PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAN EFEK SAMPIN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAN EFEK SAMPING OBAT
ANTI HIPERTENSI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN
HIPERTENSI
COMPARATION BETWEEN EFFECTIVENESS AND SIDE EFFECT OF
ANTIHYPERTENSION TOWARDS DECREASING BLOOD PRESURE
Baharuddin1, Peter Kabo2, Danny Suwandi2
1
Puskesmas Baranti Sidrap
2
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi
Baharuddin
Puskesmas Baranti
Sidrap 91652
Hp 081355299472
Email : baharuddin59@ymail.com

Abstrak
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang
disepakati normal . Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas dan efek samping hidroklortiazid,

kaptopril, dan amlodipin terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Baranti
Kabupaten Sidenreng Rappang. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional melalui penggunaan
metode kohort dengan mengukur tekanan Darah sebelum, diberi salah satu obat. Pengukuran kembali dilakukan
pada hari ke -10 dan hari ke-30 untuk menilai efektivitas dan efek sampingnya. Data dianalisis secara univariat
dan bivariat melalui penggunaan uji Friedman, Wilcoxon, Kruskall-Wallis, Mann-Whitney, chi-Square, dan
Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidroklortiazid dapat menurunkan tekanan darah pasien
hipertensi sebesar 27,05/9,35 mmHg. Kaptopril dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar
29,16/11,83 mmHg. Amlodipin dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 32,94/16,38 mmHg.
Persentase kejadian efek samping akibat penggunaan hidroklortiazid sebesar 10,9%, akibat kaptopril sebesar
16,7%, dan akibat penggunaan amlodipin sebesar 26,5%.
Kata kunci: efektivitas dan efek samping, antihipertensi, hidroklortiazid, kaptopril, amlodipin
Abstract
Hypertension is a chronic condition which blood pressure is upset than normal value. The aim of the research
was to compare the effectiveness and side effect of hydrochlorthiazide, Captopril, and Amlodipine on
decreasing blood pressure of hypertension patients in Baranti Healyh Centre of Sidenreng Rappang regency.
The research was an observational study with cohort research by measuring blood pressure before given one of
the drugs. Then, it was measured again to evaluate the effect in th 10th day and the 30th day. Data analiysis with
univariate and bivariate was done using Friedman, Wilcoxon, Kruskall-Wallis, mann-Whitney, Chi-Square and
Fisher exact tests. The result of the research indicate that Hydrochlorthiazide can decrease blood pressure of
hypertensipn Patients as much as 27.05/9.35 mmHg. Captopril can decrease blood pressure of hypertension

patients as much as 29.16/11.83 mmHg. Amlodipine can decrease blood pressure of hypetension patients as
much as 32.94/16.38 mmHg.the percentage of side effect of using Hydrochlorothiazide is 10.9%, the one for
Captopril is 16.7%, and the one for Amlodipine is 26.6%.
Key words: effectiveness, side effect, anti-hypertension, Hydrochlorothiazide, Captopril, Amlodipine

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat
di atas tekanan darah yang disepakati normal (Kabo.P, 2011). Hipertensi merupakan
gangguan kesehatan yang sering dijumpai dan termasuk masalah kesehatan penting karena
angka prevalensi yang tinggi sehingga evaluasi penggunaan obatnya perlu dilakukan (WHO,
2011).
Hipertensi merupakan suatu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia ini.
Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Penyakit
ini mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat mengingat dampak yang timbul baik
jangka pendek maupun jangka panjang (WHO, 2011).
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya. WHO
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia
terkena hipertensi. Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara
berkembang. Terdapat 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi

sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang puncak penderita hipertensi
sebanyak 46%, kawasan Amerika 35%, kawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa
menderita hipertensi.( WHO, Data Global Status Report on Communicable Diseases, 2010).
Di Kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Untuk
pria peningkatan penderita dari 18% menjadi 31% dan wanita terjadi peningkatan jumlah
penderita dari 16% menjadi menjadi 29% ( WHO, Data Global Status Report on
Communicable Diseases, 2010). Di Indonesia angka penderita hipertensi mencapai 32%
pada tahun 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Hal yang sama juga terjadi di India
pada tahun 1960-an jumlah penderita masih 5% lalu menjadi 12% di tahun 1990-an dan
meningkat 32% di tahun 2008 (Limpakarnjanarat,2013).
Data Ditjen Yanmed KemKes RI, 2010 dilaporkan bahwa hipertensi merupakan kasus
ketujuh terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2009 (Kemenkes
RI, 2010). Hipertensi terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi dapat berlangsung
cepat maupun perlahan-lahan. Beberapa penyebab hipertensi antara lain adalah usia, stress,
obesitas, merokok, alkohol, kelainan pada ginjal dan lain-lain (Timur,2012).
Data WHO tahun 2010 menyebutkan dari setengah penderita hipertensi yang
diketahui hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi
yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Padahal hipertensi dapat menyebabkan rusaknya
organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata hingga kelumpuhan organ-organ gerak.


Prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%
(berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 propinsi di Indonesia mempunyai prevalensi di atas
prevalensi nasional yaitu Riau, Bangka Belitung Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat ( Riset
Kesehatan Dasar,2007).
Prevalensi hipertensi tertinggi di 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah Kepulauan
Natuna (53,3%) sedangkan yang terendah ditempati Papua Barat dengan prevalensi
6,8%.Hipertensi menjadi penyebab utama kematian semua umur setelah stroke dan
Tuberkulosis dengan proporsi kematian 6,8%. Prevalensi penderita hipertensi di Sulawesi
Selatan sebesar 29,0% sedangkan menurut kabupaten/kota prevalensi tertinggi adalah di
Soppeng (40,6%), Sidenreng Rappang (23,3%) dan Makassar (21,5%) (Riset Kesehatan
Dasar,2007).
Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat hipertensi. Pilihan obat bagi masing-masing penderita hipertensi bergantung pada efek
samping metabolik dan subjektif yang ditimbulkan, adanya penyakit lain yang mungkin
diperbaiki atau diperburuk untuk antihipertensi yang dipilih, adanya pemberian obat lain yang
mungkin berinteraksi dengan antihipertensi yang diberikan ( Ikawati, dkk, 2008).
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan manfaat dan resiko.
Keamanan pemakaian obat antihipertensi perlu diperhatikan. Meminimalkan resiko
pengobatan dengan meminimalkan masalah ketidakamanan pemberian obat. Tujuannya untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dengan resiko minimal. Mekanisme pengamanannya
berupa pemantauan efektifitas dan efek samping obat (Ikawati dkk, 2008). Tujuan penelitian
ini adalah membandingkan efektivitas dan efek samping Hidroklortiazid, Kaptopril dan
Amlodipin terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Desain Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi
Sulawesi Selatan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2013. Penelitian yang dilakukan
adalah observasional untuk mengetahui perbandingan efektifitas dan efek samping
Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin pada pasien hipertensi. Penelitian ini merupakan
penelitian kohort dengan mengukur tekanan darah sebelum diberi salah satu obat, kemudian
diukur kembali untuk menilai efeknya.Variabel Independen: Hidroklortiazid, Kaptopril,
Amlodipin. Variabel Dependen Efektifitas dan efek samping

Populasi dan Sampel
Populasi target adalah penderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan diastolik >90 mmHg di Puskesmas Baranti. Pengambilan sampel dilakukan
secara non-probability sampling dengan menggunakan tehnik consecutive sampling, dimana
semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Karena besar populasi terjangkau tidak diketahui secara pasti serta simpang baku
rerata selisih nilai yang berpasangan tidak dapat diperoleh, maka penentuan besar sampel
dalam penelitian ini akan menggunakan prinsip Rule of Thumb.Salah satu rule of thumb
adalah bahwa jumlah subjek yang diperlukan adalah antara 5 sampai 50 kali jumlah variabel
independen. Karena jumlah variabel independen adalah 3, maka diperlukan sebanyak 15
sampai 150 subjek (Sugiono, 2011).
Kriteria inklusi yaitu pasien hipertensi yang baru pertama kali mendapat
antihipertensi atau pernah mendapat antihipertensi namun berhenti dalam jangka waktu lebih
dari 2 minggu, mendapatkan antihipertensi monoterapi (Hidroklortiazid 1 x 25 mg/hari,
Kaptopril 3 x 25 mg/hari, Amlodipin 1 x 5 mg/hari), bersedia untuk menjadi subyek
penelitian, dan pasien yang tidak mengalami hipertensi sekunder.
Kriteria ekslusi yaitu pasien hipertensi yang mendapatkan terapi kombinasi
antihipertensi,mendapatkan antihipertensi monoterapi (Hidroklortiazid dosis selain 1 x 25
mg/hari, Kaptopril selain dosis 3x 25 mg/hari, Amlodipin selain dosis 1 x 5 mg/hariI
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal Jantung, stroke, gagal ginjal, Diabetes
Mellitus, tidak dapat datang lagi ke Puskesmas Baranti/sulit ditemukan tempat tinggalnya
pada saat dilakukan pengecekan tekanan darah 10 hari dan 30 hari setelah diberi terapi.
Kriteria drop out yaitu pasien yang ganti obat, pasien tidak teratur minum obat dan pasien
meninggal.
Sampel yang digunakan adalah pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Baranti

Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Februari sampai bulan
Mei 2013 yang diambil dengan metode non-probability sampling dengan menggunakan
tehnik consecutive sampling.
Pengumpulan Data
Pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisa dengan
melihat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke sepuluh dan hari ke tiga
puluh dan efek samping yang dialami pasien.

Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS.17. Statistik
deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi di puskesmas Baranti.
Untuk menguji normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk pada Hidroklortiazid, dan uji
Kolmogorov-Smirnov pada Kaptopril dan Amlodipin.

Untuk menguji perbedaan tekanan

darah sebelum pengobatan, 10 hari pengobatan dan 30 hari pengobatan, digunakan uji
Friedman yang dilanjutkan dengan uji post hock Wilcoxon.
Untuk menguji efek samping obat digunakan uji Chi-Square atau uji Fisher exact.
Untuk menguji perbandingan efektifitas ketiga antihipertensi, digunakan uji Kruskall-Wallis

yang dilanjutkan dengan uji post hock Mann-Whitney. Untuk menguji perbandingan efek
samping ketiga obat antihipertensi digunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji
Fisher Exact.
HASIL PENELITIAN
Distribusi pasien berdasarkan umur pada seluruh sampel adalah usia 59
tahun sebanyak 114 (54,8%). Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin pada seluruh
sampel adalah : pasien laki-laki sebanyak 66 orang (31,7%) dan perempuan sebanyak 142
orang (68,3%). Distribusi pasien berdasarkan IMT adalah : pasien dengan Berat badan
berlebih sebanyak 116 orang (55,8%) dan pasien dengan Berat badan normal sebanyak 92
orang (44,2%). Distribusi pasien berdasarkan Riwayat keluarga adalah : pasien yang
mempunyai Riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 95 orang (45,7%), tidak
mempunyai riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 68 orang (32,7%), dan
tidak mengetahui sebanyak 45 orang (21,6%). Distribusi pasien berdasarkan kebiasaan
merokok adalah : pasien yang merokok atau pernah merokok sebanyak 60 orang (28,8%)
dan tidak pernah merokok 148 orang (71,2%). Distribusi pasien berdasarkan komsumsi
garam adalah : pasien yang mengkomsumsi garam >2 sendok makan sehari sebanyak 135
orang (64,9%) dan mengkomsumsi garam 3 sdm sehari memiliki resiko yang lebih tinggi menderita hipertensi.
Pasien yang tidak mengkomsumsi alkohol atau tidak pernah mengkomsumsi alkohol
sebanyak 187 orang (89,9%) lebih tinggi dibandingkan pasien yang mengkomsumsi atau
pernah mengkomsumsi alkohol sebanyak 21 orang (10,1%). Hasil penelitian ini berbeda

dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa alkohol meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi, namun perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena sampel dalam penelitian ini
lebih banyak berjenis kelamin perempuan, dimana perempuan di lokasi penelitian sangat
jarang ada yang mengkomsumsi alkohol. Persentase pasien yang tidak berolahraga teratur
sebanyak 193 orang (92,8%) lebih tinggi daripada pasien yang berolahraga teratur sebanyak
15 orang (7,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa
kurang olahraga teratur dapat meningkatkan tekanan darah. Persentase pasien yang
mengalami stres sebanyak 168 orang (80,8%) lebih tinggi daripada pasien yang tidak
mengalami stres sebanyak 40 orang (19,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien
yang mengalami stress memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi.
Persentase pemberian amlodipin sebanyak 102 (49%) lebih tinggi daripada kaptopril
sebanyak 60 orang (28,8%) dan hidroklorothiazid sebanyak 46 orang (22,1%). Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Palupi,dkk (2013) bahwa pemakaian obat
antihipertensi golongan CCB terutama amlodipin lebih tinggi dibandingkan anti hipertensi
golongan lain.
Dari 46 pasien yang diberi Hidroklorthiazid didapatkan bahwa rerata TDS sebelum
pengobatan sebesar 166.96±19.307 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi
152.17±18.125 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 138.91±18.527 mmHg
. Sedangkan rerata TDD sebelum pengobatan sebesar 90.65±13.233 mmHg, setelah 10 hari
pengobatan menjadi 88.26±11.412 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi


81.30±10.875 mHg.Tiazid menghambat reabsorpsi NaCl dari bagian luminal sel epitel
tubulus kontortus distal. (Katzung,1994).Penelitian oleh

Ernst, dkk. (tanpa tahun)

mendapatkan bahwa penurunan rata rata tekanan darah pasien yang mendapat Hidroklortiazid
(-7.4 ±1.7). Penelitian oleh Morgan (1989), mendapatkan bahwa penurunan rata rata tekanan
darah pasien yang mendapat Hct (12.6 ±2.2 / 10.2±1.2) mmHg.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Hidroklorhiazid dapat menurunkan tekanan darah sebesar 27.05 / 9.35
mmHg.
Dari 60 pasien yang diberi Kaptopril didapatkan bahwa TDS sebelum pengobatan rata
rata sebesar 172.33±18.353 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi
156.17±19.406 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 143.17±18.910 mmHg
. Sedangkan TDD sebelum pengobatan rata rata sebesar 96.00±12.514 mmHg, setelah 10 hari
pengobatan turun menjadi 89±9.561 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi
84.17±9.618 mmHg dengan. Kaptopril yang merupakan penghambat ACE mengurangi

pembentukan angiotensin II, akibatnya terjadi penurunan tekanan darah penderita hipertensi.
Penghambat ACE juga mengurangi tonus vena,(Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan
oleh Ohman, (1981), mendapatkan bahwa kaptopril menurunkan rata rata tekanan darah
berbaring sebesar 26/16 mmHg dan rata rata tekanan darah berdiri sebesat 30/16 mmHg.
Dari 102 pasien yang diberi amlodipin didapatkan bahwa TDS sebelum pengobatan
rata rata sebesar 166.08±15.743 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi
145.29±15.396 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 133.14±15.478 mmHg.
Sedangkan TDD sebelum pengobatan rata rata sebesar 95.69±13.388 mmHg, setelah 10 hari
pengobatan menjadi 86.86±9.332 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun memjadai
79.31±9.148 mHg. Amlodipin terutama bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium
ke dalam sel otot polos pembuluh darah melalui saluran kalsium tipe L sub unit α1, sehingga
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah. (Nayler, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh
Ruilope, (2005) mendapatkan penurunan tekanan darah pasien yang mendapatkan amlodipin
(27,6 ±13,8 / 16,9 ± 11,3) mmHg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Amlodipin dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 32.94 / 16.38 mmHg
Dari 46 pasien yang diberikan Hidroklorothiazid, 5 orang (10.9%) mengalami efek
samping an 44 orang (89.1) tidak mengalami efek samping. Efek samping yang dapat terjadi
akibat pemakaian Hidroklortiazid adalah Hipokalemia,Hipomagnesemia, Hiponatremia,
Hiperurisemia

dan

gout,

Gula

darah

tinggi,

Hiperlipidemia,

Hiperkalsemia.

(Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ikawati dkk (2008), menunjukkan
persentase munculnya efek samping pemakaian hidroklorothiazide sebesar 9,1%. Hasil

penelitian

ini

menujukkan

Hidroklorthiazid sebesar 5

persentase

kajadian

efek

samping

akibat

pemakaian

kajadian (10.9%) dari 46 orang orang yang mendapatkan

Hidroklorthiazid.
Dari 60 pasien yang diberikan pengobatan dengan Kaptopril,

10 orang (16.7%)

mengalami efek samping dan 50 (83.3%)orang tidak mengalami efek samping. Batuk kering
merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Efek samping lain dapat berupa rash,
eugesia(gangguan pengecapan), edema angioneurotik, hipotensi simtomatik, gagal ginjal
akut, dan proteinuria (Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ikawati dkk,
(2008), menunjukkan persentase munculnya efek samping pemakaian kaptopril sebesar
43,2%. Sedangkan hasil penelitian oleh Prasetio dan Chrisandyani (2009) efek samping
kaptopril sebanyak 8,9%. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase kejadian efek samping
akibat pemakaian Kaptopril sebesar 10 kejadian (16.7%) dari 60 orang yang mendapatkan
Kaptopril.
Dari 102 pasien yang diberikan pengobatan Amlodipin, 27 orang (26.5%) mengalami
efek samping dan 75 orang(73.5%) tidak mengalami efek samping. Efek samping yang
sering terjadi akibat pemakaian Amlodipin adalah : edema, sakit kepala, flushing,
takikardia/palpitasi, dispepsia, dizziness, nausea (Pessina,1997). Penelitian yang dilakukan
oleh Prasetio dkk (2009) mendapatkan bahwa terdapat 11,9% angka kejadian efek samping
pemakaian amlodipin. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase kejadian efek samping
akibat pemakaian Amlodipin sebesar 27 kejadian (26.5%) dari 102 orang yang mendapatkan
Amlodipin.
Efektifitas Hidroklortiazid menurunkan tekanan darah sebesar 27.05 / 9.35 mmHg,
Efektifitas Kaptopril sebesar 29.16 /11.83 mmHg dan efektifitas Amlodipin sebesar 32.94
/16.38 mmHg. Hasil uji kruskall-wallis yang dilanjutkan dengan uji post hock mann-whitney
didapatkan bahwa perbedaan TDS antara kelompok kaptopril-amlodipin secara statistik
bermakna, sedangkan TDS antara kelompok Hidroklortiazid-kaptopril dan kelompok
Hidroklortiazid-amlodipin perbedaannya tidak bermakna. Perbedaan TDD antara kelompok
kaptopril-amlodipin

secara

statistik

bermakna,

sedangkan

TDD

antara

kelompok

Hidroklortiazid-kaptopril dan kelompok Hidroklortiazid-amlodipin perbedaannya tidak
bermakna. Diuretik menyebabkan ekskresi air dan natrium melalui ginjal meningkat sehingga
mengurangi volume plasma dan menurunkan pre-load yang selanjutnya menurunkan cardiak
output dan akhirnya menurunkan tekanan darah. ACE-Inhibitor menurunkan tekanan darah
dengan menghambat pembentukan angiotensin II di sirkulasi maupun di jaringan, CCB
menghambat kalsium masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan vasodilatasi ,

memperlambat laju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan
tekanan darah. Peneilitian yang dilakukan oleh Aberg (1981),mendapatkan bahwa penurunan
tekanan darah oleh Kaptopril lebih tinggi dibandingkan Hidroklortiazid, sedangkan
Weinberger(1982), mendapatkan bahwa Hidroklortiazid sama efektifnya dengan Kaptopril.
Penelitian yang dilakukan oleh Adolphe (1993), mendapatkan bahwa penurunan tekanan
darah oleh Hidroklortiazid tidak berbeda dengan Amlodipin. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbandingan efektifitas menurunkan tekanan darah sistol dan diastol
oleh Amlodipin lebih tinggi dari Kaptopril, sedangkan antara Hidroklortiazid

dengan

Kaptopril dan antara Hidroklortiazid dengan Amlodipin tidak ada perbedaan.
Persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid sebesar 5 orang
(10.9%), Kaptopril 10 orang (16.7%) dan Amlodipin 27 orang (26.5%). Hasil uji Chi-Square
didapatkan bahwa perbedaan kejadian efek samping akibat pemakaian ketiga obat secara
statistik tidak bermakna. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasetio dkk (2009)
bahwa kejadian efek samping akibat pemakaian antihipertensi jenis amlodipin dan kaptopril
lebih tinggi dibandingkan antihipertensi jenis lain. Penelitian oleh

Ikawati dkk,(2005)

mendapatkan bahwa persentase efek samping Hidroklortiazid sebesar 9.1%, Kaptopri 25.0%
dan Amlodipin 0%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan persentase kejadian
efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin secara statistik
tidak bermakna.

KESIMPULAN DAN SARAN
Hidroklortiazid dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 27.05 /
9.35 mmHg, kaptopril 29.16 / 11.83 mmHg, Amlodipin 32.94 / 16.38 mmHg. Persentase
kejadian efek samping akibat penggunaan Hidroklortiazid sebesar 10.9 %, 16.7%. 26.5%.
Hidroklortiazid sama efektifnya degan Kaptopril maupun Amlodipin, tetapi efektifitas
Kaptopril berbeda dengan Amlodipin dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
Tidak ada perbedaan persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid,
Kaptopril dan Amlodipin. Dianjurkan kepada pihak yang terkait dengan penyediaan obat di
Puskesmas untuk menyediakan obat antihipertensi yang lebih beragam, agar tenaga medis
dapat memilih antihipertensi yang paling sesuai dengan kondisi pasien, dianjurkan kepada
tenaga medis dan professional kesehatan lainnya untuk menggunakan Hidroklortiazid sebagai
terapi awal hipertensi sesuai rekomendasi JNC VII karena ternyata efektifitas dan efek
sampingnya tidak berbeda dengan antihipertensi dari golongan lain. Perlunya dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan efektifitas dan efek samping obat-obat
antihipertensi yang lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman di PKM Baranti dan kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian dan publikasi ini
DAFTAR PUSTAKA
Aberg,H. (1981). Comparison of Captopril with Hydroklothiazid in th treatment of essential
hypertension, Int J Clin Pharmacol Ther Toxicol 19(8);368-71.
Adolphe,A.B. (1993). Long Term Open Evaluation of Amlodipin versus Hydrochlorthiazide
in patien with Essential Hypertension. Intl J Clin Pharmacol Res.13(4);203-10.
Anggraini,A.D., Waren,A., Situmorang,E., Asputra,H. dan Siahaan,S.S. (2008). Riau.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang
Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari – Juni 2008.
Faculty of medicine – University of Riau Pekanbaru.
Dhianingtyas,Y., dan Hendarti,L. (2006). Resiko Obesitas, Kebiasaan merokok dan Kosusi
Garam tehadap Kejadian Hipertensi pada usia Produktif. The Indinesian journal of
public health vol.2. no.3 maret.
Ernst,M.E., Carter,B.L., Goert,C.J., Steffensmeier,J.J.G., Phillips,B.B., Simmerman, M.B.,
Bergus,G.R. (tanpa tahun). Coparative Antihypertensive Effects of Hydrochlorthiazide
and
Chlorthalidone
on
Abulatory
and
office
Blood
Pressure.
m.hyper.ahajournals.org/content/47/3/352.long. diakses oktober (2013).
Ganiswarna,S.G. Setiabudi,R., Suyatna,F.D., Purwantiastuti. Dan Nafrialdi. 1995.
Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Gunawan,L. (2005). Hipertensi. Yogyakarta:Penerbit Kanisius. 9-19
Ibnu,M. (1996). Dasar – Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta.
Ikawati,Z., Jumiani,S. dan Putu,I.D.P.S. (2008). Kajian Keamanan Pemakaian Obat
Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut RS DR. Sardjito. Yogyakarta. Jurnal Farmasi
Indonesia Vol. 4 No. 1: 30 – 41.
Kabo,P. (2011). Bagaimana menggunakan obat – obat kardiovaskular secara rasional.
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kapojos
EJ,
(2008),
Hipertensi
dan
Obesitas.
Jantung
Hipertensi.
http://www.jantunghipertensi.com.diakses oktober 2013
Katzung,B.G.(1997). Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi ke VI, Penerbit EGC. Jakarta.
Kuntaraf,K.L., dan Kuntaraf,J., (1996). Olah Raga Sumber Kesehatan. Saereng,E.E(ed),
Indonesia Publishing house. Jakarta.
Lipaharnjaranat,K. (2013). Hipertensi, Pintu Masuk jantung dan Stroke. www.indopos.co.id,
diakses Maret 2013
Mansjoer,A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
520.
Martiningsih. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya
Hipertensi Primer pada Pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bima Ditinjau dari
Perspektif Keperawatan Self-Care Orem. Program pascasarjana Kekhususan MedikalBedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

Morgan,T.O., (1989). Eficacy of cilazapril compared with hydrochloroyhiazide in the
treatment of mild to moderate essential hypertension. Departement of Physiologi,
University of Melbuorne ,Australia. Am J Med Dec 26;87(6B);37S-41S.
Nayler,W.G. (1997). Amlodipin. Spinger Berlin Heidelberg. Germani
Nurkhalida. (2003). Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2010), Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Ohman,K.P., (1981). Captopril in Primery hypertension Effect related to the reninangiotensin-aldosteron
and
kalikrein
–kinin
systems.
(Online).
www.ncbi.nlm.nih.giv/m/pubed. acta Med scand suppl.646;98-105.
Palupi,R., Gunawan,A., Sala,R., Triastuti,E.,( 2013). Profil Pola terapi Antihipertensi dan
Kontrol Takanan darah pasien ERSD(end renal disease). Malang.
Prasetio,S.D, dan Chrisandyani,D. (2009). Gambaran Efek Samping Obat Antihipertensi
pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiah Yogyakarta .
(online) mf,farmasi.ug.ac.id, diakses oktober 2013.
Pessina,A.C., Boori,L., Dominicis,D.E., Giusti,C., Marchesi, M., Mos,L., Novo,S.,
Semeraro,S., Uslenghi,E., Kilama, M.O. (2001) Efficacy, Tolerability, and Influence on
“Quality of Life”of Nifedipine GITS versus Amlodipine in Elderly patients with MildModerate Hypertension. Clinica Medica IV. University of Padua. Italy.Blood
Press.10(3):176-83.
Rahajeng,E. & Tuminah,S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Jakarta Maj Kedokt Indon, Volum: 59. Nomor: 12.hal 582-586.
Ruilope,L. M.,( 2005). Eficacy and tolerability of combination therapy with valsartan plus
hydrochlorothiazide compared with amlodipine monotheapy in hypertensive patients
with
other
cardiovascular
risk
factor;the
VAST
study.www.ncbi.nlm.nih.giv/m/pubmed. Diakses oktober 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI, (2008). Riset Kesehatan dasar
2007. Jakarta.
Sheps. dan Sheldon,G. Mayo ClinicHipertensi. (2005). Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.,
Jakarta. PT Intisari Mediatama.
Strages,S., Tiejian,W., Dorn,J., (2004). Relationship of Alcohol Drinking Pattern to Risk of
Hypertension. A population-Based Study. J Hypertens. 413-417.
Sugiharto, A. (2007).
Faktor - Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada
Masyarakat.Tesis.Semarang. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca
Sarjana UNDIP.
Sugiono.(2010). Statistika untuk Penelitian. Penerbit alfabeta. Bandung. 62-75.
Suyono,S. (2001); 253, 454-459,463-464, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta:
Balai Pustaka
Weinberger,M.H. (1982). Comparison of Captopril and Hydrochlorothiazide alone and in
combination in mild to moderate essential hypertension, Br J Clin Pharmacol, suppl
2:127S-131S.
WHO. (2010). Data Global Status Report on Communicable Diseases.