HASIL PRAKTEK LAPANG KOMODITAS KACANG TA

BAB 5. PEMBAHASAN HASIL PRAKTEK LAPANG
5.1 Pelaksanaan Manajemen Usahatani Komoditas Kacang Tanah dalam
Aspek Sosial Ekonomi Pertanian
5.1.1 Perencanaan
Dalam melakukan kegiatan budidaya pertanian, maka dilakukan kegiatan
perencanaan

terlebih

dahulu

tentang

jenis

komoditas

apa

yang


akan

dibudidayakan, prospek hasilnya, biaya yang digunakan untuk pengadaan input
serta sarana produksi yang akan dibutuhkan, serta harga yang stabil dan
menguntungkan di pasaran. Komoditas yang akan dibudidayakan yaitu komoditas
kacang tanah, komoditas tersebut memiliki harga yang stabil di pasaran serta
permintaan dari masyarakat yang selalu ada. Dengan semikian, maka diharapakan
petani akan mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan adanya kegiatan
budidaya tanaman kacang tanah ini. Prospek hasil yang diharapkan selalu tinggi
dan memiliki kualitas yang baik, sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi
daripada kacang tanah yang memiliki kualitas yang lebih rendah.
Dengan luasan lahan yang dimiliki secara pribadi oleh Bapak Yudo seluas
10.350 m², dengan lokasi di Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember,
varietas yang diambil oleh petani yaitu varietas lokal, petani lebih memilih
varietas tersebut karena harga benihnya yang lebih murah, hasilnya lebih disukai
di pasaran serta harga jualnya yang lumayan tinggi dan stabil dibandingkan
dengan varietas lainnya misalnya varietas Bangkok. Penggunaan pupuk hanya
dilakukan pada saat awal pengolahan tanah dengan pupuk SP36 dosis 150kg/ha,
pemupukan diawal dilakukan untuk menghemat biaya tenaga kerja dan
mempercepat penyerapan unsur hara. Penggunaan pestisida hanyalah pestisida

kimiawi Dithane

dengan dosis 500ml/ha, penyemprotan pestisida dilakukan

ketika hanya ada serangan, jadi ketika tidak ada serangan maka tidak dilakukan
penyemrotan, hal tersebut dilakukan guna menghemat biaya pembelian pestisida
dan biaya untuk jasa tenaga kerja.Teknologi yang digunakan yaitu monokultur,
sehingga tanaman akan dapat tumbuh dengan optimal tanpa ada gangguan dari
tanaman lainnya.

Perencanaan sumber modal yang digunakan pada mulanya berasal dari
tabungan sendiri atau sebagian meminjam dari bank dengan jaminan kendaraan
yang dimilikinya, yang kemudian akan dilunasinya ketika sudah mendapatkan
uang hasil panen. Biaya yang akan digunakan untuk kegiatan usahatani ini harus
tersedia untuk memenuhi penyediaan saprodi dan kegiatan lainnya. Perencanaan
pembiayaan harus dilakukan dengan cermat dan bijak,

sehingga diharapkan

petani akan mendapatkan keuntungan dengan menggunakan biaya yang rendah

serta pengelolaan yang tidak rumit. Penyediaan saprodi harus dapat dilakukan
tepat

waktu

sesuai

dengan

kebutuhan

yang

diperlukan

pada

waktu

dilaksanakannya kegiatan usahatani tersebut, guna memenuhi kebutuhan utama

dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Perencanaan produksi kegiatan budidaya yang dilakukan oleh Bapak Yudo
dilakukan menurut bulan tanam, cuaca, serta ketersediaan modal. Berikut ini
adalah gambar tentang jadwal yang direncanakan akan dilakukan oleh Pak Yudo.
N
No
1

Kegiatan

1

2

3

4

5


Bulan
6 7 8

9

10 11

12

Pengolahan tanah

dan penanaman
2
Pemupukan
3
Pengendalian OPT
4
Pemanenan
5
Irigasi

Gambar 5.1 : Jadwal perencanaan budidaya tanaman kacang tanah secara on farm.
Berdasarkan gambar tersebut, perencanaan produksi diawali dengan
kegiatan pengolahan tanah, pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan
menggunakan traktor kemudian melakukan pembuatan galengan untuk tempat
penanaman serta penyiangan, hal ini dilakukan selama 3 hari. Pengolahan tanah
dan pembuatan galengan ditujukan agar tanah memiliki struktur yang lebih
gembur agar mudah menjadi tempat perkembangan biji kacang tanah. Pemupukan
dilakukan pada saat pembuatan galengan tersebut dengan pupuk SP36 dosis 150
kg/ha, hal ini menjadikan pupuk tersebut sebagai pupuk dasar dasar dan agar
memudahkan dalam penyerapan ke dalam tanah. Pengendalian OPT dilakukan
secara tidak tentu, hal ini mengingat petani hanya melakukan penyemprotan

ketika ada serangan, serangan hama dan penyakit dapat datang pada bulan apa
saja. Pemanenan dapat dilakukan ketika tanaman sudah cukup masak secara
fisiologis, yaitu umur 3 bulan pada bulan November, pemanenan akan
mengguanakan tenaga kerja sebanyak 10 orang pria dewasa yang masuk ke dalam
kegaiatan pencabutan, pemipilan dan sortasi. Irigasi yang digunakan yaitu irigasi
alur, irigasi yang berasal dari sungai dan ketika akan menggunakannya diperlukan
tarif sebesar RP 100.000 untuk setiap kali pengairan. Pengairan dilakukan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat awal penananam, kemudian ketika mulai

memasuki masa pembungaan dan terakhir ketika masa pengisian biji.
Perencanaan pemasaran dilakukan dengan melakukan penjualan kepada
tengkulak, tengkulak akan memberikan harga kepada petani langsung berdasarkan
harga yang ada dipasar. Tengkulak langsung mengambil hasil pada saat di lahan
dengan transportasi pickup, jadi petani tidak harus mengeluarkan biaya untuk
melakukan transportasi. Tengkulak akan membeli kacang tanah dari lahan
langsung yang berkualitas baik yakni yang telah disortir dengan biya Rp 7.000/kg.
Penentuan harga disesuaikan dengan keadaan yang ada di pasar, sehingga tiap
musim harga berbeda berdasarkan jumlah permintaan konsumen.
5.1.2 Pelaksanaan
. Pelaksanaaan kegiatan ini dilakukan guna menjadikan kegiatan yang
telah direncanakan agar menjadi kenyataan dan berjalan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Perencanaan dilakukan dengan memanfaatkan seluruh
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam sehingga akan didapatkan hasil
berdasarkan tujuan awal yang ingin dicapai dengan maksimal. Pemanfaatan
sumberdaya alam yang maksimal akan mampu menghasilkan keuntungan yang
maksimal jika didukung dengan sumberdaya manusia yang berkualitas serta
peralatan produksi yang memenuhi standar operasional. Dari seluruh rangkaian
proses kegiatan usahatani, pelaksaan meruipakan kegiatan yang sangat penting
karena berhubungan langsung antar kegiatan di lahan dengan manusia yang

menjalankan kegiatan usahatani tersebut. Penempatan jumlah tenaga kerja, waktu,

tempat dan penggunaan biaya untuk saprodi yang tepat merupakan bagian dari
pelaksanaan.
Pelaksanaan kegaiatan usahatani diawali dengan pengolahan lahan
pertanian yang akan digunakan. Pada tahap ini membutuhkan bantuan dari tenaga
kerja dan penggunaan saprodi dan biaya tetap. Pemilihan komoditas terlebih
dahulu harus dipertimbangkan karena akan berpengaruh terhadap biaya input
produksi dan keuntungan hasil yang akan didapatkan. Penggunaan biaya tetap dan
variabel akan dikeluarkan untuk tenaga kerja, pembelian alat, benih, pupuk serta
kegiatan pemeliharaan lainnya.`Pemilihan tenaga kerja harus dilakukan dengan
baik, tenaga kerja dapat berasal dari lingkungan keluarga seperti ibu, adik,
anaknya, istri hingga ia sendiri, sementara itu dari lingkungan bukan keluarga
dapat dari tetangga serta tenaga kerja borongan. Pemilihan benih harus dengan
selektif karena akan berpengaruh terhadap hasil pada saat di lapang, benih harus
memiliki kualitas yang unggul serta harganya terjangkau. Kegiatan pemupukan
dilaksanakan untuk menambah kandungan unsur hara yang ada pada tanaman, jika
unsur hara kurang, maka tanaman tidak dapat berproduksi dengan maksimal.
Pengairan harus dilakukan pada masa-masa penting pertumbuhan kacang tanah,
misalnya pada saat pertumbuhan vegetatif serta generatif yang sangat berpengaruh

terhadap jumlah hasil yang didapat. Pemanenan dan pemasaran akan dilakukan
jika tanaman sudah memiliki ciri fisik masak dan siap panen, pemasaran
dilakukan dengan menjual hasil produksi kepada tengkulak, penentuan harganya
ditentukan oleh tengkulak berdasarkan harga di pasar.
Pengolahan
lahan

Penanaman

Panen

Pengairan

Pengendalian
OPT

Gambar 5.2 Alur pelaksanaan budidaya on farm komoditas kacang tanah
5.1.3 Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan

kinerja agar mampu memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Pengawasan dilakukan guna memantau segala kegiatan akan
terlaksana berdasarkan rencana yang dituju. Pengawasan produksi meliputi
kegiatan input yang akan digunakan, pemantauan terhadap penggunaan benih
dengan varietas lokal yang unggul, benih tersebut dipilih karena memiliki kualitas
hasil yang baik dan dapat diterima di pasaran. Pemilihan pupuk harus tepat sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan tanahnya, pupuk yang sesuai akan mendukung
pertumbuhan tanaman dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, serta
dengan dosis yang cukup akan mampu menghemat biaya pengeluaran untuk itu.
Penggunaan pestisida hanya dilakukan jika ada serangan pada tanaman yang
muncul, sehingga hal itu akan lebih ramah lingkungan dan hemat secara ekonomis
karena penggunaan pestisida yang tidak berlebihan serta tidak diperlukan tenaga
kerja untuk menyemprot dan biaya untuk pembelian pestisida.
Pengawasan terhadap Sumber Daya Manusia dilakukan guna memastikan
kualitas dari tenaga kerja yang terampil dalam bidangnya. Pada saaat pengolahan
tanah, dibutuhkan tenaga kerja laki-laki yang mampu mengoperasikan traktor,
sehingga diharapkan dalam mengerjakan pekerjaannya ia mampu menyelesaikan
dengan baik. Pembuatan galengan dibutuhkan tenaga kerja yang ahli dalam
membuat galengan, sehingga tenaga kerja yang banyak digunakan yaitu tenaga
kerja laki-laki yang lebih memiliki tenaga yang kuat. Tenaga kerja pria juga

dibutuhkan pada saat pemanenan, pada saat pemanenan diharapkan tidak ada
kehilangan hasil di lahan.
Pengawasan teknologi dilakukan oleh petani dengan teknik pola tanam
konvensional yang digunakan, teknik pola tanam dengan jarak tanam 20x30
merupakan jarak tanam yang sangat sering dilakukan, mengingat perakaran dari
kacang tanah yang pendek sehingga tidak perlu jarak tanaman yang lebar,
penggunaan alat mekanisasi juga dilakukan pada saat pengolahan tanah, hal ini
dilakukan untuk mempercepat kegiatan olah tanah dan didapatkan hasil yang
optimal dengan tanah yang lebiuh gembur serta biaya yang didapatkan lebih
murah daripada tanpa traktor.

5.1.4 Analisis Usahatani
Petani yang telah diwawancari yakni Pak Yudo (38 tahun) beliau adalah
petani kacang tanah yang telah lama menjadi petani yaitu sekitar 38 tahun. Lahan
yang diamati yaitu berada di Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember
dengan total luasan sekitar 10350 m² yang terdiri dari dua petak lahan. Lahan
yang pertama luasnya yaitu 350 m², sedangkan lahan kedua luasnya 10.000 m²
dengan status kepemilikian pribadi. Budidaya tanaman dilakukan dengan proses
pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan, penanaman dan pemanenan yang
termasuk ke dalam biaya variabel.
Proses pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dari
luar keluarga dengan biaya mencapai Rp 400.000 untuk penyewaan traktor
sekaligus biaya tenaga kerja. Pembuatan galengan/bedengan dilakukan oleh 12
orang pekerja laki-laki selama 2 hari dengan biaya Rp 35.000/hari/orang sehingga
jumlahnya mencapai Rp 840.000. Penyiangan dilakukan oleh 2 orang pria selama
3 hari sehingga total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 210.000. Pemupukan
hanya dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan tenaga kerja sebanyak 2
orang dalam 1 hari, sehingga biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 70.000. Biaya
pemanenan dilakukan oleh 10 orang pria dalam 1 hari dengan upah Rp
40.000/orang/hari sehingga total biayanya mencapai Rp 400.000.

Tabel 1. Penggunaan biaya variabel

Jumlah
Nama kegiatan

Dalam

Luar

Kerja

Keluarga

Keluarga

(hari)

P
Pengolahan tanah
Dibajak
Dibuat galengan
Pemeliharaan
Penyiangan
Pemupukan
Pemanenan
Pencabutan
Total biaya

W

P

W

P

Upah/hari
(Rp)

Total (Rp)

W

1
12

1
2

400.000
35.000

400.000
840.000

2
2

3
1

35.000
35.000

210.000
70.000

10

1

40.000

400.000
1.920.000

Benih didapatkan dari tengkulak benih, benih yang bervarietas lokal
tersebut mampu menghasilkan produksi mencapai 2.700 kg/musim pada luasan
lahan sekitar 10.350 m². Petani membeli benih dengan kebutuhan 25kg dengan
harga Rp 23.000/kg, sehingga pengeluaran yang dikeluarkan untuk pembelian
benih mencapai Rp 575.000, benih yang didapatkan yaitu benih dengan varietas
lokal. Harga jual dari kacang tanah tersebut mencapai Rp 7.000/kg dengan
kualitas kering panen. Total biaya untuk pemupukan mencapai Rp 345.000 karena
untuk membeli pupuk SP36 dengan biaya Rp 115.000/50 kg. Biaya obat-obatan
sekitar Rp 30.000 karena harga dari Dithane untuk setiap botolnya berkisar pada
harga tersebut. Jadi, total biaya variabelnya mencapai Rp 2.870.000 yang
merupakan hasil penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pupuk
serta biaya pestisida.

Tabel 2. Penggunaan biaya tetap
Keterangan

Kebutuhan

Peralatan
Cangkul
Karung

4
25

Harga

Umur

satuan (Rp)

ekonomis

70.000
7.000

2
1

Total (Rp)
280.000
175.000

Penyusutan
Per musim
46.400
57.500

Timba
Iuran Air
Total

3
3

20.000
100.000

2
-

60.000
300.000
815.000

10.000
113.900

Penyusutan pada suatu barang terjadi karena faktor usia, semakin lama
barang dipakai, maka nilai penyusutannya semakin besar. Peralatan yang
digunakan meliputi cangkul, karung, timba, serta iuran air. Total biaya yang
dikeluarkan mencapai Rp 815.00 serta biaya penyusutannya yaitu Rp 113.900.
Penerimaan total yang didapat yaitu mencapai Rp 18.900.000/ musim yang
merupakan hasil kali dari jumlah produksi dan harga perkilonya. Biaya total
produksi mencapai Rp 2.983.900 yang merupakan hasil penambahan dari total
biaya variabel dan penyusutan biaya tetap. Efisiensi biaya produksi mencapai
6,335, efisiensi biaya produksi merupakan hasil dari penerimaan total (TR) yang
dibagi dengan biaya total (TC), sehingga usaha taninya sangat efisien. Sehingga
pendapatan persis yang didapat oleh Bapak Yudo yaitu mencapai Rp 15.215.000
Tabel 3 . Biaya total produksi (TC)
Biaya Variabel + Tetap
(penyusutan)

No

Total Keseluruhan (Rp)

1

Biaya benih

575.000

2

Biaya pupuk dan pestisida

375.000

3

Biaya tenaga kerja

4

Biaya Tetap (penyusutan)

1.920.000
113.900

Total
2.983.900
5.1.5 Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yaitu orang yang melakukan suatu pekerjaan guna
menghasilkan suatu barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan msyarakat lainnya. Tenaga kerja dalam lingkup pertanian meliputi
tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja mendapatkan upah dari
hasil kerjanya, upah yang didapatkan berdasarkan upah minimum di suatu
wilayah, untuk wilayah Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja yaitu sekitar Rp 35.000/hari. Tenaga kerja di
bidang pertanian bekerja mulai dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, pemanenan hingga pada saat pemasaran.
Tenaga kerja yang biasanya berasal dari luar keluarga, bisa terdiri dari
tenaga kerja borongan ataupun tenaga kerja harian yang meliputi tetangga sekitar.
Tenaga kerja borongan biasanya pekerjaannya didasarkan atas hasil satuan kerja,
pekerja borongan pada umumnya dikoordinir oleh suatu orang yang kemudian
memperkerjakannya kepada orang lain yang telah terikat suatu perjanjian tertentu
misalnya lama waktu dan biaya yang digunakan. Pekerja harian dapat berasal dari
tetangga sekitar yang akan membantu melakukan kegiatan usahatani dan mereka
akan mendapatkan upah atas jasa yang telah mereka lakukan. Dengan demikian,
usahatani mampu mensejahterakan penduduk sekitar dengan memberikan
lapangan kerja sebagai buruh tani.
5.1.6 Pemasaran
Pemasaran adalah puncak dari seluruh kegiatan usahatani yang merupakan
penentu keberhasilan dalam kegiatan tersebut yang didasarkan pada keuntungan
yang didapat. Kegiatan usahatani tersebut akan mengalami keuntungan jika
penerimaan total jumlahnya lebih besar dari biaya total, dan akan mengalami
kerugian jika sebalikanya. Berdasarkan hasil wawancara, biasanya setelah
dilakukan pemasaran akan ada tengkulak yang langsung akan membeli hasil
panen dari petani, menurut petani hal tersebut menguntungkan karena petani tidak
harus mengeluarkan biaya untuk kegiatan pasca panen dan transportasi. Penentuan
harga dari hasil panen disesuaikan dengan keadaan pasar, petani mendapatkan
informasi harga dari tengkulak, sehingga petani harus menanggung biaya dalam
memperoleh informasi. Sebelum dilakukan pemasaran, petani terlebih dahulu
harus memisahkan kacang tanah berdasarkan grade atau kualitas tertentu, karena
setiap grade tersebut memiliki harga yang berbeda.

5.2 Pelaksanaan Manajemen Usahatani Komoditas Kacang Tanah dalam
Aspek Ilmu Tanah
5.2.1 Karakteristik Lahan
Lahan berada di Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember pada
ketinggian 255 mdpl yang terletak pada koordinat 8º04’46,6” S dan 113º45’38,0”.
Relief lahan termasuk dataran tinggi, mengingat daerah yang ada di Jember
ketinggiannya yang rata-rata dibawah 100 mdpl. Daerah di sekitar Jelbuk
merupakan daerah perbukitan yang merupakan terusan dari pegunungan
Argopuro, sehingga banyak ditemukan sawah yang berada di lereng bukit dan
dibuat dengan teknik terasering guna mencegah adanya erosi dan longor. Tekstur
tanah pada lahan yang telah diamati yaitu sedang, dengan kandungan liat, debu
dan pasir yang seimbang sehingga sangat cocok untuk budidaya komoditas
kacang tanah, penggunaan lahan hanya untuk budidaya monokultur kacang tanah,
akan tetapi sejarah penggunaan lahan sebelumnya yaitu digunakan untuk budidaya
tanaman jagung dan padi.
5.2.2 Penyiapan
Penyiapan lahan untuk kegiatan budidaya kacang tanah dilakukan dengan
melakukan pembajakan., pembajakan bertujuan untuk memperbaiki struktur
tanah, mengendalikan populasi gulma, serta untuk menciptakan keadaan tanah
yang mendukung pertumbuhan dari kacang tanah karena kacang tanah adalah
suatu tanaman yang menghendaki tanah yang gembur guna memudahkannya
dalam pembentukan biji dalam tanah. Pembajakan menggunakan alat modern
yaitu traktor dengan menggunakan jasa dari satu tenaga kerja dengan biaya
mencapai Rp 400.000 yaitu termasuk ke dalam biaya penyewaan traktor dan biaya
jasa pengolahan tanah.
Pembersihan lahan dari gulma bertujuan untuk mengurangi populasi
gulma sehingga tidak menyebabkan adanya persaingan perebutan unsur hara dan
tempat hidup antara gulma dengan tanaman utama. Pembersihan lahan termasuk
dalam kegiatan penyiangan yang dilakukan selama 3 hari dengan bantuan tenaga
kerja sebanyak 2 orang, sehingga biaya yang harus dikeluarkan sebanyak Rp

210.000. Tanaman kacang tanah adalah komoditas yang tidak bisa hidup dalam
kondisi yang tergenang, sehingga ia membutuhkan guludan untuk dapat tumbuh
dengan baik serta mempermudah pada saat pemanenan. Pembuatan guludan
dilakukan dengan mencangkul tanah sesuai dengan batas garis dan membuatnya
menjadi petakan yang lebih kecil. Dalam kegiatan pembuatan guludan ini,
dilakukan selama 2 hari dengan tenaga kerja sebanyak 12 orang dengan biaya Rp
840.000.
5.2.3 Pemupukan
Pemupukan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menambah
kandungan unsur hara yang ada dalam tanah yang telah hilang karena diserap oleh
tanaman. Berdasarkan kandungannya, pupuk dibagi menjadi pupuk organik dan
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan alam,
sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan oleh pabrik melalui
suatu teknologi tertentu. Dalam melakukan kegiatan pemupukan, hendaknya
memperhatikan 5T, yaitu tepat cara, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran dan
tepat tempat.
Berdasarkan hasil wawancara, petani hanya memupuk menggunakan SP36 pada saat pengolahan tanah atau ketika pada saat sebelum ditanam dengan
dosisi 150kg/ha dengan biaya pupuk sebanyak Rp 345.000. Pemupukan SP-36
mampu memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif, memperkuat pertumbuhan
akar serta merangsang pembentukan bunga dan biji secara lebih cepat. Petani
enggan menggunakan pupuk yang lainnya, karena menurutnya itu akan sia-sia,
karena jika hanya daunnya saja yang tumbuh dengan rimbun, maka bagian bijinya
akan tumbuh lebih sedikit, jadi petani membutuhkan pupuk yang mampu
memperbanyak jumlah akar dan memperbanyak pembentukan buah.
5.2.4 Irigasi
Irigasi yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan air ke lahan
pertanian. Sumber air yang digunakan dalam kegiatan irigasi sangatlah berbeda
pada setiap tempat ke tempat lainnya, hal tersebut dapat bergantung dari curah

hujan, relief lahan serta topografi lahan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan, irigasi yang digunakan oleh petani tersebut yaitu irigasi alur, air yang
didapatkan berasal dari sungai yang ada disebelah lahan. Air dialirkan melalui
sebuah lubang sehingga akan masuk ke dalam lahan dan membasahi tanah yang
ada di lahan tersebut. Pengairan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
tanaman baru pertama kali ditanam dan pada saat memasuki fase generatif. Pada
saat sekali pengairan biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 100.000, jadi total
biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 300.000.
5.3 Pelaksanaan Manajemen Usahatani Komoditas Kacang Tanah dalam
Aspek Hama dan Penyakit Tanaman
5.3.1 Proses Budidaya
Persiapan lahan dilakukan dengan kegiatan pengolahan tanah yang
dilakukan dengan menggunakan traktor, pengolahan tanah dilakukan dengan
membajak tanah hingga gembur sehingga mempermudah kacang tanah dalam
membentuk biji dan perkembangan akarnya.

Pembuatan

guludan

dilakukan

setelah dilakukan pengolahan tanah, tujuan dari pembuatan guludan yaitu agar
memudahkan pemanenan serta menjaga agar tanaman tidak tergenang air pada
saat hujan. Penyaiangan dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan membuang
gulma yang mengganggu, sehingga diharapkan pada saat budidaya sudah tidak
ada lagi gulma yang tumbuh dan mengganggu tanaman utama.
Penanaman dilakukan dengan memberikan benih sebanyak 1 benih/lubang
dengan jarak tanam 15x15 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan hanya
dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan menyebarkan SP36 dengan dosis
150 kg/ha. Pemupukan dilakukan agar memperbanyak pertumbuahn agar serta
merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif. Penggunaan pestisida tidak
diperlukan, karena saat ini serangan OPT masih dibawah ambang ekonomi,
artinya belum menyebabkan kerusakan yang parah. Pemanenan dilakukan jika
kacang tanah sudah berisi dan dijual kepada tengkulak yang sudah memberikan
harga kepada petani.

5.3.2 Pemilihan Benih atau Bibit
Petani menggunakan benih yang bervarietas lokal yang memiliki hasil
yang besar pada setiap kali tanam. Benih yang dipilih harus bersih dari serangan
hama/penyakit sehingga tidak akan menyebar pada saat di lahan ketika dilakukan
penanaman. Benih yang dipilih harus mudah disiram, karena pada dasarnya biji
dari kacang tanah sudah sangat mudah dalam melakukan proses imbibisi atau
proses penyerapan air. Benih yang dipilih harus memiliki daya kecambah yang
tinggi, sehingga ketika di lahan akan segera cepat mengetahui pertumbuhannya
dan semakin cepat maka panennya akan semakin cepat juga serta pertumbuahnnya
akan seragam. Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu harus disimpan dalam
gudang untuk menghindari adanya serangan dari tikus. Benih yang digunakan
harus memiliki harga yang terjangkau oleh petani, jika harga benih yang terlalu
mahal maka petani enggan menggunakan benih tersebut karena jika tidak tumbuh
di lahan akan dapat menyebabkan kerugian. Benih yang baik harus tenggelam
pada saat direndam, hal tersebut membuktikan bahwa benih tersebut bernas dan
tidak hampa. Benih harus murni dan tidak boleh tercampur dengan biji-bijian
yang lainnya. Petani kacang tanah tidak perlu membuat persemaian karena petani
sudah dapat langsung menanam benih ke lahan, sehingga tidak ada kegiatan
pemindahan bibit ke lahan.
5.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian secara kultur teknis telah dilakukan oleh petani dengan
menggunakan varietas lokal yang tahan, sehingga serangan OPT lebih bisa
ditolerir. Rotasi tanaman dilakukan dengan tanaman yang berbeda sebanyak 3 kali
dalam setahun dengan tanaman yang berbeda yaitu tanaman padi, dan jagung atau
tembakau. Sistem rotasi tanaman akan dapat mengurangi serangan hama dan
penyakit karena OPT yang endemik akan pergi dari lahan tersebut ketika tanaman
inangnya telah hilang. Sistem pola tanam yang diterapkan yaitu sistem tanam
monokultur, yaitu hanya tanaman kacang tanah saja yang ada dalam lahan
tersebut. Tanaman kacang tanah tidak perlu dilakukan pemangkasan dan
penjarangan, karena tanamannya yang tidak tumbuh tinggi.

Pengendalian yang dilakukan hanya secara kimiawi, itupun hanya akan
dilakukan jika terliahat gejala serangan di lahan. Ketika pada saat mengunjungi
lahan dan menemui adanya hama, maka dilakukan penghancuran dengan tangan.
Tidak ada perlakuan mekanis seperti penggunaan jaringa atau paranet, perangkap,
perlakuan panas, penggunaan lampu perangkap serta penggunaan gelombang
suara. Hanya akan dilakukan pengendalian kimiawi menggunakan Dithane M-45
untuk mengendalikan bercak daun Cercospora dan dilakukannya pengendalian
ketika sudah terlihat gejala serangan di lahan.
Penggunaan varietas unggul yang tahan akan serangan hama dan penyakit
akan menguntungkan petani, akan tetapi tidak dilakukan program pemberantasan
dan penekanan. Penggunaan pestisida hanya akan dilakukan jika serangan OPT
menyebabkan kerugian secara ekonomis. Tidak dilakukan kegiatan seperti
monitoring kegiatan OPT, pemanfaatan musuh alami serta penggunaan pestisida
botani. Aplikasi bahan pengendali OPT telah dilakukan secara tepat waktu, tepat
dosis dan tepat cara. Petani belum mengetahui tentang teknik PHT dan ambang
ekonomi, jadi mereka hanya akan melakukan pengendalian secara kimiawi jika
terlihat gejala di lahan.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1.

Petani yang telah diwawancarai yaitu bernama Bapak Yudo (38 tahun) yang
telah bekerja sebagai petani selama 18 tahun, yang beralamat di Desa Jelbuk,
Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember yang memiliki lahan secara pribadi
dengan jumlah 10.350 m² dan ditanami dengan komoditas kacang tanah pada

ketinggian 255 mdpl yang terletak pada koordinat 8º04’46,6” S dan
113º45’38,0”.
2.

Perencanaan produksi yaitu menggunakan benih varietas lokal, pupuk SP36
dosis 150kg/ha, pestisida Dithane 500ml/ha, serta penanaman dimulai pada
bulan Agustus dan dapat dipanen pada bulan November. Teknologi yang
digunakan yaitu teknologi konvensional, akan tetapi sudah mengggunakan
teknologi mekanisasi traktor. Perencaanaan pemasaran dengan langsung
dijual ke tengkulak dan harganya sudah ditentukan sesuai harga pasar.

3.

Pelaksanaan dilakukan dengan kegiatan budidaya on farm di lahan, seperti
pengolahan

lahan,

penyiangan,

pembuatan

galengan,

pemupukan,

penanaman, pengairan serta pemanenan.
4.

Pengawasan produksi dilakukan guna memastikan benih yang digunakan
unggul, pupuknya sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengawasan sumber daya
manusia dilakukan untuk memastikan bahwa tenaga kerja tersebut akan
mampu bekerja sesuai dengan keahliannya. Pengawasan teknologi dilakukan
untuk memastikan apakah pola tanam yang digunakan cocok diterapkan.

5.

Jumlah total produksi yang didapatkan mencapai 2700/kg/ musim dengan
harga jual mencapai Rp 7000, sehingga penerimaan total mencapai Rp
18.900.000. Akan tetapi, pendapatan bersihnya yaitu sekitar Rp 15.215.000
karena harus dikurangi penerimaan total dengan biaya total.

6.

Tenaga kerja berasal dari luar keluarga dengan rata-rata pria, pemasaran
dilakukan oleh tengkulak yang langsung datang ke lahan untuk membeli
kacang tanah berat kering lahan.

7.

Persiapan dilakukan dengan pengolahan tanah, penyiangan, pemberian
pupuk, pembuatan guludan serta penanaman dan kemudian pemanenan.
Pemupukan hanya dilakukan satu kali dengan pupuk SP-36 dosis
150kg/luasan lahan.

8.

Pemilihan bibit dilakukan dengan membeli varietas lokal yang memiliki daya
kecambah tinggi serta produksi maksimal. Irigasi berasal dari sungai yang
disebut irigasi alur dengan penggunaan hanya pestisida kimiawi ketika
terlihat ada gejala di lahan.

8.1

Saran

1.

Proses perencanaan yang dilakukan oleh petani terkadang masih kurang,
sehingga sering keteteran pada saat pelaksanaan dilahan karena ada
beberapa hal yang dilakukan secara mendadak, sebaiknya petani juga
merencanakannya jauh-jauh hari untuk menghindari agar hal tersebut tidak
terulang.

2.

Penggunaan pestisida kimiawi sudah dengan dosis yang baik, akan tetapi
masih kurangnya penggunaan pestisida yang alami. Semoga tingkat
penyuluhan petani tentang pentingnya pestisida nonkimiawi akan ada.

3.

Penggunaan pupuk yang masih kurang karena hanya dilakukan pada awal
pengolahan tanah saja, seharusnya pemupukan juga dilakukan oleh petani
ketika memasuki masa pembungaan dan masa pembentukan biji, agar hasil
produksi maksimal secara kuantitas dan kulitas, serta diperlukannya
penambahan bahan organik agar tanah memliki struktur yang lebih baik.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62