KETERKAITAN HAKIKAT KETERKAITAN HAKIKAT MATEMATIKA KETERKAITAN HAKIKAT MATEMATIKA
KETERKAITAN MEDIA PEMBELAJARAN, HAKIKAT MATEMATIKA, DAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
RANGKUMAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Yang dibina oleh Ibu Tri Hapsari Utami
Oleh
Muchamad Hanafi
120311418956
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
Agustus 2014
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari kata medium yang berarti sedang atau antara sehingga
pengertian media adalah meneruskan atau menyampaikan sesuatu antara pemberi pesan
dengan penerima pesan. Sedangkan pembelajaran berarti tindakan yang ditujukan
untuk menjadikan orang lain belajar. Oleh karena itu pengertian dari media
pembelajaran adalah tindakan dalam proses belajar antara guru dan murid dengan
menggunakan alat bantu belajar atau teknik belajar supaya murid belajar dengan efektif
dan efisien.
Dalam dunia pendidikan media pembelajaran dengan alat bantu mengajar
memiliki artian yang berbeda. Alat bantu mengajar merupakan material yang digunakan
untuk memperlancar proses pembelajaran, sedangkan media pembelajaran lebih
kompleks meliputi alat bantu dan metode pengajaran yang tepat sehingga proses
pembelajaran lebih efektif. Pada umumnya proses pembelajaran dapat melalui indra
penglihatan dan pendengaran, untuk menunjangnya digunakanlah alat bantu mengajar
agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Secara umum media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa pesa (materi)
dari sumber pesan (guru) ke penerima pesan (murid) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran (Kustiawan,2013:5). Sedangkan secara khusus media pembelajaran
berfungsi untuk menarik perhatian murid, untuk memperjelas penyampaian pesan,
untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan biaya. Selain itu juga untuk
menghindari terjadinya salah tafsir dan untuk mengaktifkan dan mengefektifkan
kegiatan belajar murid.
Menurut Kustiawan (2013:5) media pembelajaran memiliki 3 karakteristik yaitu
yang pertama kemampuan fiksatif yang maksudnya media dapat menangkap,
menyimpan, dan menempilkan kembali suatu objek atau kejadian jika suatu saat
diperlukan kembali. Yang kedua kemampuan manipulatif, yakni suatu objek atau
kejadian dengan menggunakan media dapat dirubah penempilannya (ukuran atau
kecepatannya) disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga, media pembelajaran memiliki
karakteristik kemampuan distributif yang maksudnya suatu objek atau kejadian dengan
menggunakan media dapat disebarluaskan kewilayah yang lebih luas dengan jumlah
penerima yang lebih banyak.
Gerlach dan Ely dalam (Kustiawan,2013:9), menggolongkan media menjadi 8
kelompok berdasarkan ciri-ciri fisiknya yaitu: 1) benda sebenarnya (termasuk orang,
kejadian dan benda tertentu), 2) presentasi verbal (mencakup media cetak, kata-kata
yang diproyeksikan melalui slide, transparansi OHP, catatan dipapan tuls, papan
tempel, dan majalah dinding), 3) presentasi grafis (mencakup chart, grafik, peta,
diagram, lukisan, dan gambar), 4) gambar diam (potret), 5) gambar gerak (film dan
video), 6) rekaman suara, 7) pengajaran terprogram, 8) simulasi (peniruan situasi).
2. Hakikat Matematika
Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu
tentang bilangan-bilangan; hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan. Kata matematika berasal
dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1988 :148).
Matematika merupakan ilmu deduktif, terstruktur, dan ilmu yang mempelajari
pola dan hubungan. Dikatakan sebagai ilmu deduktif karena untuk mencari kebenaran
menggunakan metode deduktif walaupun ada yang menggunakan metode induktif
namun untuk pembuktian selanjutnya tetap menggunakan metode deduktif. Di samping
itu matematika dikatakan sebagai ilmu yang terstruktur karena konsep-konsep
matematika tersusun dengan sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai yang
paling kompleks. Matematika juga merupakan ilmu yang mempelajari pola dan
hubungan karena mencari keruntutan dan keseragaman antar pola juga mencari
hubungan dari konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya
untuk membuat generalisasi.
Matematika sering disebut sebagai dasarnya ilmu pengetahuan dikarenakan
kegunaannya menyeluruh di segala bidang studi. Sebagai contoh dalam ilmu biologi,
matematika berperan dalam hukum Mendel yang menggunakan konsep peluang, dalam
ilmu seni rupa matematika berperan dalam penggambaran motif mozaik, dan selain itu
matematika juga berperan dalam Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran
dikembangkan melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.
3. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru dituntut untuk membuat
muridnya memahami konsep-konsep dasar sehingga diberi permasalahan seperti
apapun paling tidak siswa mengerti arah penyelesaiannya. Untuk itu teori
konstruktivismelah yang tepat sebagai pijakan dalam membelajarkan matematika.
Murid harus berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga murid mampu
mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Murid akan mengamati suatu permasalahan
kemudian timbul pertanyaan dan penalaran, hal inilah merupakan bagian dari tahapan
mengkonstruk pengetahuan.
Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana kita
belajar. Teori ini lebih memandang bagaimana belajar itu berangsung, tanpa melihat
bagaimana kita mengajar. Kita tidak akan dapat memilih untuk memiliki siswa yang
konstruktif suatu hari dan tidak konstruktif pada hari lain. Karena itu belajar hafalanpun
juga merupakan sebuah konstruksi, tetapi “ konstruksi yang lemah”. Bahkan bisa jauh
dari “titik-titik” matematis yang berguna untuk konstruksi pemahaman (Subandi,
2013:77). Untuk itu guru harus menfasilitasi murid sehingga terjadi komunikasi antara
guru dengan murid yang efektif pun juga murid berperan aktif untuk menjelaskan
sesuatu atau mencoba menghubungkan ide-ide terkait.
Sebagai langkah perbaikan kualitas pembelajaran matematika, media
pembelajaran yang tepat perlu untuk dicermati seorang guru. Media yang tepat sesuai
materi pembelajaran akan memudahkan murid untuk lebih memahami. Menurut
Subandi (2013:88) pemanfaatan media dalam proses pembelajaran matematika
meliputi: (a) komputer, kalkulator dan teknologi lainnya, (b) materi atau bahan nyata
sebagai model, (c) gambar diagram, tabel, dan grafik, (d) istilah dan simbol
matematika, (e) perumpamaan, kiasan dan cerita tentag matematika, (f) hipotesa,
penjelasan dan argumentasi, dan (g) presentasi secara lican dan bercerita bedasarkan
kenyataan.
4. Keterkaitan Matematika, Pembelajaran Matematika, dan Media Pembelajaran
Ilmu matematika, yang mendasari ilmu-ilmu pengetahuan dan menjalar ke segisegi kehidupan manusia mutlak untuk dipelajari. Oleh karena itu dalam pendidikan,
matematika menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri disamping mata pelajaran lain.
Seorang guru harus menciptakan suasana kelas yang kondusif dan meningkatkan
interaksi dengan murid sehingga membuat matematika adalah mata pelajaran yang
harus dikuasai murid dengan penerapannya.
Pembelajaran matematika yang utama adalah memberikan pemahaman tentang
konsep daripada mengingat prosedur tanpa mengkaitkannya. Dengan menghubungkan
antara konsep dan prosedur matematika, penalaran murid lebih terasah dalam
penyelesaian masalah dan menggunaan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata kelak.
Guru harus menunjukkan tujuan pembelajaran matematika pada murid dan
mempertimbangkan pengajaran yang mendorong murid untuk merumuskan dan
mnyelesaikan permasalahan dengan penalarannya atau pengetahuan murid yang
dikonstrusi sendiri sebelumnya.
Peran media pembelajaran dalam pembelajaran matematika adalah
memaksimalkan interaksi antar guru dan murid sehingga proses mengkonstruksi
pengetahuan menjadi efektif dan efesien. Untuk itu indra murid tidak hanya terbatas
dari penglihatan dan pendengaran tetapi indra lain juga berperan aktif sehingga tingkat
pemahaman murid akan matematika meningkat. Guru tidak hanya menyiapkan alat
peraga namun juga memfasilitasi murid dengan ruang gerak maupun waktu untuk
mendorong kemampuan dan ketrampilan murid dalam penyelesaian masalah. Selain itu
media pembelajaran yang tepat dan faktor-faktor lain seperti ketrampilan guru dalam
mengajar dapat membuat tujuan pembelajaran matematika tercapai.
Daftar Rujukan
Kustiawan, Usep. (2013). Sumber dan Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Subandi. (2013). Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif, Malang: UM PRESS.
Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru
dan SPG, Bandung : Tarsito.
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
RANGKUMAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Yang dibina oleh Ibu Tri Hapsari Utami
Oleh
Muchamad Hanafi
120311418956
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
Agustus 2014
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari kata medium yang berarti sedang atau antara sehingga
pengertian media adalah meneruskan atau menyampaikan sesuatu antara pemberi pesan
dengan penerima pesan. Sedangkan pembelajaran berarti tindakan yang ditujukan
untuk menjadikan orang lain belajar. Oleh karena itu pengertian dari media
pembelajaran adalah tindakan dalam proses belajar antara guru dan murid dengan
menggunakan alat bantu belajar atau teknik belajar supaya murid belajar dengan efektif
dan efisien.
Dalam dunia pendidikan media pembelajaran dengan alat bantu mengajar
memiliki artian yang berbeda. Alat bantu mengajar merupakan material yang digunakan
untuk memperlancar proses pembelajaran, sedangkan media pembelajaran lebih
kompleks meliputi alat bantu dan metode pengajaran yang tepat sehingga proses
pembelajaran lebih efektif. Pada umumnya proses pembelajaran dapat melalui indra
penglihatan dan pendengaran, untuk menunjangnya digunakanlah alat bantu mengajar
agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Secara umum media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa pesa (materi)
dari sumber pesan (guru) ke penerima pesan (murid) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran (Kustiawan,2013:5). Sedangkan secara khusus media pembelajaran
berfungsi untuk menarik perhatian murid, untuk memperjelas penyampaian pesan,
untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan biaya. Selain itu juga untuk
menghindari terjadinya salah tafsir dan untuk mengaktifkan dan mengefektifkan
kegiatan belajar murid.
Menurut Kustiawan (2013:5) media pembelajaran memiliki 3 karakteristik yaitu
yang pertama kemampuan fiksatif yang maksudnya media dapat menangkap,
menyimpan, dan menempilkan kembali suatu objek atau kejadian jika suatu saat
diperlukan kembali. Yang kedua kemampuan manipulatif, yakni suatu objek atau
kejadian dengan menggunakan media dapat dirubah penempilannya (ukuran atau
kecepatannya) disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga, media pembelajaran memiliki
karakteristik kemampuan distributif yang maksudnya suatu objek atau kejadian dengan
menggunakan media dapat disebarluaskan kewilayah yang lebih luas dengan jumlah
penerima yang lebih banyak.
Gerlach dan Ely dalam (Kustiawan,2013:9), menggolongkan media menjadi 8
kelompok berdasarkan ciri-ciri fisiknya yaitu: 1) benda sebenarnya (termasuk orang,
kejadian dan benda tertentu), 2) presentasi verbal (mencakup media cetak, kata-kata
yang diproyeksikan melalui slide, transparansi OHP, catatan dipapan tuls, papan
tempel, dan majalah dinding), 3) presentasi grafis (mencakup chart, grafik, peta,
diagram, lukisan, dan gambar), 4) gambar diam (potret), 5) gambar gerak (film dan
video), 6) rekaman suara, 7) pengajaran terprogram, 8) simulasi (peniruan situasi).
2. Hakikat Matematika
Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu
tentang bilangan-bilangan; hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan. Kata matematika berasal
dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1988 :148).
Matematika merupakan ilmu deduktif, terstruktur, dan ilmu yang mempelajari
pola dan hubungan. Dikatakan sebagai ilmu deduktif karena untuk mencari kebenaran
menggunakan metode deduktif walaupun ada yang menggunakan metode induktif
namun untuk pembuktian selanjutnya tetap menggunakan metode deduktif. Di samping
itu matematika dikatakan sebagai ilmu yang terstruktur karena konsep-konsep
matematika tersusun dengan sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai yang
paling kompleks. Matematika juga merupakan ilmu yang mempelajari pola dan
hubungan karena mencari keruntutan dan keseragaman antar pola juga mencari
hubungan dari konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya
untuk membuat generalisasi.
Matematika sering disebut sebagai dasarnya ilmu pengetahuan dikarenakan
kegunaannya menyeluruh di segala bidang studi. Sebagai contoh dalam ilmu biologi,
matematika berperan dalam hukum Mendel yang menggunakan konsep peluang, dalam
ilmu seni rupa matematika berperan dalam penggambaran motif mozaik, dan selain itu
matematika juga berperan dalam Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran
dikembangkan melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.
3. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru dituntut untuk membuat
muridnya memahami konsep-konsep dasar sehingga diberi permasalahan seperti
apapun paling tidak siswa mengerti arah penyelesaiannya. Untuk itu teori
konstruktivismelah yang tepat sebagai pijakan dalam membelajarkan matematika.
Murid harus berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga murid mampu
mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Murid akan mengamati suatu permasalahan
kemudian timbul pertanyaan dan penalaran, hal inilah merupakan bagian dari tahapan
mengkonstruk pengetahuan.
Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana kita
belajar. Teori ini lebih memandang bagaimana belajar itu berangsung, tanpa melihat
bagaimana kita mengajar. Kita tidak akan dapat memilih untuk memiliki siswa yang
konstruktif suatu hari dan tidak konstruktif pada hari lain. Karena itu belajar hafalanpun
juga merupakan sebuah konstruksi, tetapi “ konstruksi yang lemah”. Bahkan bisa jauh
dari “titik-titik” matematis yang berguna untuk konstruksi pemahaman (Subandi,
2013:77). Untuk itu guru harus menfasilitasi murid sehingga terjadi komunikasi antara
guru dengan murid yang efektif pun juga murid berperan aktif untuk menjelaskan
sesuatu atau mencoba menghubungkan ide-ide terkait.
Sebagai langkah perbaikan kualitas pembelajaran matematika, media
pembelajaran yang tepat perlu untuk dicermati seorang guru. Media yang tepat sesuai
materi pembelajaran akan memudahkan murid untuk lebih memahami. Menurut
Subandi (2013:88) pemanfaatan media dalam proses pembelajaran matematika
meliputi: (a) komputer, kalkulator dan teknologi lainnya, (b) materi atau bahan nyata
sebagai model, (c) gambar diagram, tabel, dan grafik, (d) istilah dan simbol
matematika, (e) perumpamaan, kiasan dan cerita tentag matematika, (f) hipotesa,
penjelasan dan argumentasi, dan (g) presentasi secara lican dan bercerita bedasarkan
kenyataan.
4. Keterkaitan Matematika, Pembelajaran Matematika, dan Media Pembelajaran
Ilmu matematika, yang mendasari ilmu-ilmu pengetahuan dan menjalar ke segisegi kehidupan manusia mutlak untuk dipelajari. Oleh karena itu dalam pendidikan,
matematika menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri disamping mata pelajaran lain.
Seorang guru harus menciptakan suasana kelas yang kondusif dan meningkatkan
interaksi dengan murid sehingga membuat matematika adalah mata pelajaran yang
harus dikuasai murid dengan penerapannya.
Pembelajaran matematika yang utama adalah memberikan pemahaman tentang
konsep daripada mengingat prosedur tanpa mengkaitkannya. Dengan menghubungkan
antara konsep dan prosedur matematika, penalaran murid lebih terasah dalam
penyelesaian masalah dan menggunaan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata kelak.
Guru harus menunjukkan tujuan pembelajaran matematika pada murid dan
mempertimbangkan pengajaran yang mendorong murid untuk merumuskan dan
mnyelesaikan permasalahan dengan penalarannya atau pengetahuan murid yang
dikonstrusi sendiri sebelumnya.
Peran media pembelajaran dalam pembelajaran matematika adalah
memaksimalkan interaksi antar guru dan murid sehingga proses mengkonstruksi
pengetahuan menjadi efektif dan efesien. Untuk itu indra murid tidak hanya terbatas
dari penglihatan dan pendengaran tetapi indra lain juga berperan aktif sehingga tingkat
pemahaman murid akan matematika meningkat. Guru tidak hanya menyiapkan alat
peraga namun juga memfasilitasi murid dengan ruang gerak maupun waktu untuk
mendorong kemampuan dan ketrampilan murid dalam penyelesaian masalah. Selain itu
media pembelajaran yang tepat dan faktor-faktor lain seperti ketrampilan guru dalam
mengajar dapat membuat tujuan pembelajaran matematika tercapai.
Daftar Rujukan
Kustiawan, Usep. (2013). Sumber dan Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Subandi. (2013). Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif, Malang: UM PRESS.
Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru
dan SPG, Bandung : Tarsito.