POTENSI TANAMAN DAN FAUNA AIR DI EKOSIST
POTENSI TANAMAN DAN FAUNA AIR DI EKOSISTEM
MANGROVE
DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS
A.
Potensi Tanaman
Potensi tanaman pada ekosistem mangrove di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis, pada umumnya sedang mengalami proses kerusakan yang.
Kerusakan ini disebabkan karena kegiatan konversi hutan untuk peruntukan
lainnya, penebangan, kematian tanaman dan faktor alam lainnya. Degradasi
mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya
penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat
degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak
adanya tanaman mangrove disepanjang pesisir pantai, terjadinya aberasi dan
terjadinya sedimentasi.
Degradasi mangrove yang terjadi di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis menunjukan bahwa tingkat pengelolaan ekosistem mangrove jauh dari
konsep keberlanjutan (sustainable).
Hal ini disebabkan karena masyarakat
menilai bahwa keberadaan mangrove hanya dinilai dari potensi kayu dari jenisjenis tertentu saja misalnya kayu bakau (Rhizophora spp.) dan kayu tumu
(Bruguiera spp), sedangkan jenis-jenis lain dianggap tidak memiliki fungsi
ekonomi, serta secara umum masyarakat menilai nilai ekonomi hutan mangrove
sangat rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat sering melakukan konversi
hutan mangrove untuk peruntukan lain, melakukan penebangan jenis-jenis
komersial tanpa melakukan kegiatan rehabilitasi, penebangan untuk arang kayu,
atau bahkan melakukan kegiatan teki untuk mengambil cerucuk untuk pondasi
rumah, sehingga merusak ekosistem hutanmangrove.
Kerusakan ekosistem mangrove di Selat Panjang sangat parah, banyak
garis pantai yang saat surut sangat jauh dari daratan, namun ketika air pasang, air
laut dapat menjangkau daratan, bahkan sampai terjadi penggerusan pantai, yang
mengakibatkan aberasi pantai. Di selat panjang, aberasi pantai terjadi hampir
disepanjang pesisir selat panjang.
Salah satu potensi penetupan pohon pada ekosistem mangrove di selat
panjang Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Plot
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Potensi Penutupan Pohon pada
Bengkalis.
Kondisi
mangrove
Jenis
Jarang Sedang
Tidak ada
Avicennia alba
Sonneratia alba
Sedang
-Rapat
Avicennia alba
Sonneratia alba
Xylocarpus granatum
Rhizophora
mucronata
Rhizophora apiculata
Ekosistem Mangrove Kabupaten
Tahapan pertumbuhan
Pohon
Pancang
Semai
(400 m2)
(25 m2)
(4 m2)
25
10
10
1
45
2
1
1
20
10
1
Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa potensi mangrove terbesar
adalah sekitar 1125 pohon/ha, namun pada banyak tempat ditemukan potensi
pohon mangrovenya tidak ada. Hal ini menunjukan kerusakan ekosistem yang
sangat parah. Dan hal yang paling mengkhawatirkan pada banyak tempat jenisjenis komersial dari ekosistem mangrove sangat sulit ditemukan. Kaluapun ada
dengan kondisi kerusakan tanaman yang sangat parah atau masih dalam tahapan
pertumbuhan semai dan pancang.
Potensi regenerasi tanaman mangrove di ekosistem mangrove Selat
Panjang khusunya untuk jenis-jenis komersial sangat rendah.
peruntukan,
Perubahan
adanya aberasi, sedimentasi dan kegiatan penebangan untuk
cerucuk rumah menyebabkan kematian tanaman, degradasi jenis yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan dan degradasi ekosistem.
B.
Potensi Tanah
Potensi tanah ekosistem mangrove di Selat Panjang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Tanah Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Plot
Plot 2
Plot 3
PH
(H2O)
5,4
4,5
C
N
P
Ca
Mg
K
Na KTK
Tekstur
Salinitas
org total
μs/cm
Me 100 gr
pasir debu Liat
(%) (%)
5,5 0,24 7,2 3,9 8,18 0,75 5,64 26,58 3,44 44,22 52,34 9,23
6,13 0,28 5,8 4,11 11,62 1,15 6,60 29,26 6,78 25,51 67,71 8,71
Potensi tanah pada Ekosistem Mangove di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis terdiri dari (1) sifat fisik yaitu tekstur tanah, (2) kimia tanah yaitu pH,
C organik, N Organik, kandungan P, Ca, Mg, K, Na, KTK dan salinitas air tanah.
Pada daerah yang tidak terjadi penutupan mangrove (jarang sampai
tidak ada, potensi tanah relatif rusak hal ini dapat dilihat dari tingginya fraksi
debu sehingga tanah mudah teraberasi, rendahnya KTK sehingga air tanah
mudah hilang dari tanah sehingga sangat berbahaya ketika terjadi kemarau
(mudah terjadi kekeringan), potensi C organik dan N lebih rendah sehingga
menghambat pertumbuhan. Selain itu potensi makro nurient yang dibutuhkan
tanaman sebagai barometer kesuburan juga lebih rendah dibandingkan pada
areal yang ditumbuhi mangrove.
Namun secara keseluruhan lokasi di ekosistem mangrove di selat
panjang, kondisi tanah dan tingkat kesuburan lahannya relatif kurang baik.
Faktor yang menyebabkannya adalah tingkat penggenangan yang tinggi,
kerusakan vegetasi yang hebat, terjadinya aberasi pantai, dan tingkat
pencemaran.
Untuk memulihkan kondisi lingkungan maka perlu dilakukan berbagai
upaya, diantaranya adalah kegiatan rehabilitasi tanaman mangrove dengan jenisjenis yang adaptif dan sesuai dengan kondisi zonasi mangrove serta tingkat
kebutuhan masyarakat.
C.
Kelimpahan Pytoplankton (individu/sampel tersaring)
Potensi kelimpahan phytoplankton (individu/sampel tersaring) yang
teramati
adalah
(1)
CYANOPHYCEAE
yaitu
Trichodesmium,
(2)
BACILLARIOPHYCEAE, yaitu Steptotheca sp, Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,
Bachteriasum sp., Bacillaria sp., Thalassionema sp., Thalassiothrix sp.,
Thalassiosira sp., Rhizosolenia sp., Biddulphia sp., Ditylum sp., Pleurosigma
sp., Skeletonema sp., Coscinodiscus sp., Bellerocheaa sp., Cyclotella sp.,
Leptocylindrus sp., Asterionella sp., Navicula sp., Amphora sp., Lauderia sp., (3)
DINOPYCEAE yaitu Peridinium sp. Potensi Phytoplankton dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Potensi Phytoplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Organisme
CYANOPHYCEAE
Trichodesmium
BACILLARIOPHYCEAE
Steptotheca sp.
Nitzschia sp.
Chaetoceros sp.
Bachteriasum sp.
Bacillaria sp.
Thalassionema sp.
Thalassiothrix sp.
Thalassiosira sp.
Rhizosolenia sp.
Biddulphia sp.
Ditylum sp.
Pleurosigma sp.
Skeletonema sp.
Coscinodiscus sp.
Bellerocheaa sp.
Cyclotella sp.
Leptocylindrus sp.
Asterionella sp.
Navicula sp
Amphora sp.
Lauderia sp.
DINOPYCEAE
Peridinium sp.
Jumlah Taksa
Kelimpahan (indv/sampel tersaring)
Indeks keragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
I
Stasiun Pengamatan
II
III
8700
5800
46400
255200
220400
118900
5800
121800
2900
0
34800
43500
37700
2900
17400
156600
8700
20300
0
0
0
0
2900
0
287100
104400
43500
0
55100
2900
0
319000
8700
2900
0
20300
316100
5800
23200
2900
0
0
0
0
0
394400
2517200
1148400
92800
3108800
34800
127600
0
92800
174000
92800
2436000
58000
0
0
266800
58000
11600
0
58000
0
8700
0
0
17
1067200
2,14
0,75
0,15
14
910600
1,75
0,66
0,24
18
10846000
1,91
0,66
0,20
Dari Tabel 3, potensi phyoplanton di daerah yang ditumbuhi mangrove
memiliki jumlah taksa yang besar dibandingkan tanpa mangrove (17 – 18 taksa
pada daerah bermangrove dan 14 pada daerah yang tidak bermangrove), pada
daerah yang bermangrove memiliki tingkat kelimpahan yang tinggi yaitu
1.067.200 – 10.846.000 indvidu/sampel tersaring diabandingkan dengan
mangrove jarang dan kosong yaitu 910.600 indvidu/sampel dan pada daerah
yang
ditumbuhi
mangrove
memiliki
tingkat
keragaman
yang
tinggi
dibandingkan tanpa ekosistem mangrove.
Namun pada dasarnya potensi phytoplankton pada ekosistem di daerah
selat panjang relatif tinggi sampai sangat tinggi.
Hal ini berarti tingkat
kesuburan perairan di ekosistem mangrove di selat panjang sangat tinggi.
Namun terjadinya degradasi mangrove berakibat buruk bagi tingkat potensi
phtoplankton di daerah selat panjang.
Terjadinya penurunan potensi
phytoplankton menunjukan makin rendahnya tingkat kesuburan ekosistem
mangrove akibat terjadinya degradasi ekosistem mangrove.
Potensi keberadaan mangrove di kecamatan Selat Panjang di Kabupaten
bengkalis merupakan salah satu faktor penting bagi perkembangan populasi
phytoplankton. Kerusakan ekosistem mangrove akan menyebabkan terjadinya
penurunan potensi phytoplankton.
kabupaten Bengkalis.
Kondisi seperti ini sedang terjadi di
Untuk itu perlu suatu upaya yang terintegrasi agar
keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari, yang pada akhirnya dapat
mencegah penurunan potensi phytoplankton.
D.
Kelimpahan zooplankton (individu/sampel tersaring)
Potensi
zooplankton
(individu/sampel
tersaring)
adalah
(1)
PROTOZOA yaitu Tintinnopsis sp, dan Favella sp, (2) CRUSTACEAE, yaitu
Nauplius (stasia), Oithona sp., Euterpina sp., Eucalanus sp., dan Paracalanus sp
dan (3) LARVA OF POLYCHAETA (sp.1). Potensi zooplankton dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Potensi Zooplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Organisme
I
Stasiun Pengamatan
II
III
PROTOZOA
Tintinnopsis sp.
Favella sp.
290
290
0
2610
2320
3480
CRUSTACEAE
Nauplius (stasia)
Oithona sp.
Euterpina sp.
Eucalanus sp.
Paracalanus sp.
290
1450
0
0
0
1749
290
0
0
0
8700
4640
1740
870
290
LARVA OF POLYCHAETA (sp.1)
290
0
0
Jumlah Taksa
Kelimpahan (indv/sampel tersaring)
Indeks keragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
5
2610
1,30
0,81
0,36
3
4640
0,86
0,79
0,46
7
22040
1,61
0,83
0,24
Jumlah taksa pada daerah yang memiliki ekosistem mangrove berkisar
antara 5 – 7 taksa lebih tinggi dibandingkan tanpa hutan mangrove, yaitu sekitar
3 taksa.
Tingkat kelimpahan zooplankton
pada daerah yang bermangrove
adalah 2.610 – 22.040 (indvidu/sampel tersaring) lebih tinggi dibandingkan
tanpa mangrove yaitu sekitar 4.640 (indvidu/sampel tersaring).
Tingkat
keragaman zooplankton pada daerah yang bermangrove (1,30 – 1,61) lebih
tinggi dibandingkan tanpa mangrove (0,81).
Potensi zooplankton, juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan
ekosistem mangrove. Sama dengan Potensi phytoplankton, Kerusakan ekosistem
mangrove akan menyebabkan terjadinya penurunan potensi zooplankton..
Kondisi seperti ini sedang terjadi di kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu juga
suatu upaya yang terintegrasi agar keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari,
agar potensi zooplankton tidak menurun. Potensi zooplankton yang baik akan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan penangkapan biota-biota
air yang ada di ekosistem mangrove.
E.
Potensi Kualitas Air
Potensi kualitas air di daerah Selat Panjang yaitu (1) sifat fisika TSS
dan kekeruhan pada daerah tanpa mangrove lebih tinggi dibandingkan pada
daerah yang memiliki mangrove. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya
sedimentasi pada daerah tersebut. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem
mangrove, kematian potensi phytoplankton dan zooplankton. (2) Kimia air, yang
dilihat adalah pH, Salinitas, Alkalinitas, Kesadahan total, Amonia, Nitrit, Nitrat
dan Fosfat. Potensi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Potensi Kualitas Air di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
No
Parameter
Satuan
Stasiun Pengamatan
I
II
III
Metode
1.
FISIKA
TSS
mg/l
284
512
244 APHA,20th.1998 2542-D
2.
Kekeruhan
NTU
58
140
25 APHA,20th.1998 2130-B
1.
KIMIA
pH
-
7,28
7,25
5,73 APHA,20th.1998 450-H+/pH
29
26
10
/Gravimetri
/Turbidimeter
meter
APHA,20th.1998 2520-B
/handrefractometer
APHA,20th.1998 2320-B /
Titrimetrik
APHA ed,20th.1998 2340-C /
Titrimetrik
2.
Salinitas
0
3.
Alkalinitas
mgCaCO3/l
100,00
90,00
24,00
4.
mgCaCO3/l
1918,8
1729,6
891,83
mg/l
0,498
0,514
0,577 APHA,20th.1998 4500-F
6.
Kesadahan
total
Amonia
(NH3+NH4)
Nitrit (NO2-N)
mg/l
0,003
0,052
0,043 APHA ed,20th.1998 4500-
7.
Nitrat (NO3-N) mg/l
0,038
0,179
0,181 APHA ed,14th.1998 4500-
Fosfat
0,100
0,074
0,061
5.
8.
/00
mg/l
/Phenate/ Spectrofotometer
B /sulfinik/ Spectrofotometer
B /Brusin Sulfat/
Spectrofotometer
APHA,20th.1998 4500-PE /Ascorbi acid/
Spectrofotomete
Potensi kualitas kimia perairan di ekosistem mangrove di Selat Panjang
adalah sebagi berikut : (1) pH air yaitu asam – normal, (2) Salinitas perairan
sedang – tinggi, (3) alkalinitas rendah – tinggi, (4) tingkat kesadahan total
rendah – sedang, dan (5) potensi amonia, nitrat, nitrit dan fosfat relatif rendah.
Hal ini menunjukan tingkat potensi kualitas air masih baik dan belum tercemar.
Tingkat kualitas air di ekosistem mangrove di kabupaten bengkalis
masih baik. Namun kerusakan ekosistem mangrove di kabupaten Bengkalis
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu
upaya perbaikan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove perlu dilakukan
khususnya pada daerah-daerah yang terkena aberasi dan terjadinya sedimentasi.
F.
Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan pada kegiatan dan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan baik kualitas perairan,
tanah maupun potensi phitoplankton dan zooplankton
Perlu
dilakukan
kegiatan
rehabilitasi
untuk
memperbaiki
kondisi
lingkungan akibat terjadinya aberasi, erosi dan sedimentasi.
Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi yang memperhatikan kesesuaian jenis
yang didasarkan pada nilai ekonomi tanaman mangrove, zonasi mangrove,
dan kemampuan tanaman untuk mengurangi permasalahan lingkungan
seperti aberasi, sedimentasi dan erosi.
Kegiatan rehabilitasi mangrove perlu dilakukan secara berkesinambungan
dan berkelanjutan sampai tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan
dapat membentuk ekosistem muda yang menjadi cikal bakal bagi
terbentuknya ekosistem mangrove dewasa dan klimaks.
MANGROVE
DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS
A.
Potensi Tanaman
Potensi tanaman pada ekosistem mangrove di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis, pada umumnya sedang mengalami proses kerusakan yang.
Kerusakan ini disebabkan karena kegiatan konversi hutan untuk peruntukan
lainnya, penebangan, kematian tanaman dan faktor alam lainnya. Degradasi
mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya
penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat
degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak
adanya tanaman mangrove disepanjang pesisir pantai, terjadinya aberasi dan
terjadinya sedimentasi.
Degradasi mangrove yang terjadi di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis menunjukan bahwa tingkat pengelolaan ekosistem mangrove jauh dari
konsep keberlanjutan (sustainable).
Hal ini disebabkan karena masyarakat
menilai bahwa keberadaan mangrove hanya dinilai dari potensi kayu dari jenisjenis tertentu saja misalnya kayu bakau (Rhizophora spp.) dan kayu tumu
(Bruguiera spp), sedangkan jenis-jenis lain dianggap tidak memiliki fungsi
ekonomi, serta secara umum masyarakat menilai nilai ekonomi hutan mangrove
sangat rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat sering melakukan konversi
hutan mangrove untuk peruntukan lain, melakukan penebangan jenis-jenis
komersial tanpa melakukan kegiatan rehabilitasi, penebangan untuk arang kayu,
atau bahkan melakukan kegiatan teki untuk mengambil cerucuk untuk pondasi
rumah, sehingga merusak ekosistem hutanmangrove.
Kerusakan ekosistem mangrove di Selat Panjang sangat parah, banyak
garis pantai yang saat surut sangat jauh dari daratan, namun ketika air pasang, air
laut dapat menjangkau daratan, bahkan sampai terjadi penggerusan pantai, yang
mengakibatkan aberasi pantai. Di selat panjang, aberasi pantai terjadi hampir
disepanjang pesisir selat panjang.
Salah satu potensi penetupan pohon pada ekosistem mangrove di selat
panjang Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Plot
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Potensi Penutupan Pohon pada
Bengkalis.
Kondisi
mangrove
Jenis
Jarang Sedang
Tidak ada
Avicennia alba
Sonneratia alba
Sedang
-Rapat
Avicennia alba
Sonneratia alba
Xylocarpus granatum
Rhizophora
mucronata
Rhizophora apiculata
Ekosistem Mangrove Kabupaten
Tahapan pertumbuhan
Pohon
Pancang
Semai
(400 m2)
(25 m2)
(4 m2)
25
10
10
1
45
2
1
1
20
10
1
Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa potensi mangrove terbesar
adalah sekitar 1125 pohon/ha, namun pada banyak tempat ditemukan potensi
pohon mangrovenya tidak ada. Hal ini menunjukan kerusakan ekosistem yang
sangat parah. Dan hal yang paling mengkhawatirkan pada banyak tempat jenisjenis komersial dari ekosistem mangrove sangat sulit ditemukan. Kaluapun ada
dengan kondisi kerusakan tanaman yang sangat parah atau masih dalam tahapan
pertumbuhan semai dan pancang.
Potensi regenerasi tanaman mangrove di ekosistem mangrove Selat
Panjang khusunya untuk jenis-jenis komersial sangat rendah.
peruntukan,
Perubahan
adanya aberasi, sedimentasi dan kegiatan penebangan untuk
cerucuk rumah menyebabkan kematian tanaman, degradasi jenis yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan dan degradasi ekosistem.
B.
Potensi Tanah
Potensi tanah ekosistem mangrove di Selat Panjang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Tanah Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Plot
Plot 2
Plot 3
PH
(H2O)
5,4
4,5
C
N
P
Ca
Mg
K
Na KTK
Tekstur
Salinitas
org total
μs/cm
Me 100 gr
pasir debu Liat
(%) (%)
5,5 0,24 7,2 3,9 8,18 0,75 5,64 26,58 3,44 44,22 52,34 9,23
6,13 0,28 5,8 4,11 11,62 1,15 6,60 29,26 6,78 25,51 67,71 8,71
Potensi tanah pada Ekosistem Mangove di Selat Panjang Kabupaten
Bengkalis terdiri dari (1) sifat fisik yaitu tekstur tanah, (2) kimia tanah yaitu pH,
C organik, N Organik, kandungan P, Ca, Mg, K, Na, KTK dan salinitas air tanah.
Pada daerah yang tidak terjadi penutupan mangrove (jarang sampai
tidak ada, potensi tanah relatif rusak hal ini dapat dilihat dari tingginya fraksi
debu sehingga tanah mudah teraberasi, rendahnya KTK sehingga air tanah
mudah hilang dari tanah sehingga sangat berbahaya ketika terjadi kemarau
(mudah terjadi kekeringan), potensi C organik dan N lebih rendah sehingga
menghambat pertumbuhan. Selain itu potensi makro nurient yang dibutuhkan
tanaman sebagai barometer kesuburan juga lebih rendah dibandingkan pada
areal yang ditumbuhi mangrove.
Namun secara keseluruhan lokasi di ekosistem mangrove di selat
panjang, kondisi tanah dan tingkat kesuburan lahannya relatif kurang baik.
Faktor yang menyebabkannya adalah tingkat penggenangan yang tinggi,
kerusakan vegetasi yang hebat, terjadinya aberasi pantai, dan tingkat
pencemaran.
Untuk memulihkan kondisi lingkungan maka perlu dilakukan berbagai
upaya, diantaranya adalah kegiatan rehabilitasi tanaman mangrove dengan jenisjenis yang adaptif dan sesuai dengan kondisi zonasi mangrove serta tingkat
kebutuhan masyarakat.
C.
Kelimpahan Pytoplankton (individu/sampel tersaring)
Potensi kelimpahan phytoplankton (individu/sampel tersaring) yang
teramati
adalah
(1)
CYANOPHYCEAE
yaitu
Trichodesmium,
(2)
BACILLARIOPHYCEAE, yaitu Steptotheca sp, Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,
Bachteriasum sp., Bacillaria sp., Thalassionema sp., Thalassiothrix sp.,
Thalassiosira sp., Rhizosolenia sp., Biddulphia sp., Ditylum sp., Pleurosigma
sp., Skeletonema sp., Coscinodiscus sp., Bellerocheaa sp., Cyclotella sp.,
Leptocylindrus sp., Asterionella sp., Navicula sp., Amphora sp., Lauderia sp., (3)
DINOPYCEAE yaitu Peridinium sp. Potensi Phytoplankton dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Potensi Phytoplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Organisme
CYANOPHYCEAE
Trichodesmium
BACILLARIOPHYCEAE
Steptotheca sp.
Nitzschia sp.
Chaetoceros sp.
Bachteriasum sp.
Bacillaria sp.
Thalassionema sp.
Thalassiothrix sp.
Thalassiosira sp.
Rhizosolenia sp.
Biddulphia sp.
Ditylum sp.
Pleurosigma sp.
Skeletonema sp.
Coscinodiscus sp.
Bellerocheaa sp.
Cyclotella sp.
Leptocylindrus sp.
Asterionella sp.
Navicula sp
Amphora sp.
Lauderia sp.
DINOPYCEAE
Peridinium sp.
Jumlah Taksa
Kelimpahan (indv/sampel tersaring)
Indeks keragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
I
Stasiun Pengamatan
II
III
8700
5800
46400
255200
220400
118900
5800
121800
2900
0
34800
43500
37700
2900
17400
156600
8700
20300
0
0
0
0
2900
0
287100
104400
43500
0
55100
2900
0
319000
8700
2900
0
20300
316100
5800
23200
2900
0
0
0
0
0
394400
2517200
1148400
92800
3108800
34800
127600
0
92800
174000
92800
2436000
58000
0
0
266800
58000
11600
0
58000
0
8700
0
0
17
1067200
2,14
0,75
0,15
14
910600
1,75
0,66
0,24
18
10846000
1,91
0,66
0,20
Dari Tabel 3, potensi phyoplanton di daerah yang ditumbuhi mangrove
memiliki jumlah taksa yang besar dibandingkan tanpa mangrove (17 – 18 taksa
pada daerah bermangrove dan 14 pada daerah yang tidak bermangrove), pada
daerah yang bermangrove memiliki tingkat kelimpahan yang tinggi yaitu
1.067.200 – 10.846.000 indvidu/sampel tersaring diabandingkan dengan
mangrove jarang dan kosong yaitu 910.600 indvidu/sampel dan pada daerah
yang
ditumbuhi
mangrove
memiliki
tingkat
keragaman
yang
tinggi
dibandingkan tanpa ekosistem mangrove.
Namun pada dasarnya potensi phytoplankton pada ekosistem di daerah
selat panjang relatif tinggi sampai sangat tinggi.
Hal ini berarti tingkat
kesuburan perairan di ekosistem mangrove di selat panjang sangat tinggi.
Namun terjadinya degradasi mangrove berakibat buruk bagi tingkat potensi
phtoplankton di daerah selat panjang.
Terjadinya penurunan potensi
phytoplankton menunjukan makin rendahnya tingkat kesuburan ekosistem
mangrove akibat terjadinya degradasi ekosistem mangrove.
Potensi keberadaan mangrove di kecamatan Selat Panjang di Kabupaten
bengkalis merupakan salah satu faktor penting bagi perkembangan populasi
phytoplankton. Kerusakan ekosistem mangrove akan menyebabkan terjadinya
penurunan potensi phytoplankton.
kabupaten Bengkalis.
Kondisi seperti ini sedang terjadi di
Untuk itu perlu suatu upaya yang terintegrasi agar
keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari, yang pada akhirnya dapat
mencegah penurunan potensi phytoplankton.
D.
Kelimpahan zooplankton (individu/sampel tersaring)
Potensi
zooplankton
(individu/sampel
tersaring)
adalah
(1)
PROTOZOA yaitu Tintinnopsis sp, dan Favella sp, (2) CRUSTACEAE, yaitu
Nauplius (stasia), Oithona sp., Euterpina sp., Eucalanus sp., dan Paracalanus sp
dan (3) LARVA OF POLYCHAETA (sp.1). Potensi zooplankton dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Potensi Zooplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
Organisme
I
Stasiun Pengamatan
II
III
PROTOZOA
Tintinnopsis sp.
Favella sp.
290
290
0
2610
2320
3480
CRUSTACEAE
Nauplius (stasia)
Oithona sp.
Euterpina sp.
Eucalanus sp.
Paracalanus sp.
290
1450
0
0
0
1749
290
0
0
0
8700
4640
1740
870
290
LARVA OF POLYCHAETA (sp.1)
290
0
0
Jumlah Taksa
Kelimpahan (indv/sampel tersaring)
Indeks keragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominasi
5
2610
1,30
0,81
0,36
3
4640
0,86
0,79
0,46
7
22040
1,61
0,83
0,24
Jumlah taksa pada daerah yang memiliki ekosistem mangrove berkisar
antara 5 – 7 taksa lebih tinggi dibandingkan tanpa hutan mangrove, yaitu sekitar
3 taksa.
Tingkat kelimpahan zooplankton
pada daerah yang bermangrove
adalah 2.610 – 22.040 (indvidu/sampel tersaring) lebih tinggi dibandingkan
tanpa mangrove yaitu sekitar 4.640 (indvidu/sampel tersaring).
Tingkat
keragaman zooplankton pada daerah yang bermangrove (1,30 – 1,61) lebih
tinggi dibandingkan tanpa mangrove (0,81).
Potensi zooplankton, juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan
ekosistem mangrove. Sama dengan Potensi phytoplankton, Kerusakan ekosistem
mangrove akan menyebabkan terjadinya penurunan potensi zooplankton..
Kondisi seperti ini sedang terjadi di kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu juga
suatu upaya yang terintegrasi agar keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari,
agar potensi zooplankton tidak menurun. Potensi zooplankton yang baik akan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan penangkapan biota-biota
air yang ada di ekosistem mangrove.
E.
Potensi Kualitas Air
Potensi kualitas air di daerah Selat Panjang yaitu (1) sifat fisika TSS
dan kekeruhan pada daerah tanpa mangrove lebih tinggi dibandingkan pada
daerah yang memiliki mangrove. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya
sedimentasi pada daerah tersebut. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem
mangrove, kematian potensi phytoplankton dan zooplankton. (2) Kimia air, yang
dilihat adalah pH, Salinitas, Alkalinitas, Kesadahan total, Amonia, Nitrit, Nitrat
dan Fosfat. Potensi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Potensi Kualitas Air di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang
No
Parameter
Satuan
Stasiun Pengamatan
I
II
III
Metode
1.
FISIKA
TSS
mg/l
284
512
244 APHA,20th.1998 2542-D
2.
Kekeruhan
NTU
58
140
25 APHA,20th.1998 2130-B
1.
KIMIA
pH
-
7,28
7,25
5,73 APHA,20th.1998 450-H+/pH
29
26
10
/Gravimetri
/Turbidimeter
meter
APHA,20th.1998 2520-B
/handrefractometer
APHA,20th.1998 2320-B /
Titrimetrik
APHA ed,20th.1998 2340-C /
Titrimetrik
2.
Salinitas
0
3.
Alkalinitas
mgCaCO3/l
100,00
90,00
24,00
4.
mgCaCO3/l
1918,8
1729,6
891,83
mg/l
0,498
0,514
0,577 APHA,20th.1998 4500-F
6.
Kesadahan
total
Amonia
(NH3+NH4)
Nitrit (NO2-N)
mg/l
0,003
0,052
0,043 APHA ed,20th.1998 4500-
7.
Nitrat (NO3-N) mg/l
0,038
0,179
0,181 APHA ed,14th.1998 4500-
Fosfat
0,100
0,074
0,061
5.
8.
/00
mg/l
/Phenate/ Spectrofotometer
B /sulfinik/ Spectrofotometer
B /Brusin Sulfat/
Spectrofotometer
APHA,20th.1998 4500-PE /Ascorbi acid/
Spectrofotomete
Potensi kualitas kimia perairan di ekosistem mangrove di Selat Panjang
adalah sebagi berikut : (1) pH air yaitu asam – normal, (2) Salinitas perairan
sedang – tinggi, (3) alkalinitas rendah – tinggi, (4) tingkat kesadahan total
rendah – sedang, dan (5) potensi amonia, nitrat, nitrit dan fosfat relatif rendah.
Hal ini menunjukan tingkat potensi kualitas air masih baik dan belum tercemar.
Tingkat kualitas air di ekosistem mangrove di kabupaten bengkalis
masih baik. Namun kerusakan ekosistem mangrove di kabupaten Bengkalis
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu
upaya perbaikan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove perlu dilakukan
khususnya pada daerah-daerah yang terkena aberasi dan terjadinya sedimentasi.
F.
Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan pada kegiatan dan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan baik kualitas perairan,
tanah maupun potensi phitoplankton dan zooplankton
Perlu
dilakukan
kegiatan
rehabilitasi
untuk
memperbaiki
kondisi
lingkungan akibat terjadinya aberasi, erosi dan sedimentasi.
Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi yang memperhatikan kesesuaian jenis
yang didasarkan pada nilai ekonomi tanaman mangrove, zonasi mangrove,
dan kemampuan tanaman untuk mengurangi permasalahan lingkungan
seperti aberasi, sedimentasi dan erosi.
Kegiatan rehabilitasi mangrove perlu dilakukan secara berkesinambungan
dan berkelanjutan sampai tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan
dapat membentuk ekosistem muda yang menjadi cikal bakal bagi
terbentuknya ekosistem mangrove dewasa dan klimaks.