PENGERTIAN PENYEBAB DAN CARA MENGATASI L (1)

1
PENGERTIAN, PENYEBAB DAN CARA MENGATASI LUPA

Pengertian, penyebab dan
cara mengatasi lupa - Lupamungkin bukan hal yang asing atau tabu
dikalangan masyarakat, lupa sering kali terjadi pada semua orang, baik
yang kecil, remaja, dewasa, hingga yang tua, yang miskin dan yang
kaya pun tak luput dari lupa, ya memang itulah kodrat manuisa adalah
tempatnya salah dan lupa, loh kok saya jadi dakwah :D hehe, tapi
tenang saja, anda tidak perlu khawatir jika anda sering mengalami
lupa,
karena
dalam
artikel
ini
saya
akan
menjelaskan
tentang pengertian lupa,penyebab lupa dan cara mengatasi lupa.
Berikut penjelasannya.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau

memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Gulo
(1982)
dan
Reber
(1988)mendefinisikan
Lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi
pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk
menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan
Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan
demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.

Faktor-Faktor Penyebab Lupa


1.
Kadar
gula
darah
tinggi
Penyimpanan memori bisa terganggu akibat tingginya gula darah
Anda. Awas, kondisi ini bisa menggangu bagian otak yang
berhubungan dengan memori. Jika memiliki riwayat keluarga penderita
penyakit kencing manis, sebaiknya kendalikan asupan gula Anda.
Lakukan juga tes gula darah secara rutin. Dan, jangan lupa menjaga
pola makan sehat serta tetap aktif. Jalan kaki adalah salah satu
alternatif efektif mencegah diabetes.
2.
Kurang
Istirahat
Otak mengandalkan aktivitas tidur untuk menyimpan memori baru.
Dalam sebuah penelitian, responden yang tidur enam jam setiap
malam selama dua minggu mungkin tidak merasa kurang tidur.
Namun, setelah dilakukan tes memori secara substansial, hasilnya

mereka sulit mengingat memori jangka pendek. Pertajam daya ingat
Anda dengan membuat prioritas istirahat yang cukup. Jika Anda tidak
bisa, coba lakukan tidur pendek selama enam menit saat tubuh terasa
lelah. Cara ini bisa meningkatkan kinerja dan memicu proses memori
penting dalam otak.
3.
Mendengkur
Mendengkur tak hanya mengganggu kualitas tidur, tapi juga bisa
menurunkan daya ingat. Saat tidur mendengkur, saluran napas Anda
akan terblokir, sehingga memotong oksigen beberapa detik pada suatu
waktu dan menyebabkan sel-sel otak kelaparan.
4.
Metabolisme
menurun
Jika hal ini terjadi, kemungkinan Anda memiliki masalah tiroid. Hormon

tiroid mengontrol metabolisme tubuh. Bila produksinya terlalu banyak
atau terlalu sedikit dapat mengganggu sel-sel otak, yang dapat
memperlambat masuknya informasi ke otak. Solusi: tak ada salahnya
Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mengatasi masalah ini.

5.
Usia
lebih
dari
65
tahun
Di usia ini, manusia akan lebih sulit untuk menyerap vitamin B12 dari
makanan. Kekurangan B12 serius dapat menyebabkan penyakit
Alzheimer atau pikun. Karena itu, seiringnya bertambah usia, lakukan
konsultasi dengan dokter untuk mengetahui cara meningkatkan
asupan B12, misalnya dengan suplemen. Selain manula, penganut
vegetarian juga seringkali kekurangan vitamin B12.
6.
Mengalami
depresi
Penderita depresi berat juga mengalami gangguan pada sel-sel otak.
Bahkan, ketika depresi berlangsung, ada kemungkinan kondisi ini bisa
membunuh sel-sel otak, sehingga menyebabkan daya ingat ‘merosot’.
Solusinya, segera cari pengobatan. Pasalnya, makin banyak sel-sel
otak yang ‘hilang’, daya ingat akan makin sulit ditingkatkan.

7.
Mengonsumsi
obat
alergi
atau
pil
tidur
Obat-obatan untuk mengatasi masalah seperti insomnia, alergi, dan
gangguan perencanaan, ternyata juga juga bisa menyebabkan fungsi
otak terganggu. Maka itu, sebelum mengonsumsi obat ini sebaiknya
konsultasikan dulu pada dokter agar daya ingat Anda tidak ikut
terganggu.
8.
Terlalu
banyak
kosumsi
obat
Jika mengonsumsi lima atau lebih obat, Anda berisiko tinggi mengalami
gangguan daya ingat. Karena itu, pastikan dokter tahu semua obat
yang Anda konsumsi. Jika sebuah iklan farmasi tampak menggiurkan,

jangan langsung tergoda. Sebaiknya minimalkan konsumsi obat bebas
atau hanya konsumsi obat sesuai dengan resep.
Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi
atau materi yang ada dalam sistem memori. Gangguan konflik dalam
lupa ini terbagi menjadi dua yaitu:

Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi
pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal
permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi
jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek.

Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan
kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan
dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan

sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut
lupa.
href="http://nangimam.blogspot.com/2014/02/PENGERTIAN-PENYEBABDAN-CARA-MENGATASI-LUPA.html">Proses Terjadinya Lupa Ada empat

tahap dalam proses terjadinya lupa, yaitu:
1.
Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak
kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka
karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus
dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.
Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan
mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsipprinsip sebagai berikut: Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah
bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga
bentuk yang asli tidak diingat lagi. Penegasan: bagian-bagian yang
paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan.
Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang
diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk
keseluruhan tidak begitu diingat. Asimilasi: bentuk yang mirip botol
misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan
botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak
ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana
wajah orang itu tidak kita ingat lagi.

3.
Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang
sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi
kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan
seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula
materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan,
karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu
dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
4.
Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi.
Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan
dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang
sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran
kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan
amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua
hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong
atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa

yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada

penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

Cara Mengurangi Lupa dalam Belajar

1.
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa
melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning,
antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu
memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2.
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya
penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa
menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa
meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang
cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3.
Mnemonic Device (muslihat memori) yang sering juga disebut

mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
4.
Pengelompokkan, maksud kiat pengelompokkan (clustering)
ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil
yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5.
Latihan Terbagi, lawan latihan terbagi (distributed practice)
adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak
efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya

demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak
materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam
melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai
metode dan strategi belajar yang efisien.
6.
Pengaruh Letak Bersambung, untuk memperoleh efek positif
dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa

dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya)
yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Katakata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan
menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat
berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan
demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut
memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam
subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)

Cara Mengatasi Lupa

1.
Memperbanyak konsumsi ikan Asam lemak omega-3 yang
terkandung dalam ikan seperti salmon dan makanan yang telah
diperkaya seperti yogurt merupakan makanan super untuk memori.
DHA, sejenis omega-3, efektif menurunkan peradangan arteri dan
memperbaiki lapisan pelindung saraf.
2.
Olahraga meningkatkan detak jantung 3 kali seminggu selama 20
menit, bahkan hanya dengan berjalan, akan memperbanyak oksigen di
otak sehingga membantu pertumbuhan sel-sel baru. Menurut Sam
Wang, PhD, associate professor of neuroscience di Princeton University,
latihan aerobik juga sama efektifnya dengan aktivitas pelatihan otak
lainnya. Tidak harus ke gym.
3.
Mencatat kegiatan Buatlah daftar kegiatan dengan menggunakan
agenda harian atau notebook kecil. Pastikan selalu menempatkan kunci
mobil atau apapun di tempat yang sama. Hal ini akan memudahkan
Anda jika hilang ingatan menyerang.
4.
Membaca buku mungkin terdengarnya agak klasik, tapi para
peneliti dari Mayo Clinic menunjukkan bahwa membaca bisa
menurunkan risiko kehilangan memori hingga 30-50 persen. Jadi
jangan lupa membaca buku dimanapun Anda berada. Bacaan seperti
buku-buku ilmu pengetahuan dan novel adalah bacaan yang paling
bisa membantu meningkatkan kemampuan otak.
http://nangimam.blogspot.com/2014/02/PENGERTIAN-PENYEBAB-DAN-CARA-MENGATASILUPA.html

2
Lupa, Kejenuhan, dan Transfer Dalam
Belajar
A. Lupa Dalam Belajar
1. Proses terjadinya kelupaan dalam belajar
Daya ingatan kita tidaklah sempurna.Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak
dapat diingat kembali, atau dilupakan. Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk
menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa adalah suatu
fenomena umum, ia merupakan suatu pengendalian biologis yang membantu kita
memertahankan keseimbangan dalam dunia yang dipenuhi oleh rangsangan sensor
(Mahmud,H.2005:139) Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi
dan pengetahuan dari akal kita. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa.
Keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi :
a.

Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak

materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahanperubahan secara sistematis, mengikuti prinsi-prisip sebagai berikut :
1) Penghalusan : Materi berubah bentunya kearah bentuk yang lebih simetris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuknya asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan : Bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan, dan karena itu dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang
diingat hanya bagian-bagian yang menyolok ini dan bentuk keseluruan tidak begitu diingat.
Misalnya, kita melihat seseorang dengan hidung mancung. Karena terkesan oleh hidungnya,
maka dalam mengingat orabg itu kita hanya ingat akan hidungnya, sedangkan bagaimana
wajah orang itu sebenarnya tidak kita ingat lagi.
3) Asimilasi : Bentuk yang mirip botol, misalnya, akan kiata ingat sebagai botol, sekalipun
bentuk itu bukan botol sama sekali. Dengan demikian kita hanya ingat akansebuah botol,
tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi disini disebabkan karena kita
cenderunguntuk mencari bentuk yang ideal dan lebih sempurna.
c.

Kalau kita mempelajari hal yang baru, mungkin hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat
kita ingat lagi. Misalnya, seorang anak menghafal nama kota-kota dijawa barat. Setelah itu ia
mengahafal nama kota-kota dijawa tengah. Pada waktu ia sudah menghafal materi kedua,
materi pertama sudah lupa lagi. Dengan perkataan lain, materi kedua menghambat dapat
diingatnya materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya,
mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena
terhambat oleh adanya materi lain yang sudah terlebih dahulu dipelajari. Hambatan seperti ini
disebut hambatan proaktif.

d. Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa yang
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, pendek kata semua hal
yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun
proses lupa yang sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran
kita). Pada bentuknya yang ekstrim represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa akan
namanya sendiri, akan alamatnya sendiri, akan orang tua, akan anak-istri dan akan semua hal
yang bersangkutpaut dengan dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan
melalui suatu peristiwa yang begitu dramatisnya sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan
pada penderita.

2. Faktor-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi
atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan),

gangguan

konflik

ini

terbagi

menjadi

dua,

yaitu:

1) practice

interference; 2)retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990). Seorang
siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang
sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang
pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau
diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila
materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi
pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa

tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap
item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab,
yaitu:
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke
alam ketidaksadaran
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroactive
c.

Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah
sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan
Ketiga, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap
proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses
belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Keempat, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa.
Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam
bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Kelima, lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak
akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

3. Kiat mengurangi lupa dalam belajar
a.

Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar
atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan
teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila
lebih kuat.

b. Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar)
ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
atau penambahan frekuensi aktivitas belajar.
Penambahan alokasi waktu belajar materi
tertentu berarti siswa menambah jam belajar,
misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu
belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti
siswa meningkatkan kekerapan belajar materi
tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi
dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup
strategis karena dapat melindungi memori dari
kelupaan.
c. Mnemonic device

Mnemonic device (muslihat memori) yang
sering
juga hanya disebut mnemonic itu
berarti kiat khusus yang dijadikan “alat
pengait” mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam system akal siswa.
Muslihat mnemonic ini
banyak
ragamnya,
yang paling menonjol adalah sebagaimana
terurai di bawah ini:
- Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal
nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya
dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik
dan memiliki kesan tersendiri.
- System kata pasak (peg word system), yakni
sejenis teknikmnemonic yang menggunakan
komponen-komponen yang sebelumnya telah
dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori
baru. Kata komponen pasak ini dibentuk
berpasangan yang memiliki kesamaan watak
(baik itu warna, rasa, dan seterusnya).
Misalnya langit-bumi;
panas-api;
merahdarah; dan seterusnya.
d. Clustering

Clustering (pengelompokkan) ialah menata
ulang item-item materi menjadi kelompokkelompok kecil yang dianggap lebih logis
dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki
signifikansi dan lafal yang sama atau sangat
mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa
dalam bentuk daftar-daftar item materi
sehingga mudah untuk dihafalkan.
B. Kejenuhan Dalam Belajar
1. Pengertian kejenuhan dalam belajar
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa
sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang
disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau
(baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses
belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan
usahanya. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,
tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan
belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung
selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit
siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu
periode belajar tertentu.

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang
jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis
mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang
kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai
pada tingkat keterampilan berikutnya.

2. Faktor penyebab kejenuhan dalam belajar
Kejenuhan dalam bidang apa saja pada umumnya disebabkan oleh aktifitas rutin yang
dilakukan dengan cara yang monoton atau tidak berubah-ubah, dalam waktu lama. Dengan
demikian kejenuhan belajar biasanya lebih sering menghinggapi pelajar atau mahasiswa
yang sejak SD sudah menjadi pelajar yang rajin. Berbagai penyebab kejenuhan belajar yang
perlu diketahui di antaranya adalah sebagai berikut:
a.

Belajar dilakukan dengan metode yang tidak bervariasi.

b. Belajar hanya dilakukan ditempat tertentu saja. Misalnya di kamar tidur
c.

Kondisi ruang belajar yang tidak berubah-ubah, terutama di rumah

d. Kurang melakukan aktifitas rekreasi atau hiburan untuk menetralisir kelelahan berpikir
setelah beajar
e.

Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut di saat belajar.
Ketegangan mental tsb bisa timbul dari beban pelajaran yang terlalu berat, target untuk
mencapai prestasi puncak, guru / dosen yang terlalu galak / killer, dan hal-hal lain yang
menimbulkan

ketegangan mental.

3. Cara mengatasi kejenuhan dalam belajar
a.

Belajar dengan metode yang bervariasi. Misalnya dengan membuat ringkasan bahan
pelajaran sejak awal semester.

b. Belajar di beberapa tempat yang cukup nyaman seperti ruang tidur, ruang khusus belajar
(kalau ada), ruang tamu, di rumah teman untuk belajar bersama, dll.
c.

Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di ruang belajar. Misalnya belajar sambil
mendengar music instrumental yang tenang
e.

Melakukan aktifitas rekreasi secara berkala

f.

Menghindari adanya ketegangan mental di saat belajar

g. Melakukan aktifitas meditasi untuk menetralisir kejenuhan belajar dan menetralisir berbagai
kondisi mental yang negative lainnya seperti stress, rasa cemas, tidak PD, dan menanamkan
kondisi ketenangan sampai ke alam bawah sadar.
Perlu juga diketahui bahwa meditasi bukan hanya bisa menetralisir berbagai kondisi mental
yang negative dan menanamkan kondisi ketenangan jiwa, tapi juga bisa mengkondisikan rasa
segar dan nyaman pada badan, sehingga semangat beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari
juga bisa ditingkatkan.

C. Tranfer Dalam Belajar
1. Pengertian transfer dalam belajar
Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan
kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu
keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi
belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya

sekarang. Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar (tranfer of learning)
itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi
berikutnya (Reber: 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru
pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan
pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan
melakukan sesuatu lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (tranfers) seperti yang disebut
diatas pada umumnya selalu membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap
aktifitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain atau keterampilan lain.

2. Ragam transfer belajar
Pada perkembangan awal, transfer belajar terbagi menjadi dua yaitu transfer positif
dan transfer negatif. Dikatakan transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap
kegiatan belajar selanjutnya, sedangkan dikatakn transfer negatif, jika membawa efek negatif
terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of Identical Element yang
dikembangkan oleh E. L. Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan
elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah
menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah mampu
untuk naik sepeda maka ia akan mudah untuk belajar naik sepeda bermotor. Sedangkan
trasfer negatif terjadi ketika keterampilan yang telah dikuasai menjadi penghambat belajar
keterampilan lainnya. Contoh seorang yang terbiasa untuk mengetik dengan satu jari, akan
mengalami kesulitan ketika harus belajar mengetik dengan sepuluh jari. Pada perkembangan
selanjutnya, Gagne, seorang education psychologist membedakan transfer belajar menjadi
empat kategori yaitu

a.

Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
Tranfer ini dapat terjadi jika seorang guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu
yang mempermudah siswa belajar dalam situasi lainnya. Dalam konteks ini, Barlow
mendefinisikan transfer positif adalah belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu
belajar dalam situasi-situasi lain.

b.

c.

Transfer negatif, yaitu transfer negatif yaitu
transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan
belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi
jika seorang siswa belajar dalam situasi
tertentu yang memiliki pengaruh merusak
terhadap keterampilan yang dipelajari dalam
situasi berikutnya.
Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek
baik
terhadap
kegiatan
belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
Tranfer ini dapat terjadi apabila seorang siswa
belajar dalam situasi yang tertentu yang dapat
meyebabkan siswa tadi mampu untuk
menguasai pengetahuan/keterampilan yang
lebih rumit. Contohnya, ketika seorang anak
SD belajar mengenai penjumlahan dan
pengurangan maka ia akan lebih mudah
belajar perkalian di kelas berikutnya.

d.

Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek
baik
terhadap
kegiatan
belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
Tansfer ini akan terjadi ketika seorang siswa
telah mampu menggunakan materi yang
dipelajarinya untuk mempelajari materi yang
sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang
lain. Contohnya, seorang siawa STM yang
telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya
akan mudah menggunakan teknologi itu di
tempat kerjanya.

3. Transfer positif dalam belajar
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif
yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam situasi-situasi lain.
“Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu
berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang
lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer
belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya
dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.
Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar
Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang
letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah

perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda
motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat
http://vhasande.blogspot.com/2014/05/lupa-kejenuhan-dan-transfer-dalam.html

3
Lupa Menurut Psikologi Belajar
PENDAHULUAN

Otak
Trilyunan

merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia.

sel

otak

memiliki

fungsi

spesifik

tetapi

saling

berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia.
Baik secara sadar maupun tak sadar Kapasitas penyimpanan memori
di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar
sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit
secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi
kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya
manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut,
sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan
terus

dengan

sempurna,

melainkan

berangsur-angsur

akan

menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk
mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagianbagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri
detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu
peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah
dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal
dengan saat berceritera, maka makin banyak perubahannya.
Maka dari itu penulis mengangkat judul “Lupa Menurut
Psikologi Belajar” agar kita semua mengetahui segala hal yang
berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat untuk para
pembacanya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari
hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu
yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian
di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga
sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada
siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang
tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri
Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu
pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal
tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi
berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal
yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata,
2006: 47)
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapantanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46),
adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana
informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk
digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi
pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk
menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan

Reber

(1988)

mendefinisikan

lupa

sebagai

ketidak

mampuan

mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau
dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
B. Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah
diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa
keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak
kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka
karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus
dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi,
karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.

Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan
mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti
prinsip-prinsip

sebagai

berikut:

a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih
simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli
tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal
adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagianbagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian
yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai
botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya
ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan
materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat
lagi.
3.

Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah
kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua
menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti
ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang
baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat

oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan
seperti ini disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi.
Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan
dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang
sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran
kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan
amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua
hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong
atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa
yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada
penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
C. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik
ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) proactive interference, 2) retroactive interference (Reber, 1988;
Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktifapabila materi
pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal
permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa
ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran
yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya
dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru
saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan
retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa konflik dan
gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih
dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.
Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau
diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi
pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya
tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan
sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia
dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item
informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.

c.

Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu
tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak
pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni
teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan
bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti
tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi
analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun
lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali
(Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau
mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang
ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut
nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius,
tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi
sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli,
materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke
alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti
keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan
ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang
paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama
yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh
hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua
orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi
penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami
seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum
masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak
hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu
lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut
mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu
diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan
transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989;
Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benarbenar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi

kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem
akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan
ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti
remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item
informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut,
sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.
(Muhibbin Syah, 1996: 160)
D. Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan
dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam
ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman
belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang
pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik
pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain,
kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum
berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah
dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa.
(Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah
dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan
itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesankesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan
terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena
kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan
konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan
oleh gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan
berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan
tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu
saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.
Gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik
dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek ditunjang oleh
hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru didapat
membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi
retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasiinformasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali
informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif” atau
gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)
E. Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama
dengan melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan
berarti
melalaikan,
tidak
mengindahkan.
Baik
lupa-lupaan
mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti

tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti),
agak lupa.
Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka
panjang kita dan merasa seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi
tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat itu, entah itu nama
seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal
lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini
disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan
sistematik berpotensi kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur
kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar, kesan
berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal yang
direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam
bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul
karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha
mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir
ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, Cuma kurang pasti.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)
F. Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah
disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat
teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval
failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis.
Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus
dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali
(rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan
dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun
demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak sematamata disebabkan oleh ausnya informasi.
2. Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan
dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak
mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi
yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa
terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses
mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit
mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah
interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang
sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat
informasi yang baru saja disimpan.
3. Teori retrieval failure

Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa
informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu
ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh
interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak
adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat
tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi
tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4. Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang
tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan
muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis
yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas
bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah
disimpan masih selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan
disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut
engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang
disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang
telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan
dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah
informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia
anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat
hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang
menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
G. Meningkatkan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan
memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam
proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi
berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari
pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang
telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan
hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan
penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila
informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang
sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat,
nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini
memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah
recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian
informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani:

mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi
diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang
sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk
diingat kembali.
Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah
metode loci (method of loci; loci= locus= tempat). Individu diminta
untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan baik,
misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu,
misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan
benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk, di
ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian
ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang
harus diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode
menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan
informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga
mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu.
Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tandatanda yang amat kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering
banyak membantu:
a. Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak
Banyak Fitamin
b. Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat
Garut Ciamis
Seorang mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan
spektrum warna harus menempuh jalan sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau
Biru Nila Ungu
Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu
akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti
dalam jembatankeledai yang pernah kita singgung di depan (LUBER,
ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain). (Irwanto, 1991: 152-158)
H. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara
meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat
dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow
(1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa
melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning,
antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu
memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2. Extra Study Time

3.

4.

5.

6.

1.
2.
3.
4.

Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya
penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa
men