (Mentoring) Untuk Menurunkan Angka Tawuran Pelajar SMA/SMK (Studi Kasus : Pelaksanaan Mentoring Agama Islam di DKI Jakarta).


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MENTORING HALAQAH DALAM PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas IX SMP Daarut TauhiidBoarding School Bandung.

6 29 31

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar.

0 3 38

PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN KELOMPOK (GROUP EXERCISES) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Santri Pondok Pesantren Banuraja Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat).

3 33 56

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI – SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA.

0 2 31

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 43

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI STRATEGI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 45

PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN MENTURING HALAQAH DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL: Studi Kasus Eksperimen terhapad Siswa Kelas X di SMAN 6 Garut.

0 3 51

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERHADAP KERAGAMAN BUDAYA.

0 0 7

Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 100