PENDEKATAN KONSEPTUAL DAN PENDEKATAN GEN

PENDEKATAN KONSEPTUAL DAN PENDEKATAN GENDER DALAM PENAFSIRAN AL- QUR’AN DAN HADITS

Fahry Aryanto

Institut Agama Islam Negeri Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 a, Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111 E-Mail: Fahriiirawan005@gmail.com

Abstrak

Al Qur‟an merupakan salah satu kitap allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril, sebagai mukjizat untuk-nya, untuk diajarkan kepada umat manusia, dan membacanya termaksuk ibadah. Selain itu, Al Qur‟an menjadi sumber hukum dalam Agama Islam yang pertama, karena didalam Al Qur‟an memuat tentang berbagai hukum yang berkaitan dengan ketuhanan, ibadah, bahkan sosial dan ekonomi. Dalam Al Qur‟an hukum yang telah ditetapkan tidak lah lain, bersumber langsung dari Allah, yang wahyu tersebut diilhamkan melalui berbagai cara yang didapat oleh nabi Muhammad. Al Qur‟an sebagai wahyu diturunkan tidaklah secara keseluruhan dalam waktu yang sama, namun secara berangsu-angsur kira-kira selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, Al Qur‟an sendiri terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6666 ayat, dan menurut Ibnu Abbas huruf yang terkandung dalam Al Qur‟an adalah 323.671 huruf. Hadis merupakan segala ucapan, perbuatan, berita, tingkah laku dan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Kedudukan Hadis dalam Islam merupakan sumber hukum yang ke-2 setelah Al Qur‟an, karena melihat bahasan Al Qur‟an yang masih global dan kurang terperinci sehingga diperlukan Hadis sebagai perinci dari al-q ur‟an. Dalam istilah lain, hadis sendiri memiliki berbagai istilah, didalam Hadis berisikan sanad, matan dan rowi. Sanad dapat kita fahami sebagai sandaran Hadis itu diterima dari Nabi, yaitu orang yang membawakan berita/hadis tersebut. Sedangkan matan yaitu isi dari hadits itu sendiri. Dan rowi adalah orang terakhir yang menerima hadis tersebut.Menjadi Perawi, baik yang menerima atau yang menyampaikan tidaklah sembarangan orang dapat dikatakan Perawi, agar hadits tersebut menjadi Hadis shoheh.

Kata kunci: Al- Qur‟an dan Hadis

Abstract

The Qur'an is one Kitap god revealed to Prophet Muhammad SAW through the intermediary of the Angel Gabriel, as a miracle for her, to teach mankind, and read termaksuk worship. In addition, the Qur'an a source of law in the first Islamic religion, because in the Qur'an contains about various laws relating to the divine, religious, social and even economic. In the quran law established no other lah, sourced directly from the gods, the revelation has been inspired by various means obtained by the prophet Muhammad. Al-Qur'an as revelation is not lowered as a whole in the same time, but in berangsu gradually for approximately 22 years 2 months 22 days, the Qur'an itself consists of 30 chapters, 114 chapters, 6666 verses, and according to Ibn abbas letters contained in the Qur'an is 323 671 letters.Hadith are all the words, deeds, news, behavior and everything that comes from the Prophet Muhammad SAW. Position hadith in Islam is a source of law is the 2nd after the Qur'an, because the Qur'an see the discussion of which is still less detailed global and thus needed as detailed hadith from al-Qur'an. In other terms, the hadith itself has a variety of terms, in the hadith contains sanad, honor and rowi. Sanad can we understand it as a backrest that hadith received from the Prophet, namely orng who brought news / hadith. While matan ie the contents of the hadith itself. And rowi was the last to accept the hadith.Being narrator, either receiving or delivering not careless people can be said of transmitters, so that it becomes hadith hadith shoheh .

Key word: the Al- Qur‟an and Hadits

A. Pendahuluan

Agama apabila ditelisik secara mendalam memiliki dua sudut: sudut asal-usul , yaitu asal usul ilahi yang bersifat absolut dan sudut penerima agama, manusia, dan manusia jelas bersifat sangat relatif. Agama dan manifestasi dalam berbagai praktek keagamaan memiliki dua sisi mata uang, sisi transendental ketuhanan dan sisi profan kemanusiaan. Sementara yang dipegang manusia dalam religiusitasnya adalah sudut manusia. Manusia berperan sebagai subyek penafsir kitab suci. Pada posisi inilah terbuka ruang konflik dalam upaya

melegitimasi otoritas keagamaan masing-masing kelompok di dalam satu agama 1 . Terdapat banyak keutamaan bagi seorang yang membaca Al Qur‟an, Dalam sebuah Hadis setiap

huruf yang dibaca maka Allah akan memberikan 10 pahala kebaikan. Orang yang sering membaca Al Qur‟an akan mendapatkan teman di dalam kuburnya. Karena di dalam kubur mayit akan sendirian tidak ada yang menemaninya. Dan Al Qur‟an akan menjadi pembela di dalam kubur bagi seorang yang membacanya, Al Qur‟anlah yang akan menjawab setiap partanyaan yang di lontarkan oleh malaikat Munkar dan Nankir. Al Qur‟an juga akan memberikan syafaat bagi pembacanya di akhirat nanti.

Pada zaman Nabi dulu, Al Qur‟an tidak berupa kitab seperti sekarang karena pada waktu itu Al Qur‟an hanya di hafalkan oleh para sahabat. Tetapi karena semakin banyak para penghafal Al-qur`an yang wafat maka pada masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar di buatlah pembukuan Al Qur‟an dan di sempurnakan pada masa kepemimpinan khalifah Usman bin Affan. Tetapi di jaman sekarang juga banyak para penghafal Al

Qur‟an maka orang hafal Al-qur`an disebut Hafidz qur`an. Orang yang hafal Al Qur‟an akan dijamin masuk surga oleh Allah. Dan orang yang hafal Al Qur‟an dapat mengajak orang tuanya dan saudaranya untuk masuk Surga. Sekarang sudah banyak pondok- pondok yang menciptakan generasi penghaf Al Qur‟an. Al Qur‟an bagaikan samudra yang tak akan pernah kering airnya, yang memiliki gelombang yang tidak pernah reda, kekayaan dan hazanah terdapat di 2 kandungnya tidak pernah sirna sampai kapan pun , dapat di layari dan diselami dengan berbagai cara, dan memberikan manfaat dan dampak yang sangat besar untuk berbagai kehidupan didunia ini. Dalam kedudukannya sebagai kitab suci ( Scripture )

dan mu‟jizat untuk umat islam, Al Qur‟an sebagai sumber keamanan, sumber motivasi dan inspirasi, sumber nilai dan sumber dari segala sumber hukum yang tidak pernah kering atau

jenuh bagi yang mengimaninya. Sebagaimana dalam firman-Nya

Artinya:

1. Haa miim

2. demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan,

3. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan .( Q.S Ad-Dukhan:1-3)

Al Qur‟an merupakan sumber utama ajaran Agama Islam dan sabagai pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al Qur‟an tidaklah hanya sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, namun didalamnya pun mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( hablum min Allah wa hablum min an-nas ), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna ( kaffah ), diperlukan pemahaman

1 Wahyu “etiawa , Ge eologi Pe afsira Aga a Masyarakat Pedesaa Ti jaua episte ologi huku islam terhadap pluralitas pemahaman keagamaan masyarak at Rejo ulyo Metro “elata , La pu g , .

terhadap kandungan Al Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten. Al Qur‟an merupakan kitab dakwah yang mencakup sekian banyak permasalahan atau unsur dakwah, seperti da‟i (pemberi dakwah), mad‟uw (penerima dakwah), da‟wah (unsur-unsur dakwah), metode dakwah dan cara-cara menyampaikannya. Materi dakwah yang dikemukakan

2 Al Qur‟an berkisar pada tiga masalah pokok yaitu akidah, akhlak dan hukum .

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur‟an yang artinya dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka.mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

Tantangan, sindiran, kritikan, hardikan, Al Qur‟an selalu muncul baik dari pendukung maupun penantangnya untuk berfikir, berdialog, memberikan kebenaran termasuk membuktikan kebenaran dan keasliannya, dan hal ini terbukti sangat manjur dan melahirkan gelombang kajian ilmiah. Di dalamnya ( Al Qur‟an) terdapat dokumen historis yang merekam kondisi sosio ekonomis, religius, ideologis, politis dan budaya dari peradaban umat manusia sampai abad ke VII masehi, namun pada saat yang sama menawarkan hazanah petunjuk dan tata aturan tindakan bagi umat manusia yang ingin hidup dibawah

nuangan dan yang mencari makna kehidupan mereka didalamnya 3 . Al Qur‟an adalah Kitab Suci yang sangat terbuka dengan berbagai macam penafsiran.

Dari era klasik sampai kontemporer, Al Qur‟an telah melahirkan banyak karya tafsir dengan berbagai corak dan pendekatan. Dari sudut corak penafsiran, muncul aliran tafsir bi a- ra‟yi dan tafsir bi al- ma‟tsur. Yang pertama adalah corak penafsiran yang menekankan pada rasionalitas dan yang kedua adalah corak penafsiran yang bersandar pada Hadis. Pendekatan dalam tafsir Al Qur‟an juga sangat beragam, mulai dari pendekatan tekstual sampai pendekatan interdisipliner 4 .

Karena sifat Al Qur‟an yang bersifat global, maka perlu didalamnya sesuatu cara untuk mengetahui makna yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu ditekankan kembali akan pentingnya mengerti akan tata Bahasa Arab yang sangat penting dalam mengetahui maksud dari suatu ayat. Dalam penerapan Hadis dalam sehari-hari, karena dalam hal ini akan dapan mewujudkan hal yang sangat mendalam, karena apabila tidak mengetahui asal usul, maka akan terjadi penafsiran yang salahnya sangat fatal, hal ini menjadikan kaum muslimin untuk cenderung egois akan pemikiranya masing-masing. Melakukan pembelajaran tentang hadits adalah untuk memahami bagaimana kualitas Hadis. Kualitas Hadis haruslah diketahui dalam hubungannya dalam kehujjahan hadits yang berkaitan. Hadis yang dalam kualitasnya tidak atau belum memenuhi syarat tidak dapat dipakai untuk hujjah. memenuhi syarat itu sangat diperlukan karena Hadis adalah sebagai salah satu sumber ajaran Islam.

Munculnya tokoh ulama‟, penelitian Hadis dilakukan secara besar-besaran yang melibatkan banyak orang didalamnya. Dengan demikian dalam penelitian Hadis ini, menggambarkan betapa kerja meneliti sudah menjadi kebiasaan ilmiah serta kebutuhan

golongan umat muslim saat itu 5 . Para peneliti Hadis dalam melakukan penelitian berbekal metodologi yang baku dan ketat. Mereka menggolongkan Hadis kedalam empat golongan

utama, yaitu shahih atau asli, hasan atau baik, dha‟if atau lemah, dan maudhu‟ atau palsu.

2 A. M. Ismatulloh1, “Metode Dakwah Dalam Al-Qur‟an.” 3

4 Sudirman, “Corak Dan Metode Penafsiran Al-Qur‟an.” Mintaraga Eman Surya, “Tafsir Ayat-Ayat Gender Dalam Al-Qur‟an Dengan Pendekatan Ekofeminisme:

Kritik Terhadap Tafsir Feminisme Liberal.” 5 M. Masykur Abdillah, “Metode Penafsiran Al-Shâfi„Î Dalam Tafsîr Al-Imâm Al-Shâfi„Î.”

Apabila kita akan meneliti keshahihan sebuah hadits tersbut satu persatu mulai dari sanadnya, matannya, rawinya. Caranya dengan metode yang disebut takhrijul-hadits.

B. Menerapkan Pendekan Konseptual Dan Pendekatan Gender Dalam Penafsiran Al Qur’an Dan Hadis

Penafsiran ayat-ayat gender dalam Al Qur‟an dengan eco-feminisme pendekatan adalah kritik dan interpretasi alternatif ayat jender dengan pendekatan feminisme liberal. Hal ini karena feminisme liberal menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi oposisi biner

yang membuat kompetisi dan persaingan 6 . Melihat realitas tantangan dan ancaman globalisasi yang sedemikian besar, maka umat Islam tidak boleh berpangku tangan dan

hanya menjadi penonton kemajuan umat lain. Umat Islam harus bangkit dengan semangat yang telah diajarkan Al Quran. Al Quran mendorong manusia untuk belajar berbagai ilmu, baik yang berkaitan langsung dengan agama, amupun tidak, atau sering disebut dengan istilah ilmu umum. Artinya Al Quran mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan. Umat Islam harus mampu mentransformasikan spirit Al Quran dengan

menyesuaikan dengan perkembangan zaman. 7 Sejak zaman dahulu, kita ketahui bahwa kitab suci Al Qur‟an mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mencetak, mendirikan,

dan menerapkankan masyarakat. Kandungan serta keindahan tata bahasa yang digunakan didalamnya menjadi perhatian tersendiri untuk masyarakat Arab pada masa itu. Narasi yang terdapat didalam Al Qur‟an memberikan nuansa baru untuk dunia kebahasaan. Narasi yang dapat memberikan keluasan makna tanpa sedikitpun mengandung kontradiksi antara satu sama lainnya. Ketika seseorang sedang membaca Al Qur‟an seolah-olah ia bukan hanya sekadar membaca atau pun mendengar, tetapi ikut serta menikmati dan merasakan segala kejadian peristiwa di balik ayat-ayat yang ia baca. Ia seakan-akan telah menemukan makna

pada tiap-tiap penggalan 8 . Agama seringkali dianggap sebagai penyebab pelanggengan ketidakadilan gender, atau paling tidak, penafsiran-penafsiran terhadap ajaran-ajaran agama

selama ini dinilai telah menempatkan kaum perempuan pada posisi marjinal dan subordinat laki-laki. Persoalannya adalah apakah ketidakadilan gender secara luas dalam agama bersumber dari watak agama itu sendiri ataukah justru berasal dari pemahaman, penafsiran dan pemikiran keagamaan yang tidak mustahil dipengaruhi oleh tradisi dan kultur ataupun sebab-sebab lainnya. Reaksi atas ketimpangan dan ketidakadilan terhadap perempuan inilah yang menyebabkan munculnya gerakan feminisme di kalangan pemikir-pemikir muslimah, antara lain Fatima Mernissi. Menurut Mernissi, penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan di lingkungan umat Islam, bukanlah watak dari agama, atau yang diistilahkan Mernissi dengan Islam Risalah, karena bertentangan dengan ajaran universalnya, yaitu keadilan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan, tetapi karena tercipta oleh sebuah sistem politik, termasuk ideologi, hukum, dan kultur sosial. Sistem ideologi patriarkhi dan kepentingan elit politik, yang Mernissi istilahkan dengan Islam Politik, inilah yang mendistorsi Islam Risalah Melakukan studi Hadis adalah untuk meneliti kualitas hadits. Kualitas Hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan (argumentasi) Hadis yang bersangkutan. Persoalan pemahaman makna hadits tidak dapat dipisahkan dari penelitian matan. Pemahaman hadits dengan beberapa macam pendekatan ternyata memang diperlukan. Salah satunya adalah pendekatan bahasa. Hal tersebut karena bahasa arab yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan berbagai hadits selalu dalam susunan yang baik dan benar.

Hadis yang kualitasnya tidak memenuhi syarat tidak dapat digunakan sebagai hujjah. Pemenuhan syarat itu diperlukan karena Hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Munculnya nama banyak tokoh, penelitian hadits dilakukan secara besar-besaran dengan

6 Mintaraga Eman Surya, “Tafsir Ayat-Ayat Gender Dalam Al-Qur‟an Dengan Pendekatan Ekofeminisme: Kritik Terhadap Tafsir Feminisme Liberal .”

8 “udi , “prit Pe didika Dala Al Qur’a , . Malik dan Nugroho, “Menuju Paradigma Penelitian Sosiologi Yang Integratif,” 4.

melibatkan banyak orang. Dengan demikian penelitian hadits menggambarkan betapa kerja meneliti sudah menjadi tradisi ilmiah sekaligus kebutuhan dikalangan umat Islam waktu

itu 9 . Untuk meneliti matan Hadis dari segi kandungannya diperlukan penggunaan pendekatan Bahasa Arab yang digunakan oleh Nabi dalam menyampaikan Hadis dengan

selalu dalam susunan yang baik dan benar. Dalam konsep ini, perlu diketahui bahwa, perlunya peningkatan pengetahuan tentang pendidikan karakter yang mana dalam hal ini, sangat penting sekali bagi konsep ini, pendidikan karakter merupakan sebuah konsep yang terpenting yang sangat diperlukan dalam konsep pendidikan dalamhal ini, sangat diperlukan sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan yang mana, sebagai seorang pendidik haruslah memiliki pendidikan yang berkarakter, bukan yang berkaraten, sehinga tidak akan terjadi istilah wong pinter, seng minteri kancane, istilah itu dapat kita fahami bahwa, kebanyakan orang yang pandai namun tidak memiliki karakter yang baik akan menimbulkan kekacauan yang berujun pada kerusakan sehinga dengan ini tujuan sebuah pendidikan tidak akan mungkin tercapai, karena dapat kita ketahui bahwa tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia bermoral, namun realitanya saat ini, banyak kita jumpai dalam kehidupan saat ini sering kali, yang merusak moral dan etika saat ini malah orang-orang yang berpendidikan, namun tidak tyang berkarakter, baik dari orang dalam ataupun orang luar.

Didalam hadis didalamnya akan diakumulasikan dengan sesuatu yang ada pada daerah tersebut, dan kekurang yang ada didalamnya mampu menyajikan bahwa makna dan ruh kondisi yang terus berkembang pesat. Secara nyata, sebagian besar dari hadis Nabi banyak yang mengambil pristiwa yang terjadi pada bangsa arab ketika itu jadi ketentuan hukum dapat berlaku sesuai apa yang terjadi pada masa itu. Setidaknya inilah padangan Syahrur, salah satu icon kontekstualis di abad ini. Secara faktual memang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan menonjol antara hadis dan al-Quran. Dari segi isi dan kandungan penyampaian didalamnya, diyakini bahwa al-Quran disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat Jibril sekadar penyambung lidah agar sampai pada Muhammad. Kemudian Muhammad langsung menyampaikan kepada umatnya dan umatnya langsung menghafal dan menulisnya. Sehingga sepanjang zaman tidak mengalami perubahan. Bahkan Allah sendiri telah menjamin akan keotentikannya. Sedangkan hadis, hanya berdasarkan hafalan sahabat dan catatan beberapa sahabat serta tabi‟in. namun demikian profil sahabat dan tabi‟in yang dapat dibuktikan kredibelitasnya dalam soal kejujuran, keteguhan, ketulusan dan upaya selektif untuk merawat serta meneruskan pada generasi berikutnya dan ditopang kondisi sosio masyarakat yang kondusif untuk itu, maka setidaknya patutlah hadis atau sunnah diposisikan sebagai sumber hukum kedua. Dan bahkan menurut penulis, bahwa tradisi kehidupan Nabi merupakan bentuk pranata Islam yang kongkret dan hidup sebagai penerjemahan al-Quran. Secara genealogis19 rancang bangun pemikiran maqashid bukanlah temuan baru. Maqashid syari‟ah bukanlah hasil capaian para sarjana kontemporer, karena dalam tradisi ushul fiqh klasik, term maqashid telah ditemukan dalam kitab-kitab yang ditulis para sarjana ushul fiqh klasik, namun hal itu masih terangkum dan tercecer dalam pembahasan tentang qiyas. Sebagaimana pada masa sahabat, menurut Salam Madkur20 dalam Duski Ibrahim, bahwa ijtihad para sahabat itu ada tiga bentuk, di antaranya: 1) menafsirkan nash-nash, 2) menggunakan metode alqiyas , dan 3) menggunakan maslahah mursalah dan istihsan . Menurut Muhammad Idris Mesut yang dikutip dari Arwani Saerozi21,diskusi tentang kajian al- Qur‟an dilakukan pada pertengahan April 2007 yang lalu. Simposium ilmiah internasional yang mengusung tema “metode alternatif penafsiran al- Qur‟an” diadakan di kota Oujda, Maroko. Kegiatan ilmiah yang memakan waktu selama tiga hari ini

Disamping itu, pendekatan lain juga dibutuhkan seperti rasio, sejarah, dan, prinsip- prinsip pokok Islam. Para peneliti hadits dalam melakukan penelitian berbekal metodologi yang baku mereka menggolongkan Hadis kedalam empat golongan utama, yaitu shahih atau

9 Sudirman, “Corak dan metode penafsiran al-qur‟an,” 9.

asli, hasan atau baik, dh a‟if atau lemah, dan maudhu‟ atau palsu. Apabila kita akan meneliti keshahihan sebuah hadits tersbut satu persatu mulai dari sanadnya, matannya, rawinya. Caranya dengan metode yang disebut takhrijul-hadits. Dalam proses pentadwinan Sunnah Atau Hadis dari periode ke periode mengalami beberapa perkembangan, mulai zaman Nabi sampai zaman pembuatan syarah. Takhrij hadits adalah fase kedelapan dari periode

dimaksud, yaitu periode metode 10 takhrij al-hadits (suatu metode penelitian Hadis) . Pemahaman ini dapat digunakan karena dalam hal ini dapat mempermudah dalam proses

kegiatan menemukan makna yang terkandung didalamnya, oleh sesbab itu maka perlu ditekan kan kembali agar nantinya tidak menimbulkan makna ganda yang menyebabkan perbedaan pemahaman antara satu sama lainya, sehingga ketika akan memberikan inspirasi sebelumnya perlu kita pebandingkan antara satu sama lain, guna untuk memperoleh mana yang lebih baik, dari yang terbaik.

Al-Quran sebagai pokok kitap untuk sebuah tuntunan moral dan bukanlah sekedar hanya karya ilmiah, ataupun juga sebagai kitab hukum, tidak juga kitab politik, pun juga bukan kitab ekonomi dan lainnya. Tetapi Al-Quran sendiri didalamnya terdapat spirit terkait dengan segala bidang tersebut, terlebih lagi mengenai semua aspek kehidupan manusia. Adanya bebrapa ayat yang membahas tentang masalah itu, merupakan sebuah prinsip dasar dan spirit yang sebenarnya sebagai pesan dasarnya adalah bahwa semua kegiatan di atas harus dilakukan berkaitan dengan pesan moral agama yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut. Al Qur‟an sebagai petunjuk umat Islam dalam segala lini kehidupan, mempunyai cakupan pembahasan begitu luas dan penuh makna, sehingga perlu adanya pemahaman secara khusus dan terperinci agar senantiasa para pembaca dan penelaah al-Quran mampu memahami, mengananlisis, dan mengimplementasikannya dalam bentuk nilai-nilai universal al-Quran bagi kemajuan peradaban manusia di dunia ini. Al-quran tidak hanya berperan sebagai wahyu ilahiyah semata, melainkan kitab seci yang dicetak oleh Allah SWT sebagai bentuk komunikasi umat Muhammad SAW dengan Rab-Nya, dimana bagi mereka yang selalu membaca dan memahaminya diharapakan akan mendapat petunjuk dari al-Quran tersebut. Al-quran selalu membicarakan berbagai hal yang menyangkut kehidupan ini, baik

tauhid, hukum,social, budaya, dan pendidikan. 11 Dalam menghadapi tatntangan zaman ini, perlu lah kiranya agar selalu berpegang teguh pada Al- Qur‟an Dan Hadis, sehinggah dalam

hidupny selalu terarah kan tidak keluar dari jalur kebenaran islam, sememtara itu berbagai perbedaan yang menjadikan kebimbangan dalam hati, sehingga saat menhjalanjkan hukum selalu timbul rasa keragu-raguan. Untuk emnyikapinya itu hendakny aselalu mengahargai segala argumen lain agar tidak terjadi kehidupan yang fanatisme, sehinnga terjadi kedamaian walau dalam keadaan perbedaan, sehingga persatuan dan kesatuan antar umat islam dapat terwujud yang mana didlamnya dapat memperkuat tali silaturrahmi antara seasama. Dalam kehidupan bermasyarakat ini, tentulah tidak mungkin lepas dari yang namanya kebersamaan, apapun itu, dengan siapapun tiu, dan dimanapun itu, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri yang selalu tetap membutuhkan sesamanya. Oleh sebab itu ,perlulah kiranya untu selalu menjalin hubungan silaturrahmi yang baik antar sesama agar tercipta hubungan yang baik satu sama lain.

Selama roda zaman masih berputar, permasalahan yang dihadapi manusia juga akan berjalan mengikuti alur perjalanan zaman. Dan ini merupakan sunnatullah yang harus dijalani oleh manusia. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai permasalahan itu manusia harus mampu membekali dirinya dengan pengetahuan, dalam hal ini bersumber dari spirit Al-Quran dan Hadits Nabi atau teks agama. Teks-teks tersebut tidak lebih dari deretan huruf dan onggokan ayat tanpa makna jika tidak dibaca dan diinterpretasikan oleh

10 Ernita Dewi, “Pemikiran amina wadud tentang rekonstruksi penafsiran berbasis metode

hermeneutika,” 6. 11 Prabowo Adi Hidayat, Kesetaraa Ge der Dala Masyarakat Mada i, .

manusia. Manusia sebagai makhluk yang berperadaban, selalu menuntut dan memunculkan fenomena-fenomena baru yang selalu membawa problem dan membutuhkan pemecahan. Oleh karena itu pemikiran manusia, termasuk pemikiran keagaman Islam, tidak akan pernah

berhenti dan tidak akan pernah sepi dimanapun ia berada. 12 Dalam kehidupan sehari-hari permasalahan yang timbul dari zaman ke zaman selalu berubah, karena tuntutan zaman dan

perkembangan teknologi yang kian meningkat, sehingga perlu mewujudkan pola berfikir yang selalu berkembang agar dapat menyelesaikan masalah sesuai tuntutan zaman yang ada, sehingganya dapat dijadikan sebuah ibrah yang dapat kita ambil hikmahnya dalam kehidupan bermasyarakat. Catatan sejarah ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dengan menghitung ribuan tahun sebelum masehi hingga saat ini. Kenyataan historis telah melahirkan konsep-konsep susunan yang luas tentang sifat ilmu pengetahuan. Meskipun di era modern ini, dunia Islam ketinggalan dibandingkan dengan dunia barat. Tetapi didalam historis, Islam telah hadir dengan membawa revolusi yang sangat kuat. Islam tidak pernah mengalami dalam masa keemasan dalam ilmu pengetahuan dan tekhlonologi sementara itu Barat pernah mengalami tentang masa kemunduran dan kegelapan. Dengan cara yang sama, sumber permasalahan dan pengklasifikasian

pengetahuan 13 . Dalam catatan sejarah islam telah mengarungi dari zaman ke zaman, oleh sebab itu, para mufasir dalam mentafsirkan ayat memerlukan strategi yang tepat

agar hasil yang didapat sesuai dengan tuntutan zaman yang telah berkembang dari era ke era yang sangat memprihatinkan saat ini, bahkan ilmu agama tidaklah dianggap penting, karena hal ini diperngaruhi oleh kehidupan yang dalam menjalankan hidupnya lebih mengedepankan hawa nafsu dari pada akal dan fifkiran yang rasio serta

dibenarkan oleh hukum islam. 14 Selama ini objek kajian yan dibahas didalam Al Qur‟an dan Hadits ialah segala sesuatau yan diciptakan oleh Allah, baik berupa benda hidup

atau mati, bersifat nyata maupun gaib, yan pada dasarnya tidak lain untuk menyembah Allah SWT, namun realitanya tudak seperti itu, seperti kita tahu bahwa syetan telah inkar pada Allah, ia tak mau menyembah-nya, sebagian dari manusia dan jin pun seperti itu, dalam hidup mereka tidak mengedepankan hati nurani, hanya berdasarkan hawa nafsu semata, sehingga hidupnya menyimpang dari sebuah kebenaran yang hakiki, mereka menganggap kehidupan dunia adalah menyenanagkan, namun mereka tidak sadar, jika kemewahan dunia ini memang sangat menyenangkan hati, tapi kesenangan dunia ini, penuh dengan tipuan belakang, untuk itu kita harus senantiasa berwaspada agar tidak terpedaya oleh bujuk rayuan setan yang hanya akan membawa kita kejurang neraka.

Al Qur‟an dan Hadis yang telah kita ketahui saat inni dalah memakai Bahasa Arab yang mana sebagai warga Indonesia perlu mengerti akan susunan bahasanya, agara dapa mengetahuinya, munculnya penerjemah Al Qur‟an dan Hadis merupakan hasil pemikiran masyarakat Non Muslim, yang metreka menterjemahkan kitap suci orang muslim. Faktor apa yang menjadikan hal seperti itu terjadi, sampai saat ini belum diketahui secara pasti akan kebenarannya, secara keseluruhan dapat kita tarik pemahaman bahwa kepedulian orang Non Muslim saat itu lebih besar dari pada kita

sendiri, namunn dari peristiwa itu timbul pertanyaan “mengapa orang non muslim menterjemahkan Al Qur‟an Dan Hadis yang dalam selanjutnya diapakai dalam masyarakat pada umumnya?”. Pada hakikatnya Sejak paruh abad 20, umat Islam mengenal dan bersinggungan dengan metode tafsir yang disebut hermenetika, metode ini menggiurkan banyak sarjana muslim, karena menawarkan solusi kreatif rasional, atas kebuntuan berpikir umat Islam yang telah mengalami stagnasi. Wacana dekontruksi, rekontruksi dan rasionalisasi atas teks keagamaan menjadi trend yang digemari sebagai

12 “udi , “prit Pe didika Dala Al Qur’a , 9. 13 Umayyah, 14 Asy- “Metode alternatif dalam penafsiran al-qur‟an.”

Syir‟ah, “Jurnal Ilmu Syari‟ah dan Hukum.” Syir‟ah, “Jurnal Ilmu Syari‟ah dan Hukum.”

berasal dari Barat dan merupakan cara menafsirkan Bible 15 . Misalnya adanya ayat-ayat hukum, dijelaskan sebagai sebuah pengajaran untuk

ditegakannya hukum atas dasar keberadaanya adalah sebagai suatu pengawal nilai moral yang terdapat didalam Al Qur ‟an itu sendiri. Dengan adanya aturan-aturan hukum maka umat manusia diharapkan dapat menegakkan keadilan yang merupakan ajaran moral yang universal Al Qur ‟an. Sebagai perangkat untuk menciptakan keadilan, hukum, sebagaimana

dinyatakan oleh H.L.A. Hart dalam bukunya General Theory of Law and State , (1965) harus meliputi tiga unsur nilai, yakni kewajiban, moral dan aturan. Karenanya hukum tidak dapat dipisahkan dari dimensi moral. Spirit Al Qur ‟an mencakup berbagai bidang dan dimensi kehidupan manusia, bidang spiritual, moral, pendidikan, ekonomi, politik, seni, kebudayaan dan sebagainya. Spirit Al Qur ‟an ini akan selalu hidup tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Manusia dituntut untuk mentransformasikan spirit ini di mana pun dan kapan

pun. 16 Sementara dalam dunia pendidikan yang telah kita katahui bersama saat ini merupakan sebuah hasil dari sebuah pemikiran para ahli dalam mengungkap makna yang

terkandung didalam Al Qur‟an dan Hadis, dalam dunia pendidikan baik nasional maupun internasional banyak dipengaruhi oleh pengembangan sika p dan nilai Al Qur‟an dan Hadis, yang mana kedua hal tersebut manjadi sumber rujukan yang dipakai untuk memperoleh sebuah data yang konkret agar dapat meningkat kan mutu dan kualitas pendidikan terutama islam diindonesia sendiri. Tidak dapat diragukan lagi bahwa, cerita yang pasti dapat mengetuk pendengarnya dan dapat menmebus jiwa manusia dengan mudah serta tidak menjenuhkan para pembacanya. Pelajaran yang diterima dan yang disampaikan didalamnya dapat menarik perhatian bagi peserta didik sendiri yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, karena kisah-kisah yang disampaikan sesuai dengan kenyataan. Salah satu isi pokok Al Qur‟an adalah dasar-dasar sains, yakni ilmu pengetahuan. Dalam hal ini al-qur‟an bukan lah buku ilmu-ilmu pengetahuan, akan tetapi banyak ayat-ayat yang didalamnya memberi isyarat tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, jauh sebelum ilmu pengetahuan dikemukakan oleh para ilmuwa, Al Qur‟an sendiri telah menjelaskan didalamnya diantaranya seperti ilmu biologi, fisika, kimia, astronomi, geologi, dan lain seabagainya.

Tentang alam misalnya, teori ilmiyah yang mengatakan bahwa bumi adalah sebagian dari gas panas yang membeku kemudian memisah diri, dan kemudian menjadi sebuah tempat yang dapat dihuni manusia, tentang kebenaran ini, para ilmuwan berangapan bahwa adanya benda-benda berapi yang terdapat dalam perut bumi. Sewaktu-waktu ia memuntahkan lahar panasnya. Teori ini sesuai dengan Firman Allah dalam Qs Al- Anbiya‟ ayat 30 yang artinya dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?. Selain itu juga dijelaskan secara tegas bahwa, dalam Al Qur‟an juga terdapat isyarat tentang ilmu astronomi, yaitu ilmu pentang tatabintang dan ruang angkasa. Dalam Al Qur‟an cukup banyak ayat yang mencaku benda-benda ruang angkasa. Pernyataan penting Allah tentang tentang benda- benda ruang angkasa adalah bahwa Allah telah menundukan benda-benda langit dan ruang angkasa serta benda bumi untuk manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya dalam Q.S Al-Jatsiyah ayat 13 yang berbunyi:

15 Ernita Dew i, “Pemikiran amina wadud tentang rekonstruksi penafsiran berbasis metode hermeneutika,” 4.

16 “udi , “prit Pe didika Dala Al Qur’a , 6.

Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi emuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir .

Dalam Hadis mungkin tidak seperti hal nya Al Qur‟an, melainkan didalamnya s ebagai sebuah hukum yang dipakai dalam syara‟ baik berupa ibadah, akidah, muamalah dan lain sebagainya, sehingganya dapat dipastikan bahwa dala hal ini mungki dapat sering kita jumpai pristiwa kehidupan kita yang dalam mengartikannya tidak banyak menimbulkan makna ganda, seperti halnya Al Qur‟an, karena Hadis sendiri sebagai perinci dari Al Qur‟an itu sendiri walaupun dalam Hadis sendiri tidak sangat rinci, namun setidaknya lebih rinci penjelasanya daripada kitap Al Qur‟an.

Dalam al- qur‟an allah berfirman dalam Qs Al-Imran ayat 7 yang artinya: Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang beraka l. Dalam kajian kali ini, pendekatan konseptual dan gender yang dipakai para mufasir dalam menafsirkan Al Qur‟an dan Hadits selalu menaglami perkembangan dari zaman ke zaman, namun tidak merubah maksud dan tujuannya, tetap dalam naungan syariat Islam yang tidak akan pernah berubah dari waktu ke waktu. Permasalahan akan pemahaman isi kandungan Hadis tidak bisa dipisahkan dari penelitian matan. Dalam pemahaman Hadis juga dengan memakai beberapa macam pendekatan tentulah sangat diperlukan. Salah satu diantaranya adalah pendekatan bahasa. Hal tersebut karena bahasa arab yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan beberapa Hadis selalu dalam susunan yang baik dan benar.

C. Urgensi pendekatan konseptual dan gender dalam menafsirkan Al Qur’an dan

Hadis . Penafsiran terhadap al- Qur‟an merupakan hal yang niscaya karena dibutuhkan baik bagi

umat Islam pada umumnya maupun bagi yang memiliki kesungguhan untuk mempelajari al- Qur‟an, memahami dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Para ulama yang berkecimpung dalam penafsiran terhadap ayat- ayat Al Qur‟an berupaya untuk selalu melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam penafsirannya supaya dapat menjawab persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Untuk itu harus ada metode yang

relevan yang bisa digunakan dalam menafsirkan al- Qu‟an supaya up to date Misi utama ajaran Islam adalah membebaskan manusia dari berbagai bentuk anarki dan ketidakadilan. Karena Allah Maha Adil, maka tidak mungkin di dalam kitab suci-Nya mengandung konsep-konsep yang tidak mencerminkan keadilan Jika ada nilai atau norma yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak asasi secara universal, maka nilai dan norma tersebut perlu direaktualisasi penafsirannya. Dalam perspektif Islam, kemanusiaan hakiki adalah kembali kepada fitrah manusia itu sendiri, sebagai manusia yang cenderung kepada nilai-nilai keagamaan yang substansial, dan nilai-nilai moralspiritual yang bersifat perennial. Manusia adalah theomorfic being yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk bercermin pada sifat-sifat Allah Yang Maha Pengasih, Maha Pengatur, dan Maha Adil untuk diaktualisasikan dalam realitas kehidupan nyata, sehingga wajah dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih sayang, keteraturan, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Al Qur„an menegaskan bahwa kedatangan nabi Muhammad dengan misi risalah Islam adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Rahmat berarti pembebasan manusia dari segala macam yang tidak sesuai dengan karakter dan tabiat relevan yang bisa digunakan dalam menafsirkan al- Qu‟an supaya up to date Misi utama ajaran Islam adalah membebaskan manusia dari berbagai bentuk anarki dan ketidakadilan. Karena Allah Maha Adil, maka tidak mungkin di dalam kitab suci-Nya mengandung konsep-konsep yang tidak mencerminkan keadilan Jika ada nilai atau norma yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak asasi secara universal, maka nilai dan norma tersebut perlu direaktualisasi penafsirannya. Dalam perspektif Islam, kemanusiaan hakiki adalah kembali kepada fitrah manusia itu sendiri, sebagai manusia yang cenderung kepada nilai-nilai keagamaan yang substansial, dan nilai-nilai moralspiritual yang bersifat perennial. Manusia adalah theomorfic being yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk bercermin pada sifat-sifat Allah Yang Maha Pengasih, Maha Pengatur, dan Maha Adil untuk diaktualisasikan dalam realitas kehidupan nyata, sehingga wajah dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih sayang, keteraturan, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Al Qur„an menegaskan bahwa kedatangan nabi Muhammad dengan misi risalah Islam adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Rahmat berarti pembebasan manusia dari segala macam yang tidak sesuai dengan karakter dan tabiat

saat ini, hal yang paling ditekankan dalam pembahasanya yaitu, mengenai masala keadilah yang kian hari semakin memprihatinkan, karena banyak diantara kita, khususnya masyarakat indonesia kurang memperhatikan keadialan yang seharusny aditerpkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat akan pentingnya hal itu, maka seharusnya dalam pengajaran ini lebih menekanpada sebuah kebenaran yang ada. Selain itu tidak lah dibenarkan baik secara agama maupun negara tentang tidak adilan yang hanya menggandalkan nafsu semata dalam menjalankan hidupnya sehari-hari.pada kesempatan ini selayaknya menjadi insan kamil yang berakhlakul karimah tentula dapat dijadikan sebagai patokan untukmewujudkan cita- cita bangsa dan negara dalam menegakakn keadilan yang dapat diambila banyak hikmah yang terjandung didalamnya, oleh sebab itu, sebagai wearga negara indonesia yang terikan akan berbagai peraturan hukum perundang-undangan, harus lah mematuhinya secara keseluruhan, tidak hanya dalam satu aspek saja. Dalam mengkaji firman Tuhan tentulah sangat berhati-hati dalam memahaminya, perlu dasar yang kuat didalamnya, sehingga tidak menimbulkan salah fahaman yang berujung pada pertikaian antar umat muslim.

Pendekatan dan strategi merupakan hal yang tidaklah jauh berbeda, istilah pendekatan lebih cenderung kepada seatu proses bagaimana hala itu bisa terjadi. Pendekatan konseptuan dapat kita fahami sebagai suatu pendekatan yang mana didakamnya memberikan peluang akan menganalisis suatu hal bagaimana itu didapatkan. Seperti halnya dengan teori sosial yang lain, pendekatan gender merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memahami realita sosial. Sejalan dengan munculnya tentang pencemaran nama baik Agama Islam, yang dilakukan baik dari pihak islam sendiri maupun pihak lain, menuntut agar kita sebagai umat muslim agar untuk selalu bersatu meski dalam pandangan yang berbeda, namun kita tetap diikat oleh satu ikatan, yaitu Islam. Para pemikir-pemikir zaman terdahulu dalam mengembangkan pemikiranya selalu didasari dengan dasar yang kuat dan jelas, tidak hanya sebatas argumen semata, sehingga hasil yang dihasilkanya masih dapat dipakai sampai sekarang ini, guna untuk memenuhi kebutuhan Umat Muslim disegala penjuru dunia untuk menyelesaikan berbagaia masalah yang ada. Sebagai seorang Muslim yang baik, haruslah selalu berpegang teguh pada dua wasiat yang ditinggalkan Nabi Muhammad SAW, yang berupa Al Qur‟an dan Hadits, bukan hanya menggunakan rasio dengan sifat ego masing-masing sehingga hasil yang didapat tidak dapat dijadikan pedoman dalam mengahadapi kehidupan ini, baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak yang mana saat itu segala sesuatu yang kita kerjakan dimintai pertanggung jawaban bukanlah hanya perintah dan hukuman semata. Smemntara itu, hukum yan terdapat didalam Al Qur‟an dan Hadis selalu menjadi sebuah kolaborasi yang didalamnya menyimpan berbagai makna yang tersembunyi, sehingga dalam kajian ini, perlunya pengertian akan sebuah pemahaman yang mendalam agar dapat memberikan perfomance yan sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga walaupun Al Qur‟an dan Hadis telah ada pada zaman dahulu,

tetapi tetap mampu menjawab berbagai problem yang ada pada sekaran dan sampai hari akhir kelak, karena kita tau si fat Al Qur‟an adalah penyempurna dari kitab-kitab Allah yang etrdahulu sebelum Al Qur‟an, karena sudah sempurna, jadi tidaklah perlu adanya pembaharuan didalamnya cukup dengan menjalankan apa saja yang ada didalamnya, tanpa menambahkan dan atau mengurangi hukum yang ada didalamnya.

Seperti halnya dalam rangka mengembangkan kualitas dan kapasitas umat muslim sekarang ini, tentulah harus memenuhi beberapa tantangan dan rintangan yang akan datang menghadangnya, selama ini kita ketahui bahwa kehidupan para ulama‟-ulama‟ selalu diiringi dengan kebahagiaan yang tak pernah lekang oleh waktu,namun sebenarnya beliau dahulu juga pernah mengalami berbagai kesulitan yang sampai

17 Muha ad, Visi Isla Rah ata Lil ’Ala i : Dialektika Isla Da Peradaba ya, .

sekarang belum kita ketahui. Tidak lain, sebagaian umat muslim beranggapan bahwa sebagian dari apa yang diketahui selama ini akankah selamanya akan dimiliki selama- lamanya, karena mereka kurang yakin akan apa yang telah ia dapatkan selama ini. dalam pembahasaan saat ini, dapat dipastikan bahwa Al Qur‟an dan Hadis sebagai salah satu bagian hidup seorang muslim yang tida dapat dipisah kan salah satu dari nya, karena dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa sesungguhnya dalam menjakankan kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari telah menjalankan dan mengalami sesuatu hal yang ada didalam Al Qur‟an dan Hadis, baik itu secara perkataan, perbuatan, bahkan yang lainya. Sejalan dengan roda pembangunan, manusia seakan penuh dengan kesibuakn, sehingga yang wajib pun terabaikan, yakni sujud 5 waktu menyembah tuhan, karena telah dimabuk oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sampai- sampai komputer dijadikan tuhan. Sungguh sangat disayangkan senagai manusia telah lupa diri sampai ia tinggi hati, jika diibaratkan lebih dan melebihi tingginya telah mencapai langit yang tinggi, membaca koran mereka anggap sebagai kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-harinya, namun al- qur‟an hanyalah sebagai perhiasan semata.

Melakukan studi Hadis merupakan jalan dimana kita untuk dapat mengatahui kualitas hadits tersebut, karena dapat dijadikan sebagai hujjah sebagai sumber hukum islam yang ke-2, dalam proses ini, dari tahun ketahun mengalami beberapa perkembangan dari zaman Nabi sampai sekarang. Persoalan tentang masalah Hadis, kelihatanya selalu menarik untuk dibahas, baik yang menyangkut tentang kritik otentitas atau validitas meupun tetodologi pemahaman Hadis itu sendiri, meskipun demikian, cara yang ditempuh untuk memahaminyahampir-hampir tidak digunakan. Istilah tentang pemahaman hadits ialah meliputi penjelasan arti, maksud, kandungan, dalam menyajikan komentar, haruslah mengikuti sistematika hadits yang akan diikuti, terkadang seringkali menggunakan akal secara bebas yang dapat menimbulkan pengabaian hal-hal yang bersifat suprarasional,sehingga lupa diri akan pemahaman bahwa akal itu memiliki keterbatasan-keterbatasan.