PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA TAHAP PERK
PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA TAHAP
PERKEMBANGAN MASA BAYI, MASA ANAK-ANAK DAN
REMAJA
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan berkaitan
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Dapat didefinisikan sebagai
deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif
menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing maju dan bukan
mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata
antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang
mengikutinya.1
Berbagai
perubahan
dalam
perkembangan
bertujuan
untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia
hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri itu yang biasa
disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Namun tidak statis. Tujuan
dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang
tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan
baik secara fisik maupun psikologis. Akan tetapi, tidak semua individu
dapat menjalani proses perubahan ini sebagaimana yang harus dilaluinya
sesuai dengan usia dan tugas perkembangannya. Ada individu-individu
yang mengalami hambatan ataupun permasalahan dalam perkembangan,
yaitu terhambatnya proses perubahan yang bertujuan untuk aktualisasi
diri. Hambatan ini dapat terjadi sejak masa bayi sampai dewasa, yang
kemudian akan lebih dibahas mengenai anak dan remaja, baik yang
dialami sejak lahir akibat faktor-faktor pranatal, genetis, maupun yang
terjadi dalam proses perkembangan itu sendiri (akibat interaksi dengan
lingkungan).
Hambatan perkembangan yang terjadi dapat berupa gangguan
yang tidak menetap (seperti anorexia nervosa, bulimia dan lain-lain) dan
ada juga yang digolongkan sebagai gangguan yang menetap (Autisme,
1 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 2
1
Rett, Asperger dan lain-lain). Hambatan perkembangan dapat juga berupa
keterlambatan
perkembangan,
perkembangan
pada
waktu
di
yang
mana
tidak
ditentukan.
tercapainya
Efek
dari
tugas
terjadinya
hambatan dalam perkembangan ini sangat luas, tidak hanya berpengaruh
pada
pencapaian
aktualisasi
diri
perkembangan yang menyebabkan
karena
ada
type
learning disabilities
hambatan
tetapi juga
berpengaruh secara sosial di mana individu tidak dapat menjadi orang
yang diinginkan baik fisik maupun psikologis.
A. MASA BAYI
Masa
bayi
merupakan
masa
ketergantungan,
masa
ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang
menuntut kesabaran orangtua.2 Secara psikologis, masa bayi merupakan
saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan
mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa
diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi
pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara
bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini
memberikan
petunjuk
bahwa
bayi
menginginkan
sesuatu.
Hal
itu
dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan
sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika
tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal,
muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan
kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
bayi.3
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam
2 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm.135
3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm.
95
2
penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat
dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot
memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,
bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan
pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa
bayi memulai kehidupan
dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal.
Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang
buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang
baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung
tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa
bayi
adalah
masa
pembentukan
pola-pola
psikologis
fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan
kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola
makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi
terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan.
Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan
yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari
usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara
usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi
mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi
lelah, sakit.
B. MASA KANAK-KANAK
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana
individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Pada saat
ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi
menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua
3
sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya
anak yang matang secara seksual.4
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya
berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa
kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan
daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering
terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang
dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut
kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda
seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta
merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama awal masa kanakkanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa
bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan
sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang
disukai dan dan tidak disukai.5
Dalam
perkembangan
berkomunikasi,
biasanya
anak-anak
mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi
pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anakanak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk
mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia
enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai
terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni
dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa.
Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang
digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman
4 Ibid, hlm. 108
5 Ibid, hlm. 111
4
sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya
terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang
berhubungan
dengann
diri
sendiri
seperti
kehebatannya
dalam
keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih
suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan
kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk
makian atau
hal lain yang bersifat merendahkan.6 Karena sebenarnya anak lebih
banyak
menonjolkan
kelebihan
dan
kurang
berani
menunjukkan
kelemahan dirinya sendiri.
C. MASA REMAJA
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere”
(kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam
belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal,
selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran,
perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik
semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah
remaja
yang
memperhatikan
perkembangan
atau
kurangnya
perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan
itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap
menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu,
tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi
ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak
menentu dan kadang berputus asa.7
6 Ibid, hlm. 153
7 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Surabaya: Aksara Baru, 1984), hlm.185
5
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu
mendatangkan konflik pada diri remaja, sehingga banyak remaja yang
gamang melewati masa remajanya. Orangtua, guru dan masyarakat perlu
memahami permasalahan remaja sehingga dapat membantu mereka
menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja
biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam
perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: 8
a. Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian
besar
remaja
mengalami
kemunduran
kepercayaan
terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja
melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat,
tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja menjadi penyebab
permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas, merokok,
penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b. Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian
remaja
mengalami
penurunan
pengalaman
agama
dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbias atau
pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat
pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika diingatkan
untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c. Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan Narloba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah
20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.
d. Seks Bebas
Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap
Seks
Bebas
di
Kota
Negara
Bali
menemukan
88,33%
responden
mengatakan ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66%
menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan
8 Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012),
hlm. 202
6
seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan
tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN
melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA
sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% diantaranya
melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa
pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e. Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan
dampak buruk bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang meroko adalah
untuk
mendapatkkan
pengakuan
menghilangkan
kekecewaan
perbuatannya
tersebut
(anticioatory
(reliefing
tidak
beliefs)
melanggar
beliefs),
untuk
dan
menganggap
norma
permissivek
beliefs/fasilitative).
f. Bolos Sekolah
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor
kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura
lainnya.
Akibat
yang
ditimbulkan
dari
berbagai
permasalahan
dalam
perkembangan sikap remaja ialah:9
Terkena HIV.AIDS
Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
Bunuh diri
Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
Kebut-kebutan
Mengguurkan kandungan
Berbohong
9 Ibid, hlm. 214
7
Dan untuk mengatasi masalah ataupun menghindari permalsahan
tersebut yang perlu dilakukan ialah:
a) Membekali keimanan remaja
Membekali keimanan remaja dapat dilakukan orangtua sejak anakanak.
Di
dalam
al-Qur’an
Allah
berfirman
bagaimana
Luqman
mengajarkan tauhid kepada anaknya :
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi
pelajaran
kepadanya:
"Hai
anakku,
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar."
Larangan
ini
disampaikan
Luqman
kepada
anaknya
sebagai
pelaksanaan tugas yang sangat penting dari orangtua kepada anaknya
yaitu mengajarkan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur.
b) Memberi contoh dan mengingatkan pengalaman ibadah remaja
Pembiasaan melakukan ibadah sudah diajarkan sejak masa anakanak kemudian dilanjutkan pada masa remaja. Jika pada masa anak-anak
orangtua hanya mengajarkan shalat, tetapi setelah remaja oarngtua
dianjurkan memukul anak remaja yang tidak shalat
setelah diajarkan
shalat pada waktu kanak-kanak. Hadis Rasulullah :
صييل هةر ا ر ه
ضييررب هويه ه ع هل هي يههيياَ )روه أبييو داودوغيييره
سييب يعه ر
ن فه ي
ذاب هل هييغه ه
ه
ي ب ريياَ ل ص
مهريواال ص
سيين ري ي ه
صييب ر ص
(وهوصحيح
“Perintahkanlah anak-anak untuk shalat ketika usianya mencapai tujuah
tahun. Jika sampai usia sepuluh tahun si anak masih meninggalkan shalat,
pukullah.” (H.R. Abu Daud)
c) Memberikan informasi tentang bahaya merokok dan narkoba
8
Informasi tentang bahaya merokok dan narkoba harus disampaikan
orangtua atau guru kepada para remaja. Penyampaian informasi ini dapat
dilakukan dalam bentuk obrolan dalam keluarga atau nasehat yang
diberikan orangtua dan guru pada waktu tertentu.
d) Memberikan informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam
Islam
Pengaturan perilaku seksual dalam Islam telah diatur dengan baik,
maka orangtua dapat melakukanpemberian informasi pengaturan perilaku
seksual ini secara bertahap pula. Tahapan tersebut adalah:
Membedakan cara berpakaian remaja putra dan putri.
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan
Menjelaskan larangan Allah mendekati zina (berduaan tanpa
muhrim)
Menjelaskna azab Allah kepada pelaku perbuatan mendekati zina
atau berzina
Menjelaskan akibat perbuatan zina pada kehidupan dunia
(kesehatan, sanksi sosial dan hukuman).
e) Membiasakan anak bersikap terbuka kepada orangtua
Orangtua adalah orang yang peling dekat
dengan anak, maka
seyogyanya orangtua adalah orang yang pertama bagi anak untuk
menyampaikan keluh kesahnya. Agar dapat menjadi teman yang akrab,
orangtua harus menjadi pendengar yang baik bagi anak, menjadi contoh,
penasehat dan pelindung bagi anak.
f) Mendoakan anak
Doa memiliki kekuatan dalam menghindarkan dan mengatasi
masalah yang dihadapi seseorang. Doakan para remaja tersebut diberikan
Allah petunjuk dan kekuatan untuk dapat melewati dan mengisi masa
remaja dengan perbuatan yang baik sehingga menjadi bekal yang baik
pada masa dewasa.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Masganti Sit. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana
Publishing
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Aksara Baru
11
PERKEMBANGAN MASA BAYI, MASA ANAK-ANAK DAN
REMAJA
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan berkaitan
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Dapat didefinisikan sebagai
deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif
menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing maju dan bukan
mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata
antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang
mengikutinya.1
Berbagai
perubahan
dalam
perkembangan
bertujuan
untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia
hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri itu yang biasa
disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Namun tidak statis. Tujuan
dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang
tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan
baik secara fisik maupun psikologis. Akan tetapi, tidak semua individu
dapat menjalani proses perubahan ini sebagaimana yang harus dilaluinya
sesuai dengan usia dan tugas perkembangannya. Ada individu-individu
yang mengalami hambatan ataupun permasalahan dalam perkembangan,
yaitu terhambatnya proses perubahan yang bertujuan untuk aktualisasi
diri. Hambatan ini dapat terjadi sejak masa bayi sampai dewasa, yang
kemudian akan lebih dibahas mengenai anak dan remaja, baik yang
dialami sejak lahir akibat faktor-faktor pranatal, genetis, maupun yang
terjadi dalam proses perkembangan itu sendiri (akibat interaksi dengan
lingkungan).
Hambatan perkembangan yang terjadi dapat berupa gangguan
yang tidak menetap (seperti anorexia nervosa, bulimia dan lain-lain) dan
ada juga yang digolongkan sebagai gangguan yang menetap (Autisme,
1 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 2
1
Rett, Asperger dan lain-lain). Hambatan perkembangan dapat juga berupa
keterlambatan
perkembangan,
perkembangan
pada
waktu
di
yang
mana
tidak
ditentukan.
tercapainya
Efek
dari
tugas
terjadinya
hambatan dalam perkembangan ini sangat luas, tidak hanya berpengaruh
pada
pencapaian
aktualisasi
diri
perkembangan yang menyebabkan
karena
ada
type
learning disabilities
hambatan
tetapi juga
berpengaruh secara sosial di mana individu tidak dapat menjadi orang
yang diinginkan baik fisik maupun psikologis.
A. MASA BAYI
Masa
bayi
merupakan
masa
ketergantungan,
masa
ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang
menuntut kesabaran orangtua.2 Secara psikologis, masa bayi merupakan
saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan
mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa
diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi
pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara
bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini
memberikan
petunjuk
bahwa
bayi
menginginkan
sesuatu.
Hal
itu
dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan
sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika
tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal,
muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan
kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
bayi.3
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam
2 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm.135
3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm.
95
2
penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat
dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot
memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,
bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan
pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa
bayi memulai kehidupan
dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal.
Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang
buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang
baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung
tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa
bayi
adalah
masa
pembentukan
pola-pola
psikologis
fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan
kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola
makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi
terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan.
Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan
yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari
usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara
usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi
mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi
lelah, sakit.
B. MASA KANAK-KANAK
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana
individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Pada saat
ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi
menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua
3
sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya
anak yang matang secara seksual.4
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya
berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa
kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan
daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering
terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang
dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut
kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda
seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta
merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama awal masa kanakkanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa
bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan
sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang
disukai dan dan tidak disukai.5
Dalam
perkembangan
berkomunikasi,
biasanya
anak-anak
mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi
pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anakanak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk
mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia
enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai
terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni
dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa.
Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang
digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman
4 Ibid, hlm. 108
5 Ibid, hlm. 111
4
sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya
terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang
berhubungan
dengann
diri
sendiri
seperti
kehebatannya
dalam
keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih
suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan
kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk
makian atau
hal lain yang bersifat merendahkan.6 Karena sebenarnya anak lebih
banyak
menonjolkan
kelebihan
dan
kurang
berani
menunjukkan
kelemahan dirinya sendiri.
C. MASA REMAJA
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere”
(kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam
belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal,
selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran,
perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik
semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah
remaja
yang
memperhatikan
perkembangan
atau
kurangnya
perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan
itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap
menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu,
tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi
ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak
menentu dan kadang berputus asa.7
6 Ibid, hlm. 153
7 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Surabaya: Aksara Baru, 1984), hlm.185
5
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu
mendatangkan konflik pada diri remaja, sehingga banyak remaja yang
gamang melewati masa remajanya. Orangtua, guru dan masyarakat perlu
memahami permasalahan remaja sehingga dapat membantu mereka
menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja
biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam
perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: 8
a. Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian
besar
remaja
mengalami
kemunduran
kepercayaan
terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja
melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat,
tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja menjadi penyebab
permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas, merokok,
penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b. Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian
remaja
mengalami
penurunan
pengalaman
agama
dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbias atau
pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat
pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika diingatkan
untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c. Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan Narloba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah
20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.
d. Seks Bebas
Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap
Seks
Bebas
di
Kota
Negara
Bali
menemukan
88,33%
responden
mengatakan ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66%
menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan
8 Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012),
hlm. 202
6
seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan
tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN
melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA
sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% diantaranya
melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa
pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e. Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan
dampak buruk bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang meroko adalah
untuk
mendapatkkan
pengakuan
menghilangkan
kekecewaan
perbuatannya
tersebut
(anticioatory
(reliefing
tidak
beliefs)
melanggar
beliefs),
untuk
dan
menganggap
norma
permissivek
beliefs/fasilitative).
f. Bolos Sekolah
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor
kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura
lainnya.
Akibat
yang
ditimbulkan
dari
berbagai
permasalahan
dalam
perkembangan sikap remaja ialah:9
Terkena HIV.AIDS
Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
Bunuh diri
Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
Kebut-kebutan
Mengguurkan kandungan
Berbohong
9 Ibid, hlm. 214
7
Dan untuk mengatasi masalah ataupun menghindari permalsahan
tersebut yang perlu dilakukan ialah:
a) Membekali keimanan remaja
Membekali keimanan remaja dapat dilakukan orangtua sejak anakanak.
Di
dalam
al-Qur’an
Allah
berfirman
bagaimana
Luqman
mengajarkan tauhid kepada anaknya :
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi
pelajaran
kepadanya:
"Hai
anakku,
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar."
Larangan
ini
disampaikan
Luqman
kepada
anaknya
sebagai
pelaksanaan tugas yang sangat penting dari orangtua kepada anaknya
yaitu mengajarkan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur.
b) Memberi contoh dan mengingatkan pengalaman ibadah remaja
Pembiasaan melakukan ibadah sudah diajarkan sejak masa anakanak kemudian dilanjutkan pada masa remaja. Jika pada masa anak-anak
orangtua hanya mengajarkan shalat, tetapi setelah remaja oarngtua
dianjurkan memukul anak remaja yang tidak shalat
setelah diajarkan
shalat pada waktu kanak-kanak. Hadis Rasulullah :
صييل هةر ا ر ه
ضييررب هويه ه ع هل هي يههيياَ )روه أبييو داودوغيييره
سييب يعه ر
ن فه ي
ذاب هل هييغه ه
ه
ي ب ريياَ ل ص
مهريواال ص
سيين ري ي ه
صييب ر ص
(وهوصحيح
“Perintahkanlah anak-anak untuk shalat ketika usianya mencapai tujuah
tahun. Jika sampai usia sepuluh tahun si anak masih meninggalkan shalat,
pukullah.” (H.R. Abu Daud)
c) Memberikan informasi tentang bahaya merokok dan narkoba
8
Informasi tentang bahaya merokok dan narkoba harus disampaikan
orangtua atau guru kepada para remaja. Penyampaian informasi ini dapat
dilakukan dalam bentuk obrolan dalam keluarga atau nasehat yang
diberikan orangtua dan guru pada waktu tertentu.
d) Memberikan informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam
Islam
Pengaturan perilaku seksual dalam Islam telah diatur dengan baik,
maka orangtua dapat melakukanpemberian informasi pengaturan perilaku
seksual ini secara bertahap pula. Tahapan tersebut adalah:
Membedakan cara berpakaian remaja putra dan putri.
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan
Menjelaskan larangan Allah mendekati zina (berduaan tanpa
muhrim)
Menjelaskna azab Allah kepada pelaku perbuatan mendekati zina
atau berzina
Menjelaskan akibat perbuatan zina pada kehidupan dunia
(kesehatan, sanksi sosial dan hukuman).
e) Membiasakan anak bersikap terbuka kepada orangtua
Orangtua adalah orang yang peling dekat
dengan anak, maka
seyogyanya orangtua adalah orang yang pertama bagi anak untuk
menyampaikan keluh kesahnya. Agar dapat menjadi teman yang akrab,
orangtua harus menjadi pendengar yang baik bagi anak, menjadi contoh,
penasehat dan pelindung bagi anak.
f) Mendoakan anak
Doa memiliki kekuatan dalam menghindarkan dan mengatasi
masalah yang dihadapi seseorang. Doakan para remaja tersebut diberikan
Allah petunjuk dan kekuatan untuk dapat melewati dan mengisi masa
remaja dengan perbuatan yang baik sehingga menjadi bekal yang baik
pada masa dewasa.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Masganti Sit. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana
Publishing
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Aksara Baru
11