PENGERTIAN SUNNAH HADITS KHABAR DAN ATSA

Dr. H. Buchari M., M. Ag.1
PENGERTIAN SUNNAH, HADÎTS, KHABAR, DAN
ATSAR
A. Pengertian Sunnah
Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab ‫سنة‬
(sunnah). Secara bahasa, kata ‫( السنة‬al-sunnah) berarti ‫السيرة حسنة‬
‫( كانت أو قبيحة‬perjalanan hidup yang baik atau yang buruk).
Pengertian di atas didasarkan kepada Hadîts Nabi Saw yang
diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:
‫من سن فا اإسما سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده من غير‬
‫ و من سن سنة سيئة فعليه وزرها و وزر من عمل بها‬.‫أن ينقص من أجورهم شاء‬
.(Ibn Manzhûr, …:…/716) .‫بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شاء‬
Artinya: Barangsiapa membuat sunnah yang baik maka dia akan
memperoleh pahalanya dan pahala orang yang
mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi
pahalanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah
yang buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan
dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.
Para ahli Hadîts (muhadditsûn), ahli ushûl (ushûliyyun),
dan ahli fiqh (fuqahâ') berbeda pendapat dalam memberikan

batasan makna atau pemakaian istilah hadis dan sunnah.
Menurut ahli hadis, sunnah, sebagaimana diungkapkan
oleh Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb, adalah:
‫ من قول أو فعل أو تقرير أو‬،‫كل ما أثر عن النبا صل ل عليه و سلم‬
Ajjâj al-' ).‫ أا بعدها‬... ‫صفة خلقية أو خلقية أو سيرة سواء أ كان قبل البعثة‬
(Khathîb, 1989: 19
Artinya: Setiap perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik,
akhlak, atau perjalanan hidup yang diriwayatkan dari

2

Studi Kritis Ilmu Hadits

Nabi Saw baik sebelum menjadi rasul … atau
sesudahnya.
Diantara persoalan yang menonjol yang diangkatkan dari
pengertian sunnah di atas adalah masuknya unsur sebelum
kenabian kedalam pengertian sunnah.
Didasarkan pada sejarah kehidupan Muhammad, maka
diperoleh fakta bahwa sikap dan perilaku Muhammad sebelum

diangkat menjadi Nabi/rasul sangat baik, hal ini dapat
diperhatikan dari informasi berikut:
Perjalanan hidup Nabi Saw, merupakan bagian dari
perjalanan hidupnya yang harum, seperti pertapaannya di gua
hira dan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya yang
mulia sebelum kenabian. Karena sejarahnya sebelum kenabian
termasuk keimanan kepada keberadaan Nabi Saw dan
membenarkannya dalam klaim risâlah. Sayyidah Khadîjah Ra
menunjukkan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya
yang mulia sebelum kenabian, bahwa Muhammad menduga
Allâh akan menghinakannya ketika dia kembali ke Khadijah
dari Gua Hirâ' yang menggetarkan jantung setelah didatangi
Malaikat. (Muhammad) berkata kepadanya: "Aku takut pada
diriku. Al-Sayyidah Khadîjah berkata: "
‫ إنععك لتصععل الععرحم و تحمععل الكععل و تكسععب المعععدوا و‬،‫كم و ل ما يح يك ل أبععدا‬
.‫تقري الضيف و تعين عل نوائب الحق‬
Artinya: Tidak, Allâh tidak akan menghinakanmu selamanya.
Karena
engkau
menyambung

shilaturrahmi,
menanggung kesulitan, mencari yang hilang,
memuliakan tamu dan menolong dalam mewakili
kebenaran.
Dalam riwayat al-Bukhâriy dalam Kitâb al-Tafsîr (
‫ )تصدق الحديث‬demikian pula dalam riwayat Muslim.
Ini merupakan sejarah seorang yang dikreasikan Allâh
sendiri dan mempersiapkannya untuk mengemban risalah
penutup ini, maka Nabi Saw harus memelihara Nabi Saw
sebelum risalah, dan mencegahnya dari sesuatu yang hina,

Dr. H. Buchari M., M. Ag.3
sehingga sejarahnya sebelum risalah tidak menjadi sebab
berpalingnya masyarakat darinya dan berpaling dari
dakwahnya. Rasûlullâh Saw memilih untuk mengemban risalah
orang yang layak untuk mengembannya dan yang bias
melaksanakan kewajibannya sebagaimana firman Allâh SWT:
.(Q. S. Al-Hajj/23: 75) ‫ل يصطفا من الممئكة رسم و من الناس‬
Dan sebagaimana firman Allah SWT ‫ل أعلم حيث يجعععل‬
‫( رسالته‬Q. S. al-An'âm/6: 124).

Allâh SWT tidak memilih untuk mengembannya orang
yang menjadi sebab berpalingnya masyarakat dari risalahnya.
Justru itu, sejarahnya dapat dijadikan bukti pengakuan
risalahnya, bahwa dia jujur tidak berdusta selamanya, pada
haris dia mendaki bukit dan menyeru kaumnya kemudian
bertanya kepada mereka: "Bagaimaa pendapat kamu sekalian,
jika aku mengatakan bahwa kuda berada di balik lembah ini
ingin merubah kamu sekalian, apakah kamu membenarkanku?
Mereka menjawab: "Ya, kami belum pernah mendengarmu
berdusta". Dengan demikian Rasûlullâh Saw sudah
memberikan bukti kepada mereka dan mereka sendiri bersaksi
bahwa dia jujur dan dipercaya. Dan inilah rahasia kegusaran
orang-orang kafir Makkah terhadapnya. Jika tidak demikian,
maka mereka tidak merisaukannya dan meragukannya dan
dakwahnya dari peristiwa sejarah sebelumnya.
Riwayat dari Ibn 'Abbâs Ra, dia berkata:
‫ خععرج رسععول ل‬.‫ "و أنذر عشععيرتك اققععربين و رهطععك منهم المخلصععين‬:‫لما ن لت‬
."‫ "من هععذا؟‬:‫ فقععالوا‬."‫ "يععا صععباحاه‬:‫صل ل عليه و سلم حت صعععد الصععفا فهتععف‬
‫ أ كنتم‬،‫ "أ رأيتم إن أخععبرتكم أن خيم تخععرج من سعفح هععذا الجبععل‬:‫فاجتمعوا إليه فقال‬
‫ قال‬."‫ "فإنا نذير لكم بين يدي عذاب شديد‬:‫ قال‬."‫مصدقا؟ قالوا ما جربنا عليك كذبا‬

‫ "و قد‬."‫ "تبت يدا أبا لهب و تب‬:‫ ثم قاا فن لت‬."‫ "تبا لك ما جمعتنا إ لهذا‬:‫أبو لهب‬
.(al-Bukhâriy, 2007: VIII/737) ‫تب" هكذا قرأها اقعمش يومئذ‬
Artinya: Ketika ayat [‫]و أنذر عشيرتك اققربين و رهطك منهم المخلصععين‬
Rasûlullâh Saw keluar dan mendaki bukit al-Shafâ,
kemudian dia berkata: "Wahai hari shubuh! Mereka
bertanya: "Apa ini?" maka mereka berkumpul di
sekelilingnya. Dia bertanya: "Bagaimana pendapat
kamu sekalian: "Jika aku mengkhabarkan bahwa kuda
keluar dari lembah bukit ini, apakah kamu
mempercayaiku? Mereka menjawab: "Kami belum
pernah mendengarmu berdusta". Nabi Saw berkata:

4

Studi Kritis Ilmu Hadits

"Sesungguhnya aku adalah pember kabar buruk bagi
kamu sekalian dihadapan kamu sekalian ada azab yang
pedih". Abû Lahab berkata: "Celakalah kamu, kamu
mengumpulkan kami hanya untuk ini, kemudian dia

berdiri. Kemudian turun ayat: "Cealakalah kedua
tangan Abiy Lahab, sungguh dia celaka". Dan "Dan
sungguh dia telah celaka". Demikian al-A'masy
membacanya.
Heraklius –Raja Romawi—menjadikan sifatnya,
perjalanan hidupnya yang baik sebelum kenabian sebagai bukti
kebenaran kenabiannya dan kebenaran ajaran yang dibawanya.
Dia mengetahuinya dari Abû Sufyân ibn Harb –pemimpin
orang-orang musyrik ketika itu, dan Abû Sufyân tidak bisa
berdusta dalam ceritanya.
Didalam riwayat Heraklius dari Abd Allâh ibn Abbâs,
bahwa Heraklius bertanya kepada Abû Sufyân ibn Harb dari
Rasûlullâh Saw, diantara hal yang ditanya Heraklius kepada
Abû Sufyân:
Artinya: Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia
mengatakan apa yang dikatakannya sekarang? Aku
menjawab: "Tidak". … apakah dia …? Aku
menjawab: "Tidak". Heraklius bertanya kepada Abû
Sufyan: "Aku bertanya kepadamu: "Apakah kamu
menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa

yang dikatakannya sekarang? Kamu mengaku
"tidak". Maka aku tahu bahwa dia tidak akan
mengajak manusia kepada kebohongan dan berdusta
kepada Allâh". Aku bertanya: "Apakah dia curang?"
kamu mengaku: "Tidak" demikian pula para rasul,
mereka tidak akan berlaku curang.
Disamping itu, kita harus mengetahui bahwa Allâh
berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia, bahwa Nabi Saw telah
dididik diatas standar nilai akhlak yang agung, dalam surat
Makkiyah dalam surat Alquran yang awal turun, yakni surat alQalam, dimana Allâh SWT berfirman:
.(Q. S. Al-Qalam/4) .‫و إتك لعل خلق عظيم‬

Dr. H. Buchari M., M. Ag.5
[dan sesungguhnya kamu berada dalam akhlak yang agung].
Allah menetapkannya dalam akhlak yang baik –dalam bentuk
malu, kemuliaan, kesantunan, lapang dada, berani dan lainnya.
Demikianlah diantara sikap dan tingkah laku Muhammsd
prakenabian.
Menurut ahli ushul, antara lain, al-Syâthibiy (ahli Ushûl
al-Fiqh dari Madzhab Mâlikiy) mengemukakan tiga pengertian

untuk penggunaan kata sunnah.
Pertama,
‫ما جاء منقو عن النبا صل ل عليه و سلم عل الخصوص مما لم ينص عليه فا‬
‫ كان بيانا لما فا الكتاب‬،‫ بل إنما نص من جهته عليه الصمة و السما‬، ‫الكتاب الع ي‬
(Al-Syâthibiy, [t. th.]: II/IV/3). ‫أو‬
Artinya: Sesuatu yang berasal dari Nabi Saw secara khusus yang
tidak ditegaskan dalam al-Kitâb al-'Azîz, tetapi
ditegaskan dari Nabi Saw, sebagai penjelas (ajaran)
yang terdapat dalam al-Kitâb atau bukan (penjelas).
Kedua,
.(.ibid ).‫مقابلة البدعة‬
Artinya: Anonim bid'ah.
Ungkapan ‫( فمن عل سنة‬si Fulan melaksanakan sunnah)
dikemukakan apabila dia beramal sesuai dengan amal Nabi Saw
dan ungkapan ‫( فمن عل بدعة‬si Fulan melakukan bid'ah)
dikemukakan apabila dia beramal tidak sesuai dengan amal Nabi
Saw.
Yang dipandang dalam penggunaan ini adalah amal Nabi
Saw, penggunaan kata sunnah terkait dengan aspek ini,
walaupun amal tersebut merupakan tuntutan al-Kitâb.

Ketiga,
.(.ibid ) .‫ وجد ذلك فا كتاب ل أو السنة أو لم يوجد‬،‫ما عمل عليه الصحابة‬

6

Studi Kritis Ilmu Hadits

Artinya: Sesuatu yang diamalkan oleh para shahâbiy, baik yang
ditemukan dalam Kitâb Allâh atau sunnah maupun
tidak.
Amal shahâbat dikelompokkan ke dalam sunnah karena,
antara lain, ia mengikuti sunnah yang shahîh pada mereka yang
belum sampai kepada kita atau ijtihad yang mereka sepakati atau
yang disepakati oleh para Khalîfah mereka, karena ijmâ' mereka
diakui dan amal para Khalîfah pada hakikatnya merujuk ke
ijmâ', dari segi menggiring masyarakat memenuhi tuntutan
kemashlahatan.
Pengertian ini didukung oleh sabda Nabi Saw:
.() ... ‫ عليكم بسنتا و سنة الخلفاء الراشدين المهديين‬...
Artinya: Hendaklah kamu sekalian berpegang dengan sunnahku

dan sunnah para khalîfah yang cerdas lagi diberi
bimbingan (oleh Allâh).
Apabila ketiga pengertian tersebut di atas dihimpun
maka diperoleh empat elemen sunnah: Perkataan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi Saw semuanya itu adakalanya diterima dengan
wahyu atau dengan ijtihad (didasarkan bahwa kebenaran ijtihad
merupakan haknya)— dan sesuatu yang berasal dari para
shahâbiy atau khalîfah.
Demikianlah perngertian sunnah menurut al-Syâthibiy.
Al-Âmidiy (ahli Ushûl al-Fiqh dari Madzhab Syâfi'iy)
mengemukakan dua pengertian untuk penggunaan kata sunnah:
Pertama,
Al-Âmidiy, [t. th.]: I/ِ) .‫ما كان من العباااا نافلة منقولة عن النبا عليه السما‬
.(.145
Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw.
Kedua,

Dr. H. Buchari M., M. Ag.7
‫ و‬، ‫هو معج‬


‫ و‬،‫ما صدر عن الرسول من اقالة الشرعية مما ليس بمتلو‬
.(.Al-Âmidiy, loc. cit ). ‫ااخل فا المعج‬
Artinya: Dalil-dalil syar'iyah yang bersumber dari Nabi Saw
yang tidak dibacakan (oleh Allâh melalui Jibril),
bukan mukjizat dan tidak termasuk kelompok
mukjizat.
Yang dimaksud dengan sunnah menurut ahli ushûl alfiqh untuk pengertian pertama adalah pengertian yang
pertamanya sedangkan untuk pengertian kedua adalah adalah
pengertian yang keduanya.
Dari kedua pengertian tersebut ditemukan persamaan:
keduanya sama-sama mengemukakan bahwa ajaran yang
terdapat dalam sunnah tidak terdapat nashnya dan atau
penjelasannya dalam Alquran dan keduanya sama-sama
menyatakan bahwa sesuatu disebut sunnah hanyalah sesuatu
yang berasal dari Nabi Saw yang dapat dijadikan dalil hukum
syar'iy.
Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb (Ahli Hadîts di Universitas
Damaskus) menyimpulkan pengertian sunnah menurut ahli
Ushûl al-Fiqh, dimana definisi yang dikemukakannya mencakup
kedua pengertian di atas— sebagai berikut:
‫ من قول‬،‫ غير القرآن الكريم‬،‫كل ما صدر عن النبا صل ل عليه و سلم‬
Ajjâj al-Khathîb,) .‫ مما يصلح أن يكون اليم لحكم شرعا‬،‫أو فعل أو تقرير‬
.(.1989: 19
Artinya: Setiap perkataan, perbuatan, dan persetujuan —selain
Alquran— yang bersumber dari Nabi Saw yang pantas
dijadikan dalil hukum syar'iy.
Menurut ahli Fiqh, sunnah sebagaimana dikemukakan
oleh al-Âmidiy adalah:

8

Studi Kritis Ilmu Hadits

Al-Âmidiy,) .‫ما كان من العباااا نافلة منقولععة عن النععبا عليععه السععما‬
.(.I/145 :([t. th.]
Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw.
Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb menyimpulkan bahwa
istilah sunnah mereka pakai untuk menunjukkan salah satu
bentuk atau sifat hukum, sebagaimana diungkapkan oleh
Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb, adalah:
‫كل ما ثبت عن النبا صل ل عليه و سلم و لم يكن من باب الفرض و‬
.(.Ajjâj al-Khathîb, ibid ) .‫الواجب‬
Artinya: Setiap sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan
tidak termasuk fardh dan wâjib.
Perbedaan pendapat di kalangan ahli di atas
dilatarbelakangi oleh perbedaan spesialisasi dan objek kajian
mereka, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni.
Objek kajian ahli hadits adalah diri Nabi Saw dari segala
aspeknya –sebagai imam yang membimbing, mengarahkan, dan
member nasehat—dimana Allah mengkhabarkan bahwa dia
merupakan contoh yang baik dan ikutan bagi orang Islam. Maka
mereka meliput segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
Saw, baik yang bermuatan hukum dan tidak.
Objek kajian ahli ushul adalah Nabi Saw sebagai
pembuat syari'at yang menjelaskan kepada manusia aturan
kehidupan, membuat kaidah-kaidah buat para mujtahid
sesudahnya, maka mereka meliput segala sesuatu yang berasal
dari Nabi Saw yang bermuatan dalil hukum.
Sementara objek kajian ahli fiqh adalah perbuatan Nabi
Saw yang bermuatan hukum syar'iy -- wujub, nadab, karahah,
haram, ibâhah-- maka mereka meliput perbuatan Nabi Saw
yang bermuatan hukum tersebut.

Dr. H. Buchari M., M. Ag.9
Anonim kata ‫ سنة‬adalah kata ‫( بدعة‬bid'ah). Kata bid'ah
adalah kosa kata bahasa Arab. Ia adalah mashdar dari kata – ‫بدع‬
‫يبدع‬. Kata ‫ بدعة‬berarti ‫( اقمر المستحدث‬persoalan yang baru). Asal
makna kata ini adalah membuat sesuatu tanpa ada contoh
sebelumnya. Pengertian ini didasarkan pada ayat 9 surat alAhqaf.
.‫ما كنت بدعا من الرسل‬
Maksudnya, aku bukanlah orang yang pertama
membawa risalah dari Allah kepada manusia, tetapi sudah
terdapat para rasul sebelumku.
Secara istilah, para ahli berbeda pendapat dalam
memberikan pengertian bid'ah.
Al-Syathibiy mengemukakan dua pengertian bid'ah.
pertama:
‫طريقة فا الدين مخترعة تضاها الشرعية يقصد بالسلوك عليها المبالغة‬
.‫فا التعبد ه سبحانه‬
Kedua,
‫طريقة فا الدين مخترعة تضاها الطريقة الشرعية يقصد بالسلوك عليها‬
.(.Al-Syathibiy, al-I'tisham, I/37) .‫ما يقصد بالطريقة الشرعية‬
Menurut Ibn Taymiyah, bid'ah adalah:
) .‫ما خالفت الكتاب و السنة و إجماع سلف اقمة من اإعتقاااا و العباااا‬
.(.Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah, XVIII/346
‫ما أحدثه الناس من قول أو عمل فا الدين و شعائره مما لم يؤثر عن‬
Ajjaj al-Khathib, Ushul al-') .‫الرسول صل ل عليه و سلم و عن أصحابه‬
.(.Hadits, op. cit.: 23
Artinya: Perkataan dan perbuatan dalam agama dan syi'arnya
yang diadakan manusia yang tidak bersumber daru
Rasul Saw dan shahabatnya.

10

Studi Kritis Ilmu Hadits

Pengertian bid'ah yang pertama yang dikemukakan oleh
al-Syathibiy adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang
tidak memasukkan adat dalam makna bid'ah dan hanya
mengkhususkannya untuk ibadah. Pengertian bid'ah yang kedua
adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang
memasukkan adat dalam makna bid'ah. Berdasarkan hal ini,
bid'ah dibatasi pada sesuatu yang keluar dari gambaran Syari'.
Setiap yang baru yang berhubungan dengan agama, seperti ilmuilmu yang membantu memahami syari'ah, tidak termasuk bid'ah.
Pembatasan pengertian bid'ah dengan keyakinan,
perkataan, perbuatan yang diadakan manusia dalam agama, baik
dengan melakukan atau tidak melakukannya, dalam pengertian
keempat, dimaksudkan agar tidak masuk di dalamnya perbuatan
yang diadakan manusia sebagai tuntutan kemaslahatan dan
perbuatan yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak
terdapat pada masa Rasulullah Saw.
Sebagian ahli, misalnya al-'Izz ibn 'Abd al-Salam,
mempergunakan kata bid'ah untuk sesuatu yang diadakan
manusia dalam selain agama, baik dengan melakukan atau tidak
melakukannya sebagai tuntutan kemaslahatan dan perbuatan
yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak terdapat pada
masa Rasulullah Saw. Maka dia membagi bid'ah menjadi
wajibah, muharrimah, mandubah, makruhah, dan mubahah.
Menurut al-'Izz, diantara contoh bid'ah wajibah adalah
menekuni ilmu nahu yang dipegunakan untuk memahami firman
Allah dan Rasul-Nya Saw, menghafal kata-kata gharib dalam alQur'an dan al-Sunnah, dan kodifikasi ushul al-fiqh dan lainnya.
(Abd al-Salam, …: 173.). Bid'ah yang dipandangnya wajib
termasuk bagian mashlahat. Diantara contoh bid'ah

Dr. H. Buchari M., M. Ag.11
muharramah adalah bid'ah yang dilakukan oleh aliran
Qadariyah dan Mujassimah. Diantara contoh bid'ah yang
makruhah adalah membaca Alquran dengan lahn dimana lafazh
Alquran berubah dari peruntukan kata dalam bahasa Arab.
Diantara contoh bid'ah dalam keyakinan adalah
antropomorpisme; dalam perbuatan adalah bernadzar puasa
dibawah terik matahari, dan; dalam perkataan adalah zikir
dengan suara yang sama dengan berjama'ah. Diantara bid'ah
yang terjadi dengan meninggalkan yang mubah tanpa udzur
syar'iy dan sangat berlebihan dalam ibadah adalah
mengharamkan tidur, tidak menikah, tidak berbuka puasa dan
senantiasa berpuasa. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:
.‫ من رغب عن سنتا فليس منا‬...
Dalam hal ini, al-Syathibiy berpendapat: "Setiap orang
yang mengharamkan dirinya untuk memperoleh sesuatu yang
dihalalkan Allah tanpa uzur syar'iy maka ia keluar dari sunnah
Nabi Saw, dan orang yang beramal tanpa didasarkan sunnah dan
menganggap dirinya mengamalkan agama maka pelakunya
disebut mubtadi'. (Al-Syathibiy, al-I'tisham. I/44).
B. Pengertian Hadîts
Kata Hadîts ((‫ حديث‬adalah salah satu kosa kata bahasa
Arab. Kata ‫ الحديث‬secara bahasa berarti: ‫ الجديد‬lawan dari kata
‫ ;القديم‬dan juga berarti ‫ الخبر‬atau ‫القصص‬. (Ibn Manzhûr, …: …).
Secara istilah, terdapat perbedaan para ahli dalam
memberikan pengertian Hadîts.
Menurut ahli Hadîts, Hadîts tidak sama dengan sunnah,
karena yang dimaksudkan ialah riwayat-riwayat yang berasal

12

Studi Kritis Ilmu Hadits

dari Rasûlullah Saw setelah menjadi rasul (‫()بعد البعثة‬Ajjâj alKhathîb, op. cit.: 19).
Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah mengandung
makna yang lebih luas darip pada Hadîts.
Menurut ahli ushûl al-fiqh, Hadîts tidak sama dengan
sunnah, karena yang dimaksud adalah sunnah qawliyyah. (Ajjâj
al-Khathîb, 1989: 19).
Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah juga
mengandung makna yang lebih luas dari pada Hadîts.
C. Pengertian al-Khabar
Kata ‫( الخبر‬al-Khabar) adalah salah satu kosa kata bahasa
Arab. Jamaknya adalah ‫( اقخبار‬al-akhbâr). Secara bahasa kata
al-khabar berarti ‫( النبأ‬al-naba'; berita yang besar) (Ibn Manzhûr,
op. cit., II/109).
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan
makna al-khabar. Sementara ahli berpendapat, bahwa al-khabar
sinonim dengan Hadîts. Pendapat ini antara lain dikemukakan
oleh al-'Asqalâniy. Pendapatnya, al-kabar adalah:
‫( ( مرااف للحديث‬Ibn Hajar, …:3)
Artinya: Sinonim dengan Hadîts.
Sementara ahli lain berpendapat, bahwa al-khabar
adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Pendapat ini,
antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasân. Pendapatnya,
al-khabar adalah:
.‫ما يروى عن الرسول صل ل عليه و سلم‬
Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari Rasul Saw.
D. Pengertian al-Atsar

Dr. H. Buchari M., M. Ag.13
Kata al-Atsar (‫ )اقثر‬adalah salah satu kata bahasa Arab.
Jamaknya adalah ‫( آثار‬âtsâr). Secara bahasa kata ‫ اقثر‬berarti: ‫بقية‬
‫( الشاء‬bekas sesuatu) (Ibn Manzhûr, op. cit.: …: …).
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan
makna al-atsâr. Menurut al-Nawawiy, al-atsar adalah:
.‫المروي مطلقا سواء كان عن رسول ل صل ل عليه وسلم أو عن الصحابا‬
Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan secara muthlaq baik yang
berasal dari Rasûlullah Saw atau dari shahâbiy.
Pendapat yang mirip dikemukakan oleh al-Sakhâwiy,
menurutnya al-atsar adalah:
.(… :… ,al-Syakhâwiy) ‫اقحاايث مرفوعة كانت أو موقوفة عل المعتمدع‬
Pendapat ini, menurut al-Nawawiy dipilih oleh para ahli
Hadîts dan selain mereka dan juga diperpegangi oleh ulama
salaf dan mayoritas khalaf.
Diantara argument penggunaan kata al-atsar untuk
sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan selainnya antara
lain, Abû Ja'far al-Thahâwiy menamakan kitabnya dengan ‫شرح‬
‫معانا الثثار‬. Kitab ini memuat Hadîts marfû', mawqûf, dan
maqthû'. Pengertian ini sejalan dengan makna bahasa, karena
kata al-atsar terambil dari ungkapan ‫ أثرا الحديث‬yang berarti
‫( رويته‬saya meriwayatkannya).
Menurut ahli fiqh Khurasân, antara lain Abû al-Qâsim
al-Fawrâniy, sebagaimana dikutip oleh al-Khasyû'iy alKhasyû'iy Muhammad al-Khasyû'iy, al-atsar adalah:
.(.al-Khasyû'iy, 1424 H./2004: 31) ‫ما يروى عن الصحابا‬
Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari shahâbiy.
Jadi menurut ahli fiqh Khurasân, al-atsar adalah sesuatu
yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw.

14

Studi Kritis Ilmu Hadits

Berdasarkan hal ini, maka kata al-atsar dipergunakan
untuk Hadîts mawqûf dan maqthû' dan tidak dipergunakan untuk
Hadîts marfû'.
Diantara argumen penggunaan kata al-atsar untuk
sesuatu yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw, antara lain, alBayhaqiy menamakan kitabnya dengan ‫معرفة السنن و الثثار‬. Kitab
ini memuat Hadîts marfû' dan selainnya. Perbedaan tingkatan
dalam pengungkapan, pertama (‫ )السنن‬dan kedua (‫)اقثار‬
mengindikasikan bahwa yang pertama tidak sama dengan yang
kedua, yang pertama adalah Hadîts marfû' sedangkan yang
kedua adalah Hadîts mawqûf dan maqthû'.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ajjâj al-Khathîb, Muhammad. Ushûl al-Hadîts Ulûmuhu wa
Mushthalahuhu . Bairût: Dâr al-Fikr. 1989.
Al-Âmidiy, Aliy ibn Abiy 'Aliy ibn Muhammad Abû al-Hasan.
al-Ihkâm fiy Ushûl al-Ahkâm Bairût: Dâr al-Kutub
al-'Ilmiyyah. [t. th.].
Al-Khasyû'iy, al-Khasyû'iy Muhammad. Ghayat al-Îdhâh fiy
'Ulûm al-Ishthilâh. Al-Qâhirah: Jâmi'at al-Azhar. 1424
H./2004.
Al-Syâthibiy, Ibrâhim ibn Mûsâ al-Lakhmiy al-Gharnâthiy alMâlikiy Abû Ishâq. Al-Muwâfaqât fiy Ushûl al-Syarî'ah.
Bairût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah. [t. th.].
Ibn 'Abd al-Salam, Al-Izz. Qawa'id al-Ahkam.
Ibn Hajar, Ahmad ibn 'Aliy … al-'Asqalâniy. Syarh Nukhbat alFikr fiy Mushthalah Ahl al-Âtsâr (Syarh Nukhbat).
Ibn Manzhûr, Muhammad ibn Mukarram. Lisân al-'Arab. AlQâhirah: Dâr al-Hadîts.

Dr. H. Buchari M., M. Ag.15
Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah. XVIII/346.
Muslim, Abu al-Husayn … ibn al-Hajjâj al-Qusyayriy alNaysâbûriy. Shahîh Muslim. Bairût: Dâr al-Fikr. t. th.