120711382 PENSIUN DAN MANFAAT PASCA PENSIUN LAINNYA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

PENSIUN DAN MANFAAT PASCA PENSIUN LAINNYA

Disusun oleh:
Muhammad Andri (24)
Harapon Angun Kasogi (14)

Tangerang, 2012

Bab 13

Pensiun dan Manfaat Pasca

Imbalan
Pensiun Lainnya
Dua jenis rencana pensiun yang paling sering digunakan:
1. Rencana kontribusi pasti (defined contribution plans): menentukan jumlah tetap
untuk seterusnya yang harus dibayar oleh pemberi kerja setiap periodenya. Contoh,

rencana tersebut mengharuskan pemberi kerja untuk berkontribusi sebesar 8 persen
dari gaji pegawai untuk setiap tahunnya.
Tidak memuat perjanjian terkait manfaat keseluruhan yang akan dibayarkan. Manfaat
pensiun yang diterima ditentukan berdasarkan hasil yang diterima dari investasi dana
pensiun selama periode investasi.
2. Rencana manfaat pasti (defined benefit plans): jumlah manfaat pensiun yang akan
dibayarkan kepada penerimanya di masa mendatang
ditetapkan dalam
perjanjiannya. Contoh, rencana pensiun dalam perusahaan menetapkan bahwa
pegawai yang memasuki masa pensiun pada usia 65 tahun akan menerima 2% dari
rata-rata penghasilan tertinggi selama lima tahun terakhir untuk setiap masa kerjanya.
Pegawai yang bekerja pada perusahaan selama 30 tahun akan menerima pensiun
untuk seluruh masa kerjanya setara dengan 60% dari rata-rata penghasilan
tertingginya selama lima tahun terakhir.
Perusahaan yang menggunakan rencana manfaat pensiun pasti harus memberikan
pendanaan yang cukup kepada agen dana pensiunnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan pembayaran manfaat pensiun pada masa yang akan datang.
Akuntansi untuk rencana pensiun kontribusi pasti relatif mudah dipahami. Karena
resiko untuk masa mendatang ditanggung oleh pekerja, maka pengeluaran kas pemberi kerja
hanya pembayaran tahunan kepada dana pensiun. laporan laba rugi pemberi kerja harus

mengungkapkan keberadaan rencana pensiun, kelompok kerja yang tercakup, dasar
penentuan kontribusi kepada dana pensiun, dan permasalahan penting lainnya yang dapat
mempengaruhi daya banding laporan keuangan dari periode ke periode (seperti amandemen
yang meningkatkan persentase kontribusi tahunan).
Di lain pihak, sisi akuntansi untuk rencana pensiun manfaat pasti terlihat jauh lebih
rumit. Dalam rencana pensiun ini, manfaat pensiun yang akan diterima di masa yang akan
datang dipengaruhi oleh sejumlah variabel yang tidak pasti seperti perputaran, tingkat
kematian, masa kerja pegawai, tingkat kompensasi, dan laba yang dicadangkan dalam aktiva
dana pensiun. Dalam rencana manfaat pasti, resiko dibebankan kepada pemberi kerja karena
mereka harus memberikan kontribusi yang cukup besar untuk memenuhi manfaat pensiun
yang telah dijanjikan. Sebagai akibatnya, jumlah beban periode manfaat pensiun yang
dikeluarkan tidak akan sama dengan kontribusi yang dibayarkan untuk rencana pensiun
tersebut.
Manfaat Pasti : Karena manfaat pensiun masa mendatang dipengaruhi variabel yang
tidak pasti, para pemberi kerja menggunakan jasa aktuaris untuk membantu menentukan
jumlah kontribusi berkala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masa mendatang.
Page 1 of 20

Aktuaria mempertimbangkan manfaat masa mendatang yang dijanjikan dan karakteristik dari
kelompok pekerja (seperti usia dan jenis kelamin). Mereka membuat asumsi mengenai faktorfaktor berikut, seperti perputaran pegawai, tingkat gaji di masa mendatang, dan tingkat

keuntungan pada dana yang diinvestasikan, dan menilai present value dari manfaat yang
diharapkan akan diterima di masa mendatang. Pemberi kerja kemudian menentukan pola
pendanaan yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban di masa mendatang.
Manfaat Pasti  Metode pendanaan aktuarial pemberi kerja, kategori:
1. Pendekatan Biaya
mengestimasikan total manfaat pensiun yang akan dibayarkan di masa mendatang
dan kemudian menentukan pembayaran tahunan yang sama yang akan dibutuhkan
untuk mendanai manfaat pensiun tersebut. Atas pembayaran tahunan yang
dibutuhkan dilakukan penyesuaian jumlah bunga yang diasumsikan diperoleh dari
dana yang dikontribusikan kepada rencana pensiun.
2. Pendekatan Manfaat (disebut juga metode proyeksi unit kredit)
menentukan jumlah dari manfaat pensiun yang diperoleh masa kerja pegawai dan
kemudian mengestimasikan present value dari manfaat tersebut. Dua (2) metode
pendekatan manfaat:
a. Pendekatan akumulasi manfaat
Biaya dan kewajiban pensiun didasarkan pada tingkat gaji. Kewajiban manfaat
pensiun diistilahkan sebagai obligasi akumulasi manfaat.
b. Pendekatan manfaat/tahun masa kerja
Biaya dan kewajiban pensiun didasarkan pada estimasi pembayaran akhir pada
saat pensiun pegawai. Kewajiban yang dihitung diistilahkan sebagai obligasi

proyeksi manfaat.
Sudut Pandang Sejarah
Mengingat fakta bahwa: banyak rencana pensiun baru memberi pegawai kredit untuk
masa kerja sebelum penerapan rencana pensiun. Titik permasalahannya pada perlakuan yang
paling sesuai untuk biaya yang terkait dengan jasa di masa lalu ini.
Dalam Accounting Research Bulletin No.47 “akuntansi untuk biaya dari rencana
pensiun” komite prosedur akuntansi menunjukan kecenderungan bahwa biaya yang
didasarkan pada jasa sekarang dan masa mendatang akan diakrual secara sistematis selama
periode yang diharapkan dari masa kerja aktif pegawai yang tercakup dan biaya yang
didasarkan pada masa kerja masa lalu akan dibebankan selama periode yang memungkinkan.
Alokasi biaya dari masa kerja lampau dibuat dalam dasar yang sistematis dan rasional dan
tidak menyebabkan distorsi pada hasil operasi pada suatu tahun.
Selanjutnya, APB telah melakukan observasi bahwa walaupun ARB No. 47, akuntansi
untuk biaya rencana pensiun tidak konsisten, baik di antara perusahaan dan perusahaan
tunggal, kadang biaya yang dibebankan pada operasional sama dengan jumlah yang disetor
ke dalam dana selama tahun yang bersangkutan, di lain waktu tidak ada pendanaan aktual
yang dilakukan, terlebih lagi, amortisasi dari biaya jasa masa lalu berkisar di atas empat
puluh tahun.
Ketidakkonsistenan akuntansi dan tumbuhnya kebutuhan akan biaya rencana pensiun
mendorong APB untuk mengotorisasi Accounting Research Study, pembelajaran ini

Page 2 of 20

dipublikasikan pada tahun 1965 dan setelah dilakukan pengujian atas rekomendasi tersebut,
APB menerbitkan Opini No.8, “Accounting for the Cost of Pension Plans.” pada tahun
1966. karena kesimpulan dari APB secara umum sama dengan research study tersebut, kita di
sini hanya mereview opini APB.
APB Opinión No.8
APB Opinión No.8 mengidentifikasikan permasalahan dasar terkait akuntansi untuk
biaya manfaat pensiun yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Mengukur jumlah total dari biaya-biaya yang terkait dengan rencana pensiun,
2. Mengalokasikan total biaya pensiun ke dalam periode akuntansi yang sesuai dengan
rencana pensiun,
3. Menyediakan kas untuk mendanai rencana pensiun,
4. Mengungkapkan berbagai aspek yang signifikan dari rencana pensiun pada laporan
keuangan.
Kesimpulan APB yang memperhatikan pertanyaan-pertanyaan tersebut didasarkan
pada asumsi:
1. Dewan percaya bahwa sebagian besar perusahaan akan melanjutkan manfaat yang dapat
diperoleh dalam rencana pensiun walaupun rencana pensiun tidak didanai penuh setiap
tahunnya. Oleh karena itu , biaya manfaat pensiun harus diakui tahunan baik rencana

pensiun tersebut didanai benar-benar ataupun tidak.
2. Dewan mengadopsi cara pandang bahwa biaya dari seluruh jasa masa lalu harus
dibebankan bersamaan dengan pendapatannya setelah adopsi atau amandemen dari
rencana dan tidak ada bagian dari biaya tersebut yang harus dibebankan langsung ke laba
ditahan.
Berbagai permasalahan dan istilah yang dibahas di dalam APB no. 8:
1. Biaya Normal
Biaya normal adalah cadangan beban saat ini dari biaya pensiun. Biaya ini merupakan
jumlah yang harus dibebankan setiap tahun berdasarkan jumlah karyawan dan metode
biaya aktuaria digunakan.
2. Biaya Jasa Masa Lampau
Ketika rencana pensiun diterapkan, karyawan biasanya diberikan angka kredit untuk
jasa tahun-tahun sebelumnya. Manfaat ini dinamakan sebagai biaya jasa masa
lampau dan harus dibebankan pada periode saat ini dan masa yang akan datang.
Biaya jasa masa lampau dihitung dengan menentukan nilai sekarang dari jumlah
manfaat masa yang akan datang yang terutang kepada sejumlah karyawan.
Sebelum diterbitkannya opini APB no.8, banyak perusahaan membebankan biaya jasa
masa lampau pada retained earnings sebagai penyesuaian periode sebelumnya.
Kebijakan ini didasarkan pada teori bahwa manfaat jasa karyawan telah diperoleh
pada periode sebelumnya.

3. Biaya Jasa Periode Sebelumnya
Page 3 of 20

Biaya jasa periode sebelumnya merupakan biaya pensiun yang dihitung untuk
beberapa tahun sebelum tanggal penilaian aktuaria. biaya jasa muncul sebagai
dampak dari amandemen perjanjian pensiun atau perubahan pada asumsi aktuaria dari
rencana pensiun. Ketika perjanjian pensiun diamandemen atau asumsi dasar
mengalami perubahan, rekalkulasi manfaat masa depan yang terutang pada sejumlah
karyawan menjadi hal yang penting. Perhitungan ini serupa dengan penentuan biaya
jasa masa lampau.
4. Laba Rugi Aktuaria
Biaya pensiun untuk suatu periode didasarkan pada beberapa asumsi. Asumsi ini
seringkali tidak sama dengan hasil aktualnya. Oleh karena itu perlu dibuat
penyesuaian periodik sehingga nilai aktual dapat dikenali pada jumlah beban pensiun
yang tercatat. Berdasarkan opini APB no.8, beban pensiun periodik termasuk di
dalamnya biaya normal dan amortisasi biaya jasa masa lampau dan periode
sebelumnya. Biaya ini dihitung berdasarkan asumsi aktuaria. Jika pada periode
berikutnya, aktuaris melakukan revisi atas asumsinya berdasarkan informasi terbaru
maka penyesuaian periodik akan diperlukan. Opini APB No.8 mengistilahkan
perbedaan antara asumsi aktuaria dengan perubahan asumsi pada periode berikutnya

berdasarkan kejadian aktual sebagai laba dan rugi aktuaria.
Metode pengakuan laba/rugi aktuaria  Jumlah laba atau rugi aktuaria akan diakui
selama periode berjalan dan periode masa mendatang dengan menggunakan satu dari
dua metode yang dapat diterima:
1. Spreading. Laba dan rugi aktuaria bersih diterapkan pada biaya sekarang dan
biaya masa yang akan datang melalui penyesuaian baik terhadap biaya normal
ataupun biaya jasa masa lalu untuk setiap tahun;
2. Averaging. Rata-rata dari jumlah laba dan rugi aktuaria tahunan yang dibebankan
pada tahun sebelumnya dan ekspektasi laba dan rugi aktuaria masa yang akan
datang diterapkan pada biaya normal.
Metode Akuntansi Dasar
Sebelum APB No.8 diterbitkan, dewan tidak dapat sepenuhnya setuju mengenai
ukuran yang paling tepat untuk biaya yang dimasukan pada setiap periodenya.
Sehingga diputuskan bahwa biaya tahunan harus diukur dengan metode biaya aktuaria
yang diterapkan secara konsekuen, yang menghasilkan jumlah tertentu antara
maksimum dan minimum. (pada konteks ini, metode aktuaria yang dapat diterima
harus rasional dan sistematis serta harus diterapkan secara konsisten sehingga
biayanya stabil dari tahun ke tahunnya).
Jumlah minimum cadangan tahunan untuk biaya pensiun tidak boleh lebih kecil
dari jumlah total:

1. Biaya normal (biaya terkait dengan tahun setelah tanggal penerapan atau
amandemen dari rencana pensiun).
2. Jumlah yang setara dengan bunga pada biaya jasa masa lalu atau sebelumnya
yang tidak didanai.

Page 4 of 20

3. Cadangan untuk vested benefit (manfaat yang bukan kontinjensi dalam
keberlanjutan karyawan dalam memberikan pelayanan kepada perusahaan).
Pencadangan tahunan maksimum untuk biaya pensiun tidak akan melebihi jumlah
dari:
1. Biaya normal.
2. Sepuluh persen dari biaya jasa masa lalu (sampai teramortisasi secara penuh).
3. Sepuluh persen dari jumlah dari suatu peningkatan atau penurunan pada biaya
jasa tahun sebelumnya yang muncul dari amandemen dari rencana pensiun
(sampai teramortisasi secara penuh).
4. Setara bunga pada selisih antara biaya pensiun dan jumlah yang didanai.
Ketidaksetujuan dewan seputar permasalahan dua sudut pandang yang berbeda
terkait sifat dari biaya pensiun. Sudut pandang tersebut:
1. Sudut pandang yang menyatakan bahwa pensiun berarti mendorong efisiensi

dengan :
a.

Menyediakan pemberhentian secara sistematis pegawai yang sudah tua.

b.

Memenuhi ekspektasi kewajiban sosial perusahaan.

Berdasar hal tersebut biaya pensiun lebih terkait dengan rencana pensiun itu
sendiri daripada sejumlah karyawan tertentu.
2. Sudut pandang yang menyatakan bahwa pensiun merupakan bentuk manfaat
tambahan kepada sejumlah karyawan, sehingga jumlah beban pensiun pada suatu
periode terkait dengan sejumlah karyawan tertentu. Pensiun menggambarkan
pembayaran selama penghapusan gaji tangguhan yang diperoleh setiap tahun dari
pekerjaan, dan jumlah beban pensiun ditetapkan dengan menentukan ekspektasi
manfaat yang akan terutang kepada karyawan tertentu pada masa yang akan
datang
Kedua cara pandang ini menyatakan bahwa beban pensiun tahunan termasuk di
dalamnya biaya normal. Walaupun hanya cara pandang kedua yang memasukan biaya

jasa masa lampau dan periode sebelumnya dalam penentuan biaya pensiun tahunan.
Persyaratan cadangan maksimum dan minimum tertentu, opini APB No.8
mempersempit rentang praktek yang sebelumnya telah digunakan dalam menentukan
cadangan tahunan dari biaya pensiun. Namun harus dicatat bahwa cadangan maksimum
dan minimum ini ditentukan dengan cara yang tidak sistematis, sehingga justifikasi
teoritis yang mereka gunakan merupakan ketidakseragaman yang lebih tinggi. Sebagai
tambahan dewan memutuskan bahwa hanya perbedaan antara jumlah yang dibebankan
dengan pendapatan dan jumlah pendanaan harus ditunjukan pada neraca sebagai beban
terutang atau biaya pensiun dibayar dimuka. Biaya jasa masa lampau dan periode
sebelumnya yang belum teramortisasi dan tidak didanai tidak dipertimbangkan sebagai
kewajiban menurut dewan standar dan tidak diminta untuk diungkapkan pada neraca.
Keputusan ini menyebabkan sebuah kontroversi yang besar dan dihasilkan dari debat

Page 5 of 20

antara para akuntan mengenai jumlah biaya pensiun masa yang akan datang yang
memadai yang akan diungkapkan di dalam laporan keuangan.
3. Permasalahan Kewajiban Pensiun
Pada tahun 1981, FASB menggagas sebuah perubahan yang signifikan dalam metode
untuk akuntansi untuk biaya pensiun. Dewan memperhitungkan beberapa alasan untuk
gagasan tersebut perubahan tersebut.
1. jumlah rencana pensiun telah meningkat secara drastis sejak penerbitan opini APB
No.8 pada tahun 1966.
2. Dewan beranggapan bahwa informasi pensiun tidak mencukupi.
3. fleksibilitas dari metode aktuaria yang diijinkan dihasilkan pada kondisi kurangnya
daya banding antara entitas pelaporan perusahaan, berdasarkan sebagian pengguna
laporan keuangan.
Permasalahan dasar yang dimasukan ke dalam proposal FASB yang berjudul
”Preleminary View” adalah:
1. Selama periode apa biaya pensiun seharusnya diakui? Pada tahun 1981, biaya pensiun
dapat diakui selama tiga puluh samapi empat puluh tahun, yang secara umum lebih
panjang daripada tenaga kerja yang diharapkan tetap bekerja;
2. Bagaimana seharusnya biaya pensiun disebarkan atau dialokasikan ke dalam periode
individua? Pertanyaan dasar adalah apakah paktek memilih diantara berbagai metode
biaya dan pendanaan yang diijinkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan;
3. Haruskah informasi tentang status pensiun dimasukan dalam laporan perubahan posisi
keuangan? Pertanyaan ini merupakan yang paling kontroversial dari permasalahan
yang dipertimbangkan.
Pengungkapan ini terdiri dari tiga komponen berikut ini : Kewajiban manfaat
pensiun dikurangi aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun ditambah atau
dikurangi penyisihan untuk pengukuran penilaian. Penghitungan biaya pensiun ini
sama dengan cara pandang bahwa beban pensiun harus diakui pada periode dimana
karyawan menyerahkan jasanya. Cara pandang ini konsisten dengan prinsip penandingan.
Satuan tugas AICPA untuk rencana pensiun dan biaya pensiun menentang pernyataan
dalam ”Preleminary View”, dengan mengungkapkan pandangan dalam beberapa area
umum:
1. Jumlah yang dimasukan tidak memenuhi definisi dari asset atau kewajiban berdasar
SFAC No.3 (sekarang SFAC no.6).
2. Perjanjian pensiun esensinya merupakan kontrak yang mana berdasarkan GAAP yang
ada diakuntansikan hanya dalam cakupan jasa yang telah dilakukan.
3. Terlalu banyak subjektivitas yang dilibatkan dalam penentuan jumlah dari kewajiban
pensiun bersih - yang mana, jumlahnya terlalu kecil untuk dilaporkan dalam laporan
keuangan dasar.
4. FASB tidak memperagakan kebutuhan untuk mengamandemen secara luas opini APB
No.8.
Page 6 of 20

Walaupun terdapat pertentangan tersebut, FASB tetap teguh dengan tekadnya untuk
merubah metode akuntansi pensiun sebelumnya. Dengan berdasarkan metode yang
diusung dalam ”Preleminary View”.
Dengan perubahan metode ini, mengakibatkan:
1. Adanya perkiraan pertumbuhan gaji untuk rencana pensiun yang mana didefinisikan
dari segi istilah sebagai gaji pegawai pada masa mendatang.
2. Apabila aktiva rencana pensiun melebihi obligasi manfaat, perusahaan akan
melaporkan aktiva pensiun bersih pada neracanya.
3. Komponen ketiga dari kewajiban pensiun bersih adalah penyisihan untuk pengukuran
penilaian. Komponen ini ditujukan untuk mengurangi pergerakan dari kewajiban
pensiun bersih yang terkait dengan perkiraan berbagai kejadian, seperti perubahan
obligasi manfaat pensiun pada masa yang akan datang dan aktiva rencana pensiun,
realisasi laba dan rugi atau perubahan dalam asumsi aktuaria.
Berdasarkan ”Preleminary View” jumlah beban pensiun tahunan yang akan diakui
oleh pemberi kerja merupakan jumlah dari :
1. Peningkatan pada obligasi manfaat pensiun yang dapat dikaitkan kepada jasa pegawai
selama periode yang bersangkutan (secara konsep serupa dengan biaya normal).
2. Peningkatan pada obligasi manfaat pensiun yang dapat dikaitkan kepada bunga yang
terutang dari obligasi (hasil dari fakta bahwa obligasi merupakan diskonto nilai
sekarang dari estimasi pembayaran di masa mendatang).
3. Peningkatan pada aktiva rencana pensiun yang dihasilkan dari pendapatan pada aktiva
pada tarif yang disumsikan (mengurangi beban pensiun periodik).
4. Amortisasi dari penyisihan pengukuran penilaian, yang dapat berupa peningkatan atau
penurunan beban pensiun. Laba atau rugi aktuaria akan termasuk dalam pengukuran
dari penyisihan penilaian.
SFAS No.87
Setelah merundingkan permasalahan dalam ” Preleminary View” selama beberapa
tahun, FASB mencapai konsensus pada tahun 1985 dan menerbitkan SFAS No.87,
”Akuntansi Pemberi Kerja untuk Pensiun”, penerbitan ini merupakan produk dari kompromi
dan dihasilkan pada beberapa perbedaan dari posisi asal FASB yang diungkapkan dalam
”Pandangan Pendahuluan”. SFAS .87 mempertahankan bahwa informasi pensiun harus
disiapkan dalam basis akrual memegang teguh tiga aspek mendasar dari akuntansi pensiun
masa mendatang :
1. Menunda pengakuan beberapa kejadian
Penundaan pengakuan dilakukan untuk pengakuan yang sistematis dari perubahan
dalam obligasi pensiun (seperti amandemen rencana pensiun). Dan juga dihasilkan
dalam perubahan nilai dari aktiva yang disandingkan dengan obligasi tersebut.
2. Melaporkan biaya bersih

Page 7 of 20

Biaya bersih dihasilkan dalam pelaporan sebagai jumlah tunggal pengakuan akibat
dari kejadian yang mempengaruhi rencana pensiun. Tiga item yang dikumpulkan
untuk menghasilkan jumlah ini : (1) biaya tahunan dari manfaat yang dijanjikan, (2)
biaya bunga yang dihasilkan dari pembayaran yang ditangguhkan dari manfaat
tersebut dan (3) hasil investasi dari aktiva pensiun.
3. mengoffset aktiva dan kewajiban.
Offset berarti bahwa nilai dari aktiva yang dikontribusikan ke dalam rencana pensiun
dan kewajiban yang diakui sebagai biaya pensiun pada periode sebelumnya
diungkapkan sebagai jumlah tunggal bersih dalam laporan keuangan pemberi kerja.
SFAS No.87 meminta tiga perubahan pada akuntansi pensiun sebelumnya :
1. Metode yang terstandarisasi dari pengukuran biaya pensiun bersih. Dewan
menunjukan bahwa mewajibkan seluruh perusahaan dengan rencana manfaat pasti
untuk mengukur biaya pensiun periode bersih, menggunakan pertimbangan formula
rencana pensiun dan periode jasa, akan memperbaiki daya banding dan tingkat dapat
dipahami.
2. Pengakuan segera dari kewajiban pensiun ketika akumulasi obligasi manfaat melebihi
nilai wajar dari aktiva pensiun. Akumulasi obligasi manfaat dihitung dengan
menggunakan tingkat gaji saat ini, karena tingkat gaji secara umum meningkat,
jumlah dari akumulasi obligasi manfaat menggambarkan timgkat konservatif untuk
obligasi saat ini untuk manfaat masa yang akan datang yang telah diperoleh karyawan.
3. Memperluas pengungkapan yang ditujukan untuk menyediakan informasi yang lebih
lengkap dan akurat daripada yang dapat dengan praktis dimasukan ke dalam laporan
keuangan saat ini.
Biaya Pensiun
Berdasarkan provisi dari SFAS No.87, komponen dari biaya pensiun bersih
menggambarkan aspek yang berbeda dari manfaat yang diperoleh karyawan dan metode
keuangan yang digunakan oleh pemberi kerja. Komponen yang dimasukkan ke dalam biaya
pensiun bersih:
1. Biaya jasa
Merupakan nilai aktuarial sekarang dari manfaat yang terkait dengan formula jasa
karyawan pada periode tersebut.
2. Biaya bunga
Merupakan kenaikan dalam proyeksi manfaat obligasi
ditentukan.

selama waktu yang telah

3. Hasil dari aktiva rencana pensiun
Merupakan perbedaan antara nilai wajar dari aktiva ini pada awal periode dan akhir
periode, dengan penyesuaian untuk kontribusi, manfaat, dan pembayaran.
4. Amortisasi dari biaya jasa periode sebelumnya yang belum diakui
Merupakan total biaya dari manfaat retroaktif pada tanggal rencana pensiun disetujui
atau diamandemen.
Page 8 of 20

5. Amortisasi dari laba dan rugi
Termasuk keuntungan dan kerugian aktuarial atau keuntungan dan kerugian
pengalaman. Keuntungan dan kerugian aktuarial terjadi ketika perubahan asumsi
aktuaria, mengakibatkan perubahan dalam proyeksi kewajiban manfaat pensiun,
sebagai contoh jika aktuaria meningkatkan suku bunga diskonto, proyeksi kewajiban
manfaat pensiun awal akan berkurang, ini berarti bahwa pengakuan beban untuk
bunga periode sebelumnya, biaya jasa, dan biaya jasa periode sebelumnya mengalami
overstated.
6. Amortisasi dari obligasi bersih yang belum diakui atau aktiva bersih yang belum
diakui pada tanggal penerapan awal SFAS No.87 (jumlah transisi)
SFAS No.87 mengharuskan perubahan yang signifikan dalam akuntansi dana pensiun
dari apa yang sebelumnya disyaratkan dalam opini APB No.8, hasilnya FASB memutuskan
memberikan masa transisi yang relatif lama.
Provisi SFAS No.87 mensyaratkan perusahaan pada tanggal provisi pada pernyataan
ini pertama kali diterapkan untuk menentukan:
1. Proyeksi kewajiban dari manfaat pensiun
2. Nilai wajar dari aktiva rencana pensiun
Pengakuan Kewajiban Minimum
Memperhatikan kembali bahwa posisi awal FASB pada permasalahan ini,
diungkapkan dalam ”Preleminary views” adalah bahwa kewajiban muncul ketika proyeksi
kewajiban manfaat pensiun melebihi aktiva rencana pensiun (sebagai contoh rencana pensiun
yang didanai) atau aktiva muncul ketika kondisi sebaliknya terjadi
Oleh karena kesepakatan dalam permasalahan ini tidak dapat dicapai, FASB
mengembangkan posisi pertengahan (berkompromi) dimana mengharuskan pengakuan
kewajiban yang dinamakan kewajiban minimum ketika akumulasi kewajiban manfaat
pensiun melebihi aktiva rencana pensiun, sehingga walaupun tingkat gaji masa mendatang
digunakan untuk menghitung beban pensiun, kewajiban yang dilaporkan di neraca hanya
mempertimbangkan tingkat gaji saat ini, hasilnya neraca tidak berartikulasi dengan laporan
laba rugi, keadaan yang tidak sesuai dengan kerangka kerja konseptual.
Bagian dari kewajiban pensiun yang underfunded yang belum diakui dalam catatan
akuntansi terjadi karena perusahaan memiliki biaya jasa periode sebelumnya yang belum
diamortisasi atau laba dan rugi yang belum diamortisasi.
Pengungkapan
SFAS No.87 mensyaratkan pemberi kerja mengungkapkan informasi di luar yang
sebelumnya disyaratkan. Informasi yang harus diungkapkan:
1. Gambaran rencana pensiun, termasuk grup karyawan, jenis rumusan manfaat pensiun,
kebijakan pendanaan, tipe aktiva, kewajiban nonbenefit (jika ada), serta sifat dan
dampak dari permasalahan signifikan yang mempengaruhi komparabilitas dari
informasi untuk setiap periode penyajian,

Page 9 of 20

2. Jumlah biaya pensiun periodik bersih untuk periode yang menunjukan secara terpisah
komponen biaya jasa, komponen biaya bunga, hasil aktual pada aktiva untuk periode
tersebut, dan total komponen lainnya,
3. Daftar rekonsiliasi status pendanaan dari rencana pensiun dengan jumlah yang
dilaporkan dalam laporan posisi keuangan pemberi kerja, memperlihatkan secara
terpisah :
a. nilai wajar dari aktiva rencana pensiun;
b. proyeksi kewajiban manfaat pensiun yang menunjukan akumulasi kewajiban
manfaat pensiun dan kewajiban manfaat pensiun;
c. jumlah dari biaya jasa periode seblumnya yang belum diakui;
d. jumlah laba dan rugi bersih periode sebelumnya yang belum diakui;
e. jumlah dari sisa nilai transisi yang belum diakui;
f. jumlah dari setiap kewajiban tambahan yang diakui;
g. jumlah dari aktiva atau kewajiban pensiun bersih dalam laporan posisi
keuangan (ini merupakan hasil dari penggabungan enam item sebelumnya);
h. suku bunga diskonto dengan asumsi rata-rata tertimbang dan tarif jangka
panjang dari hasil aktiva rencana pensiun yang diharapkan dengan asumsi rata
– rata tertimbang.
Biaya pensiun tahunan yang dilaporkan oleh perusahaan berdasarkan SFAS No.87
akan selalu berbeda dari biaya yang diungkapkan sebelumnya berdasar provisi Opini APB
No.8, besarnya perbedaan tersebut tergantung pada faktor – faktor seperti rumusan rencana
manfaat pensiun, periode jasa karyawan yang tersisa, tingkat hasil investasi, serta kebijakan
akuntansi dan pendanaan periode sebelumnya.
SFAS No.87 – Permasalahan Teoritis
Kritik atas peraturan ini diarahkan pada pendekatan proyeksi manfaat pensiun,
penggunaan tingkat penyelesaian pada potongan proyeksi manfaat, membolehkan
penggunaan alternatif pengukuran atas hasil, dan kewajiban minimum yang disyaratkan.

Page 10 of 20

Tabel 13.1 Perbandingan Praktik Akuntansi Sebelumnya dengan Pandangan Awal FASB dan Statement of Financial Acounting Standards No. 87
Permasalahan
Pengakuan kewajiban

Praktik Akuntansi Sebelumnya

Pandangan Awal FASB

Statement of Financial Acounting
Standards No. 87

Kewajiban diakui sama dengan
beban terakumulasi berdasarkan
metode aktuarial yang dapat
diterima dikurangi dengan jumlah
yang didanai.

Pengakuan kewajiban (atau
aset)
pensiun
bersih
berdasarkan
jasa
yang
diberikan
oleh
karyawan,
FASB
menyimpulkan
penggunaan metode aktuarial
sebagai yang paling tepat untuk
tujuan akuntansi.

Pengakuan kewajiban jika biaya
periodik melebihi kontribusi kepada
rencana
pensiun.
Tambahan
“kewajiban minimum” diakui ketika
kewajiban
akumulasi
manfaat
melebihi fair value dari aset.

Pengakuan
aset
rencana Tidak diakui sebagai aset pemberi Pengakuan
aset
rencana Tidak diakui sebagai aset pemberi
pensiun sebagai sebagai aset kerja.
pensiun sebagai penyeimbang kerja.
pemberi kerja
kewajiban
pensiun.
Menghasilkan kekayaan bersih.
Pengukuran
beban
kewajiban pensiun.

dan Berdasarkan pada sumber dari
metode biaya aktuarial yang
mendapatkan alokasi sistematik
dan rasional dari biaya pensiun.

Mengajukan
satu
metode
sebagai yang paling tepat untuk
tujuan
akuntansi;
theprojected-unit-credit
method
untuk pembayaran final dan
rencana pembarayaran careeraverage, dan metode akumulasi
manfaat untuk rencana manfaat
rata.

Berdasarkan
pada
perjanjian
pensiun. Penggunaan pendekatan
akumulasi manfaat untuk rencana
berdasarkan tingkat gaji saat itu dan
pendekatan manfaat per tahun untuk
rencana yang berdarsarkan level gaji
mendatang.

Akuntansi untuk perubahan Tidak ada pengakuan segera dari Mengakui
kewajiban Tidak ada pengakuan kewajiban
rencana, termasuk rencana baru kewajiban akuntansi.
peningkatan manfaat pensiun segera.
yang memberikan kredit pada
dan mecatat aset tak berwujud
jasa masa lampau.
yang menyatakan manfaat
ekonomi masa depan yang
Page 11 of 20

diharapkan.
Beban pensiun dapat termasuk
Beban pensiun dan kewajiban amortisasi dari biaya jasa
aktuarial lain yang behubungan periode sebelumnya daripada
periode rata-rata sisa jasa dari
diakui di periode mendatang.
peserta rencana yang aktif.
Akuntansi
untuk Termasuk dalam beban pensiun
keuntungan/kerugian aktuarial dalam sebuah cara sistematik dan
(perubahan pengukuran).
rasional.

Pengakuan
peningkatan
beban
pensiun melebihi periode sisa jasa
dari karyawan yang diharapkan
untuk menerima manfaat.

Membuat alokasi pengukuran Tidak ada pengakuan kewajiban
penilaian yang terdiri atas segera.
keuntungan
dan
kerugian
terealisasi
maupun
belum
terealisasi
dan
pengaruh
perubahan asumsi aktuarial,
yang dapat menjadi komponen
dari kewajiban pensiun bersih.
koridor
diadopsi.
Pengakuan
perubahan Pendekatan
pengukuran secara prospektif Sepuluh persen dari kelebihan
melalui amortisasi dari alokasi keuntungan/kerugian tahunan dari
pengukuran
penilaian mana yang lebih besar antara
berdasarkan
rata-rata
sisa proyeksi kewajiban manfaat atau
periode jasa dari peserta aktif nilai pasar dari aset rencana diakui
pada rata-rata periode jasa pekerja
rencana.
diharapkan menerima manfaat.

Page 12 of 20

Pendekatan Proyeksi Manfaat
SFAS mensyaratkan biaya jasa dan obligasi pemberi kerja saat ini untuk manfaat di
masa mendatang diukur dengan menggunakan proyeksi tingkat gaji di masa mendatang.
Pengukuran ini dapat dipertahankan pada basis perjanjian karyawan untuk manfaat setelah
pensiun. Manfaat ini diperoleh ketika karyawan masih bekerja, sehingga penandingan akan
menjadikan hal ini sebagai beban akrual. Juga, proyeksi kewajiban manfaat pensiun
menunjukan kewajiban saat ini untuk membayar manfaat di masa mendatang. Sehingga
proyeksi kewajiban manfaat pensiun memenuhi kualifikasi sebagai kewajiban menurut SFAS
No. 6.
Berbagai kritik yang dihadapi adalah:
-

Bahwa proyeksi kewajiban mengandung arti bahwa manfaat yang diperoleh saat ini
akan dibayar. Hal ini benar hanya untuk karyawan yang memiliki manfaat pensiun
yang telah berhak atau yang akan tetap menjadi karyawan sampai dengan memiliki
hak manfaat pensiun.

-

Sebagian merasa bahwa hanya manfaat yang diberikan yang akan dipertimbangkan
sebagai kewajiban saat ini karena pemberian itu bagian hutang perusahaan yang
dibayarkan jika rencana mereka dibatalkan.

-

Pihak yang lainnya merasa bahwa pendekatan akumulasi manfaat menyediakan
ukuran yang lebih tepat karena hal tersebut merupakan estimasi konservatif dari
kewajiban saat ini untuk manfaat masa depan. Lebih jauh, pendekatan akumulasi
manfaat tidak memerlukan proyeksi subjektif dari tigkat gaji di masa mendatang.

-

Sementara, beberapa orang merasa pendekatan proyeksi manfaat understates (lebih
kecil) dari kewajiban pada saat itu karena hal itu tidak mempertimbangkan proyeksi
masa kerja.

Settlement Rate
SFAS No. 87 menyebutkan bahwa penentuan kewajiban proyeksi manfaat secara
aktuaria dapat dihitung menggunakan tingkat diskonto ketika rencana dapat secara efektif
diterapkan. FASB merasa bahwa tingkat aktuaria seharusnya tidak dipengaruhi oleh
pengembalian yang diharapkan pada aset yang didanai. Kewajiban proyeksi manfaat adalah
hutang. Tingkat diskonto dipilih untuk mengukur kewajiban dan tidak ada hal yang harus
dipikirkan mengenai bagaimana aset disisihkan untuk meyakinkan bahwa kewajiban telah
diinvestasikan.
Pendapat yang berkembang adalah:
-

Pihak yang kontradiksi menegaskan bahwa tingkat setelmen adalah tingkat sekarang
jangka pendek dan kewajiban pensiun tidak akan ditetapkan saat ini; namun, hal
tersebut merupakan fenomena jangka panjang. Fluktuasi tingkat setelmen dari satu
periode ke periode lainya, menghasilkan pengukuran kewajiban proyeksi manfaat,
biaya jasa, dan bunga yang mudah berubah.

-

Pihak yang setuju dengan FASB yang menyatakan bahwa tingkat diskonto yang
digunakan tidak perlu menjadi pengembalian yang diharapkan pada aset rencana
tetapi menyatakan bahwa hal itu sebaiknya berdasarkan perhitungan yang lebih lama
dari tipe pengembalian aset dana pensiun dari waktu ke waktu.

Page 13 of 20

-

Pihak lain berpendapat bahwa dana memiliki arti bahwa ketika perusahaan akan
menetapkan kewajiban pensiun, maka pengembalian pada aset rencana adalah tingkat
yang relevan pada diskonto proyeksi manfaat.

Pengembalian pada Aset Rencana Pensiun
SFAS No. 87 mensyaratkan bahwa biaya pensiun bersih termasuk pengembalian aktual
atau bahwa pengembalian aktual disesuaikan dengan pengembalian yang diharapkan. Lebih
jauh, pengakuan pengembalian aktual sesuai dengan konsep comprehensive income.
Meskipun demikian, pilihan Board untuk pengukuran komponen pengembalian mendapat
kritik karena akan menghasilkan pengukuran beban pensiun yang berubah-ubah dari satu
perode ke periode berikutnya.
FASB berpendapat dengan membolehkan tingkat pengembalian yang diharapkan
diikutkan, malah menjadikan tingkat pengembalian aset rencana pensiun yang diharapkan
diterapkan pada nilai aset yang berhubungan dengan pasar dari aset rencana. Nilai aset yang
berhubungan dengan pasar merupakan pengukuran jangka panjang dari nilai aset. Oleh
karena itu, pengembalian yang diharapkan sebaiknya mengizinkan perataan dari biaya
pensiun periodik. Pada waktu yang sama, penggunaan amostisasi minimum dari aktuarial dan
pengalaman keuntungan dan kerugian sebaiknya menyediakan keyakinan lebih jauh daripada
perataan, mengurangi beban pensiun periodik yang berubah-ubah.
Pelaporan Kewajiban Minimum
Salah satu tujuan SFAS No. 87 adalah untuk melaporkan jumlah kewajiban pensiun
bersih pada neraca. Tetapi, bagi banyak perusahaan, pelaporan kewajiban bersih yang diukur
menggunakan proyeksi manfaat akan mendapatkan efek dramatis pada total kewajiban dan
debt-to-equity ratio. Lebih jauh lagi beberapa orang berpendapat bahwa kewajiban proyeksi
manfaat overstates (melebihi) kewajiban pensiun karena hal itu tidak mencerminkan
kewajiban resmi atau jumlah yang kemungkinan besar ditetapkan. Board sependapat dengan
perhatian ini dan memilih pengukuran kewajiban minimum berdasarkan kewajiban akumulasi
manfaat yang lebih konservatif.
Jika kewajiban proyeksi manfaat menyediakan menyediakan perhitungan yang lebih
tepat maka pelaporan keawajiban minimum understates (lebih kecil) dari kewajiban. Lebih
jauh lagi hal itu tidak konsisten dengan pengukuran beban pensiun periodik, yang dihitung
menggunakan proyeksi manfaat. Studi empiris telah menunjukan bahwa kewajiban pensiun
dianggap sebagai kewajiban, tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang pasti bahwa pasar
merasa pengukuran kewajiban atau beban pensiun yang satu lebih baik dari yang lain.
Akuntansi untuk Dana Pensiun
Hingga tahun 1980, praktik akuntansi sering bergantung pada pendanaan aktuaria dan
pertimbangan arus kas untuk mengukur biaya pensiun dan akumulasi manfaat pensiun. Pada
saat itu APB Board Opinion No. 8 menyatakan bahwa akuntansi untuk beban pensiun dan
kewajiban yang berhubungan dengannya adalah terpisah dan dibedakan dari pembebanan
aktuaria untuk tujuan pendanaan. Namun, berdasarkan SFAS No. 35, ”Accounting and
Reporting by Defined Benefit Pension Plans,” status dari rencana untuk tujuan pelaporan
keuangan ditentukan dengan metode aktuarial yang didesain bukan untuk tujuan pendanaan
tapi untuk tujuan pelaporan keuangan.
Page 14 of 20

Baik FASB maupun para pendahulunya tidak menerbitkan standar keuangan yang spesifik
yang dapat diterapkan untuk rencana pensiun. Oleh karena itu pelaporan keuangan untuk
rencana pensiun tersebut bervariasi satu sama lain. SFAS No. 35 membuat standar akuntansi
dan pelaporan yang dirancang untuk mengoreksi kekurangan ini.
Tujuan utama dari SFAS No. 35 adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna
dalam menilai rencana pensiun sekarang dan kemampuan masa depan untuk membayar
manfaat ketika jatuh tempo. Dalam usaha untuk mencapai tujuan ini, SFAS No. 35
mensyaratkan bahwa laporan keuangan dana pensiun terdiri dari empat kategori
informasi utama yaitu:
1. Kekayaan bersih yang tersedia untuk manfaat;
2. Perubahan dalam kekayaan bersih selama masa pelaporan;
Informasi mengenai kekayaan bersih ini harus tersedia untuk rencana manfaat pada
akhir tahun rencana rencana dan harus disiapkan menggunakan laporan akuntansi
berbasis akrual.
3. Nilai sekarang aktuarial dari akumulasi rencana manfaat;
Akumulasi rencana manfaat didefinisikan sebagai pembayaran manfaat masa depan
yang timbul melalui ketentuan rencana kepada jasa karyawan selama ini. Informasi ini
dapat disajikan pada awal atau akhir tahun perencanaan dan diukur pada nilai
sekarang aktuarial, terutama yang didasarkan pada sejarah pembayaran dan jasa seta
faktor-faktor yang sesuai.
4. Dampak-dampak yang signifikan dari faktor-faktor seperti amandemen rencana
pensiun dan perubahan tahunan asumsi aktuarial dalam nilai sekarang aktuarial dari
akumulasi rencana manfaat.
Pernyataan juga menetapkan standar-standar informasi mengenai peserta akumulasi
rencana manfaat.
Undang-Undang Jaminan Tunjangan Pensiun Karyawan
Pada tahun 1974, Kongres mengesahkan Employee Retirement Income Security Act
(ERISA) - Undang-Undang Jaminan Tunjangan Pensiun Karyawan yang dikenal juga sebagai
Undang-undang Perbaikan Pensiun 1974. Tujuan dasar dari pembuatan Undang-undang ini
untuk membuat standar untuk penerapan dana pensiun dan untuk mencegah penyalahgunaan
dana pensiun.
ERISA membuat pedoman bagi karyawan yang berpartisipasi dalam rencana pensiun,
ketentuan hak pensiun, penentuan pendanaan minimum yang dibutuhkan dan administrasi
dalam rencana pensiun.
ERISA tidak mempengaruhi APB maupun FASB karena APB dan FASB lebih fokus
kepada beban periodik dan pengakuan kewajiban sedangkan ERISA lebih fokus pada
kebijakan pendanaan dari rencana pensiun.
Tunjangan Lain Setelah Pensiun
Pada Desember 1990, FASB menerbitkan SFAS No. 106. “Employers’ Accounting
for Posretirement Benefits Other Than Pension.” Pengumuman ini sejalan dengan
akuntansi untuk berbagai tujuan, ditawarkan kepada karyawan yang pensiun, secara umum
Page 15 of 20

mengacu kepada other postretirement benefit (OPEB) - manfaat lain setelah berhenti kerja
(OPEB).
Tunjangan setelah pensiun lain antara lain:
-

beasiswa kuliah,

-

perawatan harian,

-

pelayanan hukum, dan

-

subsidi perumahan-OPEBs

-

manfaat perlindungan kesehatan bagi karyawan yang telah berhenti dan asuransi jiwa
(paling signifikan).

Berdasarkan gagasan bahwa direksi menjanjikan OPEBs dalam pertukaran untuk jasa
sekarang, Board merasa bahwa OPEBs serupa dengan rencana pensiun manfaat pasti dan
seperti hal lainnya yang diperlakukan sama. Akibatnya, SFAS No. 106 mensyaratkan bahwa
biaya OPEBs diakui selama masa kerja yang karyawan harapkan dapat menerimanya.
Bagaimanapun juga, karena sifat yang kontroversial mengenai permasalahan pengukuran dan
pelaporan yang berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk OPEBs, Board memutuskan
untuk tidak mensyaratkan pengungkapan kewajiban minimum pada neraca.
Karakteristik OPEBs yang memerlukan pertimbangan akuntansi berbeda dan menjadi
sumber kontroversi besar:
1. Pembayaran pensiun manfaat pasti ditentukan oleh rumus, sedangkan pembayaran
untuk OPEBs secara tunai di masa mendatang tergantung pada banyaknya jasa,
seperti perlindungan kesehatan yang pada akhirnya akan diterima oleh karyawan.
Tidak seperti pembayaran rencana pensiun, tidak ada penyumbat dalam banyaknya
manfaat yang akan dibayarkan pada peserta. Karena itu, arus kas masa akan datang
dengan OPEBs sangat sulit untuk diprediksi.
2. Tidak seperti pensiun manfaat pasti, karyawan tidak mengakumulasikan tambahan
tunjangan OPEBs dalam jasa setiap tahunnya.
3. OPEBs bukan hak melekat. Artinya, karyawan yang meninggalkan perusahaan tidak
dapat melakukan klaim terhadap manfaat di masa mendatang. Karyawan tidak
mempunyai hak secara hukum tentang manfaat perlindungan kesehatan. Manfaat
pasti dilindungi oleh pemberian minimum yang ketat, partisipasi, dan standar
pendanaan, dan juga dijamin oleh Pension Benefit Guaranty dibawah ERISA.
Kesehatan dan OPEBs lainnya secara eksplisit dikeluarkan oleh ERISA.
SFAS No. 106
SFAS No. 106 mensyaratkan beban periodik masa setelah pensiun meliputi enam
komponen yang sama dengan beban pensiun. Meskipun demikian terdapat perbedaan
pengukuran antara karakteristik OPEBs dengan rencana pensiun manfaat pasti tersebut.
Penentuan pengembalian pada aset dan amortisasi keuntungan dan kerugian untuk OPEB
dengan rencana pensiun manfaat pasti adalah sama. Kami konsentrasi pada komponen yang
diperlakukan berbeda.

Page 16 of 20

Biaya Jasa
Komponen biaya jasa dari biaya periodik pensiun adalah bagian dari akhir kewajiban
proyeksi manfaat yang melekat dengan jasa karyawan selama periode saat ini. Dasar
perhitungan biaya jasa OPEB adalah expected postretirement benefit obligation-kewajiban
manfaat pensiun yang diharapkan (EPBO), yang ditetapkan sebagai nilai sekarang aktuarial
dari total manfaat yang diharapkan dapat dibayarkan dengan asumsi semua persyaratan
terpenuhi. Pengukuran dimasukan ke dalam perhitungan EPBO termasuk estimasi pengaruh
biaya kesehatan, inflasi dan efek kemajuan teknologi dan pola pengiriman di masa yang
mendatang. Komponen biaya jasa untuk OPEB adalah porsi dari EPBO yang dapat
dilekatkan ke jasa karyawan pada periode saat ini.
Bunga
Bunga dihitung menggunakan tingkat diskonto dalam the accumulated postretirement
benefit obligation-kewajiban akumulasi manfaat setelah pensiun (APBO). APBO adalah porsi
dari EPBO yang dapat dilekatkan kepada jasa karyawan sampai tanggal pengukuran. Sekali
para pekerja memiliki hak sepenuhnya menerima manfaat OPEB, APOB dan EPBO adalah
sama.
Amortisasi dari Biaya Jasa Sebelumnya
Untuk OPEBs, biaya jasa sebelumnya adalah peningkatan pada APBO yang
diatribusikan pada peningkatan manfaat pada jasa karyawan yang diberikan di periode
sebelumnya. SFAS No. 106 mensyaratkan biaya jasa sebelumnya diakui selama masa harapan
hidup dari karyawan ketika sebagian besar peserta telah memenuhi persyaratan untuk
menerima manfaat. Jika karyawan belum memenuhi persyaratan, biaya jasa sebelumnya
diamortisasi sampai tanggal persyaratan terpenuhi. Keuntungan OPEB pada penurunan
manfaat dibutuhkan sebagai penyeimbang dari biaya jasa sebelumnya yang belum
diamortisasi mauun kewajiban transisi yang belum diakui.
Amortisasi dari Kewajiban Transisi
Kewajiban yang timbul akibat transisi pada penerapan SFAS No. 106 adalah perbedaan
antara APBO dengan fair value dari aset OPEB yang didanai. Jumlah transisi dapat diakui
segera atau dapat diamortisasi selama rata-rata sisa masa harapan hidup dari peserta yang
aktif. Perusahaan dapat memilih periode amortisasi minimum selama 20 tahun. Jumlah
amortisasi yang diizinkan dibatasi. Beban kumulatif diakui sebagai hasil dari memilih untuk
menunda pengakuan dari jumlah transisi mungkin tidak melebihi beban kumulatif yang dapat
terjadi pada basis a pay-as-you-go.
Pengungkapan
Seperti SFAS No. 87, SFAS No. 106 mensyaratkan pengungkapan rencana pensiun
secara detail, termasuk kebijakan pendanaan juga jumlah dan tipe dari aset yang didanai,
komponen biaya beriodik bersih, dan rekonsiliasi dari status rencana yang didanai dengan
jumlah yang dilaporkan pada posisi laporan keuangan. Mengingat adanya sensitivitas dari
Page 17 of 20

asumsi yang digunakan untuk mengukur biaya OPEB, SFAS No. 106 juga mensyaratkan
penngungkapan dari:
1. Asumsi tren tingkat biaya pemeliharaan kesehatan digunakan untuk mengukur EPBO.
2. Efek dari peningkatan poin 1% di dalam asumsi tren tingkat biaya pemeliharaan
kesehatan.
Tunjangan Pemberhentian Kerja
Perusahaan seringkali menyediakan manfaat bagi karyawan yang tidak aktif dikarenakan,
misalnya seseorang yang di-PHK atau cacat, namun belum pensiun. Di dalam SFAS No. 112,
“Employers’ Accounting for Postemployment Benefits,” FASB menetapkan bahwa manfaat
ini merupakan kompensasi terhadap jasa yang diberikan karyawan. Dan ketentuan pada SFAS
No.5, ‘Accounting for Contigencies,” dan “Accounting for Compensared Absences,”
menyediakan perlakuan akuntansi yang tepat.
Kontinjensi kerugian sebaiknya diakui ketika pembayaran dari manfaaat pemberhentian
kerja mungkin terjadi, jumlah kontinjensi kerugian dapat diestimasi secara rasional,
kewajiban perusahaan melekat pada jasa yang telah diberikan karyawan, dan hak karyawan
pada manfaat setelah pemberhentian kerja telah ada atau terakumulasi.
SFAS No. 132
SFAS No. 132 menyeragamkan persyaratan pengungkapan untuk pensiun dan manfaat
setelah pensiun lain, memerlukan pengungkapan informasi tambahan mengenai perubahan
pada kewajiban manfaat dan fair value dari aset rencana pensiun untuk memfasilitasi analisis
finansial dan mengeliminasi persyaratan pengungkapan tertentu yang termasuk dalam SFAS
Nos. 87, 88, and 106. Manfaat untuk pengguna laporan keuangan termasuk pengungkapan
informasi yang dipisahkan dari keenam komponen dari biaya pensiun periodik dan manfaat
setelah pensiun lain dan informasi perubahan pada kewajiban proyeksi manfaat dan aset
rencana pensiun. Pernyataan ini menyarankan sebuah kombinasi format untuk penyajian baik
pensiun maupun manfaat setelah pensiun lain. SFAS No. 132 dianalisis lebih detail dalam
artikel yang ditulis oleh Kenneth Shaw.
Analisis Keuangan pada Tunjangan Pensiun
Pengaruh gabungan dari SFAS Nos. 87, 106, 132 adalah untuk menyediakan informasi
tambahan bagi investor mengenai arus kas masa mendatang yang berhubungan dengan
manfaat pensiun. Komponen individu dari biaya pensiun periodik didapati menghasilkan
jumlah informasi yang berbeda bagi pengguna laporan keuangan. Biaya jasa, biaya bunga,
dan pengembalian yang diharapkan pada aset rencana pensiun menyediakan informasi
mengenai keberlangsungan penerimaan perusahaan; sedangkan komponen lain dalam biaya
pensiun tidak memberikan informasi tambahan yang signifikan.
Implikasi dari pengungkapan kewajiban akumulasi manfaat setelah pensiun untuk
manfaat setelah pensiun lain:
-

Berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan.

-

Berpengaruh pada pelaporan keuangan.

Page 18 of 20

Sebelum penerbitan SFAS No. 106, perusahaan menghitung OPEBs dengan basis a
pay-as-you-go, menunda pengakuan beban sampai periode pensiun. Dikarenakan
besarnya pengeluaran ini, mengingat meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan,
mengharuskan perusahaan untuk merubah dari basis kas menjadi akrual basis akan
membawa dampak yang besar dalam pelaporan keuangan.
-

Perubahan dari metode sebelumnya mengakibatkan pengurangan penghasilan
perusahaan.
Sebuah artikel Wall Street Journal menjelaskan SFAS No. 106 sebagai “sebuah
perubahan yang sangat signifikan yang pernah terjadi dalam akuntansi ... yang dapat
memotong penghasilan perusahaan hingga ratusan miliar dolar”.

-

Pengurangan atau penghilangan OPEB yang berdampak pada masa depan karyawan
Dikarenakan efek dari pengumuman ini, mungkin manajemen untuk membatasi atau
bahkan menghilangkan OPEBs. Hasilnya, SFAS No. 106 pada akhirnya dapat
memberikan dampak ekonomi merugikan bagi karyawan. Pengurangan atau
penghilangan OPEBs dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan individu
untuk membiayai kesehatan di masa mendatang dan biaya asuransi diri.

-

Biaya tambahan bagi pemerintah federal dan pembayar pajak
Akhirnya, hal tersebut juga dapat menghasilkan biaya tambahan bagi pemerintah
federal dan kemudian bagi pembayar pajak, melalui meningkatnya pembayaran
Medicare.

Implikasi ini sebagian diakui dalam survei yang dilaporkan dalam Wall Street Journal
yang mengindikasikan bahwa lebih dari 80% dari perusahaan dalam survei tersebut
mengurangi atai menghentikan manfaat pemeliharaan kesehatan mereka dalam usaha untuk
mengurangi junlah yang dilaporkan dalam kewajiban akumulasi manfaat setelah pensiun.
Standar Akuntansi Internasional
IASC telah mengeluarkan 2 standar mengenai tunjangan manfaat pensiun: IAS No.
19, “Retirement Benefit Costs” dan IAS No. 26, “Accounting and Reporting by Retirement
Benefit Plans”.
1. IAS No. 19
Dalam IAS No. 19 sebagaimana telah diamandemen pada tahun 1998, IASC
menggambarkan prosedur pertanggungjawaban baik untuk rencana pensiun
kontribusi pasti maupun rencana pensiun manfaat pasti.
Rencana pensiun kontribusi pasti : jumlah kontribusi diakui sebagai beban saat
ini. Perlakuan ini sudah konsisten dengan U.S. GAAP saat ini.
Rencana pensiun manfaat pasti : biaya jasa sekarang diakui sebagai beban saat
ini. Biaya jasa masa lalu, penyesuaian terhadap pelaksanaan, efek perubahan pada
asumsi aktuarial dan rencana penyesuaian secara umum diakui sebagai beban
(atau pendapatan) dalam cara yang sistematis selama sisa masa harapan hidup dari
karyawan sekarang.
Metode penentuan biaya melalui rencana pensiun manfaat pasti adalah metode
penilaian acrued benefit; bagaimanapun metode penilaian proyeksi manfaat
merupakan alternatif yang dapat diterima.
Page 19 of 20

Perlakuan ini menjadikan lebih banyak variasi dalam pengukuran biaya pensiun
dibandingkan dengan metode yang tersedia dalam U.S. GAAP dan IAS No. 19
tidak menuju pada masalah kewajiban minimum yang terkandung dalam SFAS
No. 87.
2. IAS No. 26
IAS No. 26 menetapkan standar tersendiri untuk pelaporan rencana pensiun
kontribusi pasti dan rencana pensiun manfaat pasti.
Rencana pensiun kontribusi pasti : tujuan pelaporan adalah untuk menyediakan
informasi mengenai rencana pensiun dan kelangsungan dari investasi untuk
rencana tersebut. Hasilnya, informasi mengenai aktivitas signifikan yang
mempengaruhi rencana pensiun sebaiknya disediakan, juga perubahan yang
berhubungan dengan rencana pensiun, kelangsungan dari investasi untuk rencana
pensiun, dan penjelasan mengenai kebijakan investasi rencana pensiun.
Rencana pensiun manfaat pasti : tujuan pelapporan untuk menyediakan
informasi mengenai sumber daya keuangan dan aktivitas yang akan berguna
dalam menilai hubungan antara sumber daya rencana pensiun dengan manfaat di
masa mendatang. Berdasarkan hal tersebut, informasi mengenai aktivitas
signifikan yang mempengaruhi rencana pensiun sebaiknya disediakan, juga
perubahan yang berhubungan dengan rencana pensiun, kelangsungan dari
investasi untuk rencana pensiun, dan penjelasan mengenai kebijakan in