ANALISA KEBUDAYAAN SUKU SASAK DAN BALI

“ ANALISA KEBUDAYAAN SUKU SASAK”
Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia
Dosen Pengampu : Syaiful Amin, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Resty Pujiani
(3101412007)
Rifka Aulia F
(3101412020)
Liliany Ratna P
(3101412022)
Ithfa Harum Eka P (3101412030)
Hurip Asri Mardino P (

Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan adalah perwujudan dari renungan, pemikiran, kerja keras dan
kearifan suatu masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkunganya untuk terus bertahan
hidup. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang luas. Indonesia juga teridri dari banyak
pulau yang memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda. Oleh karena itu tidak heran
jika Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda.
Diantaranya suku bangsa jawa, Suku bangsa dayak, Suku bangsa sasak, Suku bangsa
sasak dan banyak suku bangsa lainya yang menjadikan Indonesia sebagai Negara
multicultural yang besar.
Untuk menganalisis kebudayaan secara menyeluruh dapat dilakukan analisis
dengan menggunankan Tujuh Unsur kebudayaan seperti yang dikemukakan Koentjara
Ningrat. Tujuh Unsur itu diantaranya : Bahasa, Sistem Pengetahuan, Siatem kekerabatan
dan organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem Mata pencaharian dan
ekonomi, Sistem Religi dan Kesenian. Begitu juga untuk emnganalisis kebudayaan suku
sasak.

Suku sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok di Nusa Tengggara
Baat. Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada datadata dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok
selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai
sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdangan antar pulau sudah aktif terjadi
sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga
telah menyebar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah singkat suku Sasak dan Bali?
2. Bagaimanakah wujud kebudayaan yang dimiliki suku Sasak dan Bali?
3. Apakah sisem bahasa yang digunakan oleh suku sasak dan Bali?
4. Apakah sistem Sistem Pengetahuan yang digunakan suku sasak dan Bali ?
5. Apakah Sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang digunakan suku Sasak dan
6.
7.
8.
9.

Bali ?

Apkaha Sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
Apakah Sistem Mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
Apakah Sistem Religi yang dianut suku Sasak dan Bali ?
Apakah Sistem Kesenian yang dimiliki suku Sasak dan Bali ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami sejarah singkat suku Sasak dan Bali.
2. Untuk mengetahui dan memahamu Wujud kebudayaan yang dimiliki Suku Sasak dan
3.
4.
5.
6.

Bali
Untuk memahami sistem bahasa yang digunakan suku Sasak dan Bali
Untuk memahami sistem pengetahuan yang dimiliki suku Sasak dan Bali
Untuk Memahami sisem kekerabatan yang diterapkan suku Sasak dan Blai
Untuk memahami sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak

dan Bali

7. Memahami sistem mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan
Bali
8. Memahami sistem Religi yang diaut suku Sasak dan Bali
9. Untuk memahami sistem kesenian yang dimiliki suku sasak dan Bali

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Suku Sasak
Untuk dapat menggali sejarah suku Sasak dapat dilihat dari beberapa sumber tertulis
diantaranya dari babad Lombok dan babad suwung. Menurut dua sumber ini sudah ada
kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan Sasak. Menurut babad Lombok sudah
berdiri terlebih dahulu kerajaan Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak Laeq berarti waktu
lampau), namun Babad Suwung, menyatakan jika kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah
Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera dan kemudian
kerajaan ini redup. Kerajaan Sasak sendiri berdiri pada abadke-9 dan ke -11, namun kerajaan
sasak mampu dikalahkan oleh salah satu kerajaan dari Bali.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang
terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerjaan di lombok maupun
ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan dari luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu,
Budha, memunculkan beberapa kerajaan seperti selaparang Hindu, Bayan. Kereajaankerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasaan kerajaan Majapahit dari

ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan

Gel – Gel dari Bali

pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan Lomboq mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti
dalam bahasa dan tulisan jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa
hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan
mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lomboq.
Suku Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lomboq, suku sasak merupakan
etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah
menghuni pulau Lomboq sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut
mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat
ini sering menyebut pulau Lomboq dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau
tempat bermukimnya orang sasak.
Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lomboq hal tersebut tidak lepas
dari ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lomboq

dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal
dengan kebudayaan kaum pendatang hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre

campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil
dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan
meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi
Gumi sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang
melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lomboq sepanjang
abad XVI ada beberapa versi masuknya Islam ke Lomboq yang pertama berasal dari Jawa
masuk lewat Lomboq timur. Yang kedua pengIslaman berasal dari Makassar dan Sumbawa
ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar
ke kerajaan – kerajaan di Lomboq timur dan Lomboq tengah.

2.2 Unsur Kebudayaan Suku Sasak
2.2.1. Bahasa
Suku sasak menggunakan bahasa Asli yaitu bahasa sasak. Bahasa ini juga
memiliki tungkatan seperti halnya bahasa Jawa dan bahasa Bali. Bahasa ini terdiri dari
tiga tingkatan yaitu : Halus dalem, Halus biasa dan Halus kasar ( Bahasa Pasar). Bahasa
halus digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati
Untuk seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam
dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain
itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar
berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok

Barat danKotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa
Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Contoh : Baca (dibaca: Bace) , Menggosok (dibaca: Osok), Mandi (dibaca: Mandiq)
2.2.2. Sistem Pengetahuan
Dalam kehidupan masyarakat sasak, rumah mempunyai fungsi penting, oleh
karena itu perlu penghitungan yang cermat tentang waktu, hari dan tanggal untuk
pembangunan,selain itu untuk merencanakan suatu upacara, pesta, atau mulai turun
kesawah, mereka selalu memperhatikan waktu. Mereka percaya bilamana melakukan
sesuatu pada hari baik maka akan memberikan hasil yang baik dan keberuntungan yang
banyak, sebaliknya jika melakukan sesuatu pada hari yang jelek kemungkinan besar akan

gagal atau mendapatkan hambatan bahkan bisa membawa musibah (Titto Adonis,
1989:100).
Penanggalan atau pengetahuan tentang waktu ini disebut dengan istilah Bintang
Rowot. Yaitu penanggalan berdasankan Bntang Rowot yaitu gugusan bintang yang
terletak disebah kiri atas orang yang memandangnya. Bintang rowot ini merupakan
konsep penghitungan perjalanan bulan yang didasarkan pada pengamatan langsung
digabungkan dengan konsep kalender Jawa dan Arab. Konsep ini diduga kuat merupakan
hasil akulturasi kebudayaan antara kepercayaan Suku Sasak asli dan kebudayaan Jawa
dan Arab.

Pengetahuan tentang konsep bintang rowot sendiri merupakan ajaran turun
temurun dari nenek moyang yang hanya dikuasai oleh pemimpin-pemimpin adat.
Petunjuk waktu ini digunakan untuk menunjukan waktu yang baik untuk menanam dan
memanen bagi para petani. Para petani biasanya mendatangi pemimpin adat untuk
mengetahui penghitungan waktu yang baik bagi mereka dalam bercocok tanam melalui
petunjuk bintang rowot.
Orang Sasak menamai bulan berdasarkan nama bulan Arab yang penghitungannya
berdasaran pada terbitnya bintang rowot. Bintang rowot biasanya muncul pada tanggal 5,
15 atau 25. Maka orang sasak mengenal bulan satu itu sesuai dengan kapan bintang rowot
muncul. Ciri khas kemunculan bintang rowot adalah tidak pernah muncul bersamaan
dengan bintang pari atau dalam istilah orang sasak kedua gugusan bintang tersebut tidak
pernah bertemu.Dalam penghitungan bintang rowot sendiri terbilang cukup unik, jumlah
hari dalam setahun adalah 360 hari atau 30 hari dalm sebulan.
Untuk tahun diberikan perhitungan dalam satu windu atau delapan tahun dalam
sewindu setiap tahun diberikan nama tertentu dengan nilainya atau nektu. Sistem
penganggalan ini mengadopsi budaya dari Jawa. Titto Andonis dalam bukunya
menyimpulkan bahwa ras uku sasak lebih condong menekankan pentingnya masa lalu
disbanding masa kini maupun depan. Masih sedikit sekali mereka menyadari waktu yang
akan datang berupa perencanaan hidup untuk merubah hidup mereka. Pendapat ini


didasari dengan adanya sekolah dasar yang kurang menarik perhatian. Sebaliknya rasa
bangga terhadap masa lalunya dengan membanggakan kehidupan para leluhurnya.
2.2.3. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
a. Rumah Adat Suku Sasak
Rumah suku sasak masih memanfaatkan alam sebagi bahan utamanya. Atap rumah
terbuat dari jerami sedangkan dindingnya atau gedek terbuat dari bamboo, namun dalam
perkembangan selanjutnya ada yang dibuat setengah permanen. Lantainya terbuat dari tanah
liat dan kotoran kerbau(Titto Adonis, 1989:36). Kotoran kerbau inilah yang membuat tanah
menjadi keras. Untuk mengeraskan lantai juga bisa Rumah adat suku Sasak hanya memiliki
satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela.
Dalam membangun rumah suku Sasak masih mempertahankan konsep penanggalan
hari baik. Dan suku Sasak meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun
rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan
Rabiul Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam,
diantaranya adalah: Bale Tani Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale
Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Selain itu juga pada bangunan rumah adat suku sasak
dilegkapi bangunan pendukung seperti seperti: samba (tempat menyimpan hasil pertanian),
alang( Seperti halnya lumbung yang beratapkan alang-alang dan bangunan ini diletakan di
bagian belakang rumah), dan lombung (tempat untuk menyimpan segala kebutuhan.

Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang1, karena lumbung biasanya diletakkan di
dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk
bulat, dibuat dari gulungan bedek kulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang
ditempatkan di dalam rumah dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan
untuk membuat lumbung adalah bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah
1 Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang, karena lumbung biasanya diletakkan di dalam

rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari
gulungan bedek kulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah
dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat lumbung adalah
bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan lantainya dibuatkan pondasi dari
tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk
seperti atap rumah tinggal

papan lantainya dibuatkan pondasi dari tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya
disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal.
b. Alat mata pencaharian


Awis Jami : Alat untuk memotong padi gogo dan padi 3B.Alat ini seperti sclurit Padi

ini dipotong dengan cara nyolasin.



Lenggara

: Seperti bajak dengan dua ekor kerbau



Kodong

: Alat penangkap ikan yang terbuat dari bamboo yang bentuknya

menyerupai sangkat burung. Dibawahnya dibuatkan lubang untuk jalan masuk bagi
ikan.


Sorok

: Pukat kecil yang terbuat dari benang yang diberi ytangkai rotan dan

kayu lain (Titto Adonis, 1989:27)
2.2.4. Sistem Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat suku Sasak bercirikan agraris karena itu kehidupan utamanya
adalah hasil pertanian baik petanian diladang maupun pertanian di sawah selain pertanian
diladang dan disawah mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu membuat
anyaman dan menenun akan tetapi pekerjaan sampingan ini mereka melakukannya hanya
sebagai pengisi waktu dalam menunggu panen.
A. Pertanian
Suku Sasak dalam hal pertanian mengenal pertanian disawah dan diladang..
Dalam pertanian sawah untuk memngerjalan tanah sebelum di tanamai masyarakat
suku sasak memiliki beberapa cara. Yang pertama adalah Membole, yaitu dengan cara
melepaskan puluhan ekor kerbau ke sawah yang telah digenangi air. Injakan kaki
berbau yang jumlahnya antara 15 hingga 35 ekor ini dapat membuat tanah menjadi
gembur. Yang kedua adalah dengan Menggara, yaitu dengan membajak sawak
menggunakan alat bajak yang ditarik dua ekor kerbau. (Titto Adonis, 1989:16-18)
Tanaman yang biasanya ditaman adalah padi B3 dan padi bulu
Dalam pertanian ladang hal pertama yang dapat dilakukan adalah bungkah, yaitu
mencangkul tanah ladang dan membersihkanya dari rumput-rumput dan bekas
penanaman sebelumnya. Penolahan yang kedua adalah dengan membuat barisan
tanah untuk menanam tanaman. Tanaman yang ditanam biasanya Kacang ijo, kacang
panjang, dan Gandum (buleleng). Karena pertanian ladang tergantung pada air hujan
maka pada musim kemarau masyarakat tidak mengerjakan ladang.

B. Perernakan dan Perikanan
Perternakan yang diusahakan adalah perternakan sapi, kerbau, kambing dan ayam.
Pemeliharaan kerbau sendiri digunakan untuk tenaga pertanian, yaitu untuk
mengerjakan tanah. Untuk perikanan biasanya penduduk memelihara ikan nila.
Selain memelihara ikan penduduk juga sering menagkap ikan dari alam
C. Membuat kerajinan
Kerajinan yang dibuat adalah kerajinan dari anyaman misalnya adalah Gesek,
yaitu tas yang terbuat dari ayaman yang biasa digunakan para petani untuk pergi
kesawah dan keladang. Yang kedua adalah kerajinan dari tanah liat yang bisanya
digunakan untuk memasak. Selanjutnya adalah tenunan yang mereka gunakan
sebagai baju jika berlebih akan mereka jual.
2.2.5. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Suku sasak masih menggunakan sistem pelapisan sosial yang didasarkan
pada keturunan yang berasal dari pihak laki-laki ( Patrilineal). Pelapisan sosial di
suku Sasak sendiri dikenal dengan naman wangsa. Pelapisan sosial dibagi dalam 3
bagian besar yaitu :
a. Perwangsa raden , yang merupakan tingkatan paling tinggi. Ebutan
untuk pria di kelas ini adalah raden, sedangkan untuk wanita adalah
b.
c.

denda
Triwangsa. Memakai gelar Lalu untuk pria dan Baiq untuk wanitanya.
Jajar karang. Panggialan untuk laki-lakinya adalah log. Dan untuk
wanita le.
Dalam pelapisan sosial ini setiap lapisan memiliki perbedaan hak. Para

bangsawan memiliki hak-hak khusus yang tidak dimiliki oleh golongan yang ada
dibawahnya yaitu hak untuk tidak melakukan gotong royong. Hak-hak seperti
inilah yang kemudian diteruskan kaum colonial dengan maksud agar lebih mudah
memeras masyarakat. Perbedaan dalam kelas masyarakat tidak membawa
kewajiban-kewajiban secara khusus karena statusnya. Kebanyakan kelas
bangsawan adalah pemegang kekuasaan baik kepala desa, kepala distrik yang
berkewajiban meneruskan perintah dari atasan.

Dalam bidang peranan di

masyarakat perbedaan pelapisan tidak menunjukan peranan yang lebih besar satu
dengan yang lainya. Semua anggota lapisan masyarakat harus menjunjung tingga
agama dan adat.

2.2.6. Sistem Religi
Dalam sistem Religi terdapat dua golongan :
a. Golongan yang pertama menjalankan ajaran agama Islam dengan baik, yaitu
dengan melakukan shalat 5 kali dalam sehari, para penganut ajaran ini
mempraktikkan shalat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi
karena penyebar Islam saat itu mengajarkan agama Islam secara bertahap dan
karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya. Kepercayaan ini
disebut dengan Islam Wetu Telu. Saat Saat ini para penganut Islam Wetu Telu
sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di
daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam
usahanya meluruskan praktek tersebut.
b. Golongan yang kedua mengakui Allah dan Nabi Muhammad, akan tetapi lebih
banyak menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran nenek
moyang, selain itu mereka banyak melakukan upacara di tempat yang
dianggap di huni roh nenek moyang (kemali). Golongan kedua ini amat
percaya bahwa di alam sekitar mereka hidup makhluk halus, batara guru,
bidadari, bedodo, bake (hantu), belata, bebai, gegendu dan bermacam leya
(makhluk jadi-jadian). Hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan gaib dan
magis mereka lakukan dengan bantuan belian (syaman).
2.2.7. Sistem Kesenian
a. Tarian
Ada beberapa jenis tarian yang merupakan tarian asli suku sasak. Diantaranya:
 Tari Jangger : Tari ini biasanya dipentaskan pada saat upacara perkawinan,
sunatan Kesenian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh perempuan yang
melantunkan tembang-tembang yang di iringi oleh musik gamelan Lombok.


Tari tandang Mendet /tarian Perang: merupakan salah satu tarian yang ada
sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh
keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang
berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang) dan
diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan tentang
keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.

b. Pertunjukan Musik
Gendang Beleq



Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq
(gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut
gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai
pembawa dinamika.


Kesenian slober
Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang
tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana yang
terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang,
petuk, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah
seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama
Amaq Asih alias Amaq Slober.Kesenian ini salah satu kesenian yang masih
eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.

c. Pertunjukan sastra
Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan
masa lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai
pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu or-ang sebagai pendukung
vokal.
Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa lampau
dan menanamkan nilai-nilai budaya generasi penerus. Kesenian memaos ini
keberadaannya hampir punah sehingga periu diangkat kembali sebagai asset
budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata
budaya.

d.